• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan fungsi bimbingan kerir dengan minat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pada siswa/siswi SMAN 7 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan fungsi bimbingan kerir dengan minat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pada siswa/siswi SMAN 7 Jakarta"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA/SISWI SMAN 7 JAKARTA

Oleh:

UJANG SUKENDAR

NIM: 102070025939

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKUl TAS PSIKOlOGI

GMᄋMMMMMᄋMセᄋᄋᄋᄋMᄋMMᄋMᄋᄋセMMNZNᄋセᄋᄋMᄋᄋᄋMᄋᄋᄋᄋBG@

UNIVERSITAS ISlAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATUllAH

(2)

TINGGI PADA SISWA/SISWI SMAN 7 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Ujang Sukendar

NIM: 102070025939

DI Bawah Bimblngan

Pembimbing II

セL@

Yunita Faela Nisa, M.Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS !SLAM NEGERl (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN FUNGSI BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA/SISWI SMAN 7 JAKARTA telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9 Juni 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Dekan/

Jakarta, 9 Juni 2008

Sidang Munaqasyah,

Pembantu Dekan/ Ketua M angkap Anggota,

Sekretaris

mNセᄋ@

g··k· ap Anggota,

Anggota: Penguji I,

f

_

PhD.

Pembimbing I,

M. Si.

\ •

c;{'

!

'-;z;i1

Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si. NIP: 150 238 7f.3

Penguji II,

セNNN⦅⦅⦅⦅⦅⦅⦅NM

\

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP: 150 368 748

Pembimbing II,

(4)

'':J(Ufupfafi aafam reaCitas, fi.g,fau 6ufi.g,n reafitas itu yang

}1.ntfa li.§fientfakj, mafi.g, li.§fientfaRj{a/i (sesuaif&,nfali tfiri

aengan) reaCitas itu".

''.Sesunggunnya sega(a sesuatu 'l(ami ciptakgn menurut uk,uran"

(QS. Al-Qamar (55) :5)

(5)

4. istriku Novi, S.Hi, AA, Teteh, Encep, Eneng, Saisa yang selalu rnemberi

inspirasi bagi penulis dalam mengarungi kehidupan ini.

5.

Wakil bidang Kesiswaan, serta dewan guru yang tergabung dalam bimbingan konseling SMAN

7

Jakarta. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.

6.

Sahabat seperjuanganku New TLC (Andhie Kamaruzsaman, Yudhi Syarief, S.Psi. dan Ahmad Subekti Mubarok, Jamali, S.Psi), dan teman-teman angkatan

2002

lainnya, terima kasih alas kasih sayang dan kebersamaannya mari kita menuju kesuksesan, karena sukses adalah

kewajiban kita.

7.

Abangku Ors. Aris Sucipto, M. Gufron,

S.

Psi, Komfapsi, sahabat-sahabat

PMll Cabang Ciputat, Siswa-siswi SMK Al Mafatih, SOM

10

Grogol, SMP YPRI.

Akhirnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan saudaraku semua

dan ilmu yang ada bertambah serta bermanfaat. Amin. Tidak ada yang

sempurna di dunia ini, tetapi kita wajib berusaha untuk mendekatinya, terima

kasih.

Jakarta, 9 Juni

2008

(6)

DAFTAR ISi

HALAMAN JU DUL ... .

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN .... ... ... .... .. ... ... ... .. .. .... ... ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAKSI ... ... ... .. .. .. .. ... ... ... ... ... ... .. ... .. ... .. .. .. ... ... .. . .. ..

v

KATA PENGANTAR... vi

DAFT AR ISi . .... .. ... .... .... ... ... .. ... ... ... ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFT AR GAMBAR ... .... .... ... ... ... ... ... ... .. .. .. ... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-13 BAB2 1.1. Latar Belakang Masalah ... ... .. . .. . .. .. . .. .. .. .. ... ... .. . . .. . 1

1.2. ldentifikasi Masalah... 9

1.3. Pembatasan Masalah ... 9

1.4. Perumusan Masalah ... .. .. .... ... ... ... 10

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

1.5.1. Tujuan Penelitian... 11

1.5.2. Manfaat Penelitian. ... ... ... .. ... 11

1.6. Sistematika Penulisan ... 12

KAJIAN PUST AKA ... . 2.1. Minat ... . 2 .1.1. Pengertian Minat ... .

14-46

14 14 2.1.2. Aspek-aspek Minat ... ... ... . ... ... 16

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat... 18

(7)

2.2.3. Tujuan Bimbingan Karir ... 32

2.2.4. Program Bimbingan Karir . .. ... .. ... .. ... ... 37

2.2.5. Metode Penyampaian Fungsi Bimbingan Karir . 39 2.3. Pengertian Perguruan Tinggi ... 40

2.3.1. Jenis-jenis Perguruan Tinggi . .... .... .. .. .. ... .. . ... 41

2.3.2. Masalah-masalah Memasuki Perguruan Tinggi 42 2.3.3. Pengertian Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi . ... .. . ... .... ... ... 43

2.4. Kerangka Berpikir... 44

2.5. Hipotesis ... 46

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 47-59 3.1. Jenis Penelitian ... 47

3.1.1. Pendekatan Penelitian... 47

3.1.2. Metode Penelitian... 48

3.1.3. Definisi Variabel dan Variabel Operasional ... 49

3.2. Pengambilan Sampel ... 50

3.2.1. Populasi dan Sampel ... ... ... .. .. .... ... .. .. 50

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel... 51

3.3. Pengumpulan Data ... 51

3.3.1. Metode Pengumpulan Data... 51

3.3.2. Alat Ukur... 53

3.4. Teknik Analisis Data... 55

3.5. Prosedur Penelitian ... ... 58

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 60-71 4.1 Gambaran Umum Respond en ... .. . .. ... .... .. .. . .. .. .. ... .. . . . .. 60

(8)

4.2.3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Fungsi Bimbingan

Karir dan Skala Minat Melanjutkankan

Pendidikan ke Perguruan Tinggi ... 67

4.3. Uji Hipotesis ... 68

4.4. Hasil Utama Penelitian ... 68

4.5. Hasil Tambahan .... :... 69

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 72-75 5.1. Kesimpulan .. .. .. ... ... ... ... ... ... .. .. .. .... .. .... ... ... 72

5.2. Dikusi ... 72

5.3. Saran ... ... .. .. ... ... ... . .. . . . .. . .. ... .. . .. . .. . . .. ... .. ... ... .. . . . 75

DAFT AR PUST AKA .. .... ... .. ... .. .... .. ... . ... ... ... .. . . . ... ... . . .. .. .. ... ... ... .. 76

(9)

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Distribusi skala fungsi bimbingan karir... 53

Disitribusi skala minat melanjutkan pendidikan ke

perguruan t1ngg1 ... 54

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin.... 60

Gambaran umum responden berdasarkan tingkatan kelas .. 61

Hasil uji instrumen (item yang valid) dari skala fungsi

bimbingan karir ... ... ... ... .... ... .. .. .. ... ... .... 62

Blue print penelitian ska la fungsi bimbingan karir ... ... .. .. 63

Hasil uji instrumen (item yang valid) dari skala minat

melanjutkan ke perguruan tinggi.. ... ... ... ... 64

Blue print penelitian skala minat melanjutkan ke perguruan

tinggi ... 65

Norma reliabilitas. ... ... . .. .. . .. ... .. .. . . .. . . ... .. .. .. .. ... ... .. . 66

Korelasi antara fungsi bimbingan karir dengan minat

melanjutkan ke perguruan tinggi ... . ... ... ... ... .. ... ... 68

Uji T (t-test) perbedaan minat melanjutkan ke perguruan

[image:9.595.37.450.162.519.2]
(10)
[image:10.595.74.445.161.482.2]

Gambar 2.1 Diagram fungsi bimbingan dan konseling ... 21

(11)

PENDAHULUAN

1.1

latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman modern ini banyak menimbulkan

perubahan-perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Di

samping itu, pertambahan penduduk yang kian hari kian meningkat cukup

banyak berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan. Keadaan ini akan

menantang individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan

kemajuan-kemajuan zaman.

Perubahan dan perkembangan yang disebutkan di alas, akan mengakibatkan

bertambahnya jenis-jenis pekerjaan di masyarakat, bertambahnya jenis-jenis

pendidikan, pola-pola kehidupan dan sebagainya. Dengan demikian, setiap

individu akan menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian

diri, masalah pemilihan pekerjaan, masalah pendidikan, masalah sosial,

masalah keluarga, masalah keuangan dan masalah pribadi. Dalam hal ini,

individu perlu sekali mendapat bantuan agar ia mampu memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya sebagai akibat dari perubahan dan

(12)

Dalam situasi inilah, bimbingan dan penyuluhan terasa diperlukan sebagai

suatu bentuk bantuan dan fungsi sekolah kepada pribadi siswa/i. Pendidikan

telah mengalami perubahan, perkembangan dan kemajuan yang selalu

menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Seperti perubahan dalam

sistem pendidikan, kurikulum, keragaman jenis dan tingkat pendidikan,

metode belajar dan perluasan pendidikan dan sebagainya, yang semuanya

akan banyak menimbulkan berbagai macam masalah dan berbagai aspek,

khususnya bagi siswa/i dan umumnya bagi pihak-pihak yang berkenaan

dengan berbagai masalah dengan pendidikan.

Para siswa/i akan menghadapi masalah-masalah tentang pemilihan

perguruan tinggi, jurusan, masalah-masalah belajar, masalah penyesuaian

diri dan sebagainya.

Di Indonesia, sekolah harus dengan segala kesungguhan melaksanakan

tugasnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan yakni membimbing anak didik

menjadi warga Negara yang berkepribadian berdasarkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa, yang berkesadaran bermasyarakat dan mampu

membudayakan alam sekitarnya, serta dapat menjadi manusia yang dapat

mengembangkan diri sendiri secara optimal, sesuai dengan kecerdasan,

bakat dan minat masing-masing, sehingga memiliki kepribadian yang

(13)

kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Untuk memperhatikan keperluan

tersebut, sekolah harus mengadakan fungsi bimbingan yang efektif bagi

peserta didiknya.

llmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah berkembang sangat cepat.

Semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan

bermacam-macam perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspek

kehidupan. Keadaan seperti ini sangat mempengaruhi individu dalam

menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan tersebut. lndividu itu sendiri

akan mengalami masalah dengan kemajuan itu. Adapun masalah yang timbul

antara lain, masalah penyesuaian diri, masalah pendidikan, masalah

keluarga, masalah pribadi dan bahkan dapat mempengaruhi keseluruhan

hidup individu dalam bentuk penyimpangan tingkah laku dan kesehatan

jasmani.

Manusia dalam hidupnya tentu mempunyai tujuan dan cita-cita yang ingin

dicapai. Hal ini tampak nyata pada siswa/i yang memiliki hasrat besar untuk

mencapai cita-citanya. Seperti yang diungkap Moerdiono (dalam Winkel!

1997), peningkatan kualitas manusia dalam hal ini generasi muda yang masih

duduk di bangku sekolah merupakan unsur mutlak dalam pembangunan

bangsa dewasa ini. Cita-cita bukanlah suatu kenyataan, melainkan sesuatu

(14)

menyadari adanya berbagai harapan masyarakat atas dirinya dan pada saat

yang sama, siswa/i juga semakin ingin mengetahui peranan yang akan

dijalankannya dalam masyarakat setelah dewasa nanti.

Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa dalam era globalisasi ini,

modal pembangunan yang terpenting adalah sumber daya manusia. Hal ini

karena harus mengimbangi sumber daya alam yang semakin berkurang.

Sumber daya manusia yang diperlukan adalah individu yang kreatif-produktif

yaitu yang penuh percaya diri, mandiri sebagai individu, tetapi mampu

bekerja sama dan mengutamakan bekerja untuk kepentingan bersama. Oleh

karena itu, untuk mewujudkan generasi muda menjadi sumber daya manusia

yang berkualitas dan produktif, maka generasi muda sejak dini memerlukan

perencanaan masa depan yang baik dan matang serta mendapat bimbingan

dari seorang konselor di sekolah.

Menurut Hurlock (1992), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

individu melakukan apa yang diinginkan. Minat timbul dari interaksi antara

kebutuhan dasar manusia dan cara yang ditemukannya untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Menurut Shelton (1990), siswa/i SMA rata-rata berusia 15-19 tahun. Pada

(15)

adalah minat terhadap pendidikan. Minat tersebut secara tidak langsung

dapat dipengaruhi oleh orangtua, teman, ataupun lingkungan masyarakat.

Minat pada setiap individu berbeda-beda, walaupun ada di antaranya memilki

kecenderungan yang sama. Untuk lebih mengenal dan memahami tentang

minat terhadap pendidikan, biasanya juga dipengaruhi oleh bakat atau

kemampuan individu. Besarnya minat siswa/i terhadap pendidikan sangat

dipengaruhi oleh minat siswa/i pada pekerja11nnya nanti. Timbulnya minat

siswa/i, terutama dalam memilih jurusan menjadi daya tarik siswa/i dalam

menggeluti studinya sehingga siswa/i berprestasi dan dengan mudah

mewujudkan cita-citanya. Oleh sebab itu, siswa/i harus mencari informasi

tentang studi lanjutnya melalui bimbingan dari orang-orang yang

berpengalaman.

Guru bimbingan karir sangat berperan dalam membantu siswa/i untuk dapat

menentukan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya serta

dapat mengarahkan siswa/i agar memiliki motivasi berprestasi sehingga

cita-cita yang diharapkan dapat diwujudkan. Dalam melakukan bimbingan karir,

guru bimbingan karir perlu mengetahui pola minat siswa/inya. Hal ini karena

dengan mengetahui pola minat siswa/i, maka guru tersebut dapat

meramalkan kekuatan motivasi yang mungkin dapat diharapkan pada

(16)

Siswa/i banyak mengalami kesulitan dalam mengambil suatu.keputusan

untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang sesuai dengan minat

dan kemampuan yang dimiliki siswa/i. Kesulitan yang dialami siswa/i ini,

dapat juga diakibatkan karena kurangnya informasi tentang bimbingan karir

yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.

Salah satu fungsi bimbingan yang diberikan untuk siswa/i adalah fungsi

bimbingan karir. Menurut Gani (1996), bimbingan karir adalah proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan supaya individu tersebut memahami dirinya sehingga

siswa/i sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya dan

dapat bertindak wajar, sesuai tuntutan lingkungan.

Siswa/i perlu mengetahui apa yang sedang dipelajari dan mengapa

mempelajari sesuatu serta akan kemana arah penerapan dari pengetahuan

yang didapat dalam kerangka cita-cita atau karir yang hendak dicapai di

masa depan. Sukadji (2000) mengemukakan bahwa masalah memilih karir

menjadi masalah yang penting dalam masa remaja. Juga gaya hidupnya,

tingkat penghasilan, jadwal kegiatan, sosialisasi, tata nilai, minat, suasana

kehidupan keluarga, dan berbagai hal lainnya yang akan sangat

mempengaruhi jenis pekerjaan yang dipilih individu. Oleh karena itu,

(17)

pilihan tentu mengandung resiko tertentu, maka wajarlah apabila remaja

kadang-kadang merasa takut untuk memilih.

Seperti yang telah disebutkan di atas, dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan timbulnya fakultas-fakultas

atau jurusan-jurusan yang baru di dunia perguruan tinggi, dimana jurusan

tersebut masih belum diketahui oleh siswa/i. Bimbingan karir biasanya

difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan

terealisasi pada tahap pendidikan sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.

Bimbingan tidak dapat diberikan hanya sesaat lalu kemudian tidak ada

kelanjutan, karena bimbingan adalah bagian dari keseluruhan proses

pendidikan. Oleh karena itu, bimbingan harus terintegrasi secara utuh dengan

program-program sekolah secara keseluruhan. Dalam memberikan fungsi

bimbingan karir, siswa/i juga harus diikutsertakan dalam menentukan pilihan

karirnya atau memilih perguruan tinggi yang sesuai, sehingga siswa/i akan

bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan siswa/i akan merasa

puas dan merasa senang apabila siswa/i dapat berhasil di masa depannya.

Menurut pusat pengembangan kurikulum dan sarana penclidikan (dalam

(18)

1) Pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri.

2) Kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri siswa/i dan yang

terdapat di masyarakat.

3) Pengalaman terhadap berbagai jenis pekerjaan.

4) Persia pan matang untuk memasuki dunia kerja.

5) Memecahkan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pilihan

pekerjaan.

6) Penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap pekerjaan.

Dalam keadaan normal, terdapat beberapa alternatif karir atau pendidikan

yang salah satu di antaranya akan dipilih untuk ditekuni. Para siswa/i harus

mampu mengambil keputusan dalam hal memilih suatu pendidikan

berdasarkan pemahaman baik tentang diri dan situasi hidupnya di era

pembangunan. Proses ini disebut sebagai penjurusan.

Penjurusan ini merupakan suatu proses yang akan menentukan keberhasilan

para siswa/i, baik pada waktu belajar di SMA maupun di perguruan tinggi. Hal

ini menjadikan bimbingan penjurusan atau bimbingan karir.

Peneliti berfokus pada siswa/i kelas XII, disebabkan siswa/i-siswa/i tersebut

telah diberikan program bimbingan karir untuk membantu mereka dalam

(19)

1.2

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas setidaknya muncul

beberapa pertanyaan yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara fungsi bimbingan karir dengan minat

melanjutkan pendidikan melanjutkan ke perguruan tinggi pada siswa/i

kelas XII SMAN 7 Jakarta?

2. Dalam fungsi karir, apakah yang dapat mempengaruhi minat melanjutkan

ke perguruan tinggi siswa/i kelas XII SMAN 7 Jakarta?

3. Perilaku apa saja yang muncul ketika siswa/i memiliki minat melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi?

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Minat merupakan sikap, perasaan dan keadaan motivasi individu yang

menyebabkan individu memperhatikan sesuatu berupa individu lain, suatu

objek atau suatu aktivitas yang dapat berlangsung terus-menerus yang

timbul karena adanya perasaan yang menyenangkan (E.B, Hurlock

1992).

2. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan

terhadap individu (siswa/i), agar individu yang bersangkutan dapat

(20)

dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk rnenentukan

pilihannya, dan rnengarnbil suatu keputusan bahwa keputusannya

tersebut adalah tepat sesuai dengan keadaan dirinya yang dihubungkan

dengan tuntutan pekerjaan atau karir yang dipilihnya (Ruslan A.Gani.

1996).

3. Perguruan tinggi adalah suatu pendidikan yang lebih tinggi jenjangnya

dan dapat rnernenuhi kebutuhan siswa/i dalarn rnengernbangkan

kernarnpuan, pengetahuan dan rninat yang ada dalarn diri individu

(siswa/i). Hal ini agar siswa/i dapat rneningkatkan berbagai keterarnpilan

yang penting dalarn pekerjaannya di kernudian hari, dan rneningkatkan

kernarnpuan berkornunikasi, bekerjasarna untuk rnenjalankan

kehidupannya.

4. Subyek dalarn penelitian ini yaitu siswa/i kelas XII SMAN 7.

1.4

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi perrnasalahan di atas, rnaka

dapat dirurnuskan rnasalah penelitian sebagai berikut :

Apakah ada hubungan yang signifikan antara fungsi birnbingan karir dengan

rninat rnelanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa/i kelas XII

(21)

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fungsi

bimbingan karir dengan minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

pada siswa/i kelas XII SMAN 7 Jakarta.

1.5.2. Manfaat penelitian

Secara teoritis, penulis berharap bahwa dari penelitian yang penulis lakukan

dapat bermanfaat di antaranya :

1. Sebagai pengembangan pengetahuan tentang fungsi bimbingan karir

dalam kajian psikologi, khususnya psikologi pendidikan di Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang dapat membantu

memberikan informasi bagi para guru, khususnya guru bimbingan dalam

mengetahui minat siswa/i dalam memilih pendidikan yang baik.

Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan

memberikan informasi kepada beberapa pihak di antaranya :

1. Guru pembimbing dapat mengetahui bagaimana cara memberikan fungsi

serta arahan dalam menentukan karir bagi peserta didiknya.

2. Agar siswa/i mempunyai minat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

(22)

1.6

Sistematika penulisan

Penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab 2 : Kajian Pustaka yang berisi berkaitan dengan masalah penelitian.

Terdiri dari bahasan tentang, 1. fungsi bimbingan karir; pengertian fungsi

bimbingan karir, fungsi bimbingan karir, tujuan bimbingan karir, program

bimbingan karir, metode penyampaian, 2. minat ; pengertian minat, aspek

minat, faktor minat, 3. perguruan tinggi ; pengertian perguruan tinggi,

pengertian minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, jenis-jenis

perguruan tinggi, 4. kerangka berpikir, dan 5. hipotesis penelitian.

Bab 3 : Metodologi Penelitian, yang terdiri dari : jenis penelitian, pendekatan

penelitian dan metode penelitian, definisi variabel dan variabel operasional,

pengambilan sampel, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

pengumpulan data; metode dan instrumen penelitian, kuesioner dan teknik

(23)

Bab 4 : Presentasi dan Analisis data, yang terdiri dari : gambaran umum

responden, deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan interpretasi

data serta hasil tambahan.

(24)

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diterangkan mengenai pengertian minat melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi, bimbingan karir, kerangka berpikir dan

hipotesis.

2.1

Minat

2.1.1. Pengertian Minat

Minat sering diartikan sebagai suatu ketertarikan seseorang terhadap suatu

obyek tertentu. Ketertarikan terhadap suatu obyek membuat orang ingin

mengetahui lebih jauh mengenai sesuatu.

Suryabrata (1993) menyatakan bahwa minat adalah sebagai pemusat tenaga

psikis yang tertuju kepada suatu obyek meliputi kesadaran yang menyertai

suatu kegiatan yang dilakukannya, serta disertai dengan perasaan senang

atau tidak senang individu terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.

Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab

(25)

ingin tahu yang disertai perasaan suka atau tidak sukanya seseorang

terhadap suatu obyek, dapat pula berfungsi sebagai suatu kekuatan yang

mendorong individu untuk cenderung memilih suatu aktivitas tertentu yang

berkaitan dengan minatnya itu.

Menurut Syaiful 8. Djamarah (2002) minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas secara konsisten, tanpa ada

yang menyuruh. Winkel (1983) mengatakan bahwa minat adalah

kecenderungan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Hurlock (1992) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang

mendorong individu melakul<an apa yang diinginl<an.

Sedangkan menurut C. P. Chaplin (2000), minat atau interest memilil<i arti,

yaitu:

1. Suatu sil<ap yang berlangsung terus menerus yang memerlul<an perhatian

individu sehingga membuat dirinya menjadi selektif terhadap obyek

minatnya.

2. Perasaan yang menyatal<an bahwa suatu aktivitas pel<erjaan atau obyel<

(26)

3. Suatu keadaan motivasi yang menentukan tingkahlaku menuju satu arah

tertentu. Minat berhubungan dengan motivating force yang menyebabkan

individu memperhatikan sesuatu berupa individu lain. Minat dapat menjadi

faktor penyebab terjadinya atau dilakukannya suatu aktivitas dan

menghasilkan partisipasi dalam suatu aktivitas.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupkan sikap,

perasaan dan keadaan motivasi individu yang menyebabkan individu

memperhatikan sesuatu baik berupa individu lain, suatu obyek atau suatu

aktivitas yang dapat berlangsung terus-menerus yang timbul karena adanya

perasaan yang menyenangkan.

2.1.2

Aspek-aspek minat

Minat timbul dari interaksi antara kebutuhan dasar manusia dan cara yang

ditemukannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengetahui

bagaimana minat itu berkembang, bukan hanya bagaimana minat itu

dipelajari melainkan juga bagaimana berbagai aspek minat berkembang.

Menurut Hurlock (1992), minat memiliki dua aspek, yaitu:

1. Aspek kognitif

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan individu

(27)

terhadap sekolah. Dengan rninat, siswa/i rnernpunyai rasa ingin tahu yang

cukup tinggi sehingga siswa/i tidak akan rnerasa adanya paksaan

terhadap apa yang sedang dilakukan. Aspek kognitif ini berkisar sekitar

pertanyaan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat

diperoleh dari rninat itu.

2. Asp3k afektif

Aspek afektif atau bobot ernosional konsep yang rnernbangun aspek

kognitif rninat dinyatakan dalarn sikap terhadap kegiatan yang ditirnbulkan

rninat, aspek afektif berkernbang dari pengalarnan pribadi, sikap orangtua,

guru, ternan sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan rninat

tersebut dan dari pengaruh media rnassa terhadap kegiatan itu.

Minat tidak dibawa sejak lahir, rnelainkan diperoleh kernudian. Minat terhadap

sesuatu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Minat berhubungan dengan

rnotivasi yang rnenyebabkan individu rnernperhatikan sesuatu, dapat berupa

individu lain, suatu obyek atau aktivitas. Minatjuga tirnbul karena adanya

inforrnasi, atau pengetahuan tentang suatu pekerjaan, ataupun sesuatu yang

(28)

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat individu terhadap obyek, benda atau situasi yang berhubungan dengan

dirinya timbul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi obyek yang

diminatinya seperti yang dikemukakan oleh Crow & Crow (1989), yaitu: a. Faktor pendorong dari dalam

Dorongan ini didasari pada adanya kebutuhan. Kebutuhan itulah yang

menggerakkan individu, misalnya rasa ingin tahu atau dorongan untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.

b. Faktor motif sosial

Mampu menimbulkan minat pada individu untuk melakukan aktivitas agar

dapat memenuhi kebutuhan untuk diterima, diakui untuk mendapatkan

penghargaan dari lingkungan.

c. Faktor emosional

Yaitu minat berhubungan dengan perasaan dan emosi, karena suatu

aktivitas yang berhasil dilakukan dengan baik maka menimbulkan

perasaan senang, puas yang dapat meningkatkan minat, sedangkan

kegagalan dapat menghilangkan minat.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa minat terbentuk dari

(29)

dipengaruhi oleh faktor fisik, psikis, dan sosial yang saling berkaitan dalam

kehidupan sehari-hari.

Sementara itu Hurlock (1996) menyatakan bahwa minat dapat tumbuh dari 3

jenis pengalaman belajar, yaitu :

1. Belajar secara trial dan error. Minat yang diperoleh dengan cara ini

mungkin akan bertahan lama, namun dapatjuga bersifat ウ・ュ・ョセ。イ。@ dan

segera hilang. Bila digabungkan dengan bimbingan, cara ini merupakan

suatu cara yang cukup baik untuk mengembangkitkan minat karena anak

akan mempunyai kesempatan untuk mencoba apa yang menarik dan apa

yang sesuai dengan kebutuhannya.

2. Minat dapat berkembang melalui identifikasi terhadap orang-orang yang

dikagumi atau dicintai, dengan cara mengambil contoh dari minat orang

Jain dan juga pola perlakuannya.

3. Minat dapat dikembangkan melalui keinginan dan pengarahan dari

seseorang yang ahli dalam menilai kemampuan anal<. Karena metode ini

memperhitungkan kemampuan anal<, maka memungkinkan

(30)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat akan terbentuk dengan

baik apabila lingkungan memberikan fasilitas yang memadai untuk

perkembangan minat.

2.2

Fungsi Bimbingan Karir

Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang fungsi bimbingan karir, akan

dijelaskan tentang bimbingan dan konseling.

2.2.1 Bimbingan dan Konseling

Dalam usaha kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia yang

sejahtera, berbagai fungsi bimbingan karir diciptakan dan diselenggarakan di

sekolah. Masing-masing fungsi itu berguna dan memberikan manfaat untuk

memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap

kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalarn bidang

pendidikan yang menjadi fokus fungsi yang diberikan.

Dengan demikian, suatu fungsi dapat diketahui dengan melihat kegunaan,

manfaat ataupun keuntungan yang dapat dirasakan dari penyelenggaraan

fungsi tersebut, apabila keberadaannya tidak memperlihatkan kegunaan

ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan bagi pribadi yang

(31)

Menurut Prayitno & Erman Amti (2004), ada empat fungsi bimbingan dan

konseling yaitu : (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi

pengentasan, dan (d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

Sedangkan menurut Hallen (2002), fungsi bimbingan dan konseling dapat

ditunjukkan dengan diagram di bawah ini :

Bimbingan dan Konseling

I

1

I I

I

I

Bimb. Pribadi

I

Bimb. Sosial

I

I

Bimb. Belajar

I

I

Bimb. Karier

I

2 3 4 5

I

I

I

I

Fungsi Orientasi Penempatan/Penyaluran Fungsi Fungsi Kans. Pero Fungsi Kons. Kip

6 7 8 9

I

Fungsi lnformasi I I Fungsi Pembelajaran I I Fungsi Bimb. Kip

I

I I I I

10 11 12

I

I

I

lnstrumentas BK

I

I

Konferensi Kasus

I

I

Alih Tangan Kasus

I

13 14 15

I

Himpunan Data

I

I

Kunjungan Rumah

I

[image:31.595.28.475.182.602.2]

16 17

(32)

Dari diagram di atas dapat ditarik pengertian sebagai berikut :

1. Kegiatan bimbingan konseling secara menyeluruh meliputi empat bidang

bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

dan bimbingan karir.

2. Kegiatan bimbingan konseling dalam keempat bidang bimbingan

diselenggarakan melalui tujuh jenis fungsi, yaitu fungsi orientasi,

informasi, penempatr.n/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,

bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan bimbingan, maka

diselenggarakan lima kegiatan pendukung, yaitu instrumentasi, bimbingan

dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan

alih tangan.

4. Di atas itu semua, kegiatan bimbingan konseling didasari oleh satu

pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang wawasan bimbingan

konseling yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi prinsip, dan asas-asas

bimbingan konseling (Hallen 2002).

Berikut ini uraian yang akan menjelaskan pengertian bidang-bidang

bimbingan dan konseling, jenis-jenis fungsi bimbingan konseling serta

(33)

1. Bidang Bimbingan Pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, fungsi bimbingan dan konseling

membantu siswa/i menemukan dan mengembangkan pribadi yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Bidang Bimbingan Sosial

Dalam bidang bimbingan sosial, fungsi bimbingan dan konseling di

sekolah berusaha membantu peserta didik mengen:1I dan berhubungan

dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab,

kemasyarakatan dan kenegaraan.

3. Bidang Bimbingan Belajar

Dalam bidang bimbingan belajar fungsi bimbingan dan konseling

membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap

dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan

keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun kelapangan

pekerjaan tertentu.

4. Bidang Bimbingan Karir

Dalam bidang bimbingan karir ini, fungsi bimbingan dan konseling

ditujukkan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan

(34)

Hallen (2002) juga melanjutkan adanya fungsi bimbingan dan konseling yaitu:

1. Fungsi Orientasi

Fungsi orientasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik memahami lingkungan (seperti lingkungan)

yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar

berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.

Fungsi lnformasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik di lingkungan yang baru itu.

2. Fungsi lnformasi

Fungsi informasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai

informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

untuk kepentingan peserta didik. Oleh karena itu, sasaran dari fungsi

informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi juga orang tua/wali sebagai

orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar

mereka dapat menerima informasi yang berguna bagi perkembangan

anak-anak mereka.

3. Fungsi Penempatan dan penyaluran

Fungsi penempatan dan penyaluran yaitu, fungsi bimbingan dan konseling

(35)

penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam

kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang,

kegiatan co-ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat

serta kondisi pribadi.

4. Fungsi Pembelajaran

Fungsi pembelajaran adalah fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik mengembangkan diri denga sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan

kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar

lainnya. Oleh karena itu fungsi bimbingan dan konseling yang didukung

oleh fungsi pembelajaran ini adalah fungsi pemeliharaan dan

pengembangan.

5. Fungsi Konseling Perorangan

Fungsi konseling perorangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik mendapat fungsi langsung tatap muka

(secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka

pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

6. Fungsi Bimbingan Kelompok

Fungsi bimbingan kelompok yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

(36)

memperoleh berbagai bahan, nara sumber tertentu (terutama guru

pembimbing) dan membahas tertentu yang berguna untuk menunjang

pemahaman, kehidupan dan untuk perkembangan dirinya bail< sebagai

individu maupun pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan. Fungsi utama bimbingan kelompok ini adalah fungsi

pemahaman dan pengembangan.

7. Fungsi Konseling Kelompok

Fungsi konseling kelompok yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk

pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui

dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi

yang dialami masing-masing anggota kelompok.

Menurut Hallen (2002), kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada

umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran fungsi. Dii

sekolah, sejumlah kegiatan pendukung yang pokok adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi lnstrumentasi Bimbingan dan Konseling

Bertujuan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta

didik (baik secara individu maupun keluarga) keterangan tentang

(37)

dalamnya informasi pendidikan dan jabatan). Pengumpulan data ini dapat

dilakukan dengan instrumen baik test maupun nontest.

2. Penyelenggara Himpunan Data

Merupakan kegiatan pendukung Bimbingan Konseling untuk menghimpun

seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan

pengembanagan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan

secara berkelanjutan, sistematis, konprehensif, terpadu dan sifatnya

tertutup.

3. Konferensi Kasus

Merupakan kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk membahas

permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum

pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat

memberikan bahan, keterangan dan komitmen bagi terentasnya

permasalahan tersebut.

4. Kunjungan Rumah

Merupakan kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk memperleh

data, keterangan, kemudahandan komitmen bagi terentasnya

(38)

5. Alih Tangan Kasus

Merupakan kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk mendapatkan

penangan yang lebih tepat dan tuntas alas masalah yang dialami peserta

didik dengan memindahkan kasus itu dialihtangankan.

Career guidance atau bimbingan karir, merupakan salah satu jenis bimbingan

berdasarkan masalah yang dihadapi individu. lstilah bimbingan karir

merupakan istilah yang biasa digunakan di sekolah. Di masa lampau istilah

yang lebih sering digunakan adalah bimbingan jabatan atau bimbingan

vokasional. Bimbingan vokasional atau jabatan adalah fungsi yang berpusat

pada pemberian informasi atau konseling, yang diutamakan dalam fungsi ini

adalah penyebarluasan informasi jabatan dan pasar kerja. Dalam istilah

bimbingan karir mengandung konsep yang lebih luas. Bila bimbingan jabatan

menekankan pada keputusan yang sangat menentukan pekerjaan tertentu,

sedangkan bimbingan karir menitik beratkan pada perencanaan kehidupan

individu dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungan agar

individu memperoleh pandangan luas mengenai pengaruh dari segala

peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat (Dewa Ketut S,

1995).

Menurut Gunarsa (2000), bimbingan merupakan suatu proses pemberian

(39)

didik dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan

tingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat.

29

Dalam menentukan minat pada siswa/i SMA, bimbingan karir sangat

diperlukan. Fungsi bimbingan karir yang diberikan oleh guru bimbingan karir

di sekolah dapat berupa pemberian bantuan kepada siswa/i dalam usaha

belajarnya seperti memilih perguruan tinggi dan jurusan yang sesuai dengan

minat dan bakatnya.

Para ahli memberikan pengertian bimbingan yang berbeda-beda, namun ada

persamaannya untuk memahami istilah bimbingan karir. Menurut Ruslan A.

Gani (1996), yaitu :

1. Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha

membantu individu dalam memecahkan masalah karir (pekerjaan) untuk

memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya dengan masa depan.

2. Bimbingan karir membantu siswa/i untuk mengerti, menerima gambaran

tentang dirinya dan gambaran dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan

gambaran tentang dirinya tersebut dengan dunia kerja itu, untuk pada

(40)

30

a) Memilih bidang pekerjaan

b) Menyiapkan diri untuk satu bidang pekerjaan

c) Memasuki bidang pekerjaan tersebut

d) Membina karir dalam bidang tersebut

3. Bimbingan karir adalah program pendidikan yang merupakan fungsi

terhadap siswa/i agar siswa/i mengenal dirinya sendiri, mengenal dunia

kerja, dapat memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan, dapat

memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkannya, selain

pekerjaan untuk mencari nafkah.

4. Bimbingan karir membantu siswa/i dalam proses mengambil keputusan

mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi kehidupan di

masa depan.

Menurut Ruslan A. Gani (1996), bimbingan karir adalah suatu proses

bantuan, fungsi dan pendekatan terhadap individu, agar individu yang

bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal

dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang

diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil keputusan

(41)

Menurut Mohammad Surya dan Rochman Natawidjaya (1995), layanan

bimbingan karir adalah suatu proses pemberian bantuan yang bersifat terus

menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing (siswa/i)

agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,

pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan

yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Sedangkan menurut Yusuf Gunawan (1995), bimbingan dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukung atau mempunyai arti

terhadap tujuan bimbingan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, fungsi dan pendekatan

terhadap individu (siswa/i), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal

dirinya, memahami dirinya, merencanakan masa depannya, dengan bentuk

kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan

mengambil suatu keputusan yang tepat dengan keadaan dirinya yang

(42)

2.2.2

Fungsi Bimbingan Karir

Menurut Hallen (2002), fungsi bimbingan sering diartikan sebagai sifat

bimbingan. Fungsi utama bimbingan karir dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Fungsi Penyaluran

a) Memperkenalkan kepada siswa/i pendidikan dan pekerjaan.

b) Memperkenalkan pada siswa/i kemampuan dan minat serta

keterbatasannya.

c) Membantu siswa/i pada suatu saat untuk memilih dan memutuskan.

2. Fungsi Penyesuaian

a) Memberikan bantuan pada siswa/i untuk memperoleh penyesuaian

pribadi.

b) Memberikan bantuan pada siswa/i untuk memperoleh kemajuan dalam

perkembangannya secara optimal.

Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka membantu siswa/i untuk

rnengidentifikasikan, rnemaharni. menghadapi, dan memecahkan

masalah-rnasalahnya.

2.2.3

Tujuan Bimbingan Karir

Secara umurn, tujuan bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa/i

dalarn pernaharnan diri dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan,

perencanaan dan arahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan

(43)

dengan diri dan lingkungannya. Pada dasarnya bimbingan karir tidaklah

bersifat teacher centre yaitu para siswa/ilah yang paling aktif mengenal

dirinya, memahami dan menemukan dirinya, memahami gambaran dunia

kerja, dan para siswa/i itu sendiri yang memilih dan memutuskan pilihannya

sedangkan para guru atau pembimbing hanya memberikan bantuan,

pengarahan dan bimbingan, sehingga apabila siswa/i memasuki suatu

pekerjaan sesuai minat, kemampuan, kepribadian dan cita-citanya, maka

siswa/i cenderung untuk memperoleh kepuasan yang akan membawanya ke

arah keberhasilan (Ruslan A. Gani, 1996).

Namun demikian dapat pula disebutkan tujuan khusus yang dapat menjadi

sasaran bimbingan karir di sekolah menurut Dewa Ketut Sukardi (1995),

yaitu:

1. Siswa/i dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri.

2. Siswa/i dapat meningkatkan pengetahuan tentang dunia kerja pada

umumnya.

3. Mengembangkan sikap dan nilai terhadap diri sendiri dalam mengahadapi

pilihan lapangan kerja serta dalam persiapan untuk memasukinya.

4. Siswa/i dapat mengembangkan sikap dan nilai yang tepat terhadap

(44)

5. Siswa/i dapat meningkatkan keterampilan berpikir agar dapat

melaksanakan keputusan tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan

tersedia dalam dunia kerja.

6. Siswa/i dapat menguasi berbagai keterampilan berpikir dasar yang

penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, bekerja

sama dan sebagainya.

Bimbingan karir di SMA menurut pusat pengembangan kurikulum dan sarana

pendidikan (Depdikbud 1994) bertujuan membantu siswa/i dalam :

a) Pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri.

b} Kesadaran terhadap nilai-nillai yang ada pada diri siswa/i dan yang

terdapat dalam masyarakat.

c) Pengenalan terhadap berbagai jenis pekerjaan.

d} Persiapan matang untuk memasuki dunia kerja.

e) Memecahkan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pemilihan

pekerjaan.

f) Penghargaan yang objektif dan sehat terhadap kerja.

Menurut Soetarlinah Sukadji (2000), bimbingan karir adalah suatu istilah

umum yang mencakup berbagai intervensi yang bertujuan membantu

anak-anak, terutama anak sekolah lanjutan, agar lebih terbuka matanya terhadap

(45)

Dalam memberikan fungsi bimbingan karir, bukan hanya memberi informasi

saja atau diarahkan pada satu tujuan atau dalam bentuk dilayani dan

dipimpin melainkan dengan jalan diberi bantuan untuk mengerti, memahami

dan mengembangkan potensi-potensi. Potensi-potensi ini meliputi bakat,

minat dan kemampuan.

Dewa Ketut sオォ。セ、ゥ@ (1995), menyatakan agar bimbingan karir di sekolah

dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh pembimbing dalam

pelaksanaan bimbingan karir disekolah, di antaranya sebagai berikut :

1. Seluruh siswa/i disekolah hendaknya mendapat kesempatan untuk

mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat.

2. Pogram bimbingan karir hendaknya memililiki tujuan untuk merangsang

perkembangan pendidikan siswa/i.

3. Setiap siswa/i hendaknya memahami bahwa karir adalah jalan hidup, dan

pendidikan sebagai persiapan untuk hidup.

4. Siswa/i hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang

cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan

perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karir.

5. Siswa/i perlu diberikan pemahaman tentang dimana dan mengapa

(46)

6. Siswa/i secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh

pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dan karir.

7. Setiap siswa/i pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya

memiliki pengalaman-pengalaman yang berorientasi pada karir secara

berarti dan realistik.

8. Setiap siswa/i hendaknya memiliki kesempatan untuk menguji konsep,

berbagai keterampilan dan peranannya gunn mengembangkan nilai-nilai

dan norma yang memiliki aplikasi bagi karir di masa depannya.

9. Program bimbingan karir di sekolah hendaknya berpusat di sekolah dan

hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program pendidikan

pada umumnya dan program bimbingan konseling pada khususnya.

10. Program bimbingan karir di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan

koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan

karir di sekolah yaitu agar para siswa/i :

1) Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi

dasar minat, sikap, dan kecakapan.

2) Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat

(47)

3) Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan

dengan potensi dan minatnya.

4) Memilki sifat positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya siswa/i dapat

memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap pekerjaan.

5) Memperoleh pengarahan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada

dilingkungannya.

6) Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang

diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu.

7) Dapat memberikan penilaian pekerjaan secara tepat.

8) Sadar dan akan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada

masyarakat.

9) Dapat menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan

lingkungannya, dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

10) Dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menemukan

karir dan kehidupannya yang serasi.

2.2.4

Program Bimbingan Karir

Setiap kegiatan didahului dengan pembuatan suatu program. Hal ini agar apa

yang menjadi tujuan semula dapat tercapai atau sekurang-kurangnya

membatasi penyimpangan yang terlalu jauh. Hal ini karena dengan

(48)

sekolah, kemampuan yang ada, fasilitas, kesempatan, sasaran didik,

personalia, dan sebagainya.

Menurut Hallen (2002), progam bimbingan karir meliputi :

a. Pelaksanaan

1) Pelaksanaan bimbingan karir di sekolah harus didasarkan pada hasil

penelusuran yang cermat terhadap kemampuan dan minat siswa/i

serta pola jenis karir dalam masyarakat.

2) Pemilihan dan penentuan jenis bidang karir didasarkan pada minat

serta pengenalan karir dalam masyarakat, baik karir yang telah

berkembang maupun yang mungkin dapat dikembangkan di

masyarakat.

3) Pelaksanaan bimbingan karir harus merupakan suatu proses berjalan

terus mengikuti pelaksanaan program pendidikan di sekolah, dan

sebaiknya juga setelah tamat sekolah.

4) Pelaksanaan bimbingan karir harus merupakan perpaduan

pendayagunaan setinggi-tingginya potensi siswa/i dan potensi

lingkungannya.

5) Pelaksanaan bimbingan karir jangan sampai menimbulkan tambahan

biaya berlebihan.

6) Pelaksanaan bimbingan karir harus menjalin hubungan kerja sama

(49)

menunjang fungsi masing-masing serta mengarah kepada pencapaian

tujuan pembinaan generasi muda diharapkan.

b. Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bimbingan karir tertuang dalam

jadwal kegiatan. Di dalamnya mencakup langkah-langkah, persiapan,

meliputi pemberian informasi kepada siswa/i, guru bidang studi, wali

kolas, orang tua siswa/i, instansi yang diperlukan, atau masyarakat.

2.2.5 Metode Penyampaian Fungsi Bimbingan Karir

Menurut Muhammad (1992), di sekolah menengah atas, fungsi bimbingan

karir merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan satu kali dalam

seminggu selama satu jam. Dalam pelaksanaan program bimbingan karir

yang dilakukan secara efektif melibatkan koordinator bimbingan dan

konseling, guru-guru bimbingan karir, dan wali kelas. Metode yang dimaksud

disini adalah bagaimana cara penyampaian dan cara penyajian dalam

bimbingan, metode yang diberikan berupa ceramah, tugas, diskusi, dan

demonstrasi.

Banyaknya kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan bimbingan

karir, pembimbing di sekolah perlu mengumpulkan data tentang

siswa/i-siswa/i serta mengumpulkan informasi selengkapnya tentang semua jenis

(50)

tersedia. Di samping itu, pembimbing di sekolah sebaiknya perlu bekerja

sama dengan lembaga-lembaga tertentu, baik untuk mencari informasi,

penyaluran pemilihan pekerjaan maupun dalam usaha memungkinkan

adanya kesempatan bagi siswa/i untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

2.3.

Pengertian Perguruan Tinggi

Dalam rangka pembangunan nasional, perguruan tinggi mempunyai tugas

pokok yaitu, menyelenggarakan pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan

dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Bagi siswa/i

SMA, informasi mengenai pendidikan perguruan tinggi ini sangat diperlukan.

Tanpa informasi yang jelas, maka siswa/i akan kesulitan dalam pengambilan

keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang sesuai

dengan minat dan kemampuan yang dimiliki siswa/i.

Belajar di perguruan tinggi adalah suatu kesempatan dan juga merupal<an

tantangan bagi siswa/i. Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi

yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada

masyarakat.

Maka dapat diartikan bahwa perguruan tinggi adalah suatu pendidikan yang

(51)

mengembangkan kemampuan, pengetahuan dan minat yang ada dalam diri

individu (siswa/i). Hal ini ditujukan agar siswa/i dapat meningkatkan berbagai

keterampilan yang penting dalam pekerjaannya di kernudian hari, dan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama untuk menjalankan

kehidupannya (Dewa Ketut Sukardi, 1995).

2.3.1

Jenis-jenis Pendidikan Tinggi

Menurut Winkel (2004), ada beberapa jenis pendidikan tinggi di Indonesia,

yaitu:

1. Universitas

Universitas adalah lembaga tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

dengan bermacam-macam keahlian. Universitas terdiri dari beberapa

fakultas dan jurusan keilmuan. Sedangkan gelar yang diperoleh dari

universitas adalah Diploma, Sarjana (S1 ), Master (S2), Doktor (S3).

2. lnstitut

lnstitut adalah lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan untuk

satu bidang keahlian saja. Sebagai contoh, lnstitut Keguruan dan llmu

Pendidikan (!KIP) yaitu lembaga pendidikan yang menghasilkan keahlian

dalam bidang pendidikan, lnstitut Pertanian Bogor (!PB) yaitu lembaga

pendidikan yang menghasilkan keahlian dalam bidang pertanian.

3. Sekolah Tinggi Sekolah tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang

(52)

terdiri dari bermacam-macam fakultas. Misalnya sekolah tinggi

kesejahteraan sosial (STKS) yaitu lembaga pendidikan yang

menghasilkan keahlian bidang kesejahteraan sosial, Sekolah Tinggi

Akuntansi Negara (STAN). Biasanya sekolah tinggi ini adalah lembaga

pendidikan di bawah suatu departemen.

4. Program Diploma atau Politeknik

Program diploma atau politeknik adalah lembaga pendidikan tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan untuk satu keahlian tertentu atau khusus

dengan waktu relatif singkat dan tidak memberikan gelar kepada

lulusannya.

Perguruan tinggi swasta mempunyai beberapa status seperti status

terakreditasi A, B atau C. Perguruan tinggi dengan status Akreditasi Adan B,

boleh menyelenggarakan ujian kesarjanaan sendiri dan hasilnya diakui sama

dengan negeri, sedangkan untuk status akreditasi C tidak boleh mengadakan

ujian kesarjanaan sendiri. Penyelenggaraan ujiannya bergabung dengan

perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi dengan status akreditasi A atau

B yang ada pada wilayahnya.

2.3.2 Masalah-masalah Memasuki Perguruan Tinggi

Menurut Dewa Ketut Sukardi (1995), belajar di perguruan tinggi adalah suatu

(53)

dijumpai masalah yang dihadapi oleh siswa/i dalam memasuki pendidikan ke

perguruan tinggi. Adapun masalahnya yaitu :

a) Pilihan untuk memasuki perguruan tinggi yang sesuai dipengaruhi oleh

orang tua atau teman sehingga siswa/i belum menyadari betapa

pentingnya pilihan itu untuk diri sendiri.

b) Bel um siap dalam menyesuaikan diri untuk belajar di perguruan tinggi,

lamanya studi belum direncanakan dengan baik.

c) Belum dapat menggunakan berbagai sumber ilmu pengetahuan yang

disediakan di perpustakaan, belum dapat mengembangkan kebiasaan

belajar dengan baik.

d) Kemampuan belajar masih kurang, belum menyadari bahwa belajar

sangat penting untuk dirinya sendiri.

Oleh karena itu, guru bimbingan penyuluhan yang akan membantu siswa/i

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, perlu mendorong siswa/i

memiliki keyakinan diri bahwa individu dapat dan mampu melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

2.3.3 Pengertian Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Setiap individu mempunyai minat tersendiri. Minat timbul karena adanya

informasi, atau pengetahuan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki

(54)

sikap yang berlangsung terus menerus terhadap suatu kegiatan yang

memerlukan perhatian selektif dalam memilih pendidikan ke perguruan tinggi

yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa/i,

sehingga siswa/i dapat menjalankan pendidikan tanpa beban apapun

(paksaan) karena siswa/i tersebut dapat menjalankan sesuatu dengan apa

yang diminati (Hurlock, 1992).

2.4

Kerangka Berpikir

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong inclividu melakukan apa

yang diinginkan. Minat timbul dari interaksi antara kebutuhan dasar manusia

dan cara yang ditemukannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Minat tersebut secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh orangtua,

teman, ataupun lingkungan masyarakat. Mina! pacla setiap individu

berbecla-beda, walaupun ada di antaranya memiliki kecenderungan yang sama. Untuk

lebih mengenal dan memahami tentang minat terhadap pendidikan biasanya

juga dipengaruhi oleh bakat atau kemampuan dari indiviclu sendiri. Besarnya

minat siswa/i terhadap pendidikan akan mempengaruhi minat siswa/i pacla

pekerjaannya nanti. Timbulnya minat siswa/i, terutama clalam memilih jurusan

yang menjadi daya tarik, dalam menggeluti studinya sehingga menjadi

(55)

perlunya siswa/i untuk mengetahui informasi tentang studi lanjutnya melalui

bimbingan dari orang-orang yang berpengalaman.

Dari uraian di alas, maka penulis menduga bahwa terdapat hubungan antara

fungsi bimbingan karir dengan minat melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi pada siswa/i kelas XII SMAN 7 Jakarta.

• Menekuni bidang

MINAT I- tertentu sesuai minat.

• Rasa ingin tahu tentang

Fungsi perguruan tinggi.

Bimbingan karir

セQ@

Kognitif

セ@

• Membaca artikel tentang perguruan tinggi.

i

i-. SISWA/I セセ@

• Fungsi Penyaluran • Mina! memilih perguruan tinggi.

• Fungsi Penyesuaian

4-1

Afektif

セM

[image:55.595.24.490.208.537.2]

• Senang mengikuti. kegiatan kampus. • Keinginan pribadi.

(56)

2.5.

Hipotesis

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara fungsi bimbingan karir dengan

minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa/i Kelas

XII SMAN 7 Jakarta.

Ho Tidak ada hubungan yang signifikan antara fungsi bimbingan karir

dengan minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa/i

(57)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Arikunto,S (2002),

adalah pendekatan penelitian yang berdasarkan kejelasan unsurnya yang

terdiri dari kejelasan tujuan, pendekatan, subyek, sampel, sumber data yang

sudah mantap dan rinci sejak awal begitupun dengan langkah penelitian dan

disain serta pengumpulan data dan analisis. Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang bekerja dengan angka, datanya berwujud bilangan (skor atau

nilai, peringkat atau frekuensi) dianalisis dengan menggunakan statistik untuk

menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang bersifat spesifik dan

kemudian melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi

variabel yang lain, Creswell (dalam Alsa, 2003).

Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian korelasional

(dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya

(58)

Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada

umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar,

2005).

3.1.2 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis

penelitian korelasional. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin

melihat ada tidaknya hubungan antara fungsi bimbingan karir dengan minat

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Data yang diperoleh dari

penelitian ini berupa angka-angka, kemudian dianalisis dengan

menggunakan rumus statistik. Menurut Sevilla, dkk (1993), penelitian

korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat

hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

Menurut Azwar (2005), penelitian korelasional adalah penelitian yang

bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan

dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien

korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa

variabel serta saling hubungan di antara variabel-variabel tersebut dapat

dilakukan serentak dalam kondisi yang realistik. Studi korelasional

(59)

hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu

terhadap variabel yang lain.

3.1.3

Definisi Variabel dan Variabel Operasional

49

Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Arikunto,S (2002) mendefinisikan variabel sebagai "gejala yang bervariasi atau obyek penelitian yang bervariasi". Jadi

variabel adalah obyek penelitian atau ap2 yang menjacli titik perhatian suatu

penelitian. Dalam penelitian ada dua variabel, yaitu independent variable (IV)

atau variabel bebas dan dependent variable (DV) atau variabel terikat.

Adapun definisi operasional untuk kedua variabel ini aclalah :

1. Fungsi bimbingan karir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fungsi

penyaluran dan fungsi penyesuian Bimbingan karir yang dirasakan siswa,

yang diukur dengan menggunakan skala fungsi Bimbingan Karir.

Suatu proses bantuan, fungsi dan pendekatan terhadap individu (siswa/i),

agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami

dirinya, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehiclupan yang

diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu

(60)

keadaan dirinya yang dihubungkan dengan tuntutan pekerjaan atau karir

yang dipilihnya.

2. Minat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dalam penelitian ini

adalah aspek kognitif dan afektif siswa dalam keterikatan melanjutkan ke

perguruan tinggi, diukur dengan menggunakan skala minat melanjutkan

ke Perguruan Tinggi.

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi didefinisikan sebagai kelompok dimana penelitian akan

menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Sevilla dkk, 1993). Populasi adalah

totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki kriteria tertentu, jelas

dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000). Populasi penelitian ini adalah

120 siswa/i kelas XII SMAN 7 Jakarta.

Menurut Ferguson (dalam Sevilla dkk, 1993), sampel adalah beberapa

bagian kecil dari populasi, atau porsi dari suatu populasi. Jumlah sampel

tryout adalah 60 orang, sedangkan sampel penelitian 50 orang. Menurut

Arikunto (2002), jumlah sampel minimal dalam suatu penelitian kuantitatif

(61)

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik accidental sampling dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan

pada subyek yang dijumpainya. Teknik ini tergolong dalam metode

pengambilan sampel non probability sampling. Seperti diungkapkan oleh Gay

(dalam sevilla, 1976), semua anggota atau subyek penelitian tidak memiliki

peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan pertimbangan karena dalam pelaksanaannya

digunakan pertimbangan/ hal-hal tertentu yang dikenakan ke dalam

sub-kelompok (Sevilla, et al, 1993 ).

Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu

1. Siswa/i SMAN 7 Jakarta.

2. Siswa/i kelas XII jurusan IPA dan IPS.

3.3

Pengumpulan Data

3.3.1 Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan skala bimbingan

karir dan skala minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Skala ini

(62)

Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada struktur intensitas

pertanyaan-pertanyaan (Singarimbun, 1989).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam skala model Likert antara lain

adalah bentuk jawaban menggunakan lima kemungkinan jawaban yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju

(STS), sedangkan Ragu-Ragu (R) tidak digunakan. Menurt Sevilla, et al.,

(1993), banyak peneliti yang memberikan penekanan pada kecenderungan

responden untuk "mengamankan" dan menempatkan jawaban mereka di

tengah sebagai angka netral. Hal ini disebut pengaruh "kecenderungan

sentral". lndividu yang mempunyai kecenderungan tersebut selalu

menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrim. Dengan

demikian, tidak digunakannya kategori jawaban yang bersifat netral atau

Ragu-Ragu (R) dilakukan untuk mendorong responden memutuskan jawaban

yang bersifat positif atau negatif. Adapun cara subyek memberikan jawaban

terhadap tipe skala model Likert adalah dengan memberikan tanda silang (X)

atau check list

(..J)

pada salah satu alternatif jawaban berkisar antara 1 - 4.

untuk item positif (Favorable) skor untuk jawaban SS =4, S =3,TS = 2 dan

STS = 1. dan untuk item negatif (Unfavorable) sebaliknya, untuk jawaban

(63)

3.3.2

Alat Ukur

Alat ukur dalam penelitian ini terdiri dua skala, yaitu:

1. Skala bimbingan karir

Untuk mengukur tingkat bimbingan karir, pada penelitian ini menggunakan

skala model Liker!, berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Yusuf

Gunawan (1995). Adapun tabel distribusi penyebaran

item

sebagai berikut

Tabel

3.1.

Distribusi Skala Fungsi Bimbingan Karir

Blue print skala fungsi bimbingan karir

---

-'

No. Faktor lndikator Fav Unfav Jumlah

1. Fungsi • Memperkenalkan 3,27,29 26,28,30 6

Penyaluran pendidikan

• Memperkenalkan 17,19,24 13,5.18 6

tentang dunia

kerja

• Membantu 9, 10,22 8, 16,21 6

mengetahui minat

dan kemampuan

• Membantu dalam

mengambil 6,14,15 12,23,35 6

[image:63.595.33.469.182.680.2]
(64)

2. Fungsi • Membantu 1,7,20 11,32,35 6

Penyesuaian menyesuaikan

diri

• Mengembangkan 4,31,34 2,33,36 6

sikap

Jumlah 18

1J

36

2. Skala minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

Untuk mengukur minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada

penelitian ini menggunakan skala model Liker!, berdasarkan teori yang

dipaparkan oleh Hurlock (1992), adapun label distribusi penyebaran item

sebagai berikut :

Tabel

3.2.

Distribusi Skala Minat Melanjutkan Pendidikan Ke

Perguruan Tinggi

Blue print skala minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

No. Faktor lndikator Fav Unfav Jumlah

1. Kognitif • Menekuni 1, 12,20 11,21,24 6

bidang tertentu

[image:64.595.32.454.99.529.2]
(65)

• Rasa ingin tahu 10,13,34 3,23,36 6

tentang

perguruan tinggi

• Membaca profil 6,14,27 9,22,35 6

tentang

perguruan tinggi.

2. Afektif s Minat memilih 4,15,26 5,16,25 6

perguruan tinggi

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi skala fungsi bimbingan karir................................
Gambar 2.1 Diagram fungsi bimbingan dan konseling ...........................
Gambar 2.1 Diagram Fungsi Bimbingan dan Konseling (Hallen, 2002)
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari Pemodelan 3 Dimensi Mobil Rusak, Menara Pengawas, Bangku, dan Senjata Pada Aplikasi Game “D’Crime of Metropolis” dalam pembuatan model

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi-terbagi (RPTT), dengan 3 faktor perlakuan, yaitu: Aplikasi penimbunan bahan tanah mineral sebagai petak utama

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah atribut produk, harga, promosi dan persediaan produk berpengaruh terhadap switching behavior konsumen dalam pembelian kartu

Baik itu melalui sejumlah website (Pemkab, SKPD, Badan Publik, Media Center, dan web PPID sendiri), juga diterapkan dalam bentuk memberi kesempatan secara luas melalui desk

Penerapan SSUK diterapkan secara luas dalam pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang tetapi tidak dapat bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak lain yang

Sesuai dengan hasil penelitian Jawale 24 tahun 2010 yang mengevaluasi aktivitas larvasida pada ekstrak metanol daun Cestrum nocturnum yang mengandung steroid

Hasil dari kedua uji statistik tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih dari hasil pengukuran dimana metode sport massage berpengaruh terhadap

Pihak Indonesia menyadari prinsip di mana investor Belanda harus mendapatkan hak yang sama dan tidak diskriminatif dibandingkan dengan investor lokal, perlakuan lokal