• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI SENYAWA TAURIN SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO (α) PYREN SECARA IN VIVO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI SENYAWA TAURIN SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO (α) PYREN SECARA IN VIVO"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI SENYAWA TAURIN SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO (α) PYREN SECARA IN VIVO

Oleh Agra Maysa

Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi tubuh hewan tingkat tinggi. Leukosit sebagai salah satu sel penyusun darah dapat mengalami kerusakan akibat paparan karsinogen sehingga terjadi leukemia. Taurin merupakan asam amino esensial yang digunakan secara klinis dalam pengobatan berbagai penyakit, diharapkan mampu bekerja dalam mereduksi sel-sel abnormal pada darah hewan uji.

(2)

Mencit pada kelompok perlakuan III, V, dan VI diinjeksi 0,5 mL benzo (α) pyren selama 10 hari pada jaringan subkutan hingga terbentuk nodul, kemudian diberi taurin selama 15 hari. Darah mencit kemudian diambil untuk dihitung jumlah leukosit dan eritrositnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA pada taraf uji α 5%, dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf α 5%.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa taurin efektif dalam mereduksi jumlah sel leukosit hingga kembali ke jumlah normal, yaitu sebesar 136% pada kelompok preventif dan 105% pada kelompok kuratif, serta mampu meningkatkan jumlah eritrosit pada mencit leukemia hingga kembali ke jumlah normal, yaitu sebesar 60% pada kelompok preventif dan 70% pada kelompok kuratif.

(3)

UJI SENYAWA TAURIN SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO (α) PYREN SECARA IN VIVO

Oleh AGRA MAYSA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

UJI SENYAWA TAURIN SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO (α) PYREN SECARA IN VIVO

(SKRIPSI)

Oleh AGRA MAYSA

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1. Struktur Benzo (α) pyren ... 15

2. Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) ... 18

3. Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ... 25

4. Gambar 4. Sampel Darah Mencit yang Akan Dihitung Jumlah Sel Leukosit dan Sel Eritrositnya ... 43

5. Gambar 5. Larutan Hayem ... 43

6. Gambar 6. Larutan Turk ... 44

7. Gambar 7. Mikroskop ... 45

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Uraian Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Pikir ... 5

F. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Darah ... 7

B. Leukosit ... 8

C. Kanker Darah (Leukemia) ... 10

D. Karsinogenesis ... 13

E. Benzo (α) pyren... 14

F. Taurin ... 15

G. Mencit (Mus musculus L.) ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Alat dan Bahan ... 19

C. Metode Penelitian ... 20

D. Pelaksanaan Penelitian ... 21

1. Persiapan Kandang ... 21

2. Persiapan Mencit ... 21

3. Persiapan Taurin ... 22

4. Induksi Karsinogenik ... 22

5. Analisis Sel Darah ... 22

5.1. Perhitungan Sel Darah Putih (Leukosit) ... 23

(7)

E. Parameter Penelitian ... 24

F. Analisis Data ... 24

G. Diagram Alir Penelitian ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Mencit yang Telah Diberi Perlakuan pada Masing-masing Kelompok ... 26

B. Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Mencit yang Telah Diberi Perlakuan pada Masing-masing Kelompok ... 28

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 41

Tabel 3-4 ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah sel leukosit mencit yang telah diberi perlakuan pada

masing-masing kelompok ... 27 Tabel 2. Jumlah sel eritrosit mencit yang telah diberi perlakuan pada

(9)
(10)
(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, 31 Mei 1991 dari pasangan Bapak Ahmad Roffi’i dan Ibu Tati Husniwati, sebagai anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 7 Pringsewu pada tahun 1997 dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2007 hingga 2010. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur tertulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U), Rohani Islam (ROIS) FMIPA, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas MIPA (BEM FMIPA), dan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

(12)

sepuluh besar tingkat provinsi. Selama menjadi mahasiswa, penulis menerima beasiswa BIDIK MISI selama delapan semester sejak tahun 2011 hingga 2015.

Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAND) Provinsi Lampung Lampung pada tahun 2014 dengan judul “Analisa Total Coliform Air Bersih di Salah Satu Rumah Sakit di Bandar

(13)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur kepada Allah swt atas rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”UJI SENYAWA TAURIN

SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP JUMLAH SEL-SEL LEUKOSIT DAN SEL-SEL ERITROSIT MENCIT (Mus musculus L.) YANG

DIINDUKSI BENZO (α)PYREN SECARA IN VIVO”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Ibu yang sangat penulis cintai, yang sungguh hanya Allah yang mampu membalas seluruh jasa dan kebaikan keduanya.

2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, ilmu pengetahuan, masukan, perhatian, serta motivasi kepada penulis selama masa kuliah dan selama proses pembuatan skripsi ini.

(14)

4. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed. selaku Pembahas yang telah memberi masukan, kritik, saran, bimbingan, motivasi, serta ilmu yang membangun kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini. 5. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampung Bapak Prof. Suharso, Ph.D.

6. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P. selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan, motivasi, saran, dukungan, arahan, perhatian, dan ilmu kepada penulis selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila atas ilmu pengetahuan,

wawasan, serta masukan yang membangun yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Jurusan Biologi.

8. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S. dan Ibu Dr. Rochmah Agustrina atas doa, nasihat, semangat, serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menimba ilmu di bangku kuliah.

9. Paman Karyani dan Bibi Rostiana Wati atas segala kasih sayang, dukungan, dan bantuan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan tinggi. Semoga Allah meridhai keduanya.

10. Sahabat-sahabat penulis: Cindy Moyna Clara L. A., Nopitasari, Dewi Okvita Sari, Aini Rahmalia, Ria Laila Husyanti, Kadek Ariani, dan Vista Noviana yang telah menemani, memberikan banyak bantuan, perhatian, serta motivasi kepada penulis selama masa kuliah.

(15)

12. Sepeda motor penulis, Blaze, yang selalu menemani penulis membelah jalanan Bandar Lampung – Pringsewu.

13. Keluarga besar Jurusan Biologi FMIPA Unila, kakak-kakak dan adik-adik tingkat penulis.

14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Semoga Allah swt. memberi balasan berupa kebaikan bagi semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi yang jauh dari kesempurnaan ini, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut plasma darah dan bagian padat yang berisi sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan

karbondioksida. Adapun leukosit berfungsi dalam melindungi tubuh dari infeksi (Pearce, 2002), serta berperan dalam pertahanan seluler dan humoral terhadap materi asing yang menyerang tubuh organisme (Effendi, 2003).

Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan mencerna mikroorganisme patogen maupun sisa-sisa dari sel tubuh yang telah mati. Secara normal, terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam setiap 1 μL darah manusia. Jumlah ini akan meningkat secara temporer saat

(17)

2

Leukosit, sebagaimana jaringan tubuh yang lain, juga bisa terinfeksi dan mengalami kerusakan akibat gangguan tertentu sehingga gennya mengalami mutasi yang menyebabkan penyakit bagi tubuh manusia dan hewan.

Kanker merupakan penyebab kematian yang menempati peringkat ke dua setelah penyakit jantung (American Cancer Society, 2010). Kanker dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor genetik, penyakit, dan hormon (Mosmann, 1993; Hanahan dan Weinberg, 2000). Kanker terjadi akibat hilangnya mekanisme kontrol sel yang menyebabkan tidak

normalnya pertumbuhan jaringan. Hilangnya mekanisme kontrol sel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah virus serta beberapa reaksi fisika dan kimia, termasuk paparan radikal bebas. Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya transformasi sel normal menjadi sel kanker. Selanjutnya, sel kanker tersebut akan membelah diri sehingga terbentuk sel-sel kanker lainnya (Syarif, 1995). Kanker dapat terjadi pada semua jaringan, termasuk pada jaringan darah yang disebut dengan leukemia.

(18)

3

Kanker pada umumnya disebabkan oleh paparan suatu karsinogen yang terjadi secara berulang kali dan aditif dengan dosis tertentu, meski tidak menutup kemungkinan dapat timbul dari karsinogen dosis tunggal (Archer, 1992). Benzo (α) pyren merupakan senyawa hidrokarbon polisiklik

aromatik yang digolongkan sebagai senyawa prokarsinogen kuat yang mampu merusak DNA dan menimbulkan mutasi gen-gen pengatur pertumbuhan. Larutan benzo (α) pyren tersebut akan disuntikkan kepada

hewan uji untuk menginduksi kanker (Yana, 2009).

Pengobatan untuk keganasan haematologi selama beberapa dekade terakhir di antaranya adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi (Baldy, 2006).

Taurin (2-aminoethane sulphonic acid) merupakan asam amino esensial bebas yang ditemukan melimpah pada jaringan hewan (Ismail, Suheryanto, Kustomo, dan Harsono, 2005). Taurin ditemukan melimpah di sitosol leukosit (Learn, Fried, dan Thomas, 1990). Beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa rendahnya level taurin pada tubuh berbagai spesies hewan berkaitan dengan timbulnya beragam penyakit patologis, seperti kardiomiopati, degenerasi retina, serta pertumbuhan yang terhambat.

Adapun peran metabolik taurin di antaranya adalah konjugasi asam empedu, detoksifikasi, stabilisasi membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar

(19)

4

epilepsi, alzheimer, gangguan hati, alkoholisme, dan fibrosis, dengan tingkat keberhasilan yang beragam (Birdsall, 1998). Dari latar belakang tersebut, taurin diharapkan mampu bekerja dalam mereduksi sel-sel kanker atau setidaknya bereaksi secara antagonis terhadap sel-sel kanker pada jaringan darah dengan mengujicobakannya pada hewan percobaan yang telah diinduksi zat karsinogen dengan parameter uji jumlah leukosit dan jumlah eritrosit hewan percobaan.

B. Uraian Masalah

Pengobatan leukemia tidak bisa dilakukan dengan operasi, sebab darah menyebar ke seluruh bagian tubuh. Kleinsmith (2006) menyatakan bahwa pengobatan dengan cara kemoterapi mampu menyembuhkan leukemia jenis tertentu, namun kebanyakan dari jenis obat yang digunakan akan bekerja dengan menghambat replikasi DNA, merusak DNA, atau menghalangi proses pembelahan sel, di mana hal tersebut akan berbahaya bagi proses pembelahan sel normal. Obat tersebut juga bersifat toksik bagi sumsum tulang dan saluran gastrointestinal. Selain itu, dosis obat yang dibutuhkan untuk membunuh sel-sel kanker akan memicu efek toksik yang besar.

(20)

5

Dengan beberapa pengecualian, pemberian taurin kepada manusia dan hewan bersifat aman meski diberikan dalam dosis tinggi (Birdsall, 1998). Masalah yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah apakah senyawa taurin mampu bekerja sebagai antikanker dalam mereduksi jumlah sel-sel darah abnormal sehingga mengembalikan jumlah sel-sel leukosit dan sel-sel eritrosit ke jumlah normal.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian taurin terhadap jumlah sel-sel leukosit dan sel-sel eritrosit pada mencit yang telah diinduksi benzo (α) pyren secara in vivo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu sebagai sumber informasi ilmiah bagi masyarakat mengenai kemampuan senyawa taurin yang berpotensi sebagai antikanker, terutama bagi penyakit leukemia, bila digunakan sebagai obat di kemudian hari.

E. Kerangka Pikir

(21)

6

Benzo (α) pyren yang merupakan zat karsinogen disuntikkan ke tubuh

hewan percobaan dengan dosis tertentu selama beberapa hari agar terjadi proses karsinogenesis hingga terbentuk kanker pada jaringan tubuhnya, termasuk pada jaringan darah.

Taurin merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh mamalia, namun jumlahnya kurang mencukupi untuk melawan kanker. Taurin memiliki peran metabolis dalam detoksifikasi, stabilisasi membran, dan osmoregulasi. Taurin telah banyak digunakan dalam berbagai jenis pengobatan terhadap beberapa penyakit. Taurin akan diberikan dari luar tubuh hewan secara in vivo dalam dosis bertingkat untuk mengetahui dosis yang paling efektif dan

diharapkan mampu bereaksi dalam mereduksi sel-sel kanker, atau setidaknya menghambat pertumbuhan sel-sel kanker pada darah. Efek taurin terhadap leukemia akan diketahui dengan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih hewan percobaan.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah senyawa taurin mampu mereduksi jumlah sel-sel darah abnormal pada darah mencit yang diinduksi benzo (α) pyren sehingga jumlah sel-sel leukosit dan sel-sel eritrosit

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah merupakan materi yang berperan dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Sekitar 90% komposisi plasma darah adalah air. Di dalam plasma terkandung ion-ion dan protein, serta sel-sel darah yang secara bersama-sama berfungsi dalam regulasi osmotik, transportasi, dan pertahanan tubuh.

Ion-ion dalam plasma berfungsi sebagai elektrolit, sebagai buffer bagi darah, mempertahankan keseimbangan osmotik dalam darah, serta berperan penting dalam aktifitas otot dan saraf. Adapun fungsi dari protein di dalam plasma adalah sebagai buffer melawan perubahan pH, membantu mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, serta

mempertahankan viskositas (kekentalan) darah. Protein-protein plasma tertentu memiliki fungsi tambahan, seperti immunoglobulin (antibodi) yang membantu dalam melawan virus dan agen asing lainnya yang menyerang tubuh. Protein plasma tertentu berperan saat proses penggumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam transpor O2 dan

(23)

8

kedua jenis sel tersebut, terdapat pula fragmen-fragmen sel yang terlibat dalam proses penggumpalan darah yang disebut trombosit (platelet).

Eritrosit merupakan sel-sel yang ditemukan paling banyak di dalam darah. Dalam satu mikroliter darah manusia terdapat 5-6 juta sel-sel darah merah, sehingga dalam 5 liter darah terkandung sekitar 25 triliun sel. Struktur eritrosit berkaitan erat dengan fungsinya dalam transpor oksigen. Eritrosit manusia berbentuk cakram kecil bikonkaf (tipis di bagian tengah), dengan diameter 7-8 μm. Dengan area permukaan yang luas, bentuk tersebut

meningkatkan laju difusi oksigen dalam melintasi membran plasma eritrosit. Pada eritrosit mamalia dewasa tidak terdapat nukleus, sehingga sel-sel berukuran kecil ini mampu menampung lebih banyak haemoglobin, yang merupakan protein pengikat oksigen dan mengandung zat besi (Campbell et al., 2010).

B. Leukosit

Leukosit atau sel darah putih merupakan sel yang berfungsi untuk memerangi infeksi. Sebagian dari sel-sel ini bersifat fagositik, yaitu memakan dan mencerna mikroorganisme patogen maupun sisa-sisa dari sel-sel tubuh yang telah mati. Secara normal, terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam setiap 1 μL darah manusia. Jumlah ini akan meningkat secara temporer saat

(24)

9

Effendi (2003) menyatakan bahwa leukosit merupakan sel yang memiliki inti serta granula spesifik (granulosit) yang berupa tetesan setengah cair dalam keadaan hidup dengan inti yang bervariasi. Pada leukosit yang tidak

memiliki granula, intinya berbentuk bulat atau ginjal, dengan sitoplasma yang homogen. Leukosit berperan dalam pertahanan selular dan humoral

organisme terhadap infeksi zat asing. Melalui proses diapedesis, leukosit mampu bergerak secara amoeboid. Dengan menerobos di antara celah sel-sel endotel, leukosit mampu bergerak meninggalkan dinding kapiler darah kemudian menembus jaringan penyambung. Pemeriksaan variasi fisiologi dan patologi darah memerlukan persentase dan jumlah absolut tiap-tiap jenis sel per unit volume darah.

Sebagian besar leukosit, yaitu granulosit, monosit, dan sedikit limfosit, di produksi di sumsum tulang. Sementara limfosit serta sel-sel plasma

diproduksi di jaringan limfe. Sel-sel yang telah terbentuk akan diangkut oleh darah untuk didistribusikan. Leukosit ditranspor ke bagian tubuh yang mengalami infeksi dan peradangan serius. Secara normal, terdapat enam macam leukosit di dalam darah, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Neutrofil, basofil dan eosinofil merupakan tipe sel polimorfonuklear, yang semuanya memiliki granula sehingga disebut granulosit. Berikut ini adalah persentasi dari jenis-jenis leukosit pada manusia dewasa:

(25)

10

Basofil 0,4 % Monosit 5,3 %

Limfosit 30,0 % (Guyton, 1997).

C. Kanker Darah (Leukemia)

Leukemia merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah abnormal (sel leukemik) yang menggantikan elemen sumsum tulang normal, yang merupakan penyakit keganasan pada jaringan haematopoietik. Adanya klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk haematopoietik

menimbulkan proliferasi yang tidak terkontrol. Sel-sel abnormal ini juga ditemukan pada darah perifer dan sering menyerang jaringan

retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar limfe (McKenzie, 1996 ; Launder, Lawnicki, dan Perkins, 2002 ; Wirawan, 2003).

Terdapat perbedaan yang signifikan antara sel kanker dengan sel normal. Sifat umum sel kanker menurut Hanahan dan Weinberg (2000) yaitu: 1. Pada sel kanker tidak terjadi apoptosis (program kematian sel). Pada

(26)

11

mengalami mutasi yang mendorong terjadinya proliferasi dan transformasi sel, sel-sel ini akan tetap hidup dan kehilangan kendali (Sofyan, 2000).

2. Sel kanker bersifat asosial, tidak mengenal komunikasi ekstraseluler. Sel kanker tidak menjalin koordinasi antar sel yang berfungsi untuk

menunjang fungsi masing-masing sel. Dalam melakukan proliferasi, sel kanker tidak bergantung pada rangsangan pertumbuhan dari luar karena sel ini mampu memproduksi faktor pertumbuhannya sendiri. Hal ini menyebabkan sel kanker tumbuh tanpa kendali.

3. Sel kanker bersifat invasif, mampu merusak jaringan lain, tumbuh subur dan bermetastasis di atas jaringan tersebut. Kanker akan semakin sulit disembuhkan jika jangkauan metastasis tumor semakin luas. Stadium metastasis inilah yang menyebabkan 90% kematian pada penderita kanker.

4. Sel kanker mampu melakukan neoangiogenesis, yaitu membentuk pembuluh darah baru untuk menyuplai kebutuhan nutrisinya. Hal ini menyebabkan terganggunya kestabilan jaringan tempat ia tumbuh

5. Dalam berproliferasi (memperbanyak diri), sel kanker mampu bereplikasi tanpa batas. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya mekanisme apoptosis dan kemampuannya dalam memenuhi sinyal pertumbuhan.

(27)

12

menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukimia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (Guyton dan Hall, 2007). Hoffbrand and Petit (1996) menyatakan bahwa adanya interaksi sejumlah faktor seperti neoplasia, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia, dan perubahan kromoson diduga sebagai penyebab penyebab kanker.

Pada sistem imunitas tubuh manusia, sel kanker akan dikenali sebagai zat asing (nonself) yang bersifat antigenik sehingga respon imun akan timbul baik secara seluler maupun humoral (Halim, 2001). Erlinger (2004) menyatakan bahwa respon leukosit secara humoral dan seluler ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan jumlah leukosit untuk mengatasi adanya zat asing yaitu sel kanker. Menurut Finlay dan McFadden (2006), sel tumor akan menunjukkan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal sehingga antigen tersebut akan muncul sebagai antigen asing yang menyebabkan sel imun menyerang sel tumor.

(28)

13

jarang berhasil. Kemoterapi dengan berbagai jenis obat merupakan pengobatan yang sering dilakukan terhadap leukemia (Kleinsmith, 2006).

Saat ini banyak sekali bahan alam yang digunakan sebagai obat alternatif untuk menanggulangi penyakit kanker. Beberapa publikasi menyebutkan bahwa zat anti kanker atau antineoplastik dapat pula menyebabkan mutasi. Dengan demikian zat kimia termasuk bahan alam yang dipakai sebagai obat antikanker juga dapat menyebabkan mutasi (Rustini dan Kosasih, 2002). Pengobatan bagi penyakit kanker yang umum dilakukan di antaranya adalah dengan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi (Apantaku, 2002). Hanya saja, untuk kasus sel kanker yang telah menyebar, pengobatan dengan

pembedahan tidak dapat dilakukan, sementara pengobatan dengan radiasi dan kemoterapi yang dapat memusnahkan seluruh kanker akan menimbulkan efek samping (Hawariah, 1998).

D. Karsinogenesis

Kanker pada umumnya disebabkan oleh paparan suatu karsinogen yang terjadi secara berulang kali dan aditif dengan dosis tertentu, meski tidak menutup kemungkinan dapat timbul dari karsinogen dosis tunggal (Archer, 1992). Induksi karsinogen baik dari jenis kimia, fisik, maupun biologis memerlukan waktu dari awal paparan karsinogen hingga kanker dapat terlihat secara klinis, yang disebut dengan periode laten (Hammond, 1975 ;

(29)

14

normal menjadi sel ganas (malignan) (Hanahan dan Weinberg, 2000). Zakaria (2001) menyatakan bahwa masuknya senyawa karsinogen yang kemudian berikatan dengan DNA mengawali proses karsinogenesis, di mana DNA akan mengalami mutasi dan masuk ke dalam tahap inisisasi.

Inisiasi ditandai dengan terjadinya perubahan spesifik pada DNA sel target, menyebabkan sel mengalami proliferasi abnormal. Sel yang berada pada tahap ini bisa saja kembali normal, namun pada tingkat lanjut bisa menjadi ganas. Tahap berikutnya disebut promosi, di mana terjadi pembelahan sel yang telah terinisiasi dan membentuk klon. Tahap ini dapat berlangsung cukup lama. Pada tahap selanjutnya, terjadi evolusi pada populasi sel klonal akibat perubahan genomik yang cepat. Evolusi ini dapat mengarah pada perkembangan malignansi (keganasan). Kemudian, kanker memasuki fase metastasis (Silalahi, 2006).

E. Benzo (α) pyren

Benzo (α) pyren merupakan senyawa prokarsinogen kuat yang mampu

merusak DNA serta menimbulkan mutasi pada gen-gen pengatur pertumbuhan seperti gen p53. Senyawa ini dihasilkan dari proses

pembakaran tak sempurna. Senyawa ini mampu menyebabkan mutasi gen, menyebabkan terjadinya kerusakan pada kromosom yang disebabkan oleh terjadinya aberasi atau patahan-patahan kromosom. Benzo (α) pyren

(30)

15

[image:30.595.152.349.155.269.2]

dari lima cincin polisiklik hidrokarbon aromatik berbentuk kristal kuning yang padat dan dapat larut dalam air (Yana, 2009).

Gambar 1. Struktur Benzo (α) pyren (Mugianton, 2010)

F. Taurin

Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) merupakan asam amino esensial yang ditemukan secara bebas ataupun dalam bentuk peptida sederhana, dan tidak terlibat dalam sintesis protein. Taurin ditemukan pertama kali oleh dua ilmuwan Jerman, yaitu Friedrich Tiedemann dan Leopold Gmelin, pada tahun 1827 dalam empedu sapi jantan. Pada tahun 1975, taurin diketahui sebagai salah satu nutrisi yang penting bagi manusia (Raiha, Rassin, Heinonen, dan Gaull, 1975). Birdsall (1998) menyatakan bahwa taurin memiliki peran penting dalam banyak fungsi fisiologis. Peran taurin yang paling dikenal adalah dalam konjugasi asam empedu, di mana sebenarnya masih sangat banyak peran taurin dalam tubuh manusia, yang di antaranya adalah dalam proses detoksifikasi, stabilisasi membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar kalsium seluler. Secara klinis, taurin telah banyak digunakan dalam

(31)

16

penyakit kardiovaskuler, epilepsi, kelainan pada hati (liver), alzheimer, dan fibrosis sistic. Taurin juga telah digunakan dalam terapi pada alkoholisme. Meskipun disebut sebagai asam amino, taurin tidaklah seperti asam amino lainnya. Molekul taurin mengandung gugus asam sulfonat, sedangkan pada molekul asam amino lainnya terdapat gugus asam karboksilat. Taurin juga tidak membentuk protein dan merupakan asam amino bebas yang ditemukan paling melimpah di banyak jaringan tubuh, seperti pada otot jantung, otot rangka, dan otak (Huxtable, 1992). Shin dan Linkswiler (1974) menyatakan bahwa di dalam tubuh, taurin disintesis dari metionin dan sistein.

Taurin diketahui mampu menetralisir asam hipoklorus yang merupakan substansi pengoksidasi yang kuat, sehingga mampu mengurangi kerusakan pada DNA yang disebabkan oleh senyawa amina aromatik in vitro

(Kozumbo, Agarwal, dan Koren, 1992). Struktur taurin yang mengandung gugus asam sulfonat menjadikan taurin mampu membentuk senyawa kloroamin yang relatif stabil, sehingga mampu bekerja sebagai antioksidan yang secara spesifik berfungsi menyamakan konsentrasi asam hipoklorus dan ion klorida, serta melindungi tubuh dari aldehida yang memiliki efek toksik potensial (Birdsall, 1998). Taurin telah diketahui mampu bekerja sebagai antioksidan (Cunningham, Tipton, dan Dixon, 1998). Penelitian

menunjukkan kemampuan taurin dalam mencegah luka bronkiolus akut pada hamster yang terinduksi NO2, dan mencegah luka pada paru-paru yang

(32)

17

membran dengan membantu terjadinya fluks kalium, natrium, kalsium, dan magnesium (Gordon et al., 1986). Melalui formasi taurokloramin, taurin mampu menghilangkan asam hipoklorat, yang merupakan oksidan kuat yang merusak DNA (Jerlich, Fritz, dan Kharrazi, 2000 ; Ogasawara, Nakamura, Koyama, Nemoto, dan Yoshida, 1994). Furst dan Kuhn (2000) menyatakan bahwa taurin juga mampu membantu proses detoksifikasi, yaitu dengan cara mengkonjugasi asam empedu sekunder, retinoid, dan xenobiotik tertentu, kemudian meningkatkan polaritas dan solubilitas ketiganya.

G. Mencit (Mus musculus)

Mengutip dari Lane-Petter (1976) dan Ungerer (1985), berikut ini adalah klasifikasi mencit.

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha Famili : Muridae Sub famili : Murinae

Genus : Mus

(33)

18

[image:33.595.137.401.220.393.2]

Setijono (1985) menulis bahwa mencit memiliki morfologi yang kecil, dengan panjang tubuh 75-100 milimeter, luas permukaan tubuh 36 cm2 dan berat sekitar 20 gram, sehingga dapat dipelihara dan digunakan dalam jumlah banyak.

Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Anonim, 2011)

(34)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Perhitungan jumlah sel leukosit dan sel eritrosit dilakukan di Laboratorium Patologi di Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

(35)

20

tutup glass counter, gunting, pipet tetes, plat tetes, pisau, haemositometer, dan kamera digital untuk dokumentasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor mencit (Mus musculus) jantan dari galur khusus yang berumur 5-7 minggu, pakan mencit

Par G, air mineral untuk minum mencit, oleum olivarum, benzo (α) pyren, aquadest, larutan Hayem (NaCl 1 g + Na2SO4 5 g + HgCl 20,5 g + aquadest 200 mL), larutan Turk (asam asetat 13 mL + gentiana violet 21 mL +

aquadest 100 mL), taurin, ethylenediamine-tetraacetic acid (EDTA) sebagai antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah, dan giemsa untuk

pewarnaan sediaan darah.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam jenis perlakuan. Masing-masing perlakuan

menggunakan lima pengulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu: 1. Perlakuan 1 : Tidak diberi perlakuan (kontrol)

2. Perlakuan 2 : Diberi 0,2 mL olive oil dan aquades sampai akhir masa penelitian (kontrol negatif)

3. Perlakuan 3 : Diinduksi 0,5 mL larutan benzo (α) pyren tanpa Pemberian taurin (kontrol positif)

(36)

21

5. Perlakuan 5 : Setelah diinduksi 0,5 mL larutan benzo (α) pyren, diberi taurin 7,8 mg/bb mencit selama 15 hari (dosis I)

6. Perlakuan 6 : Setelah diinduksi 0,5 mL larutan benzo (α) pyren, diberi taurin 15,6 mg/bb mencit selama 15 hari (dosis 2)

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang

30 buah bak plastik bersih berukuran 20 x 30 cm yang masing-masing diisi dengan serasah kayu khusus, dilengkapi dengan tempat minum, tempat pakan, dan tutup berbentuk segi empat yang terbuat dari kayu dan kawat. Bak-bak plastik tersebut diletakkan di dalam ruangan yang bersih dengan sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik.

2. Persiapan Mencit

Mencit yang digunakan adalah mencit jantan dari galur khusus berumur 5-7 minggu sebanyak 30 ekor dan ditempatkan di wadah yang terpisah, dengan masing-masing wadah berisi satu ekor mencit. Mencit

(37)

22

3. Persiapan Taurin

Taurin yang digunakan sesuai dengan dosis yang biasa digunakan oleh manusia yaitu 3 gr/70 kg berat badan manusia, kemudian dikonversi ke mencit dengan nilai 0,0026 menurut tabel konversi Suhardjono (1995). Hasil konversi yang diperoleh dari perhitungan 3000 mg dikali dengan 0,0026 adalah 7,8 mg/bb/hari. Dosis yang digunakan untuk pengujian adalah 7,8 dan 15,6 mg/bb/hari.

4. Induksi Karsinogenik

Induksi zat karsinogen dilakukan dengan menyuntikkan larutan benzo (α) pyren pada jaringan subkutan mencit di bagian tengkuk. Larutan

karsinogenik diperoleh dengan melarutkan 0,3 g benzo (α) pyren dengan 0,2 mL oleum olivarum (Saputri, Dyah, dan Abdulgani, 2006). Injeksi larutan karsinogenik dilakukan setiap hari selama 10 hari. Setelah itu, mencit diberi larutan taurin dengan cara dicekok selama 15 hari.

5. Analisis sel darah

(38)

23

5.1 Perhitungan sel darah putih (leukosit)

Perhitungan leukosit dilakukan dengan menggunakan pipet Thoma leukosit. Sampel darah dihisap sampai angka 0,5, kemudian ujung pipet dicelupkan ke dalam larutan Turk. Larutan Turk dihisap sampai angka 11 sehingga diperoleh pengenceran 1:20. Kemudian kedua ujung pipet ditutup dengan jari dan dibolak-balik dengan membentuk angka delapan selama kurang lebih tiga menit. Larutan suspensi darah kemudian diteteskan, 2-3 tetes pertama dibuang, selanjutnya diteteskan di atas kamar hitung. Setelah ditutup dengan cover glass, preparat didiamkan selama satu menit untuk melisiskan eritrosit. Perhitungan leukosit dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali pada empat kotak besar kamar hitung. Jumlah leukosit yang ditemukan dikalikan dengan 50 merupakan jumlah leukosit per milimeter kubik (mm3) (Tambur, 2006).

5.2 Perhitungan Sel Darah Merah (Eritrosit)

(39)

24

Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan menghitung sel yang terlihat di dalam kotak-kotak yang terdapat pada kamar hitung. Jumlah sel leukosit dapat diketahui dengan menghitung sel yang terlihat di dalam empat kotak besar di bagian tepi. Adapun sel eritrostit dapat diketahui jumlahnya dengan menghitung sel yang terlihat di dalam lima kotak berukuran sedang di bagian tengah.

E. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah sel-sel leukosit dan jumlah sel-sel eritrosit mencit.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil percobaan akan dianalisis dengan

(40)

25

[image:40.595.197.443.100.696.2]

G. Diagram Alir Penelitian

(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Taurin efektif dalam mereduksi jumlah sel-sel leukosit hingga kembali ke jumlah normal atau mendekati normal, yaitu sebesar 136% pada kelompok preventif dan 105% pada kelompok kuratif.

2. Taurin mampu meningkatkan jumlah sel-sel eritrosit pada mencit yang terkena leukemia hingga kembali ke jumlah normal, yaitu sebesar 60% pada kelompok preventif dan 70% pada kelompok kuratif.

B. Saran

(42)
(43)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2010. Cancer Statistic 2010. Atlanta, GA: American Cancer Society. hal. 3

Anonim. 2011. Berita Ilmiah. Diakses pada tanggal 23 Maret 2015, pukul 12.00 WIB.

http://dp2m.umm.ac.id/id/berita-ilmiah-umm-5-vaksin-pemblokir-kokain-kadar-tinggi-pada-mencit.html

Apantaku, L.M. 2002. Breast-conserving surgery for breast cancer. American Family Physician. 66 (12): 2271-2278.

Archer, M. C. 1992. Chemical carcinogenesis. In: Tannock JF, Hill RP, editors. The basic science of oncology. 2nd ed. New York: Mc Graw-Hill, Inc. p. 102-17.

Baldy, C. M. 2006. Gangguan Sel Darah Putih dan Sel Plasma. Dalam: Price, S. A., L. M. Wilson. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC, 271-284. Benchimol S. 1992. Viruses and cancer. In: Tannock JF, Hill RP, editors. The

basic science of oncology. 2nd ed. New York: Mc Graw-Hill, Inc. p. 88-101.

Birdsall, T. C. 1998. Therapeutic Applications of Taurine. Alternative Medicine Review, 3(2):128-136.

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, dan R. B. Jackson. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga. hal. 71.

Cunningham C., K.F. Tipton, dan H. B. Dixon. 1998. Conversion of taurine into N-chlorotaurine (taurochloramine) and sulphoacetaldehyde in response to oxidative stress. Biochem J, 330:939-945.

Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara .

(44)

Erlinger, T. P. 2004. WBC Count and the Risk of Cancer Mortality in a National Sample of U.S. Adults: Results from the Second National Health and Nutrition Examination Survey Mortality Study. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, 13:1052.

Fianza, P. I. 2007. Leukemia Limfoblastik Akut, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Finlay B., G. McFadden. 2006. Antiimmunology: Evasion of the Host Immune System by Bacterial and Viral Pathogens. Cell, 124 (4): 767-82.

Furst P., K. S. Kuhn. 2000. Amino acid substrates in new bottles: implications for clinical nutrition in the 21st century. Nutrition, 16:603-606.

Gordon R. E., A. A. Shaked, and D. F. Solano. 1986. Taurine protects hamster bronchioles from acute NO2-induced alterations. A histologic,

ultrastructural, and freeze-fracture study. Am J Pathol, 125:585-600. Guyton A. C., J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.

Jakarta: EGC, 543-45; 1265-69.

Guyton, A. C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Halim, B. 2001. Imunologi Kanker. Cermin Dunia Kedokteran. No. 132 : 47-51. Hammond E. C. 1975. The epidemiological approach to the etiology of cancer. In

Cancer pathophysiology, etiology and management. 4th ed. (Kruse L. C, J. L. Reese, L. K. Hart, editors.). St Louis: The C.V. Mosby Co.; p. 45-6. Hanahan, D., R. A. Weinberg. 2000. The Hallmark of Cancer. Cell. Vol

100:57-70.

Hawariah, A. L. P. 1998. Memahami Kanser. Serdang: Universiti Putra Malaysia. Hoffbrand, A.V., J. E. Petit. 1996. Kapita Selekta Haematologi. Jakarta: EGC. Huxtable R. J. 1992. Physiological actions of taurine. Physiol Rev, 72:101-163. Ismail N. E., R. Suheryanto, S. Kustomo, W. J. B. Harsono. 2005. Efektifitas

(45)

Jerlich, A., G. Fritz, H. Kharrazi. 2000. Comparison of HOCl traps with myeloperoxidase inhibitors in prevention of low density lipoprotein oxidation. Biochim Biophys Acta, 1481:109-118.

Kleinsmith, L. J. 2006. Principles of Cancer Biology. Michigan: Pearson Education, Inc. hal. 7

Kozumbo W. J, S. Agarwal, H. S. Koren. 1992. Breakage and binding of DNA by reaction products of hypochlorous acid with aniline, naphthylamine or l-naphthol. Toxicol Appl Pharmacol, 115:107-115.

Lane-Petter, W. 1976. The Laboratory Mouse. In The UFAW Handbook on the Care and Management of Laboratory Animals (C. W. Hume). Churchill Livingstone. Edinburg, New York.

Launder T. M., L. C. Lawnicki, dan M. L. Perkins. 2002. Introduction to leukemia and the acute leukemias. In: Harmening DM, eds. Clinical haematology and fundamental of hemostasis 4th edition. Philadelphia: FA. Davis Company. 272-357.

Learn D. B., V. A. Fried, E. L. Thomas. 1990. Taurine and hypotaurine content of human leukocytes. J Leukoc Biol, 48:174-182.

Mansjoer, A. 2002. Askarias, dalam: Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

McKenzie S. B. 1996. Text Book of Haematology, 2nd edition. Baltimore: William & Wilkins. 309-417.

Mosmann, T. 1993. Rapid Colorimetric Assay for Cellular Growth and Survival: Application to Proliferation and Citotoxicity Assays. Journal of

Immunological Methods, 65, 55-63.

Mugianton. 2010: dalam Sherly, S. Liong, dan N. L. Nafie. Studi Analisis Kandungan Benzo (α) piren dalam Daging Olahan Dengan Metode Kromatografi Gas. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ogasawara M, T. Nakamura, E. Koyama, M. Nemoto and T. Yoshida. 1994. Reactivity of taurine with aldehydes and its physiological role. In: taurine in health and disease. Huxtable R., D. V. Michalk, Eds. Adv Exp Med Bioll, 359:71-78.

Pearce, E. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. Raiha N., D. Rassin, K. Heinonen, G. E. Gaull. 1975. Milk protein quality and

(46)

Ripps, H., W. Shen. 2012. Taurin: A Very Essential Amino Acid. Molecular Vision; 18:2673-2686.

Rustini, S. A., S. Kosasih. 2002. Kajian Mutagenesis Ifosfamida dan Klorambusil. J.Sains & Tehnol Far, 7(1): 88-94.

Saputri, D. N. E., A. P. Dyah, dan N. Abdulgani. 2006. Jumlah Total dan Diferensial Leukosit Mencit (Mus musculus) pada Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Schuller-Levis, G. B., E. Park. 2004. Taurine and its chloroamine: modulators of immunity. Neurochemical Research. 29 (1): 117-126.

Setijono, M. M. 1985. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Shin H. K., H. M. Linkswiler. 1974. Tryptophan and methionine metabolism of adult females as affected by vitamin B6 deficiency. J Nutr, 104:1348-1355. Shrivastava, R., S. Srivastava, R. K. Upreti, and U. C. Chaturvedi. 2005. Effects

of dengue virus infection on peripheral blood cells of mice exposed to hexavalent chromium with drinking water. Indian J Med Res. 122; pp 111-119.

Silalahi, J. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran, 153:39-42.

Smeltzer. S. C. dan B. G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8, Vol. 1 dan 2. Jakarta: ECG.

Sofyan, R. 2000. Terapi Kanker pada Tingkat Molekuler. Cermin Dunia Kedokteran, 127:5-10

Suhardjono, D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 207.

Syarif, A. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia edisi-4.

Tambur, Z. 2006. White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected with Intestinal Coccidia. J. Protozool. Res, 16, 42-50

Ungerer, T. 1985. Biologi Reproduksi Hewan Percobaan Laboratorium dalam Rangka Pengadaan dan Pengembangan Sarana Penelitian serta

(47)

Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Widmann, F. K. 1995. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirawan R. 2003. Diagnosis keganasan darah dan sumsum tulang. Dalam: Suryaatmadja, ed. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta: Bagian Patologi Klinik FKUI. 129-150.

Yana, S. 2009. Uji Mutagenisitas Benzo (alfa) piren dengan Metode Mikronukleus pada Sumsum Tulang Mencit Albino (Mus musculus). Cermin Dunia Kedokteran, Vol 36 no. 1/167.

Gambar

Gambar 1.  Struktur Benzo (α) pyren (Mugianton, 2010)
Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Anonim, 2011)
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan secara parsial kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : H 0 : b i = 0 (faktor gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi secara

Islam (Studi Kasus di Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk), Ekonomi Syariah, Syariah, STAIN Kediri, 2017. Kata Kunci : Jual Beli Telur Gurami, Perhitungan Sistem Bak,

Lebih lanjut, Kitab Ihya’ Ulumuddin disusun ketika umat Islam teledor terhadap ilmu-ilmu Islam, yaitu setelah al-Ghazali kembali dari rasa keragu- raguan dengan tujuan utama

Respon masyarakat.. Hasil pengamatan yaitu 1) keadaan kandang lembab dan becek, 2) kondisi ayam banyak ayam yang sudah selayaknya diafkir (tua) dan ayam yang masih dara yang masih

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebutuhan pangan ialah dengan mengembangkan tanaman padi melalui metode SRI Pada metode SRI, hanya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Saluran pemasaran tahu bulat pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis, (2) Besarnya

Metode eksemsi didasarkan atas prinsip netralitas impor modal (netralitas pasar internasional) yang secara otomatis mendorong mobilitas sumber dana ke mancanegara. Hal ini

Pencatatan Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk menyebutkan: “Nikah yang dilakukan menurut agama Islam