• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN KEAKURATAN MODEL ALTMAN DAN MODEL ZMIJEWSKI DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN DELISTING DARI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUJIAN KEAKURATAN MODEL ALTMAN DAN MODEL ZMIJEWSKI DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN DELISTING DARI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN KEAKURATAN MODEL ALTMAN DAN MODEL ZMIJEWSKI DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA

PERUSAHAANDELISTINGDARI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh:

Noferawati Sidabalok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model Altman dan model Zmijewski dapat memprediksi delisting, serta untuk mengetahui model prediksi kebangkrutan yang terakurat. Data yang digunakan berupa laporan keuangan periode 2009 sampai dengan tahun 2013 atau dua tahun sebelum perusahaan tersebut delisting dari Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang telah dikeluarkan dari daftar perdagangan saham (delisting) tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang memenuhi kriteria purposive sampling, dengan total sampel yang didapat sebanyak 14 perusahaan yaitu 7 perusahaan delisting dan 7 perusahaan listing sebagai sampel pembanding. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dengan bantuan SPSS 16.0 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Altman dan model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan delisting. Serta model Altman menjadi model prediksi delisting terbaik dengan tingkat akurasi sebesar 85,71% sedangkan model Zmijewski hanya sebesar 28,57%.

(2)

Oleh

NOFERAWATI SIDABALOK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(3)

(Skripsi)

Oleh

NOFERAWATI SIDABALOK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(6)

-DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

2.1. Z-score ... 34

2.2. X-score ... 37

3.1. Modal kerja/total aset ... 56

3.2. Laba ditahan/total aset ... 56

3.3. Laba sebelum bunga dan pajak ... 56

3.4. Nilai buku ekuitas/nilai buku total hutang ... 57

3.5. Penjualan/total aset ... 57

3.6. ROA ... 57

3.7. Leverage ... 58

3.8. Likuiditas ... 58

3.9. Tingkat akurasi ... 60

3.10. TipeerrorI ... 61

3.11. Tipe error II ... 61

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. MappingPenelitian Terdahulu ... 39

3.1. Sampel Penelitian ... 48

3.2. Ringkasan Definisi Operasional ... 54

4.1. Sampel penelitian perusahaandelisting... 65

4.2. Sampel penelitian perusahaanlisting... 69

4.3. Rasio keuangan model Altman pada perusahaandelisting... 74

4.4. Rasio keuangan model Altman pada perusahaanlisting ... 74

4.5. Rasio keuangan model Zmijewski pada perusahaandelisting ... 91

4.6. Rasio keuangan model Zmijewski pada perusahaanlisting ... 91

4.7. Hasil perhitungan nilai skor model Altman perusahaandelisting .... 100

4.8. Hasil perhitungan nilai skor model Altman perusahaanlisting... 101

4.9. Hasil perhitungan nilai skor model Zmijewski perusahaandelisting 104 4.10. Hasil perhitungan nilai skor model Zmijewski perusahaanlisting... 104

4.11. Klasifikasi perusahaandelisting(bangkrut) model Altman ... 107

4.12. Hasil keakuratan model Altman pada perusahaandelisting ... 108

4.13. Klasifikasi perusahaanlisting(bangkrut) model Altman ... 108

4.14. Hasil keakuratan model Altman pada perusahaanlisting... 108

4.15. Klasifikasi perusahaan delisting(bangkrut) model Zmijewski ... 112

4.16. Hasil keakuratan model Zmijewski pada perusahaandelisting ... 112

4.17. Klasifikasi perusahaanlistingmodel Zmijewski ... 113

4.18. Hasil keakuratan model Zmijewski pada perusahaanlisting ... 113

4.19. Hasil analisis regresi logistik ... 117

(8)
(9)
(10)

Jauhkan pikiranmu dari kataTIDAK BISA. (Filipi 4:13)

RancanganMu yang terbaik. Tuntun langkahku ya Bapa, aku mencintaiMu.

(Anonim)

Never regret. If it's good, it's wonderful. If it's bad, it's experience.

(Victoria Holt)

Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan kamu akan menerimanya.

(11)
(12)

Tuhan Yesus Kristus

sebagai sumber kekuatanku, penolongku, penyelamatku

yang selalu menuntun dan menyertai setiap langkahku.

Thanks God.

Bapak dan Mama

sebagai wujud tanda baktiku dan cintaku kepada kalian

serta terima kasih untuk setiap doa, kasih sayang,

nasehat, motivasi, dan pengorbanan yang selalu kalian

berikan kepadaku.

adik-adikku

Eben, Kartika, Rafael

Semua Keluarga, Sahabat, dan Teman-Teman yang selalu

mendoakan, memotivasi, menemani, dan mendukung

dalam berbagai hal.

(13)

Penulis bernama Noferawati Sidabalok, lahir di Sidodadi, 26

November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari

pasangan terhebat Bapak A Sidabalok dan Ibu P Simamora.

Memiliki 3 saudara terkasih yaitu Eben Haezer Sidabalok,

Trikartika Sidabalok, dan Rafael Oloan Sidabalok.

Penulis pernah bersekolah di SDN 5 Sidorejo lulus pada tahun 2005, di SMPN 1

Sidomulyo lulus pada tahun 2008, dan di SMAN 1 Sidomulyo lulus pada tahun

2011. Kemudian pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikannya dengan

kuliah di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tulis, dengan Program S1

jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama mengikuti perkuliahan di Universitas Lampung, penulis juga aktif di

organisasi fakultas dan universitas. Pada tahun 2015, penulis melakukan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Pakuan Baru Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten

Way Kanan. Dan pada tahun 2016 penulis menyelesaikan studinya di Universitas

Lampung dengan judul skripsi Pengujian Keakuratan Model Altman dan Model

Zmijewski dalam Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Delisting dari

(14)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, anugerah, dan

kebaikan-Nya yang selalu menyertai setiap langkahku sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Skripsi dengan judul “pengujian keakuratan model altman dan model zmijewski

dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan delisting dari bursa efek

indonesia” ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Administrasi Bisnis pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis di Universitas

Lampung.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus;

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP Unila;

3. Bapak Drs. A. Effendi, M.M., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik dan

(15)

waktunya untuk membimbing, memberikan saran, arahan, dan ilmu yang

sangat membantu saya selama proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku Penguji Utama. Terima kasih telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membaca skripsi saya, menyampaikan

masukan, kritik dan saran kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B., selaku Pembimbing Akademik. Terimakasih

atas bimbingan, motivasi dan arahan ibu selama penulis menjadi mahasiswa

Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung;

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis FISIP Unila, terimakasih

atas segenap pengetahuan, bantuan dan bimbingannya selama penulis menjadi

Mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung;

8. Ibu Mertayana selaku staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis FISIP Unila.

Terima kasih banyak atas bantuan ibu dalam pengurusan berkas kuliah selama

ini;

9. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak A Sidabalok dan Ibu P Simamora.

Terimakasih buat bapak dan mamak atas kasih sayang, doa, dukungan,

perhatian, semangat, dan segalanya yang selalu diberikan kepadaku.

Terimakasih telah menjadi orang tua terhebat, yang rela berkorban demi

kesuksesan dan kebahagiaan anak-anaknya. Berapapun banyak kata terima

(16)

doa, motivasi, semangat dan dukungan yang kalian berikan kepada kakakmu

yang cantik ini. Kalian luar biasa diks;

11. Keluarga Besarku terimakasih untuk semuanya atas semangat, doa, dukungan

dalam hal materi maupun nonmateri. Mauliate godang;

12. Sahabat-sahabatku yang sudah seperti saudara, Rida Lidiawati Marbun, Zahra

Nur Aprilia, Lestarida Sormin, Anisa Anggraini, dan Viyana Sihotang.

Terimakasih sudah mau menjadi teman cerita, teman menggosip, teman

berbagi canda tawa, suka duka selama ini, terutama buat Rida dan Atun alias

Zahra yang telah menemani dari semester satu hingga saat ini. Maafkan atas

segala salah dan khilafku selama ini sobat. Semangat gapai cita dan cinta

sahabat-sahabat tercintahku. Sukses buat kita semua cantik. Tuhan

memberkati;

13. Teman-teman seperjuangan ABI 2012. Ika Nofiyanti, Huda Rempis, Disty,

Ani, Abdul, Fitri Aningsih, Puput, Wiwin, Putri, Nona cyin, Umi Anjar, Nani,

Mak Eka, Yulia, Riza, Vina, Ika Aprilia, Nila, Dian, Nita, Launa, Rani, Dewi,

Safitri, Sule, Mahpudin, dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. Semangat gapai

cita dan cinta teman-teman.Success for all;

14. Terimakasih sahabat SMA-ku, nia, hani, desi, fifi, anggi, dian. Kalian sahabat

yang luar biasa, reunian terus yuks. Terimakasih untuk selalu memotivasi, dan

(17)

pengalaman-pengalaman berharganya. Terimakasih untuk doa, dukungan, dan

semangatnya. Semoga Tuhan Yesus senantiasa menyertai PDO FISIP Unila;

16. Keluarga KKN Desa Pakuan Baru Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way

Kanan, Kak Dias, Kak Husen, Kak Aris, Mba Marie, Mba Nining, dan Septi.

Terimakasih untuk segala keceriaannya, kebersamaannya selama 40 hari,

senang mengenal kalian semua;

17. Almamaterku tercinta Universitas Lampung;

18. Semua teman-teman yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan

skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua.

Bandar Lampung, 11 Januari 2016

(18)
(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1. Deskripsi data penelitian ... 64

4.2. Gambaran umum perusahaan ... 65

4.2.1 Perusahaan Delisting ... 65

4.2.2 Perusahaan Listing ... 68

4.3. Hasil analisis data ... 72

4.3.1 Penghitungan Rasio Keuangan ... 72

4.3.2 Penghitungan Nilai Skor Masing-masing Model ... 100

4.3.3 Tingkat Keakuratan Hasil Prediksi ... 107

4.3.4 Uji Kelayakan Model ... 116

4.4. Pembahasan ... 119

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1. Kesimpulan ... 130

5.2. Saran ... 131

5.3. Keterbatasan penelitian ... 132

(20)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perubahan siklus ekonomi

menyebabkan dunia usaha terus mengalami perubahan. Perubahan ini berdampak

pada persaingan ketat yang dialami oleh semua kalangan pelaku bisnis sehingga

menuntut sebuah perusahaan mempunyai daya saing yang kuat. Perusahaan

diharapkan mampu beradaptasi dengan keadaan, ditengah perubahan yang terus

terjadi. Perusahaan yang tidak mampu bersaing lambat laun akan tersingkir dari

lingkungan industrinya dan akhirnya membawa pengaruh buruk bagi perusahaan

tersebut.

Suatu kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki

beberapa tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah menghasilkan

keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankan sehingga mampu untuk

bertahan dan berkembang dalam jangka waktu yang tak terbatas. Namun apabila

perusahaan mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya kemungkinan

untuk mendapatkan keuntungan sangat kecil. Dengan adanya kegagalan untuk

memperoleh keuntungan dikhawatirkan perusahaan tidak dapat menjalankan

usahanya karena ketidakcukupan dana. Jika hal tersebut terjadi secara terus

(21)

Kebangkrutan merupakan masalah yang dapat terjadi dalam sebuah perusahaan

apabila perusahaan tersebut mengalami kondisi kesulitan. Setyaningsih dkk

(2008) menilai bahwa kebangkrutan adalah fenomena yang selalu dihindari oleh

perusahaan, karena hal tersebut dapat menunjukkan ketidakmampuan perusahaan

dalam mengalokasikan dana secara tepat dan efisien. Mengingat pentingnya untuk

mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang,

manajer akan senantiasa berusaha meminimalkan faktor-faktor yang

menyebabkan kegagalan atau kebangkrutan perusahaan khususnya dibidang

keuangan.

Ketidakstabilan ekonomi yang terjadi disuatu negara akan semakin mempercepat

kondisi kesulitan keuangan sebuah perusahaan. Hal ini tidak hanya berdampak

pada kemungkinan terjadi kebangkrutan tetapi terganggunya kepercayaan publik,

dan hal yang ditakuti para investor yaitu kemungkinan kehilangan modal yang

diinvestasikan. Investor yang memilih berinvestasi dalam saham pasti dihadapkan

pada berbagai risiko, seperti kemungkinan kehilangan modal yang

diinvestasikannya. Investor tentunya menyukai perusahaan yang memiliki kinerja

yang baik dan menghindari perusahaan yang memiliki kinerja yang buruk,

mengalami kesulitan keuangan, terlebih lagi perusahaan yang mengalami

kebangkrutan. Untuk itu, sebelum investor mengambil keputusan untuk

menginvestasikan dananya dalam saham, terlebih dahulu investor harus

memperhatikan dan menganalisa prospek dari bisnis tersebut. Kesalahan dalam

memprediksi kelangsungan operasional suatu perusahaan akan berakibat fatal bagi

(22)

Kondisi investasi disuatu negara berkaitan erat dengan pasar modal. Anoraga dan

Pakarti (2008) mengungkapkan bahwa pasar modal merupakan salah satu

alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

dananya. Seperti yang dinyatakan P3E Semarang (1989) dalam Anoraga dan

Pakarti (2008) bahwa pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara

pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang

kekurangan dana (defisit fund), dimana dana yang diperdagangkan merupakan

dana jangka panjang. Jadi, jika para pemegang saham yang ada tidak mampu

menyediakan dana jangka panjang maka pilihan paling tepat bagi perusahaan

adalah berpaling ke pasar modal.

Umumnya keberadaan pasar modal dimanfaatkan perusahaan go public sebagai

sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar

modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi

keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui peningkatan harga

saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus. Para

investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan

selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut apakah

mengalami kesulitan keuangan atau tidak (Atmini, 2005). Oleh karena itu, analisis

dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan sangat penting dilakukan.

Salah satu indikator perusahaan bangkrut di pasar modal adalah perusahaan

delisting (Fatmawati, 2012). Perusahaan delisting adalah perusahaan yang

dihapuskan atau dikeluarkan dari daftar perusahaan yang sahamnya

(23)

Ketentuan ini diatur dalam Keputusan Direksi PT BEJ No. Kep.01/BEJ/1992,

tanggal 17 Februari 1992 (www.minerba.esdm.go.id, diakses pada tanggal 23

September 2015). Perusahaan yang telah dihapuskan atau dikeluarkan dari bursa

tidak dapat lagi menerbitkan laporan keuangan. Semua kewajiban yang semula

melekat akan terhapus, termasuk kewajiban untuk menerbitkan laporan keuangan

perusahaan. Perusahaan delisting sering dianggap bangkrut, karena para investor

sudah tidak dapat lagi berinvestasi di perusahaan tersebut. Pada dasarnya sebuah

perusahaan yang telah delisting masih beroperasi namun tidak dapat lagi diakses

oleh publik. Delisting dapat dilakukan baik atas permintaan perusahaan maupun

keputusan bursa. Delisting atas perintah bursa biasanya karena perusahaan tidak

dapat memenuhi kewajiban dan aturan yang telah ditetapkan salah satunya adalah

berturut-turut menderita rugi (bangkrut).

Kebangkrutan berhubungan dengan biaya dan risiko yang besar. Jadi setiap

perusahaan harus mewaspadai adanya potensi kebangkrutan. Karena banyak pihak

yang akan dirugikan apabila perusahaan mengalami kebangkrutan terutama bagi

perusahaan terbuka (go public). Pihak-pihak yang dirugikan tersebut diantaranya

investor yang berinvestasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar,

karyawan perusahaan tersebut karena terjadi pemutusan hubungan kerja serta

manajemen perusahaan itu sendiri. Apabila suatu perusahaan sudah mengalami

kesulitan keuangan, maka perusahaan tersebut harus benar-benar waspada

terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi, termasuk mengalami

kebangkrutan atau kegagalan dalam usahanya. Untuk itu perusahaan harus sedini

(24)

Prediksi kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan. Semakin awal tanda kebangkrutan diketahui, tentunya semakin

baik bagi perusahaan. Dengan itu perusahaan dapat melakukan persiapan untuk

mengatasi berbagai kemungkinan buruk dengan melakukan perbaikan-perbaikan

dan membuat strategi jika kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi pada

perusahaan. Seperti yang dinyatakan Kartikasari dkk (2014) bahwa perusahaan

dikatakan bangkrut jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar

kewajibannya pada kreditur. Sehingga diperlukan analisis prediksi kebangkrutan

untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya ditahun

berikutnya. Hanafi dan Abdul (2009) menyatakan bahwa tanda-tanda

kebangkrutan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Risiko kebangkrutan dapat diantisipasi serta dihindari dengan melakukan prediksi

potensi kebangkrutan. Untuk meminimalisir risiko kebangkrutan, diperlukan suatu

alat atau model prediksi yang dapat digunakan untuk memprediksi ada atau

tidaknya potensi kebangkrutan perusahaan (Zakkiyah dkk, 2014). Puryati dan

Savitri (2012) menyatakan bahwa prediksi kondisi kebangkrutan dapat dianalisis

dari laporan keuangan perusahaan melalui perkembangan analisis rasio-rasio

keuangan perusahaan yang bersangkutan. Anggraeni dkk (2014) menjelaskan

bahwa perhitungan dari rasio-rasio keuangan dapat menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan dari tahun ke tahun, yang sedang mengalami kenaikan atau

penurunan kinerja. Apabila perusahaan terus mengalami penurunan kinerja, maka

(25)

Analisis rasio pada perkembangannya mempunyai kendala dan keterbatasan

dimana setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh kombinasi beberapa rasio

hanya berdasarkan pertimbangan para analis keuangan. Untuk mengatasi masalah

tersebut, beberapa peneliti mengembangkan suatu model prediksi sebagai

kombinasi dari berbagai rasio guna menjawab kekurangan dari analisis rasio

(Weston dan Thomas, 1995). Banyak model prediksi yang bermunculan untuk

memprediksi kebangkrutan, diantaranya model Altman dan model Zmijewski.

Menurut Peter dan Yoseph (2011) model Altman dan Zmijewski termasuk model

yang mudah dalam penggunaannya dan prediksi kebangkrutannya pun cukup

akurat.

Model Altman dan model Zmijewski memiliki perbedaan yang signifikan yaitu

dimulai dari teknik analisisnya, jumlah rasio keuangan yang digunakan hingga

jumlah perusahaan yang diteliti. Altman (1968) menggunakan lima jenis rasio

keuangan dalam model analisis multiple discriminant pada 66 perusahaan yang

terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang masih bertahan.

Kelima rasio tersebut yaitu rasio modal kerja terhadap total aset, rasio laba

ditahan terhadap total aset, rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset,

nilai buku ekuitas terhadap nilai buku total hutang, dan rasio penjualan terhadap

total aset. Sedangkan Zmijewski (1984) dalam Hadi dan Anggraeni (2008)

menggunakan analisis yang mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan

menggunakan rasio yang mengukur kinerja (ROA), leverage, dan likuiditas suatu

perusahaan pada 40 perusahaan bangkrut dan 800 perusahaan yang masih

(26)

Penelitian mengenai model prediksi kebangkrutan telah banyak dilakukan.

Prabowo dan Wibowo (2015) melakukan penelitian yang membandingkan model

Altman Z-score, model Zmijewski, dan model Springate dalam memprediksi

kebangkrutan perusahaan delisting. Hasil penelitian menemukan bahwa model

prediksi Altman merupakan prediktor terbaik diantara ketiga model yang

dianalisa. Penelitian Savitri (2014) menemukan bahwa model Altman Z-score

terbukti dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan delisting dan menjadi

prediktordelistingterbaik diantara model Zmijewski dan Springate.

Fatmawati (2012) meneliti tentang penggunaanThe Zmijewski Model, The Altman

Model, dan The Springate Model sebagai prediktor delisting. Hasil penelitian

menemukan bahwa dari ketiga model prediktor delisting yang digunakan model

Zmijewski lebih akurat dalam memprediksi perusahaan delistingdibanding model

Altman dan Springate. Kemudian Zakkiyah dkk (2014) melakukan penelitian

tentang analisis penggunaan model Zmijewski dan Altman untuk memprediksi

potensi kebangkrutan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan

antara model Zmijewski dan Altman dalam memprediksi kebangkrutan pada

perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Melihat banyaknya penelitian tentang kebangkrutan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia. Akan tetapi masih terbatasnya penelitian tentang perusahaan delisting

dan perbandingan model prediksi kebangkrutan. Penulis akan menggunakan

sampel perusahaan delisting sebanyak 7 perusahaan dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2015 (kecuali perusahaan sektor keuangan dan perbankan) yang

(27)

dan bukan karena akuisisi ataupun merger serta sampel perusahaan listing

sebanyak 7 perusahaan pada periode tahun yang sama, dengan jumlah yang sama

dan pada bidang usaha sejenis sebagai sampel pembanding, kemudian penulis

akan menggunakan model Altman dan model Zmijewski sebagai model untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan delisting dan menentukan prediktor

delistingterbaik diantara kedua model tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui keakuratan masing-masing model dalam memprediksi delisting serta

mengetahui model prediksi delisting terbaik antara model kebangkrutan Altman

dan Zmijewski. Dengan demikian penulis akan melakukan penelitian yang

berjudul“Pengujian Keakuratan Model Altman dan Model Zmijewski dalam

Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Delisting dari Bursa Efek

Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah:

1. Apakah model Altman dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan

delisting?

2. Apakah model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan

delisting?

3. Model prediksi manakah yang paling akurat antara model Altman dan

(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Membuktikan bahwa model Altman dapat digunakan untuk memprediksi

perusahaandelisting.

2. Membuktikan bahwa model Zmijewski dapat digunakan untuk

memprediksi perusahaandelisting.

3. Mengetahui model prediksi mana yang paling akurat antara model Altman

dan model Zmijewski dalam memprediksi perusahaandelisting.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berikut ini:

1. Bagi investor

Adanya informasi tentang model prediksi delisting diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan

ketika akan berinvestasi. Selain itu, investor juga penting mengetahui

apakah perusahaan yang menerima dana mereka adalah perusahaan yang

sehat dan dapat memberikan return optimal dari investasi yang mereka

tanam sehingga investor tidak mengalami kerugian.

2. Bagi manajemen

Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen mendeteksi sejak

(29)

tindakan pencegahan lebih awal guna menyelamatkan perusahaan dan

penghapusan pencatatan saham (delisting) dari bursa dapat dihindari.

3. Bagi dunia akademis

Penelitian ini tidak hanya bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Fakultas ISIP

Universitas Lampung, tetapi juga diharapkan dapat berguna bagi

penelitian selanjutnya yang mengambil tema yang sama dengan penelitian

(30)

2.1 Kebangkrutan

2.1.1 Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan

dana dalam menjalankan usahanya. Biasanya kebangkrutan diartikan sebagai

kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan

laba. Menurut Peter dan Yoseph (2011) kebangkrutan sebagai suatu kegagalan

didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu:

1. Kegagalan ekonomi (economic distressed)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan

kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi

biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal

atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.

Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh

dibawah arus kas yang diharapkan.

2. Kegagalan keuangan (financial distressed)

Mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian

kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability

(31)

terkena financial distress. Kegagalan keuangan dapat juga diartikan

sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar

saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu insolvensi

teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis

yaitu perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo. Sedangkan insolvensi dalam pengertian

kebangkrutan yaitu kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai

kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang

dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai

dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah

jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan yang berwenang,

baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih

krediturnya. Adnan dan Kurniasih (2000) menyatakan bahwa kebangkrutan suatu

perusahaan ditandai dengan kesulitan keuangan yaitu keadaan dimana perusahan

lemah dalam menghasilkan laba atau perusahaan cenderung mengalami defisit.

Kebangkrutan juga sering disebut likuiditas perusahaan atau penutupan

perusahaan atau insolvabilitas.

Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang

ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu

tidak solvabel (utang lebih besar dibandingkan dengan aset). Pada kondisi tersebut

perusahaan praktis dapat dikatakan sudah bangkrut (Hanafi, 2011). Perusahaan

(32)

kewajibannya pada kreditur. Sehingga diperlukan analisis prediksi kebangkrutan

untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya di tahun

berikutnya (Kartikasari dkk, 2014). Seperti yang dinyatakan Hanafi (2011) bahwa

kebangkrutan merupakan persoalan yang serius, dan memakan biaya, maka

apabila ada early warning system yang dapat mendeteksi potensi kebangkrutan

sejak awal, manajemen akan sangat terbantu. Manajemen dapat melakukan

perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini mungkin untuk menghindari

kebangkrutan.

Kebangkrutan disimpulkan sebagai suatu situasi atau keadaan dimana perusahaan

tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena

perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan

atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh

perusahaan yaitu keuntungan tidak tercapai atau tidak terpenuhi. Pada situasi itu,

perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Jika tidak diselesaikan dengan

benar, kesulitan kecil dapat berkembang menjadi lebih besar dan akan sampai

pada kebangkrutan.

2.1.2 Penyebab Kebangkrutan

Darsono dan Ashari (2005) dalam Kartikasari dkk (2014) mendeskripsikan bahwa

secara garis besar penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal

dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau

(33)

dkk (2014) pun menjelaskan beberapa faktor internal yang dapat menyebabkan

kebangkrutan perusahaan diantaranya:

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus

menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat

membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh

pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian

manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang

piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan

biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan dapat

menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan

karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak

menghasilkan pendapatan.

3. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan dapat mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan

ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya

membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini dapat berbentuk manajemen

yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang

saham atau investor.

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mengakibatkan kebangkrutan

(Darsono dan Ashari, 2005 dalam Kartikasari dkk, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

(34)

hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan

dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karenasuppliertidak dapat memasok lagi kebutuhan

bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantispasi hal

tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier

dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok

sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitur tidak

melakukan kecurangan dalam mengembalikan hutang. Terlalu banyak

piutang yang diberikan pada debitur dengan jangka waktu pengembalian

yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva yang menganggur yang

tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang

besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan

harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitur supaya

dapat melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan debitur juga dapat berakibat fatal

terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Seperti tertera dalam

Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, kreditur dapat memailitkan perusahaan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus dapat mengelola hutangnya

dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditur.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki diri seperti selalu memperbaiki produk yang dihasilkan,

memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan sehingga dapat

(35)

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh

perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan

negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi

oleh perusahaan.

2.1.3 Indikator-Indikator Prediksi Kebangkrutan

Sebelum terjadi kebangkrutan, biasanya muncul berbagai indikator yang dapat

dilihat khususnya terkait dengan efektivitas operasi. Indikator-indikator tersebut

digunakan untuk melihat tanda-tanda akan munculnya kegagalan (kebangkrutan).

Menurut Teng (2002) dalam Wakhidah dkk (2014) indikator-indikator tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Profitabilitas yang negatif atau menurun. Barometer suatu perusahan yang

rapuh dapat ditunjukkan dengan profitabilitas negatif atau menurun.

2. Merosotnya posisi pasar. Kemerosotan posisi pasar dapat dilihat melalui

hilangnya pangsa pasar bagi perusahaan, menurunnya jumlah distributor.

3. Posisi kas yang buruk atau negatif/ketidakmampuan melunasi

kewajiban-kewajiban kas.

4. Tingginya perputaran karyawan atau rendahnya moral.

5. Penurunan volume penjualan, karena adanya perubahan selera atau

permintaan konsumen.

6. Ketergantungan terhadap utang, bagi perusahaan yang mengandalkan

kegiatan operasinya maupun investasinya berdasarkan sumber pinjaman,

akan mendapat kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya.

(36)

8. Penurunan nilai penjualan, dapat terjadi karena turunnya market share

yang diikuti dengan kenaikan tarif relatif harga jual yang mungkin

dipengaruhi oleh tingkat inflasi.

2.1.4 Manfaat Informasi Kebangkrutan

Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak yang

berkepentingan tentang kinerja keuangan perusahaan. Semakin awal tanda

kebangkrutan diketahui, tentunya semakin baik bagi perusahaan. Dengan itu

perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan dan membuat strategi untuk

menghadapi jika kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi pada perusahaan.

Menurut Hanafi dan Abdul (2009) informasi prediksi kebangkrutan sangat

bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1. Pemberi pinjaman

Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan

siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk

kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan

tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan

bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.

Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model

prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal

(37)

3. Pihak pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung

jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai

kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya

tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu

usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern

(kelangsungan hidup) suatu perusahaan.

5. Manajemen

Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah

preventif (pencegahan) sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau

dapat diminimilisir.

2.2Delisting

Delisting adalah penghapusan pencatatan dari daftar saham di bursa yang

dikarenakan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan di bursa tersebut. Pada saat

perusahaan melakukan go private, hal tersebut pada umumnya diikuti dengan

tindakan delisting oleh bursa. Delisting disebut juga perpindahan

perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak

mematuhi aturan-aturan yang berlaku atau keadaan keuangannya jauh dibawah

standar yang berlaku secara umum (Hermuningsih, 2012). Menurut Darmadji dan

Hendy (2011) delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat

(38)

bursa atau yang dikenal dengan istilah relisting.Bursa Efek Indonesia mengatur

ketentuan mengenai delisting dan relisting melalui Peraturan Nomor I-I tentang

Penghapusan Pencatatan (delisting) dan Pencatatan Kembali (relisting) Saham di

Bursa yang mulai efektif berlaku sejak tanggal 19 Juli 2004.

Hermuningsih (2012) menjelaskan bahwa pada dasarnya delisting merupakan

akibat dari wanprestasinya emiten atau tidak dipenuhinya isi, syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan dalam perjanjian atau kontrak yang dibuat dan diwajibkan

oleh bursa efek. Delisting merupakan tindakan yang membawa akibat hukum

dengan tidak memperbolehkan efek emiten yang bersangkutan diperdagangkan

lagi di bursa. Hukuman dalam bentuk delisting tersebut yang dijatuhkan oleh

otoritas bursa hanya akan diambil oleh bursa efek, setelah memperhatikan dan

mempertimbangkan ketidakmampuan dari emiten sebagai perseroan untuk

memenuhi kriteria yang dapat menyebabkan terjadinya delisting. Penghapusan

pencatatan saham perusahaan tercatat dari daftar efek yang tercatat di bursa dapat

terjadi karena:

a. Permohonan penghapusan pencatatan saham yang diajukan oleh

perusahaan tercatat sendiri, yang biasanya disebutvoluntary delisting.

b. Dihapus pencatatannya oleh bursa sesuai dengan ketentuan bursa karena

tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa, yang bisanya

disebut denganforced delisting.

Hermuningsih (2012) juga menjelaskan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan

terjadinyadelistingpada perusahaan di bursa dapat berbeda-beda antara satu bursa

(39)

minimum, nilai kapitalisasi pasar dibawah minimum, dimana nilai kapitalisasi

merupakan total nilai dari harga pasar saham dikali seluruh jumlah saham yang

beredar, kemudiannett incomedibawah minimum serta kepailitan perusahaan.

2.2.1 KriteriaDelisting

Ahmad (1996) menjelaskan beberapa kriteria delisting yang telah diatur dalam

Keputusan Direksi PT BEJ No.Kep.01/BEJ/1992, tanggal 17 Februari 1992, yaitu:

a. Delisting dapat dilakukan baik atas permohonan emiten maupun

diputuskan oleh bursa. Dalam hal delistingdiputuskan oleh bursa, terlebih

dahulu wajib mendengar pendapat dari Komisi Pencatatan Efek.

b. Delisting atas permohonan emiten hanya dapat dilaksanakan apabila hal

tersebut telah diputuskan oleh RUPS dan emiten yang bersangkutan telah

menyelesaikan semua kewajibannya terhadap bursa.

c. Delisting atas permohonan emiten diajukan dua bulan sebelum tanggal

delisting diberlakukan dengan mengemukakan alasannya serta

melampirkan berita secara RUPS sebagaimana dimaksud pada poin diatas.

d. Dalam hal permohonan delisting dipenuhi, berupa wajib mengumumkan

rencana delisting tersebut sekurang-kurangnya 30 hari sebelum tanggal

delistingdiberlakukan.

e. Emiten yang efeknya tercatat di bursa yang mengalami salah satu kondisi

tersebut di bawah ini, dipertimbangkan untuk dikenakandelisting:

1. Selama tiga tahun berturut-turut menderita rugi atau terdapat

selisih rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca

(40)

2. Selama tiga tahun berturut-turut tidak membayar dividen tunai

(untuk saham). Melakukan tiga kali cidera janji (untuk obligasi).

3. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar

rupiah).

4. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (perorang)

selama tiga bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan

emiten/Biro Administrasi Efek.

5. Selama enam bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi.

6. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

7. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar

modal pada umumnya.

8. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum

berdasarkan keputusan instansi yang berwenang.

9. Emiten dilikuidasi karena merger, penggabungan, bangkrut,

dibubarkan (reksadana) atau alasan lainnya.

10. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan.

11. Emiten menghadapi gugatan/perkara/peristiwa yang secara

material mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup

perusahaan.

12. Khusus untuk emiten reksadana, nilai kekayaan bersih (net asset

value) turun menjdai kurang dari 50% dari nilai perdana yang

(41)

2.2.2 ProsedurDelisting

Ahmad (1996) menjelaskan pula beberapa prosedur delisting yang telah diatur

dalam Keputusan Direksi PT BEJ No.Kep.01/BEJ/1992, tanggal 17 Februari

1992, yaitu:

a. Kemungkinan delisting disampaikan secara tertulis oleh bursa kepada

emiten dengan menjelaskan kriteria yang menjadi dasar pertimbangan.

Tembusan surat pemberitahuan disampaikan kepada Ketua Bapepam oleh

Komite Pencatatan Efek.

b. Pemberitahuan sebagaimana maksud pada poin pertama diatas juga

menjelaskan bahwa emiten berhak meminta diselenggarakannya dengar

pendapat sebelum keputusandelistingdiambil oleh bursa.

c. Permintaan dengar pendapat dari emiten disampaikan kepada bursa

selambat-lambatnya sepuluh hari bursa setelah diterimanya pemberitahuan

sebagaimana dimaksud pada poin pertama dan kedua diatas. Tembusan

surat disampaikan kepada Ketua Bapepam dan Komite Pencatatan Efek.

d. Bursa menetapkan waktu dan acara dengar pendapat. Acara dan waktu

yang telah ditetapkan disampaikan secara tertulis kepada emiten

selambat-lambatnya sepuluh hari bursa sebelum dengar pendapat dilaksanakan.

Tembusan surat disampaikan kepada Ketua Bapepam dan Komite

Pencatatan Efek.

e. Pada saat dengar pendapat, emiten maupun bursa dapat mengajukan bukti,

kesaksian dan argumentasinya masing-masing, kedua belah pihak dapat

mengajukan saksi, dan terhadap saksi dapat dilakukan pengujian silang.

(42)

f. Bursa wajib mengambil keputusan selambat-lambatnya lima hari bursa

setelah dengar pendapat.

g. Dalam hal emiten tidak mengajukan permintaan dengar pendapat, bursa

dapat langsung mengambil keputusan.

h. Keputusan bursa dapat berbentuk:

1. Mempertahankan pencatatan efek yang bersangkutan di bursa, atau

2. Menghentikan sementara (suspensi) perdagangan efek yang

bersangkutan di bursa; atau

3. Menghapus efek yang bersangkutan dari daftar efek yang tercatat

di bursa.

i. Dalam mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada poin f di atas,

bursa terlebih dahulu mendengar pertimbangan Komite Pencatatan Efek.

Dalam hal anggota Komite Pencatatan Efek mempunyai kepentingan baik

langsung maupun tidak langsung dalam emiten yang sedang

dipertimbangkan untuk dikenakan delisting, maka anggota komite yang

bersangkutan dilarang menggunakan haknya dalam pengambilan

keputusan pada kasus tersebut.

j. Keputusan sebagaimana dimaksud pada poin f di atas disampaikan secara

tertulis kepada emiten dengan tembusan kepada Ketua Bapepam dan

diumumkan di bursa pada hari bursa berikutnya.

k. Dalam hal suspensi, bursa menetapkan waktu berlakunya penghentian

(43)

l. Setelah masa suspensi berakhir, bursa dapat mengambil keputusan apakah

akan mempertahankan pencatatan saham yang bersangkutan atau

menghapusnya dari daftar efek yang tercatat di bursa.

m. Keputusan sebagaimana dimaksud poin l di atas disampaikan secara

tertulis kepada emiten dengan tembusan kepada Ketua Bapepam dan

diumumkan pada bursa hari berikutnya.

n. Emiten yang mengalami suspensi tetap untuk menyampaikan dan

mengumumkan laporan berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

o. Apabila suatu emiten dipertimbangkan untuk dikenakan delisting, maka

semua jenis efek emiten tersebut yang tercatat di bursa termasuk dalam

pertimbangan ini.

p. Emiten yang efeknya diputuskan untuk dikenakan delisting, mengajukan

keberatan kepada Ketua Bapepam dan keputusan Bapepam bersifat final.

2.3 Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan

keuangan perusahaan. Laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi

mengenai perusahaan, yang digabung dengan informasi lain, seperti informasi

industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen,

kemudian laporan keuangan diharapkan juga dapat memberikan gambaran yang

lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan (Hanafi dan Abdul, 2009).

Menurut Harahap (2006) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan

(44)

Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk

menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama

seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu

perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan.

Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam

proses pengambilan keputusan. Brigham dan Joel (2001) menjelaskan bahwa

laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu

maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Nilai ril dari laporan

keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu

memprediksi laba dan dividen masa depan.

2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Banyak sumber yang menjelaskan mengenai tujuan laporan keuangan. Menurut

SAK dalam Harahap (2006) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah

dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia

(1984) dalam Harahap (2006) tujuan laporan keuangan adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

(45)

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang

timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai

laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai

aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,

seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

2.4.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Terdapat tiga jenis laporan keuangan yang lazim digunakan (Hanafi dan Abdul,

2009) yaitu:

1. Neraca

Neraca meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal

tertentu. Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (aset), kewajiban

ekonomis (utang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Neraca

tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi

informasi tersebut dapat dilihat dengan mempelajari neraca digabung

dengan laporan keuangan yang lain. Secara lebih spesifik, neraca

(46)

perusahaan, fleksibilitas perusahaan, kemampuan operasional, dan

kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

2. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama

periode akuntansi tertentu. Sumbangan laporan laba rugi terhadap

penyampaian informasi akan meningkat apabila laporan laba rugi dapat

memberi informasi mengenai prestasi mengenai operasional perusahaan,

informasi ROI, biaya, feedbackterhadap evaluasi prediksi pendapatan dan

komponen-komponennya.

3. Laporan aliran kas

Laporan aliran kas dipakai untuk menganalisis aliran kas masuk dan keluar

perusahaan. Laporan aliran kas bertujuan untuk melihat efek kas dari

kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan selama

periode tertentu.

2.4.4 Pengguna Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan

masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para

penggunanya dalam dunia bisnis yang menghasilkan keuntungan. Berikut

beberapa pengguna laporan keuangan (Harahap, 2006):

1) Pemegang saham

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset,

utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Pemegang saham juga ingin melihat

(47)

waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya. Dari

informasi tersebut pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia

akan mempertahankan sahamnya, menjual, atau menambahnya. Semua

tergantung pada kesimpulan yang diambil dari informasi yang terdapat

dalam laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya.

2) Investor

Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi

investor, potensial melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan

diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.

3) Analis pasar modal

Analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan

posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli

sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan

kepada langganannya berupa investor baik individual maupun lembaga.

4) Manajer

Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya.

Seorang manajer selalu dihadapkan pada masalah yang memerlukan

keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat,

manajer harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan

perusahaan.

5) Karyawan dan serikat pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk

(48)

atau pindah. Karyawan juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan

supaya dapat menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.

6) Instansi pajak

Semua kewajiban pajak tergambar dalam laporan keuangan, dengan

demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai

dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak,

pemotongan pajak, dan juga untuk dasar penindakan.

7) Kreditur

Sama seperti pemegang saham investor, lender seperti bank, investment

fund, perusahaanleasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi

dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang

akan diberi pinjaman. Bagi perusahaan calon debitur laporan keuangan

dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan

untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.

8) Supplier

Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan dapat menjadi

informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas

kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang

dimiliki perusahaan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan

2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos

(49)

dan signifikan. Rasio ini akan menyederhanakan informasi yang menggambarkan

hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan

tersebut hubungan antara pos dapat dinilai secara cepat dan dapat

membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi

dan memberikan penilaian (Harahap, 2006).

Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan.

Menurut Wild dkk (2005) analisis rasio merupakan salah satu alat analisis

keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Analisis rasio dapat

mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam

menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari

masing-masing komponen yang membentuk rasio. Sartono (2001) menjelaskan

bahwa analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan

prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui

adanya kecenderungan periode tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan dengan

cara membandingkan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat

diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri. Penggunaan analisis rasio

keuangan ini sangat bervariasi dan tergantung oleh pihak yang memerlukan.

Hasil rasio keuangan akan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam

suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian

juga untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya

perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan juga dapat dijadikan

sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen

(50)

Hanafi (2011) menjelaskan beberapa jenis rasio keuangan yang sering digunakan:

1. Rasio likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendek. Ada beberapa rasio likuiditas yaitu rasio lancar dan rasio

quick.

2. Rasio aktivitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menggunakan asetnya

dengan efisien. Ada beberapa rasio aktivitas yang sering dipergunakan,

diantaranya rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran

aktiva tetap, dan perputaran total aktiva.

3. Rasio utang/leverage/solvabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi total

kewajibannya. Jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan yaitu rasio

utang terhadap total aset, rasio times interest earned, dan rasio fixed

charge coverage.

4. Rasio keuntungan/profitabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

(profitabilitas). Jenis rasio profitabilitas yang sering digunakan, yaitu

profit margin,Return On Assets(ROA), danReturn On Equity(ROE).

5. Rasio pasar

Rasio yang mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap nilai

bukunya. Ada beberapa rasio yang dapat dihitung yaitu PER (Price

(51)

2.4.2 Penggolongan Angka Rasio

Pada dasarnya jumlah angka rasio sangat banyak karena rasio dapat dibuat

menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Djahidin (1982) angka rasio pada

dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu berdasarkan sumber

data dan tujuan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio

digolongkan sebagai berikut:

1. Rasio neraca (balance sheet) yaitu semua rasio yang datanya diambil dari

neraca. Contohnyacurrent ratio, acid test ratio, working capital ratio.

2. Rasio laporan rugi laba (income statement) yaitu semua yang datanya

diambil dari laporan rugi laba. Contohnya gross profit margin, net

operating margin, operating ratio, dan sebagainya.

3. Rasio antar laporan (interstatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya

diambil dari neraca dan laporan rugi laba. Contohnya inventory turnover

(tingkat perputaran persediaan), account receivable turnover (tingkat

perputaran piutang),sales to inventory, sales to fixed assets, dan lain-lain.

Sedangkan berdasarkan tujuan analisa, Djahidin (1982) menjelaskan bahwa

sebagai penganalisa atas laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) pada

umumnya mempunyai tiga tujuan utama yaitu untuk mengetahui tingkat likuiditas

perusahaan, untuk mengetahui tingkat solvabilitas, untuk mengetahui kemampuan

perusahaan memperoleh laba (rentabilitas). Tujuan-tujuan tersebut berhubungan

dengan kemampuan penganalisa untuk menyajikan hasil analisanya kepada

pihak-pihak yang memerlukan data (informasi) tentang perusahaan yang bersangkutan,

sehingga pihak-pihak tersebut dapat mengambil keputusan tentang kebijaksanaan

(52)

2.4.3 Keterbatasan Rasio Keuangan

Dalam praktiknya rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan

yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, namun bukan

berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi

keuangan yang sesungguhnya (Kasmir, 2014). Beberapa keterbatasan analisis

rasio yang harus diketahui agar tidak salah dalam penggunaannya (Harahap,

2006):

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak

mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau

subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah

nilai perolehan bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan dapat berdampak pada angka

rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi dapat

ditetapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

(53)

5. Pada saat dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar

akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan

perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.

2.5 Model Prediksi Kebangkrutan

2.5.1 Model Altman

Menurut Wild dkk (2005) salah satu model kebangkrutan yang paling terkenal

adalah Altman Z-score. Altman Z-score menggunakan berbagai rasio untuk

menciptakan alat prediksi kebangkrutan. Altman Z-score menggunakan teknik

analisis diskriminan multipel (multiple discriminant analysis). Alat prediksi ini

menggolongkan atau memprediksi kemungkinan bangkrut atau tidak bangkrutnya

perusahaan dengan menggunakan lima jenis rasio keuangan. Lima rasio keuangan

yang digunakan yaitu modal kerja/total aset (X1), laba ditahan/total aset (X2), laba

sebelum bunga dan pajak/total aset (X3), nilai buku ekuitas/nilai buku total hutang

(X4), dan penjualan/total aset (X5). Dapat dilihat bahwa X1, X2, X3, X4, dan X5

masing-masing mencerminkan (1) likuiditas, (2) usia perusahaan dan profitabilitas

kumulatif, (3) profitabilitas, (4) struktur keuangan, dan (5) rasio perputaran

modal. Model Altman Z-scoredihitung sebagai berikut:

Z = 0,717 X1+ 0,847 X2+ 3,107 X3+ 0,42 X4+ 0,998 X5 ... 2.1

Sumber: Hanafi dan Abdul (2009)

Keterangan:

X1= Modal Kerja/Total Aset

(54)

X3= Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset

X4= Nilai Buku Ekuitas/Nilai Buku Total Hutang

X5= Penjualan/Total Aset

Altman (1968) menggunakan nilai cut offsebagai dasar pengambilan kesimpulan

bahwa perusahaan yang diteliti mengalami bangkrut atau tidak. Nilai cut off

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Skor Z < 1,20 : perusahaan diperkirakan akan mengalami

kebangkrutan tinggi.

2. Skor Z 1,20–2,90 : perusahaan diperkirakan sedang berada di posisi

grey area, dimana perusahaan harus melakukan

perbaikan yang berarti. Jika tidak perusahaan akan

rawan bangkrut.

3. Skor Z > 2,90 : perusahaan diperkirakan berada dalam kondisi

kebangkrutan yang rendah.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, model Altman menggunakan lima rasio

keuangan dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Kelima rasio

tersebut dijelaskan oleh Hanafi dan Abdul (2009) sebagai berikut:

a. Modal Kerja/Total Aset (X1)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio

ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva.

Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan

(55)

akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya

karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi

kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih

yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi

kewajibannya.

b. Laba Ditahan/Total Aset (X2)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang

tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba

ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak

dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

c. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset (X3)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.

d. Nilai Buku Ekuitas/Nilai Buku Total Hutang (X4)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban dari nilai buku ekuitas. Nilai buku ekuitas diperoleh

dari seluruh jumlah ekuitas. Nilai buku hutang diperoleh dengan

menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.

e. Penjualan/Total Aset (X5)

Rasio ini mencerminkan efisiensi atau kemampuan manajemen dalam

menggunakan atau mengelola keseluruhan aset perusahaan untuk

(56)

2.5.2 Model Zmijewski

Prihanthini dan Maria (2013) menjelaskan bahwa model Zmijewski merupakan

model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh asisten professor akuntansi

di State University of New York, Mark E. Zmijewski. Zmijewski menggunakan

analisis yang mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio

yang mengukur kinerja, leverage, dan likuiditas suatu perusahaan. Dalam

penelitiannya, sampel yang digunakan Zmijewski berjumlah 840 perusahaan,

terdiri dari 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 yang masih bertahan pada

saat itu. Data diperoleh dari Compustat Annual Industrial File dari tahun

1972-1978. Model yang dikembangkan Zmijewski adalah sebagai berikut:

X-score= -4.3–4.5 X1+ 5.7 X20.004 X3... 2.2

Sumber: Prihanthini dan Maria (2013)

Keterangan:

X1=Return On Assets(Laba Bersih/Total Aset)

X2=Leverage(Total Hutang/Total Aset)

X3= Likuiditas (Aset Lancar/Hutang Lancar)

Adapun nilaicut offmodel Zmijewski adalah 0. Jika perusahaan memperoleh skor

lebih dari 0 maka diprediksi mengalami kebangkrutan. Begitupun sebaliknya jika

skor lebih kecil dari 0 maka diprediksi perusahaan tidak mengalami kebangkrutan.

Kriteria penilaian dari model Zmijewski yaitu semakin rendah skor, maka

semakin sehat secara finansial perusahaan tersebut. Semakin tinggi skor, maka

(57)

kebangkrutan sehingga dalam analisis model Zmijewski jika bernilai negatif maka

perusahaan tersebut tidak berpotensi bangkrut.

Model Zmijewski menggunakan tiga rasio yang mengukur kinerja, leverage, dan

likuiditas suatu perusahaan. Berikut penjelasan mengenai rasio-rasio yang

digunakan oleh model Zmijewski dalam memprediksi kebangkrutan suatu

perusahaan (Prihanthini dan Maria, 2013).

a. ROA (X1)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur profitabilitas perusahaan.

Indeks atau angka perbandingan antara penghasilan bersih sebelum biaya

bunga dengan total aset. Dengan kata lain perbandingan antara laba

perusahaan terhadap asetnya.

b. Leverage(X2)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur likuiditas perusahaan

secara total. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dari hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

c. Likuiditas (X3)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur likuiditas perusahaan.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

(58)

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.MappingPenelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Gambar

Tabel 2.1. Mapping Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka pikir
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Tabel 3.2. Ringkasan Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Jika kelompok yang berada pada zona dengan tingkat militansi tinggi lebih besar pemanfaatannya dalam kegiatan politik dalam hal ini dalam Pilkada serentak nantinya maka

Selama periode penelitian ROA bank sampel penelitian juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan rata- rata tren sebesar 0,13 yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan

SKRIPSI ANALISIS INTERNAL DAN ANALISIS EKTERNAL DIAMANTINO DE JESUS... ADLN Perpustakaan

In this study we calculate the possible orientation of boron atom in CNT system, first orientation is boron include in carbon nanotube and second orientation is boron outside of

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata hasil belajar geografi yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan menggunakan media kartu

Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan tugas akhir yang berjudul “ Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Muatan PPKn Tema

Para pengusaha genteng press hendaknya bekerja sama dengan pemerintah agar mendapatkan informasi dalam membantu mengoptimalkan efisiensi usaha genteng pressnya serta