ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN
METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI Oleh
Endang Fitriyanti
Endang Fitriyanti Sampling. Desain Eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah: (1) Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen dan demonstrasi, (2) Hasil belajar fisika yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi. Dimanarata-rata nilai hasil belajar fisika pada kelas eksperimen yaitu 80,13 sedangkan pada kelas demonstrasi yaitu 68,75. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN
DEMONSTRASI
Oleh Endang Fitriyanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Endang Fitriyanti dilahirkan di Sidomulyo Panca Tunggal Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan, 14 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Lasiya dan Ibu Kaeriyah.
Jenjang pendidikan dimulai Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Panca Tunggal 1995, diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjung Bintang, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Gajah Mada Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi mahasiswa di lembaga UKMF FPPI sebagai GEMA FPPI tahun 2007/2008
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus dan mendalam kepada:
Bapak Lasiya dan Ibu Kaeriyah tercinta, dengan ketulusan doa, senyum, dan
usaha keras serta kasih sayang yang tak pernah putus, senantiasa memberikan semangat optimis untuk mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.
My Husband Muhamad Subekan dan jagoan kecilku Andhika Hidayatulloh tersayang, yang selalu memberikan semangat dan doa serta kasih sayang demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.
Adikku tersayang, Desi Nurindah Sari dan Dewi Nur Hanifah, yang selalu
memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis.
Keluarga Besar penulis yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu
keberhasilan penulis.
Para pendidik yang kuhormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
MOTO:
”Barang siapa yang menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia
wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan
berba-hagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang
menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang-orang yang belajar,
atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang ke-5 maka kamu akan celaka”
(HR. Baehaqi)
”Sekali seumur hidup untuk selamanya berikan yang terbaik untuk semuanya”
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan sekaligus Pembimbing Akademik serta Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Chandra Er, M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
Al-azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
10.Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika angkatan 2007 non-Reguler (Arum, Eda Bayu, Istika, Nopi, Rianto). Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti. Kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat
Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.
Teman-teman PPL di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung (Putri, Bunda, Jevika, Vera, Andri, Sandika, Gili, Ervan). Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sekripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua, berkenan
membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 25 Agustus 2014 Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 8
1. Inkuiri Terbimbing ... 8
2. Metode Eksperimen ... 10
3. Metode Demonstrasi ... 12
4. Hasil Belajar……… ... 14
B. Kerangka Pemikiran ... 16
C. Hipotesis Penelitian ... 20
B. Desain dan Metode Penelitian ... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
1. Tahap Pelaksanaan ... . 33
a. Kelas Demonstrasi ... 33
b. Kelas Eksperimen ... 36
2. Hasil Uji Coba Penelitian ... 39
a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39
3. Data Kuantitatif ... 41
4. Analisis Data ... 43
a. Uji Normalitas ... 43
b. Uji Hipotesis ... 43
B. Pembahasan ... . 45
iv
4. RPP Gerak Lurus Beraturan (GLB) Kelas Eksperimen ... . 75
5. LKS Gerak Lurus Beraturan (GLB) ... . 81
6. Kunci LKS Gerak Lurus Beraturan ... . 88
7. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian... . 95
8. LP 2: Proses (Gerak Lurus Beraturan (GLB)) ... . 96
16. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian... . 126
29. Uji Reliabilitas Soal ... . 148
30. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... . 149
31. Uji Independent Sample test Pretest ... 151
32. Uji Independent Sample test Posstest (Hasil Belajar) ... 153
33. r – Tabel ... 155
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha ... 27
2. Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar ... 28
3. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 40
4. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 40
5. Tabel 4.3 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa ... 41
6. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Hasil Belajar ... 42
7. Tabel 4.5 Analisis Hasil Uji Normalitas ... 43
8. Tabel 4.6 Uji t Independent Skor Pretest Eksperimen dengan Skor Pretest Demonstrasi ... 44
DAFTAR GAMBAR
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antar pendidik dan peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Prinsip utama proses belajar mengajar adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa(fisik dan nonfisik) dan kebermaknaan bagi dirinya. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa
membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran
konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran
inkuiri.Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan
bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa (Prambudi, 2010). Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Dari hal tersebut diharapkan kemampuan siswa dalam proses ilmiah dapat muncul dan digunakan dengan lebih baik.
3
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing,
dengan model ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru, sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep suatu materi dengan
baik, sehingga memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, digunakan juga metode yang menunjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkankan secara optimal. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi yang dilaksanakan di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung kurang dapat menarik minat siswa karena siswa hanya melihat, dan mendengarkan penjelasan guru sehingga siswa lebih cepat merasa bosan. Sedangkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen dapat menarik minat siswa karena siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi?
2. Hasil belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
2. Hasil belajar fisika yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:
1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar fisika.
5
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model
pembelajaran inkuiri dimana guru memberikan masalah dan membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan dalam pemecahan masalah tersebut. Tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu penyajian masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.
untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya.
4. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Pada metode demonstrasi guru
memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada siswa atau
memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Metode demonstrasi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian,
mengemukakan masalah, penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoretis dan memperkuat suatu pengertian.
5. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hasil belajar aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar aspek psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreatifitas.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, seorang guru harus mampu mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan baik. Agar KBM dapat terorganisir dengan baik, sebelum KBM
berlangsung guru harus membuat perencanaan matang, tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan Model Pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan acuan yang digunakan guru dalam menyusun KBM. Model pembelajaran tersusun atas sintaks-sintaks atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks yang berbeda-beda yang menjadi ciri khas dari model itu sendiri. Setiap model
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya tidak ada model pembelajaran yang lebih unggul secara mutlak dengan model pembelajaran
9
1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Schmidt dalam Ibrahim ( 2010: 1)
Inquiry berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Pada pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa. Menurut Sanjaya (2006: 200)
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
1) Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. 4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dapat dilihat dari enam langkah pada inkuiri terbimbing di atas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan baik. Tentunya skenario di buat oleh guru dengan mengacu pada referensi yang ada.
Menurut Suryosubroto (2002: 201)
Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: 1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa;
2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan;
3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan;
11
Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa, artinya
siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan secara aktif
dalam menemukan konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan oleh
guru. Selain kelebihan, terdapat kelemahan dari pembelajaran inkuiri
terbimbing menurut Suryosubroto (2002: 201), yaitu:
Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuri terbimbing, antara lain: 1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian
waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu;
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
Kelemahan inkuri terbimbing ini, siswa belum terbiasa untuk melaksanakan
proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa mengandalkan guru
tanpa siswa terlibat langsung dan aktif dalam proses belajarnya.
2. Metode Eksperimen
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen adalah
Cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Tujuan dari eksperimen atau percobaan adalah memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka pelajari dan mengembangkan cara berpikir yang rasional. Menurut Hurrahman (2011) target dari metode eksperimen adalah supaya siswa dapat membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang berlaku dan supaya siswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Hurrahman (2011) adalah sebagai berikut
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen. c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
pengaranhan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.
d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.
e) Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.
Pada metode eksperimen banyak hal yang dapat mempermudah dan
membantu kita dalam penerapan dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode eksperimen itu sendiri karena pada metode ini siswa dituntut untuk aktif untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (1994) dalam Djamarah dan Zain (2006: 137) sebagai berikut 1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
2) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta
13
4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
Melihat kebaikan-kebaikan metode eksperimen menurut pendapat di atas, penerapan metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pengajaran IPA khususnya fisika, salah satunya mempu menggunakan metode dan bersikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Peran guru dalam eksperimen sangat mempengaruhi efektifnya suatu eksperimen terutama dalam menjelaskan tujuan eksperimen, menerangkan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan, serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.
3. Metode Demonstrasi
Selain eksperimen metode lain yang digunakan pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah demonstrasi, salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan memperlihatkan proses atau kondisi yang terjadi secara langsung. Proses pembelajaran seperti ini dikenal dengan metode demonstrasi. Djamarah dan Zain (2006:102) menyatakan bahwa
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
cara kerja suatu alat kepada siswa. Metode demonstrasi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan masalah,
penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoretis dan memperkuat suatu pengertian.
Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini adalah
a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik;
b)Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik; c) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan
para peserta didik secara bersama-sama.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum dan pada waktu
mengadakan demonstrai menurut Soekarno (1981: 44-46) dalam Agan (2011) adalah
a) Demonstrasi itu harus dicoba terlebih dahulu sebelum dilakukan di depan kelas.
b)Tujuan demonstrasi ditentukan terlebih dahulu oleh guru. c) Usahakan agar demonstrasi dapat dilihat oleh peserta didik. d)Alat-alat yang digunakan sebaiknya sederhana.
e) Demonstrasi dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Pada metode demonstrasi guru menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran, sehingga guru diharapkan dapat menjaga kondisi dimana siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan aktif walaupun guru sebagai pusat. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut Djamarah dan Zain (2006: 102) sebagai berikut
1) Kelebihan metode demonstrasi
15
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
c. Proses pengajaran lebih menarik siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan
Melihat kelebihan metode demonstrasi di atas, maka metode demonstrasi yang berhasil akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode demonstrasi seperti metode mengajar yang lain juga memiliki beberapa kekurangan.
2) Kekurangan metode demonstrasi
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
b. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain
4. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 121)
dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang
dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002 : 19)
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26)
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
17
hasil belajar akan diambil dua ranah yaitu pada ranah kognitif dan ranah psikomotor.
B. Kerangka Pemikiran
Pembelajaraninkuiri terbimbing, adalah pembelajaran di mana siswa
diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Inkuiri terbimbing merupakan
pembelajaran inkuiri tingkat pertama yang juga disebut sebagai pembelajaran penemuan ( discovery learning ) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru.
Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengeksplorasi
dimana prosesnya terkandung dalam pembelajaran inkuiri terbimbing itu sendiri.
Sedangkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi, guru menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan dimana proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung pada proses inkuiri.
Dari kedua metode di atas yang digunakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing terlihat bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi lebih meningkatkan hasil belajar siswa , karena pada kedua metode tersebut memiliki keunggulan masing-masing.
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen (X1) dan inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar aspek kognitif (Y1) dan hasil belajar aspek psikomotor .
19
( Y1A ) dan hasil belajar aspek kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi ( Y2A ), serta hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen ( Y1B ) dan hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi ( Y2B ), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen dan demonstrasi. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini menggunakan 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1(R1) dan kelas eksperimen 2 (R2) yang akan diberi perlakuan berbeda, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen dan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen, memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengeksplorasi
kemampuannya dalam bidang sains yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya dimana prosesnya terkandung dalam pembelajaran inkuiri terbimbing itu sendiri. Sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan menemukan pengetahuan dalam suatu materi pembelajaran.
Sedangkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi, guru menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung pada proses inkuiri.
21
pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi lebih unggul
dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen, karena pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah
disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dan guru membimbing siswa dalam tahap penyelesaian masalah tersebut. Sedangkan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen, pemecahan masalah dilakukan siswa atas inisiatif dan caranya sendiri dan guru hanya sedikit membimbing siswa. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi akan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Pertama
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
2. Hipotesis Kedua
1
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 8 kelas.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas diambil 2 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X3 sebagai kelompok demonstrasi dan kelas X8 sebagai kelompok eksperimen.
B. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
23
Keterangan: 1
O : nilai pretest 2
O : nilai posttest 1
X : pembelajaran inkuiri terbimbing eksperimen 2
X : pembelajaran inkuiri terbimbing demonstrasi
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2010: 110-111)
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Kuasi Eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah treatmen disebut posttest.
Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah penelitian seperti pada gambar 3.2
O1 X1 O2
Gambar 3.2 Alur Penelitian
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuri terbimbing dengan metode eksperimen (X1) dan inkuri terbimbing
Kelas B
Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Kelas A
Validasi instrumen
posttest pretest
posttest pretest
Analisis data
Kesimpulan Rumusan masalah Studi pendahuluan
25
dengan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar aspek kognitif (Y1) dan hasil belajar aspek psikomotor .
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada proses pembelajaran dan soal uraian hasil belajar fisika siswa pada saat pretest dan posttest.
E. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
27
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha
No Nilai Koefisien Alpha Keterangan 1 antara 0,81 sampai dengan 1,00 Sangat reliabel 2 antara 0,61 sampai dengan 0,80 Reliabel 3 antara 0,41 sampai dengan 0,60 Cukup reliabel 4 antara 0,21 sampai dengan 0,40 Agak reliabel 5 antara 0,00 sampai dengan 0,20 Kurang reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
menggunakan software SPSS 21. Proses analisis untuk data hasil belajar siswa sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
b. Persentase hasil belajar siswa dihitung dengan rumus:
Kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar
No. Rentang Keterangan 1 81 – 100 Sangat baik 2 61 – 80 Baik 3 41 – 60 Cukup 4 21 – 40 Kurang 5 <20 Sangat Kurang
(Syah dalam Marnasusanti (2007: 9)
2. Pengujian Hipotesis 1) Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
29
Pedoman pengambilan keputusan:
a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusinya adalah normal.
2) Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
a. Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara
H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode eksperimen.
1
H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi.
Rumus perhitungan Independent sample t test adalah sebagai berikut:
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian
a) HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel
31
a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.
b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
(Priyatno, 2010:32-41)
b. Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan ( Independent )
Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.
Hipotesis Kedua
O
H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode eksperimen.
1
H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan
demonstrasi, yaitu pada metode eksperimen rata-rata hasil belajar fisika siswa sebesar 80,13 sedangkan pada metode demonstrasi sebesar 68,75.
2. Rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi, dan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi.
B. Saran
maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat
dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.
3. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.
4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses
pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Weka. 2011. Keterampilan Psikomotor. Diakses 16 Juli 2013 dari http://wekasyah88.blogspot.com/2011/12/penilaian-kemampuan-psikomotor- siswa.html.
Agan. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 29 Mei 2013 dari
http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiri-dan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurrahman, Fat. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 27 Mei 2013 dari
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/ Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri.
http://fisika21.wordpress.com.
Jusoh dan Ismail. 2003. Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Lestari, Tri. 2010. Skripsi. Diakses 28 Mei 2013 dari http://trilestarisman1kbm.blogspot.com /2013/05/ pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.
Marnasusanti. 2007. Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. Diakses 27 Mei 2013 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.