• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penerimaan Diri Pada Dewasa Madya Penderita Gagal Ginjal Terminal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penerimaan Diri Pada Dewasa Madya Penderita Gagal Ginjal Terminal"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

NO :

Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara, saya mengadakan penelitian di bidang psikologi perkembangan. Saya

membutuhkan sejumlah data yang akan saya peroleh dengan adanya kerjasama bersama anda yang mengisi

skala ini.

Saya mengharapkan kesediaan anda meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala ini. Skala ini terdiri

dari sejumlah pernyataan. Cara menjawab selanjutnya akan dijelaskan di dalam petunjuk pengisian. Untuk itu

saya harapkan agar anda memperhatikan setiap petunjuk yang ada. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang

benar ataupun salah, yang saya harap dan butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian

saja. Jika telah selesai, periksa kembali jawaban anda jangan sampai ada pernyataan yang terlewati dan belum

diisi.

Bantuan anda dalam mengisi skala ini sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini, atas

kerjasama anda saya mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(3)

Lembar Identitas

Nama / Inisial : Jenis Kelamin : (L / P)

Usia : Pendidikan :

Status Pernikahan :

Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan keadaan diri anda. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban berdasarkan keadaan diri anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan anda. Terdapat lima pilihan alternatif jawaban yang tersedia, yaitu:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

N : Netral TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh:

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya bahagia dengan kehidupan ini. x X

Jika ingin mengubah jawaban anda

No. Pernyataan SS S N TS STS

(4)

Skala

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Kehadiran saya selalu diterima orang lain.

2. Saya yakin atas kemampuan yang saya miliki.

3. Saya merasa malu akan segala kekurangan yang ada pada diri saya.

4. Saya merasa kurang maksimal dalam mewujud kan rencana masa depan saya.

5. Saya bersyukur atas segala sesuatu yang ada pada diri saya. 6. Saya suka menonjolkan bakat yang saya miliki.

7. Kekurangan dalam diri saya menjadi penghambat untuk saya maju.

8. Saya tahu akan gagal, tetapi saya tetap mengerjakannya. 9. Memasuki usia sekarang, saya tidak khawatir dengan

perubahan yang terjadi pada penampilan saya.

10. Saya yakin dapat menyelesaikan permasalahan saya sendiri

11. Memasuki usia sekarang, saya takut penampilan saya menurun.

12. Saya senang jika melihat orang lain yang menonjolkan bakatnya.

13. Saya khawatir ada orang yang membenci saya karena kekurangan yang saya miliki.

14. Saya merasa belum optimal memanfaatkan diri saya.

(5)

No. Pernyataan SS S N TS STS

17. Saya mudah berbicara dengan orang yang baru saya kenal. 18. Saya senang jika ada orang yang mengkritik saya.

19. Saya merasa malu jika bertemu dengan orang lain. 20. Saya tidak suka menerima kritikan dari orang lain. 21. Sayamampumengerjakanapa yang orang lainlakukan. 22. Saya mengabaikan saran-saran dari orang lain.

23. Saya mampu dan yakin menghadapi segala tantangan dalam kehidupan.

24. Saya yakin orang lain mengkritik saya untuk kebaikan saya. 25. Ketika bertemu orang lain, saya lebih banyak diam.

26. Saya menerima setiap masukan yang baik atau yang buruk bagi diri saya.

27. Saya merasa putus asa, jika orang lain mampu melakukan pekerjaan yang sulit.

28. Saya merasa putus asa atas kritikan dari orang lain.

29. Apa yang saya lakukan sesuai dengan harapan dan tuntutan dari dalam diri saya.

30. Saya tidak ambil pusing terhadap orang-orang yang mengejek saya.

31. Saya selalu mengerjakan pekerjaan di luar kemampuan saya

32. Jika seseorang mengkritik saya secara langsung, saya merasa direndahkan.

33. Saya bertanggung jawab atas keputusan yang saya buat.

(6)

No. Pernyataan SS S N TS STS

35. Walaupun akan menghabiskan waktu yang lama dan sia-sia, saya akan tetap mengerjakan pekerjaan tersebut.

36. Saya merasa berharga dihadapan orang lain.

37. Saya selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya.

38. Saya merasa tidak yakin terhadap diri saya.

39. Saya melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya.

40. Saya merasa yakin terhadap diri saya.

41. Saya akan mengikuti perkataan orang lain tanpa memikirkannya.

42. Saya merasa senang jika berkumpul dengan orang lain.

43. Dalam melakukan pekerjaan saya berusaha semaksimal mungkin dan biar orang lain yang menilainya.

44. Saya lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain

45. Jika benar, saya akan mempertahankan pendirian saya. 46. Saya malu dengan keadaan latarbelakang saya.

47. Saya akan membiarkan orang lain selangkah lebih maju dari saya.

(7)

No. Pernyataan SS S N TS STS

50. Saya akan menolak dan menghindari sesuatu yang tidak ingin saya lakukan

51. Saya tidak akan menceritakan masalah yang saya hadapi, walaupun masalah tersebut berat bagi saya.

52. Saya menikmati setiap hal yang saya lakukan. 53. Saya bersyukur dengan kondisi saya saat ini.

54. Saya akan tetap melakukan sesuatu yang tidak ingin saya lakukan.

55. Saya dapat menerima keadaan saya.

56. Selama ini, saya merasa tidak leluasa dalam melakukan pekerjaan saya.

57. Saya tidak dapat menerima keadaan saya.

58. Jika saya mengalami kegagalan, saya yakin Tuhan pasti memiliki rencana yang baik bagi saya.

59. Saya tertutup mengenai diri saya terhadap orang lain.

60. Saya tahu bahwa diri saya tidak sempurna, tetapi saya bahagia.

61. Saya tertutup terhadap perasaan yang saya rasakan dari diri dan orang lain.

62. Saya merasa kehidupan orang disekitar saya lebih beruntung dari kehidupan saya.

(8)

No. Pernyataan SS S N TS STS

64. Saya merasa terganggu atas kekurangan saya.

65. Saya mampu terbuka tentang diri saya terhadap orang lain.

66. Saya merasa kurang beruntung dengan kesulitan yang saya alami.

67. Saya akan mengekspresikan perasaan tanpa harus menipu diri dan orang lain.

68. Jika salah, saya akan memperbaiki kesalahan tersebut.

Periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada nomor yang

terlewati.

(9)

RELIABILITY

(10)
(11)

VAR00060 257.01 446.786 .376 .901 variables in the procedure.

(12)
(13)

NO :

Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

Medan

(14)

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara, saya mengadakan penelitian di bidang psikologi perkembangan. Saya

membutuhkan sejumlah data yang akan saya peroleh dengan adanya kerjasama bersama anda yang mengisi

skala ini.

Saya mengharapkan kesediaan anda meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala ini. Skala ini terdiri

dari sejumlah pernyataan. Cara menjawab selanjutnya akan dijelaskan di dalam petunjuk pengisian. Untuk itu

saya harapkan agar anda memperhatikan setiap petunjuk yang ada. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang

benar ataupun salah, yang saya harap dan butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian

saja. Jika telah selesai, periksa kembali jawaban anda jangan sampai ada pernyataan yang terlewati dan belum

diisi.

Bantuan anda dalam mengisi skala ini sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini, atas

kerjasama anda saya mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(15)

Lembar Identitas

Nama / Inisial : Jenis Kelamin : (L / P)

Usia : Pendidikan :

Status Pernikahan :

Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan keadaan diri anda. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban berdasarkan keadaan diri anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan anda. Terdapat lima pilihan alternatif jawaban yang tersedia, yaitu:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

N : Netral TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh:

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya bahagia dengan kehidupan ini. x X

Jika ingin mengubah jawaban anda

No. Pernyataan SS S N TS STS

(16)

Skala

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Kehadiran saya selalu diterima orang lain.

2. Saya yakin atas kemampuan yang saya miliki.

3. Saya merasa malu akan segala kekurangan yang ada pada diri saya.

4. Saya merasa kurang maksimal dalam mewujud kan rencana masa depan saya.

5. Saya bersyukur atas segala sesuatu yang ada pada diri saya. 6. Kekurangan dalam diri saya menjadi penghambat untuk saya

maju.

7. Saya tahu akan gagal, tetapi saya tetap mengerjakannya. 8. Memasuki usia sekarang, saya tidak khawatir dengan

perubahan yang terjadi pada penampilan saya.

9. Memasuki usia sekarang, saya takut penampilan saya menurun.

10. Saya senang jika melihat orang lain yang menonjolkan bakatnya.

11. Saya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 12. Saya mudah berbicara dengan orang yang baru saya kenal. 13. Saya senang jika ada orang yang mengkritik saya.

14. Saya merasa malu jika bertemu dengan orang lain. 15. Saya tidak suka menerima kritikan dari orang lain.

(17)

No. Pernyataan SS S N TS STS

18. Saya mampu dan yakin menghadapi segala tantangan dalam kehidupan.

19. Saya yakin orang lain mengkritik saya untuk kebaikan saya. 20. Saya menerima setiap masukan yang baik atau yang buruk

bagi diri saya.

21. Saya merasa putus asa atas kritikan dari orang lain.

22. Apa yang saya lakukan sesuai dengan harapan dan tuntutan dari dalam diri saya.

23. Saya tidak ambil pusing terhadap orang-orang yang mengejek saya.

24. Jika seseorang mengkritik saya secara langsung, saya merasa direndahkan.

25. Saya merasa rendah diri dihadapan orang lain.

26. Walaupun akan menghabiskan waktu yang lama dan sia-sia, saya akan tetap mengerjakan pekerjaan tersebut.

27. Saya merasa berharga dihadapan orang lain.

28. Saya selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya.

29. Saya merasa tidak yakin terhadap diri saya.

30. Saya merasa yakin terhadap diri saya.

31. Saya akan mengikuti perkataan orang lain tanpa memikirkannya.

(18)

No. Pernyataan SS S N TS STS

33. Jika benar, saya akan mempertahankan pendirian saya. 34. Saya malu dengan keadaan latar belakang saya.

35. Saya merasa latarbelakang saya tidak membuat saya ditolak orang lain.

36. Saya akan tetap mengerjakannya walaupun hal tersebut salah.

37. Saya menikmati setiap hal yang saya lakukan. 38. Saya bersyukur dengan kondisi saya saat ini. 39. Saya dapat menerima keadaan saya.

40. Selama ini, saya merasa tidak leluasa dalam melakukan pekerjaan saya.

41. Saya tidak dapat menerima keadaan saya.

42. Saya tertutup mengenai diri saya terhadap orang lain.

43. Saya tahu bahwa diri saya tidak sempurna, tetapi saya bahagia.

44. Saya tertutup terhadap perasaan yang saya rasakan dari diri dan orang lain.

45. Saya merasa kehidupan orang disekitar saya lebih beruntung dari kehidupan saya.

46. Saya menceritakan masalah yang saya alami ketika dirasa masalah tersebut terlalu berat bagi saya.

(19)

No. Pernyataan SS S N TS STS

48. Saya mampu terbuka tentang diri saya terhadap orang lain.

49. Saya merasa kurang beruntung dengan kesulitan yang saya alami.

50. Jika salah, saya akan memperbaiki kesalahan tersebut. 51. Saya bertanggung jawab atas keputusan yang saya buat.

52. Saya khawatir ada orang yang membenci saya karena kekurangan yang saya miliki.

Periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada nomor yang

terlewati.

(20)

No. Nama/Inisial Usia Jenis Kelamin

(21)

15. Wardah Sagala 51 29. Adrinal Sofyan

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Istilah Kedokteran

Amonia :

Produk sampingan metabolisme beracun yang biasanya diekskresikan dalam urin. Anemia :

Suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam aliran darah berada pada tingkat yang lebih rendah daripada yang dianggap normal. Aterosklerosis :

Akumulasi kolesterol di dalam dinding pembuluh darah arteri, yang jika cukup parah dapat menghambat aliran darah ke berbagai organ.

Coping :

Suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah.

Dehidrasi :

Kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk.

Dialisis :

Metode untuk menyaring limbah dari darah yang menggantikan fungsi ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Elektrolit :

Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik.

Ensefalopati :

Penyakit degeneratif otak. Hematologi :

Spesialisasi medis yang berkenaan dengan studi mengenai darah, jaringan yang menghasilkan darah, dan kelainan, penyakit, dan gangguan yang berkaitan dengan darah.

Hemodialisis (cuci darah) :

(29)

Hipertensi :

Peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik alias berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi.

Insufisiensi :

Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsinya secara memadai. Kalium atau potassium :

Mineral penting yang membantu mengatur fungsi jantung, tekanan darah, saraf dan aktivitas otot. Kalium juga dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat dan protein dan membantu menjaga pH yang tepat dalam tubuh.

Kardiovaskuler :

Berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Metabolisme :

Pada tingkat sel : aktivitas kimia yang terjadi dalam sel, melepaskan energi dari nutrisi atau menggunakan energi untuk membuat zat lain, misalnya protein. Nefron :

Struktur mikroskopis berbentuk tabung pada ginjal yang berfungsi menyaring darah dan membuang limbah.

Penyakit akut :

Penyakit yang terjadi secara mendadak dan terkadang membutuhkan pertolongan segera seperti pendarahan akut atau penyakit lainnya. Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan penangan secara darurat dan dan frekuensi resikonya pun lemah.

Penyakit kronis :

Penyakit yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit yang telah berlangsung lama, pengobatan yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang. Ada berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur hidup.

Restless Leg Syndrome (RLS) :

(30)

Sodium :

Elemen dan komponen elektrolit dan garam yang membantu mengatur keseimbangan cairan sel.

Tomatitis :

Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti : tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur dan penggunaan kemoterapi.

Transplantasi :

Pengangkatan suatu organ atau jaringan dari suatu organisme, kemudian diimplantasikan melalui pembedahan ke organisme lain untuk memberikan struktur dan fungsi.

Urea :

Suatu zat yang mengandung nitrogen dan biasanya dibersihkan dari darah oleh ginjal ke dalam urin.

Uremia :

(31)

56

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A., A. Prabakaran, and T.M. Said. 2005. Oxidative Stress and Antioxidants in Male Infertility a Difficult Balance. Iranian Journal of Reproductive Medicine. http://www.bioline.org.br/pdf?r m05001. Diakses 2 desember 2016.

Anggraini, Desi. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan (Intelektual, Emosi, Spiritual) dengan Penerimaan Diri pada Dewasa Madya Muda penyandang Cacat Tubuhdi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azahra. M. 2013. Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi pada Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisis. Http://jogjapress.com/index.php/empathy/article/download/1544/882. Diakses 28 Desember 2016.

Azwar, S. 1999. Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha.

---. 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Yogyakarta: Liberty. ---. 2006. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ---. 2008. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

---. 2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y. 2009. Seri asuhan keperawatan: Klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC.

Brunner L and Suddarth D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.

(32)

Canisti, R. 2008. Gambaran kecemasan dan Depresi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa. www.digilib.ui.ac.id. Diakses 8 Desember 2016.

Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cooper, D. T. 2003. Sin, Pride, and Self-Acceptance: The Problem of Identity in

Theology and Psychology. Downer Groves, IL: InterVarsity Press.

Djadi. L. C. 2015. Epidemiologi Gagal Ginjal.

Http://cecilialudji.blogspot.co.id/2015/03/epidemiologi-gagal-ginjal.html. Diakses 18 Desember 2016.

Hadi, S. 2000. Metodologi research. Jilid I. Yogyakarta: Penerbit Andi

Handayani. I. 2014. Gagal Ginjal, si Penyusup Diam-diam. http://www.beritasatu.com/kesehatan/227244-gagal-ginjal-si-penyusup-diamdiam.html. Diakses 3 Agustus 2016

Hjlee, L.A., Ziegler, D. J. 1992. Personality Theories Basic Assumptions, Research, and Applications. Singapore: McGraw Hill International Book Company.

Hurlock, E.B 2002. Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlangga: Jakarta. Indonesian Renal Registry. 2011. Program Indonesian Renal Registry.

Http://www.indonesianrenalregistry.org/data/4th%20Annual%20Report%2 0Of%20IRR%202011.pdf. Diakses 2 September 2016

Iskandar. 2006. Gambaran Mekanisme Koping pada Pasien Hemodialisis, (Online). (http:////gambaran-mekanisme-koping-pada-pasien.html. diakses 26 November 2016).

Jahja. Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Jersild, A.T. 1958. The Psychology of Adolescence. New York: Mc Millan

Company.

---. 1963. The Psychology of Adolescent. New York: The Mc Millan. Kalkstein.S. & Tower, R.B. 2009. The daily spiritual experiences scale and well –

(33)

58

Kata Kutu, 2014. 10 Penyebab Kematian Di Dunia dan Di Indonesia, (Online), (http://katakutu.com/view_57_4/article/10%20Penyebab%20Kematian%2 0di%20Dunia%20&%20di%20Indonesia. Diakses 24 Januari 2017). Kurniawan & Mulyati. 2008. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

Penerimaan Diri Penderita Gagal Ginjal Terminal. Http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-01320014.pdf. Diakses 18 Agustus 2016.

Lubis AJ. 2006. Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisis. USU repository.

Masyuri. 2008. Penelitian Verifikatif. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi.

Nawawi Qolbinur. 2013. Populasi Penderita Gagal Ginjal terus Meningkat di 2013. http://health.okezone.com/read/2013/06/28/482/829210/populasi-penderita-gagal-ginjal-terus-meningkat-di-2013. Diakses 9 Agustus 2016 Nur Aini & Nur Asiyah. 2013. Psychological Well Being Penyandang Gagal

Ginjal.

Http://jurnalpsikologi.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpsikologi/article/view/1 2/5. Diakses 19 Agustus 2016.

Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Papalia, D. E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. 2009. Human Development edisi kesepuluh. Jakarta : Kencana.

Poerwanti, E. dkk. 1994. Dasar-Dasar Metode Penelitian. Malang : UMM Press Potter, PA., & Perry, AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC.

Purnama. M. Z. W. 2016. Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri pada Penderita Gagal Ginjal. Http://mpsi.umm.ac.id/files/file/267-276%20muh_%20zefry.pdf. Diakses 26 Desember 2016.

(34)

Rindiastuti.Yuyun. 2006. Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Http://yuyunrindi.files.wordpress.com/2008/05/deteksi-dini-dan-pencegahan-penyakit-gagal-ginjal-kronik.pdf. Diakses 15 oktober 2016. Rizkiana. Ulfa. 2012. Penerimaan Diri Pada Remaja Penderita Leukimia.

Http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Ar tikel_10504186.pdf. Diakses 30 Januari 2017.

Roesli, R.MA. 2008. Gagal ginjal.

http://www.pikiranrakyatonline/infokesehatan.com. Diakses 3 November 2016.

Rustina. 2012. Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD DR. Soedarso Pontianak Tahun 2012. Http://download.portalgaruda.org/article.php?article=32484&val=2307. Diakses 26 Desember 2016.

Santrock. J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (edisi kelima) Jakarta: Erlangga.

Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E. B., Zechmeister, J. S. 2007. Metode Penelitian Psikologi 7th ed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk). Jakarta: EGC.

Soenarso. 2004. Aspek klinik gangguan ginjal. Cimahi: FK. UNJANI.

Sudoyo, Aru. W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

---. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Internal Publishing.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Suhardja. 2003. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. IPB Bogor.

Sundara, T, Yayan, 2014. Penyakit Ginjal di Indonesia, Sampai di Mana?, (Online), (http://ppibelanda.org/penyakit-ginjal-di-indonesia-sampai-di-mana/. Diakses 24 Januari 2017).

(35)

60

Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tarigan G. A. 2014. Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pringadi Medan. Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41517/5/Chapter%20l.pdf . Diakses 9 Agustus 2016

(36)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif berupa penelitian deskriptif. Masyuri (2008) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala dan kelompok tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Pada penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan variabel tunggal yaitu: Penerimaan Diri.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : C.1 Penerimaan Diri

(37)

32

Penerimaan diri ini akan diukur dengan menggunakan skala penerimaan diri berdasarkan aspek-aspek pengukuran penerimaan diri yang dikemukakan oleh Jersild (1958), adapun aspek-aspek pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri

d. Respon atas penolakan dan kritikan

e. Keseimbangan antara “real self” dan “ideal self

f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri h. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

i. Kejujuran dalam menerima diri

j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri

(38)

33

D. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel D.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi secara umum terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah dewasa madya yang menderita gagal ginjal terminal.

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau yang dikenal dengan sampel.

Menurut Sugiyono (2010) sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian yang di gunakan oleh peneliti adalah individu yang menderita gagal ginjal terminal yang telah memasuki usia dewasa madya yaitu usia 40-55 tahun. Berdasarkan data unit hemodialisis menunjukkan pasien terbanyak ada pada kelompok usia madya sekitar 40-55 tahun yaitu sebanyak 30,26% dan diagnosa penyakit utama menunjukkan pasien gagal ginjal terminal merupakan pasien terbanyak yaitu 84% (Indonesian Renal Registry, 2014)

D.2 Jumlah Sampel Penelitian

(39)

34

Besarnya anggota sampel yang di pilih selain berdasarkan pertimbangan ketepatan dan efisiensi biaya, tenaga, waktu dan kemampuan, juga berdasarkan atas kemungkinan penolakan dari subjek yang setuju dengan karakteristik (Arikunto, 2008).

Menurut Azwar (2006) secara tradisional, jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Dengan memperhatikan kemampuan peneliti dan atas pertimbangan di atas maka jumlah sampel yang di rencanakan pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

D.3 Metode Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994).

Teknik pengambilan sampel menggunakan insidental sampling, yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

E. Metode Pengambilan Data

(40)

35

data melalui tulisan-tulisan tentang pertanyaan atau pernyataan untuk mengukur variabel tertentu.

Menurut Azwar (1999) karakteristik dari skala psikologi yaitu stimulus berupa pernyataan ataupun pertanyaan yang dapat mengungkapkan indikator perilaku responden. Indikator perilaku diungkapkan melalui aitem-aitem, respon jawaban subjek yang dapat diterima selama diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hadi (2000) mengungkapkan skala psikologis dapat mengungkapkan laporan diri (self report). Azwar (2010) juga mengemukakan bahwa metode skala dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert. Pada model penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu skala psikologi, yaitu skala penerimaan diri.

E.1 Penerimaan Diri

(41)

36

(STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (Favorable) atau tidak mendukung (Unfavorable).

Tabel 1. Skor alternatif jawaban skala

Favorable Unfavorable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala penerimaan diri yang di buat berdasarkan konsep Jershild (1958) yaitu :

Tabel 2. Blue print try out skala Penerimaan Diri

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jumlah

Favorable Unfavorable

Penerimaan Diri

Persepsi Mengenai diri dan

Sikap terhadap penampilan 1,5,9 3,7,11 6

Sikap Terhadap Kelemahan dan Kekuatan Diri Sendiri

dan Orang Lain 2,6,10,12 4,8,14,16 8

Perasaan Rendah Diri sebagai

Gejala Penolakan Diri 15,17,21,23 13,19,25,27 8

Respon atas Penolakan dan

Kritikan 18,24,26,30 20,22,28,32 8

Keseimbangan antara “real

self” dan “ideal self” 29,33,37 31,35,39 6

Penerimaan Diri dan

Penerimaan Orang Lain 36,40,42 34,38,44 6

Penerimaan Diri, Menuruti Kehendak, dan Menonjolkan

(42)

37

Penerimaan Diri, Spontanitas,

Menikmati Hidup 48,50,52 46,54,56 6

Aspek Moral Penerimaan

Diri 63,65,67 51,59,61 6

Sikap Terhadap Penerimaan

Diri 58,60,53,55 62,64,66,57 6

Total 34 34 68

F. Uji Coba Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur yaitu untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran. Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala kepada responden yang memiliki karakteristik yaitu individu yang telah memasuki usia dewasa madya 40 sampai 55 tahun.

F.1 Validitas Alat Ukur

Menurut Shaughnessy, Zeichmeister, & Zaichmeister (2012) validitas adalah kebenaran suatu pengukuran, apakah aitem mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan Azwar (2000) mendefenisikan uji validitas alat ukur merupakan sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudnya untuk diukur, artinya mengukur derajat fungsi suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Validitas yang digunakan yaitu content validity.

Content validity adalah validitas yang menggunakan langkah telah dan revisi aitem pertanyaan berdasarkan dari pendapat professional (menggunakan

(43)

38

F.2 Reliabilitas Alat Ukur

Konsep reliabilitas mengacu pada apakah suatu instrumen dapat diinterpretasi secara konsisten dalam suatu pengukuran dan dalam situasi yang berbeda-beda (Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister, 2012). Reliabilitas merupakan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, yaitu apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2000). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), merupakan suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.

F.3 Uji Daya Beda Aitem

(44)

39

dengan fungsi tes. Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur penelitian, yaitu pada penelitian ini menggunakan skala penerimaan diri.

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Hasil uji coba skala penerimaan diri dilakukan pada 300 orang dewasa madya yang berusia 40 sampai 55 tahun.

G.1 Hasil Uji Coba Skala Penerimaan Diri

Hasil uji coba skala penerimaan diri menghasilkan 52 aitem yang diterima dari 68 aitem yang diuji cobakan, Indeks diskriminasi aitem r ≥ 0.30 dengan koefisien reliabilitas r= 0,903. Berikut ini merupakan distribusi aitem-aitem skala penerimaan diri setelah uji reliabilitas :

Tabel 3. Blue Print fix Skala Penerimaan diri

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jumlah

Favorable Unfavorable

Penerimaan Diri Persepsi Mengenai diri dan

Sikap terhadap penampilan 1,5,8 3,6,9 6

Sikap Terhadap Kelemahan dan Kekuatan Diri Sendiri

dan Orang Lain 2,10 4,7 4

Perasaan Rendah Diri sebagai

Gejala Penolakan Diri 11,12,16,18 14,52 6

Respon atas Penolakan dan

Kritikan 13,19,20,23 15,17,21,24 8

Keseimbangan antara “real

self” dan “ideal self” 22,28,51 26 4

Penerimaan Diri dan

(45)

40

Penerimaan Diri, Menuruti Kehendak, dan Menonjolkan

Diri 32,33,50 31,36 5

Penerimaan Diri, Spontanitas,

Menikmati Hidup 35,37 34,40 4

Aspek Moral Penerimaan

Diri 46,48 42,44 4

Sikap Terhadap Penerimaan

Diri 38,39,43 41,45,47,49 7

Total 28 24 52

H. Prosedur Penelitian

Adapun persiapan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut : 1. Pembuatan Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti membuat alat ukur berupa skala penerimaan diri berdasarkan teori. Peneliti membuat 68 aitem untuk skala penerimaan diri. Skala di buat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4. Setiap pernyatan memiliki 5 alternatif jawaban.

2. Permohonan Izin

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat permohonan izin mengambil data ke Fakultas Psikologi USU. Selanjutnya, surat tersebut akan diberikan kepada instansi terkait .

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas skala penerimaan diri pada penderita gagal ginjal terminal.

4. Revisi Alat Ukur

(46)

41

akan menemukan aitem-aitem yang valid dan reliabel. Ditemukan 52 aitem yang valid dan reliabel, setelah melakukan revisi kemudian peneliti melakukan pengambilan data yang sesungguhnya kepada responden yang sebenarnya. 5. Pengolahan Data

Skor skala penerimaan diri yang telah peneliti dapatkan dari responden yang sebenarnya maka selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data. Pengolahan data ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 for windows.

I. Metode Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal. Azwar (1999) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan.

Data yang diperoleh akan diolah dengan analisis statistik. Alasan yang mendasari digunakannya analisis statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan atau generalisasi penelitian. Pertimbangan lain adalah : (a) statistik bekerja dengan angka; (b) statistik bersifat objektif; dan (c) statistik bersifat universal (Hadi, 2000).

(47)

42

penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh untuk kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.

(48)

43

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa data penelitian yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang akan di jawab pada penelitian ini maupun pada analisa tambahan terhadap data yang ada.

A.Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Pada penelitian ini di dapatkan gambaran mengenai karakteristik subjek yang meliputi : usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pendidikan.

A.1 Usia Subjek Penelitian

Peneliti memilih usia 40-55 tahun, karena berdasarkan data unit hemodialisis menunjukkan pasien terbanyak yang menderita gagal ginjal terminal ada pada kelompok usia madya antara 40-55 tahun yaitu sebanyak 27% (Indonesian Renal Registry, 2011).

Tabel 4. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Usia N Persentase (%)

40-43 Tahun 19 19%

44-47 Tahun 19 19%

48-51 Tahun 29 29%

52-55 Tahun 33 33%

Total 100 100%

(49)

44

berjumlah 19 (19%), subjek berusia 48-51 tahun yaitu berjumlah 29 (29%) , dan subjek berusia 52-55 tahun yaitu berjumlah 33 (33%).

A.2 Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Tabel 5. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Perempuan 38 38%

Laki-Laki 62 62%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 38 (38%) dan jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 62 (62%).

A.3 Status Pernikahan Subjek Penelitian

Tabel 6. Gambaran subjek penelitian berdasarkan status pernikahan

Status Pernikahan N Persentase (%)

Menikah 96 96%

Belum Menikah 4 4%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang menikah ada sebanyak 96 orang (96%) dan jumlah subjek yang belum menikah ada sebanyak 4 orang (4%).

A.4 Pendidikan Subjek Penelitian

Tabel 7. Gambaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan

Pendidikan N Persentase (%)

SD 4 4%

SMP 12 12%

SMA 40 40%

Sarjana 44 44%

(50)

45

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berpendidikan SD ada sebanyak 4 (4%), jumlah subjek yang berpendidikan SMP ada sebanyak 12 (12%), jumlah subjek yang berpendidikan SMA ada sebanyak 40 (40%), dan jumlah subjek yang berpendidikan Sarjana ada sebanyak 44 (44 %).

B.Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal. Analisa gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal dapat dilakukan dengan menggunakan mean, nilai maks dan nilai min yang dimiliki subjek penelitian.

Setelah dilakukan uji reliabilitas, ditemukan 52 aitem telah memenuhi persyaratan untuk dianalisa menjadi penelitian dengan rentang skor 1-5 dan dihasilkan skor minimum 52, skor maksimum 260, mean 156 dengan standar deviasi 35. Hasil perhitungan skor empirik dan skor hipotetik penerimaan diri dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Gambaran skor Penerimaan Diri

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Penerimaan Diri

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

(51)

46

bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi.

Hasil dari data penelitian selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkategorisasikan gambaran penerimaan diri dalam tingkatan-tingkatan untuk menggolongkan berdasarkan norma. Hasil penelitian dapat dikategorisasikan berdasarkan kriteria yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi secara normal, penggolongannya terbagi atas tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Penggolongan penerimaan diri dilakukan dengan rumus kategorisasi dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Norma kategorisasi data penelitian

Rentang Nilai Kategori

Mean + 1 (SD) ≤ X Tinggi

Mean - 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Sedang X < Mean – 1 (SD) Rendah

Hasil mean empirik penerimaan diri 200,62 dan standar deviasi 16,853 maka kriteria kategorisasi penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal dengan persentasi subjek dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Kategorisasi skor penerimaan diri

Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase Penerimaan

Diri

217,473 ≤ X Tinggi 11 11 %

183,767 ≤ X < 217,473 Sedang 71 71%

X < 183,767 Rendah 18 18%

(52)

47

rendah. Hasil kategorisasi menunjukkan sebagian besar subjek memiliki penerimaan diri yang cukup baik.

C.Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga mendapatkan beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya penelitian, yaitu gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berdasarkan jenis kelamin subjek, status pernikahan subjek dan pendidikan subjek.

C.1 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Tabel 11. Gambaran Penerimaan Diri berdasarkan jenis kelamin subjek

Jenis Kelamin Min Maks N Mean SD

Perempuan 170 255 38 212,5 70,83

Laki-laki 161 236 62 198,5 66,16

Pada tabel 11 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan 212,5 dan nilai mean subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki 198,5. Nilai mean penerimaan diri berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, perempuan dan laki-laki bila dibandingkan dengan nilai kategori skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

C.2 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Status Pernikahan Subjek Tabel 12. Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Status

Pernikahan Subjek

Status Pernikahan Min Maks N Mean SD

Menikah 161 255 96 208 69,3

(53)

48

Pada tabel 12 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian yang memiliki status pernikahan menikah 208 dan nilai mean subjek penelitian yang memiliki status pernikahan belum menikah 200. Nilai mean

penerimaan diri berdasarkan status pernikahan subjek penelitian, menikah dan belum menikah bila dibandingkan dengan nilai skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

C.3 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Pendidikan Subjek Tabel 13. Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Pendidikan

Subjek

Pendidikan Min Maks N Mean SD

SD 170 214 4 192 64

SMP 171 215 12 193 64,3

SMA 161 235 40 198 66

Sarjana 215 229 44 222 74

Pada tabel 13 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SD 192, nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SMP 193, nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SMA 198 dan nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan S1 222. Nilai mean penerimaan diri berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian, SD, SMP, SMA dan Sarjana bila dibandingkan dengan nilai skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

D. Pembahasan

(54)

49

hipotetiknya, yang berarti bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi. Berdasarkan kategorisasi skor penerimaan diri menggambarkan sebanyak 71 orang (71%) subjek memiliki penerimaan diri yang cukup baik. Penerimaan diri subjek penelitian yang masuk dalam kategori sedang (cukup baik) ini juga dapat dikaitkan dengan masalah usia, Individu yang telah memasuki usia dewasa madya dalam cara berpikir dan tindakannya berbeda. Ia akan berpikir secara logis, pandai mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka, dapat menilai semua pengalaman hidup dengan baik dan mampu menghadapi berbagai persoalan hidup dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Jahja, 2011).

Menurut Djadi (2015) seiring dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal juga mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Semakin meningkatnya usia disertai dengan adanya penyakit kronis seperti darah tinggi atau diabetes, ginjal akan menjadi rusak dan tidak dapat di pulihkan kembali. Usia dewasa madya, individu mengalami banyak perubahan peran, mendapatkan tugas dan tanggung jawab. Individu akan mendapatkan tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, perubahan minat, penyesuaian juruan dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga (Hurlock, 2002).

(55)

50

fisiknya dan hal tersebut sangat membantu perkembangan sikap penerimaan diri ke arah yang positif. Hal ini disebabkan penilaian positif akan membuat rasa puas terhadap keadaan diri, dan rasa puas ini merupakan awal sikap positif terhadap dirinya dan diri orang lain (Walgito, 1994). Penerimaan diri yang baik pada dewasa madya juga dipengaruhi oleh cara menguasai, mengendalikan emosi dan mentalnya. Individu yang dapat mengendalikan dirinya akan menuju kehidupan yang bahagia dikarenakan selalu bersifat terbuka dalam menghadapi berbagai kenyataan-kenyataan hidup, tabah dalam menghadapi setiap kesulitan dan persoalan hidup, dapat merasa puas serta sanggup menerima segala sesuatunya dengan lapang dada (Jahja, 2011).

Menurut Hurlock (2002) Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila individu yang bersangkutan mau dan mampu memahami keadaan diri sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkannya, dan memiliki harapan yang realistis yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian dewasa madya penderita gagal ginjal terminal yang memiliki konsep menyenangkan dan rasional mengenai dirinya, maka dapat dikatakan penderita gagal ginjal tersebut dapat menyukai dan menerima dirinya.

(56)

51

Perempuan juga lebih mengutamakan apa yang terjadi pada dirinya dan lebih memperlihatkan usahanya untuk meningkatkan kesehatan sedangkan laki-laki sangat kecil untuk mencari bantuan (Papalia, 2009). Penerimaan diri yang tinggi pada perempuan dipengaruhi karena lingkungan di sekitar individu memberikan sikap yang baik dan hal tersebut memungkinkan berkembangnya sikap positif terhadap dirinya serta mempengaruhi caranya berprilaku. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik pada individu, maka individu akan cenderung untuk senang dan menerima dirinya (Hurlock, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin subjek, diperoleh data 62% laki-laki lebih banyak menderita gagal ginjal terminal daripada perempuan. Pada penelitian Rustina (2012), menyatakan bahwa berdasarkan karakteristik subjek menurut jenis kelamin terbanyak penderita gagal ginjal yang menjalani haemodialisa adalah laki-laki 56,72 % sedangkan perempuan sebanyak 43, 28 %, prevelensi ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Banyaknya responden laki-laki yang menderita penyakit disebabkan karena faktor gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, alkohol, obat terlarang, tekanan darah yang tinggi, kolestrol yang disebabkan makanan cepat saji dan diabetes (Agarwal, 2005).

Bila di tinjau dari status pernikahan subjek penelitian, nilai mean

(57)

52

akan menurun seiring dengan adanya dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga terutama pasangan hidup (Lubis, 2006). Menurut Hurlock (2002) dengan adanya dukungan dan tidak adanya tekanan yang berarti pada individu, akan memungkinkan individu untuk bersikap santai pada saat tegang. Kondisi yang demikian akan memberikan kontribusi bagi terwujudnya penerimaan diri.

Bila di tinjau dari tingkat pendidikan subjek penelitian, nilai mean

(58)

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian. Pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian, dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian berikutnya dengan topik yang sama. A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu :

1. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa mean empirik pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal lebih tinggi yaitu di bandingkan dengan mean hipotetiknya, yang berarti bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi.

2. Berdasarkan kategorisasi skor penerimaan diri didapatkan bahwa penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berada pada kategori sedang, yaitu cukup baik.

3. Hasil penelitian menurut jenis kelamin subjek penelitian diperoleh nilai mean

penerimaan diri pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki. 4. Hasil penelitian menurut status pernikahan subjek penelitian diperoleh nilai

(59)

54

5. Hasil penelitian menurut tingkat pendidikan subjek penelitian diperoleh nilai

mean penerimaan diri pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan Sarjana lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan lainnya.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal.

B1. Saran Metodologis

(60)

55

B.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berada pada kategori sedang. Walaupun demikian, diharapkan penderita gagal ginjal terminal dewasa madya untuk dapat meningkatkan penerimaan dirinya dengan cara lebih terbuka dengan orang terdekat dan lingkungannya, baik pada subjek berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berstatus sudah menikah dan belum menikah serta subjek dengan tingkat pendidikan tertentu agar memiliki harapan yang positif terhadap keadaan yang di alami, yakin dan percaya pada diri serta menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri (Jersild, dalam hurlock 2002). Menurut Azahra (2012) Sangat penting bagi penderita gagal ginjal terminal memiliki konsep diri positif karena dapat membantu individu memiliki penerimaan diri yang tinggi dan akan membuat individu tidak mudah merasa putus asa, sedih dan bersikap pesimis dengan keadaan yang dialaminya serta menjauhkan individu dari gangguan depresi, karena individu yang memiliki penerimaan diri yang tinggi mereka akan menganggap dirinya berharga dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya.

(61)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri

A.1 Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Hurlock, 2002).

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengatakan penerimaan diri adalah individu menerima dirinya sendiri dan yakin akan standar-standar serta pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari asset diri yang di milikinya, merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginanya, serta menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.

Menurut Santrock (2002) penerimaan diri adalah suatu keadaan yang disadari oleh diri sendiri untuk menerima begitu saja kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Seperti yang dikemukakan Cooper (2003) penerimaan diri merupakan suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan mempunyai kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut.

(62)

12

Chaplin (2004) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan rasa puas terhadap kualitas, bakat yang dimiliki serta pengakuan terhadap keterbatasan diri. Pengakuan terhadap keterbatasan diri ini tidak disertai dengan perasaan malu dan bersalah. Individu tersebut akan menerima keadaan mereka apa adanya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan kelebihan dan kekurangan yang di miliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

A.2 Aspek-aspek Pengukuran Penerimaan diri

Menurut Jersild (1958) aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut : a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.

(63)

13

yang tidak mungkin, atau berusaha menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Ia pun tidak berdiam diri dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya, ia akan menggunakan bakat yang di milikinya dengan lebih leluasa. Individu yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan kekuatan dirinya akan bersikap baik pula dalam menilai kelemahan dan kekuatan orang lain.

c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri

Individu yang terkadang merasakan rendah diri (inferiority complex) adalah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik atas dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri maka ia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan di tolak oleh orang lain.

d. Respon atas penolakan dan kritikan

(64)

14

penolakan terhadapnya. Penting dalam penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar dari pengalaman dan meninjau kembali sikapnya yang terdahulu untuk memperbaiki diri.

e. Kesimbangan antara “real self” dan “ideal self

Individu yang memiliki penerimaan diri adalah individu yang mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam batas-batas memungkinkan individu ini mungkin memiliki ambisi yang besar, namun tidak mungkin untuk mencapainya walaupun dalam jangka waktu yang lama dan menghabiskan energinya. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuannya individu mempersiapkan dalam konteks yang mungkin dicapai, untuk memastikan dirinya tidak akan kecewa saat nantinya. Berarti individu memiliki keberanian dalam menghadapi segala resiko yang akan timbul akibat perilakunya.

f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

(65)

15

g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri

Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda. Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan dirinya. Individu yang menerima dirinya akan menerima dan bahkan menuntut pembagian yang layak akan sesuatu yang baik dalam hidup dan tidak mengambil kesempatan yang tidak pantas untuk memiliki posisi yang baik atau menikmati sesuatu yang bagus, dalam hal menonjolkan diri ia tidak akan membiarkan orang lain selangkah lebih maju darinya dan mengganggu langkahnya. Individu dengan penerimaan diri menghargai harapan orang lain dan meresponnya dengan bijak. Namun, ia memiliki pendirian yang terbaik dalam berfikir, merasakan dan membuat pilihan. Ia tidak hanya akan menjadi pengikut apa yang dikatakan orang lain.

h. Penerimaan diri, spontanitas, dan menikmati hidup

(66)

16

i. Kejujuran dalam menerima diri

Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah individu yang memiliki fleksibilitas dalam pengaturan hidupnya. Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa nantinya, dan tidak menyukai kepura-puraan. Individu ini dapat secara terbuka mengakui dirinya sebagai individu yang pada suatu waktu dalam masalah, merasa cemas, ragu, dan bimbang tanpa harus menipu diri dan orang lain.

j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri

Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Banyak hal dalam perkembangan seorang individu yang belum sempurna, individu yang dapat menerima dirinya akan menggunakan kemampuannya dengan baik dalam perkembangan hidupnya.

A.3 Ciri-ciri Penerimaan Diri

Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengemukakan beberapa ciri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan orang yang menolak keadaan diri (denial). Berikut ini adalah ciri dari orang yang menerima keadaan diri :

a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri

(67)

17

c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional

d. Menyadari aset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya

e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri A.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Jersild (dalam Anggraini, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sebagai berikut :

a. Usia

Penerimaan diri individu cenderung sejalan dengan usia individu tersebut. Semakin matang dan dewasa seseorang maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan dirinya.

b. Pendidikan

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentu akan memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kepuasan diri yang diraih.Seseorang yang merasa puas akan dirinya, tentu dapat menerima dirinya secara realistis.

c. Keadaan Fisik

Menurut Fuhrman (1990), keadaan fisik sesorang akan mempengaruhi tingkat penerimaan diri.

(68)

18

d. Dukungan Sosial

Penerimaan diri juga lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mendapat perlakuan yang lebih baik dan menyenangkan.

e. Pola Asuh Orang Tua

Hurlock (2002) mengemukakan bahwa pola asuh yang baik akan membuat individu merasa dihargai sebagai manusia dalam keluarga. Individu yang merasa dihargai sebagai manusia cenderung akan menghargai dirinya sendiri dan memperkirakan sendiri tanggung jawab yang harus dipikulnya, sehinggaia akan mengendalikan perilakunya sendiri dengan kerangka aturan yang ia buat dengan berpedoman pada norma-norma yang ada di masyarakat. B.Masa Dewasa

Hurlock (dalam Jahja, 2011) membagi masa dewasa menjadi tiga bagian : 1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)

Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

a. Ciri-ciri masa dewasa dini

Masa dewasa dini sebagai “masa pengaturan”, masa dewasa dini

sebagai “usia reproduktif”, masa dewasa dini sebagai “masa

bermasalah”, masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional,

(69)

19

dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa dewasa dini sebagai masa kreatif.

b. Tugas perkembangan masa dewasa dini

Mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawa sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.

2. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.

a. Ciri-ciri masa dewasa madya

Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti, usia madya merupakan masa transisi, usia madya merupakan masa stres, usia madya merupakan “usia yang berbahaya”, usia madya merupakan “usia

(70)

20

b. Tugas perkembangan usia madya

Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, tugas yang berkaitan dengan perubahan minat, tugas yang berkaitan dengan penyesuaian juruan dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.

3. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)

Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.

a. Ciri-ciri masa dewasa lanjut

Usia lanjut merupakan periode kemunduran, Perbedaan individual pada efek menua, usia lanjut dinilai dengan kriteria berbeda, usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas, usia lanjut membutuhkan perubahan peran, usia lanjut merupakan periode penyesuaian yang buruk dan keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.

b. Tugas perkembangan usia lanjut

(71)

21

C.Gagal Ginjal Terminal

C.1 Pengertian Gagal Ginjal Terminal

Penyakit ginjal terminal merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal (Rindiastuti, 2006).

Gagal ginjal terminal adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat

fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang

beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).

Gagal ginjal terminal yaitu penyakit renal tahap akhir merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain

dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa gagal ginjal terminal merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan metabolisme dalam darah.

C.2 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Terminal

Gambar

Tabel 1. Skor alternatif jawaban skala
Tabel 3. Blue Print fix Skala Penerimaan diri
Tabel 4. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 6. Gambaran subjek penelitian berdasarkan status pernikahan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Simanjuntak : Aspek Klinis Di Rongga Mulut Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik, 2000... Simanjuntak : Aspek Klinis Di Rongga Mulut Pada Penderita Gagal Ginjal

Lisna Unita : Profil Lipida Penderita Gagal Ginjal Kronis Pada Predialisis Dan Hemodialisis, 2003 USU Repository © 2008... Lisna Unita : Profil Lipida Penderita Gagal Ginjal

GAMBARAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR β1 (TGF-β1) PADA PENDERITA GINJAL KRONIK TERMINAL.. (PGKT)

Pada penderita penyakit gagal ginjal kronik stadium akhir atau yang biasa disebut gagal ginjal kronis akan tampak suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau

Menurut Wong (2004) gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (end stage renal diseases /ERSD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu

Selain itu juga didukung hasil penelitia sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika (2012) Resiliensi pada penderita gagal ginjal terminal ditinjau dari dukungan

Kesimpulan: Terdapat korelasi yang tidak signifikan antara kadar Hepsidin dengan Ret.He pada penderita gagal ginjal terminal dengan hemodialisis reguler.. Kata

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan self acceptance dengan interdialytic weight gain penderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa p = 0.534; α = 0.05.. Kata