• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR

PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA

Oleh:

Saiful Huda

NIM: 104053002035

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR

PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Saiful Huda

NIM : 104053002035

Di Bawah Bimbingan:

DR. H. M. Idris Abdul Shomad, MA NIP. 150 311 326

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul: "KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR PADA

LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA" ini telah telah diajukan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 11 Desember 2008. Skipsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1)

pada jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 11 Desember 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Sekretaris

Drs. Mahmud Jalal, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 150 202 342 NIP. 150 287 029

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Tarmi, MM Drs. Sugiharto, MA

NIP. 150 026 569 NIP. 150 177 690

Pembimbing

(4)

ABSTRAK

S A I F U L H U D A

Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dalam Upaya Pengembangan Kaligrafi di Indonesia

Kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi orang-orang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan. Setiap pemimpin memiliki karakteristik dan model kepemimpinannya masing-masing. Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya diantaranya: berpandangan jauh ke masa depan, bersikap dan bertindak bijaksana, berpengetahuan luas, pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil, berhati ikhlas, mampu berkomunikasi, memiliki kondisi fisik yang baik.

Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state of mind dan

state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan, mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur. Penulis menganggap bahwa sifat, ciri, atau nilai-nilai dan Leadership itu ada dalam jiwa Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi yang memiliki sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan diatas. Seorang Khattat (Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui lebih jelas bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia, bagaimana peran D. Sirojuddin AR sendiri, dan kemudian bagaimana peran LEMKA. Dimulai dari berusaha mengetahui aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari aktivitasnya tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas dan gaya kepemimpinannaya tersebut bisa diklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan beberapa tektik pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA.

Sholawat teriring salam, semoga tetap terlimpahcurahkan kepada proklamator

Islam yaitu: Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, pengikutnya,

dan umatnya.

Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh

sebab itu, tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut serta dalam proses penulisan

skripsi ini, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikannya untuk mendapatkan

gelar "Sarjana Sosial Islam" (S. Sos.I). Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ayahanda Nurdin dan Ibunda Sumini, yang telah berjuang keras dan tak bosan-bosannya untuk mendo'akan penulis dalam menuntut ilmu. Walaupun

jauh untuk bertemu namun dekat dihati. Harapan, semoga ananda menjadi

anak yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan agama.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, yang

sedang mengembangkan kampus baik secara fisik maupun secara kualitas

untuk menjadikan kampus berkelas internasional, semoga segera terwujud.

3. DR. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

(6)

4. Drs. Hasan Ibnu Hibban, MA selaku Ketua Jurusan Manajeman Dakwah.

Serta Drs. Cecep Catrawijaya, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. DR. H. Idris Abdul Shomad, MA, selaku dosen pembimbing skripsi ini,

dimana walaupun dengan berbagai kesibukan beliau, tetap berusaha

memberikan yang terbaik dalam bimbingan skripsi ini.

6. Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag sebagai objek dalam skripsi ini yang telah

banyak memberikan pelajaran bagi penulis khususnyaFAFFAF.

7. Para tim penguji skripsi ini, yang telah memberikan masukan, saran dan

kritiknya sehingga penulis nantinya bisa untuk lebih baik khususnya dalam

menulis sebuah karya ilmiah.

8. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Jakarta yang telah menyediakan banyak buku sebagai referensi.

9. Para narasumber sumber dalam penulisan skripsi ini, yang di antaranya: Ust.

H. Momon A Syarif, Ust. Apifuddin S, MA dan Ust. H. Edy Amin, MA serta

seluruh pengajar dan teman-teman LEMKA.

10.Seluruh dosen-dosenku yang telah yang telah banyak memberikan ilmu dan

perubahan bagi penulis, "terima kasih guru, jasamu kan ku kenang selalu".

11.Teman-teman se-kelasku angkatan '04, yang telah banyak memberikan

inspirasi-inspirasi bagi penulis.

12.Semua pihak yang telah membantu, memotivasi, dan memberikan

masukan-masukan selama penulis kuliah dan dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan study di

(7)

Akhirnya, penulis hanya bisa berharap, semoga kebaikan bapak, Ibu, dan

temen-temenku semua dibalas oleh Allah SWT. Jazakumullah khairal jaza. Semoga sebuah skripsi sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya. Saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi kebaikan

selanjutnya.

Jakarta, 3 Desember 2008

(8)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Desember 2008

(9)
(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini banyak sekali figur seorang

pemimpin, baik sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin

dalam sebuah organisasi sosial atau pemimpin organisasi lainnya yang eksis

ditengah-tengah masyarakat. Karakteristik dan model kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi

tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang

pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin rakyat,

seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada karyawan

untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing umatnya untuk

beribadah kepada Tuhan dan sebagainya. Jadi pribadi seorang pemimpin dalam situasi

yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula dan tentu saja memiliki gaya

kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.

Untuk menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana seorang pemimpin harus

memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Seorang pemimpin harus memiliki akidah yang konsisten.

2. Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya

dalam realitas melalui bentuk amal sholeh.

3. Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta terhadap kebenaran

(11)

4. Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi, sehingga tidak mudah

terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.1

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah

manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang pemimpin

hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya diantaranya:

1. Berpandangan jauh ke masa depan.

2. Bersikap dan bertindak bijaksana.

3. Berpengetahuan luas.

4. Bersikap dan bertindak adil.

5. Berpendirian teguh.

6. Pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.

7. Berhati ikhlas.

8. Memiliki kondisi fisik yang baik.

9. Mampu berkomunikasi.2

Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state ofmind dan

state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan,

mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur dalam segala

bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.3 Penulis menganggap

bahwa Leadership itu ada dalam jiwa Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi yang memiliki kriteria di atas. Seorang

Khattat (Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap

1

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gajah Media Pratama. 1999), cet. Ke-2, h. 104

2

Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. 1977), h. 39-42

3

(12)

di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta). Khattat yang pernah diajukan oleh

beberapa orang yang sangat simpatik terhadapnya, yakni Prof. Dr. H. Hasan Muarif

Ambari, MA, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA, Prof. Drs. AD. Firous, Prof. Dr. Badri

Yatim, MA, Prof. Dr. Uka Candra Sasmita, MA untuk mendapatkan gelar "Doktor

Honoris Causa" sebuah gelar Doktor kehormatan berkat, pengabdiannya, karya, dan

penemuan-penemuannya. Namun, karena beberapa hal gelar tersebut urung

diambilnya.

Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang berdiri tahun 1985 yang

dipimpin D. Sirojuddin. AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kecintaan para generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam di Indonesia

melalui kegiatan-kegiatan: pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat,

kursus kaligrafi terpadu, kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri,

dan diskusi wawasan seni budaya.4 Sampai sekarang LEMKA terbukti telah berhasil

melahirkan ribuan seniman kaligrafi yang berprestasi dalam berbagai pentas lokal,

nasional, ASEAN, bahkan internasional.

Oleh karena itu, penulis merasa sangat tertarik untuk memaparkan siapa

sebenarnya D. Sirojuddin. AR, bagaimana kememimpinan beliau, dan apa saja yang

telah beliau perbuat demi berkembangnya kaligrafi di tanah air Indonesia ini dan

bagaimana peran LEMKA untuk pengembangan kaligrafi.

Dengan demikian, penulis memilih judul skripsi ini yaituKepemimpinan D.

Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Dalam Upaya

Pengembangan Kaligrafi Islam di Indonesia”.

4

(13)

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH Banyak hal yang menarik dan patut diceriatakan tentang D. Sirojuddin. AR

baik dalam individu maupun dalam kepemimpinannya dan juga berbagai aktivitas

kesehariannya.

Mengingat keterbatasan penulis dan supaya lebih fokus dalam pembahasan ini,

maka penulis membatasi pembahasan pada satu lingkup yaitu: tentang kepemimpinan

yang dilakukan oleh D. Sirojudin. AR dalam upaya pengembangan kaligrafi Islam di

Indonesia melalui sebuah lembaga yaitu Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang

dipimpinnya hingga sekarang.

Berdasarkan hal itu, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Pertama : Bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) ?

Kedua :

Bagaimana peran D. Sirojuddin. AR dalam upaya mengembangan

Kaligrafi di Indonesia ?

Ketiga :Bagaimana urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai

salah satu wadah dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan yang

dilakukan D. Sirojuddin. AR .

2. Untuk mengetahui peran apa saja yang dilakukan D. Sirojuddin. AR dalam

upaya mengembangkan kaligrafi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai

(14)

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitia ini di antaranya sebagai

berikut:

1. Secara teoritis : Diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi khasanah ilmu pengetahuan bagi civitas akademika fakultas, jurusan, dan mahasiswa

tentang pola kepemimpinan.

2. Secara praktis : Diharapkan dapat menambah wawasan tentang model kepemimpinan bagi para pemimpin sebuah lembaga kaligrafi khususnya dan

para pemimpin lembaga atau organisasi lain umumnya.

D. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan

kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutif dari “Metodologi

Penelitian Kualitatif” metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan prilaku yang dapat

diamati. Pendekatan analisis Deskriptif,5 maksudnya adalah penelitian ini berusaha menggambarkan sebuah kepemimpinan seorang tokoh yang kemudian

menganalisanya sehingga dapat memberikan penjelasan baik bagi penulis sendiri

maupun masyarakat pada umumnya.

5

(15)

2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan D. Sirajuddin. AR sebagai

subjek penelitian. Karena subjek penelitian masih hidup sehingga memudahkan

penulis untuk melakukan wawancara dan pencarian data dalam pembuatan skripsi

ini, sedangkan objek penelitian adalah kepemimpinan D. Sirajuddin. AR dalam

upaya pengembangan kaligrafi Islam di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi

al-Quran (LEMKA).

3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di kediaman nara sumber, Jl. Semanggi I No

26 Ciputat Timur, dan studio Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Ciputat.

Sedangkan waktu penelitian, penulis menganggarkan waktu empat bulan, yaitu

Juli s/d November 2008 untuk melakukan penelitian sekaligus penulisan skripsi

ini.

4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa tekhnik yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat

informasi sebagaimana peneliti saksikan selama penelitian4 Teknik ini penulis

gunakan untuk mendapatkan gambaran umum dan bentuk kongkrit, penulis

mengadakan pengamatan langsung melalui kegiatan-kegiatan narasumber.

4

(16)

Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan mencatat secara

langsung terhadap subjek penelitian yaitu D. Sirajuddin. AR.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

narasumber. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam

hubungan tatap muka. Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan

tekhnik wawancara berbentuk wawancara riwayat secara lisan kepada

narasumber, dalam hal ini D. Sirojuddin. AR. Maksud wawancara ini adalah

untuk mengungkapkan riwayat hidup, kepemimpinan, perannya dan LEMKA,

terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah yang

peneliti ajukan.

Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga narasumber

berbicara terus menerus, sedangkan wawancara mendengarkan dengan baik

diselingi dengan sesekali mengajukan pertanyaan.5 Wawancara ini bersifat

bebas dan terbuka. Peneliti bertanya kepada narasumber kemudian dapat

dijawab secara bebas tanpa terikat pada pola-pola tertentu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data diperoleh melalui

dokumen-dokumen artikel, majalah, buku-buku dan bahan informasi lainnya yang

memiliki relevansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan

mempertajam analisa studi ini.

5

(17)

Sumber-sumber yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber

tertulis seperti buku-buku yang telah ditulis oleh D. Sirojuddin. AR , koran

atau majalah, arsip atau dokumen pribadi.

d. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan suatu usaha untuk memperoleh data

skunder, hal ini penting untuk mmendapatkan teori-teori dan data-data untuk

memperkuat argumentasi. Selanjutnya penelitian kepustakaan yang dilakukan

dengan membaca buku-buku atau sumber-sumber lainnya yang menjadi

rujukan yang bersifat ilmiah dan ada relevansinya dengan masalah-masalah

yang sedang diteliti atau dibahas dalam skripsi ini. Adapun tekhnik penulisan

pada skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

terbitan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan CeQDA

tahun 2007.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan

penulis menginterpretasikan data yang ada dan menganalisisnya dengan baik dan

melihat data satu dengan yang lainnya, setelah itu menganalisis

indikator-indikator yang nampak pada data tersebut, dimulai dari menganalisis data-data

aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari data-data aktivitasnya

tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas, gaya, dan fungsi

kepemimpinannaya bisa diklasifikasikan tipe kepemimpinannya, efektifitas

kepemimpinannya, peran D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, kemudian terakhir

(18)

E. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah meneliti buku-buku atau skripsi

yang judul materi pembahasannya mirip atau hampir sama dengan skipsi penulis,

antara lain :

1. Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui

Majalah Tarbawi, di susun oleh Fitriah mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, tahun 2006. Berisi tentang

bagaimana kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam upaya mengembangkan

dakwah melalui sebuah media cetak yaitu majalah Tarbawi, diantaranya:

metode dakwahnya, kepemimpinannya, dan urgensi majalah Tarbawi dalam

pengembang dakwah.

2. Kepemimpinan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada Pondok Pesantren

Darut Tauhid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008, di susun oleh

Muhammad Arifin Sholeh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2008. Berisi tentang kepemimipinan KH.

Abdullah Gymnastiar, diantaranya: manajemen Aa Gym dalam mencetak

SDM dan gaya kepemimpinan Aa Gym pada sanrti pada Pondok Pesantren

Darut Tauhid di Geger Kalong Bandung pada tahun 2006-2008.

3. Kepemimpinan Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin Dalam Pengembangan

Masyarakat Islam Di Kabupaten Indramayu, di sususn oleh As'ad Syamsul

Arifin mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam tahun 2004. berisi tentang bagaimana kepemimpinan

Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin dalam pengembangan masyarakat Islam di

(19)

4. Peran D. Sirojudin AR, MA Dalam Dakwah Melalui Seni Kaligrafi Islam,

disusun oleh Enny Nur Fajriyah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam tahun 2007. Berisi tentang peran D.

Sirojuddin AR, MA dalam berdakwah melalui seni kaligrafi Islam.

F. SISTEMATIKA PENULISAN Mengacu pada penelitian di atas, maka pembahasan dalam penulisan ini di

sistemasikan sebagai berikut:

Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang mengurai argumentasi seputar

menariknya kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada studi ini. Bagian ini merupakan

BAB I yang berisi latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

Selanjutnya pembahasan dalam BAB II menguraikan tinjauan secara teoritis

meliputi beberapa hal diantaranya tentang kepemimpinan dengan sub bahasan

pengertian, hakikat, fungsi, tipe-tipe, dan gaya kepemimpinan serta kepemimpinan

yang efektif dan pengembangan kaligrafi dengan sub bahasan pengertian

pengembangan, pengertian kaligrafi, dan konsep pengembangan kaligrfi.

BAB III membahas gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan lembaga

kaligrafi al-Quran (LEMKA). Dalam pembahasan ini akan dijelaskan beberapa tetang

riwayat hidup D. Sirojuddin. AR dengan sub bahasan latar belakang keluarga,

pendidikan, dan perjalanan hidupnya, aktivitas kepemimpinannya kemudian sejarah

Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dengan sub pembahasan latar belakang

(20)

Setelah mengurai gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, maka

pada BAB IV selanjutnya penulis akan membahas untuk konsentrasi analisisnya yang terangkum dalam “kepemimpinan D. Sirojuddin.AR dalam upaya pengembangan

kaligrafi di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) beberapa poin

yang menjadi pembahasanya adalah sebagai berikut: Pendekatan kepemimpinan D.

Sirojuddin. AR, Gaya, tipe, fungsi, hakikat, dan efektifitas kepemimpinan, Peran D.

Sirojuddin. AR dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia, serta urgensi LEMKA

dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia.

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan berbeda arti dengan pimpinan ”pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin,

sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnnya dimiliki oleh

setiap pemimpin”.2 Sedangkan secara terminologi kepemimpinan mempunyai

banyak arti di antaranya Pertama, menurut Cheppy Hari Cahyono ”kepemimpinan adalah merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam

rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaaki”.3 Kedua menurut Zaini Muchtarom, seraya mengutip pendapat G.R. Terry ”kepemimpinan adalah

hubungan dimana seseorang atau pemimpin mempengaruhi orang-orang untuk

mengerjakan tugas bersama dengan kemauan mereka guna mencapai tujuan yang

dikehendaki sang pemimpin.4 Ketiga, Abdul Syani, ”kepemimpinan adalah merupakan suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang

pemimpin terhadap orang lain (sekelompok orang) untuk melakukan aktivitas

tertentu sesuai dengan kehendaknya.5

Dari beragam pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi oarang-orang atau

bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

(22)

2. Hakikat Kepemimpinan Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya Kiat

Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek menjelaskan bahwa hakikat

kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi

pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.6 Dimana

tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh

interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang

yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memerlukan seorang pemimpin

(leader) agar kerja sama tersebut bisa mejadi efektif. Sejarah manusia dalam bekerjasama atau berorganisasi menunjukan keberhasilan mencapai tujuan.

Sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan efektifitas kepemimpinan. Oleh

karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat sentral dalam sebuah

organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam suatu organisasi, dan tercapai

atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan oleh tepat atau tidaknya

seorang yang diangkat sebagai pemimpin dan efektif atau tidaknya kepemimpinan

yang diterapkan.7 Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin, harus dapat

memahami dan mengendalikan anggota yang terdiri banyak orang dengan segala

perbedaannya.8

Terkait mengenai hal ini, Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam kehidupan

sebuah kelompok (organisasi), diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsur

kepemimpinan,9 sebagai berikut :

Panji Anoraga, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet. II, h. 4

9

(23)

1. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dalam situasi yang berbeda

mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.

2. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikut agar menggunakan

kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan.

3. Kemampuan untuk menerapkan prilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat

dipandang sebagai suatu kepemimpinan.

Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat kepemimpinan

adalah kepengikutan bawahan pada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang

pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuan bersama dalam organisasi

dapat dicapai.

3. Fungsi Kepemimpinan Menurut Pius A Partanto dalam Kamus Ilmiah Populer fungsi merupakan

jabatan, kedudukan, peranan, kegunaan dan manfaat.10 Sedangkan menurut Made

Wahyu Sutedjo bahwa fungsi adalah kata benda menyatakan posisi yang

mencerminkan sesuatu yang statis.11

Sedangkan menurut Veith Rifai, dalam bukunya yang berjudul,

Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja sebagian tubuh. Sedang

kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan

kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa pemimpin

berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan

10

Pius A Partanto et. Al, kamusIlmiah populer, (Yogyakarta : Arkola, 1994), h. 190

11

(24)

gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi dalam individu dalam

situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.12

Dalam hal ini lebih lagi, J. Reberu dalam bukunya Dasar-dasar

Kepemimpinan, telah menjelaskan dan membagi fungi kepemimpinan kepada tiga

bagian yaitu :

a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat.

b. Tugas menilai hidup masyarakat.

c. Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi hidup.13

Berbicara mengenai fungsi kepemimpinan, Kartini Kartono dalam bukunya,

Pemimpin dan Kepemimpinan, menjelaskan: ”fungsi kepemimpinan ialah : memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan

motivasi-motivasi kerja. Mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi

yang baik memberikan supervisi atau pengawasan yang efesien, dan membawa

para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan

waktu perencanaan".14

Menurut Kadarman SJ dan Jusuf Udaya dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Manajemen menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin, agar suatu kelompok dapat dipimpin

dengan efektif, 2 (dua) fungsi utamanya ialah :

a. Fungsi pemecahan masalah (problem solving function). Fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar,

pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok.

12

Veithezal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarata: PT, Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-2, h. 53

13

Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13

14

(25)

b. Fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu

memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan

dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.15

Dari beberapa defenisi di atas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi

kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan posisinya sebagai

orang yang memimpin yang menjadi penggerak utama dalam keberlangsungan

sebuah organisasi.

4. Tipe-tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam

memimpin, tindak tanduk dari seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai pola

untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam

menjalankan roda kepemimpinannya tersebut.16 Pada umumnya para pemimpin

dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe :

a. Tipe Pemimpin Otokratis

Tipe kepemimpinan ini menerapkan kekuasaan ditangan satu orang

atau kelompok kecil yang di antara mereka tetap ada seseorang yang paling

berkuasa, dan pada hal ini bawahan atau orang yang dipimpin semata-mata

sebagai alat pelaksana keputusan, perintah dan kehendak pimpinan.17

Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :

1). Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.

2). Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

15

Kadarman SJ dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhalindo, 2000), h. 143

16

Abdul Syani, Op.cit, h. 234

17

(26)

3). Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.

4). Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat dari orang lain karna

dia menganggap dialah yang paling benar.

5). Selalu bergantung kepada kekuasaan formal.

6). Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan

(approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.18 Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan otokratis tersebut

di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia,

karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi.

b. Tipe Pemimpin Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan

seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam

organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe

militeristis.

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut :

1) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah

mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.

2) Dalam mengerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan

jabatannya.

3) Senang pada formalitas yang berlebihan.

4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan

5) Tidak mau menerima kritik dari bawahan.

18

http:// library.usu.ac.id/modules.php/2008/10 Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe

(27)

6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaaan.19

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah

bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

c. Tipe Pemimpin Fathernalistis Tipe kepemimpinan fathernalistis mempunyai ciri tertentu yaitu

bersifat fathenal atau kebapakan. Kepemimpinan serperti ini menggunakan

pengaruh yang sifatnya kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai

tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.

Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin fathernalistis dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1). Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

2). Bersikap terlalu melindungi bawahan.

3). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil

keputusan. Karena itu jarang dan berlimpahan wewenang.

4). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya kepada bawahannya

untuk mengembangkan inesiatif daya kreasi.

5). Sering menganggap dirinya maha tahu.20

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini

sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin

fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang

dipimpinnya.

d. Tipe Kepemimpinan Karismatis

19

Ibid

20

(28)

Tipe kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang dalam

menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek

kepribadian yang dimiliki pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat,

segan dan kepatuhan pada orang yang dipimpinnya.21

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan

sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Hal yang di

ketahui ialah tipe pemimimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat

besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.

Mengapa mereka mengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang

faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka

sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan

kekuatan gaib (super natural powers), perlu dikemukan bahwa kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya tidak dapat digunakan

sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

e. Tipe Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan di mana

pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam

setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi prilaku pelindung dan

penyelamat dan prilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan

organisasi.22

Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan

demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini

21

Ibid,.

22

(29)

disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepemimpinan

kelompok dibandingkan dengan kepemimpinan individu.

Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah di antaranya :

1). Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat

bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.

2). Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan

kepentingan organisasi.

3). Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.

4). Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan

kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi

daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan.

5). Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.23

Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis,

dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

5. Gaya Kepemimpinan

Kata gaya berasal dari kata style yang berarti gaya bahasa: cara (hidup, bertindak dan sebagainya). Gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara

bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai pemimpin, cara ia

”bergerak” dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.

Leadership Styles dapat diartikan dengan gaya kepemimpinan. Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka mempraktekkan kepemimpinannya.

Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu gaya kepemimpinan dapat

23

(30)

dipelajari dan dipraktekkan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi

yang dihadapi.24

Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi

dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, mendefenisikan bahwa "gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang

pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain".25

Dalam pelaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung

aktifitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan telihat

gaya kepemimpinannya dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan

tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinan.

Menurut Veithazal Rivai dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu :26 a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan tugas.

b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja

sama.

c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.

Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen, membagi gaya kepemimpinan menjadi dua yaitu dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employer oriented). Manajer berorientasi pada tugas pengarahan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Manajer dengan gaya

kepemimpinan ini memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada

24

Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Gramedia, 2004), cet. Ke-2, h. 188

25

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: UGM Press, 2003), cet. Ke-1, h. 155

26

(31)

pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan

mencoba lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka

mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan

memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan

keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai

dan menghormati dengan para anggota kelompok.27

Penulis menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara

bagaimana seorang pemimpin mempraktekan kepemimpinannya yang gaya

tersebut dapat dilihat dari aktivitas kepemimpinannya.

6. Kepemimpinan Yang Efektif

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi beberapa kelompok akhir-akhir ini

tidak dapat dipecahkan tanpa adanya organisasi yang sukses. Tetapi organisasi

tidak akan sukses tanpa adanya kepemimpinan yang efektif.28 Para pemimpin saat

ini menghadapi keadaan yang sulit, di mana kecepatan laju globalisasi yang

meningkat dengan cepat. Akibatnya kegiatan kepemimpinan menjadi begitu rumit

dalam situasi bahwa armada kerja adalah majemuk sehingga efektifitas

kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjawab tantangan ke depan. Oleh

karena itu menurut Muhammad Ramadhan kepemimpinan yang efektif yaitu

kepemimpinan yang mampu mengadaptasi gayanya agar sesuai dengan situasi

yang tertentu. Hal ini erat hubungannya dengan tingkat perkembangan dan

kematangan bawahan dalam melaksanakan tugas tertentu.

Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe

kepemimpinan yang dipergunakannya, tetapi tergantung pada caranya

27

T. Hani Handoko, M.BA, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1998), cet. Ke13, h. 294

28

(32)

menerapkan gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang

dihadapinya.

Makin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui

pendekatan manusiawi (human approach), menunjukkan kecenderungan semakin tinggi dan terbina satu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional

antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk

bersama.29 Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara

formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan

kepentingan.30

Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen, mengatakan : Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin antara lain sebagai

berikut :

a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.

b. Harapan dan prilaku atasan.

c. Kebutuhan tugas.

d. Karakteristik, pengharapan dan perilaku bawahan.

e. Iklim dan kebijakan organisasi.

f. Harapan dan perilaku rekan.

Semua faktor-faktor ini mempengaruhi pemimpin adalah melakukan fungsi

kepemimpinan.31

Sedangkan Edwin Ghiselli, menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari

kepemimpinan efektif. Yaitu :

29

Ibid

30

Ibid.,h. 305

31

(33)

a. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi

manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para

pahlawan).

b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung

jawab dan keinginan untuk sukses

c. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya fikir.

d. Ketegasan (devisevenis), atau kemampuan membuat keputusan dan memecahkan masalah dengan cakap dan tepat.

e. Kepercayaan diri, atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi

masalah-masalah.

f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan

suatu aktivitas dan menemukan cara-cara baru dan inovasi.32

Jadi, elementasi fungsi kepemimpinan yang efektif menjadikan bawahan

bekerja efektif, ke arah pencapain tujuan dan karenanya organisasi menjadi efektif.

Dengan demikian menurut penulis kepemimpinan yang efektif tergantung bagaimana

kemampuan seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada

situasi dan kondisi yang dihadapi. Dapat menyesuaikan diri yaitu dapat

mendelegasikan wewenang secara efektif dengan mempertimbangkan kemampuan

mereka, kemampuan bawahan dan tujuan yang harus diselesaikan.

B. Pengembangan Kaligrafi 1. Pengertian Pengembangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pengembangan adalah

"perihal", perkembangan, berasal dari kata "kembang" yang mempunyai proses, cara, perbuatan pengembangan”.33

32

(34)

Menurut Malayu SP Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mengatakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan, teknis, teoritis, konseptual, melalui pendidikan dan

pelatihan. Pendidikan dan latihan harus sesuai dengan pekerjaan masa kini,

maupun masa depan. Kata pengembangan mengarah pada penciptaan dalam

bentuk perluasan dan peningkatan.34

AA. Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan mengatakan bahwa "pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur

yang sistematis dan terorganisir dimana pegawai manajerial mempelajari

pengetahuan konseptual atau teoritis guna mencapai tujuan yang umum".35

Menurut T Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen Personalia berpendapat bahwa ”pengembangan (development) adalah mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam rangka untuk memperbaiki dan

meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat-sifat kepribadian".36

Dalam beberapa pengertian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa

pengembangan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan melalui proses

pendidikan jangka panjang yang sistematis dan terorganisir.

2. Pengertian Kaligrafi Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1995), h. 414

34

Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara 2000), h. 10

35

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), cet. Ke-3, h. 44

36

(35)

graphein: to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan indah. Dalam bahasa arab biasa disebut khat yang berari garis atau coretan pena yang membentuk tulisan tangan, dan disebut fann al-khath yang berarti seni memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.37

Secara terminologis, Syeikh Syam al-Din al-Afkani mengatakan : "kaligrafi

adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya,

dan tata cara merangkainya menjadi sebuah kata yang tersusun. Atau apa-apa

yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana

yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan

bagaimana cara menggubahnya".38

Adapula yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa yang ditulis

para ahli dengan dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan ilmu tersendiri

tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang biasa

dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis, yang dapat

dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja

kesenian.39

Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al-Kurdi dalam karyanya Tarikh al-Khath al-‘Arabi wa Adabihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud

kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujung-ujung jari

dengan memanfaatkan pena dengan tata cara tertentu. “Pena” di sini adalah pusat

37

Al-Mu’jam al-Wajiz, (Majma al-Lughah al-‘Arabyah, 1995), h. 203. Di kutif pulaoleh Ilham Khoiri. Dalam: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 49-50.

38

Irsyad al-Qasid bab Hasr al-Ulum oleh Abu al-Abbas Ahmad ibn ‘Ali alQalqassyandi dalam

subh al-Asyafi Syina ,ah al-insya, (Kairo: Kustatasumas wa Syarikahu, tth), h. 3-4. dikutif oleh D. Sirojuddin.AR. dalam: Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

h. 3

39

(36)

gerakan ujung-ujung jari, semantara “tata cara tertentu” merujuk pada semua jenis

kaidah-kaidah penulisan.40

Menurut penulis sendiri kaligrafi adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk

huruf-huruf tunggal, cara merangkainya, dan cara menyusunnya menjadi sebuah

kata dan kalimat yang kemudian untuk menjadi sebuah tulisan yang indah.

3. Konsep Pengembangan Kaligrafi

Pembinaan kaligrafi dapat diwujudkan secara intensif, terstrutur, dan

propesional.41 Di Indonesia pembinaan yang dipelopori oleh D. Sirojuddin. AR

misalnya dengan mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) pada 17

April 1985 pembinaan melalui lembaga ini dapat diwujudkan melalui pendidikan

dan latihan (diklat) atau yang bersifat kursus-kursus terpadu ditambah dengan

kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mendukung kearah pengembangan dan tujuan

yang ingin dicapai.

Pengembangan kaligrafi khususnya yang dikembangkan Lembaga Kaligrafi

al-Quran (LEMKA), mengambil gaya tersendiri, yaitu didasarkan pada dimensi

skill dan pengembangan wawasan. Pelaksanaan keempat dimensi tersebut

diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan:42

a. Pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat melalui kursus

kaligrafi terpadu.

b. Kompetisi, perlombaan-perlombaan kaligrafi yang dapat dilaksanakan di

sekolah, kampus, pesantren, karang taruna, even-even hari besar Islam dan

nasional.

40

Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al Kurdi , Tarikh al-Khath al-‘Arabi wa Adabihi, (Hijaz, 1982), cet. Ke-3, h. 17. Dikutip oleh: Ilham Khoiri: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 50

41

D. Sirojuddin. AR, Makalah Training para Pembina Kaligrafii, ( Banten: LPTQ, 2008), h. 1

42

(37)

c. Pergelaran, pameran, dan pengembangan galeri untuk memotivasi supaya

mereka berkarya. Dan

d. Diskusi wawasan seni budaya, guna menyeimbangkan antara skill dan

wawasan.

Pengembangan kaligrafi berdasarkan buku Desain Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia yang disusun oleh LEMKA bahwa pengembangan

kaligrafi dapat ditempuh melalui :

a. Melangsungkan penataran/pengkaderan para khattat dan guru-guru khat di

berbagai sekolah dan pesantren.

b. Menawarkan beberapa kegiatan yang menarik gairah para khattat, seperti :

penulisan kitab atau buku-buku agama, penulisan mushaf-mushaf

al-Quran, melatih para utusan daerah untuk diikutkan dalam lomba-lomba

kaligrafi nasional (seperti MTQ), ASEAN (seperti Peraduan Menulis Khat

ASEAN) di Brunai Darussalam, atau internasional (seperti, Internasional

Calligraphy Competition).

c. Bertukar pengalaman dan ilmu di antara para khattat dan pelukis. Pelukis

mengajarkan tekhnik pengolahan media dan cat, sebaliknya mereka dapat

menulis ragam-ragam khat kepada para khattat.

d. Membuka sanggar-sanggar pengembangan kaligrafi di sekolah-sekolah

(madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah), pesantren atau di

tempat-tempat di luar lembaga pendidikan formal.

Penulis sendiri berdasarkan konsep pengembangan di atas menyimpulkan

bahwa konsep pengembangan kaligrafi yang terpenting adalah penumbuhan

semangat para kahattat/kaligrafer melalui kegiatan-kegiatan yang terkonsep dan

(38)

BAB III

PROFIL D. SIROJUDDIN. AR DAN LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)

A. Riwayat Hidup D. Sirojuddin. AR 1. Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Perjalanan Hidup Dilahirkan di desa Karang Tawang, Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 15 juli

1957, dengan nama lengkap Didin Sirojuddin anak pertama dari enam bersaudara

buah perkawinan H. Abdul Rahman dengan Hj. Sukrinah. Hobinya semenjak

kecil sebelum SD adalah melukis, apa saja akan dicoreti oleh Sirojuddin kecil

bahkan dinding rumah pun dilukis diberinya gambar dengan memanfaatkan arang

dapur. Ia juga menggunakan arang kuali dan blendok lampu untuk menulis halus

dengan pena kodok yang ditancapkan ke gagang kalam. Ketika itu pak Sirojuddin

banyak melukis gambar-gambar pemandangan dengan cat oker. Ia belajar sering

dari melihat gambar-gambar pemandangan yang digelar di pinggir jalan atau

gambar yang digantung di dinding rumah Bu Zaenab, salah seorang tetangganya.

Hal ini yang akhirnya menjadi kebiasaannya setelah berada di Jakarta. Ia sering

berkeliling melihat pameran, dari satu pameran ke pameran lainnya.1

Pada tahun 1960-an, di desanya mungkin hanya ada tiga orang anak yang

pandai menggambar. Selain Didin kecil ada juga Uung Masyhuri Yano

Suharyono. Tetapi yang paling dikenal dikalangan guru dan kawan-kawannya di

antara ketiganya adalah pak Sirojuddin. Hasratnya untuk mengkritik dan

menganalisa sudah tampak ketika ia menyalahkan hurup ra pada poster peraga

1

(39)

lukisan guru madrasahnya, E.S. Muchtaruddin, karena terlalu tipis pada

lengkungannya.

Ayahnya H. Abdul Rahman adalah Mantri Kesehatan di RSU ’45 Kuningan,

yang karena perjuangannya di desa Karang Tawang akhinya terpilih menjadi

kepala desa Kuwu selama 11 tahun (1968-1979). Selain mendirikan Pondok

Pesantren al-Abshori, Abdul Rahman juga termasuk pelopor berdirinya Madrasah

Tsanawiyah Karang Tawang. Sedangkan ibunya, Hj. Sukrinah datang dari

kalangan pesantren tua terbesar di Kabupaten Kuningan, Pondok Pesantren

Raudhotul Tholibin, pimpinan KH. Uci Syaripuddin di desa Lengkong yang

bersebelahan dengan desa Karang Tawang. Ini pula yang mengalirkan darah

kepemimpinannya pada Sirojuddin.

Lazimnya orang mabuk, hari-hari selama di Sekolah Dasar (sebelumnya

Sekolah Rakyat) pak Sirojuddin disibukkan dengan kerja menggambar. Padahal

sore harinya harus belajar di Madrasah Diniyah. Usai sholat maghrib ngaji

al-Quran dan kitab kuning kepada ayahnya yang guru ngaji di kampungnya. Pada

malam-malam tertentu, ikut pendalaman kitab pada Kiai Muhyiddin, Lengkong.

Setiap hari Ahad bersama beberapa kawannya, belajar Tilawah (lagu al-Quran)

pada Kiai Jemod di Desa Ciporang, dengan jalan kaki sepanjang 6 KM.

Gambar yang banyak dilukisnya ketika itu adalah gambar pemandangan

dengan cat oker. Ia belajar dari sering melihat gambar-gambar pemandangan yang

digelar di pinggir-pinggir jalan atau yang digantung di dinding Ibu Zainab

tetangganya dengan cara menginti-intip, hal yang kemudian menjadi kebiasaannya

setelah berada di Jakarta dengan sering menonton pameran dari hotel ke hotel dan

(40)

Gambar manusia dipelajarinya juga dari komik-komik. Ia terkesan dengan

komik Gibraltar karya Alyson SR dari Surabaya dan komik-komik tentang kebiadaban orang-orang PKI di tahun 1960-an. Komik-komik wayang karya R.

Kosasih sudah dibacanya juga waktu itu. Semuanya ditiru habis dengan

menggunakan pena kodok dan tinta hitam dari tinta kuali. Tapi gurunya di bidang

ini, seperti diakuinya, adalah Empud Mahfud, guru agamanya, dan Fuad Fauzi,

kawannya dari Bogor saat nyantri di Pondok Modern Gontor. Kemahirannya

menggambar peta di pelajarinya dari sebuah peta tua susunan R. Boss yang

ditemukan ayahnya di selipan kitab-kitab kuning di lemari bukunya.

Pak Sirojuddin waktu itu tidak terlalu prestisius. Ia hanya pernah mendapat

hadiah uang untuk beberapa gambar orang sholat di sekolahnya yang dibelikannya

seekor kambing. Hobinya yang sudah tak terbendung ini hanya menyisakan rasa

senang pada mata pelajaran sejarah dan mengarang, dan ”setengah membenci”

pelajaran menghitung. Bahkan menyagkut angka-angka hasil usahapun, ia tidak

tertarik karena, seperti dikomentarinya: ”Cuma ngitung duit siluman!” pak

Sirojuddin juga berterus terang, ”Dari 20 soal berhitung, kadang-kadang dua yang

betul. Sisanya yang salah, tolonglah dijumlahkan ada berapa?” saat nyantri di

Gontor, ia juga sering mendapat nilai 1 (satu) untuk Pelajaran Ilmu hisab

(aritmatika). Rupanya angka itu dianggapnya ”angka juara”. Karena pak

Sirojuddin selalu ingin jadi pelopor di bidang yang digelutinya.

Seharusnya pak Sirojuddin termasuk murid angkatan pertama di Madrasah

Tsanawiyah yang dirintis ayahnya. Namun, ayahnya memasukkannya ke Pondok

Modern Gontor, Jawa Timur, tahun 1969. dan di sinilah pak Sirojuddin

(41)

Pesantren ini. Pesantren yang menerapkan disiplin ketat ini sarat dengan kegiatan

seni, dan pelajaran khat termasuk kurikulum wajib di kelas. Mungkin sudah

suratan takdir, ketika pak Sirojuddin tidak dikabulkan ayahnya masuk ASRI

(Akademi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta. Ketika tahun 1976 akhirnya

masuk kuliah pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Di luar jadwal kuliah, pak Sirojuddin semakin giat untuk

mengasah hobinya dan menganggap "Jakarta adalah guru, di Jakarta juga ada

segalanya".2

Berkat hobi dan kemampuannya, sejak kuliah tahun 1976, pak Sirojuddin

bekerja sebagai ilustrator majalah, lalu beralih menjadi editor Pustaka Panjimas

Sampai tahun 1982. hobinya mengarang dan baca-baca buku cerita, petualangan,

dan humor di samping buku-buku agama menghasilkan cerpen-cerpen dan

karangan ilmiah dan laporan peliputan selama menjadi wartawan Panji

Masyarakat (1982-1989).

Selama jadi mahasiswa, Beliau hanya memendam keinginan yang

dicita-citakannya. Di Jakarta hanya ada beberapa khattat. Selain sulit dihubungi, mereka

juga tidak mudah diajak berserikat membentuk asosiasi. Namun masa-masa

tersebut adalah masa subur bagi pak Sirojuddin untuk menulis kaligrafi buku

dibeberapa penerbit di Jakarta. Ia memperoleh cukup uang sehingga

berkesempatan membeli banyak buku. Uang juga banyak diperoleh dari menulis

kaligrafi di masjid, membuat ilustrasi dan komik, selain cerpen dan artikel. Pak

Sirojuddin hampir-hampir bekerja sebagai khattat di penerbit Bulan Bintang,

Jakarta, dan PT. al-Ma'arif, Bandung. Namun keduanya urung diambil, karena

masih aktif kuliah.

2

(42)

Selesai kuliah tahun 1982, pak Sirojuddin sampai ke puncak kegelisahannya.

Setelah kemudian (1983) ia dipinta mengajar kaligrafi di Fakultas Adab eks

almamaternya. Kehormatan itu dilihatnya sebagai peluang. Hingga akhirnya, pak

Sirojuddin Berhasil mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Qur'an (LEMKA).

Kemudian, mendirikan Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA di Sukabumi.

Pesantren seni model baru yang pertama di Indonesia ini membina para kader

daerah yang diplot untuk menjadi pelopor-pelopor pengembangan kaligrafi di

seluruh kawasan Nusantara. Ia juga memimpikan sebuah Akademi Seni Islam

sebagai pusat studi dan pembinaan kaligrafi.3

2. Aktivitas Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR Di sela-sela kesibukannya sebagai dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta D. Sirojuddin. AR aktif dalam kegiatan-kegiatan

kaligrafi yang penulis klasifikasikan sebagai berikut:

a. Aktivitas Penjurian: 1). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-13, 1983, Padang, Sumatera

Barat

2). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-15, 1988, Bandar Lampung

3). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-16, 1991, Yogyakarta

3

(43)

4). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-17, 1994, Pekan Baru, Riau

5). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-18, 1997, Jambi

6). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-19, 2000 Palu Sulawesi

Tengah

7). Koordinator Juri Sayembara Kaligrafi Festifal Istiqlal Ke-1, 1991, Jakarta

8). Koordinator Juri Sayembara Kaligrafi Festifal Istiqlal Ke-2, 1995, Jakarta

9). Koordinator Juri Kaligrafi Hari Anak Sholeh Nasional, 1990 s/d 1998,

Jakarta

10). Dewan Hakim MTQ Tingkat Wilayah Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat,

Jambi, Riau, dan beberapa Kabupaten di Jawa Barat dan Banten.

11). Koordinator Juri Sayembara Melukis Kaligrafi SCTV,1995, Jakarta.

12). Dewan Hakim Lomba Kaligrafi Festifal Anak Sholeh II,1994,IV,1999,

Jakarta.

13). Koordinator Juri Lomba Disain Cover Mushaf al-Quran Departemen

Agama RI, 1995, Jakarta.

14). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 1998, di Brunei

Darussalam.

15). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2002, di Brunei

Darussalam.

16). Koordinator Sewan Hakim Kaligrafi Pospenas I, 2001, Ma’had

Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

17). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-20, 2003, Palangkaraya,

Kalimantan Tengah.

18). Koordinator Dewan Hakim Kaligrafi Pospenas II,2003, Palembang,

(44)

19). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Mahasiswa Nasional Ke-8, 2003, Bandung

Jawa Barat.

20). Koodinator Juri Lomba Kaligrafi Festifal Budaya Islam Nusantara

(Fesbin), 2003,TMII, Jakarta.

21). Koordinator Juri Lomba Kaligrafi Arsitektur Fakultas Teknnik

Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2004, Jakarta

22). Koordinator Juri Lomba Kaligrafi Pesta Budaya Sinbad, FIB Universitas

Indonesia, 2004, Depok, Jawa Barat.

23). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2004, Brunei

Darussalam.

24). Koordinator Dewan Hakim POSPENAS III, 2005, Medan, Sumatera

Utara.

25). Ketua Majelis Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-21, 2006, Kendari

Sulawesi Tenggara.

26). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2006, di Brunei

Darussalam.

27). Ketua Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Mahasiswa Nasional X, Kampus

UNSRI Palembang 2007

28). Ketua Dewan Juri Sayembara Logo UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

29). Ketua Juri Lomba Kaligrafi POSPENAS I IV, GOR Samarinda 2007

30). Ketua Majelis Hakim Kaligrafi MTQ Nasional XXII, Kota Serang-Banten

2008

31). Ketua Dewan Hakim Kaligrafi Musabaqoh al-Quran Nasional VII

(45)

32). Ketua Juri Lomba Kaligrafi Festifal Anak Sholeh Indonesia (FASI)

Nasional VII, Jakarta 2008.4

b. Aktivitas Pembinaan D. Sirojuddin. AR sebagai Kaligrafer kenamaan di Indonesia beliau aktif

dalam pembinaan-pembinaan kaligrafi di tanah air dan juga beberapa kali

diundang untuk membina di Brunei Darussalam, di antaranya daerah-daerah

yang beliau bina sebagai berikut:5

D. Sirojuddin. AR, Katalog Pelukis dan Guru Kaligrafi Indonesia, (Jakarta: LEMKA, 2008), h. 3, t. d.

5

(46)

17).

Gedung Seni Rupa Dekdikbud/Galeri Nasional Indonesia, Musium Nasional,

Gedung World Trade Center, Menara Kebon Sirih, Taman Mini Indonesia

Indah, Taman Seni Jaya Ancol, Masjid Istiqlal, Musium Istiqlal dan beberapa

kampus perguruan tinggi di Jakarta), Teheran Iran, dan Sarjah Uni Emirat Arab.6

d. Buku dan Diktat Karangan: Belajar Cepat Menulis Alquran (4 jilid) 1993

6). Mewarnai Kaligrafi (8 jilid, 1995 & 7 jilid), 2005

7). Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri Pondok Peasantren, 2001

8). Cara Mengajar Kaligrafi (terjemahan), 2002

6

(47)

9). Kaligrafi Hitam Putih D. Sirojuddin. AR, 2001

10). Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, 2002

11). Latihan Melukis Kaligrafi dari Hitam Putih ke Warna-warna, 2002

12). Desain Pelajaran Kursus Kaligrafi (4 jilid), 1986

13). Tentang LEMKA dan Desain Pengembangan Seni Kaligrafi di

Indonesia, 1991

14). Corat-coret Bukan Asal Coret,1993

15). Gores Kalam: Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni

Kaligrafi Islam di Indonesia (artikel koran dan majalah1984-1999)

16). Desain Mewarnai Kursus Kaligrafi Terpadu LEMKA, 1996

17). Asah Asuh Huruf : Himpunan Karya Master Bahan Latihan Pengajar

LEMKA,1996

18). Kaligrafi Arab: Peralihan dari Kufi ke Naskhi, 1996

19). Membina Kaligrafi Gaya Lemka, 1996

20). Persiapan Menuju MTQ: Kiat Latihan Para Khattat Peserta MTQ, 1996

21). Khat Naskhi untuk Kebutuhan Baca Tulis, 1997

22). Seni Kaligrafi Islam di Indonesia Angkatan Perangkatan, 1998

23). Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam (7jilid), 2005

28). Kaligrafi di MTQ (Kiat Pelatihan dan Perhakiman), 2006.7

7

(48)

C. Sejarah Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) 1. Latar belakang berdirinya

Keinginan mendirikan sebuah lembaga kaligrafi al-Quran, merupakan

’khayalan’ D. Sirojuddin. AR sejak tahun 1975, tepatnya menjelang ia lulus dari

Pondok Pesantren Madern Gontor. Setamat dari pesantren tersebut, pak

Sirojuddin melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah

beliau menekuni kegemarannya yang muncul sejak kecil, yakni melukis kaligrafi.

Setamat kuliah, tahun 1982, khayalan terpendam itu masih tetap membara.

Tetapi, pak Sirojuddin belum menemukan teman sesama khattat (para penulis

khat) yang mau diajak untuk mendirikan lembaga impiannya itu. Gagasan untuk

mendirikan wadah pengembangan kaligrafi sama sekali tidak menarik perhatian

mereka. Namun rasa penasaran pak Sirojuddin terus bergolak. Sementara melukis

hanya untuk dirinya saja, baginya merasa membosankan. Meskipun diakuinya

telah menghasilkan banyak uang.

Selama jadi mahasiswa, beliau hanya memendam keinginan yang

dicita-citakannya beliau harus berjuang sendiri tak seorangpun yang mambantu

mewujudkan cita-cita pak Sirojuddin kala itu, di Jakarta hanya ada beberapa

khattat. Selain sulit dihubungi, mereka juga tidak mudah diajak berserikat

membentuk asosiasi. Akhirnya, hingga sampailah pada momen yang bersejarah

bagi cikal bakal berdirinya LEMKA, yakni, tahun tahun 1983. Di Padang ketika

beliau untuk pertama kalinya menjadi Dewan Hakim Kaligrafi pada MTQ

Nasional XIII/1983, di sini lebih jauh pak Sirojudddin kerkenalan dengan KH. M.

Abdul Razaq Muhilli, penulis buku propesional, dan Prof. H. M. Salim Fachry,

penulis al-Quran Pusaka Indonesia atas pesanan Presiden Soekarno, yang bertugas

Referensi

Dokumen terkait