• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA (Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA (Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampung)

Oleh

RARA HAYUNITYAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSRACT

BACKGROUND AND PERCEPTION ELDERLY MAN IN WORK ( Studies in Rajabasa Village, District Rajabasa, Bandar Lampung )

By

RARA HAYUNITYAS

The problem in this study is what factors the background for the elderly working families as well as how perceptions of the elderly people in the village work Rajabasa, District Rajabasa, Bandar Lampung. The purpose of this study was to determine the factors of the background of older persons and to investigate perceptions Working Families Working against older persons. The method used is qualitative research, because this research is the process of discovering knowledge that reveals certain situations, especially in the elderly who are still working. Techniques of data collection consisted of interviews, documentary studies, and observation.

From the results of interviews with informants was concluded that the factors that background elderly man that needs work is the human factor elderly who feel they have been neglected and no longer cared for his children who are still able to meet the needs of parents, so that the man continued age would not want to have to keep working to fulfill the necessities of life. Economic factors for the elderly are at the family background of low economic conditions and lead to aging must keep working to help and meet their needs as well as their children. The practice works from youth who have skills such as shoe soles, so that the old people always want to continue to work, want to be independent, feel tired, do not want to beg, do not want dependency, do not want to bother her son to meet the needs of everyday life, but from the background behind the family can afford.

(3)

indicated the elderly make the family give a chance to work.

(4)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA

(Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)

Oleh

RARA HAYUNITYAS

Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja serta bagaimana persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja serta untuk mengetahui Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini merupakan proses menemukan pengetahuan yang mengungkap situasi tertentu khususnya pada manusia lanjut usia yang masih tetap bekerja. Tehnik pengumpulan data terdiri dari wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

(5)

Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja yaitu persepsi anak-anaknya bahwa tidak perduli pada orang tuanya bekerja, bentuk dukungan nyata dari keluarga adalah tidak bertanggung jawab keluarga/ bersikap acuh tak acuh, tidak memperdulikan lagi, tidak berusaha memberi fasilitas yang memadai untuk memudahkan manusia lanjut usia bekerja seperti tidak menyediakan tempat untuk bekerja, tidak mengantar jemput bekerja serta tidak memberi modal untuk bekerja serta persepsi keluarga terhadap lanjut usia bekerja yaitu persepsi perduli karena pada awalnya selalu melarang agar tidak lagi bekerja, tetapi melihat kemauan keras dan kemandirian yang ditunjukan manusia lanjut usia membuat keluarga memberi kesempatan untuk bekerja.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan tentang Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 8

1. Pengertian Manusia Lanjut Usia ... 8

2. Kategori Manusia Lanjut usia ... 11

3. Pengertian Bekerja ... 13

4. Pengertian Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 15

B.Tinjauan tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 17

1. Motivasi yang Tinggi ... 17

2. Kebutuhan Fisiologis ... 19

3. Kebutuhan Pengakuan ... 21

C.Tinjauan tentang Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 28

1. Pengertian Persepsi ... 28

2. Pengertian Keluarga ... 29

3. Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 30

D.Kerangka Pikir ... 32

III. METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35

B.Fokus Penelitian ... 36

C.Lokasi Penelitian ... 36

D.Penentuan Informan ... 37

E.Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Wawancara Mendalam ... 37

(10)

2. Penyajian data ... 40

3. Penarikan Kesimpulan ... 41

IV. GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Raja Basa ... 42

B. Demografi ... 43

1. Letak dan Luas Wilayah ... 43

2. Jumlah Penduduk ... 44

3. Etnis/Suku ... 45

4. Agama ... 45

5. Tingkat Pendidikan ... 46

6. Mata Pencarian ... 47

7. Kesehatan Penduduk ... 48

C. Infrastruktur ... 49

1. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ... 50

2. Kegiatan Kelompok Lansia ... 51

3. Bagan Struktur Aparat Kelurahan Raja Basa, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 53

1. Informan Pertama ... 53

2. Informan Kedua ... 55

3. Informan Ketiga ... 56

4. Informan Keempat ... 57

5. Informan Kelima ... 57

6. Informan Keenam ... 58

7. Informan Ketujuh ... 60

8. Informan Kedelapan ... 61

B. Pembahasan ... 62

1. Faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 64

a. Faktor Kebutuhan ... 64

b. Faktor Latar Ekonomi ... 68

c. Faktor Kebiasaan ... 69

2. Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 72

3. Kesimpulan dari Hasil Wawancara ... 80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(11)

Gambar Halaman

1.1. Kerangka Pikir ... 34 2.1. Bagan Struktur Aparat Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa,

(12)

Tabel Halaman

1.1. Tabel Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia, dari Tahun 1971-2015 ... 3

2.1. Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Golongan Umur ... 44

3.1 Tabel Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa ... 45

4.1. Tabel Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa ... 46

5.1. Tabel Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Mata Pencaharian ... 47

6.1. Tabel Infrastruktur ... 49

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Manusia Lanjut Usia Bekerja

1. Pengertian Manusia lanjut usia

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap terpelihara serta ditingkatkan selama kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 1992).

(14)

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Manusia lanjut usiadalam buku (Yeniar Indriana, 2012;3) " manusia lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas".

Seseorang akan menjadi orang yang lebih tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya di lihat dari batasan-batasan usia.

Batasan-batasan usia manusia lanjut usia, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun menurunnya.

Beberapa pendapat mengenai batasan usia sebagai berikut:

Batasan Usia menurut World Health Organization (WHO), yang dikutip oleh Badrussalih (2008), Manusia lanjut usiaMeliputi :

- Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun - Manusia lanjut usia(elderly), antara 60 sampai 74 tahun

- Manusia lanjut usiatua (old), antara 75 sampai 90 tahun - Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

Menurut Dra.Ny.Jos Masdani (Psikolog UI)

Manusia lanjut usiamerupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Fase Iuventus : antara 25 sampai 45 tahun 2. Fase Vertilitas : antara 40 sampai 50 tahun 3. Fase Prasenium : antara 55 sampai 65 tahun

(15)

Menurut Prof.Dr. Koesmanto Setyonegoro, Pengelompokan manusia lanjut usia sebagai berikut:

- Usia dewasa muda ( elderly adulhood ), yaitu usia 18 sampai 25 tahun - Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas, yaitu usia 25 sampai

60 atau 65 tahun

Manusia lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau 75 tahun yang dapat dibagi menjadi:

* Young Old : usia 70 sampai 75 tahun. * Old : usia 75 sampai 80 tahun.

* Very Old : usia lebih dari 80 tahun.

Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga yaitu :

- Usia Biologis; Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.

- Usia Psikologis; Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. - Usia Sosial; Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau

diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

(16)

2. Kategori Manusia lanjut usia

a. Manusia lanjut usia potensial

Manusia lanjut usia potensial adalah manusia lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Manusia lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah, mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, (Yeniar Indriana, 2012:3).

Manusia lanjut usia potensial berhubungan dengan adanya waktu luang yang mereka gunakan untuk bekerja mencari nafkah setelah memasuki masa pensiun, seorang manusia lanjut usiamempunyai banyak waktu luang, para manusia lanjut usiamengisi waktu luangnya dengan cara melakukan aktivitas yang berhubungan dengan minat atau hobi seperti bermain musik, melukis, berkebun, beternak, olahraga serta berdagang ikut membantu anaknya mencari uang, walaupun sebenarnya anak-anaknya masih mampu memenuhi kebutuhannya.

Waktu luang adalah sebuah aktivitas, terlepas dari kewajiban bekerja, dapat memperluas pengalaman, spontanitas dan partisipasi sosial serta melatih kapasitas nkreatifnya secara bebas. Waktu luang tersiri dari aktivitas yang mendatangkan kesenangan prisikologis dan menyediakan kesempatan untuk rekreasi, pertumbuhan pribadi dan melayani orang lain, (Yeniar Indriana, 2012:45).

(17)

Pada masa usia lanjut, waktu luang dapat menjadi kesempatan baru bagi pengembangan diri bila mengalami kesepian dan penurunan karier pekerjaan. Waktu luang dapat membantu manusia lanjut usia menyesuaikan diri kembali untuk perhatian baru pada aktivitas yang tidak dilakukan sebelumnya.

Tugas yang dihadapi manusia lanjut usia adalah penyesuaian diri terhadap realita-realita baru yang disebabkan peristiwa penuaan. Fungsi utama waktu luang di usia lanjut yaitu pencari sumber arti diri dan kesatuan sosial untuk menggantikan yang telah hilang.

Waktu luang bagi manusia lanjut usia diisi dengan kegiatan yang meliputi kreativitas, kesenangan pribadi, mengembangkan bakat dan martabat sosial. Penyesuaian diri yang tinggi dikaitkan dengan kegiatan yang tergolong mandiri, kreatif, menyenangkan, bersifat pertemanan atau pelayanan pada orang lain. Kegiatan sosial ataupun kegiatan fisik ini punya banyak efek positif pada kepuasan dan kesehatan.

Beberapa manusia lanjut usiamendapatkan kreativitas dan kepuasan artistic dari kegiatan waktu luang yang bermacam-macam, termasuk membaca, berkebun, jahit-menjahit, pekerjaan kayu, memainkan musik dan menonton televise, (Yeniar Indriana, 2012:51).

b. Manusia lanjut usia tidak potensial

(18)

orang lain. Manusia lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni panti werda yang berada di bawah naungan departemen sosial. Segala kebutuhannya menjadi tanggung jawab panti dan biasanya mereka tidak di sana sampai akhir hidupnya, (Yeniar Indriana, 2012:3).

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa manusia lanjut usiaadalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas di mana usia manusia lanjut usiaini adalah usia yang tidak produktif untuk bekerja lagi.

3. Pengertian Bekerja

Setiap individu pasti menginginkan untuk bekerja, baik itu secara teratur maupun tidak teratur. Setiap individu bekerja untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan.

(19)

Sedangkan menurut (Eva Elfenti Agustini, 1993:20), bahwa yang di maksud dengan bekerja adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang berupa pendapatan atau income dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga dengan pekerjaan tersebut dapat menemukan jati dirinya.

Menurut Oekley, Sahlins, dan White yang dikutip oleh Pudjiwati Sajogjo (1983: 301), bahwa kegiatan “kerja” dapat diartikan sebagai kegiatan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Para pelaku mengeluarkan energi

2) Para pelaku mempunyai sumbangan terhadap produksi dan jasa 3) Para pelaku mempunyai atau mendapatkan penghasilan dalam bentuk

uang atau natura

4) Para pelaku terjalin dalam interaksi sosial

5) Para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai nilai waktu.

Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan yang pasti dibutuhkan untuk seluruh kebutuhan manusia, tidak terkecuali lanjut usia. Untuk itu agar dapat memenuhi kebutuhannya manusia lanjut usialebih memilih tetap bekerja. Dengan bekerja manusia lanjut usia dapat lebih leluasa menggunakan pendapatannya tanpa harus bergantung pada anak dan keluarganya.

(20)

dilakukan tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mereka, agar dapat terpenuhinya kebutuhan hidupnya.

4. Pengertian Manusia Lanjut Usia Bekerja

Berdasarkan pengertian manusia lanjut usia dan bekerja, maka pengertian Manusia lanjut usia bekerja adalah seseorang yang usianya mencapai 60 tahun keatas ia masih mampu melakukan aktifitas/kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam buku Catatan Reflektif Antropologi Sosial budaya (Achmad Fedyani Sifuddin, 2011:120) menceritakan tentang The Elderly Boom yang berada di Jakarta Pusat di Kawasan Cempaka Putih, Bungur, Petojo, dan Rawasari. Seorang pengelola tempat penyaluran pembantu rumah tangga mengatakan bahwa semakin sedikit pembantu rumah tangga berusia muda, belasan hingga dua puluhan tahun. Akan tetapi, jumlah pembantu rumah tangga berusia tua semakin banyak. Pembantu rumah tangga yang berusia 50 tahun keatas semakin banyak pasca lebaran. Alasannya pembantu rumah tangga yang berusia muda lebih suka menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri, khususnya di Singapura, Malaysia, Brunei, dan sebagian negara Timur Tengah karena penghasilan yang lebih besar.

(21)

Kewajiban anak untuk menampung dan menunjang kehidupan orangtua yang manusia lanjut usia semakin berkurang karena tekanan hidup dan kemiskinan. Kondisi ini mendorong manusia lanjut usia untuk berupaya menghidupi diri sendiri, dan sebagian diantara mereka memanfaatkan peluang yang ditinggalkan pembantu rumah tangga berusia muda.

Yang menjadi persoalan bahwa sebagian cukup besar dari jumlahnya adalah berasal dari kalangan masyarakat miskin di pedesaan. Perubahan pedesaan menjadi perkotaan di Jawa mengakibatkan terjadinya pelemahan norma dan nilai keluarga dan kekerabatan sehingga manusia lanjut usia semakin sukar menggantungkan hidup secara ekonomi pada anak-anaknya yang pas-pasan taraf ekonominya.

Di sisi lain, pemerintah belum mampu menyediakan pelayanan bagi manusia lanjut usia secara memadai seperti memberikan tunjangan manusia lanjut usia, atau menyediakan rumah untuk manusia lanjut usia seperti ditemukan di negara-negara maju.

(22)

B. Tinjauan Mengenai Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja

Setiap manusia pasti memiliki motivasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya, baik itu remaja, dewasa serta manusia lanjut usia. Manusia lanjut usia juga memiliki motivasi yang tinggi dalam hal bekerja sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya serta untuk mengisi waktu kosongnya (kesepian), seperti yang telah di paparkan oleh Abraham Maslow (dalam Novia, 2012:1) bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, Kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dasar dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan pengakuan.

Berdasarkan penjelasan Abraham maslow (dalam Novia, 2012:1), dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja yaitu:

1. Motivasi Yang Tinggi

Secara umum motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu “Driving Force” yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).

(23)

terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states),

b. Tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior),

c. Tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

(24)

Oleh karena itu yang di maksud dengan motivasi tinggi yaitu seseorang yang memiliki energi aktif yang sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

2. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Pengertian kebutuhan menurut Siagian ialah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu

dalam diri seseorang. Bila suatu kebutuhan tidak terpuaskan, maka orang itu tidak bahagia. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpuaskan, maka semakin mendalam dan semakin sentral kebutuhan itu. Seseorang yang tidak bahagia akan melakukan satu dari dua hal yaitu mencari obyek yang akan memuaskan kebutuhan tersebut atau meniadakan hasratnya.

(25)

hiburan, dan rekreasi. Kebutuhan manusia akan barang dan jasa, dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Ini merupakan kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai tuntutan fisik.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi: (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya. (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olahraga, kesamaan hobi dan sebagainya. (4). Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya. (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya kebutuhan manusia di antaranya sebagai berikut:

(26)

b. Adanya pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi

c. Kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas sedangkan sumber daya untuk menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan manusia sifatnya terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat hidup secara layak dan segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan fisologis adalah kebutuhan seperti, makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari untuk mencapai kemakmuran.

3. Kebutuhan Pengakuan

Setiap orang menghendaki agar keberadaannya selalu diakui oleh orang lain. Oleh karena suatu hal, seseorang dianggap tidak ada dan bahkan tidak penting, maka yang bersangkutan akan tersinggung dan bahkan menjadi marah. Itulah sebabnya, mengakui seseorang baik itu anak kecil, dewasa terutama pada manusia lanjut usiayang usianya sudah tidak produktif dan lebih sensitive dalam hal apapun baik itu cara kita menyampaikan ucapan serta sikap kita terhadap manusia lanjut usiatersebut.

(27)

menjadi dua bagian yaitu: pertama adalah keinginan akan kemampuan, prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak menentukan pilihan sendiri. Dan kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan, perhatian dari orang lain, dan penghargaan.

Kemudian menurut (Maulana Malik Ibrahim. 2013:1-2), keinginan agar diakui itu ternyata juga tidak saja diperlukan bagi seseorang, tetapi juga oleh sekelompok orang terutama manusia lanjut usia, etnis, organisasi dan bahkan juga negara. Sekelompok orang, etnis, atau bahkan sebuah bangsa, manakala keberadaannya tidak diakui, mereka akan tersinggung dan merasa terhina.

Sedemikian penting pengakuan tersebut, sehingga setiap orang juga berjuang agar dirinya dianggap ada dan diakui. Agar menjadi diakui dan bahkan dihormati, maka setiap orang berusaha untuk meraih sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai tinggi. Oleh karena gelar akademik dianggap mendatangkan pengakuan dan penghormatan misalnya, maka banyak orang berusaha mencari gelar itu dengan berbagai caranya masing-masing.

(28)

amat penting bagi kebanyakan orang, kelompok, dan bahkan juga suatu bangsa.

Seringkali mendengar atau mengetahui betapa seseorang merasa tersinggung dan kemudian marah, hanya disebabkan oleh sesuatu yang sederhana, misalnya dalam suatu pertemuan, seseorang tidak diberi tempat duduk sebagaimana mestinya. Menyebut dan juga menempatkan seseorang dalam pertemuan tidak boleh keliru. Itulah sebabnya, dalam ceramah atau pidato, pembicara sebelum memulai ceramahnya menyebut nama-nama orang yang dianggap penting, lengkap dengan jabatannya masing-masing, sekalipun dengan cara itu hingga memerlukan waktu yang sangat panjang.

Masih terkait dengan cara agar diakui dan juga dihormati, seseorang sengaja mengenakan pakaian, simbol-simbol, baik terkait dengan jabatan, pangkat, penghargaan, dan lain-lain. Semua itu maksud sebenarnya adalah sederhana, agar keberadaan dirinya merasa diakui dan dihormati. Dalam pergaulan antar sesama, pengakuan dan penghormatan ternyata menjadi sesuatu yang amat penting, sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.

(29)

keberadaannya tidak memiliki arti apa-apa, maka akan bermental minder atau rendah diri.

Begitu pula dengan manusia lanjut usiayang membutuhkan pengakuan dirinya baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga, karena setiap orang membutuhkan keberadaan dirinya diakui, dan dianggap penting. Semua orang, disadari atau tidak, selalu memperjuangkan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, dengan manusia lanjut usiabekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau mengisi waktu luang pada keluarganya mempercayai atau dapat melakukan aktivitas tersebut.

Aktivitas bekerja tersebut dianggap sebagai pengakuan yang selama itu diperjuangkannya. Dan bukan sekedar akan mendapatkan penghasilan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Mereka merasa telah berhasil, bahwa dirinya diakui oleh orang lain. Oleh karena itu, setelah dirinya diakui maka secara profesional berusaha mengakui orang lain yang ada di sekitarnya.

(30)

Dari hasil wawancara terhadap informan penulis mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja yaitu:

1. Faktor kebutuhan

Pengertian kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha.Pada dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan.Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan. Seperti: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi /banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan).

(31)

latar belakang yang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia lanjut usia tersebut.

2. Faktor Ekonomi

Pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan mempergunakan segala perangkat fasilitas yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran.

Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.(sumber:http://pengertiandefinisi.blogspot.com/2011/10/ekon omi.html).

(32)

3. Faktor Kebiasaan

Pengertian kebiasaan adalah tindakan yang rutin dilakukan secara otomatis atau pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal. Untuk menjadi sukses, harus melakukan kebiasaan orang sukses. Untuk menjadi kaya, harus melakukan kebiasaan orang kaya. Untuk menjadi kreatif, harus melakukan kebiasaan orang kreatif. Dari pernyataan tersebut, sebuah kebiasaan akan membentuk karakter, image, ataupun julukan bagi si pelaku kebiasaan tersebut. Kebiasaan terbentuk di masa lalu dan akan selalu menjadi bagian hidup untuk saat ini maupun untuk masa depan. Kebiasaan membantu kita dalam proses hidup. Jika bukan karena kebiasaan, hidup bisa menjadi sangat sulit untuk dijalani.

(33)

setiap hari sampai menjadi kebiasaan. Maka hasilnya adalah sebuah kesuksesan yang otomatis akan raih.

(sumber:http://suksesitubebas.com/2012/10/21/pengertian-kebiasaan/)

Dari hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja adalah karena Faktor kebiasaan bekerja sejak muda yang mempunyai keahlian seperti sol sepatu, sehingga lansia selalu ingin terus bekerja, ingin mandiri, merasa jenuh, tidak mau mengemis, tidak mau berkegantungan, tidak mau merepotkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, padahal dari latar belakang anak-anaknya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup orsang tuanya.

C. Tinjauan Tentang Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia bekerja

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.

(34)

stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan.

(35)

Didalam bahasa Jawa Kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.

Sedangkan menurut (William J. Goode, 1991: 16) keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang bertanggungjawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan keluarga adalah beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu serta tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan.

3. Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja

Persepsi antar individu pastinya berbeda-beda walaupun dalam satu keluarga mengenai manusia lanjut usiabekerja dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari (Hanna, 2011: 10), yang membahas tentang persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usiabekerja.

(36)

Mayoritas persepsi anak dan istri mengenai pekerjaan manusia lanjut usiasangat mendukung. Pada awalnya anak dan istri kebanyakan melarang karena kelihatannya kesehatan manusia lanjut usiatidak sesuai lagi melakukan pekerjaan yang cukup menguras tenaga. Tetapi pada kenyataannya manusia lanjut usiamenunjukkan semangat dan kemauan yang keras untuk tetap bekerja, berusaha meyakinkan anak dan istri bahwa pekerjaan yang dikerjakannya masih sanggup dikerjakannya.

Selagi kondisi tetap mendukung manusia lanjut usiaakan terus bekerja. Larangan dari anak-anak dan istri dinilai sebagai wujud kasih sayang saja tidak ditanggapi sebagai paksaan. Manusia lanjut usiajuga menyadari kemampuan yang semakin terbatas.

Sebenarnya anak-anak dan keluarga manusia lanjut usiatersebut tidak ingin mereka dianggap sebagai keluarga yang tidak baik membiarkan orang tuanya menghabiskan waktu dengan bekerja keras. Anak-anak masih mampu merawat dan membiayai segala bentuk kebutuhan lanjut usia. Alasan manusia lanjut usiatetap bekerja sangat beraneka ragam, sebagian ada yang ingin menghabiskan waktu daripada dirumah, menopang ekonomi keluarga, dan tidak ingin merepotkan anak-anaknya.

(37)

Dari beberapa penjelasan, diatas penulis dapat simpulkan bahwa dalam bekerja manusia lanjut usia tidak perlu izin khusus dari keluarga. Keluarga memberi izin penuh bekerja karena melihat kemauan keras manusia lanjut usia untuk tetap bekerja dan kemandirian manusia lanjut usia masih sanggup bekerja. Karena ternyata dirinya masih berguna bagi keluarga. Manusia lanjut usia dengan segala kemampuannya berusaha menunjukan kemandiriannya. Walaupun tanpa bekerja sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka selalu mendapat bantuan dari anak-anak atau keluarga.

4. Kerangka Pikir

Setiap orang akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar memperoleh kesejahteraan. Bagi manusia lanjut usiabekerja adalah suatu kebutuhan hidupnya juga agar manusia lanjut usiadapat mengisi sisa hidupnya dengan kemandirian, walaupun sebenarnya bagi manusia lanjut usiauntuk bekerja extra berat, hal ini dilakukan karena dilatar belakangi oleh motivasi, kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan pengakuan, sehingga keluarga manusia lanjut usiapun akan berpendapat tentang hal ini.

(38)

rumah sendirian sedangkan anak-anaknya bekerja, sehingga manusia lanjut usiaberkeinginan atau memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja, disebabkan karena kesepian, hobi, mengisi waktu luang serta tidak mau bergantung pada orang lain atau anak-anaknya.

Sedangkan pada keluarga yang berada pada kondisi keluarga ekonomi rendah umumnya seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk memperoleh penghasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Karena anggota keluarga yang tidak bekerja akan menjadi beban bagi anggota keluarga yang lain. Maka anggapan ini secara tidak langsung telah menuntut manusia lanjut usiayang merupakan anggota keluarga untuk ikut berperan dalam menopang ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan yang kuat bagi manusia lanjut usia untuk bekerja.

Adapun faktor manusia lanjut usiabekerja yang dipaparkan oleh Maslow (dalam Novia) yang pertama adalah motivasi, manusia lanjut usiamemiliki motivasi yang tinggi dalam hal bekerja sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, kedua adalah kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal, dll. Sedangkan yang ketiga adalah kebutuhan pengakuan yaitu suatu pengakuan atau di akui keberadaan baik diri kita maupun orang lain kebutuhan pengakuan ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena setiap orang menghendaki agar keberadaannya selalu diakui oleh orang lain.

(39)

bagi manusia lanjut usia hanya ingin mendatangkan perasaan bahwa dirinya masih mampu melakukan sesuatu, memiliki penghasilan dan tidak menggantungkan diri pada oranglain. Keadaan ini mendatangkan kepuasan, harga diri dan percaya diri. Alasan ini menjadi kekuatan manusia lanjut usia untuk tetap bertahan dan mandiri. Manusia lanjut usia menunjukkan semangat dan kemauan yang keras untuk tetap bekerja, berusaha meyakinkan anak dan istri bahwa pekerjaan yang dikerjakannya masih sanggup dikerjakannya.

Untuk memperjelas alur pemikiran peneliti, maka akan dijabarkan dalam skema alur pemikiran berikut:

Kerangka Pikir :

1) Faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usiabekerja :

1. Motivasi yang tinggi. 2. Kebutuhan fisiologis.

Manusia lanjut

usia Bekerja

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu, penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial tertentu dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan dan wawancara mendalam analisis kasus dan analisis dokumen.

(41)

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus karena fokus penelitian dapat membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian.

Menurut Miles dan Hubermas (1992:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variable-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah. Kemudian Menurut Milles Mattew B dan A. Mickhael Huberman (1992:20) dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang tidak valid dan hadirnya data yang melimpah ruah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi Manusia lanjut usia Bekerja dan Mengetahui Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja.

C. Lokasi Penelitian

(42)

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman terkait latar belakang penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal (Moloeng, 1989:132).

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Dalam memilih informan dalam penelitian ini yaitu pada manusia lanjut usia yang bekerja berkisar umur 60 tahun keatas di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Sehubungan Informan terbatas di Kelurahan Rajabasa dan penulis masih membutuhkan informan yang belum cukup, sehingga penulis menambahkan informan di luar dari lokasi penelitian. Guna untuk mendapatkan informan yang berbeda-beda profesi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antara alat pengumpul data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

(43)

langsung untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Digunakannya wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian.

Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis terkait permasalahan yang dikemukan dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaanya, wawancara tersebut dilakukan dengan cara berbincang-bincang sehingga tidak terkesan kaku dan tidak menimbulkan keengganan informan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Wawancara dilakukan di sekitar lokasi tempat manusia lanjut usia sedang melakukan aktivitasnya di Kelurahan Rajabasa, dilakukan pada pagi hingga sore hari. Hal ini dikarenakan para manusia lanjut usia yang bekerja, mulai dari pagi sampai sore hari.

2. Observasi

(44)

3. Studi Dokumentasi dan Studi Pustaka

Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik ini peneliti mendapatkan data-data menyangkut tentang manusia lanjut usia bekerja dan persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja.

F. Teknik Analisa Data

(45)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Data yang akan direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, data yang diperoleh kemudian dipilih dalam arti menemukan derajat relevansinya. Lalu mengklasifikasikan data atas dasar tema untuk merekomendasikan data tambahan.

2. Penyajian Data

(46)

3. Penarikan kesimpulan

Penarik kesimpulan adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikas selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan

(47)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kelurahan Rajabasa

Kelurahan Rajabasa adalah salah satu desa yang sejak tahun 1992 menjadi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah tingkat II Bandar Lampung dan sesuai dengan perda yang baru yaitu no. 4 tahun 20001 tentang pembentukan penghapusan dan penggabungan masuk dalam Kecamatan Rajabasa yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Rajabasa, Kelurahan Rajabasa Raya, Kelurahan Rajabasa Jaya, Dan Kelurahan Gedung Meneng.

Kelurahan Rajabasa adalah desa asli yang sudah sejak zaman dahulu, penduduknya terdiri dari suku Padang, Palembang, Batak, Cina, Jawa, yang paling banyak / penduduk aslinya yaitu lampung. Pada tahun 1701 Desa Rajabasa sudah mempunyai pemerintahan suku dan penduduknya termasuk suku lampung abung yang bergabung dalam marga “sinar siwo migo”.

(48)

Kecamatan Rajabasa.

(Sumber: Wawancara Sekertaris Lurah Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung).

B. Demografi

1. Letak Dan Luas Wilayah

Kelurahan Rajabasa adalah salah satu dari 4 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Rajabasa. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Rajabasa Nyunyai, sebelah selatan berbatasan dengan Rajabasa Raya, sebelah timur berbatasn dengan Gedung Meneng dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Natar/ Hajimena. Keseluruhan luas wilayah Kelurahan Raja Basa adalah 359 Hektar, luas wilayah tersebut terbagi-bagi menjadi wilayah pemukiman penduduk, kuburan, perum, perkantoran, pertokoan/ perdagangan, empang, sawah, tanah tegalan, sawah ladang, jalan. Kelurahann Raja Basa memiliki II lingkungan. Lingkungan I memiliki 28 RT, Lingkumgan II memiliki 16 RT .

Berikut adalah rincian luas lahan Kelurahan Rajabasa : 1. Luas Pemukiman : 153 Ha/M2 2. Luas Kuburan : 1,5 Ha/M2

3. Luas Perum : 5 Ha/M2

4. Luas Perkantoran : 23 Ha/M2 5. Luas Pertokoan/ Perdagangan : 5 Ha/M2

6. Luas Empang : 4 Ha/M2

7. Luas Sawah : 2,5 Ha/M2

8. Luas Tanah Tegalan : 2 Ha/M2 9. Luas Sawah Ladang : 30,5 Ha/M2 10.Luas Jalan : 153 Ha/m2

Total luas : 359 Ha/m2

(49)

berdasarkan orbitase atau jarak desa atau kelurahan dari pusat pemerintah. Maka keberadaan kelurahan rajabasa ± 1 km Jarak dari pusat pemerintah kecamatan, jarak kelurahan rajabasa dari pusat ibu kota Kotamadya Bandar Lampung yaitu ±4 km, dan jarak Kelurahan Rajabasa dari pusat Ibu Kota Provinsi yaitu ±6 km. (sumber: Data Demografi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun 2012).

[image:49.595.150.456.321.466.2]

2. Jumlah Penduduk

Tabel 2. 1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Golongan Umur No Golongan

Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 Tahun 82 81 163

2 5-6 Tahun 94 91 185

3 7-13 Tahun 216 226 442

4 14-16 Tahun 605 777 1382

5 17-24 Tahun 243 160 403

6 25-54 Tahun 475 699 1164

7 55 Tahun 101 88 189

Jumlah 1816 2112 3928

Sumber: Data Monografi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun 2012).

Penduduk merupakan mereka yang tinggal di suatu daerah tertentu, dengan adanya aturan-aturan yang berlaku, dan dipimpin oleh pemimpin yang terstruktur. Kelurahan Rajabasa memiliki jumlah penduduk yaitu 3.928 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 1.816 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 2.112 jiwa, jumlah penduduk Lansia berjumlah 189 dengan jumlah kepala keluarga (KK) yaitu 7.35 KK.

(50)

Masyarakat Kelurahan Rjabasa terdiri dari beragam etnis/suku bangsa yang terdiri dari Etnis Batak, Padang, Sunda, Jawa, Semendo, China, Palembang, dan mayoritas penduduk asli kelurahan rajabasa adalah Lampung. Walaupun terdiri dari beragam etnis tetapi masyarakat selalu hidup rukun dan damai, dan bahkan masyarakat yang etnisnya jawa, Palembang, dll. Bisa berbahasa Lampung karena sudah lama hidup di lingkungan Lampung. Ini menandakan bahwa masyarakat tidak saling memarjinalkan atau menganggap satu etnis lebih dibandingkan dengan etnis lainnya. Bagi mereka bersama-sama bertahan hidup dengan prinsip senasip dan sepenanggungan yang rukun dan sejahtera merupakan hal yang paling penting yang harus diupayakan bersama, dan tidak ada yang fanatik terhadap satu etnis dengan etnis lainya. (sumber: Data Demografi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun 2012).

4. Agama

Tabel 3. 1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Agama Dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa

No Agama Yang Dianut Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Islam 1960 1853 3813

2 Kristen 37 57 94

3 Katolik 3 4 7

4 Hindu 8 6 14

[image:50.595.149.503.581.688.2]
(51)

Kristen, Katolik, Hindu, sebagian besar masyarakat kelurahan rajabasa adalah beragama Islam. Kehidupan beragama terlihat dari berdirinya 5 masjid dan 6 mushola di lingkungan kelurahan rajabasa, adanya kegiatan Taman Pendidikan Alquran (TPA) bagi anak-anak usia SD, yasinan bapak-bapak yang diadakan seminggu sekali yaitu pada saat malam jumat, serta pengajian ibu-ibu yang diadakan setiap hari senin.

Untuk masyarakat Kristen, Katolik, Hindu, mereka beribadah di daerah atau kelurahan lain sebab di Kelurahan Rajabasa tidak terdapat/ tidak memiliki tempat untuk peribadan umat agama lain, selain agama Islam yaitu terdapat 5 masjid dan 6 langgar. Keluarga agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha telah menyatu dengan kehidupan masyarakat yang mayoritas beragama islam dan tidak ada saling fitnah, mereka saling berkunjung satu sama lain jika ada perayaan hari besar.

5. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.1 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan Rajabasa Kecamatan Rajabasa

No Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 TK 84 98 182

2 SD 426 525 951

3 SMP 276 383 659

4 SMA 753 773 1526

5 SARJANA 87 77 164

[image:51.595.148.508.563.691.2]
(52)

pendidikan masyarakat kelurahahn rajabasa adalah untuk tamatan TK berjumlah 182 orang, untuk tamatan SD berjumlah 951 orang, untuk tamatan SMP berjumlah 659 orang, untuk tamatan SMA berjumlah 1526 orang, dan untuk tamatan S-1 berjumlah 164 orang. Dari data yang telah di paparkan terlihat perbandingan yang sangat menonjol antara tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan S-1.

[image:52.595.149.493.306.523.2]

6. Mata Pencarian

Tabel 5.1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Mata Pencarian No Jenis Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pegawai Negeri/Sipil 31 29 60

2 Tni/Polri 11 - 11

3 Dagang 142 191 333

4 Petani 12 4 16

5 Tukang 35 - 35

6 Buruh 507 254 761

7 Pensiun 9 9 18

8 Lain-Lain 202 46 248

Jumlah 949 533 1482

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun 2012).

(53)

menandakan bahwa mayoritas mata pencarian penduduk kelurahan rajabasa adalah sebagai buruh.

7. Kesehatan Penduduk

Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia karena berhubungan langsung dengan aktifitas yang produktif atau dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan masyarakat rajabasa, menjaga kesehatan merupakan jantung dari setiap aktifitas yang selalu harus dijaga.

Dalam upaya mewujudkan kondisi sehat masyarakat kelurahan rajabasa telah melakukan kegiatan sederhana yang terjangkau baik secara keuangan maupun tenaga. Kebijakan jumat bersih yaitu membersihkan lingkungan Kelurahan Rajabasa serta lingkungan rumah dan sekitarnya secara bersama-sama oleh setiap masyarakat merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman bagi masyarakat.

(54)

Infrastruktur di Kelurahan rajabasa merupakan kekayan milik masyarakat dari jerih payah yang dibangun selama bertahun-tahun, yang berfungsi untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan baik untuk individu atau kelompok. Adapun infrastruktur di kelurahan keteguhan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 6.1 Infrastruktur Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung

Jenis infrastruktur Jumlah

A. Prasarana dan sarana transportasi 1. Prasarana transportasi darat a) Jalan kelurahan

- Panjang jalan aspal b) Jalan anatar kecamatan - Panjang jalan aspal c) Panjang jalan Negara - Panjang jalan aspal

4km 1km 1km B. Prasarana air bersih

- Jumlah sumur pompa - Jumlah sumur gali - Jumlah MCK

11 unit 1754 unit 4 unit C. Prasarana kesehatan

- Rumah sakit umum - Puskesmas

- Puskesmas pembantu - Poliklinik/ balai pengobatan - Apotik

- Posyandu - Toko obat

- Tempat dokter praktik

1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 13 unit 1 unit 1 unit 1 unit D. Prasarana pendidikan

- TPA - TK - SD/sederajat - SMP/sederajat - SMA/Sederajat 5 unit 3 unit 1 unit 1 unit 1 unit E. Prasarana peribadatan

- Jumalh masjid

- Jumlah langgar/ mushola

[image:54.595.132.478.298.739.2]
(55)

Lampung ini memiliki bentuk organisasi/ kegiatan yang masih aktif atau masih terlaksana sampai saat ini, yaitu:

1. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Mengacu kepada GBHN 1998, kualitas manusia sebagai sumber daya manusia (SDM) akan terus ditingkatkan. Keluarga dalam hal ini merupakan salah satu sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting dalam segala bidang pembangunan. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sukar diwujudkan tanpa perbaikan peningkatan kesejahteraan keluarga dan perlu kita sadari bahwa upaya peningkatan kesejahteraan keluarga merupakan upaya dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, harapannya dapat terciptanya keluarga yang sejahtera, mandiri, sehat dan dijiwai oleh Pancasila.

(56)
(57)

3. Bagan Struktur Aparat Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung Tahun 2012).

CAMAT

Sokrat Pringgogani, S.STP,MM.

LURAH

Aprian Rahman, BBA.

SEKERTARIS

M. Solig

KASIH PEMERINTAHAN

Linda, S. Sos.

KASIH PEMBANGUNAN

Yulianita, SE.

KASIH PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

(58)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, sesuai dengan yang

dijabarkan sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Faktor-faktor yang melatar belakangi lansia bekerja

a. Faktor kebutuhan yaitu lansia yang merasa dirinya sudah tidak diperhatikan dan tidak diperdulikan lagi tehadap anak-anaknya, sehingga lansia mau tidak mau harus tetap bekerja karena tidak ada yang memberi uang untuk terpenuhinya kebutuhan sehari-harinya serta istrinya. Padahal anak-anaknya sebenarnya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia lanjut usia tersebut.

b. Faktor ekonomi karena manusia lanjut usia berada pada latar belakang kondisi keluarga yang ekonominya rendah dan mengakibatkan manusia lanjut usia harus tetap bekerja untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta anaknya.

(59)

sehari-hari, padahal dari latar belakang anak-anaknya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup orsang tuanya.

2. Persepsi Keluarga Terhadap Lansia Bekerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa persepsi keluarga terhadap lansia bekerja, yaitu:

a. Persepsi keluarga terhadap lansia bekerja yaitu tidak perduli pada lansia

bekerja, bentuk dukungan nyata dari keluarga adalah tidak bertanggung

jawab/bersikap acuh tak acuh, tidak memperdulikan lagi, tidak berusaha

memberi fasilitas yang memadai untuk memudahkan manusia lanjut usia

bekerja seperti tidak menyediakan tempat untuk bekerja, tidak mengantar

jemput bekerja serta tidak memberi modal untuk bekerja.

b. Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja pada awalnya selalu melarang agar tidak lagi bekerja, tetapi melihat kemauan keras dan kemandirian yang ditunjukan manusia lanjut usia membuat keluarga memberi kesempatan untuk bekerja.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, sesuai dengan yang dijabarkan sebelumnya, maka penulis dapat memberi saran yang berkenaan dengan “Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Lansia Bekerja Dan Persepsi Keluarga Terhadap Lansia Bekerja”, yaitu:

(60)

kalau hanya mementikan bekerja untuk memenuhi kebutuhan tidak akan terpenuhi kebutuhan hidup, karena pada dasarnya manusia tidak akan merasa puas/cukup untuk terpenuhi kebutuhannya, jika tidak didasari dengan rasa bersyukur.

2. Kepada keluarga manusia lanjut usia, terutama anak-anaknya hendaknya bertanggung jawab dengan meningkatkan perhatian terhadap kondisi kesehatan manusia lanjut usia dan membalas budi, jasa-jasa, kebaikan orang tuanya yang telah mengurus dan membiayai dari kecil hingga sukses.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Eva Elfenti. 1993:19-20. Dalam skripsi Eva dengan judul Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga. FISIP Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Buchari, Alma. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta Bandung. Bandung.

Elly M. Setiadi & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana Prenanda Media Group. Jakarta.

Goode, William J. 2007. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara Jakarta (Anggota IKAPI): Jakarta.

Hanna Fitri&Basri. 2011: 10. Dalam Jurnal Hanna Ftri dan Basri Dengan Judul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Bekerja Di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.

Indriana, Yeniar. 2012. Grontologi & Progeria. Pustaka Pelajar. Masri, Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta.

Millies, Mathew dan M. Huberman.1992. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Putra. Bandung.

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(62)

Saparinah, dkk. 2002. Jurnal Perempuan Lansia. SMKG Desa Putera. Jakarta. SM, Lumbantobing. 2011. Kecerdasan Pada Lanjut Usia. FKUI Press. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Lanjut Usia. UGM Press. Yogyakarta.

Suharto, Edi. 2009. Pekerja Sosial di Dunia Industri. Bandung : PT Refika Aditama.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta .

Taufik, Abdullah. 1979. Agama, etos kerja dan Perkembangan Ekonomi. LP3ES. Jakarta.

Sumber Lain

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1.

Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 9 dan Pasal 10.

Data Lansia, http//BPS. Pusat 2012. di unduh pada tanggal 18 oktober 2013.

Delta Nopriadi. Pemberdayaan Pasien Lanjut Usia dengan Home Care melalui Optimalisasi Budaya Bangsa.

(63)

Achmad Sudrajad, M. Pd. 2011: 1. Kajian Teori Tentang Motivasi.

http://sukatnowonogiribelajar.blogspot.com/2012/04/kajian-teori-tentang-motivasi.html. di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Prawitasari. 1993. Lanjut Usia.

http://decungkringo.wordpress.com/tag/pengertian-usia-tua/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Marto. 2010. Tetap bekerja di usia senja.

http://cantik.me/tetap-bekerja-di-usia-senja/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Untuk Mereka yang Tak Pernah Lelah Berkarya Hingga Senja. 2013. http://snhadi.wordpress.com/tag/bekerja-di-usia-tua/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Usia Tua.http://randinidini.blogspot.com/2013/01/usia-tua-manula.html. di unduh pada tanggal 18 oktober 2013.

Batasan-batasan usia. http://bahantugas.blogspot.com/2009/10/batas-batas-lanjut-usia_16.html. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Konsep teori lansia. http://sofaners.wordpress.com/2013/03/30/konsep-teori-lansia/. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Pengertian kebutuhan. http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-kebutuhan.html. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

(64)

2013.

Pengertian persepsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi. di unduh pada tanggal 07 november 2013.

Pengertian bekerja. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191930-pengertian-bekerja/#ixzz2gT8n94fY. Di unduh pada tanggal 07 november 2013.

Maulana Malik Ibrahim. 2013. Kebutuhan terhadap pengakuan orang lain. http://www.uin.malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=4316:kebutuhan-terhadap-pengakuan-orang-lain&catid=25:artikel-imam-suprayogo. Diunduh pada tanggal 19 november 2013.

Wijaya, Aldilla Dharma. 2013:6. dalam Jurnal Perlindungan Hukum Bagi Lansia Terlantar Dalam Memperoleh Pelayanan Publik.

http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/jurnal-Aldilla-Dharma-Wijaya-0910113006.pdf. diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Memahami Pengertian Kebiasaan.

http://suksesitubebas.com/2012/10/21/pengertian-kebiasaan/. Diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Kebutuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan. diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Gambar

Tabel 2. 1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Golongan Umur
Tabel 3. 1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Agama Dan
Tabel 4.1 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan
Tabel 5.1 Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Mata Pencarian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Kuat Tekan Beton K- 250 Menggunakan Agregat

Pemanasan yang terjadi akibat kebakaran tidak merubah jenis tekstur tanah dan warna tanah.. Kerapatan lindak setelah kebakaran relatif

Antono Adhi Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana cara menentukan handphone terbaik dari tiga

Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar

Hasil dari penelitian menunjukkan, masih adanya kekurangan didalam sistem penjualan PT Trafoindo karena tidak adanya bagian Akuntansi yang menangani penerimaan kas dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan Bank Permata Syariah dengan yang diharapkan oleh nasabah dan

Universitas

untuk melakukan penelitian tentang “PENGARUH FAKTOR PERSONALITY TERHADAP KEAHLIAN END USER COMPUTING (Survey pada Karyawan dan Mahasiswa STMIK Sinar Nusantara