• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kepuasan citra tubuh terhadap kepercayaan diri orang yang mengikuti fitnes center

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kepuasan citra tubuh terhadap kepercayaan diri orang yang mengikuti fitnes center"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

YANG MENGIKUTI FITNES CENTER

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

JULHAIRMAN AGUNG NUGRAHA

105070002287

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Motto

“Kepercayaan diri sejati tidak ada kaitannya

dengan kehidupan lahiriah. Ia terbentuk

bukan dari yang di perbuat, namun dari

keyakinan diri, bahwa yang di hasilkan

memang berada dalam batas-batas

kemampuan dan keinginan pribadi”

(Barbara De Angelis, Tahun 2003).

Persembahan

(3)

Illahi Rabbi Dibawah kemurahan-Mu

kupersembahakan karya ini untuk

menggapai anugerah-Mu dan Kekasih-Mu

Muhammad saw, yang kucinta

Orangtuaku, Keluargaku, Calon Istriku,

Calon anak-anakku dan Sahabat setiaku

(4)

(B) Juni 2010

(C) Julhairman Agung Nugraha

(D) Pengaruh Kepuasaan Citra Tubuh Terhadap Kepercayaan Diri Orang Yang Mengikuti Fitness Center

(E) xvii + 85 halaman

(F) Bentuk tubuh manusia merupakan representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal. Tolak ukur yang paling sering

digunakan oleh para pria untuk menilai bentuk tubuh yang ideal yaitu dapat terlihat dari ketika mereka menampilkan fisik yang sehat, atletis, besarnya otot tubuh dan bentuk perut yang six pack.

Jika membicarakan bentuk tubuh maka, hal ini sejalan dengan kepada kepuasan terhadap citra tubuh. Citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaan-penilaan, sensasi-sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya citra tubuh yang sehat ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh dan perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh yang positif dan percaya diri.

Seseorang yang percaya diri akan lebih mampu mengembangkan potensi dan aktualisasi diri daripada individu yang kurang percaya diri. Setiap orang pasti pernah merasa tidak puas dengan penampilannya, sehingga berusaha untuk bisa tampil jauh lebih baik. Penampilan bentuk tubuh yang bagus dan ideal merupakan impian banyak pria yang mengikuti fitnes.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepuasaan Citra Tubuh Terhadap Kepercayaan Diri Orang Yang Mengikuti Fitness Center. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik Product Moment Pearson.

Penelitian dilaksanakan di Tempat Olah Raga Fitnes dan Aerobic “Ram

Boe Born to Sport” dengan teknik purposive sample. Instrumen

pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Uji coba

(5)

α

taraf signifikansi 5 %. Seluruh item valid digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Hasil penghitungan uji hipotesis menghasilkan nilai r hitung0.369. Sementara nilai r table dengan n 70 taraf signifikansi 5% adalah 0.235. Dengan nilai r hitung (0.369) > r table (0.235), maka hipotesis nihil (H0)

yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepuasan Citra Tubuh dan Kepercayaan Diri ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara Kepuasan Citra Tubuh dan Kepercayaan Diri diterima. Arah pengaruh yang didapat adalah positif yang bermakna bahwa semakin baik kepuasan citra tubuh seseorang akan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Disarankan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama sebaiknya melakukan penelitian ditempat fitnes yang lebih banyak lagi dan semple yang bervariasi jenis kelaminnya dan menambah lebih banyak sampel yang digunakan dalam penelitian.

(G) Bahan Bacaan : 17buku, 4 jurnal, 3 majalah, 6 situs internet (dari tahun 1996- 2010).

(6)

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalammu`alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepuasaan Citra Tubuh Terhadap Kepercayaan Diri Orang Yang Mengikuti Fitnes Center”.

Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Alhamdulillah dengan keikhlasan dan bantuan dari berbagai pihak, sudah sepantasnya penulis haturkan setiap butir terima kasih kepada :

1. Jahja Umar, Ph.D Dekan Fakultas Psikologi, beserta jajarannya di Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak hal untuk penulis jadikan sebagai bekal kehidupan.

2. Prof. Hamdan Yasun, M.Si. dan Liany Luzvinda, S.Psi, M.Si dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah banyak

membimbing dan membagi ilmunya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen khususnya kepada Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si. dosen pembimbing seminar proposal skripsi atas segala arahan dan motivasinya kepada penulis. Staff Administrasi dan Tata Usaha

(7)

dan perjuangan kalian membuat aku mengerti arti hidup ini. Semoga aku bisa menjadi bekal agar kalian bisa bertemu-Nya. Tidak ada yang bisa aku balas atas segala yang Ayah dan Ibu berikan, selain bakti dan doa setulus hati semoga Allah meridhai segala yang telah kalian

lakukan. Adiku-adiku Fazrul faisal aziz, Muhammad Daffa Al-Ghifary dan Yuli. Aku berharap karya ini bisa menjadi salah satu sumber inspirasi bagi kehidupanmu nanti.

5. Sahabat-sahabat SDN II Pondok Ranji, MTS Jami Yatulkhoir, SMA Kartika Bintaro, Psikologi UIN Reguler 2005, Raya Al-Aulia, Fitnes Ram

Boe Born to Sport teman ku yang lain Imam, Habibi, Dimas,Taufik,Bayu,

Iqbal,Krisna, Rizal, Latif, Lutfi, Haryanto, Panji,Teguh. Terima kasih kalian benar-benar menjadi warna dalam hidupku. May our friendship

last forever. Dan Pihak-pikah lain yang tidak disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan bantuan baik berupa moral maupun materil.

6. Nama terakhir yang kusebut Fitria Kusuma Wardhani menjadi

sebuah doa semoga ia menjadi pendamping dalam hidup dunia-akhirat ku.

7. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang telah di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

Ciputat, 22 April 2010

(8)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

MOTTO ...iv ABSTRAKSI ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...10

1.3 Pembatasan Masalah...10

1.4 Rumusan Masalah...10

1.5 Tujuan Penelitian ...11

1.6 Manfaat Penelitian ... ...11

1.7 Sistematika Penulisan ...12

(9)

2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri...15

2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri...19

2.1.3 Jenis-jenis Kepercayaan Diri...19

2.1.4 Ciri-ciri Kepercayaan Diri ...21

2.1.5 Prinsip-prinsip Kepercayaan Diri ...24

2.1.6 Memupuk kepercayaan Diri...27

2.2 Kepuasaan Citra Tubuh...31

2.2.1 Pengertian Kepuasaan Citra Tubuh...31

2.2.2 Komponen Citra Tubuh...33

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasaan Citra Tubuh... ...34

2.3 Olah Raga Fitnes ...39

2.3.1 Pengertian Fitnes...39

2.4 Kerangka Berpikir...40

2.5 Hipotesis...42

(10)

3.1.2 Pendekatan Penelitian...46

3.2 Definisi Variabel Penelitian...48

3.2.1 Devinisi Konseptual...48

3.2.2 Devinisi Operasional...49

3.3 Pengambilan Sampel dan Karakteristik Responden...50

3.3.1 Populasi ...50

3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...50

3.3.3 Karakteristik Responden...51

3.4 Metode dan Instrumen Penelitian...53

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ...53

3.4.2 Instrumen Penelitian ...54

3.5 Uji Coba Istrumen Penelitian...58

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data...59

3.7 Analisis Regresi ...60

3.7.1 Pengertian Regresi dan Tujuan Regresi...60

3.7.2 Hakikat Regresi...63

3.8 Prosedur Penelitian...65

(11)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden ...66

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Taraf Usia Di Setiap Wilayah...68

4.1.2 Kepuasaan Citra Tubuh Pada Seluruh Responden...69

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepercayaan Diri...70

4.2 Uji Persyaratan ...71

4.2.1 Uji Normalitas ...72

4.3 Uji Hipotesis ...74

4.4 Uji Regresi...76

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Kesimpulan ...77

5.2 Diskusi ...78

5.3 Saran ...82 DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 3.1 Bobot masing-masing jawaban pada setiap item...54

Tabel 3.2 Blue Print Kepercayaan Diri...56

Tabel 3.3 Blue Print Komponen Citra Tubuh...57

Tabel 3.4 Revisi Blue Print Kepercayaan Diri...61

Tabel 3.5 Revisi Blue Print Kepuasaan Citra Tubuh ...62

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Taraf Usia...68

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kepuasaan Citra Tubuh...69

Tabel 4.3 Hasil Kategori Kepercayaan Diri...71

Tabel 4.4 Hasil Tests Of Normality...73

Tabel 4.5 Hasil Kolerasi Teknik Pearson’s product...75

Tabel 4.6 Uji Korelasi Descriptive Statistic...76

Tabel 4.7 Hasil Regresi Model Summary...77

Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas (Anova)...77

Tabel 4.9 Hasil Coefficients (a)...78

(13)

Gambar 2 Kategori Kepercayaan Diri...71

Gambar 3 Gambar Q.Q Plot Kepuasaan Citra Tubuh...74

(14)

xvi

Lampiran 1 Hasil Uji Reliability dan Validitas Kepuasan Citra Tubuh...86

Lampiran 2 Hasil Uji Reliability dan Validitas Kepercayaan Diri...87

Lampiran 3 Angket Penelitian...88

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas...90

Lampiran 5 Uji Korelasi...92

(15)

DI

  

TANGERANG

 

SELATAN

 

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

 

               

 

Di Susun Oleh 

Fitria Kusuma Wardhani 

NIM :205070000494 

 

 

FAKULTAS

 

PSIKOLOGI

 

NON

 

REGULER

 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 

SYARIF

 

HIDAYATULLAH

 

JAKARTA 

(16)

KEPERCAYAAN DIRI ORANG YANG MENGIKUTI FITNESS

CENTER

SKRIPSI

Skripsi diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi

Oleh:

Julhairman Agung Nugraha

NIM:105070002287

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof. Hamdan Yasun, M.Si

NIP. 130351146

Pembimbing II

Liany Luzvinda, S.Psi, M.Si

NIP. 150 411 152

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

1431 H/2010 M

(17)

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta,4 Juni 2010

SIDANG MUNAQASYAH

Dekan/Ketua Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan/Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2001

Anggota :

Penguji I

Neneng Tati Sumiati, M.Si, P.Si NIP. 150 300 679

Penguji II

Prof. Hamdan Yasun, M.Si NIP. 130 351 146

Pembimbing I

Prof. Hamdan Yasun, M.Si NIP. 130 351 146

Pembimbing II

(18)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gaya hidup di daerah perkotaan yang penuh dengan junk food dan kurang

olahraga menyebabkan banyaknya keluhan tentang kesehatan dan berat

badan. Dimulai dari kegiatan yang hanya banyak duduk, kurang gerak

dan gemar makan makanan cepat saji ataupun yang gurih dan berminyak

belum lagi aktivitas sehari-hari yang mengharuskan pergi pagi pulang

malam kadang kala menyebabkan kita tidak dapat menyisihkan waktu

luang untuk berolahraga misalnya jogging dipagi hari atau sore hari

(Barry Sears 2009).

Dengan keadaan yang seperti itu, maka tidaklah heran bila kemudian

fitness center mulai berkembang di tengah-tengah gaya hidup perkotaan.

Bermacam-macam tujuan untuk datang ke fitness center. ada yang ingin

bugar, ingin sedikit lebih gemuk, ingin kurus, dan ingin mendapatkan

bentuk tubuh yang ideal (Barry Sears 2009).

Bila kita telisik lebih jauh, banyak sekali manfaat fitness. Semakin

bertambahnya usia, ketahanan tubuh akan semakin berkurang. Fitnes

adalah gaya hidup yang melibatkan unsur latihan (beban dan aerobic),

(19)

pengaturan pola makan (diet), dan istirahat dalam kadar yang

proporsional. Jika kita lihat lebih jauh manfaat yang bisa didapatkan dari

menjalankan fitness adalah rasa percaya diri yang lebih baik lagi. Kulit

terasa lebih kencang, halus dan sehat karena keringat yang membawa

racun-racun didalam tubuh keluar melalui pori-pori (Barry Sears 2009).

Kadar lemak tubuh yang telah berkurang membantu untuk membakar

kalori lebih tinggi sepanjang hari. Selain manfaat visual tubuh yang lebih

kencang dan postur yang terjaga baik, gaya hidup fitnes juga bisa

membantu kita menghemat budget pakaian.Tidak perlu lagi kita harus

membeli pakaian baru setiap kali perut dan pinggul membesar. Karena

dengan badan yang lebih bagus, pakaian yang sederhana pun terlihat

jauh lebih pas untuk penampilan yang baik (Barry Sears 2009).

Menurut Norman K (dalam Reps, 2005) fitnes ternyata punya dampak

bagi kesehatan mental. Banyak penelitian menunjukkan, jika seseorang

yang mengikuti fitness justru mengalami peningkatan mood, meskipun

hanya olahraga dalam waktu singkat saja. Masih menurut Norman K

(dalam Reps, 2005) fitness juga bisa meningkatkan intelegensi.

Penelitian menemukan, fitness bisa meningkatkan fungsi intelektual,

ingatan, dan imajinasi. Selain itu fitness juga terbukti dapat menurunkan

(20)

ketimbangan obat medis. Kemampuan fitness menurunkan tekanan darah

lebih baik dari obat penenang. Fitness bisa menurunkan detak jantung

serta tekanan darah dengan begitu semua efek negatif stress fisik akibat

kedua hal tersebut bisa diatasi (Norman K dalam Reps, 2005).

Seiring berjalannya waktu, fitness juga mampu menaikkan mood,

sehingga mampu mengurangi stres pada individu. Karena fitness bisa

mengendalikan emosi. Psikoterapi, jika digabungkan dengan fitness, bisa

menjadi kombinasi yang efektif. Psikoterapi dalam fitness berguna untuk

melawan depresi. Depresi bisa terjadi karena beberapa hal: kimiawi,

situasi, rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak berharga

(PattiBritton2007).

Bahkan, penelitian juga mencatat kalau anti-depresi terefektif adalah

kombinasi fitness dan psikoterapi. Selain itu fitness juga tidak mengenal

rentan usia artinya fitnes dapat dilakukan oleh remaja maupun usia

dewasa. Jurnal American Journal of Sports & Medicine (Febe Ida S 2009)

suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui aman tidaknya latihan beban

bagi 18 anak lelaki berusia 8 thn. Kedelapan belas anak ini menjalani

suatu program latihan selama 14 minggu sebanyak 3 kali sesi latihan per

(21)

Dan hasilnya adalah program latihan tersebut tidak menimbulkan efek

cedera apapun dan tidak mempengaruhi kesehatan tulang, otot atau

organ-organ tubuh yang penting lainnya (Febe Ida S 2009). Selain

penelitian tersebut, banyak penelitian dari para ilmuwan yang

menyimpulklan hal yang sama, yaitu dalam program latihan jangka

panjang atau pendek, fitness di usia belia sama sekali tidak menghambat

pertumbuhan, asal dilakukan dengan pengawasan dari orang tua,

menggunakan beban yang sesuai dengan kekuatan sang anak, dan

frekuensi latihan yang tidak terlalu membuat lelah, olahraga beban justru

ikut menjaga kesehatan, daya tahan, stamina dan bentuk tubuh

(Febe Ida S 2009).

Jika membicarakan mengenai fitness tak dapat dipungkiri bahwa hal itu

terkait dengan yang namanya bentuk tubuh( Body Image). Bentuk tubuh

manusia merupakan representasi diri yang pertama dan paling mudah

terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian terdorong untuk memiliki

tubuh yang ideal (Breakey ,1997). Bentuk tubuh yang ideal pada diri

seseorang bukan dilihat dari gemuk atau kurusnya tubuh orang tersebut.

Pernyataan ini didukung oleh sebuah penelitian yaitu National Institute on

Aging ( dalam Men’s Health, 2004) dengan sampel penelitian para pria.

Hasil dalam penenlitian tersebut menyimpulkan bahwa pria yang bertubuh

(22)

jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria gemuk yang rutin

berolah raga. Tubuh kurus bukan jaminan kesehatan dan yang lebih

utamanya adalah tubuh yang bugar itu lebih menentukan panjang usianya

seseorang (Men’s Health, 2004).

Statistik akibat kegemukan menjelaskan bahwa di Amerika Serikat (dalam

Adiraga, 2006)menunjukan bahwa angka kematian akibat kegemukan

mencapai 300.000 jiwa per tahunnya atau 822 jiwa meninggal setiap hari,

34 kematian setiap jam, 1 nyawa setiap 2 menit yang meninggal akibat

dari kegemukan (Adiraga, 2006).

Data tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anderson

dan Domenico (dalam Polivy & McFarlane, 1998) yang dikutip oleh

Sukamto (2006) menemukan bahwa majalah-majalah remaja dan dewasa

memuat 10,5 kali lebih banyak iklan dan artikel yang mempromosikan

penurunan berat badan daripada majalah-majalah yang seluruhnya berisi

saran-saran tentang diet dan pembentukan tubuh.

Berdasarkan fenomena yang ada sekarang,Penelitian Esther (dalam

Sukamto, 2006) pada mahasiswa menemukan bahwa 62% subjek

penelitian ingin menurunkan berat badan setelah menonton acara

peragaan busana dan penampilan para artis di televisi. Para remaja dan

(23)

bersalah, malu, tidak aman, dan tidak puas terhadap tubuh mereka (Polivy

& Mcfarlane,1998).Tolak ukur yang paling sering digunakan oleh para pria

untuk menilai bentuk tubuh yang ideal yaitu dapat terlihat dari ketika

mereka menampilkan fisik yang sehat, atletis, besarnya otot tubuh dan

bentuk perut yang six pack.

Dalam sebuah studi penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan seribu

pria menghasilkan data, lebih dari 50 % pria mengakui ketidak bahagiaan

dengan tubuh mereka, dan 40 % pria mengakui ingin melakukan ‘chest

implants’ atau operasi penambahan otot di bagian dada, sehingga mereka

bisa mendapatkan otot-otot dada (pectoral)yangsempurna (Senda Casillas

2008).

Berdasarkan data-data yang telah dijelaskan diatas terungkap bahwa

bentuk tubuh seseorang bukan diukur dari gemuk atau kurusnya tubuh,

melainkan dilihat dari sehat atau tidaknya tubuh tersebut. Jika

membicarakan bentuk tubuh maka, hal ini sejalan dengan kepada

kepuasan terhadap citra tubuh. Menurut Melliana (2006) citra tubuh

merupakan fondasi dasar dari keseluruhan kepribadian manusia.

Memiliki Citra tubuh yang positif itu sangat penting bagi kesehatan dan

rasa percaya diri. Citra tubuh yang positif adalah komponen rasa percaya

(24)

(PattiBritton 2007). Citra tubuh atau body image atau body concenpt

(konsep tubuh atau gambaran tubuh) adalah ide seseorang mengenai

penampilan badannya di hadapan orang lain. Kadang dimasukkan pula

konsep mengenai fungsi tubuhnya (Chaplin, 2000). Menurut Rice (dalam

Sukamto 2006), citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki

seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran,

perasaan-perasaan, penilaan-penilaan, sensasi-sensasi, kesadaran, dan perilaku

yang terkait dengan tubuhnya.

Citra tubuh merupakan suatu pengalaman yang individual seseorang

tentang tubuhnya. Menurut Rosen (dalam Sukamto, 2006), citra tubuh

dapat berubah walaupun penampilan fisik tidak berubah. Citra tubuh

merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat subjektif, sehingga

konsep ini sebenarnya tidak tergantung pada penampilan fisik. Jadi

seseorang yang telah berhasil menurunkan berat badanya atau menjadi

lebih cantik mungkin masih memiliki citra tubuh yang negatif.

Rice (dalam Sukamto, 2006) menjelaskan bahwa citra tubuh yang sehat

atau positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang

tubuh dan perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh

yang positif dan percaya diri. Olah raga fitness juga mampu membuat

seseorang menjadi lebih menghargai diri sendiri, membuat seseorang

(25)

Mempunyai mobilitas fisik tinggi (mampu menggerakkan tubuhnya sesuai

kemauan tanpa hambatan lelah) bisa melahirkan rasa percaya diri dan

kenikmatan yang tak pernah dirasakan kebanyakan orang yang jarang,

malas, atau tidak pernah olahraga. Jika dikaji lebih mendalam tentang

citra tubuh dan kepercayaan diri hal ini sejalan searah dengan hasil

laporan penelitian The U.S. Surgeon General (dalam Reps, Juni 2005)

yang menyebutkan berbagai alasan seseorang untuk mengikuti fitness

diantaranya fitness mampu meningkatkan optimisme,daya tahan

psikologis, dan kepositifan kreatifitas dan kemampuan memecahkan

masalah spirit emosional kemampuan rileks di situasi stres citra diri dan

kepercayaan diri. Dengan kata lain, bentuk tubuh seseorang itu berkaitan

dengan kepercayaan diri-nya.

Kepercayaan diri sangat dibutuhkan didalam kehidupan manusia. Pada

era globalisasi saat ini banyak sekali hal yang mempengaruhi kehidupan

manusia, baik yang positif maupun yang negatif. Manusia dituntut untuk

bisa mengambil keputusan sendiri, mampu mengatasi setiap rintangan

yang terjadi. Manusia dituntut untuk bertindak dan berfikir secara kritis,

tidak mudah putus asa, dan bertanggung jawab yang didasari oleh

kepercayaan diri yang tinggi (Apollo, 2005).

Lauster (dalam Apollo, 2005), mengemukakan bahwa kepercayaan diri

(26)

individu dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam

melakukan tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas

perbuatannya.

Seseorang yang kurang percaya diri seringkali merasa takut dan khawatir

didalam menyampaikan gagasannya, ragu-ragu dalam menentukan

pilihannya, dan seringkali membandingkan dirinya dengan orang lain serta

pesimis dalam mengahadapi tantangan (Lauster, dalam Apollo, 2006).

Burns (1993) yang dikutip oleh Apollo (2006) menambahkan bahwa

seseorang yang percaya diri akan lebih mampu mengembangkan potensi

dan aktualisasi diri daripada individu yang kurang percaya diri. Setiap

orang pasti pernah merasa tidak puas dengan penampilannya, sehingga

berusaha untuk bisa tampil jauh lebih baik.

Penampilan bentuk tubuh yang bagus dan ideal merupakan impian

banyak pria yang mengikuti fitness. Oleh sebab itulah penulis merasa

tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan mendalam mengenai mengenai

”PENGARUH KEPUASAN CITRA TUBUH TERHADAP

(27)

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pokok yang akan diketahui dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

a. Kepercayaan Diri merupakan suatu sikap atau perasan yakin atas

kemampuan sendiri, sehingga individu dapat memilih hal-hal yang

disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan

tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

b. Citra Tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang

tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan,

penilaan-penilaan, sensasi-sensasi, kesadaran, dan perilaku yang

terkait dengan tubuhnya.

c. Fitness merupakan olah raga angkat beban untuk menurunkan

lemak dan membesarkan otot serta bertujuan untuk sehat secara

fisik dan psikis. Dengan seringnya kita melakukan olahraga fitness

kesehatan tubuh kita akan terjaga dengan baik, di mana ia

melibatkan asupan gizi yang cukup untuk tubuhnya.

1.3 Perumusan Masalah

Dengan mengetahui batasan masalah di atas, maka perumusan dalam

(28)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan mengetahui

Pengaruh Kepuasan Citra Tubuh Terhadap Kepercayaan Diri Orang

yang Mengikuti Fitness Center”

1.6 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik dari segi praktis maupun teoritis.

• Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

manfaat dari olah raga fitness kepada masyarakat. Selain untuk

menjaga kesehatan badan dan membuat ketahan fisik lebih terjaga

olah raga ini juga dapat meningkatakan rasa percaya diri.

• Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pikiran untuk

menambah wawasan keilmuan bagi masyarakat umum. Khusunya

wacana keilmuan psikologi,mengenai Kepuasan Citra Tubuh

(29)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 KAJIAN TEORI

Kajian teori meliputi Pengertian Kepercayaan diri, faktor-faktor

yang mempengaruhi Kepercayaan diri, jenis-jenis Kepercayaan

diri, prinsip-prinsip kepercayaan diri, memupuk kepercayaan diri,

pengertian Kepuasaan Citra tubuh, komponen Citra tubuh,

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasaan Citra tubuh,

pengertian fitness, kerangka berpikir, Hipotesis.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian meliputi jenis dan metode penelitian,

jenis-jenis penelitian, pendekatan deduktif, variabel penelitian,

definisi operasional, teknik pengambilan sampel , instrumen

pengumpulan data, analisis regresi, pengertian dan tujuan

regresi, hakikat regresi.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

(30)

KAJIAN TEORI

2.1 Kepercayaan Diri

2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa

dirinya mampu berprilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil

seperti yang diharapkan (Bandura, dalam Siska et,,al 2003). Sementara itu

Tylor dkk, (dalam Siska et,,al 2003) mengatakan bahwa seseorang yang

percaya diri memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri.

Lauster (dalam Apollo, 2005), mengemukakan bahwa kepercayaan diri

adalah suatu sikap atau perasan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga

individu dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam

melakukan tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Burns(dalam Apollo, 2005) menambahkan bahwa seseorang yang percaya

diri akan lebih mampu mengembangkan potensi dan aktualisasi diri dari pada

individu yang kurang percaya diri.

(31)

Lebih lanjut Rubin ( dalam Apollo, 2005) mengemukakan bahwa kepercayaan

diri adalah kekuatan dalam diri individu yang dapat menentukan langkah

dalam mengatasi masalah. Sedangkan Butcher (dalam Indiyah, 1998)

mengemukakan bahwa dalam kepercayaan diri terkandung kemandirian,

ketenangan dalam menghadapi berbagai situasi, keberanian mengemukakan

apa yang menjadi kehendaknya atau ide-idenya secara bertanggung jawab.

Menurut Willis (dalam Ghufron, M Nur et al.2010:34)kepercayaan diri adalah

keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan

situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi

orang lain. Lauster (1992) menambahkan bahwa kepercayaan diri diperoleh

dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek

kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang

sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai

kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.

Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada

diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembankan

kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai

(32)

Kepercayaan diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu dalam

menghadapi suatu situasi(Hambly, dalam Apollo, 2005).

Selanjutnya Angelish ( dalam Apollo, 2005) menambahkan bahwa

kepercayaan diri adalah suatu keyakinan didalam hati, bahwa segala

tantangan hidup harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.

Angelish (2003) mengatakan kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus

mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.

Dan kepercayaan diri berawal dari diri sendiri, untuk melakukan segala yang

kita inginkan dan butuhkan dalam hidup.

Luxori (2005) menyatakan bahwa percaya diri adalah pangkal kesuksesan.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki rasa percaya diri maka ia akan sulit

meraih kesuksesan yang gemilang. Dalam memahami berbagai kekurangan

diri bukanlah satu-satunya kunci untuk meraih kesuksesan. Tetapi, cara yang

paling ideal untuk mengembalikan rasa percaya diri untuk meraih kesuksesan

adalah dengan mengatasi dan menutupi kekurangan-kekurangan itu

(Uqshari, 2005).

Menurut Sangkala (2010) menerangkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap

positif yang memampukan seseorang untuk mengembangkan penilaian

(33)

Hal ini bukan berarti individu tersebut mampu dan berkompeten melakukan

segala sesuatu seorang diri alias ”sakti”.

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya

beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut di mana ia merasa memiliki

kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa. Tentunya karena

didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang

realistis terhadapa diri sendiri.

Dari berbagai penjelasan diatas mengenai kepercayaan diri maka dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Lautser

sebagai rujukan dalam penelitian. Lauster (1992) (dalam Ghufron,M Nur et

al.2010:34) mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman

hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang

berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak

terpengaruh oleh orang laindan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,

optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.

Lauster (dalam Apollo, 2005), menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah

suatu sikap atau perasan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga individu

dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan

(34)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Mussen (dalam Apollo, 2005) beberapa faktor yang mempengaruhi

kepercayaan diri yaitu :

1. Faktor indogen, yakni faktor yang berasal dari dalam diri yang meliputi

kelengkapan anggota tubuh, kecakapan dan kemampuan yang tinggi.

2. faktor eksogen, yakni faktor yang berasal dari luar diri seperti: 1)

faktor keluarga meliputi perhatian orang tua serta komunikasi yang

baik antara anak dan orang tua ;2) faktor lingkungan, meliputi

pergaulan antar teman, dan kerjasama dalam kelompok.

2.1.3 Jenis-jenis Kepercayaan Diri

Jika membicarakan mengenai jenis-jenis kepercayaan diri Barbara Angelish

(2003) menjelaskan ada tiga jenis kepercayaan diri, yaitu :

1. Tingkah Laku

Adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan

tugas-tugas, baik tugas-tugas yang paling sederhana, seperti

membayar semua tagihan tepat waktu, hingga yang bernuansa

cita-cita untuk meraih sesuatu. Umumnya, jika orang berbicara tentang

kepercayaan diri, maksudnya mereka adalah yang berkenaan dengan

(35)

2. Emosi

Adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap

sisi emosi. Untuk memahami segala yang dirasakan, menggunakan

emosi untuk melakukan pilihan yang tepat, melindungi diri dari sakit

hati, atau mengetahui cara bergaul yang sehat dan langgeng.

Sebagian orang punya kadar kepercayaan diri yang besar berkenaan

dengan tingkah laku, sehingga sukses dalam banyak hal. Namun jika

kadar kepercayaan diri yang berkenaan dengan emosi mereka rendah,

sulit ditemui tercapainya kebahagiaan dalam kehidupan pribadi

mereka.

3. Kerohanian (spiritualitas)

Merupakan kepercayaan diri yang terpenting dari ketiganya, seperti:

keyakinan pada takdir dan semesta alam, keyakinan bahwa hidup ini

memiliki tujuan yang positif, tanpa kepercayaan diri secara spiritual,

tidak mungkin kita dapat mengembangkan kedua jenis kepercayaan

diri lainnya yang bersifat tingkah laku maupun yang bersifat emosional.

Untuk menjadi orang yang percaya diri, perlu mengembangkan diri dalam

ketiga hal tersebut, seperti tingkah laku, emosi, dan kerohanian sehingga

(36)

2.1.4 Ciri-ciri kepercayaan diri

Pengertian rasa percaya diri sebagaimana diuraikan sebelumnya akan

merupakan suatu landasan dalam menggambarkan apakah seseorang

mempunyai rasa percaya diri ataukah kurang mempunyai rasa percaya diri.

Menurut Lauster . (dalam Ghufron,M Nur et al,2010:36), orang yang memiliki

kepercayaan diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah ini.

1. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang

dirinya. Ia mampu akan sungguh-sungguh akan apa yang

dilakukannya.

2. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu

berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan

kemampunya.

3. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan

kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau

(37)

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesedian orang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,

sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang

dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan

diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang memiliki ciri-ciri keyakinan diri,

optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis.

Menurut Guilford (dalam Appollo, 2005:47) ciri-ciri orang yang percaya diri

dapat dinilai melalui 3 aspek yaitu:

1. Individu merasa adekuat (yakin terhadap apa yang dilakukan)

hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan

dan keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis, cukup berambisi

dan tidak berlebihan. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu

mempercayai kemampuan sendiri sehingga tidak perlu bantuan orang

(38)

bekerja secara efektif, serta bertanggung jawap atas keputusan dan

pekerjaannya.

2. Individu merasa dapat diterima oleh kelompok

hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya, khususnya

dalam hubungan social. Individu merasa bahwa kelompoknya atau orang

lain menyukainya.

Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu aktif menghadapi

keadaan lingkungan, berani mengemukakan apa yang menjadi ide-ide

secara bertanggung jawa dan tidak mementingkan diri sendiri.

3. Memiliki ketenangan sikap

Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan

kemampuannya. Individu merasa tenang menghadapi berbagai macam

situasi. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu merasa tenang,

tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi dan

(39)

Berdasarkan beberapa teori di atas, teori dari Lauster (1992) dan Guilford

(1959) tentang ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri lebih komplek

dan jelas. Pada dasarnya kedua ahli tersebut mengungkapkan hal yang

sama dan setara tentang ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri,

artinya Guilford (1959) menjabarkan dalam tinjauan teoritis, sementara

Lauster (1992) menjabarkan dalam bentuk aitem-aitem yang mengungkap

rasa percaya diri.

2.1.5 Prinsip-prinsip Kepercayaan Diri

Menurut Luxori Yusuf (2005) para pakar psikologi sepakat bahwa ada lima

prinsip yang harus dipegang untyuk memperoleh rasa percaya diri. Kelima

prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan sifat-sifat positif dalam diri.

Artinya dalam waktu yang sama, di haruskan mengikis habis

sifat-sifat negatif yang dimiliki. Karena sifat-sifat-sifat-sifat itulah yang akan

menjerumuskan pada kegagalan.

Tanamkanlah dalam jiwa bahwa sekaranglah waktu yang tepat untuk

memperoleh rasa percaya diri. Sejak saat ini, hendaknya berusaha

(40)

Jika berhasil, maka dengan sendirinya kadar rasa percaya diri

menjadi bertambah.

2. Bersikaplah bijaksanan dalam merancangkan target-target dalam

kehidupan.

Artinya, untuk mencapai kesuksesan, harus memulai pekerjaan dari

hal-hal yang mungkin bisa dikerjakan. Karena setiap saat melakukan

pekerjaan tersebut, pada saat itulah kesuksesan dan kadar rasa

percaya diri akan bertambah.Selain itu, juga dikarenakan kegagalan

selamanya akan menghancurkan kepercayaan seseorang pada dirinya

sendiri.

Sebuah penelitian ilmiah menyimpulkan bahwa faktor utama yang

menyebabkan orang kehilangan rasa percaya dirinya sehingga

hidupnya gagal adalah karena mereka menganggap diri mereka tidak

mampu melakukan hal yang terbaik sama sekali dalam hidupnya.

Pada dasarnya, anggapan seperti itu sangat keliru. Apabila mereka

mau mengubah dan menanggalkan pola pikir seperti ini, maka

(41)

3. Memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

Karena orang lain biasanya senang menjalin tali persahabataan hanya

dengan seorang individu yang mau memberikan perhatian dan

kehormatannya pada mereka.

Disamping itu, orang lain akan senang menjalin persahabataan

dengan individu yang siap memberikan mereka rasa kasih dan

kehangatan. Lalu, orang lain akan senang menjalin persahabatan

dengan individu yang punya perhatian terhadap penampilan fisik dan

psikisnya.

Selain daripada itu, orang lain akan senang menjalin persahabatan

dengan individu-individu yang tampak bahagia, optimistis, dan murah

senyum.

4. Menjaga penampilan psikis dan fisik.

Usahakan agar nada suara, tutur kata, dan etika keseharian terlihat

indah dan menarik simpat orang yang melihatnya. Jika mampu

mempraktikkan hal itu, maka kepercayaan pada diri akan bertambah.

Tanamkanlah dalam diri bahwa manusia yang percaya pada dirinya

sendiri akan selalu menjaga penampilannnya agar senantiasa terlihat

(42)

Dalam sebuah riset dikatakan bahwa penampilan luar (outer

performance) yang baik akan menimbulkan rasa percaya diri. Lebih

jauh lagi, riset tersebut juga menyimpulkan bahwa percaya diri yang

dihasilkan oleh orang yang berpenampilan sekadarnya, itu tidak

berpengaruh apa-apa jika dibandingkan dengan percaya diri yang

dihasilkan oleh seseorang yang perfect, bersih, dan berpenampilan

menarik.

5. Pilihlah teman yang siap memberikan kepercayaannya.

Dalam hal ini, ada dua tipe teman yang sebaiknya dipilih salah satu

dari keduanya, yaitu teman dengan individu yang punya rasa percaya

diri atau seseorang individu yang siap memberi kepercayaannya.

Apabila dua tipe ini ada dalam satu orang, maka jadikanlah sebagai

teman sejati. Carilah teman tipe ini sebanyak mungkin agar bisa lebih

percaya diri.

2.1.6 Memupuk Kepercaya Diri

Menurut Sangkala (2010) untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang

proporsional, maka individu harus memulainya dari diri sendiri. Hal ini sangat

penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat

mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Berikut adalah

(43)

1. Evaluasi diri secara objektif

Belajar menilai diri secara objektif dan jujur. Susunlah daftar kekayaan

pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat positif, potensi atau

keahlian yang dimiliki, baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang

belum.

Daftar juga setiap kesempatan ataupun sarana yang mendukung

kemajuan diri. Sadari semua aset berharga dan temukan aset yang

belum dikembangkan.

2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri

Sadari dan hargailah sekecil apa pun keberhasilan dan potensi yang

dimiliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar,

berevolusi, dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini.

Mengabaikan atau meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih

berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu

menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.

3. Positive thinking

Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka, atau persepsi negatif

yang muncul di dalam diri. Katakan kepada diri sendiri, Nobody’s

(44)

berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar,

bercabang, dan berdaun.

Semakin besar dan menyebar, semakin sulit dikenalikan dan dipotong.

Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan.

Hati-hatilah agar masa depan tidak rusak karena keputusan keliru yang

dihasilkan oleh pikiran yang keliru.

4. Gunakan self-affirmation

Untuk memerangi negatif thinking, gunakan self-affirmation berupa

kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contoh: saya pasti

bisa. Atau saya adalah penentu hidup saya sendiri. Tidak ada orang

yang boleh menentukan hidup saya.

5. Berani mengambil risiko

Berdasarkan pemahaman diri yang objektif, bisa memprediksi risiko

setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, tidak perlu

menghindari resiko, melainkan lebih menggunakan strategi tertentu

(45)

6. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan

Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang paling menderita

hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur kepada Tuhan atas

apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut

tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif.

7. Menetapkan tujuan yang realistis

Perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang ditetapkan selama ini. Dalam

arti apakah tujuan tersebut realistis atau tidak. Dengan menerapkan

tujuan yang realistis, maka akan memudahkan mencapai tujuan

tersebut.

Dengan demikian akan lebih percaya diri dalam mengambil langkah,

tindakan, dan keputusan untuk mencapai tujuan masa depan, sambil

mencegah terjadinya risiko yang yang tidak diinginkan.

Mungkin masih ada cara yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Jika dapat melakukan beberapa hal seperti yang diatas , niscaya akan

(46)

2.2 Kepuasan Citra tubuh

2.2.1 Pengertian Kepuasan Citra Tubuh

Dalam menjelaskan mengenai kepusan citra tubuh, maka ada baiknya jika

diuraikan terlebih dahulu. Kepuasan citra tubuh terdiri dari dua kata yaitu

kepuasan dan citra tubuh. Chaplin(2002) menjelasakan bahwa kepuasan

(satisfaction) adalah keadaan kesenangan dan kesenjangan, disebabkan

karena orang telah mencapai satu tujuan atau sasaran.

Sedangkan menurut Howell dan Dipboye (dalam AS Munandar, 2001)

kepuasan adalah hasil keseluruhan dan derajat suka atau tidak suka

terhadap sesuatu. Menurut Locke(dalam AS Munandar, 2001)

perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan

cenderung mencerminkan pengalaman-pengalaman pada waktu sekarang

dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa yang akan datang.

Sedangkan jika menguraikan mengenai citra tubuh (Chaplin,2000).

menyatakan bahwacitra tubuh atau body image atau body concenpt (konsep

tubuh atau gambaran tubuh) adalah ide seseorang mengenai penampilan

(47)

Menurut Rice (dalam Sukamto, 2006 ), citra tubuh adalah gambaran mental

yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran,

perasaan-perasaan, penilaan-penilaan, sensasi-sensasi, kesadaran, dan

perilaku yang terkait dengan tubuhnya. Citra tubuh merupakan suatu

pengalaman yang individual seseorang tentang tubuhnya.

Menurut Rosen (dalam Sukamto ,2006), citra tubuh dapat berubah walaupun

penampilan fisik tidak berubah. Citra tubuh merupakan sebuah konsep

psikologis yang bersifat subjektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak

tergantung pada penampilan fisik. Jadi seseorang yang telah berhasil

menurunkan berat badanya atau menjadi lebih cantik mungkin saja masih

memiliki citra tubuh yang negatif.

Menurut Rice (dalam Sukamto,2006), citra tubuh yang sehat atau positif

ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh dan

perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh yang positif dan

percaya diri. Citra tubuh yang sehat merupakan salah satu perwujudan dari

harga diri yang positif, khususnya pada remaja dan orang dewasa.

Menurut Melliana (2006) Cara berpikir yang positif atau negatif merupakan

hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh. Citra tubuh

merupakan fondasi dasar dari keseluruhan kepribadian manusia. Jika

(48)

fisik yang alami, tetapi jika berpikir secara negatif, akan bersikap kurang

menerima atau menolak. Misalnya, akan selalu merasa tidak puas terhadap

tubuhnya, yang mungkin menurut orang lain sudah cukup baik.

2.2.2 Komponen Citra Tubuh

Menurut Thomson (1998) Citra tubuh berkaitan dengan 3 komponen, yaitu:

1. Komponen persepsi

adalah tentang apa yang dipikirkan seseorang mengenai keadaan

tubuhnya. Komponen persepsi merupakan ketepatan individu dalam

mempersepsi atau memperkirakan ukuran tubuhnya.

Menurut Shaleh (2004) menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan

membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap

satu objek rangsangan.

2. Komponen sikap (subjektif)

adalah tentang bagaimana individu menyikapi keadaan tubuhnya.

Komponen sikap berkaitan erat dengan kepuasan atau ketidakpuasan

individu terhadap tubuhnya. Perhatian individu terhadap tubuhnya,

(49)

3. Komponen behavioral (tingkah laku)

menitik beratkan pada penginderaan terhadap situasi yang menyebabkan

individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan

penampilan fisik. Komponen behavioral lebih menekankan bagaimana

individu bertingkah laku dalam menghadapi keadaan tubuhnya.

Keterkaitan antara tingkah laku dan konflik ini juga dijelaskan oleh Weld

(dalam Mappiare, 2002) menurutnya frustasi merupakan hambatan yang

akan mengakibatkan kegagaln penyesuain psikologis. Dengan demikian,

individu yang mengalami frustasi bisa sampai menangis, murung, atau

bahkan agresi ke tingkah laku yang primitif.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Citra Tubuh

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan dan

ketidakpuasan (satisfaction dan dissatifaction) citra tubuh pada diri seseorang

(dalam Thompson, 1996) yaitu:

1. Gender

Chernin(dalam Thompson, 1996) menyatakan, bahwa pria

cenderung memandang tubuhnya secara fungsional dan aktif

agar dapat menunjang aktifitas. Sedangkan wanita lebih

(50)

wanita memiliki kepuasan citra tubuh yang lebih rendah dibanding

kaum pria.

2. Berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan

Penner (dalam Thompson, 1996) menyatakan, konsep citra tubuh

berkaitan dengan derajat kekurusan atau kegemukan tubuh

individu. Penner ,et al (dalam Thompson, 1996)mengemukakan,

suatu penelitian bahwa wanita yang mempersepsikan berat

badannya sebagai rata-rata akan lebih puas dibandingkan wanita

yang mempersepsikan ukuran tubuhnya sebagai kurus atau

gemuk, tanpa memandang ukuran tubuh yang sebenarnya.

Berat badan dan ukuran tubuh disebutkan memiliki peranan

penting dalam kepuasan citra tubuh pada wanita, terutama dalam

budaya yang menekankan pentingnya penampilan.

3. Masyarakat dan budaya

Menurut Fallon (dalam Thompson, 1998) citra tubuh seseorang

berkembang dalam konteks budaya. Budaya yang berkembang di

barat berbeda dengan budaya yang berkembang di timur,

sehingga menciptakan citra tubuh yang berbeda antara dua

(51)

Masyarakat menentukan standar sosial mengenai apa yang cantik

dan menarik. Selain itu, peranan budaya juga ikut mempengaruhi

perkembangan tingkah laku dan sikap yang berhubungan dengan

citra tubuh.

4. Tahap perkembangan

Menurut Thompson, (1996) Biasanya ketika seseorang telah

mencapai tahapan perkembangan pada usia pubertas sebagai

individu remaja mulai memperhatikan penampilannya. Remaja

mulai peduli dengan keadaan fisiknya, citra tubuh telah terbentuk

dalam pikirannya. Remaja pun mulai merasakan kepuasan atau

ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya.

5. Media massa

Menurut Lakoff and Scherr (dalam Thompson, 1996) Media

massa memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan

persepsi seseorang akan citra tubuhnya. Media selalu

menampilkan seseorang yang dianggap cantik adalah yang

mempunyai bentuk tubuh yang bagus, kulit putih mulus, ramput

hitam lurus dan seseorang yang dianggap tampan adalah laki-laki

(52)

Hal itu pun disetujui oleh penikmat media, sehingga media

semakin memainkan perannya dalam membentukan persepsi

seseorang tentang gambaran tubuh dan penampilan yang ideal.

6. Trend masyarakat dan Sosialisasi

Festinger (dalam Thomson, 1996) menyebutkan, tren yang

sedang berlaku di masyarakat sangat besar pengaruhnya

terhadap citra tubuh seseorang. Sedangkan jika membicarakan

mengenai sosialiasai Major, Testa,& Bylsma (dalam Thompson,

1996) menyatakan sejak kecil anak disosialisasikan dengan nilai

dan penampilan, baik oleh orang tua maupun orang dewasa yang

berpengaruh yang meliputi modeling interpersonal dan

pendelegasian nilai serta sikap tentang penampilan.

7. Konsep diri

Menurut Thompson (1996) Konsep diri seseorang turut

mempengaruhi besarnya citra tubuh yang dirasakan individu.

Aspek lain dari konsep yang tak kalah penting adalah

(53)

Anak-anak, remaja atau dewasa yang memiliki harga diri positif

tidak rentan terhadap penghinaan-penghinaan dari lingkungan

terhadap penampilan fisiknya. Selain itu kesadaran diri dihadapan

masyarakat (public self consciouness) menimbulkan preokupasi

pada penampilan dan ketidakpuasan akan tubuh.

Sedangkan Menurut Melliana (2006) citra tubuh yang merupakan bagian dari

konsep diri yang berkaitan dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor,

antara lain:

a. Penilaian, yaitu reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki

arti bagi individu justru akan mempengaruhi citra tubuh yang dimiliki

oleh individu tersebut.

b. Pembandingan. Citra tubuh terbentuk sangat tergantung pada

bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain,

biasanya pada orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya.

c. Peran seseorang. Setiap orang memainkan peran yang

berbeda-beda. Didalam setiap peran tersebut, individu diharapkan akan

bertindak sesuai dengan tuntutan dari perannya masing-masing.

Akibatnya, jika terjadi gangguan pada kondisi fisik, akan timbul efek

(54)

2.3 Olah Raga Fitness

2.3.1 Pengertian Fitness

Olahraga fitness di Indonesia semakin hari semakin memperlihatkan

kemajuannya. Olahraga ini pertama kali booming, setelah seorang atlit yang

dipunyai Indonesia yaitu Ade Rai, berkiprah dan menunjukan prestasinya di

dunia Internasional. Boomingnya olahraga ini di tanah air sejak tahun 1997.

Perkembangan olahraga ini di tandai dengan banyaknya event- event dan

kejuaran olahraga fitness dan binaraga yang diselenggarakan oleh berbagai

klub fitness center yang ada di seantero nusantara.

Ade Rai adalah pemrakarasa dan pencetus ide dari event- event tersebut.

Ade Rai pantas untuk menyandang gelar sebagai bapaknya dunia fitness dan

binaraga di Indonesia. Banyak sekali pertandingan- pertandingan olahraga

fitness dan binaraga yang telah diselenggarakan sejak tahun 1997.

Banyak sekali bermunculan klub- klub kebugaran di Indonesia, baik itu skala

kecil atau gym biasa maupun skala besar dan biasa disebut dengan Mega

Gym. Kebutuhan akan hidup sehat adalah yang sangat utama. Memiliki

badan sehat adalah yang utama. Fitness center dulunya merupakan sesuatu

yang lux dan hanya menjadi rekreasi semata, namun sekarang tidak lagi.

(55)

badan sehat akan terus meningkat dengan seiringnya waktu. Olahraga

fitness sangat baik untuk menjaga kesehatan badan kita dan keuntungan

yang didapat dari olahraga ini cukup banyak.

Menurut Slamet Wiharto (2008). Mulailah untuk hidup sehat dengan olahraga

fitness, tidak ada kata terlambat untuk hidup sehat, hanya kemauan dan niat

yang dapat memulainya. Hidup sehat dengan Fitness. Menurut Ade Rai,

fitness adalah suatu bentuk olahraga yang melibatkan perpaduan antara

latihan beban, latihan aerobic, pola nutrisi yang seimbang, sistematis dan

ilmiah dengan tujuan utama kesehatan fisik dan imunisasi yang tinggi.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga fitness

merupakan olahraga untuk membakar lemak, membentuk dan membesarkan

massa otot dengan melibatkan latihan beban didukung juga dengan nutrisi

dan suplemen yang seimbang sebagai media tambahan.

2.4 Kerangka Berpikir

Bentuk tubuh manusia merupakan representasi diri yang pertama dan paling

mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian terdorong untuk

memiliki tubuh yang ideal (Breakey,1997). Bentuk tubuh yang ideal pada diri

(56)

Pernyataan ini didukung oleh sebuah penelitian yaitu National Institute on

Aging ( dalam Men’s Health, 2004) dengan sampel penelitian para pria.

Hasil dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pria yang bertubuh

kurus tetapi tidak bugar justru memiliki resiko kematian akibat penyakit

jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria gemuk yang rutin

berolah raga. Tubuh kurus bukan jaminan kesehatan dan yang lebih

utamanya adalah tubuh yang bugar itu lebih menentukan panjang usianya

seseorang ( Men’s Health, 2004).

Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan juga bukan termasuk ukuran

tubuh yang ideal. Statistik akibat kegemukan menjelaskan bahwa di. Amerika

Serikat (dalam Adiraga vol.8, 2006) menunjukan bahwa angka kematian

akibat kegemukan mencapai 300.000 jiwa per tahunnya. Atau 822 jiwa

meninggal setiap hari, 34 kematian setiap jam, 1 nyawa setiap 2 menit yang

meninggal akibat dari kegemukan.

Tolak ukur yang paling sering digunakan oleh para pria untuk menilai bentuk

tubuh yang ideal yaitu dapat terlihat dari ketika mereka menampilkan fisik

yang sehat, atletis, besarnya otot tubuh dan bentuk perut yang six pack

(57)

Dalam sebuah studi penelitian di. Amerika Serikat yang melibatkan seribu

pria menghasilkan data, lebih dari 50 % pria mengakui ketidakbahagiaan

dengan tubuh mereka, dan 40 % pria mengakui ingin melakukan ‘chest

implants’ atau operasi penambahan otot di bagian dada, sehingga mereka

bisa mendapatkan otot-otot dada (pectoral) yang sempurna.

(Senda Casillas. 2008).

Jika membicarakan bentuk tubuh maka, hal ini sejalan dengan kepada

kepuasan citra tubuh. Citra tubuh atau body image atau body concenpt

(konsep tubuh atau gambaran tubuh) adalah ide seseorang mengenai

penampilan badannya di hadapan orang lain. Kadang dimasukkan pula

konsep mengenai fungsi tubuhnya (Chaplin,2000).

Menurut Rice (1995) yang dikutip oleh Sukamto (2006), citra tubuh adalah

gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi

pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaan-penilaan, sensasi-sensasi,

kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya.

Jika dikaji lebih mendalam tentang citra tubuh dan kepercayaan diri hal ini

sejalan searah dengan hasil laporan penelitian The U.S. Surgeon General

(dalam Reps, Juni 2005) yang menyebutkan berbagai alasan seseorang

(58)

optimisme,daya tahan psikologis, dan kepositifan;kreatifitas dan kemampuan

memecahkan masalah;spirit emosional;kemampuan rileks di situasi stress;

dan kepercayaan diri.

Dengan kata lain, bentuk tubuh seseorang itu berkaitan dengan kepercayaan

diri-nya. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan didalam kehidupan manusia.

Pada era globalisasi saat ini banyak sekali hal yang mempengaruhi

kehidupan manusia, baik yang positif maupun yang negatif. Manusia dituntut

untuk bisa mengambil keputusan sendiri, mampu mengatasi setiap rintangan

yang terjadi. Setiap orang pasti pernah merasa tidak puas dengan

penampilannya, sehingga berusaha untuk bisa tampil jauh lebih baik.

Penampilan bentuk tubuh yang bagus dan ideal merupakan impian banyak

pria yang mengikuti fitness.

Dari berbagai penjelasan diatas ternyata bentuk tubuh seseorang juga

berjalan sejalan dengan kepercayaan dirinya. Jika seseorang tidak

merasakan adanya kepuasan terhadap citra tubuh yang dimilikinya maka

orang tersebut juga tidak merasakan adanya kepercayaan didalam dirinya.

Namun sebaliknya jika seseorang merasakan kepuasan terhadapa citra

(59)
[image:59.612.139.555.185.345.2]

Gambar 2.1

Kerangka berfikir penelitian

Kepuasan terhadap bentuk tubuh

Kurang percaya diri

Lebih percaya diri

Tidak puasan terhadap bentuk tubuh

Individu yang mengikuti

fitness

2.5 Hipotesis penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah

Hipotesis : Ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan citra

tubuh dengan kepercayaan diri orang yang mengikuti

(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Seperti yang telah dikemukakan pada pendahuluan, yang hendak diteliti

dalam penelitian ini ialah apakah terdapat pengaruh antara kepuasan citra

tubuh terhadap kepercayaan diri orang yang mengikuti fitnes center.

Selanjutnya adalah untuk menjawab pertanyan pada penelitian ini, ada

beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti.

3.1 Jenis-jenis dan Metode Penelitian

3.1.1 Jenis-jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan

analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode

statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian

inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan

kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis

nihil.

(61)

Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti ( Azwar,

2005:5 ).

Menurut Arikunto (2002) penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya,

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

3.1.2 Pendekatan Deduktif

Adapun pendekatan pelitilian yang digunakan adalah pendekatan deduktif .

Pendekatan deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari

kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan

menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data

tertentu yang berciri sama dengan femomena yang bersangkutan (prediksi).

Dengan kata lain, deduksi berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak

tampak, berdasarkan generalisasi yang sudah ada.

Dan adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode dengan jenis

penelitian korelasional. Seperti yang dijelaskan oleh Azwar (2005:6) yaitu

(62)

berkaitan dengan variasi pada satu atau variabel lain berdasarkan koefisien

korelasi.

Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993), metode deskriptif adalah kegiatan yang

meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab

pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan

dari pokok suatu penelitian. Arikunto (2002) menjelaskan penelitian

kuantitatif ini dalam mengambil kesimpulannya akan lebih baik apabila

hasilnya juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, atau tampilan lainnya.

Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel

serta saling hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan

serentak dalam kondisi yang realistik. Studi korelasional memungkinkan

peneliti untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi,

bukan hanya mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel

(63)

3.2 Definisi Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakterisktik yang memiliki dua atau lebih nilai atau

sifat yang berdiri sendiri. Menurut Kerlinger dalam Sevilla, et al., 1993:21),

variabel adalah konstruk atau sifat yang diteliti.

Variabel terbagi kedalam dua macam, yaitu variabel bebas (Independent

Variabel ), dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah

Kepuasan Citra Tubuh. Sedangkan yang merupakan variabel terikat

(Dependent Variabel), dalam penelitian ini yang merupakan variabel

terikatnya adalah Kepercayaan Diri.

3.2.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual tentang kepercayaan diri yang dijelaskan oleh Lauster

(dalam Apollo, 2005), mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu

sikap atau perasan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga individu dapat

memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan

tindakan-tindakannyadan bertanggung jawab atas perbuatannya.

(64)

(dalam Sukamto, 2006) menjelaskan bahwa citra tubuh yang sehat atau

positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh dan

perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh yang positif dan

percaya diri.

3.2.2 Definisi Operasional

1. Definisi operasional variabel Kepercayaan Diri adalah skor yang diperoleh

dari skala kepercayaan diri. Variabel kepercayaan diri terdiri atas tiga

sub-variabel, yaitu :

a. Individu merasa adekuat (yakin terhadap apa yang dilakukan). Hal ini

didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis, cukup berambisi dan

tidak berlebihan.

b. Individu merasa dapat diteriama oleh kelompok. Hal ini didasari oleh

keyakinan terhadap kemampuannya, khususnya dalam hubungan social.

Individu merasa bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya.

c. Memiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan

terhadap kekuatan dan kemampuannya. Individu merasa tenang

(65)

2. Definisi operasional variabel Kepuasan Citra Tubuh adalah skor yang

diperoleh dari skala kepuasan citra tubuh yang terdiri dari tiga sub-variabel,

yaitu :

a. Komponen persepsi, adalah tentang apa yang dipikirkan seseorang

mengenai keadaan tubuhnya. Komponen persepsi merupakan ketepatan

individu dalam mempersepsi atau memperkirakan ukuran tubuhnya.

b. Komponen sikap (subjektif), adalah tentang bagaimana individu menyikapi

keadaan tubuhnya. Komponen sikap berkaitan erat dengan kepuasan

atau ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya.

c. Komponen behavioral (tingkah laku) menitik beratkan pada penginderaan

terhadap situasi yang menyebabkan individu mengalami

ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan fisik.

3.3 Pengambilan Sampel dan Karakteristik Responden

3.3.1 Populasi

Menurut Gay (dalam Sevilla, et al., 1993:160 ) populasi adalah kelopmpok

yang dijadikan sasaran generalisasi oleh peneliti. Menurut Arikunto (2002)

(66)

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subyek ini

harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang

membedakannya dari kelompok subyek lain (Azwar, 2005:77).

Dan dalam penelitian ini populasi tersebut adalah Tempat Olah Raga Fitnes

dan Aerobic “Ram Boe Born to Sport” yang berlokasi di Ruko Duta Mas

Fatmawati Blok B1 no.35 Jakarta Selatan. Jumlah Populasi di tempat

tersebut berjumlah kurang lebih 250 orang (yang terdaftar sebagai pelanggan

member).

3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena ia merupakan bagian dari

populasi, tentulah ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya

(Azwar, 2005:79). Arikunto (2002) juga menyatakan bahwa sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan simple

random sampling. Adapun yang dimaksud dengan simple random sampling

(67)

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Masing-masing anggota

pada populasi tersebut memiliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk

dipilih (Kountur, 2005).

Oleh karena semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama

sebagai sampel maka strategi ini sering disebut sebagai prosedur yang

terbaik (Sevilla, dkk, 1993). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel

sebanyak 70 orang pelanggan fitnes dan aeriboc”Ram Boe Born to Sport”.

Syarat pengambilan sampel secara random meliputi tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Menetapkan populasi, populasi disini adalah seluruh pelanggan yang

terdaftar sebagai member di Tempat Olah Raga Fitnes dan Aerobic

Ram Boe Born to Sport” .

2. Daftar semua anggota populasi, anggota populasi yang terdaftar

sebagai member di Tempat Olah Raga Fitnes dan Aerobic “Ram Boe

Born to Sport” 250 orang akan tetapi pada waktu yang sudah

ditentukan oleh peniliti populasi yang terkumpul hanya berjumlah 100

orang dan diberikan nomor pada setiap elemen populasi yang ada.

3. Lembar-lembar kertas yang kecil digulung dan dimasukan kedalam

wadah kemudian di kocok sesuai dengan jumlah sampel yang

(68)

3.3.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah :

1. Pelanggan yang terdaftar sebagi member di tempat olahraga fitnes

dan aeriboc”Ram Boe Born to Sport” Jakarta.

2. Berjenis kelamin Laki-laki

3. Usia 18 – 40Tahun

3.4 Metode dan Instrumen Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2002) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data peneli

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Blue Print Kepercayaan Diri
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Alhamdulillahhirobbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Hubungan

SRI International telah mengembangkan program yang disebut VALS1 (value and life style 1) untuk mengukur gaya hdup ditinjau dari aspek nilai cultural yaitu (1) outer

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Daur ulang minyak jelantah sebagai alternatif bahan bakar alternatif biodiesel dengan cara dipanaskan Minyak Jelantah sebanyak 200 mL sampai pada suhu 70 derajat celsius

Pada penelitian ini dilakukan uji kadar protein total pada campuran kacang kedelai ( Glycine max L. Merr) dan ekstrak buah nanas ( Ananas comosus ) dengan menggunakan

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui berapa kebutuhan air sawah untuk tanaman padi yang dibutuhkan pada daerah sekitar daerah Panei Tengah Kabupaten