• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

CIAMIS JAWA BARAT TAHUN 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Usep Saepul Imam

NIM: 107103001760

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2010

(3)

iii

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA

BARAT TAHUN 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Usep Saepul Imam NIM: 107103001760

Pembimbing

Dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA BARAT TAHUN 2010 yang diajukan oleh Usep Saepul Imam (NIM 107103001760), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 5 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 5 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes dr. Erfira Sp.M

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

(5)

v

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan, yang telah mengizinkan saya untuk terus tumbuh

dan belajar menjadi seorang dewasa hingga tepat pada waktunya saya dapat

menyelesaikan penelitian ini. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan

Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah

kami PSPD angkatan 2007 dan senantiasa memberikan semangat agar terus

berjuang untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

2) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua

dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan

kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di

PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala

yang telah mereka berikan.

3) dr. Ayat Rahayu Sp.Rad selaku dosen pembimbing yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

saya dalam penyusunan riset ini.

4) drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, selaku penanggung jawab riset PSPD

2007 yang selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.

5) Direktorat Jendral Pekapontren Departemen Agama Republik Indonesia yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu anggota

Penerima Beasiswa Santri Berprestasi di PSPD FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini. Terima kasih atas bimbingan, pembinaan, dan

berbagai pengalaman yang telah diberikan.

6) Ibu dan Bapak yang cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa

(6)

vi

yang hangat. Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang

telah diberikan sehingga putera kecil kalian ini menjadi dewasa.

7) Kakak dan Adik tersayang yang telah menemani perjalanan panjangku, selalu

setia untuk berbagi dalam suka dan duka. Terima kasih kalian indahkan

duniaku.

8) Seluruh keluarga besar, terima kasih atas dukungan materil dan moril yang

tidak ternilai harganya, semoga saya bisa membanggakan kalian.

9) Seluruh teman dan sahabat di PSPD 2005-2009, Pondok Pesantren Al-Hasan

Ciamis, CSS MoRA, USMR, BEMJ Pendidikan Dokter, dan semua teman

yang saya kenal. Terima kasih kalian telah memberi warna dalam hidupku dan

menjadikan duniaku begitu indah penuh makna.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta,14 Oktober 2010

(7)

vii

Usep Saepul Imam. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat pada bulan Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 115 responden yang merupakan santri remaja putera dan puteri yang sedang menempuh pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat dengan menggunakan desain deskriptif, kemudian dilakukan analisis univariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk adalah 4 orang (3,5 %), kurang 18 orang (15,7%), cukup 72 orang (62,6 %) dan baik 21 orang (18,3 %). Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang (27,9%). Namun, responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%). Dan sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (23,2%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Kata kunci:

(8)

viii

ABSTRACT

Name :Usep Saepul Imam Study Program : Medical Education

Title : IMAGING DEGREE OF KNOWLEDGE STUDENT AT TRADITIONAL MUSLIM SCHOOL TOWARD NUTRIENT IN BOARDING SCHOOL AL HASAN CIAMIS WEST- JAVA

This research is purpose to knowing the imaging degree of knowledge student toward nutrient in Al-hasan Islamic Boarding School Ciamis West- Java in August,2010. This research was done toward 115 respondents student toward nutrient in Alhasan Islamic boarding Ciamis West- Java with used design of analitic descriptive, than processed with analisis of univariat. Building on the result of research was found that student in Al-hasan Islamic Boarding School Ciamis West- Java at 2010, which has low degree of knowledge was 22 students (19,1 %), enough of knowledge 72 students, and 21 students (18,3 %) has a good knowledge. Further research needs to be done with the larger sample, to found out the best result.

Key words:

(9)

ix

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK/ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

(10)

x

Halaman

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

IV.1. Demografi ... 27

IV.2. Hasil dan pembahasan data penelitian data………. 27

IV.2.1. Sebaran responden berdasarkan umur……….. 27

IV.2.2. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin……….. 28

IV.2.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan………... 28

IV.2.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan………. 29

IV.2.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan………. 29

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan………. 30

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan………. 31

BAB V. RINGKASAN DAN SARAN ... 33

5.1. Ringkasan ... 33

5.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(11)

xi

Halaman Tabel 2.1. Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi... 9 Tabel 2.2. Definisi operasional …………... 22 Tabel 4.1 Sebaran responden berdasarkan umur di pesantren alhasan

tahun 2010……….. 27

Tabel 4.2. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin di pesantren

alhasan tahun 2010……… 28

Tabel 4.3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di

pesantren alhasan tahun 2010………. 28

Tabel 4.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi di

pesantren alhasan tahun 2010………. 29

Tabel 4.5. Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010………. 30 Tabel 4.6. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat

pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010……… 30 Tabel 4.7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

ASI Air Susu Ibu

MP-ASI Makan Pendamping Air Susu Ibu

Kepmenkes RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

WHO World Health Organization

MD Makanan yang dibuat di dalam negeri

ML Makanan luar negeri (import)

Exp Expired, (tanggal kadaluarsa), artinya batas waktu makanan

tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut,

makanan tidak layak dikonsumsi

SNI Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu

makanan telah sesuai dengan persyaratan

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Informed consent ... 37

Lampiran 2 Kuesioner ... 38

Lampiran 3 Jawaban Kuesioner ... 43

Lampiran 4 Data identitas responden ... 45

Lampiran 5 Hasil uji statistik ... 48

(15)

1

I.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas

pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh

kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal

tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi. (Depkes, 2010). Pelajar

merupakan sumber daya manusia yang produktif bagi suatu negara tidak terkecuali

bagi negara Indonesia. Menurunnya kualitas sumber daya manusia suatu negara dapat

menurunkan kualitas suatu negara. Lembaga pendidikan di Indonesia sangat beragam

salah satunya adalah lembaga pendidikan pesantren.Pesantren atau pondok pesantren

(biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic

boarding school).

Menurut Departemen Agama RI tahun 2000, ada sekitar 11.312 Pondok Pesantren

yang sudah terdaftar, dengan jumlah santri (pelajar yang belajar di suatu Pondok

Pesantren) sekitar 2.737.805 santri yang belajar di dalamnya. (Hasan, 2005).

Pendidikan Pondok Pesantren selama ini memang ditekankan pada penguasaan

ilmu-ilmu syari’ah (hukum), dengan kitab kuning sebagai literatur dasar, dengan

sistem dan metode kajian yang tradisional. Ketertutupan terhadap

perubahan-perubahan yang ada masih terlihat di dalam sikap-sikap dunia pesantren. Tujuannya

antara lain untuk menanggalkan pengaruh negatif dunia luar terhadap Pondok

Pesantren sehingga menyebabkan lambatnya dunia pesantren dalam mengikuti

perkembangan sosial dan iptek, walaupun belakangan ini usaha-usaha untuk

membuka diri sudah telihat di beberapa pesantren (Hasan, 2005).

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat merupakan pesantren yang

(16)

2

remaja (10-19 tahun) dan merupakan pelajar sekolah, baik tingkat SMP dan SMA,

serta sebagian kecil pelajar di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil observasi

langsung, peneliti melihat sebagian besar santri di pesantren tersebut terlihat memiliki

tubuh kurus, dan hampir dalam satu minggu ada lebih dari 3 santri yang sakit.

Menurut KEPMENKES RI (2007) dikatakan bahwa sebagian besar remaja putri

(3,5 juta) mengalami anemia gizi besi. Sehingga santri pesantren alhasan pun tidak

terkecuali memiliki kerentanan terjadinya anemia gizi besi.

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit

infeksi yang saling terkait. (KEPMENKES, 2007). Selain itu persepsi perorangan

merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menentukan makanan yang akan

mereka konsumsi yang dapat menunjang kesehatan mereka. Persepsi tersebut juga

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang tentang zat gizi yang terkandung

dalam makanan. (Grosvenor dan Snolin. 2002). Oleh sebab itu, kondisi kerentanan

terjadinya anemia gizi besi pada santri juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

santri terhadap gizi.

Keberadaan pelajar pesantren selama ini belum banyak diperhatikan, baik dari

segi kesehatan, tempat tinggal maupun konsumsi makanannya. Hal ini terbukti dari

jarangnya penelitian yang dilakukan terhadap pelajar yang tinggal di pesantren. Hal

inilah yang menyebabkan peneliti ingin melakukan survey tingkat pengetahuan santri

remaja terhadap gizi di Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat yang dikaitkan dengan

umur dan tingkat pendidikan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di

(17)

I.3 TUJUAN PENELITIAN

A. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di

Pondok Pesantren Alhasan Ciamis Jawa Barat tahun 2010.

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di

Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan umur.

2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di

Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan jenis kelamin.

3. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri terhadap gizi di Pondok

Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

A. Bagi Peneliti yaitu :

 Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

 Untuk mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat secara

akademis di masyarakat.

 Mengerti dan memahami mengenai tingkat pengetahuan santri Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat mengenai gizi.

B. Bagi Keilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik

dalam masalah gizi, khususnya di pondok pesantren.

C. Bagi santri pondok pesantren Al-Hasan Ciamis

Merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai

(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Definisi Pengetahuan

Menurut Depdikbud (1994 : 991), pengetahuan adalah segala

sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan adalah merupakan hasil

“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan

merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain

sebagainya).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 122-123) pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu

sebagai berikut :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

(19)

e) Sintesis (synthetis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Suhardjo dkk, (1986 : 31), suatu hal yang meyakinkan tentang

pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan.

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang

dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan

gizi.

Menurut Lukman (2001), Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a) Umur

Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka

proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi

(2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu

salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita

simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

(20)

6

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal

untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia

mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal

yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada

pada cara berfikir seseorang. (Nasution : 1999)

d) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar

dan memperoleh suatu pengetahuan.

e) Pendidikan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan

tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut

Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.

f) Informasi

Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan

(21)

g) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)

II.1.2 Definisi gizi

Istlah “gizi” dan “ilmu gizi” di Idonesia baru mulai dikenal sekitar

tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata

gizi berasal dari bahasa arab “ghizdza” yang berarti makanan. Menurut

dialek mesir, ghidza berarti gizi. Selain itu sebagia orang menerjemahkan

nutritision sebagai “nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum

bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.

Sedangkan dalam definisi lain zat gizi adalah ikatan kimia yang

diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses

kehidupan. Lain halnya dengan makanan, yaitu bahan selain obat yang

mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat

diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke

dalam tubuh. Sedangkan pangan adalah istilah umum untuk semua bahan

yang dapat dijadikan makanan. (Almatsier, 2004)

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal makanan.

(Sediaoetama, 2008)

II.1. 3 Klasifikasi gizi

Klasifikasi pangan sangat berguna dalam perencanaan produksi,

ketersediaan pangan dan konsumsi penduduk. Sementara zat gizi

diklasifikasikan kedalam enam enam kelas utama dan paling sedikit terdiri

(22)

8

Penggolongan pangan yang digunakan FAO dikenal sebagai

Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan

dalam PPBH ada sembilan, yaitu : padi-padian, umbi-umbian, pangan

hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacang-kacangan, gula,

sayur dan buah serta lain-lain (minuman dan bumbu).

Secara khusus, di Indonesia juga dikenal penggolongan makanan

sesuai dengan pola makan masyarakat. Pengelompokan tersebut meliputi

pangan pokok (beras, jagung, sagu, ubi, terigu, singkong), lauk pauk

(daging, ikan, telur, tahu, tempe), sayuran, buah dan susu. Hal ini dikenal

sebagai konsep empat sehat lima sempurna dan merupakan salah satu

jabaran dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai

zat gizi yang dibagi dalam enam kelas utama, yaitu:

1. karbohidrat

asam Karbohidrat, lemak, protein dan vitamin disebut sebagai zat organik

(zat yang susunannya mengandung karbon), sedangkan mineral dan air

adalah zat anorganik.

Secara kimiawi zat gizi terdiri atas kelompok makronutrien dan

mikronutrien. Hidrat arang (karbohidrat), lemak (lipid) dan protein

digolongkan kedalam kelompok makronutrien karena dikonsumsi dengan

jumlah relatif besar (ukuran gram), sedangkan vitamin dan mineral

digolongkan kedalam kelompok mikronutrien karena diperlukan tubuh

(23)

miligram = 1/1.000 gram) dan sebagian besar bisa didaur ulang dalam

tubuh sendiri.Setiap makanan mengandung nutrien dengan jenis dan

jumlah yang berbeda-beda. Tidak ada satupun jenis makanan yang

mengandung semua nutrien esensial dengan jumlah yang diperlukan bagi

kesehatan optimal. (Andri Hartono, 2006)

Secara struktural karbohidrat, protein, lipid dan vitamin termasuk

molekul organik sehingga sering dikenal sebagai zat gizi organik,

sedangkan mineral dan air merupakan molekul inorganik sehingga sering

disebut sebagai zat gizi inorganik. (Grosvenor, Snolin. 2002).

Paling sedikit terdapat 45 jenis zat gizi, esensial dan tidak esensial,

yang diperlukan tubuh manusia dari enam kelompok utama tersebut. Zat

gizi esensial adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak

dapat mensitesisnya dan atau tubuh tidak mampu mensintesisnya dalam

jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Zat gizi esensial dari setiap

kelompok utama zat gizi terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi

ZAT GIZI

UTAMA ZAT GIZI ESENSIAL

Karbohidrat Serat, glukosa*

Lemak Asam lemak : asam linoleat

Protein Asam amino : leusin; isoleusin; lisin; methionin; treonin; triptophan; valin; fenilalanin; histidin (untuk anak-anak)

Vitamin Vitamin larut lemak : vitamin A**, D,E,K; Vitamin larut air: thiamine***,niacin, riboflavin, biotin, folacin, vitamin B6, vitamin B12, asam pantothenat, vitamin C.

Mineral Mineral makro : Ca (kalsium), P (fosfor), Na (natrium), K (kalium), S (sulfur), Mg (magnesium); mineral mikro : Fe (besi)**,Mn (mangan), Zn (seng)***, Co (cobal), Mo (molibdenum), I** (iodium), Cr (kromium), V (vanadium), Sn (timah), Ni (nikel), Si (silikon), F (fluor).

Air Air

Keterangan :

* = esensial bagi jaringan / organ tubuh tertentu.

** = masalah gizi utama di Indonesia.

(24)

10

II.1.4 Fungsi zat gizi

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan

semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya,

bila makanan tidak dipillih dengan baik, tubuh akan mengalami

kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi

yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada 3 fungsi

zat gizi dalam tubuh, yaitu :

1. Memberi energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi

yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan / aktivitas.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh

karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara,

dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi

tersebut dinamakan sebagai zat pembangun.

3. Mengatur proses tubuh

Protein, mineral, protein dan vitamin diperlukan untuk mengatur

proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel,

bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh

dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang

bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam

tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam

proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak

proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses penuaan.

Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh,

(25)

suhu tubuh, peredaran tubuh, pembuangan sisa-sisa / ekskresi dan

proses tubuh yang lainnya. Dalam fungsi mengatur proses tubuh

ini, protein, mineral, dan vitamin dinamakan sebagai zat pengatur.

II.1.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Gizi

Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila

tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status

gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik

pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.

Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer ataupun sekunder.

Faktor primer adalah bila susunan makanan salah dalam kuantitas dan atau

kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang

baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan

yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang

menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan

dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya

pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan setruktur saluran

cerna dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang mengganggu absorpsi

zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan / obat cuci perut, dan

sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi

zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan

obat-obat tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya. Faktorfaktor

yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan

zat-zat gizi adalah banyak buang air kecil (polyuria), banyak keringat dan

penggunaan obat-obatan. Perkembangan terjadinya kekurangan gizi adalah

(26)

12

Gambar 2.1 Perkembangan terjadinya kekurangan gizi

II.1.6 Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi

apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam

kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut

ini :

1) Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai

zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah

rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat social ekonomi menengah ke

atas rata-rata lebih tinggi dari pada yang berasal dari keadaan social

ekonomi rendah.

2) Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang

kekuramgan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas.

Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.

3) Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan

antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,

batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

(27)

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan

mental, dengan demikian kemampuan berpikir menurun. Otak mencapai

bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekuranga gizi dapat berakibat

terganggunya fungsi otak secara permanen.

5) Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan

perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.

Hal itu menunjukan bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi

pengembangan sumber daya manusia.

II.1.7 Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh

Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan

energi yang dikonsumsi disimpan dalam bentuk lemak. Kegemukan

merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit

degenerative, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit

diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu.

II.1.8 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

berbagai bidang pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi

internasional di Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang

sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang

handal. Salah satu rekomendasi penting dari kongres itu adalah anjuaran

kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi seimbang

(PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna

pada tahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini masih dikenal oleh

sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat ini

(28)

14

Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 (tiga belas)

pesan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Makanlah aneka ragam makanan

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang

mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas

maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna

makana yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan

zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis

makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain.

Jadi mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin

terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat

pengatur.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung

energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari,

seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan

kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan

mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak.

Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandiai oleh berat badan

yang normal.

Konsumsi energi yang melebihi kecukupan akan disimpan sebagai

cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila

keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan disertai berbagai

gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi. Penyakit

jantung, penyakit diabets melitus dll.

Tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi

dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan

untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka

dapat menurunkan daya kerja, prestasi belajar dan kreativitas.

Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, merosotnya

(29)

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan

energi

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks

dan karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks

adalah padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong,

ubi jalar, kentang); dan makanan lainnya seperti tepung, sagu, dan

pisang. Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak

mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat

mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.

Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam

tubuh berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat sederhana.

Sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak

segara merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana

langsung dapat diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi,

sehinga cepat menimbulakan rasa lapar.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk

meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin

A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Jika seseorang

mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi

konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak

terpenuhi. Dianjurkan, konsumsi lemak dan minyak dalam makanan

sehari-hari tidak lbih dari 25% dari kebutuhan energi. Adapun

komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan

yang mengandung sumber lemak nabagi, dan 1 bagian mengandung

sumber lemak hewani.

5. Gunakan garam beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3

(Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun

1994, semua garm yang beredar di Indonesia harus mengandung

(30)

16

kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAJY) di Indonesia.

Untuk menghindari pengaruh sampingan dari konsumsi garam

beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi

garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2• gram tiap 1000

kilo kalori), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi

garam beryodium + 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi,

namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam

kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan dianjurkan

mengkonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang

per hari, dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan dari laut yang

kaya yodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat

besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat

menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal dengan

masyarakat sebagai penyakit kurang darah.

Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita

hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena

fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan

dan menyusui yang menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif

lebih tinggi ketimbang kelompok lain. Kelompok lain yang rawan

AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga

kerja berpenghasilan rendah. Sumber utama zat besi adalah bahan

pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua.

Kesuliatan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya

tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi

nabati hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi

makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat

besi Fe pangan asal hewani (haeme) lebih mudah diserap daripada zat

besi pangan asal nabati (non haeme).

Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami apabila angka penderita

(31)

mencapai 55%. Hal ini terjadi karena tidak mudah memenuhi

kebutuhan zat besi secara alami. Keanekaragaman konsumsi makanan

berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di

dalam tubuh. Kehadiran protein hewani seperti daging, ikan dan telur,

vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat

meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan

MP-ASI sesudahnya

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI

harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan

(dalam waktu 30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat

itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya.

ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan

disebut kolostrom. Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A

yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh

karena itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi

ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan

bayi. Hindari pemberian air gula, air tajin dan makanan pralaktal lain

(selain ASI lancar diproduksi).

Pada usia 0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI

Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah

mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.

Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi enzim untuk

mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa

menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan

pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa

ASI Eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel,

dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa

tambahan cairan atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif

dapat berhasil, selain tidak memberikan susu formula, perlu pula

(32)

18

ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui pada malam hari.

Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara bergantian tiap kali

menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan

suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu.

Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian

besar areola (bagian hitam sekitar puting) harus masuk seluruhnya ke

mulut bayi.

8. Biasakan makan pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi

orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,

mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan

produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat

meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap

pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi

kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat

dipilih dan disusun sesai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila

terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan

sumber zat pengatur.

Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita

gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan

tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran

menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan

merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya

prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan produktivitas kerja.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas

kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih

dahulu. Fungsi air dalam tubuh adalah

 melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh

(33)

 melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil

Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi

orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau

setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain itu, mengonsumsi

cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh,

dan dapat menurunkan risiko penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi

cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan

kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang

terdapat pada air. Menentukan kebutuhan air minum dengan

mengandalkan rasa haus tidak sepenuhnya benar. Contoh, seorang

yang bekerja di ruang AC tidak merasa haus, padahal yang

bersangkutan seharusnya memerlukan cairan lebih banyak dibanding

ketika ia bekerja di ruang tanpa AC.

10.Lakukan aktivitas fisik secara teratur

Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olah

raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi

kesehatan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan

aktivitas fisik, banyak dijumpai di kalangan tertentu.

11.Hindari minuman yang beralkohol

Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi

lain. Kebiasan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan :

a) Terhambatnya proses penyerapan gizi

b) Hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut

mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup,

c) Kurang gizi

d) Penyakit / gangguan hati,

e) Kerusakan saraf otak dan jaringan.

12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan

diangkut dan dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung

ke konsumen, harus dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan

(34)

cara-20

cara : mempersiapkan, menyimpan, mencuci, mengolah/memasak,

menyimpan makanan matang, yang baik dan benar.

Dengan penyelenggaraan seperti tersebut di atas makanan akan

terhindar dari kemungkinan tercemar kuman-kuman dan bahan kimia

yang membahayakan kesehatan manusia. Menurut ilmu gizi, makanan

yang man harus pula memenuhi syarat “wholesome”. Artinya, zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali

apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya

(misalnya, ikan dijadikan tepung, dll).

Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan

antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warana makanan

berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal

kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan

kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan

dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi,

meskipun harganya sangat murah. Tanda lain dari makanan yang tidak

memenuhi syarat aman, adalah bila dalam pengolahanya ditambahkan

bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat

pewarna rhomadin B dan methanol yellow, seperti banyak dijumpai

pada makanan jajanan pasar. Oleh karena itu, produsen jajanan pasar

perlu diberi penyuluhan.

13.Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi,

jenis dan ukuran bahan-bahanyang digunakan, susunan zat gizi,

tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain. Air minum dalam

kemasan, yang banyak beredar di pasaran, telah diproses seuai dengan

ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk

makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada label.

Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat

(35)

tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.

Beberpa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain :

a. MD = makanan yang dibuat di dalam negeri

b. ML = makanan luar negeri (import)

c. Exp = tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut

masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak

layak dikonsumsi

d. SNI = Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu

makanan telah sesuai dengan persyaratan

e. SP = Sertifikat Penyuluhan

(36)

22

II.3 Definisi operasional

Tabel 2.3 Definisi operasional

N o.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Pengetahuan kepandaian

yang dimiliki

wawancara kuesioner Nominal Total skor 28

(37)

pada makanan)

Wawancara Kuesioner Rasio 1.9-15 tahun

2.15-19 tahun

8 Pendidikan Pendidikan

formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden

Wawancara Kuesioner Ordinal 1.SMP atau yang

sederajat

2.SMA atau yang

sederajat

(38)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif.

III.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

pada bulan Agustus 2010.

III.3 Populasi dan sampel

III. 3. 1. Karakteristik populasi

Populasi yang diteliti adalah santri remaja pondok pesantren alhasan

Ciamis Jawa Barat tahun 2010 umur 10-19 tahun.

Jumlah populasi Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat.

Kelas Ibtida (pemula/ santri yang sekolah di tingkat SMP) : 146

Kelas Tsanawi (santri yang sekolah ditingkat SMA) : 207

Kelas Takhosus (santri yang tidak sekolah/setingkat mahasiswa): 36

Jumlah total populasi : 389

III. 3. 2. Jumlah sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi

dengan presisi mutlak yaitu :

(39)

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu sebesar 96

responden.

Keterangan :

n = Jumlah sampel

P = Perkiraan proporsi di populasi sebesar 50%, karena tidak

diketahui proporsi yang sebenarnya. (Eko Budiarto, 2003)

d = Presisi mutlak sebesar 10%

Z 1-/2 = 1.96 (tingkat kepercayaan yang dinginkan 95%)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa besar sampel

minimal untuk penelitian ini yaitu 96 responden. Namun peneliti

menambahkan responden sebesar 16% untuk mengurangi bias. Sehingga

jumlah total sampel yang diambil yaitu 115 orang santri, yang terdiri dari 60

santri tsanawi dan 55 santri ibtida.

III. 3. 3. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling.

Semua santri remaja Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelas

masing-masing, kemudian dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subjek

yang diperlukan terpenuhi.

III. 3. 4. Kriteria sampel

III.3.4.1 Faktor Inklusi

 Semua santri yang tercatat di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis

Jawa Barat tahun 2010.

 Santri yang memiliki usia 10-19 tahun.  Santri yang bersedia menjadi responden.

III.3.4.2 Faktor Eksklusi

 Santri yang memiliki usia kurang dari 10 tahun.  Santri yang memiliki usia labih dari 19 tahun.  Santri yang tidak bersedia menjadi responden.

(40)

26

III.4 Managemen data

III. 4. 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data langsung dilaksanakan oleh peneliti setelah santri

mengisi informed consent dan kuesioner penelitian.

III. 4. 2. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dalam bentuk

tabel dan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0 for

window. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan

dilanjutkan dengan tabulasi. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi

dan proporsi dari tiap variabel yang diteliti, akan digunakan analisis univariat.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

III.7 Cara Kerja Penelitian

Gambar 3.1 Cara kerja penelitian Santri Remaja Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis

Responden Informed Consent

Inklusi Eksklusi

Kuesioner

Pengumpulan data

(41)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Demografi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan santri tentang gizi melalui kuesioner. Penelitian ini belum pernah

dilakukan sebelumnya Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis.

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis terletak di jl. Jendral Ahmad Yani

No.120 Dusun Bolenglang Desa kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten

Ciamis Jawa Barat, yang merupakan pondok pesantren yang paling dekat

dengan pusat kota Ciamis.

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis merupakan pondok pesantren

salafiyah yang didalamnya santri putera dan puteri belajar kitab kuning

(kitab-kitab karangan para ulama). Jumlah santri pondok pesantren tersebut sekitar

400 orang. Santeri yang belajar disana hampir 95 % merupakan siswa, baik di

sekolah SMP, maupun disekolah SMA. Sehingga kegiatan di pesantren pun

disesuaikan ddengan jadwal kegiatan di sekolah.

IV.2 Hasil dan Pembahasan Data Penelitian

IV.2.1. Sebaran responden berdasarkan umur

Dalam penelitian ini, umur responden dikelompokkan menjadi 2

berdasarkan nilai median (15) untuk mempermudah dalam penelitian, yaitu

remaja awal (9-15 tahun) dan remaja akhir (16-19 tahun). Adapun sebaran

(42)

28

Tabel 4.1 Sebaran responden berdasarkan umur di pesantren alhasan tahun 2010

Umur Jumlah Persentase

remaja awal (9-15 tahun) 72 62.6

remaja akhir (15-19 tahun)

43 37.4

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden pada

penelitian ini berada pada kelompok umur remaja awal (9-15 tahun), yaitu

sebanyak 72 orang (62,6%).

IV.2.2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Santri yang menjadi responden adalah santri putera sebanyak 51 orang

dan santri puteri sebanyak 64 orang. Adapun sebarannya dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin di pesantren alhasan tahun 2010

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 51 44.3

Perempuan 64 55.7

Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 64 orang (55,7%).

IV.2.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden dikelompokkan

menjadi 2 yaitu SMP dan SMA, hal ini karena sebagian besar santri pada

tingkat pendidikan SMP dan SMA berada pada usia remaja. Adapun sebaran

(43)

4.3.

Tabel 4.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat

pendidikan

Jumlah Persentase

SMP 59 51.3

SMA 56 48.7

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden

penelitian ini memiliki tingkat pendidikan SMP, yaitu sebanyak 59 orang

(51,3%).

IV.2.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan responden dikelompokkan

menjadi 4 (Arikunto,1998), yaitu buruk (<40% jawaban benar), kurang

(40-55% jawaban benar), cukup (56-75% jawaban benar), dan baik (76-100%

jawaban benar). Adapun sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan

dapat dilihat lebih jelas pada tabel 4.3.

Tabel 4.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Buruk 4 3.5

Kurang 18 15.7

Cukup 72 62.6

Baik 21 18.3

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 115 responden sebagian

(44)

30

72 orang (62,6%).

IV.2.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan

Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang

maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi

pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001),

juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

Tabel 4.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Umur

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

Remaja awal 3 4,2 15 20,8 45 62,5 9 12,5 72 100

Remaja akhir 1 2,3 3 7,0 27 62,8 12 27,9 43 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 72 responden yang berada

pada kelompok umur remaja awal sebagian besar memiliki pengetahuan gizi

cukup yaitu sebanyak 45 orang (62,5%). Begitu pula pada responden yang

berada kelompok remaja akhir, dari 43 responden sebagian besar memiliki

tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang (62,8%). Namun, dari

tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi

baik lebih banyak pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang

(45)

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat

pengetahuan

Berdasarkan jenis kelamin, responden dikelompokan menjadi 2 yaitu

laki-laki dan perempuan. Adapun sebaran responden berdasarkan jenis

kelamin dan tingkat pengetahuannya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Jenis

kelamin

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

Laki-laki 1 1,6 10 15,6 44 68,8 9 14,1 64 100

Perempuan 3 5,9 8 15,7 28 54,9 12 23,5 51 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 64 responden yang berada

pada kelompok laki-laki sebagian besar memiliki pengetahuan gizi cukup

yaitu sebanyak 44 orang (68,8%). Begitu pula pada responden yang berada

kelompok perempuan, dari 51 responden sebagian besar memiliki tingkat

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 28 orang (54,9%). Namun, dari tabel 4.5

diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih

banyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%).

IV.2.7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat

pengetahuan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau

proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan

tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat

(46)

32

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya.

Tabel 4.7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat

pendidikan

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

SMP 4 6,8 13 22,0 34 57,6 8 13,6 59 100

SMA 0 0 5 8,9 38 67,9 13 23,2 56 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 59 responden yang berada

pada kelompok tingkat pendidikan SMP sebagian besar memiliki pengetahuan

gizi cukup yaitu sebanyak 34 orang (57,6%). Begitu pula pada responden

yang berada kelompok tingkat pendidikan SMA, dari 56 responden sebagian

besar memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 38 orang (67,9%).

Namun, dari tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian responden yang memiliki

tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok tingkat pendidikan

(47)

33

BAB V

RINGKASAN DAN SARAN

V.1. Ringkasan

Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa dari 115 responden

memiliki tingkat pengetahuan yang buruk terhadap gizi adalah 4 orang

(3,5%), yang memiliki tingkat pengetahuan kurang terhadap gizi adalah 18

orang (15,7%), yang memiliki tingkat pengatahuan cukup terhadap gizi yaitu

sebanyak 72 orang (62,6%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik

terhadap gizi adalah 21 orang (18,3%).

Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik

terdapat pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang (27,9%).

Namun, responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak

pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%). Dan sebagian

besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada

kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (23,2%).

V.2. Saran

Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran yang

ditujukan kepada :

a) Pengurus Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

a. Perlu diadakan penyuluhan tentang gizi dan hal-hal yang terkait

dengan pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari secara berkala

b. Memberikan perhatian lebih untuk santri yang kurang peduli terhadap

pentingnya gizi.

(48)

34

b) Santri Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

a. Perlu meningkatkan pengetahuan terhadap gizi dengan mencari

informasi melalui media informasi.

b. Perlu meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya gizi untuk tubuh.

c) Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait

dengan tingkat pengetahuan santri terhadap gizi agar melakukan pendekatan

terhadap responden terlebih dahulu agar tidak terjadi kurangnya kepedulian

santri terhadap pentingnya gizi sehingga ketika diberikan kuesioner, mereka

mengisi data sekedarnya saja, akibatnya akan timbul bias pada hasil

(49)

35

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, h.

1-13.296-308

Budiarto,E. METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN : sebuah pengantar.

EGC, Jakarta, 2003, h.28-56

Departemen Kesehatan (Depkes) . Pedoman Umum Gizi Seimbang. [diakses pada

tanggal 22 Juli 2010]. Diunduh dari :

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/DEPKES/pedum_gizi-seimbang.pdf

Departemen Kesehatan (Depkes). Rencana Pembangunan Jngka Panjang Bidang

Kesehatan 2005-2025.[diakses pada tanggal 20 Januari 2010]. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads/RPJPK%202005_2025.pdf

Fatmanisa (2005). Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi Di Pesantren

X Yogyakarta. [diakses pada tanggal 10 januari 2010]. Diunduh dari:

www.fatmanisa.wordpres.com

Grosvenor. Nutrition From Sceince Life.Hasan. Harcourt College Publisher.

Philadelphia.2002.p:1-7

M,T. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia.cetakan:5 Lantabora Press.

Jakarta.2005 h:291-2

Hartono Andri. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Ed. 2. Editor: Monica Ester. EGC,

Jakarta, 2006 h: 15.

Hidayat, Ajiz A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Penerbit

Salemba Medika, Jakarta, 2008, h.44-7.60-7.

KEPMENKES RI Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007. Pedoman Operasional Keluarga

Sadar Gizi Di Desa Siaga. [diakses pada tanggal 16 Desember 2009). Diunduh

(50)

36

Munawaroh, L. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Makan

Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II

Kabupaten Pekalongan,2006.ABSTRAK. [diakses pada tanggal 22 Juli 2010]

Diunduh dari:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0116.dir/doc.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta,

2003, h. 13.

PATH (UNFPA). Kesehatan reproduksi remaja: membangun perubahan yang

bermakna. C1998. [diakses pada tanggal 4 April 2009]. Diunduh dari :

http://www.path.org/outlook/kesehatan_reproduksi_remaja.pdf.

Supariasa, Bakri. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2001, h.8.

Taufik, M Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV.

Infomedika, Jakarta, 2007, h.34

(51)

37

(INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………

Umur : ……… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari

penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA

TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA

BARAT TAHUN 2010

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan

bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan

persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Ciamis, 2010

Mengetahui Yang menyetujui

Penanggung jawab penelitian Peserta

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar  2.1.   Perkembangan terjadinya kekurangan gizi……………………... 12
Tabel 2.1 Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi
Gambar 2.1 Perkembangan terjadinya kekurangan gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hari ini saya magang diajarkan oleh DJ Suryadin Laoddang. Pelatihan Karyawan, Pelatihan SDM Perusahaan, Pelatihan

PENGARUH BUDAYA BAHASA PERTAMA DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ASING: STUDI KASUS PADA PENUTUR BAHASA JEPANG. Apriliya Dwi Prihatiningtyas

Ananlisis data dengan teknik anailis varian dua jalan.Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh yang postiif dan signifikan

Pemasaran Murabahah adalah upaya memasarkan suatu produk, baik itu barang atau jasa, dengan menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga jumlah penjualan

[r]

Bahwa ia terdakwa IMAM SUPOMO bin MUSOWIR (alm.) baik sendiri sendiri maupun bersama - sama dengan saksi SUSGIYANTO bin MUNASIBTO (terdakwa dalam perkara lain) pada hari

Autosplitting is another variation on the AUTOLOAD technique, but I haven’t seen it used as much as it used to be. Instead of defining subroutines dynamically, AutoSplit takes..

Konsep yang diajukan pada pengembangan desain kali ini adalah desain halte dan rambu lalu lintas khusus halte yang berfungsi sebagai penunjang pejalan kaki dalam