CV
Nama : Dwi Juli Budiyatno
Tempat, tanggal, lahir : Bandung, 27 Juli 1992
Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Komplek Bumi Asri Mekarrahayu Blok IV
mekar 3 RT 07 RW 12 D.86 Kab.Bandung
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Telepon : 085-720-320-333
e-mail : d.j.budiyatno@gmail.com
1997 - 1998 TK. Bhineka Bakti
1998 - 2004 SDN Taman Kopo Indah II 2004 - 2007 SMPN 38 Bandung
2007 - 2010 SMA Pasundan 1 Bandung
2010 - 2015 UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia)
Anggota Hima Arsitektur Divisi Humas (2011-2013) Anggota Funco Anggota divisi Chibi (2012) Panitia Seminar Out of The Box (2011)
Panitia EXPO I, You, and Bandung Ketua Mukrab Archinature Anggota Remaja Masjid Ketua divisi Logistik (2012)
Workshop Otak-Atik di UNPAR (tim) Juara 1
PENDIDIKAN
ORGANISASI
KOMPETISI
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... xi
Daftar Tabel dan Diagram ... xviii
BAB I
PENDAHULUAN
...
1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.2
Maksud dan Tujuan ... 1
1.2.1 Maksud ... 1
1.2.2 Tujuan ... 2
1.3
Perumusan Masalah ... 2
1.3.1 Aspek Manusia... 2
1.3.2 Aspek Bangunan ... 2
1.3.3 Aspek Lingkungan ... 3
1.4
Perumusan Masalah ... 3
1.4.1 Data Primer ... 3
1.4.2 Data Sekunder ... 3
1.5
Kerangka Berfikir ... 5
1.6
Sistematika Penulisan ... 6
BAB II
PENDAHULUAN
...
7
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 vi
2.1.1 Lokasi Proyek ... 7
2.1.2 Batas Tapak ... 8
2.2
Perumusan Masalah ... 8
2.2.1 Rencana Kerja Pemerintah Daerah(RKPD) ... 8
2.2.1.1 Pembangunan Nasional Tahun 2013 ... 8
2.2.1.2 Pembangunan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 . 9
2.2.2 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) .... 10
2.3
Target Audien ... 10
2.3.1 Target Primer ... 10
2.3.2 Target Sekunder ... 10
2.3.3 Target Tersier ... 10
2.4
Program Kegiatan ... 11
2.5
Kebutuhan Ruang ... 12
2.6
Kriteria Umum Perancangan ... 12
2.6.1 Ruang Pertunjukan ... 12
2.6.2 Ruang Pamer ... 15
2.6.3 Lobi Penerima ... 15
2.6.4 Bengkel ... 16
2.6.5 Teleskop ... 16
2.7
Studi Literatur ... 19
2.8
Studi Banding Proyek Sejenis ... 20
2.8.1 Planetarium Jakarta ... 20
2.8.2 Hayden Planetarium ... 23
2.8.3
L’H
amesferic Planetarium ... 26
2.8.4 Adler Planetarium ... 30
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 vii
BAB III
ELABORASI TEMA
...
33
3.1
Pengertian ... 33
3.2
Interpretasi Tema ... 35
3.3
Studi Banding Tema Sejenis ... 36
BAB IV
ANALISIS
...
40
4.1
Ananlisa Strategis ... 40
4.2
Analisa Makro ... 41
4.3
Analisa Mikro ... 41
4.4
Analisis Kondisi Tapak ... 42
4.4.1 Orientasi Tapak ... 42
4.4.2 Orientasi Matahari ... 43
4.4.3 Arah Angin ... 43
4.4.4 Kebisingan ... 44
4.4.5 Vegetasi ... 44
4.4.6 Polusi ... 45
4.4.7 Drainase ... 45
4.4.8 Air Bersih ... 46
4.4.9 Listrik ... 46
4.4.10
Pencahayaan ... 46
4.4.11
Potensi View ... 47
4.4.12
Aksesibilitas ... 48
4.4.13
Kontur Tapak ... 48
4.5
Alur Aktivitas ... 49
4.6
Kebutuhan Ruang ... 50
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 viii
4.6.2 Zona Ruang... 51
4.7
Program Ruang ... 53
4.8
Kesimpulan ... 54
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
...
55
5.1
Konsep Dasar ... 55
5.2
Konsep Perancangan Tapak ... 56
5.2.1 Konsep Zoning ... 56
5.2.2 Konsep Parkir ... 57
5.2.3 Konsep Akses dan Sirkulasi ... 57
5.3
Konsep Bangunan ... 58
5.3.1 Bentuk Bangunan ... 58
5.3.2 Sirkulasi ... 59
5.3.3 Struktur Atap ... 59
5.3.4 Material ... 60
5.3.5 Dome ... 60
5.3.6 Proyektor ... 61
5.3.7 Teleskop ... 61
5.3.7.1 Teleskop Hilal ... 61
5.3.7.2 Teleskop Goto ... 62
5.3.7.3 Teleskop Unitron ... 62
5.3.7.4 Teleskop Pelatihan ... 63
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
...
65
6.1
Peta Situasi ... 65
6.2
Gambar-gambar Perancangan ... 66
6.2.1 Site Plan ... 66
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 ix
6.2.2.1 Denah Planetarium ... 67
6.2.2.1.1
Denah Lantai 1 ... 68
6.2.2.1.2
Denah Lantai 2 ... 68
6.2.2.1.3
Denah Lantai 3 ... 69
6.2.2.2 Denah Komunitas ... 70
6.2.2.3 Denah Kantor ... 71
6.2.2.4 Denah Penginapan ... 71
6.2.2.5 Denah Resepsionis ... 72
6.2.2.6 Denah Shelter ... 72
6.2.3 Tampak ... 73
6.2.3.1 Tampak Keseluruhan ... 73
6.2.3.2 Bangunan Planetarium ... 74
6.2.3.3 Bangunan Komunitas ... 75
6.2.3.4 Bangunan Kantor... 76
6.2.3.5 Bangunan Penginapan ... 77
6.2.3.6 Bangunan Resepsionis ... 79
6.2.3.7 Bangunan Shelter ... 80
6.2.4 Potongan ... 81
6.2.4.1 Bangunan Planetarium ... 81
6.2.4.2 Bangunan Komunitas ... 82
6.2.4.3 Bangunan Kantor... 82
6.2.4.4 Bangunan Penginapan ... 82
6.2.4.5 Bangunan Resepsionis ... 83
6.2.4.6 Bangunan Shelter ... 83
6.2.5 Potongan Prinsip ... 83
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 x
6.2.7 Perspektif Keseluruhan ... 85
6.2.8 Perspektif Eksterior ... 86
6.2.9 Perspektif Interior ... 87
6.2.10
Foto-foto Maket ... 92
Ahnen, Karl Von.“Planetarium Support Areas”.
IPS-Pdg14-Planetarium-Support-Areas.pdf
Anonymous. 2014. “infoversum Cinema Planetarium”. Bandung. Diakses
18 Maret 2015
http://www.dezeen.com/2014/07/09/infoversum-cinema-planetarium-archiview-groningen/
Bappeda Kabupaten Sumedang.2011.Profil Daerah Kabupaten Sumedang 2011.Bappeda Kabupaten Sumedang
Ching, D.K. Francis.2000.ARSITEKTUR: Bentuk, Ruang, dan Tatanan/edisi 2.Jakarta, Indonesia: ERLANGGA
David Adler. 1969. “Matric Handbook Planning and Design Data”. Great
Britain : Architectural Press
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.2012.Planetarium dan Observatorium Jakarta.Jakarta
De Chaira, Joseph, Panero, Julius, and Zeinik, Martin.1992.Time Saver Standards for Interior Design and Space Planning.Singapore
Gilbert, Martin. 2014. “Encyclopaedic Dictionary of Astronomy”. New Delhi, India: PENTAGON PRESS
Goss, Adam.”DIY Planetarium".
DiyManual.pdf
Gunawan, Agustinus Admiranto. 2009. “Menjelajahi Tata Surya”. Yogyakarta, Indonesia :KANISIUS (Anggota IKAPI)
Guthrie, Pat. 2003. “The Architect’s Portable Handbook”.US: The
McGraw-Hill Companies.inc
http://ahcor.com/lhemisferic/webpage.swf
Lantz, ED. 2011.”Article : Planetarium of the Future”.
Article : Planetarium of the Future.pdf
Neufert, Ernest.2002.Architect Data Jilid 2.Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama
Pemerintah Kabupaten Sumedang.2013.Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Startegis Provinsi Pendidikan Jatinangor.
Sumedang.
Pemerintah Kabupaten Sumedang.2012.Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sumedang tahun 2013.Sumedang
Pemerintah Kabupaten Sumedang.2012.Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011-2031.Sumedang
Ramsey, Sleeper. 2007.“ Architectural Graphic Standards eleven edition”.
New Jersey, Canada: Wiley & Sons.inc
R. lang, Kenneth.2011. The Cambridge Guide to the Solar System Second Edition. Cambridge:United Kingdom at the University Press
R. lang, Kenneth.2006. Sun,Earth, and Sky Second Edition.Singapore
Soedjono.1996.Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Jakarta: Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
The International Planetarium
Society.1994.”SoYouWantToBuildaPlanetarium”.
SoYouWantToBuildaPlanetarium.pdf
Wilson, Kenneth D.”Selecting a Planetarium Project Instrument”.
IPS-pdg07SelectingPlanetariumIns.pdf
Vitriani, Nela.2013.Filosofi Museum Tsunami Aceh. Aceh: Indonesia. www.museumtsunami.blogspot.com. Diposkan 23 Februari 2013
www.arcspace.com/features/ennead-architects/rose-center-for-earth-and-space/
www.cac.es/hemisferic
www.cmnh.org
www.ida-architects.com
www.Planetarium-list.com/
www.Zeiss.com. Bandung. Diakses 18 Maret 2015
Tugas Akhir | DWIJULI BUDIYATNO |104 10 018 iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan
pencipta dan pemelihara alam semesta. Memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan untuk Mata Kuliah AR 38313 S Studio Tugas Akhir ini
yang berjudul “Planetarium Sains Jatinangor”.
Satu semester telah dilalui perancang untuk menyelesaikan desain dan
laporan ini. Selama proses pengerjaannya, berbagai kendala dan rintangan
telah dialami oleh perancang dan berkat dorongan dan bantuan dari
keluarga, teman-teman, dosen pembimbing, laporan ini dapat diselesaikan
dengan baik. Melalui kata pengantar ini, perancang mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Keluarga yang selalu memeberikan dukungan dan motivasi serta doa
yang telah menguatkan perancang dari awal sampai akhir;
2. Bapak Rahy .R Soekardi, Ir.,MT atas bimbingan ilmu, arahan, nasehat,
motivasi, dan dukungan yang diberikan dalam proses perancang
menyelesaikan desain dan laporan ini;
3. Bapak Prof.Dr.Bambang Hidayat, Ir.,M.Si atas ilmu, dan penjelasan
yang telah diberikan mengenai Proyek yang akan perancang desain;
4. Ibu Tri Widianti Natalia, ST.,MT sebagai dosen wali angkatan yang
telah memberikan masukan dalam desain;
5. Bapak Firman Firmansyah. ST.,MT, atas saran-saran yang dalam
proses perancangan desain;
6. Adisetyo P, S.si.,M.si atas ilmu yang diberikan tentang Planetarium,
Alam semesta, dan Organisasi Himpunan Astronomi Jakarta;
7. Pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maaf
Tugas Akhir | DWIJULI BUDIYATNO |104 10 018 iv
Laporan ini merupakan sebuah langkah menuju tahap akhir dari
perjalanan sebagai seorang mahasiswa arsitektur UNIKOM.
Di penghujung kata pengantar ini, Laporan yang telah disusun mungkin
terdapat kesalahan. Perancang memohon maaf atas kekurangan yang
terdapat pada laporan ini. Maka, perancang mengharapkan saran dan kritik
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Harap perancang, Semoga
laporan ini dapat berkontribusi memberikan pengetahuan dan bermanfaat
bagi yang membacanya.
Bandung, 31 Juli 2015
Perancang
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam dunia ini masih banyak sekali yang belum diketahui mengenai
alam semesta yang sangat indah dan mengagumkan. Bumi dan matahari
hanya sebagian kecil dari alam semesta. Banyak yang belum
terdeskripsikan dengan baik bagaimana alam semesta seperti tata surya,
galaksi, bima sakti, galaksi bima sakti, rasi bintang, dan masih ada yang
lainnya.
Ilmu yang mempelajari tentang alam semesta adalah ilmu perbintangan
yang biasa disebut Astronomi. Perkembangan ilmu astronomi semakin
hari semakin canggih. Namun penyebaran ilmunya masih sangat kurang,
terutama di Indonesia. Hal ini dikarenakan kurangnya menyebarkan ilmu,
mendidik, dan disiplin sains kepada masyarakat akan pentingnya
pengetahuan antariksa. Oleh karena itu, tidak semua orang mengetahui
mengenal Astariksa maupun alam semesta.
Planetarium dan Observatorium adalah Salah satu untuk cara
memperkenalkan dan kepada masyarakat yang menyenangkan. Disana
masyarakat dan pendidikan dasar dapat belajar mengenai alam semesta.
Namun, di Indonesia Planetarium hanya berada di 3 kota besar yaitu
Jakarta, Kutai kertanegara, dan Surabaya. Sehingga selain di kota-kota
tersebut kurang mendapatkan perhatian akan pengenalan terhadap dunia
yang sangat luas ini, terutama di daerah Sub Urban, Rural. Oleh karena
itu, dengan adanya planetarium di daerah pinggiran kota diharapkan dapat
mengenalkan, mendidik, dan disiplin sains alam semesta kepada
masyarakat secara menyenangkan untuk meningkatkan minat terhadap
Astronomi dan Antariksa.
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 2
Berkontribusi dalam kawasan Jatinangor yang dapat memberikan
pemasukan daerah dan kualitas ruang kota
Pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi tentang alam
semesta.
mewadahi sebagai tempat pembelajaran yang menarik dan
menghibur.
1.2.2. Tujuan
Memperkenalkan pendidikan astronomi kepada anak – anak,
pelajar, mahasiswa dan masyarakat agar lebih mengenal alam
semesta di Daerah Priangan.
Merubah pola pikir masyarakat terhadap bangunan planetarium
yang bersifat kaku, dan formal di Indonesia.
Sebagai sarana wisata pendidikan di Wilayah Priangan.
Memperbaiki tata ruang daerah Jatinangor.
Membuat dan mewadahi komunitas amatir mengenai Astronomi
khusus pada umumnya.
1.3. Perumusan Masalah
Oleh karena, selama periode 2007–2010 Planetarium dan
Observatorium belum pernah ada di Daerah Priangan. Maka, harus
melakukan pencarian lokasi yang sesuai. Dalam proyek ini terdapat
beberapa permasalahan yang harus diperhatikan dalam melakukan
perancangan. Ada 3 aspek yang terpenting adalah :
1.3.1. Aspek Manusia
Agar Menumbuhkan minat masyarakat untuk lebih mengenal
tentang alam semesta dan disiplin ilmu pengetahuan.
1.3.2. Aspek Bangunan
Membuat bangunan yang menarik sesuai secara arsitektural
dengan fungsi secara ilmiah dan sesuai dengan lingkungan.
Menimbulkan suasana kenyamanan termal yang baik pada ruang
aktifitas sesuai standar. Seperti temperatur, pencahayaan,
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 3
Membuat alur kegiatan dalam bangunan.
1.3.3. Aspek Lingkungan
Membuat bangunan yang mempunyai keterkaitan dengan citra
kawasan sekitar.
1.4. Metoda Perancangan
Dalam metoda perancangan dibagi menjadi 2 data yaitu:
1.4.1. Data Primer
Observasi
Melihat, meniti, dan meneliti dilakukan langsung pada lahan yang
akan dirancang sebagai lokasi proyek. Kegiatan Observasi meliputi
analisa tapak diantaranya :
Batas Lahan Fasilitas sekitar
Keadaan Tapak Kegiatan sekitar
Pencahayaan Matahari Kondisi fisik
Aksesibilitas
Studi Banding
Kegiatan observasi proyek sejenis dengan menganalisa bangunan
tersebut.
Studi Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi mencakup pencarian data–data mengenai
peraturan daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, literatur,
pengambilan foto – foto eksisting, wawancara narasumber.
1.4.2. Data Sekunder
Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka menggunakan dan mempelajari buku–buku
untuk menunjang perancangan proyek usulan. Sebagai berikut : Tabel 1.4.1 Observasi
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 4
Nama Buku Pengarang Tahun
1 Architect Data jilid 2 Neufert, Ernest 2002 2 Sun, Earth, and Sky R. lang, Kenneth 2006 3 Solar System R. lang, Kenneth 2011
4 Menjelajahi Tata Surya Admiranto, Gunawan Agustinus
2009
4 Encyclopaedic
Dictionary of Astronomi Gilbert, Martin 2004
5 Architectural Graphic
Standard eleven edition Ramsey/ Sleeper 2007
6 Planetarium & Observatorium Jakarta (tempat wisata pendidikan) Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta 2012 7
Time saver standards for interior design and space planning De Chaira, Joseph Panero, Julius, and Zelnik, Martin 1992 8
Rencana Kerja
Pemerintah Daerah
(RKPD) Kabupaten
Sumedang tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Sumedang
2012
9
Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten
Sumedang tahun
2011-2031 Pemerintah Kabupaten Sumedang 2012 10
Arsitektur : Bentuk,
Ruang, dan Tatanan
(Edisi dua)
Francis
D.K.Ching 2000
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 5
1.5. Kerangka Berfikir
Tahapan dalam proyek untuk pencapaian hasil desain perancangan
akhir yang dimulai dari pemilihan judul, tema, konsep, dan perancangan
desain menggunakan susunan kerangka sebagai berikut : Judul Proyek
Planetarium Sains Jatinangor
Literatur
Data Acuan
Data Lapangan
Studi Banding
Tema
Site
Konsep
Perancangan Arsitektur
Hasil Desain Analisa Tapak
Skematik Desain
EV
A
LUASI
EV
A
LUASI
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 6
1.6. Sistematika Penulisan
Laporan Studio Tugas Akhir Arsitektur disusun menjadi 3 bagian yang
terdiri atas bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Secara garis
besar sistematika penulisan laporan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Pandahuluan ini akan mengemukakan latar belakang, maksud
dan tujuan, lingkup permasalahan, lingkup perancangan, metoda
perancangan, kerangka berfikir dan sistematika penulisan laporan.
Bab II : Deskripsi Proyek
Deskripsi proyek menguraikan mengenai program kegiatan, pola
kegiatan, kebutuhan ruang, persyaratan teknis, hubungan antar
ruang dan elaborasi tema.
Bab III : Elaborasi Tema
mengemukakan penjelasan teori - teori dalam tema perancangan
yang diangkat, interpretasi tema dan studi banding tema sejenis.
Bab IV : Analisis
Menjelaskan mengenai analisa fungsional, kegiatan, dan kondisi
dalam dan lingkungan sekitar.
Bab V : Konsep Perancangan
Mengemukakan rincian konsep yang digunakan dalam proses
perancangan yaitu konsep dasar, konsep perancangan tapak,
ruang, dan struktur.
Bab VI : Hasil Rancangan
Hasil perancangan berwujud peta situasi, gambar – gambar hasil
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 7
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Deskripsi Umum
Deskripsi umum merupakan penjelasan mengenai hal yang bersifat
mendasar pada suatu rancangan yaitu lokasi proyek, peraturan – perturan
yang ada di daerah proyek sampai pada sumber dana dan pemilik proyek.
2.1.1. Lokasi Proyek
Lokasi Jalan Karatas, Jatinangor, Kab. Sumedang
Luas lahan ± 30.700 M2
KDB 40 %
KLB 1.6
GSS 2 meter
Sumber Dana Pemerintah dan Luar Negeri
Sifat Proyek Fiktif
Peruntukan Lahan Pendidikan
Gambar 2.1 Lokasi Proyek (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 8
2.1.2. Batas Tapak
Utara Simpang Empat
Timur Jalan Karatas, Lahan Pertanian Singkong dan
Jagung
Selatan Lahan Pertanian Singkong dan Jagung
Barat Jalan Cikeruh, Pusdiklat Kementrian Bandung
2.2. Peraturan Daerah
2.2.1. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD)
Dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintahan Daerah) Kabupaten
Sumedang tahun 2013.terdapat poin prioritas dan sasaran pembangunan
tahun 2013.
2.2.1.1. Pembangunan Nasional Tahun 2013
Tema pembangunan nasional tahun 2013 yaitu “Memperkuat
Perelonomia Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan
Rakyat”, dengan 11 prioritas Nasional dan 3 Prioritas lainnya:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;
Gambar 2.2 Batas Lahan (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 9
2. Pendidikan;
3. Kesehatan;
4. Penanggulangan Kemiskinan;
5. Ketahanan Pangan;
6. Infrastruktur;
7. Iklim investasi dan usaha;
8. Energi
9. Lingkungan hidup dan bencana;
10. Daerah tertinggal, terluar, dan paskakonflik;
11. Kebudayaan, Kreativitas, dan inovasi teknologi;
12. Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya;
13. Bidang Perekonomian lainnya;
14. Bidang Kesejahteraan Rakyat lainnya.
2.2.1.2. Pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
Tema pembangunan provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu “Mengintegrasikan Peran Pemerintahan, Dunia Usaha, Akademisi dan Komunitas Dalam Mewujudkan Pembangunan Tematik Sektoral dan
Perkuatan Pembangunan Tematik Kewilayahan Untuk Mempercepat
Terwujudnya Masyarakat Jawa Barat yang mandiri, Dinamis, dan
Sejahtera”, dengan prioritas pembangunan dengan Provinsi Jawa Barat :
1. Peningkatan kualitas Pendidikan;
2. Peningkatan kualitas Kesehatan;
3. Peningkatan daya beli masyarakat;
4. Kemandirian pangan;
5. Peningkatan kinerja apatur;
6. Pengembangan infrastruktur wilayah;
7. Kemandirian energy dan kecukupan air baku;
8. Penanganan bencana dan pengendalian lingkungan hidup;
9. Pengembangan perdesaan;
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 10
Poin –poin yang berwarna merupakan poin yang berhubungan erat dengan
proyek Planetarium Sains Jatinangor.
2.2.2. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan BAB V Rencana Umum dan Panduan Rancangan Pasal 8
Poin c yang berisi “Kawasan Konservasi, dengan luas Area blok 400,00 Ha,
rencana lahan ini sebagian besar diperuntukan bagi kawasan konservasi
yang berada di sisi utara kawasan kampus, seperti kawasan bumi perkemahan”. Sehingga lahan konservasi cukup cocok untuk proyek
Planetarium Sains Jatinangor. Dikarenakan dapat menata daerah konservasi dengan baik.
2.3. Target Audien
Perancangan Planetarium Sains Jatinangor memiliki Sasaran pengguna dengan spesifikasi sebagai berikut:
2.3.1. Target Primer
Demografi
Usia : 5 – 11 Tahun Status Ekonomi : Menengah Bawah Pendidikan : Anak – anak TK, SD
Psikografi : Senang terhadap Dunia Astronomi, semangat tinggi
2.3.2. Target Sekunder
Demografi
Usia : 12 Tahun Keatas
Pendidikan : Pelajar, Guru, Mahasiswa
Psikografi : Minat terhadap Dunia Astronomi, Senang mengikuti perkembangan mengenai astronomi, dan sains
2.3.3. Target Tersier
Demografi
Usia : - Tahun
Status Ekonomi : Menengah Bawah
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 11
2.4. Program Kegiatan
Dalam program kegiatan di Planetarium Sains Jatinangor adalah sebagai berikut :
Pendidikan Secara Visual
Secara ilmu pengetahuan dapat dipelajari dengan cara menonton
visual video di ruang Planetarium.
Pendidikan berbasis pelatihan
Pada kunjungan tertentu, biasanya rombongan siswa atau guru
memiliki kegiatan khusus yang perlu didampingi oleh pemandu.
Pendidikan Sains
Kegiatan mempelajari dan mengetahui tentang sains di tata surya
dalam gallery.
Peneropongan Bintang
Ruang peneropongan terbuka untuk mempelajari dan mengetahui
mengenai bintang-bintang secara langsung.
Exhibition Area
Kegiatan ruang pamer pada even-even bertemakan alam semesta.
Acara Khusus
Merupakan acara dengan tema tertentu, pada even tertentu dapat
diadakan rangkaian acara. Seperti pada saat terjadi fenomena alam
yang dijadikan acara presentasi mengenai hal berkaitan.
Adapun kegiatan yang bersifat menunjang diantaranya :
Kafetaria dan ruang makan untuk rombongan bertema Alam Semesta
Kegiatan Administrasi dan Pengelolaan Bangunan.
Pengelolaan Produksi dan Perbaikan Alat.
Kegiatan komunitas dan pelatihan pada bangunan Komunitas
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 12
2.5. Kebutuhan Ruang
Dalam Proyek Planetarium Sains Jatinangor mewadahi jenis – jenis ruang utama berfungsi publik antara lain :
Planetarium
Laboratorium Sains
Antariksa Room
Ruang Peneropongan Skala Kecil dan Besar
Ruang Rapat
Penginapan
Bengkel
Penunjang
Cafetaria
Toko Cinderamata
Perpustakaan
2.6. Kriteria Umum Perancangan
Berikut merupakan spesifikasi teknis dan kriteria dari jurnal online scott
(2004), buku “Matric Handbook Planning and Design Data” (David Adler,
1969), yaitu :
2.6.1. Ruang Pertunjukan
Dome
Permukaan bagian dalam yang digunakan sebagai tempat
memproyeksikan gambar bidang langit harus mulus tanpa lipatan
(seamless). Teknologi tercanggih adalah dengan menggunakan
panel alumunium yang berpori (Perorated Alumunium Panels),
dengan rasio pori-pori sebesar 22% dari luas panel. Panel dengan
system seperti ini membolehkan adanya pengeras suara (speaker)
dan ducting penghawaan (AC) di belakang layar proyeksi, dan
mengeurangi gaung internal. Layar proyeksi berupa panel ini harus
memiliki tingkat refleksi cahaya lebih dari 50% untuk menghasilkan
tampilan yang lebih bercahaya sehingga bintang-bintang dengan
tingkat pencahayaan yang rendah tetap dapat terlihat. (Scott, 2004)
Tempat duduk
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 13
(1) Datar (flat). Semua kursi memiliki tingkat ketinggian yang sama.
Pola pengaturan tempat duduknya dapat mengarah ke satu
arah, atau konsentris mengarah ke pusat (proyektor).
(2) Berundak (tilted). Susunan kursi menyerupai amphlitheatre,
terdapat perbedaan ketinggian jajaran kursi. Pada konfigurasi
ini, pandangan pengunjung diarahkan pada satu arah saja
(bukan konsentris). Tempat duduk untuk penonton
menggunakan tempat duduk yang dapat diatur sudut
sandarannya, namun tidak dapat diubah posisi tempat duduk.
Tempat duduk sudah tersedia pabrikasi, sehingga tidak perlu
mendesain tempat duduk. (Scott, 2004)
Berikut tipe tempat duduk:
Ruang Pertunjukan
Ruang seperti kubah, ruang pertunjukan juga harus tapi mendukung
kegiatan pertunjukan dengan meminimalisasi suara yang
mengganggu dan cahaya yang berasal bukan dari proyektor.
Ruangan tidak harus dicat dengan warna hitam, namun yang lebih
utama adalah penggunaan warna yang tidak reflektif dan
penggunaan karpet atau material dinding yang dapat menyerap
suara dan cahaya. Sehingga ruangan pertunjukan dapat memiliki Gambar 2.6.1 Tempat Duduk
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 14
kualitas visual dan akustik yang memadai untuk pertunjukan. (Scott,
2004)
Pit Proyektor
Proyektor harus selalu berada di ruangan yang memiliki suhu 18 oC
- 20oC dan kelembaban sekitar 50%, serta tidak boleh terkena debu.
Karena penanganan yang sangat teknis ini, sebuah planetarium
yang baik harus memiliki ruang penyimpanan proyektor khusus
yang disebut pit proyektor untuk mengisolasi proyektor dalam
kondisi ideal tanpa harus juga mengidealkan ruang pertunjukan
(sehingga dapat menghemat penggunaan energi). Pit proyektor ini
memungkinkan juga pemindahan proyektor secara vertical,
sehingga ketika tidak digunakan, proyektor dapat disimpan di ruang
terisolasi dengan keadaan ideal. Proyektor untuk pertunjukan di
planetarium harus berada tepat di titik pusat dari kubah layar
pertunjukan, sehingga proyeksinya terhadap layar dapat simetris.
Penyediaan pit proyektor juga harus tepat ditengah ruangan yang
menerus hingga ke bawah untuk memungkinkan penyimpanan dan
pergerakan proyektor secara vertical. Dalam pit proyektor perlu
diperhatikan beberapa hal seperti daya listrik, ducting HVAC untuk
pengkondisian udara, akses untuk kegiatan perawatan dan
pencahayaan yang cukup. (Scott, 2004)
Ruang Kontrol
Dapat berada di dalam atau di luar ruang pertunjukan dengan akses
visual langsung ke ruang pertunjukan.
Ruang control di dalam memiliki beberapa keuntungan yaitu
operator dapat langsung menangani jika terjadi gangguan selama
pertunjukan dan dimungkinkan interaksi dua arah langsung antara
narator dan penonton.
Ruang Kontrol di luar memiliki keuntungan tidak terlihat dari sisi
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 15
Kontrol di ruangan ini meliputi Kontrol keseluruhan aspek ruang
pertunjukan ketika pertunjukan berlangsung.(Scott, 2004)
2.6.2. Ruang Pamer
Sirkulasi
Merupakan isu penting dalam bangunan yang berfungsi benda
karya pamer. Pada prinsipnya benda karya dapat dilihat oleh
seluruh pengunjung. Pengguna sistem sirkulasi pada bangunan
mempenga-ruhi alur aktifitas kegiatan.
Keamanan
Fungsi alat peraga dan benda pamer dalam bangunan perlu
perhatian khusus dalam penggunanya.
Lokasi dan Tapak
Pemilihan lokasi tapak memiliki pertimbangan seperti :
o Dekat dengan kawasan pendidikan
o Berada dikawasan yang kuat dengan citra pendidikan
Pencahayaan dan Udara
Tidak ada pencahayaan alami pada ruang planetarium.
Pencahayaan yang cukup untuk ruangan lain.
Utilitas
Sistem utilitas mencakup sistem listrik diantaranya ruang genset,
trafo, panel listrik, system plumbing air bersih, dan kotor.
2.6.3. Lobi Penerima
Lobi penerima di planetarium berfungsi sebagai ruang tangga pertunjukan
dan tempat dilaksanakannya pameran temporer. Terdapat juga fasilitas
penunjang seperti loket tiket, ruang informasi dan galeri ATM. Ruangan
membutuhkan area yang cukup luas untuk menampung pengunjung yang
sedang menunggu dan yang telah menonton pertunjukan. Karena ruangan ini
merupakan ruangan pertama yang didatangi penonton ketika dating ke
planetarium, ruangan ini harus lapang dan memiliki sirkulasi dan petunjuk
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 16
pertama yang bagus pada bangunan. Perlu diperhatikan juga pengunjung
yang berkumpul, menunggu, dan mengantri di bagian loket tiket ataupun
ketika akan masuk ke ruang pertunjukan atau fasilitas lain.
2.6.4. Bengkel
Terdapat 3 jenis bengkel untuk menunjang kebutuhan planetarium,
laboratorium, galeri yaitu
(1) Bengkel Optik, ruang memperbaiki alat-alat yang berhubungan dengan
lensa, proyektor, dan alat optik lain.
(2) Bengkel Elektrikal, untuk menangani perbaikan yang berhubungan
dengan daya listrik
(3) Bengkel Mekanikal, mencakup bengkel kayu dan logam, bengkel kayu
menangani perbaikan panel-panel pameran atau alat peraga.
Bengkel-bengkel ini hanya penanganan bersifat kecil. Karena bengkel ini
menyebabkan kebisingan, maka sebaiknya dijauhkan dari ruang utama.
2.6.5. Teleskop
Teleskop Hilal
Gambar 2.6.5.1 Refraktor Wiliam Optic (sumber : Situs Bosscha ITB)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 17
Teleskop Hilal adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk
pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk
mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop
tersebut adalah refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi
dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa
kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah
laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video
tayang-langsung.
Teleskop Goto
Teleskop Goto berjenis reflektor yaitu menggunakan cermin sebagai
pengumpul cahaya. Tepatnya, teropong ini berjenis reflektor Cassegrain
dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk
parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang
berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m.
Teleskop dapat digunakan untuk pengamatan bintang-bintang variable.
Pengamatan kurva cahaya planet luar surya, asteroid, spektroskopi
[image:33.612.254.404.433.661.2]bintang dan pencitraan planet.
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 18
Teleskop Unitron
Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif
berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi
pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul
gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran,
teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak
digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan
ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan
dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun
1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi
Utara.
Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk
mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang
menarik yang dapat dilihat pada saat pengamatan.
Teleskop Pelatihan
Set teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan
[image:34.612.264.397.371.588.2]Nasional. Teleskop ini juga digunakan untuk lomba observasi di Gambar 2.6.5.4 Teleskop Unitron
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 19
Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari Celestron C8 dan C11 dilengkapi
dengan CCD dan asesoris lainnya.
2.7. Studi Literatur
Emerging issues terkait dalam proses perancangan Planetarium Sains Jatinangor sebagai berikut :
Ruang Planetarium
Pemilihan arah penonton konsentrik atau non-konsentrik
Sirkulasi
sirkulasi yang dibuat sekuen agar pengunjung dapat merasakan
pengalaman yang menarik
Laboratorium Sains
ruang media yang menarik pengunjung agar dapat menambah
pengetahuan akan dengan cara menampilkan simulasi fenomena di
alam semesta
Antariksa Room
ruang interaktif dimana pengunjung dapat merasakan dan mencoba
pengalaman sains dalam alat peraga.
Fasilitas
Ruang-ruang penunjang dalam bangunan Planetarium Sains
Jatinangor
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 20
2.8. Studi Banding Proyek Sejenis
2.8.1. Planetarium Jakarta
Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, No. 73 Jakarta
Pusat, Indonesia. Bangunan ini diprakarsai oleh Ir. Sukarno (Presiden)
Dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1969.
Fasilitas yang terdapat pada bangunan ini adalah
- Ruang Pertunjukan
- Exhibition Hall Sains
- Observatorium
- Perpustakaan
- Toko Cinderamata
- Kios
- Masjid
- Toilet
Entrance
Entrance menggunakan kanopi dak beton yang tebal
memberikan kesan pintu masuk yang tegas. Namun, dengan
material kaca yang berwarna gelap membuat entrance
terkesan tertutup.
Gambar 2.8.1.1 Bangunan Planetarium Jakarta dan Lokasi (sumber : www.ida-architects.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 21
Pintu Masuk Samping
Ukuran pintu samping lebih kecil dibandingkan dengan pintu
utama. Pada pintu samping ini penggunaan kanopi
berbahan plastik yang berbeda membuat tidak adanya
kesatuan pada bangunan.
Taman
Taman yang terletak tepat di depan pintu utama
membuat sebagian tampak pintu utama terhalangi.
Namun, dengan adanya taman membuat suasana
terkesan sejuk dengan adanya penghijauan dalam
kawasan.
Parkir Bus Tersedia Parkir bus yang terletak di daerah depan bangunan sehingga memudahkan pencapaian
langsung terhadap pintu masuk bangunan. Lahan
parkir bus ini dapat menampung 8 bus.
Parkir Motor
Penempatan parkir motor di daerah samping
bangunan sehingga tidak mengganggu pandangan
terhadap bangunan.
Parkir Mobil
Penempatan parkir mobil di daerah samping
bangunan sehingga tidak mengganggu pandangan
terhadap bangunan. Tempat parkir yang menyatu
dengan parkir IKJ. Sehingga tidak dapat
[image:37.612.114.537.69.736.2]membedakan parkir bangunan planetarium. Gambar 2.8.1.4 Taman
(sumber : Data Pribadi) Gambar 2.8.1.3 Side Entrance
(sumber : Data Pribadi)
Gambar 2.8.1.5 Parkir Bus (sumber : Data Pribadi)
Gambar 2.8.1.6 Parkir Motor (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 22
Gambar 2.8.1.11 Ruang Pertunjukan (sumber : Data Pribadi)
Ruang Tunggu
Penempatan kursi pada ruang tunggu dibuat
linear seperti ular. Dikarenakan jumlah
penonton yang datang selalu ramai.
Sehingga dapat tertampung dengan
penempatan kursi seperti tersebut.
Ruang Sains Eksibisi
Penggunaan lampu buatan (spot light and
downlight) yang tepat pada ruangan ini
menciptakan suasana terkesan berada
angkasa. Namun, disayangkan perawatan
yang tidak berkala membuat beberapa lampu
dalam ruang ini tidak dapat digunakan.
Ampliteater
Digunakan sebagai sarana penjelasan secara
audiovisual dalam ruang untuk pengenalan
tata surya. Penggunaan cahaya buatan
menciptakan ruang lebih dramatis dengan
skala intim sehingga penonton dapat
merasakan suasana pada tayangan.
Ruang Pertunjukan
Ruang pertunjukan yang berdiameter 22
meter, sehingga dapat menampung
jumlah penonton sebanyak 320 kursi.
penggunaan material karpet pada lantai
dinding bagian bawah sehingga dapat Gambar 2.8.1.8 Ruang Tunggu
(sumber : Data Pribadi)
Gambar 2.8.1.9 Ruang Sains Eksibisi
(sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 23
membuat suara tidak mengalami kebocoran dan gaung sampai keluar
ruangan. Penggunaan cat berwarna putih pada doom agar membuat
penampilan kualitas gambar lebih jelas.
2.8.2. Hayden Planetarium
Hayden Planetrium merupakan bagian dari kompleks American Museum
of National History
.
Berlokasi di 81 Central Park West New York, NY,Amerika Serikat. Awalnya merupakan kompleks observatorium lama yang
pada awal tahun 1999 dibongkar total dengan menambahkan fungsi barupa
Rose Center for Earth and Spaces. Bangunan ini dirancang oleh Polshek Partnership bersama Tood Schliemann dengan insinyur struktur dari Weidlinger Associates, sehingga menjadi memiliki luas 102.108 m2.
Bangunan utama berbentuk bola yang dilengkapi dinding kaca berbentuk
persegi. Bola raksasa ini berdiameter 25 meter dengan kubah ruang
pertunjukan berdiameter 21 meter. Planeteraium ini memiliki kapasitas penonton sebanyak 429 orang. Hayden’s Planetarium menggunakan proyektor Zeiss Universal Model IX yang dimodifikasi. Penempatan tempat
duduknya menggunakan system konsentrik (memusat ke tengah). Gambar 2.8.2.1 Lokasi Hayden Planetarium
(sumber : www.maps.google.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 24
Pada bagian bola, terdapat ruang pertunjukan dan di lantai bawahnya
terdapat galeri pameran Big Bang Theater, dimana pengunjung dapat melihat
ke dalam kawah buatan yang menampilkan ilustrasi tiga dimensi berupa
loncatan-loncatan elektroda. Bola ini memiliki struktur yang menggunakan
baja lengkung sebesar 15o satu sama lain dan dilapis dengan pelat
alumunium yang diangkat dari permukaan lantai dengan menggunakan tiga
buah baja miring yang berfungsi sebagai tripod.
Alur pergerakan pengunjung mengalir dari pintu masuk ke lobi yang
[image:40.612.263.415.425.653.2]kemudian turun ke level basement menuju ke area penjualan tiket. Dari area Gambar 2.8.2.3 Hayden planetarium
(sumber : www. arcspace.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 25
ticketing ini, pengunjung akan digulirkan ke Hall of Universe yang berisi
benda-benda pamer dan menerangkan mengenai gravitasi, galaksi, bintang,
dan planet melalui alat peraga interaktif maupun sebatas diorama. Pada level
basement ini terdapat dua ruang multimedia. Kemudian pengunjung digiring
dengan tangga spiral atau melalui escalator menuju ke foyer sebelum
dipisahkan untuk memilih apakah akan memasuki HOPE atau Cosmic
Pathway. HOPE adalah ruang pamer dengan tema khusus mengenai bumi
dan sejarah geologinya. Sedangkan Cosmic Pathway adalah ramp berbentuk
spiral dimana pengunjung disajikan sejarah 13 juta tahun evolusi cosmic
melalui timeline railing ramp. Dari Cosmic Pathway ini, pengunjung akan
dibawa ke Big Bang Exhibit yang nantinya dari ruang ini pengunjung dapat
menuju ke Hayden Planetarium atau ke Balcony Gallery.
Hal yang menarik dari bangunan ini adalah ekspresi strukturnya yang
sangat modern. Material utama menggunakan baja, beton, dan kaca. System
strukturnya menggunakan system struktur terkini dengan struktur bola yang
mengadaptasi geodesic dome.
Terdapat pula peraga berupa miniature planetarium yang digantung di
sekeliling bola. Pengaturan ini menjadikan seolah olah Hayden Planetarium
dan Rose Center seperti miniature tata surya dengan matahari dan
[image:41.612.267.408.498.669.2]planet-planetnya.
Gambar 2.8.2.5 Struktur truss dan curtain wall planetarium
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 26
Kesimpulannya, bahwa untuk menciptakan ekspresi modern, dapat
digunakan material kaca dan bagian kubah dari planetarium tidak harus
selalu ditonjolkan, namun dapat ditutup sesuai dengan bentukan massa luar
yang ingin ditampilkan. Penggabungan planetarium dengan fungsi galeri
dapat dilakukan dan planetarium diletakan di dekat lobi pintu masuk.
Pengalaman ruang pengunjung juga diciptakan pengaturan urutan-urutan
ruang yang dikunjungi oleh pengunjung.
2.8.3.
L’hamesferic Planetarium
Lokasi berada di Prolongacion Paseo de la Alameda, 48, Vanecia,
Spanyol. Mempunyai luas lahan 24.000 meter2 .Diameter dome 24 meter
dengan jumlah kursi lebih dari 300 kursi. Desain oleh Arsitek Santiago
Calatrava yang diresmikan 16 April 1998.
Bangunan ini memiliki fasilitas adalah
- Audiovisual Theater
- Atrium
- Galeri
- Kafetaria
- Toko Cinderamata
- Pusat Manajemen
- Toilet
Berikut denah L’Hamesferic Planetarium :
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 27
Ruang Pertunjukan
Ruang pertunjukan memiliki diameter 24 meter yang dapat menampung 310
kursi penonton. Tipe tempat duduk non-konsentrik sehingga penonton dapat
menonton dengan leluasa. Tanpa terhalang batas ruangan.
Ruang Galeri
Pengunjung dapat melihat gambar atau foto yang dipamerkan. Dengan
penggunaan dinding berwarna putih sehingga pengunjung dapat fokus
[image:43.612.114.527.85.320.2] [image:43.612.381.510.464.561.2]melihat gambar dan foto bertema antariksa antariksa. Gambar 2.8.3.2 Denah L’Hamesferic
(sumber : www.cac.es)
Gambar 2.8.3.3 Ruang Pertunjukan (sumber : www.cac.es)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 28
Ruang Kafetaria
Ruang Kafetaria yang cukup luas sehingga dapat menampung 100 orang.
Penggunaan warna dinding berwarna putih menciptakan suasana ruang yang
futuristic dengan pencahayaan alami dari sisi atas sehingga menghemat
penggunaan listrik yang tidak diperlukan.
Toko Cinderamata
Ruang pencahayaan alami melalui bukaan dari atas maka, pencahayaan
yang sangat cukup pada ruangan sehingga tidak memerlukan pencahayaan
buatan pada siang hari.
Gambar 2.8.3.5 Galeri (sumber : www.cac.es)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 29
Teknologi
Bagian curtain wall pada ruang eksibisi dapat dibuka sehingga ruangan
[image:45.612.146.527.343.690.2]eksibisi dapat menyatu dengan ruang luar tanpa batasan fisik. Gambar 2.8.3.7 Toko Cinderamata
(sumber : www.cac.es)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 30
2.8.4. Adler Planetrium
Planetarium Adler dibangun pada tahun 1930 yang kemudian diperluas
secara bertahap. Planetarium ini merupakan planetarium digital pertama.
Selain berfungsi sebagai planetarium. Bangunan ini juga berfungsi sebagai
observatorium langit secara langsung yang disebut Dome Observatory. Pada
tahun1999 dilakukan ekspansi seluas 5575 M2 dan diberi nama Sky Pavilion.
Sky Pavilion ini menampung ruang pamer, teater planetarium baru, kafetaria,
dan ruang kelas. Secara Keseluruhan Planeratium Adler memiliki tiga buah
planetarium digital, serta Universe Theater.
Bangunan Adler terdiri dua bagian galeri eksibisi yakni lower level dan
upper level. Ruang luar yang terletak di tepi Danau Michigan diberi nama Sky
Terrace. Di tempat ini orang berkumpul untuk menikmati udara luar dan
pemandangan tepi danau dan jam matahari Henry Moore. Berikut adalah
[image:46.612.246.438.434.594.2]denah dari planetarium Adler.
Gambar 2.8.4.1 Adler Planetarium (sumber : www.adlerplanetarium.org)
Gambar 2.8.4.2 Adler Planetarium1 (sumber : www.adlerplanetarium.org)
barbBBan
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 31
Massa bangunan utama berbentuk silinder dengan puncak berbentuk
kubah yang berdiameter 26 meter. Di bagian puncak ini terdapat Sky
Theater, teater planetarium dengan diameter 20,7 meter. Sky Pavilion berdiri
mengitari separuh bagian bangunan lama dan memakai atap kaca yang
didukung struktur baja. Karena atap kaca, maka pengunjung dapat menikmati
pemandangan tepi Danau Michigan.
Planetarium Adler berdiri dalam kompleks bangunan yang berisi
bangunan planetarium dan stadion olahraga. Pengunjung dating melalui
boulevard di depan pintu kedatangan utama dan langsung menuju Rainbow
Lobby yang berada di pantai upper leve. Selain masuk melalui lobi,
[image:47.612.138.497.84.399.2]pengunjung dapat masuk melalui pintu Sky Pavilion yang berada di sayap kiri dan kanan. Pintu dari Sky Pavilion sayap kiri menuju ke galileo’s Café. Sedangkan pintu sayap kanan menuju ke Dynamic Galaxy Theater.
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO| 104 10 018 32
Dari studi ini diperoleh pola pengaturan galeri pendukung yang diletakan
mengelilingi planetarium. Galeri pendukung tersebut terletak bersebelahan
satu sama lainnya yang hanya dipisahkan oleh dinding dan dilayani oleh jalur
sirkulasi di depan tiap galeri. Pintu masuk utama dari planetarium terletak di
lantai dua bangunan, jadi kesan megah sebelum masuk ke dalam
planetarium dapat lebih terasa. Dari keseluruhan layout museum yang
dihadirkan akan memungkinkan pengunjung untuk memilih objek yang akan
dituju dengan leluasa.
2.9. Kesimpulan Studi Banding
Dari ketiga studi banding yang dilakukan, baik dari kunjungan langsung
maupun dari studi melalui internet, didapatkan beberapa hal penting dalam
perencanaan perancangan sebagai berikut :
a. Bentuk Planetarium
Membuat bangunan yang dapat menjadi ikon
b. Sirkulasi
Sirkulasi yang dapat membuat pengalaman pengunjung.
c. Fungsi
Mengutamakan fungsi ruang pada bangunannya.
Dari ke empat Studi Banding di atas, planetarium (auditorium-nya)
tidak pernah berdiri sendiri, namun berdiri bersama dengan fasilitas
penunjang seperti galeri
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 33
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian
Kita mengenal alam semesta tetapi kita belum mengetahui banyak
mengenai alam semesta kita. Maka, saya mengangkat pengetahuan akan
jagat raya kepada masyarakat umum. Sehingga dapat menambah dan
memperluas pengetahuan masyarakat umum akan alam semesta.
Berdasarkan KBBI
“Galaksi merupakan tata surya dan kabut – kabut ((biasanya terdiri atas
beratus-ratus biliun bintang dan banyak sekali kabut): teleskop kita
sanggup memotret -- yg cukup jauh di ruang angkasa;-- eliptisgalaksi yg
berbentuk lonjong, kadang-kadang bintang berkelompok lebih padat dekat
[image:49.612.144.498.191.448.2]pusatnya sehingga merupakan bentuk piring terbang”. Gambar 3.1.1 Tipe Galaksi
(sumber : goole) Galaksi Spiral
Galaksi Andromeda Galaksi Bareed Spiral
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 34
Encyclopaedic Dic. Of astronomy
“A huge group of stars and other celestial bodies bound together by gravitational forces. There are spiral, elliptical, and irregularly shaped galaxies. The sung and solar system are small part of the milky way galaksi”.
Setelah kita mengetahui pengertian galaksi, dapat mengenal lebih jauh
dan lebih dalam lagi mengenai alam semesta dan yang terdapat didalamnya.
Setiap bagian dalam galaksi, tata surya, dan bintang – bintang lainnya tidak
diam namun terus bergerak yang memiliki lintasan.
Lintasan yang tidak terlihat atau semu pada benda yang mengitari benda
lain disebut Orbit. Lintasan dalam tata surya biasa berbentuk elip atau disebut eliptikal. Ada 2 jenis lintasan yaitu mengitari dan menerus. Fungsi
dari lintasan tersebut adalah menjaga benda dan bintang – bintang langit
berada pada lintasannya, apabila benda atau bintang keluar dari orbitnya
akan terjadi tabrakan antar bintang yang menghasilkan teori tumbukan.
Dengan demikian, mengangkat Orbit sebagai tema dalam proses desain dikarenakan peran yang sangat penting di alam semesta.
Gambar 3.1.2 Jalur Orbit (sumber : goole)
Tata Surya
Galaksi Bima Sakti
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 35
3.2. Interpretasi Tema
Tema Orbit dalam tema ini pengaplikasian terhadap penentuan jalur pencapiani dalam desain sehingga wisatawan dapat menikmati perjalanan
pengalaman ruang yang berbeda – beda pada setiap ruang dan menciptakan
drama cerita yang menarik dalam maupun luar dari bangunan.
Pada Dalam tema ini ada 2 dari 3 tipe pencapaian yang digunakan adalah
tipe pencapaian berputar, dan tersamar (D.K.Ching:231). Pada penempatannya di bagi menjadi 2 :
1. Kawasan
Penggunaan pencapaian berputar digunakan pada jalur pedestrian
yang berputar untuk memasuki bangunan.
2. Bangunan
Penggunaan pencapian tersamar digunakan untuk pencapian setiap
ruang dalam bangunan.
Dua Tipe pencapian digunakan untuk dapat menikmati suasana dan
pengalaman yang berbeda-beda.
Gambar 3.2.1 Pencapian Berputar (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 36
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
Museum Tsunami Aceh, NAD
Museum ini berlokasi di Banda Aceh, Aceh, Indonesia. Bangunan yang
didesain oleh Ridwan Kamil setelah memenangkan sayembara. Kemudian
diresmikan pada tanggal 8 mei 2011. Bangunan ini memiliki visi yaitu “menjadikan museum sebagai teladan minimal di wilayah Asia Tenggara yang mampu menyampaikan pesan sejarah serta senantiasa siap sebagai
escape building yang aman”. Dan misi “Menjalankan semua aktivitas dan
tanggung jawab selaras dengan world class starndard dalam hal memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan memuaskan.
Konsep bangunan ini adalah “Rumoh Aceh as Escape Building” yang
mendeskripsikan masing-masing ruang tentang tsunami sebagai memorial
dari bencana besar yang melanda pada 26 Desember 2004. Alur yang dibuat
dalam bangunan sebagai berikut:
1. Space of Fear (Lorong Tsunami)
Pengunjung akan mamasuki ruang yang memiliki panjang 30 meter.
Air yang mengalir membasahi kedua sisi dinding museum secara
vertical, pencahayaan yang sangat kurang, dengan kelembaban yang
sangat tinggi, dengan menggunakan skala intim pada ruang ini Gambar 3.3.1 Musium Tsunami Aceh
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 37
sehingga ruang dapat mendeskripsikan suasana ketakutan pada
peristiwa tsunami.
2. Space of Memory (Ruang Kenangan)
Ruang yang memiliki 26 monitor melambangkan tanggal dari peristiwa
yang melanda Aceh. Monitor dalam ruang ini menampilkan gambar,
foto-foto, dan lokasi bencana saat melanda Aceh. Ruangan interior
mengaplikasikan dengan suasana bawah laut. Material dinding
menggunakan material kaca sehingga mendapatkan penggambaran
berada di bawah laut, Monitor-monitor yang ada di dalam ruangan
digambarkan sebagai bebatuan, dan penggunaan lampu-lampu sorot
yang dipasang pada bagian atas ruangan disimbolkan sebagai sumber
cahaya dari permukaan air. Sehingga pengunjung dapat mengenang
peristiwa yang telah terjadi.
Gambar 3.3.2 Space of Fear (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 38
3. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)
Ruang berbentuk silinder. Pada ruangan ini menggunakan pencahaya-an alami ketinggipencahaya-an 30 meter dengpencahaya-an siluet bertuliskpencahaya-an kaligrafi “Allah” dari atas sebagai sumber dan titik fokus cahaya dalam ruangan. Pada
bagian dinding terdapat 2.000 nama korban dalam tragedi Tsunami.
Sehingga pengunjung dapat mengetahui siapa saja korban dalam
peristiwa tersebut.
4. Space of Confuse (Lorong Cerobong)
Merupakan ruang perantara. Dikarenakan ruang sirkulasi antara ruang
sumur doa dan ruang pamer. Lorong didesain dengan ramp spiral
dengan pencahayaan yang sangat kurang yang memiliki filosofi
perjalanan sebuah harapan agar tidak ada keputusasaan akibat
peristiwa tersebut.
Gambar 3.3.4 Space of Sorrow (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 39
5. Space of Hope (Jembatan Harapan)
Adalah bagian luar ruang perantara setelah Space of Confuse berupa
ramp lurus menuju ruang pamer. Space of Hope memiliki filosofi
sebuah harapan baru bagi rakyat aceh setelah melewati peristiwa
besar. Material yang digunakan pada jembatan ini yaitu beton.
6. Galeri
Ruang yang terdapat biorama, lukisan, dan benda–benda peninggalan
peristiwa Tsunami Aceh yang dipamerkan. Jadi, pengunjung dapat
melihat benda-benda, biorama, lukisan saat terjadi peristiwa tersebut.
Gambar 3.3.6 Space of Hope (sumber : Museumtsunami.blogspot.com)
Gambar 3.3.7 Galeri
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 40
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisa Strategis
Berdasarkan RKPD dan diskusi bersama Prof. Bambang Hidayat. Kab.
Jatinangor cukup potensial untuk proyek ini. Dimana Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) tahun 2010-2011 daerah Jatinangor memiliki pertumbuhan
penduduk yang cukup cepat, dengan adanya beberapa universitas ternama
pada daerah ini, dan masih terdapat LAPAN Cileumbu.
Jatinangor 22% Cimanggun g 21% Tanjungsar i 13% Sukasari 11% Pamulihan 11% Rancakalo ng 8% dll 14%
Laju Pertumbuhan Penduduk
Gambar 4.1.1 Peta Sumedang dan Lokasi Lapan Sumedang (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 41
4.2 Analisa Makro
Data –data analisa secara makro yang dilakukan dengan menganalisa
daerah sekitar kawasan jatinangor. Sehingga keluar analisa sebagai berikut:
Dengan banyaknya potensi – potensi universitas sebelum memasuki daerah
Tapak membuat perjalanan lebih mendapatkan suasana yang berbeda.
4.3 Analisa Mikro
Data–data analisa secara mikro yang dilakukan dengan menganalisa
daerah sekitar tapak yang lebih dekat. Sehingga keluar analisa sebagai
[image:57.612.112.485.509.717.2]berikut:
Gambar 4.2.1 Analisa Makro (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 42
Sehingga didapat jalur karatas merupakan jalur utama untuk dapat
memasuki daerah ini. Daerah sekitar terdapat Bumi Perkemahan Kiara
Payung dan Pusdiklat yang tidak terlalu mengganggu keadaan sekitar.
4.4 Analisis Kondisi Tapak
Kondisi tapak sangat berpengaruh dalam perancangan ini sehingga
dibutuhkan analisa tapak yang dapat menunjang saat perancangan. Berikut
ini adalah hasil analisa tapak setelah menganalisa :
4.4.1 Orientasi Tapak
Pemilihan lokasi yang berada di daerah atas jatinangor. Sehingga
memiliki potensi –potensi yang cukup baik untuk pertimbangan penempatan
proyek ini. Jalan utama karatas yang melintang selatan – utara, sehingga
orientasi tapak mengarah Timur
Gambar 4.4.1 Lokasi Proyek (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 43
4.4.2 Orientasi Matahari
Orientasi matahari yang melintasi tapak dari Timur-Barat, sehingga
bukaan terhadap bangunan pada sisi barat harus di kurangi pada bagian
yang terkena langsung matahari agar mengurangi silaunya matahari.
4.4.3 Arah Angin
Arah mata angin yang melintasi tapak dari tenggara – Barat Laut dengan
kecepatan angin 10 m/s. sehingga dapat mengurangi tingkat kelembaban
pada tapak. Sehingga untuk bentukan massa bangunan yang dapat
mengalirkan udara sebagai pertimbangan desain dan memanfaatkan angin
menggantikan AC sebagai penghawaan dalam ruangan kecuali ruang
pertunjukan planetarium.
Gambar 4.4.2 Orientasi Matahari (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 44
4.4.4 Kebisingan
Tingkat kebisingan dalam tapak yang sangat rendah. Jalan karatas yang
jarang dilalui kendaraan. Sehingga tidak membutuhkan penanganan yang
serius dalam mencegah kebisingan yang akan ditimbulkan dalam tapak.
4.4.5 Vegetasi
Vegetasi dalam eksisting tapak merupakan lahan kosong milik
pemerintah. Dengan kurangnya pepohonan sebagai penghijauan. Sehingga
dalam saat mendesain pergunakan pohon yang dapat menghijaukan tapak
agar mempunyai dampak yang positif pada tapak dan daerah sekitar. Gambar 4.4.4 Kebisingan
(sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 45
4.4.6 Polusi
Lokasi di daerah atas jatinangor dengan rendahnya kendaraan yang
melalui daerah ini, air yang mengalir cukup bersih, dan debu yang tersapu
oleh angin juga rendah, sehingga tidak memerlukan penanganan yang cukup
serius dalam tapak.
4.4.7 Drainase
Saluran drainase dalam tapak mengalir dari arah utara menuju selatan.
Tersedia saluran drainase pada eksisting sehingga mempermudahkan
pembuangan air kotor dalam tapak. Jalur drainase dapat dilihat pada gambar
4.4.7
[image:61.612.211.439.113.263.2]Gambar 4.4.6 Polusi (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 46
4.4.8 Air Bersih
Saluran air bersih ke dalam tapak dapat dipermudah dikarenakan adanya
DAS daerah dekat tapak yang mengalir dari sisi utara menuju sisi selatan.
Jalur Air Bersih dapat dilihat pada gambar 4.4.8
4.4.9 Listrik
Dengan adanya tiang listrik disekitar tapak sehingga distribusi listrik
kedalam tapak bersumber dari PLN.
[image:62.612.95.510.125.710.2]4.4.10
Pencahayaan
[image:62.612.122.486.165.491.2]Gambar 4.4.8 Jalur Air Bersih (sumber : Data Pribadi)
Gambar 4.4.9 Listrik (sumber : Data Pribadi)
[image:62.612.105.466.498.716.2]Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 47
Tidak adanya sumber pencahyaan yang terdapat di jalan maupun tapak
sehingga baik untuk peneropongan pada malam hari karena tidak adanya
polusi cahaya yang terjadi di sekitar tapak.
4.4.11
Potensi View
Letak tapak yang berada di daerah Jatinangor bagian atas mempunyai
udara, dan potensi view yang cukup baik. Pada malam hari sangat berpotensi
untuk melihat keindahan bintang – bintang secara langsung. Berikut potensi
view yang dapat dinikmati dari dalam tapak ke luar tapak :
1. Sisi Utara
Pemandangan gunung Manglayang yang indah dapat dinikmati
dengan jelas.
2. Sisi Timur
Dapat melihat pemandangan bukit bukit kecil sekitar tapak.
3. Sisi Selatan
Melihat pemandangan daerah pertanian dan daerah permukiman
Jatinangor Selatan
4. Sisi Barat
Dapat melihat pohon – pohon yang terdapat dalam kawasan
[image:63.612.108.534.382.725.2]Pusdiklat.
Gambar 4.4.11.1 View Tapak (sumber : Data Pribadi)
Utara Timur Selatan Barat
Gambar 4.4.11 Potensi View (sumber : Data Pribadi)
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 48
4.4.12
Aksesibilitas
Pencapaian untuk sampai tapak hanya dapat menggunakan kendaraan
pribadi roda dua atau roda empat, ojek dan bus. Namun, untuk pejalan kaki
tidak memungkinkan karena jarak lokasi yang terlalu jauh dari jalan raya
Jatinangor.
[image:64.612.236.423.119.241.2]4.4.13
Kontur TapakGambar diatas merupakan potongan tapak utara –selatan
menggambarkan ketinggian kontur tapak yang tidak terlalu curam di
beberapa bagian sehingga pengolahan tidak menggunakan cara Cut and Fill
yang terlalu banyak dengan mempertahankan keadaan tapak yang alami.
Motor Mobil Bus Truk Pejalan kaki
Gambar 4.4.12 Aksesibilitas (sumber : Data Pribadi)
243.43 m
TAPAK LINGKAR SIMPANG PERTANIAN
- 0.50 - 0.20
POTONGAN TAPAK A-A
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 49
Gambar diatas menggambarkan potongan barat –timur yang
memperlihatkan perbedaan kontur yang sangat berbeda. Sehingga pada saat
perancangan dapat mempertimbangkan agar mendapatkan sky line yang
baik.
4.5 Alur Aktivitas
Alur aktivitas merupakan alur yang akan dibuat dalam perancangan
sehingga membutuhkan kegiatan yang akan dilakukan oleh pengunjung dan
pengelola. Sehingga harus menentukan alur aktivitas yang cukup baik untuk
menentukan kebutuhan ruang yang dibutuhkan saat perancangan. Berikut
beberapa alur aktivitas kebutuhan ruang untuk pengunjung yang dibuat :
Gambar 4.5.1 Alur Aktivitas Pengunjung (sumber : Data Pribadi)
PUSDIKLAT KEMENTRIAN
BANDUNG
MT ± 0.00 - 0.50
+ 2.50 + 4.50 + 4.40
+ 5.40
- 0.10 ± 0.00 - 2.00
- 4.00
- 10.00
TAPAK LAHAN PERTANIAN
JALAN JALAN
6.00 m 90.50 m 6.00 m
Tugas Akhir | DWI JULI BUDIYATNO | 104 10 018 50
Berikut alur aktivitas yang dibuat untuk pengelola :
4.6 Kebutuhan Ruang
Setelah kita menentukan beberapa alur aktivitas pengunjung dan
pengelola akan keluar kebutuhan ruang. Dalam kebutuhan ruang dibagi
menjadi 2 yaitu Hirarki