• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI PENGADANGAN DALAM ADAT PERKAWINANSUKU OGAN DESA LUNGGAIAN KECAMATAN LUBUK BATANG KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI PENGADANGAN DALAM ADAT PERKAWINANSUKU OGAN DESA LUNGGAIAN KECAMATAN LUBUK BATANG KABUPATEN OGAN KOMERING ULU"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

TRADISI PENGADANGAN DALAM ADAT PERKAWINAN

SUKU OGAN DESA LUNGGAIAN KECAMATAN LUBUK

BATANG KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Oleh : Reza Andesta

Keanekaragaman suku bangsa adalah salah satu yang telah memberikan identitas khusus dan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan budaya bangsa. Salah satu unsur kebudayaan yang masih dilestarikan oleh bangsa Indonesia sebagai warisan budaya adalah upacara adat perkawinan untuk masyarakat Suku Ogan. Pada pelaksanaan upacara adat perkawinan Suku Ogan, terdapat tradisi pengadangan. Tradisi ini dilakukan untuk lebih mengenal keluarga kedua belah pihak.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, teknik kepustakaan dan teknik analisis data terhadap tokoh-tokoh adat Suku OganDesa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

1. Tinjauan Pustaka ... 9

1.1. Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan ... 9

1.2. Konsep Adat ... 12

1.3. Konsep Tradisi ... 13

1.4. Konsep Pengadangan ... 15

2. Kerangka Pikir ... 16

(8)

2. Variabel Penelitian ... 20

3. Populasi dan Sampel ... 21

4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

5. Teknik Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. HASIL ... 29

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 29

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 29

4.1.2. Sejarah Desa Lunggaian ... 31

4.1.3. Keadaan Geografis ... 32

4.1.4. Kependudukan ... 32

4.1.5. Pemerintahan ... 34

4.1.6. Kelembagaan ... 35

4.1.7. Perhubungan dan Komunikasi ... 36

4.1.8. Keadaan Sosial Budaya ... 37

4.1.9. Lahan Pertanian dan Perkebunan ... 38

4.1.10 Lahan Industri ... 39

4.2. Deskripsi Data ... 39

4.2.1. Pergaulan Bujang Gadis ... 39

4.2.2. Perkawinan Ogan ... 41

4.2.3. Proses Pelaksanaan Pengadangan ... 45

1. Persiapan Pelaksanaan Pengadangan ... 47

2. Pelaksanaan Pengadangan ... 52

3. Penutup Pengadangan ... 57

4. Makna dan Tujuan Pengadangan ... 59

B. PEMBAHASAN ... 62

1. Proses Pelaksanaan Tradisi Pengadangan dalam Adat Perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 68

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel: Halaman

1. Jumlah Populasi ... 22

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33

3. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 34

4. Jumlah Pejabat Desa ... 34

5. Jumlah Lembaga Desa ... 35

6. Jumlah Sarana dan Prasarana ... 36

7. Jumlah Anak Usia Sekolah ... 37

8. Luas Lahan dan Perkebunan ... 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 1.Peta Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 95

2. Gambar 2. Peta Desa Lunggaian ... 96

3. Gambar 3. Persiapan Arak-arakan ... 97

4. Gambar 4. Arak-arakan ... 98

5. Gambar 5. Proses Pengadangan ... 98

6. Gambar 6 Proses Pengadangan ... 99

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau yang beraneka ragam adat budaya dan hukum adatnya. Namun demikian walaupun disana sini berbeda tetapi dikarenakan rumpun asalnya adalah satu yaitu bangsa melayu purba, maka walaupun berbeda-beda masih dapat ditarik persamaan dalam hal-hal yang pokok. Hampir disemua lingkungan masyarakat adat menempatkan masalah perkawinan sebagai urusan keluarga dan mayarakat, perkawinan tidaklah semata-mata urusan pribadi yang melakukannya.

(12)

dalam setiap uacara perkawinan kedua mempelai ditampilkan secara istimewa, dilengkapi tata rias wajah, tata rias sanggul, serta tata rias busana yang lengkap dengan berbagai adat istiadat sebelum perkawinan dan sesudahnya.

Salah satu unsur kebudayaan yang masih dilestarikan oleh bangsa Indonesia sebagai warisan budaya adalah upacara adat perkawinan dimana banyak sekali bangsa yang masih melestarikannya seperti masyarakat Suku Ogan yang ada di wilayah Sumatera Selatan.

Kebudayaan meliputi segala manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat rohani, seperti agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara dan lain sebagainya. Kebudayaan juga diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang, dimana manusia tidak hidup begitu saja di tengah alam, namun berusaha mengubah alam itu. Di dalam pengertian kebudayaan juga terdapat tradisi, yang merupakan pewarisan berbagai norma, adat istiadat dan kaidah-kaidah. Namun tradisi bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah, tradisi justru terpadu dengan berbagai perbuatan atau tindakan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya (Budiono Herusatoto, 2011: 15).

(13)

Setiap manusia dan masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat serta kebudayaan sendiri. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan budaya bangsa yang ada di Indonesia. Kehidupan berkeluarga terjadi lewat perkawinan yang sah, baik menurut hukum agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis, tentram, dan sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan yang normal.

Perkawinan merupakan cara untuk memelihara dan melestarikan keturunan. Dalam Syari‟at Islam Allah telah menetapkan aturan perkawinan yang merupakan tuntunan

agama yang wajib dilaksanakan oleh semua umatNya. Pelaksanaan upacara perkawinan merupakan suatu langkah yang penting dalam proses pengintegrasian manusia dengan tata alam, dimana dalam pelaksanaan adat upacara perkawinan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh tradisi untuk masuk kealam sakral (Depdikbud, 1978; 12)

(14)

Perkawinan memegang peranan penting dalam hal menentukan hidup selanjutnya, sebab perkawinan pada dasarnya merupakan pengaturan tata kelahiran manusia yang menyangkut kehidupan seks yang dinilai suci (Depdikbud, 1986; 3). Menurut Sulaiman Rasjid perkawinan adalah „aqad nikah yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak-hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim (Sulaiman Rasjid, 1954; 355).

Perkawianan adat Suku Ogan memiliki tahapan-tahapan kegiatan yang dimana ada tahapan sebelum perkawinan terdiri dari mintak status dimana calon mempelai laki- laki datang sendirian ke rumah pihak perempuan untuk menanyakan apakah sudah boleh untuk datang bersama kedua orang tua dengan tujuan masati rasan (menentukan kelanjutan hubungan), masati rasan yakni setelah mendapat ijin dari kedua orang tua pihak perempuan, maka pihak laki- laki datang kembali bersama kedua orang tua kerumah pihak perempuan untuk memastikan apakah benar antara anaknya (pihak laki- laki) menjalin hubungan dengan anak dari pihak perempuan (masati rasan), setelah mendapat jawaban dari pihak perempuan pada waktu yang telah disepakati bersama.

(15)

Lamaran/ikatan) sesuai waktu yang telah disepakati pihak laki- laki datang kembali bersama pemuka adat dengan membawa mukun (rantang besi) yang berisi wajik(pelak), membawa kelengkapan primer, serta membawa mas kawin yang dikehendaki pihak perempuan. Dan mengikat calon pengantin perempuan (tunangan), tunangan merupakan suatu ikatan antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan dengan cara saling menukar cincin sebagai tanda bahwa mereka berdua tidak boleh diganggu oleh orang lain.

Lalu tahapan kedua yaitu tahapan pelaksanaan perkawinan dimana kegiatan ini terdiri dari Nunggalkan ngensanak (pertemuan kerabat), Nembuku (pembentukan panitia), Ngambek daun (mendirikan tenda), Masak-masak, Sedekah (resepsi). Kegiatan sedekah ini ada beberapa kegiatan lagi didalamnya seperti Arak-arakan, Pengadangan, Akad nikah, Resepsi. Kemudian tahapan yang terakhir yaitu pembubaran panitia yang dilaksanakan pada malam harinya setelah resepsi selesai.

(16)

B. Analisis Masalah

1. Indentifikasi Masalah

1. Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Tujuan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 3. Makna tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa

Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini penulis membatasi “Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu”.

3. Rumusan Masalah

(17)

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Kegunaan Penelitian

1. Untuk menambah wawasan penulis tentang proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai kebudayaan Suku Ogan.

3. Sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar mengetahui proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

(18)

3. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis memberikan batasan ruang lingkup agar tidak terjadi kerancuan dalam sebuah penelitian sehingga dapat mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :

3.1 Objek Penelitian : Tradis pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan

3.2 Subjek Penelitian : Masyarakat Suku Ogan Desa Lunggaian

Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan

Komering Ulu.

3.3.Tempat Penelitian : Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang

Kabupaten Ogan Komering Ulu.

(19)

REFERENSI

Budiono Herusutoto. 2011. Mitologi Jawa. Yogyakarta : Oncor Semesta Ilmu. Halaman 15.

Depdibud. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah. P3KD. Halaman 12.

Depdikbud. 1986. Arti Lambang dan Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan BudayaProvinsi DIY. P3KD. Halaman 3

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan

Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat dan norma-norma pelaksanaan upacara yang telah berlaku di dalam masyarakat pendukungnya. Pada masyarakat desa Lunggaian dalam pelaksanaan perkawinan menggunakan tradisi adat perkawinan. Adapun yang dimaksud dengan pelaksanaan adat perkawinan ialah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu masyarakat untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan perkawinan yang direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan dalam usaha mematangkan, melaksanakan dan menetapkan jalannya suatu perkawinan.

Untuk melaksanakan perkawinan yang sesuai dengan adat perkawinan diperlukan kesiapan lahir maupun batin, agar tujuan dari kehidupan berumah tangga dapat diwujudkan secara nyata terutama keharmonisan bagi pasangan pengantin tersebut.

(21)

Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan, umumnya perkawinan di jalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.

Tergantung budaya setempat perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga, tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami istri.

Menurut Undang Undang Perkawinan pasal 1 No. 1 tahun 1974 bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan merupakan sebagai sebuah hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami istri, dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan istri yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua.

Hilman Hadikusuma dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perkawinan Adat”, menyatakan :

(22)

dalam arti menyelesaikan masalah peradilan adat (peradilan masyarakat keluarga atau kerabat yang bersangkutan) (Hilman Hadikusuma, 1995:15).

Sehubungan dengan hukum adat yang berlaku dalam lingkungan masyarakat maka perlu kiranya memahhami azas-azas perkawinan menurut hukum adat (Undang-Undang No. 1/1974) sebagai berikut :

1. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga, rumah tangga dan hubungan kekerabatan yang rukun dan damai, bahagia dan kekal 2. Perkawinan tidak saja harus sah dilakukan menurut hukum agama atau

kepercayaan tetapi juga harus mendapat pengakuan dari anggota kerabat

3. Perkawinan dapat dilakukan olehh seorang pria dengan beberapa orang wanita sebagai istri yang kedudukannya masing-masing ditentukan menurut hukum adat setempat

4. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota kerabat masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami istri yang tidak diakui oleh masyarakat adat

5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur atau masih anak-anak. Begitupula walaupun sudah cuukup umur perkawinan harus berdasarkan izin orang tua

6. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan. Perceraian antara suami istri dapat berakibat pecahnya hubungan kekerabatan anttara kedua belah pihak

7. Keseimbangan kedudukan antara suami dan istri-istriberdasarkan ketentuan adat yang berlaku, ada istri yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga dan ada istri yang berkedudukan bukan sebagai ibu rumah tangga (Hilman Hadikusuma,1995:71).

(23)

2.2 Konsep Adat

Pengertian adat dalam buku pengantar Hukum adat Indonesia adalah segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara satu sama lain (Roelof Van Djik, 1979 : 5). Pengertian lain adat dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah aturan yang lazim di turut sejak dahulu dan berlaku turun-temurun (Muhammad Ali, 1998 : 2).

Adat istiadat merupakan komponen awal adanya tertib sosial di tengah-tengah masyarakat. Adat merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat. Kebudayaan adalah segala perbuatan tingkah laku, dan tata kelakuan aturan-aturan yang merupakan kebiasaan sejak dahulu kala telah dilakukan turun temurun dan sampai sekarang masih dilaksanakan (Koentjaraningrat, 1980 : 204).

(24)

Perkawinan dalam satu klen (tunggal kawitan, tunggal dadia, tunggal sanggah) adalah orang-orang yang seingkat kedudukannya, baik dalam catur warna maupun dalam satu agama. Perkawinan yang demikian adalah perkawinan yang ikut menjaga kemurniaan keturunan yang berkenaan dengan tugas maupun fungsinya dalam agama. Namun perkawinan satu klen sekarang ini sudah tidak banyak dilakukan karena berubahnya sistem berfikir. Bahwasanya perkawinan satu klen akan memperuncing stratifikasi sosial yang justru akan menimbulkan konflik.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian adat adalah tatacara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat yang berasal dari warisan nenek moyang yang di turunkan hingga ke anak cucunya. Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan antara satu sama lain di dalam anggota masyarakat yang menyangkut sistem adat tertentu.

2.3 Konsep Tradisi

(25)

Tradisi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama (Soerjono Soekanto, 1990 : 181). Tradisi merupakan suatu kebiasaan dalam adat istiadat yang dipelihara turun-temurun oleh nenek moyang kepada penerusnya. Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan,kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang (Daryanto, 1998; 608).

Sedangkan menurut Badudu tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun dan masih terus dilaksanakan pada masyrakat yang ada (J.S. Badudu, 2003; 394). Menurut Soejipto tradisi adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan diakui kegunaannya akan dipertahankan berlakunya, apalagi tradisi tadi merupakan pranata-pranata kemasyarakatan. Berbagai bentuk upacara itu diakui sebagai kegiatan yang berguna dan dapat menyegarkan jiwa, sehingga perlu diupayakan kelestariannya serta mendapat pembinaan secara terus menerus. Oleh karena itu, telah mengakar menjadi tradisi, maka upacara yang dilaksanaksan pada waktu-waktu tertentu dan tidak untuk kegiatan sehari-hari (Soejipto, 1982; 6).

(26)

2.4 Konsep Pengadangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengadangan berasal dari kata dasarnya yaitu adang yang berarti menghalangatau merintangi orang berjalan(Daryanto, 1998 ; 232). Sedangkan, menurut tokoh adat Suku Ogan M. Deran pengadangan ialah suatu tradisi yang berhubungan dengan perkawinan dengan cara menghalang-halangi pengantin pria untuk masuk kerumah pengantin wanita dan sebagai bentuk penghormatan dari keluarga mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita, agar keluarga dan mempelai pria dapat lebih mengenal keluarga dari mempelai wanita, dengan menggunakan kain panjang yang dilentangkan supaya pengantin pria tidak bisa lewat apabila pengantin pria tersebut ingin melawati kain yang menghadang tersebut maka pengantin pria harus menuruti permintaan dari orang yang menghadang tersebut (wawancara dengan Bapak M.Deran, tokoh adat Desa Lunggaian, tanggal 15-02-2013).

Pendapat lainpun mengatakan bahwa pengadangan merupakan sebuah aktifitas yang menjadi tradisi adat perkawinan Suku Ogan yang menggunakan kain panjang dan dilakukan oleh keluarga baik adik maupun kakak laki-laki dari pihak perempuan menghadang pengantin lelaki untuk lewat/permisi dengan maksud untuk menikahkan sang calon pengantin wanita. (wawancara dengan bapak Spuan, tokoh agama Desa Lunggaian, tanggal 15-02-2013).

(27)

perempuan sekaligus memberikan hadiah kepada pihak perempuan yang bersifat menghibur. (wawancara dengan Bapak Mawi, tokoh masyarakat Desa Lunggaian, tanggal 15-02-2013).

Awal mula terjadinya pengadangan, karena di daerah Suku Ogan pada saat itu tidak ada kegiatan sama sekali yang bersifat menghibur dalam acara akad nikah. Maka dari itu para pemuka masyarakat dan tokoh adat berinisiatif membentuk acara pengadangan, yang tujuannya untuk menghibur dan saling bercengkrama antar keluarga kedua belah pihak. (wawancara dengan Bapak M.Deran, tokoh masyarakat Desa Lunggaian, tanggal 10-10-2013).

Berdasarkan pengertian di atas pengadangan adalah suatu tradisi dengan cara menghalang-halangi mempelai laki-laki untuk masuk kekediaman keluarga wanita dan sebagai bentuk penghormatan sekaligus perkenalan calon mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai wanita dari pihak mempelai wanita dengan maksud memberikan hadiah kepada pihak perempuan yang lebih bersifat menghibur.

2.5.Kerangka Pikir

(28)
(29)

2.6. Paradigma

Tradisi Pengadangan

Persiapan Pengadangan: 1. Berasan

2. Mendata orang-orang yang akan menghadang 3. Menyiapkan permintaan

pengadangan.

Pelaksanaan Pengadangan: 1. Arak-arakan 2. Pengadangan 3. Akad Nikah

Penutup: 1. Sedekah

Pelaksanaan Pengadangan dalam Adat Perkawinan Suku Ogan

Keterangan :

(30)

REFERENSI

Hilman Hadikusuma. 1995.Hukum Perkawinan Adat. Jakarta. Halaman 15 . 1995.Hukum Perkawinan Adat. Halaman 71.

Roeloef Van Djik. 1979. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Raja Grafindo. Jakarta. Halaman 5.

Muhamad Ali. 1998.Kamus Bahasa Indonesia.Angkasa. Bandung. Halaman 2. Koentjaraningrat. 1980.Metode Penelitian Masyarakat.Gramedia. Jakarta

. Halaman 204.

Soerjono Soekanto. 1998.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta. Halaman 181. Daryanto. 1998.Kamus umum bahasa Indonesia.Apollo. Surabaya.

Halaman 608

J. S. Badudu. 2003.Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta. Halaman 394 Daryanto. 1998.Kamus umum bahasa Indonesia.Apollo. Surabaya. Halaman 232. Soejipto. 1982. Panduan Pengajar Buku Sejarah Perkembangan Seni Lukis

(31)

III.METODE PENELITIAN

3.1. Metode yang Digunakan

Dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada setiap penelitian, berbagai metode digunakan oleh para peneliti. Dengan penggunaan suatu metode, suatu permasalahan dalam penelitian tidak akan terlalu sulit untuk dipecahkan. Menurut Winarno Suracmad, metode adalah suatu cara utama yang di gunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan tehnik serta alat tertentu (Suracmad,1978:121). Sedangkan menurut Menurut Joko Subagyo :

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Di dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori untuk menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu, mengingat bahwa tidak setiap permasalahan yang dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian (Joko Subagyo, 2006: 2).

(32)

Menurut Husin Sayuti, metode deskriptif adalah gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu, adakalanya sering juga arah penelitian tersebut untuk mempertegas hipotesis yang ada (Husin Sayuti, 1989 ; 41). Sedangkan menurut Moh. Nazir berpendapat, bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2005: 54).

Seperti halnya yang dinyatakan oleh Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, bahwa :

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan atau melukiskan suatu hal. Melukiskan dan menggambarkan dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya (harfiah), yaitu berupa gambar-gambar, foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-gambar dan dapat pula berarti menjelaskan dengan kata-kata (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 129).

Dengan demikian maka, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif hanya menggambarkan tentang keadaan-keadaan atau situasi-situasi sesuai dengan fakta, tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa.

3.2.Variabel Penelitian

a. Variabel Penelitian

(33)

Suryabrata, 1989: 79).Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah obyek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1986 ; 91).

Variabel dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dijadikan obyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel tunggal, yaitu : Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

b. Definisi Operasional

Menurut Sumadi Suryabrata, definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, dapat diamati dan di observasi (Sumadi Suryabrata, 1983 ; 83).

Dalam penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional variabel dari Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu yang meliputi : taham persiapan, tahap pelaksanaan, dan pihak yang berperan dalam Tradisi Pengadangan.

3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(34)

Berdasarkan pendapat di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Suku Ogan Desa Lunggaian Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan dengan jumlah KK 487 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Jumlah Populasi

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 1.012 Orang

2. Perempuan 1.015 Orang

3. Jumlah Jiwa 2.027 Jiwa

4. Jumlah Mata Pilih 1.227 Orang

5. Jumlah KK 487 KK

Sumber : Monografi Desa Lunggaian tahun 2013

Berdasarkan populasi di atas maka peneliti menggunakan sampel yang merupakan salah satu cara pembatasan (penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sampel adalah sumber dari informasi data itu sendiri (Suwardi Endraswara, 2006: 15).

2. Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Hadari Nawawi, 2001: 144).

(35)

akrab atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar dikalangan tertentu. Tidak ditentukan jumlah sampel yang akan menjadi informan, namun jika dirasa data yang didapat sudah cukup, maka peneliti akan menghentikan penelitiannya. Karena peneliti menggunakan teknik snowball sampling maka peneliti menggunakan teknik wawancara.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Pokok 1. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan langsung dengan mengerti tentang Pengadangan. Informan diambil dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Desa Lunggaian dan dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Menurut keraf persyaratan seorang informan adalah sebagai berikut: Dalam memilih seorang informan tidak boleh asal-asal saja. Informan di peroleh berdasarkan beberapa kriteria yang berhubungan dengan lapangan penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki andalan esensial untuk mewakili kelasnya dalam kelompok masyarakat bahasa tersebut. Seorang informan harus mencerminkan cara bahasanya, disamping kenyataan bahwa ia memiliki ciri-ciri personal yang diterima (Gorys,1996:157).

Keriteria informan kunci dalam peneitian ini adalah :

(36)

2. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.

3. Orang yang bersangkutan merupakan tokoh masyarakat dan merupakan penduduk setempat.

2. Teknik Wawancara

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer) pelengkap teknik pengumpulan lainya menguji hasil pengumpulan data lainnya (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 55). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, teknik Wawancara adalah Teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis, berdasarkan tujuan penyelidikan, pada umumnya dua atau lebih orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar (Sutrisno Hadi, 1984 ; 50).

(37)

3. Teknik Pelengkap

1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan agar memperoleh data yang diinginkan dengan cara mengamati secara langsung objek yang akan diteliti menurut Suharsimi Arikunto, observasi adalah Hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau studi disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. (Suharsimi Arikunto, 1989 ; 63). Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, bahwa : Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesasihannya (validitasnya) (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 52).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti yaitu Tradisi Pengadangan.

2. Teknik Kepustakaan

(38)

ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain (Joko Subagyo, 2006: 109). Sehingga dapat di simpulkan bahwa peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data-data yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti yaitu tentang Tradisi Pengadangan.

3. Teknik Analisis Data

Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

Tehnik analisis data merupakan suatu tehnik yang mengelompokkan, membuat suatu manipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah dicerna (M. Nazir, 1998:419). Dalam mengadakan anaisis data perlu diingat bahwa data yang diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin dipecahkan. Dan informan merupakan data yang dapat menjawab sebagian ataupun dari masaah yang hendak diteliti.

(39)

yang bersifat induktif ini keseluruhan prosesnya pada umumnya dilakukan dengan tiga macam kegiatan yakni:

1. Analisis dilakukan di lapangan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

2. Analisis dilakukan dalam bentuk interaktif.

3. Analisis bersifat siklus, yakni mulai dari pemilihan topik, mengajukan pertanyaan, pengumpulan data, menyusun catatan studi (pengaturan data), analisis data dan penelitian laporan studi (H.B. Sutopo, 2006: 108).

Pada dasarnya proses analisis data dilakukan secara bersamaan dengan penggumpulan data. Analisis data dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Dibawah ini merupakan tahap-tahap dalam proses analisis data kualitatif menurut H.B. Sutopo (2006:114-116).

1. Reduksi Data

(40)

digali dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian.

2. Penyajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan peneliti dapat menarik kesimpulan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data dan disajikan dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(41)

REFERENSI

Winarno Surakhmad. 1986.Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung. Halaman 121.

Subagyo. Joko. P. 2006. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Paktek). Jakarta: PT Rieneka Cipta. Halaman 2.

Husin Sayuti. 1989.Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 41. Moh. Nazir. 1988.Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 54. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2009.Metode Penelitian Sosial.

Jakarta PT Bumi Aksara. Halaman 129.

Sumadi Suryabrata. 1983.Metodologi Penelitin.Rajawali. Jakarta. Halaman 79.

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara Jakarta. Halaman 91.

Sumadi Suryabrata. 1983.Metodologi Penelitin.Rajawali. Jakarta. Halaman 83.

Keraf Gorys. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa.Jakarta. Halaman 157.

Hadari Nawawi. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman 141.

Suwardi Endraswara. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. UGM Press. Yoyakarta. Halaman 15.

Hadari Nawawi. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman 144.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2009.Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman 55.

Sutrisno Hadi. 1984.Metodologi Research. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Halaman 50.

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara Jakarta. Halaman 63.

(42)

Subagyo. Joko. P. 2006. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Paktek). Jakarta: PT Rieneka Cipta. Halaman 109.

Moh. Nazir. 1988.Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 419. Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret.Halaman 105.

Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Halaman 108.

(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada hasil dan pembahasan di atas, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

5.1.1. Dalam persiapan pelaksanaan pengadangan pihak keluarga laki-laki datang kekediaman keluarga perempuan untuk membicarakan apakah dalam perkawinan ini akan dilaksanakan pengadangan dan membicarakan kapan akan dilakukan acara pengadangan tersebut yang dibantu oleh juru bicara. Mendata atau mencatat sanak saudara pihak perempuan yang akan menjadi penghadang dan apa saja yang akan diminta oleh pihak yang menghadang kepada calon mempelai laki-laki. Kemudian pihak laki-laki menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat menghadang dan memenuhi permintaan sanak saudara perempuan yang menghadang. 5.1.2. Pelaksanaan Pengadangan pengantin laki-laki beserta rombongan

(44)

tersebut bisa melewati apabila permintaan dari penghadang sudah dipenuhi oleh pengantin laki-laki. Kemudian mengucapkan ijab kabul 5.1.3. Penutup dalam pengadangan berupa sedekah yaitu acara dimana semua

warga masyarakat berkumpul dan para tamu undangan menikmati hidangan serta hiburan berupa organ tunggal.

(45)

5.2.Saran

5.2.1. Kepada seluruh masyarakat Suku Ogan Desa Lunggaian dapat mempertahankan Tradisi Pengadangan ini.

5.2.2. Kepada pengantin Suku Ogan khususnya, dapat memahami tata cara pengadangan ini.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung. 736 Halaman.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara Jakarta. 370 Halaman.

Daryanto. 1998. Kamus umum bahasa Indonesia. Apollo. Surabaya. 734 Halaman. Depdibud. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah. P3KD. 124

Halaman.

Depdikbud. 1986. Arti Lambang dan Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Budaya Provinsi DIY. P3KD. 168 Halaman.

Gorys, Keraf. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa. Jakarta. 344 Halaman.

J. S. Badudu. 2003. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta. 416 Halaman. Hadari Nawawi. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University

Press: Yogyakarta. 227 Halaman.

Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Jakarta. 208 Halaman. Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Fakultas Psikologi Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta. 150 Halaman.

Herusutoto, Budiono. 2011. Mitologi Jawa. Yogyakarta : Oncor Semesta Ilmu. 151 Halaman.

Koentjaraningrat. 1980. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. 419 Halaman.

(47)

Soekanto, Soerjono. 1998. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. 418 Halaman.

Soejipto. 1982. Panduan Pengajar Buku Sejarah Perkembangan Seni Lukis Modern. Jakarta. 250 Halaman .

Subagyo. Joko. P. 2006. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Paktek). Jakarta: PT Rieneka Cipta. 136 Halaman.

Surakhma, Winarno. 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung. 338 Halaman.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitin. Rajawali. Jakarta. 180 Halaman. Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret. 147 Halaman.

Suwardi Endraswara. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. UGM Press. Yoyakarta. 204 halaman.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara. 186 Halaman.

Van Djik, Roeloef. 1979. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Raja Grafindo. Jakarta. 320 Halaman.

Sumber Lain:

https://www.google.com/search?q=peta+oku&ie=utf-8&oe=utf

8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Gambar

Tabel 1. Jumlah Populasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan Ginting (2012), alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian ini adalah bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas

Hukum merupakan kaidah tertinggi yang harus ditaati oleh masyarakat dalam melakukan interaksi sosial dan oleh penguasa dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara

Pada intinya, peningkatan kompetensi professional guru melalui supervisi akademik di SMP Negeri 1 Lolowau masih tergolong kurang, sehingga masih perlu dilakukan

(1996) pada dasarnya sebuah robot bawah laut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya [11]..

Kemungkinan tipe mineralisasi emas yang berkembang di daerah penelitian dengan didasarkan pada asosiasi geokimia unsur (Au, As, Cu, Pb, Zn, Ag, Sb, dan Hg) dan ditunjang

Sehubungan dengan dilakukannya penelitian untuk menempuh sidang akhir yang berjudul Uji Efektivitas Ekstrak Metanol Rimpang Jeringau ( Acorus calamus L.) Sebagai Nefroprotektor

saat saya akan mejemput anak saya pulang sekolah saya tiba-tiba saja di berhentikan oleh polisi laiu lintas sekeiika itu pula polisi menegur saya kenapa lampu utamanya

Kampong as an integral part of many cities in Indonesia has a great potential as a heritage element in a conservation of an Indonesian city like Semarang. Until nowadays,