PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU LANSIA DAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA PENGGUNA POSYANDU DI PUSKESMAS
BUNTU RAJA KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Oleh
NORA ROYEKHA SIAHAAN 121121002
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna
Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten
Dairi”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan sebagai dosen Pembimbing Akademik
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen Penguji I
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Lufthiani, S.Kep, Ns., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen Penguji II
8. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda P. Siahaan dan Ibu
E.br Silalahi yang selalu mendoakan, membimbing dan menjadi motivator bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi
9. Untuk kak Maylita Siahaan, kak Julien Eva Siahaan dan b’Jamson Freddy
Siahaan yang saya kasihi dan juga b’Roy Karya Marco Sinaga yang selalu
membantu dan memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini
10. Teman-teman akrab saya (kak Rheny Marpaung, kak Lilis dan kak Sri
Pratiwi) yang turut membantu dan memberi semangat bagi penulis serta teman
satu bimbingan saya (Nasir, Sasta dan kak Sri Putri) yang selalu mendukung
dan bersama setiap bimbingan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
profesi keperawatan.
Medan, 27 Januari 2014
DAFTAR ISI
BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Lansia ... 9
1.1 Pengertian Lanjut Usia ... 9
1.2 Klasifikasi Lanjut Usia ... 9
1.3 Tipe Lansia ... 10
1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia... 12
1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia ... 14
1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia ... 15
2. Kepuasan ... 16
2.1 Pengertian Kepuasan ... 16
2.2 Indikator Kepuasan Pasien ... 16
2.3 Klasifikasi Kepuasan Pasien ... 18
3. Posyandu Lansia ... 19
3.1 Pengertian ... 19
3.2 Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia ... 20
3.3 Manfaat Pelayanan Posyandu Lansia ... 20
3.4 Peran Pemerintah dalam Posyandu Lansia... 21
3.5 Sasaran ... 22
3.6 Komponen Pokok dalam Posyandu Lansia ... 23
3.7 Kegiatan Pokok dalam Posyandu Lansia ... 24
3.8 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ... 25
BAB 3. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep... 26
2. Populasi dan Sampel ... 29
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
6.1 Uji Validitas ... 33
6.2 Uji Reliabilitas... 33
7. Proses Pengumpulan Data... 35
8. Analisa Data ... 35
BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
2. Hasil Penelitian ... 39
2.1 Karakteristik Responden ... 40
2.2 Pelaksanaan Posyandu... 41
2.3 Tingkat Kepuasan Lansia ... 43
3. Pembahasan... 48
3.1 Pelaksanaan Program Posyandu Lansia ... 48
3.2 Tingkat Kepuasan Lansia ... 51
3.2.1 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Akses Layanan Kesehatan... 52
3.2.2 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Mutu Layanan Kesehatan... 53
3.3.3 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Proses Layanan Kesehatan... 54
3.2.4 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Sistem Layanan Kesehatan... 54
BAB 6. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan ... 56
2. Saran ... 57
Daftar Pustaka Lampiran
1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Instrumen Penelitian
3. Hasil SPSS Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 4. Surat Survey Awal
5. Surat Pengambilan Data
6. Surat Pemberitahuan Selesai Penelitian dan Pengambilan Data dari Puskesmas 7. Riwayat Hidup
8. Surat Ethical Clearance
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi Operasional……….. 28
Tabel 2 Distribusi jumlah sampel dan jumlah kunjungan lansia ke posyandu lansia di puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat
Nempu Kabupaten Dairi………. 30
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan
karakteristik responden... 40
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu
Raja Kecamatan Siempat Nempu……… 41
Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kuesioner pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Buntu
Raja Kecamatan Siempat Nempu………... 42
Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas
Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu……… 43
Tabel 7 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kuesioner tingkat kepuasan responden di Puskesmas Buntu Raja
Kecamatan Siempat Nempu………... 44
Tabel 8 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan
responden berdasarkan akses layanan kesehatan………... 46
Tabel 9 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan
responden berdasarkan mutu layanan kesehatan……… 46
Tabel 10 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan
responden berdasarkan proses layanan kesehatan……….. 47
Tabel 11 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan
Judul : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan
Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi
Nama : Nora Royekha Siahaan NIM : 121121002
Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014
Abstrak
Posyandu lansia merupakan bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat yang dilaksanakan dengan mekanisme 3 meja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada lansia pengguna posyandu yang berusia 60 tahun ke atas. Populasi sebanyak 303 orang dan sampel sebanyak 61 orang . Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 3,3%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%. Pelaksanaan program posyandu lansia harus tetap digalakkan secara inovatif dan berkesinambungan untuk tetap menjaga dan memelihara kesehatan lansia. Saran bagi puskesmas Buntu Raja agar lebih melaksanakan pengukuran tinggi badan, meningkatkan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan lebih proaktif dalam mengajak lansia untuk melaksanakan senam lansia serta aktif mengikuti posyandu lansia.
Title : The Implementation of Integrated Service Post (Posyandu) Programs for Elderly and the Satifaction Level of Elderly Users of Posyandu in Buntu Raja Public Health Centers of Siempat Nempu Subdistrict, Dairi District Name of Student : Nora Royekha Siahaan
Student Number : 121121002
Department : Bachelor of Nursing
Year : 2014
Abstract
Posyandu is a form of health service for elderly in the community that is conducted by the mechanism of 3 tables. Health services provided by the Department of Health to the elderly is limited and not all health centers in Indonesia have posyandu for elderly. The fact showed that generally government-owned health care facilities are still not or do not meet the expectations of patients and or community. The accurate level of patient satisfaction is needed in order to improve the quality of health care. This study aims at identifying the Implementation of Posyandu Programs for Elderly and Satisfaction Level of Elderly User at subdistrict of Siempat Nempu in district of Dairi. The research used descriptive design in elderly users aged 60 years and older. Population used is as many as 303 people and a sample of 61 people. This study used a convenience sampling technique. The results showed the implementation of the program is fully implemented 96.7% and 3.3% is partially implemented. Satisfaction levels of elderly users for satisfied category is 68.9%, 6.3% is in dissatisfied category and very dissatisfied 14.8%. The implementation of posyandu program for elderly still need to be encouraged in an innovative and sustainable way in order to keep and maintain the health of the elderly. It is suggested to the health centers to conduct body measurements seriously, improve counseling / health education and more proactive to encourage the elderly to carry out exercises and actively follow posyandu for elderly.
Judul : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan
Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi
Nama : Nora Royekha Siahaan NIM : 121121002
Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014
Abstrak
Posyandu lansia merupakan bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat yang dilaksanakan dengan mekanisme 3 meja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada lansia pengguna posyandu yang berusia 60 tahun ke atas. Populasi sebanyak 303 orang dan sampel sebanyak 61 orang . Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 3,3%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%. Pelaksanaan program posyandu lansia harus tetap digalakkan secara inovatif dan berkesinambungan untuk tetap menjaga dan memelihara kesehatan lansia. Saran bagi puskesmas Buntu Raja agar lebih melaksanakan pengukuran tinggi badan, meningkatkan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan lebih proaktif dalam mengajak lansia untuk melaksanakan senam lansia serta aktif mengikuti posyandu lansia.
Title : The Implementation of Integrated Service Post (Posyandu) Programs for Elderly and the Satifaction Level of Elderly Users of Posyandu in Buntu Raja Public Health Centers of Siempat Nempu Subdistrict, Dairi District Name of Student : Nora Royekha Siahaan
Student Number : 121121002
Department : Bachelor of Nursing
Year : 2014
Abstract
Posyandu is a form of health service for elderly in the community that is conducted by the mechanism of 3 tables. Health services provided by the Department of Health to the elderly is limited and not all health centers in Indonesia have posyandu for elderly. The fact showed that generally government-owned health care facilities are still not or do not meet the expectations of patients and or community. The accurate level of patient satisfaction is needed in order to improve the quality of health care. This study aims at identifying the Implementation of Posyandu Programs for Elderly and Satisfaction Level of Elderly User at subdistrict of Siempat Nempu in district of Dairi. The research used descriptive design in elderly users aged 60 years and older. Population used is as many as 303 people and a sample of 61 people. This study used a convenience sampling technique. The results showed the implementation of the program is fully implemented 96.7% and 3.3% is partially implemented. Satisfaction levels of elderly users for satisfied category is 68.9%, 6.3% is in dissatisfied category and very dissatisfied 14.8%. The implementation of posyandu program for elderly still need to be encouraged in an innovative and sustainable way in order to keep and maintain the health of the elderly. It is suggested to the health centers to conduct body measurements seriously, improve counseling / health education and more proactive to encourage the elderly to carry out exercises and actively follow posyandu for elderly.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses
penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut
usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan dampak keberhasilan
pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).
Menua atau menjadi tua yaitu suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho,
2008).
Penduduk lanjut usia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun
2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi
20.547.541 pada tahun 2009, jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah India,
Menurut Badan Kesehatan WHO, penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang,
balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di
dunia.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di
atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar
554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.882 jiwa
(5,9%) pada tahun 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan
Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai
117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar
77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011).
Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek
kehidupan baik sosial, ekonomi dan terutama kesehatan, karena semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
alamiah maupun karena penyakit.
Fenomena ini menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini
disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis. Salah
satu contoh permasalahan yag ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk
lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lansia (old age dependency ratio).
Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu
kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat
mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat.
(Komnas Lansia, 2010).
Berdasarkan data dari Susenas dikumpulkan informasi mengenai jenis
keluhan kesehatan yang umum. Jenis keluhan yang paling banyak dialami lansia
adalah keluhan lainnya (32,30%). Jenis keluhan lainnya diantaranya keluhan yang
merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik,
darah rendah, dan diabetes. Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami
lansia adalah batuk (20,53%), pilek (14,64%), dan panas (11,42%). Pola yang
sama terjadi pada penduduk lansia baik yang tinggal di perkotaan maupun di
pedesaan. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2009 sebesar 30,46%, artinya
bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat sekitar 30 orang diantaranya
mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lansia perkotaan (27,20%) lebih
rendah dibandingkan lansia pedesaan (32,96%). Hal ini menunjukkan bahwa
derajat kesehatan penduduk lansia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan
lansia di daerah pedesaan. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2005 sebesar
29,98%, tahun 2007 sebesar 31,11%, dan tahun 2009 sebesar 30,46% (BPS,
2009).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian lansia. Pelayanan kesehatan,
sosial, ketenagakerjaan dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan,
yaitu di tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, panti sosial Tresna
Werda, Sasana Tresna Werda, Sarana Pelayanan Tingkat Dasar (primer), Sarana
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan
Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
pada tingkat lansia (Nugroho, 2000).
Puskesmas/pustu menjadi alternatif pilihan yang terjangkau, baik dari sisi
akses maupun biaya berobat penduduk. Proporsi penduduk yang berobat jalan ke
puskesmas/pustu sebesar 35,70% (di daerah perkotaan sebesar 31,98% dan
pedesaan 39,10%). Proporsi penduduk lansia yang berobat jalan ke
puskesmas/pustu sebesar 32,24% ( di daerah perkotaan sebesar 29,49%, dan
pedesaan 34,12%). Proporsi tertinggi lansia yang sakit dan berobat ke
puskesmas/pustu terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur (72,39 %), Kepulauan
Riau(26,23%) dan Sulawesi Tenggara(59,63%), sebaliknya provinsi yang
memiliki proporsi terendah lansia yang sakit dan berobat ke puskesmas/pustu
terdapat di provinsi Jawa Timur(22,49%), Sumatera Utara(22,67%) dan DKI
Jakarta(23,43%) (Komnas Lansia, 2010).
Bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat adalah posyandu lansia.
Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di
Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak semua puskesmas di Indonesia
memiliki posyandu lansia. Berdasarkan penelitian Rustika dalam Sutini (2010)
menyatakan bahwa angka usia lanjut perempuan lebih besar mengikuti posyandu
lansia yaitu 51,6% dibandingkan dari laki-laki yaitu 48,4%. Begitu juga dengan
penelitian Sutini (2010) yang menyebutkan bahwa lansia perempuan lebih banyak
yang datang ke posyandu lansia daripada lansia laki-laki.
Dalam penelitian Sutini (2010) ada beberapa faktor yang menjadi kendala
pada posyandu lansia seperti pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat
posyandu, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh dan sulit dijangkau,
dukungan keluarga yang kurang, sikap kader/petugas kesehatan, pihak
pemerintah/institusi, keterampilan kader serta ada tidaknya sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
Pasien, baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau
perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperoleh yaitu tidak sesuai dengan harapannya. Jika belum sesuai dengan harapan
pasien, maka hal tersebut akan menjadi masukan bagi suatu organisasi layanan
kesehatan agar berupaya memenuhinya. Jika kinerja layanan kesehatan yang
diperoleh pasien pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya,
pasien pasti akan selalu datang berobat ke fasilitas layanan kesehatan tersebut.
Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja layanan
Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan
milik pemerintah masih kurang/tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu
penyebabnya adalah bahwa umumnya mutu layanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum
atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan
pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan
kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kepuasan pasien perlu dilakukan
secara berkala, teratur, akurat, dan berkesinambungan (Pohan, 2006).
Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilaksanakan oleh peneliti,
kecamatan Siempat Nempu memiliki 6 posyandu lansia dengan jumlah lansia
yang sudah dilayani tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 sebanyak 303 orang.
Sementara, hasil survey yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Dairi, jumlah lansia yang ada di Kecamatan Siempat Nempu tahun 2012 adalah
sebanyak 1621 orang.
Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian
tentang pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia
pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu,
2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja,
Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.
b. Bagaimana tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu
Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan
lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu,
Kabupaten Dairi.
3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas
Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.
b. Mengidentifikasi tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan
asuhan keperawatan berbasis gerontik dan memberikan informasi serta
wawasan sehingga dapat mengaplikasikan teori dan praktek di lapangan
dengan baik guna meningkatkan kepuasan lansia pengguna posyandu
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan bagi para lansia dan untuk petugas kesehatan
agar melakukan sosialisasi dan promosi bagi lansia tentang pentingnya
mengikuti posyandu lansia
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan posyandu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Lansia
1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19
ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)
1.2 Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansia
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
masih dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
1.3 Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya.
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tidak acuh
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I.
Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama
1. Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi
Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan
palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya
2. Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya
muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta
memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan
romantika hidup).
1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anak-anaknya yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang
baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan
sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama
1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia
adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
b) gangguan organis
c) pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau
kelesuan
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
a) Presbiop
b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
c) Kekeruhan pada lensa (katarak)
d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat
erat hubungannya dengan proses menua yakni:
a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan
ketidakseimbangan tiroid
c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit
kolagen lainnya
2. Kepuasan 2.1 Pengertian
Kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan harapan dan kebutuhan
individu terpenuhi. Artinya, individu datang ke suatu pelayanan untuk
mendapatkan apa yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya (Atmojo,
2006).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).
2.2 Indikator Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien menurut Pohan (2006) akan diukur dengan indikator
berikut:
a. Kepuasan Terhadap Akses Layanan Kesehatan
Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap dan
pengetahuan tentang:
a) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat
dibutuhkan
b) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa
ataupun keadaan gawat darurat
c) Sejauh mana pasien mengetahui bagaimana sistem pelayanan kesehatan
b. Kepuasan terhadap Mutu Layanan Kesehatan
Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap
terhadap:
a) Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain yang
berhubungan dengan pasien
b) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh
pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan
c. Kepuasan terhadap Proses Layanan Kesehatan
Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar
manusia akan ditentukan dengan melakukan pengukuran:
a) Sejauh mana ketersediaan layanan puskesmas atau rumah sakit menurut
penilaian pasien
b) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan/atau profesi layanan
kesehatan lain
c) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter
d) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis
e) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan/atau
rencana pengobatan
d. Kepuasan terhadap Sistem Layanan Kesehatan
Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan, ditentukan oleh sikap
a) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan
b) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan
waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel,
mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul
c) Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan
Hal tersebut dinyatakan melalui pengamatan:
a) Luasnya layanan medik yang digunakan diluar sistem layanan kesehatan
b) Proporsi pasien yan meninggalkan program dan memilih program kesehatan
lain
c) Jumlah dan jenis keluhan yang diterima sistem layanan kesehatan
d) Perjanjian yang batal dan angka pembatalan
e) Angka ketersediaan obat dan resep obat yang diberikan
f) Proporsi pasien yang mengganti dokter ( jika dimungkinkan)
2.3 Klasifikasi Kepuasan
Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan,
dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:
a. Sangat memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan klien yang
menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai
keinginan atau kebutuhan klien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat
klien), dan sangat cepat (untuk pelayan dan administrasi), yang seluruhnya
menggambarkan kualitas tingkat pelayanan yang paling tinggi
b. Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien, yang
menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai
kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, agak kurang cepat atau
kurang ramah, yang semuanya ini menggambarkan tingkat kualitas kategori
sedang
c. Tidak Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah,
yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan
seperti tidak terlalu bersih, agak lambat atau tidak ramah
d. Sangat Tidak Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah,
yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan
seperti tidak bersih, lambat dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan
tingkat kualitas pelayanan kategori rendah.
3. Posyandu Lansia 3.1 Pengertian
Posyandu adalah suatu kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
yang bernuansa pemberdayaan masyarakat akan berjalan baik dan optimal apabila
proses kepemimpinan, terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok
dan kader serta tersedianya pendanaan (Azizah, 2011)
Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang
dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada pelayanan
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
(Notoatmodjo, 2007).
Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai
nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia khususnya lanjut usia
(Depkes, 2000)
3.2 Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia
Menurut Azizah (2011), adapun tujuan posyandu lansia adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif dari lansia
b. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia
c. Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah
kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut
terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas
jika diperlukan.
a. Meningkatkan status kesehatan lansia
b. Meningkatkan kemandirian pada lansia
c. Memperlambat aging proses
d. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia
e. Meningkatkan harapan hidup
Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti
osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan
kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki
merupakan masalah tersendiri dan berdampak pada kualitas hidup lansia).
3.4 Peran Pemerintah dalam Posyandu Lansia
Dituangkan dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan untuk menyusun
kebijakan dalam pembinaan lansia di Indonesia. Undang-undang tersebut antara
lain:
a. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan ( pasal 19)
b. UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu
3.5 Sasaran
Menurut Azizah (2011), sasaran dalam posyandu lansia antara lain:
a. Sasaran Langsung
Sasaran langsung dalam posyandu lansia antara lain:
a) Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa
virilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket
pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat
mempersiapkan diri menghadapi masa tua
b) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga,
organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan
paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif
c) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (65 tahun) dan usia lanjut
dengan resiko tinggi (dari 70 tahun). Hidup sendiri, terpencil, menderita
penyakit berat, cacat, dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi
KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan
kemandiriannya.
b. Sasaran Tidak Langsung
Sasaran tidak langsung dalam posyandu lansia antara lain:
a) Keluarga dimana usia lanjut berada
c) Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
d) Masyarakat luas
3.6 Komponen Pokok dalam Posyandu Lansia
Menurut Azizah (2011), komponen dalam posyandu lansia adalah:
kepemimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan pendanaan.
Unit pengelola posyandu dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari para
anggota. Organisasi posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang
dipimpin oleh seorang pimpinan dan dibantu oleh pelaksana pelayanan yang
terdiri dari kader posyandu sebanyak 4-5 orang. Bentuk susunan organisasi unit
pengelola posyandu di desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota
pengelola posyandu. Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan posyandu
termasuk untuk revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan
secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota,
provinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya baik
domestik maupun internasional. Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang
tertarik dalam bidang tetentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa
berkewajiban untuk melaksanakan serta membina kesejahrteraan termasuk bidang
3.7 Kegiatan Kesehatan di Posyandu Lansia
Kegiatan kesehatan di posyandu lansia menurut Azizah (2011), antara lain:
a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berpakaian, naik-turun tempat
tidur, buang air besar atau air kecil dan sebagainya
b. Pemeriksaan status mental
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan,
pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh (IMT)
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi dalam satu menit
e. Pemeriksaan hemoglobin
f. Pemeriksaan gula darah air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit DM
g. Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal
h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan
i. Penyuluhan dilakukan di dalam atau di luar posyandu atau kelompok lanjut
usia
j. Kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi anggota lansia yang
tidak hadir di posyandu
k. Pemberian makanan tambahan dan penyuluhan contoh menu makanan
3.8 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Menurut Azizah (2011), mekanisme pelaksanaan kegiatan program
posyandu lansia yang digunakan adalah sistem tiga tahap (3 meja) yaitu:
a. Tahap pertama (meja I)
a) Pendaftaran usia lanjut yang sudah terdaftar maupun usia lanjut yang baru,
setiap lanjut usia akan mendapat KMS
b) Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan
b. Tahap kedua (meja II)
a) Pencatatan
Pencatatan diletakkan pada KMS berupa hasil penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan
b) Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan
Dilaksanakan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan status
mental, pengobatan sederhana dan perawatan juga diberikan. Pada tahap ini,
selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar gula dan protein dalam air seni
c. Tahap ketiga (meja III)
Pada tahap ini diberikan penyuluhan dan konseling selain itu juga dilakukan
pembinaan mental untuk memperkuat ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam tahap ini pula perlu dilakukan kegiatan fisik berupa olahraga maupun
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep
akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2008).
Fokus dari penelitian ini adalah pelaksanaan program posyandu lansia dan
tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu. Dalam hal ini, pelaksanaan posyandu
lansia menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif serta upaya kuratif
dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2007). Sementara tingkat kepuasan dalam hal ini
adalah tingkat perasaan lansia yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang
diharapkannya (Pohan, 2006).
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan
kepustakaan maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian, antara lain
Pelaksanaan posyandu lansia
- Pendaftaran - Terlaksana sepenuhnya
- Pengukuran BB dan TB - Terlaksana sebagian
- Pencatatan
- Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan
- Penyuluhan dan konseling
Kepuasan lansia pengguna posyandu
- Akses layanan kesehatan - Sangat puas
- Mutu layanan kesehatan - Puas
- Proses layanan kesehatan - Tidak puas
- Sistem layanan kesehatan - Sangat tidak puas
Skema1 : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti pada
Tabel 1. Defenisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala dan Hasil ukur dan kader kesehatan dengan melakukan
Respon atau tanggapan lansia terhadap layanan kesehatan yang diperoleh setelah mengikuti
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dirancang untuk
mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan
lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu
Kabupaten Dairi.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang pernah terdaftar dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 di
posyandu lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja Kecamatan
Siempat Nempu, Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 303
orang.
2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2003). Sampel dari
penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik convenience sampling.
pengambilan sampel ini adalah sampel yang tersedia pada saat itu dan telah
memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan.
Selanjutnya Arikunto (2002) mengemukakan bahwa untuk menentukan
jumlah sampel juga dapat dilakukan dengan cara apabila populasi lebih dari 100
maka dapat diambil 10-20% tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari
waktu, tenaga dan dana. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil 20%
dari jumlah populasi masing-masing posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Buntu Raja, kecamatan Siempat Nempu, kabupaten Dairi, sehingga didapatkan
jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 61 orang.
Tabel 2. Distribusi jumlah sampel dan jumlah kunjungan lansia ke posyandu lansia di puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi.
No Nama Posyandu Populasi Jumlah Sampel
1. Posyandu Hutaimbaru 45 20
45 = 9 100
2. Posyandu Jumateguh 49 20
49 = 10 100
3. Posyandu Gomit 57 20
57 = 11 100
4. Posyandu Soban 48 20
48 = 10 100
Tabel 2 (lanjutan)
No Nama Posyandu Populasi Jumlah Sampel
6. Posyandu Adian Nangka 70 20
70 = 14 100
Total sampel 61 orang
Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah:
1. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas
2. Lansia yang sudah terdaftar di posyandu lansia
3. Mampu berbicara dengan jelas/ tidak bisu
4. Bersedia menjadi responden
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 6 posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas
Buntu Raja, kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, dilaksanakan mulai
tanggal 20 Juli - 20 September 2013.
4. Pertimbangan Etik
Responden yang terlibat dalam penelitian terlebih dahulu diminta
kesediannya secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden
diberi lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang
tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin
kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama dan
hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang disajikan.
telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penelitian
ini telah diuji ethical clearence dan mendapat persetujuan dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Keperawatan.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan pada bagian pertama berisi
data demografi dan bagian kedua berupa kuesioner. Data demografi lansia
meliputi kode responden, umur, jenis kelamin, pendidikan dan suku, untuk
kuesioner bagian pertama bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
program posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja. Kuesioner ini
berupa pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan dengan dua kemungkinan
jawaban yaitu “ya” dan “tidak”, jika jawaban ya akan diberi skor 1, jika jawaban
tidak akan diberi skor 0 dengan skor tertinggi 9 dan skor terendah 0. Hasil
pengukuran akan diklasifikasikan menjadi 2 kelas dengan cara skor tertinggi
dikurangi skor terendah kemudian hasilnya dibagi 2, maka didapatkan interval
kelas 2, kriteria penilaian yang didapatkan adalah terlaksana sepenuhnya nilainya
5-9, terlaksana sebagian nilainya 0-4.
Untuk kuesioner bagian kedua bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan
lansia pengguna posyandu yang terdiri dari 16 pertanyaan dengan 4 kemungkinan
jawaban yaitu sangat memuaskan diberi skor 4, memuaskan diberi skor 3, tidak
memuaskan diberi skor 2 dan sangat tidak memuaskan diberi skor 1. Terlebih
dahulu ditentukan jumlah skor masing-masing kuesioner dan jumlah skor yang
(2005), yang terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu; sangat puas bila skor 53-64,
puas bila skor 41-52, tidak puas bila skor 29-40, dan sangat tidak puas bila skor
16-28.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh dua
orang yakni satu orang dosen dari departemen jiwa dan komunitas dan satu orang
dari petugas posyandu di Puskesmas Buntu Raja.
6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya/
benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang
hasilnya akan tetap sama. Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas
internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan.
Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang
memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang.
Uji reliabilitas pada kuesioner pertama tentang pelaksanaan program
posyandu menggunakan rumus Kuder Richardson-20 (K-R 20). Rumus KR 20
merupakan salah satu uji reliabilitas untuk instrumen dalam bentuk dikotomi
dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Suatu instrumen baru, dikatakan
reliabel bila nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,632 dengan tingkat kemaknaan
5% (Arikunto, 2006).
Uji reliabilitas pada kuesioner kedua tentang tingkat kepuasan
menggunakan rumus cronbach alpha (α), dimana menurut Djemari (2004) dalam
Suyanto (2011) jika alpha > 0,70 maka butir-butir pernyataan dikatakan reliabel.
Uji reliabilitas pada penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan
teknik komputerisasi. Nilai reliabilitas untuk kuesioner pelaksanaan posyandu
lansia adalah 0,74385. Nilai tersebut >0,632, sehingga kuesioner tersebut
dikatakan reliabel.
Nilai reliabilitas untuk kuesioner tingkat kepuasan dalam penelitian ini
adalah 0,873 dan nilai tersebut >0,70 sehingga kuesioner tersebut dikatakan
7. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahapan berikut: peneliti
mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Kecamatan
Siempat Nempu Kabupaten Dairi, peneliti menyerahkan surat permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi; peneliti menyerahkan surat ke Kepala
Puskesmas Buntu Raja; peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak
untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan; jika
responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner selanjutnya responden
diberikan informed consent untuk ditandatangani; peneliti menjelaskan cara
pengisian kuesioner; peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden
dalam mengisi kuesioner; peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan
kuesioner.
8. Analisa Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian
karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah belum
memberikan informasi apa- apa dan belum siap untuk disajikan. Analisa data
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Langkah yang diambil
setelah data dikumpulkan, diolah dan ditabulasi dengan menggunakan sistem
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner yang diberikan pada responden. Setelah data terkumpul maka
analisa data dilakukan dengan memeriksa kembali kuesioner satu per satu yakni
identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban harus diisi
sesuai dengan petunjuk.
b. Coding
Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pertama, peneliti membuat kode pada
kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti memberikan
kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner antara lain sebagai berikut:
1. Nomor responden diberi kode 01,02, dan seterusnya.
2. Usia: 60-74 tahun diberi kode”1” dan 75-90 tahun diberi kode “2”.
3. Pendidikan: SD diberi kode “1”, SMP diberi kode “2”, SMA diberi kode
“3”, dan Akademi/PT diberi kode “4”
4. Suku: batak diberi kode “1” dan jawa diberi kode “2”
5. Variabel pelaksanaan posyandu lansia diukur menggunakan kuesioner A
yang terdiri dari 9 pernyataan. Setiap jawaban benar diberi nilai “1”,
jawaban salah diberi nilai “0”. Total skor tertinggi yang diperoleh adalah 9
dan skor terendah adalah 0. Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh
Rentang P =
Banyak Kelas
P merupakan panjang kelas dengan 9 rentang kelas dan 2 kategori kelas
untuk menilai pelaksanaan program posyandu lansia. Maka didapatlah
panjang kelasnya adalah 5. Menggunakan nilai P= 5 dengan nilai terendah
adalah 0, maka pelaksanaan program posyandu lansia dapat dikategorikan
dengan interval sebagai berikut:
- Terlaksana sepenuhnya, apabila skornya 5 – 9 dari 9 pertanyaan.
- Terlaksana sebagian, apabila skornya 0 – 4 dari 9 pertanyaan
Terlaksana sepenuhnya diberi kode “1”, terlaksana sebagian diberi kode
“2”.
6. Variabel tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu diukur melalui
kuesioner B yang terdiri dari 4 indikator kepuasan dengan total 16
pernyataan. Jika sangat tidak memuaskan diberi kode “1” jika tidak
memuaskan diberi kode “2”, jika memuaskan diberi kode “3”, dan kode “4”
jika sangat memuaskan. Maka didapat kategori sebagai berikut:
- Sangat tidak puas apabila skornya 16-28
- Tidak puas apabila skornya 29-40
- Puas bila skornya 41-52
c. Processing
Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden
ke komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
berbentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
perangkat lunak komputer untuk diproses lebih lanjut guna mendapatkan hasil
yang diinginkan dan data valid.
d. Cleaning
Hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah
dimasukkan sebelumnya tidak ada missing (data yang hilang).
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak komputer berbasis statistik. Pengolahan data tersebut menggunakan analisis
univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten
Dairi. Kecamatan Siempat Nempu memiliki luas wilayah 192.780 Ha, dimana
puskesmas induk berada di desa Buntu Raja. Sebelah timur puskesmas berbatasan
dengan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Siempat Nempu Hilir, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Silima Pungga-Pungga dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Tigalingga. Puskesmas ini sudah berdiri sejak tahun 1973 dan saat ini jumlah
petugas kesehatan adalah 44 orang antara lain dokter 2 orang, perawat 9 orang,
kesling 2 orang, farmasi 1 orang, tenaga lain 2 orang dan sisanya bidan. Wilayah
kerja puskesmas tersebut adalah 13 desa yang terdiri dari 10 Pustu, 5 Poskesdes
dan 13 Polindes. Puskesmas Buntu Raja juga memiliki 6 posyandu lansia antara
lain posyandu lansia Hutaimbaru, Jumateguh, Gomit, Soban, Jumantuang dan
Adian Nangka yang dalam hal ini merupakan lokasi dilakukannya penelitian.
2. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data
yang dilakukan sejak tanggal 20 Juli 2013 sampai dengan 20 September 2013 di
seluruh posyandu lansia Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu
responden, pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia
pengguna posyandu.
2.1Karakteristik Responden
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang berjumlah 61
orang meliputi usia lansia, jenis kelamin lansia, pendidikan lansia dan suku lansia.
Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh sebagian besar responden
berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 46 orang (75,4%), karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin diperoleh sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 42 orang (68,9%), karakteristik responden berdasarkan
pendidikan diperoleh sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak
45 orang (73,8%) dan karakteristik responden berdasarkan suku diperoleh total
responden bersuku Batak, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. (lanjutan)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Suku
Batak 100 100%
2.2 Pelaksanaan Posyandu Lansia
Hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan program posyandu lansia
didapatkan bahwa mayoritas responden di posyandu lansia Puskesmas Buntu Raja
Kecamatan Siempat Nempu menyatakan pelaksanaan program posyandu sudah
terlaksana sepenuhnya (96,7%) sedangkan yang menyatakan pelaksanaan
posyandu lansia terlaksana sebagian hanya 3,3% seperti dalam tabel berikut:
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)
Pelaksanaan program posyandu Frekuensi Persentase (%)
Terlaksana sepenuhnya
Terlaksana sebagian
59
2
96,7
3,3
Penelitian pelaksanaan program posyandu dapat dilihat secara rinci
berdasarkan kuesioner, dimana terdapat persentase untuk masing-masing
pertanyaan pada pilihan jawaban ya dan tidak. Hasil persentase pelaksanaan
posyandu sudah terlaksana dalam hal pegukuran tekanan darah yakni 100% dan
pengukuran tinggi badan menunjukkan persentase terendah yakni 42,6%, seperti
dalam tabel berikut:
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kuesioner pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)
No Berdasarkan pelaksanaan posyandu lansia Ya
n (%)
Tidak
n (%)
1. Pada awal pelaksanaan posyandu lansia
dilakukan pendaftaran terlebih dahulu
untuk setiap lansia yang datang.
54 (88,5) 7 (11,5)
2. Di posyandu lansia dilakukan
penimbangan berat badan
55 (90,2) 6 (9,8)
3. Di posyandu lansia dilakukan pengukuran
tinggi badan
26 (42,6) 35 (57,4)
4. Petugas posyandu membuat catatan hasil
penimbangan dan pengukuran tinggi badan
lansia di KMS masing-masing lansia
57 (93,4) 4 (6,6)
5. Petugas posyandu melakukan pelayanan
kesehatan seperti mengukur tekanan darah
61 (100) 0
6. Petugas posyandu melakukan pelayanan
kesehatan seperti pemberian obat
61 (100) 0
7. Di posyandu lansia dilakukan penyuluhan 38 (62,3) 23 (37,7)
8. Di posyandu lansia dilakukan pemeriksaan
fisik
52 (85,2) 9 (14,8)
9. Di posyandu lansia dilakukan konsultasi
kesehatan dengan petugas posyandu
2.3. Tingkat Kepuasan Lansia
Hasil penelitian tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu didapatkan
dengan kategori puas adalah sebanyak 42 orang (68,9%), kategori tidak puas 10
orang (16,3%) dan sangat puas sebanyak 9 orang (14,8%). Distribusi dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)
Kategori kepuasan Frekuensi Persentase(%)
Sangat puas
Penelitian berdasarkan kuesioner tingkat kepuasan lansia pengguna
posyandu didapatkan dari pilihan jawaban memuaskan, sebagian besar lansia
menyatakan puas pada kejelasan tentang prosedur pelaksanaan posyandu yaitu 49
orang (80,3%), untuk pilihan jawaban tidak memuaskan, sebagian besar lansia
menyatakan tidak puas pada lama waktu petugas posyandu yang diberikan untuk
bercerita dengan lansia yaitu sebanyak 20 orang (32,8%). Untuk pilihan jawaban
sangat memuaskan, sebagian besar lansia menyatakan sangat puas terhadap
kecepatan petugas kesehatan dalam menanggapi permintaan lansia yaitu 16 orang
(26,2%) dan pilihan jawaban sangat tidak memuaskan, sebagian besar lansia
menyatakan sangat tidak puas pada lama waktu petugas dalam melakukan
Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)
No Berdasarkan tingkat kepuasan
lansia pengguna posyandu dengan tempat tinggal Bapak/Ibu
Kemudahan dalam memperoleh layanan kesehatan di posyandu lansia
Informasi yang diberikan petugas kesehatan tentang peraturan dan tata tertib saat pertama kali Bapak/Ibu masuk posyandu kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
Keadaan yang dirasakan semakin membaik setelah mengikuti posyandu lansia
Rasa pengertian dan kesadaran petugas kesehatan dalam menanggapi keluhan Bapak/Ibu
Informasi yang diberikan akan
11 yang diberikan dengan keluhan Bapak/Ibu
Lama waktu yang diberikan petugas kesehatan untuk memeriksa kondisi Bapak/Ibu
Lama waktu yang diluangkan petugas kesehatan untuk bercerita dengan Bapak/Ibu
Penjelasan petugas kesehatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung
Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan terhadap indikator akses layanan
kesehatan didapatkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu dengan kategori
puas adalah sebanyak 47 orang (77,0%), dengan kategori sangat puas 8 orang
(13,1%) dan tidak puas sebanyak 6 orang (9,8%), dapat dilihat dalam tabel
Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan akses layanan kesehatan (n=61)
Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%)
Sangat puas
Indikator kedua tingkat kepuasan lansia adalah berdasarkan mutu layanan
kesehatan. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu tingkat kepuasan dengan
kategori puas adalah sebanyak 42 orang (68,9%), dengan kategori sangat puas 15
orang (24,6%) dan tidak puas sebanyak 4 orang (6,6%), dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan mutu layanan kesehatan (n=61)
Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%)
Sangat puas
Penelitian tentang kepuasan lansia dari indikator yang ketiga yaitu terhadap
proses layanan kesehatan diperoleh hasil kategori puas adalah sebanyak 44 orang
Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan proses layanan kesehatan (n=61)
Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%)
Sangat puas
Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan lansia berdasarkan indikator
sistem layanan kesehatan didapatkan untuk kategori puas adalah sebanyak 41
orang (67,2%), dengan kategori tidak puas 13 orang (21,3%) dan sangat puas
sebanyak 7 orang (11,5%), dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan sistem layanan kesehatan (n=61)
Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%)
3. Pembahasan
3.1 Pelaksanaan Program Posyandu Lansia
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan program posyandu
lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu diperoleh data bahwa
mayoritas sudah terlaksana sepenuhnya yaitu 96,7% sedangkan untuk kategori
terlaksana sebagian yaitu 3,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas
posyandu lansia sudah melaksanakan tupoksi dengan baik.
Azizah (2011) menyebutkan mekanisme pelaksanaan posyandu lansia
dilakukan dengan 3 tahap yaitu meja pertama yang terdiri dari pendaftaran,
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, meja kedua yang terdiri
dari pencatatan, pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta meja ketiga yang
terdiri dari penyuluhan dan konseling.
Hasil penelitian terhadap pelaksanaan pengukuran berat badan sudah
terlaksana sepenuhnya (90,2%) dikarenakan masing-masing posyandu sudah
dilengkapi dengan alat penimbang berat badan, namun masih ada lansia yang
menyatakan tidak dilakukan penimbangan berat badan. Dari pengamatan peneliti,
hal tersebut terjadi karena jumlah petugas di masing-masing posyandu lansia
terbatas dan beberapa posyandu tidak memiliki kader untuk membantu petugas
pada saat berlangsung posyandu lansia, sehingga beberapa lansia tidak melakukan
penimbangan berat badan.
Pelaksanaan pengukuran tinggi badan, didapatkan hasil 42,6% terlaksana,