• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekhan. 2006. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Lamongan: Averroes Press.

Asy’arie, Musa. 1997. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: LESFE

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format- format kuantitatif dan

kualitatif. Jakarta: Air Langga Universitas Pers

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Kontemporer Edisi

VI. Jakarta: Kencana

Hikmat, Harry. 2001. Marginalisasi Komunitas Lokal Dalam Perspektif Kontingensi Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Disertasi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Gajah Mada

Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan

Pertumbuhan Dan Pemerataan. Jakarta: Cides

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

(2)

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan

Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Agistiasari, Risma. 2012. Evaluasi PNPM di Kecamatan Karang Anyer. Skripsi Fakultas Ilmu Sisial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Anggraini, Dewi. 2013. Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Juliarni.2013. Efektivitas Pelaksanaan SPP PNPM-MPd Di Kecamatan Bangun Purba Kab.Deli Serdang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Novitasari, Dian. 2011. Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Siregar, Julius. 2014. Analisis Efektivitas Pengembalian Dana Pinjaman Kelompok SPP Dalam PNPM-Mpd Kecamatan Argamakmur. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu

Rihadini, Mustika. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Program PNPM-Mpd Pada Kelompok SPP Di Kecamatan Ranometo Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Priode 2010. Tesis Ilmu Administrasi Negara Universitas Hasanuddin

(3)

Wahyudi, Wenny Widya. 2011. Efektivitas Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam perempuan Miftahul Janji Dalam Program PNPM-MpdKecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Andalas

Internet dan Sumber lainnya

Modul Pelatihan KPMD/K PNPM-Mpd TA 2014

SOP SPP

www.bps.go.id. Diakses pada 12 Januari 2015

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan

pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau

gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada didalam

kehidupan masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini dan berupaya

untuk menarik realitas itu ke permukaan sehingga terlihat bagaimana realitas

sosial yang sebenarnya ada dan sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat

(Bungin, 2007).

Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskripsi berupa kata-kata (baik tertulis maupun lisan). Metode penelitian

kualitatif ini dipilih karena dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan

antara peneliti dan responden serta lebih peka dan dapat menyesuaikan diri

dengan pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000).

Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara

objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki, dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data

(5)

Pinjam Perempuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning,

Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini

karena Desa Batu Anam telah mengikuti pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan

dalam PNPM-Mpd sejak tahun 2010. Berdasarkan kurun waktu yang relatif lama

itulah maka peneliti ingin meneliti proses pelaksanaan program tersebut

khususnya yang terkait dengan disfungsi yang terjadi dalam program Simpan

Pinjam bagi Perempuan.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian, biasanya yang

menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut

sebagai informan atau responden (Koetjaraningrat, 1977). Dalam penelitian ini

yang menjadi unit analisisnya adalah anggota kegiatan Simpan Pinjam

Perempuan, fasilitator kegiatan dan staff pekerja di kantor PNPM-Mpd di Desa

Batu Anam.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian. Informan dianggap sebagai orang yang menguasai dan memahami

data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008). Adapun

(6)

1. Anggota Simpan Pinjam Perempuan yang memiliki usaha berjumlah 3

orang, dan yang tidak memiliki usaha berjumlah 3 orang. Dengan

keikutsertaan sebagai anggota SPP minimal 2 tahun.

2. KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagai pendamping

anggota SPP berjumlah 1 orang.

3. Staff PNPM-Mpd Kecamatan yaitu tim verifikasi 1 orang dan unit

pengelola kegiatan 1 orang.

4. Pemerintahan Desa berjumlah 1 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh

melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data

yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati

peneliti. Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti

melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2001). Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan pengamatan langsung ke kantor PNPM-Mpd untuk

mendapatkan langsung data anggota simpan pinjam perempuan yang

merupakan informan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya melakukan

pengamatan langsung kepada para informan sehingga hasil pengamatan

langsung dapat peneliti peroleh. Pengamatan ini meliputi pertemuan yang

(7)

dengan beberapa anggota SPP, iuran bulanan yang dilakukan anggota SPP

kepada ketua kelompok dan penyaluran hasil iuran oleh ketua ke kantor

PNPM-Mpd.

b. Wawancara Mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan secara

langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian

dengan draf pertanyaan yang sudah siapkan dan disesuaikan dengan

rumusan masalah yang telah ada, serta menggunakan panduan atau

pedoman wawancara dan alat bantu wawancara seperti tape recorder,

catatan kecil dan lain-lain untuk memperoleh data dan informasi tentang

pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

pedesaan yang berlangsung di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning,

Kabupaten Asahan.

3.4.2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain

yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian

ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu

menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal, majalah dan internet

yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap

mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah

secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Menganalisis data

(8)

tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007). Analisis data

ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap

informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya

yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah.

Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang

kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan di

interpretasikan secara kualitatif.

3.6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman

peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah, terkait dengan keterbatasan waktu

terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan.

Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses

penelitian yang dilakukan, meskipun demikian peneliti berusaha untuk

melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang

(9)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa

Desa Batu Anam adalah desa baru yang masuk ke dalam wilayah

pemerintahan Kecamatan Rahuning sejak tahun 2011. Awalnya Desa Batu Anam

berada dibawah pemerintahan Kecamatan Bandar Pulau. Pindahnya pemerintahan

karena pada tahun 2011 diadakan pemekaran daerah. Desa Batu Anam Kecamatan

Rahuning berada di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, dengan batas wilayah

yaitu:

1. Utara berbatasan dengan Desa Mekar Sari, Kecamatan Pulau Rakyat.

2. Selatan berbatasan dengan Desa Perkebunan Kelapa Sawit Gunung

Melayu, Kecamatan Rahuning.

3. Barat berbatasan dengan Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning.

4. Timur berbatasan dengan Desa Rahuning, Kecamatan Rahuning.

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Pada wilayah Desa Batu Anam terdapat perkebunan kelapa sawit yaitu PT.

Asian Agri. Awalnya seluruh tanah di desa Batu Anam adalah milik warga,

namun sejak tahun 1985 masuklah PT Indo Sawit Grup yang membuka lahan

perkebunan kelapa sawit yang pernah menyebabkan terjadinya konflik perebutan

lahan, dan akhir dari konflik tersebut ialah pembagian batas kepemilikan tanah

yang disahkan oleh notaris. Awalnya warga tidak memiliki surat tanah, hanya

(10)

perkebunan PT. Asian Agri bercampur dengan tanah warga, yang mana dapat

dilihat ada rumah warga yang berada di dalam kawasan tanah luas tumbuhan

kelapa sawit milik perkebunan.

Umumnya warga menggunakan lahan tersebut untuk tempat tinggal dan

menanam umbi-umbian dan sayur-mayur yang kemudian akan di pasarkan ke luar

desa, namun dengan hadirnya perkebunan tersebut maka dibukalah lapangan

pekerjaan yang besar untuk warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka.

Desa Batu Anam terdiri dari 10 dusun yang tiap dusunnya dihuni ± 120

kepala keluarga (kk). Desa batu anam dipimpin oleh kepala desa. Hingga tahun

2014 pemilihan kepala desa sudah terjadi sebanyak 3 kali, namun saat ini posisi

kepala desa di isi oleh Plt. Kepala desa yang ditunjuk dari kecamatan Rahuning.

Masa kepemimpinan Plt. Kepala desa hingga saat ini menginjak usia 9 bulan dan

akan berganti jika pilkades telah selesai dilakukan.

4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa

Desa Batu Anam dapat diakses dengan mudah melalui jalur darat.

Terdapat 3 jalan utama yang dapat dilalui untuk masuk ke Desa Batu Anam ini,

pertama melalui simpang RGM yang tepat berada di jalur lintas sumatera, kedua

melalui desa Simpang Empat Kecamatan Rahuning dan ketiga melalui desa

Pinggul Toba Kecamatan Bandar Pulau. Dari ibu kota Asahan yaitu Kisaran

membutuhkan waktu 1 jam 30 menit -2 jam perjalanan, sedangkan dari ibu kota

sumatera utara yaitu Medan membutuhkan waktu 5-6 jam perjalanan untuk

(11)

Semua perjalanan menggunakan jalur darat, namun untuk masuk ke

wilayah desa Batu Anam membutuhkan alat transportasi pribadi karena tidak

adanya transportasi umum yang tersedia. Transportasi umum hanya ada di

sepanjang jalur lintas sumatera sedangkan lokasi desa Batu Anam itu sendiri

masuk kedalam area PT Asian Agri yang membutuhkan waktu 1 jam untuk masuk

ke wilayah desa jika ditempuh dari jalan utama yaitu simpang RGM.

Di wilayah desa Batu Anam terdapat beberapa sarana umum yang dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mulai dari sarana pendidikan,

sarana kesehatan, sarana rumah ibadah dan juga koperasi yang dimaksudkan

untuk membantu perekonomian keluarga, baik dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari maupun usaha simpan pinjam.

4.1.2.1Sarana Pendidikan

Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi

oleh sumber daya manusia yang dimilikinya. Semakin maju pendidikan di suatu

daerah maka akan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh

daerah tersebut. Di Desa Batu Anam ini hanya terdapat jenjang sekolah TK

hingga SMP, sedangkan tingkat SMA berada diluar desa dan berada

dikecamatan lain. Peranan pendidikan sangat penting, maka sudah

sewajarnyalah pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memberikan perhatian

(12)

Tabel 4.2

Sarana Pendidikan Formal di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. TK Swasta 2 28,57

2. SD Negeri 2 28,57

3. SD Swasta 2 28,57

4. SMP Negeri 1 14,29

Jumlah 7 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Dengan keterbatasan sarana pendidikan formal ini, maka setiap

masyarakat di Desa Batu Anam yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus berani menempuh jarak yang cukup

jauh ke kecamatan bahkan jika ingin melanjutkan sampai ke perguruan tinggi

harus pergi ke ibukota provinsi dan kabupaten.

4.1.2.2Sarana Kesehatan

Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Batu Anam dilengkapi oleh

beberapa prasarana kesehatan. Adapun prasarana kesehatan yang terdapat di Desa

Batu Anam ini yaitu sebanyak 24 prasarana kesehatan yang terdiri dari 1

puskesmas pemerintah, 13 praktek bidan, dan 10 posyandu. Untuk mendukung

pemenuhan kebutuhan ini, maka sarana kesehatan tersebut didukung beberapa

tenaga medis seperti dokter puskesmas satu orang, pembina posyandu sebanyak

enam orang, dan pegawai puskesmas sebanyak lima orang. Secara terperinci dapat

(13)

Tabel 4.3

Sarana Kesehatan di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. Puskesmas 1 4,17

2. Posyandu 10 41,67

3. Praktek Bidan 13 54,16

Jumlah 24 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

4.1.3 Kependudukan

Penduduk merupakan subjek dan objek dalam pembangunan suatu daerah

serta berperan penting dalam mengelola unsur-unsur alam yang tersedia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

jumlah penduduk di Desa Batu Anam berjumlah 4586 jiwa, yang terdiri dari

laki-laki berjumlah 2424 jiwa dan perempuan berjumlah 2162 jiwa. Penduduk di desa

ini terdiri dari warga negara indonesia atau penduduk pribumi asli. Secara

terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 2424 52,85

2. Perempuan 2162 47,15

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Pada Tabel 4.4 Desa Batu Anam dengan jumlah penduduk yang cukup

banyak dan tersebar kedalam beberapa kategori umur. Berikut data statistik

(14)

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur tahun 2014

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0-4 Tahun 73 Jiwa 1,59

2. 5-9 Tahun 202 Jiwa 4,40

3. 10-14 Tahun 275 Jiwa 6,00

4. 15-19 Tahun 321 Jiwa 7,00

5. 20-24 Tahun 476 Jiwa 10,38

6. 25-29 Tahun 394 Jiwa 8,60

7. 30-34 Tahun 467 Jiwa 10,18

8. 35-39 Tahun 312 Jiwa 6,80

9. 40-44 Tahun 380 Jiwa 8,30

10. 45-49 Tahun 630 Jiwa 13,74

11. 50-54 Tahun 413 Jiwa 9,00

12. 55-59 Tahun 367 Jiwa 8,00

13. 60-64 Tahun 138 Jiwa 3,00

14. 65-69 Tahun 78 Jiwa 1,70

15. 70-74 Tahun 60 Jiwa 1,31

Jumlah 4.586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk

berusia 45-49 tahun yakni 13,7% setelah itu penduduk dengan usia 30-34 yakni

(15)

yang berada di Desa Batu Anam ini adalah pada usia produktif yakni usia 15-60

tahun. Dengan banyaknya jumlah penduduk di desa, tentu juga membuat desa ini

terdiri dari berbagai suku, akan tetapi yang mendominasi adalah suku jawa.

Etnis Jawa datang ke Desa Batu Anam ini sejak masih berlangsungnya

program transmigrasi, sedangkan Batak Pardembanan merupakan batak yang

berada di Kabupaten Asahan sejak ratusan tahun lalu. Batak Pardembanan ini

menempati daerah sepanjang sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba. Salah

satu marga tertua yang berasal dari Asahan ialah marga Simargolang yang

berasala dari Raja Simargolang salah seorang putra dari ompu sahang matahari.

Kerajaaan Margolang dahulu kala berpusat di pulau raja dengan wilayah

kekuasaan Asahan dan Labuhan Batu. Raja terakhir yang menjadi raja yaitu raja

Marlau disaat penjajah belanda telah datang. Saat itu belanda menawarkan untuk

membangun perkebunan kelapa sawit, akan tetapi tawaran itu ditolak raja dengan

alasan bahwa kalau tanah mereka dijadikan perkebunan kelapa sawit maka

rakyatnya akan menjadi budak belanda, namun pada akhirnya perkebunan tersebut

tetap berdiri.

Penjelasan nyata dengan hadirnya batak pardembanan ini dibuktikan

dengan adanya situs sejarah dari raja simargolang I dan II serta makam raja

simargolang III di kecamatan bandar pulau (kecamatan dari Desa Batu Anam

sebelum mengalami pemekaran daerah). Berdasarkan suku mayoritas yang berada

di desa ini, maka agama yang dianut oleh masyarakat desa ini juga mayoritas

(16)

berjumlah 12 unit yang tersebar di beberapa dusun dan memiliki 1 gereja. Berikut

Tabel data jumlah penduduk berdasarkan agama :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 3527 Jiwa 76,91

2. Kristen 1059 Jiwa 23,09

Jumlah 4586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.6 dapat di lihat bahwa mayoritas penduduk Desa

Batu Anam beragama Islam yakni sebanyak 76,9% dari total jumlah penduduk

yakni sebanyak 3527 jiwa yang ada di desa ini, hanya ada 23,09 % yang beragama

Kristen atau sekitar 1059 jiwa, meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas,

namun tidak menjadikan masyarakat desa ini menjadi masyarakat yang tidak

menghargai agama lain. Desa ini juga terdiri dari berbagai suku bangsa dan

agama.

Perbedaan agama itu seperti Agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik,

dan juga bermacam suku bangsa seperti Batak dan Jawa. Dengan keberagaman

yang ada di desa ini masyarakat dapat hidup rukun dan hampir tidak pernah

terjadi konflik yang besar di desa ini. Dengan latar belakang desa perkebunan,

maka masyarakatnya juga sebagian besar bekerja di perkebunan dan sangat

menjunjung tinggi asas kebersamaan.Hal ini dibuktikan tidak pernah ada konflik

agama di desa ini. Selain agama yang beragam desa ini juga memiliki masyarakat

yang bersuku beragam meskipun suku asli dari desa ini adalah suku Jawa. Berikut

(17)

Tabel 4.7

Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

No. Suku Frekuensi Persentase (%)

1. Jawa 3457 75,38

2. Batak Toba 623 13,58

3. Batak Karo 394 8,59

4. Melayu 103 2,25

5. Aceh 9 0,20

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.7 di atas, masyarakat yang bersuku Jawa

menjadi masyarakat mayoritas dikarenakan memang penduduk asli desa ini

adalah suku Jawa sebanyak 75,36%, namun dengan berjalannya waktu desa ini

banyak didatangi oleh pendatang dari berbagai daerah maka saat ini banyak suku

yang lain, seperti Melayu Pekanbaru sebanyak 2,24%, Suku Batak Toba dengan

jumlah 13,6%, Suku Batak Karo sebanyak 8,6% dan terakhir sebagai pendatang

yang baru-baru ini adalah Suku Aceh yakni masih 0,20% atau masih sekitar 9

orang.

Mata pencaharian yang ada di desa ini sangat beragam, meskipun dilihat

secara geografis desa ini berada daerah perkebunan, yang pasti mayoritas

masyarakatnya bekerja di sektor ini namun saat ini sudah mulai berkembang ke

sektor lain seperti guru, pedagang, atau bahkan polisi dan PNS yang jenis lain.

(18)

Tabel 4.8

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. PNS 3 0,08

8. Karyawan Perkebunan 2418 69,22

9. BHL Perkebunan 1021 29,22

Jumlah 3493 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat di lihat bahwa mata pencaharian masyarakat

desa saat ini mayoritas bekerja sebagai karyawan perkebunan yakni sebanyak

2418 orang atau sebanyak 69,22% dari jumlah penduduk yang ada. Ada sebanyak

1021 orang atau 29,22% jadi buruh harian di perkebunan. Hal ini dikarenakan

lokasi desa yang terdapat dua perkebunan yang cukup besar di Kabupaten Asahan.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha

1. Nama : S (bukan nama sebenarnya)

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak,

anak sulung kuliah semester 7 di salah satu universitas swasta di Medan dan

(19)

tangga, ia juga melakukan usaha dagang berupa membuka warung yang menjual

segala keperluan sayur mayur (kedai sampah), yang pasokannya ia dapat dari toke

yang langsung datang ke kedainya pada pagi hari.

Aktifitas berdagang ia mulai sejak pukul 05.00 sampai 23.00 setiap

harinya. Suami beliau bekerja di perkebunan Asian Agri (berada di kawasan Desa

Batu Anam) sebagai mandor. Ibu S merupakan salah satu anggota dari kelompok

SPP (Simpan Pinjam Perempuan) Cendrawasih. Beliau sudah ikut program SPP

sejak 3 tahun lalu dengan proses peminjaman sudah 2 kali dan sekarang sedang

menunggu cairnya dana pinjaman ketiga namun mengalami keterlambatan.

Menurut Ibu S awal ia mengetahui adanya program SPP ini adalah di beri

tahu dari salah satu anggota KPMD, karena beliau memiliki usaha jadi beliau

disuruh untuk membentuk kelompok agar mendapat bantuan dana, maka beliau

mencari teman-teman yang mau bergabung dalam kelompok ini. Menurut beliau

tidak sulit mencari anggota karena tidak ada persyaratan khusus yang harus di

penuhi sehingga dibentuklah sebuah kelompok dan ibu S menjadi salah satu

anggota kelompok Cendrawasih bersama 9 anggota lainnya. Dari ke 10 anggota

dalam kelompok cendrawasih beliau mengaku hanya ia yang mempergunakan

bantuan tersebut sebagai modal usaha, sedangkan anggota lain dari kelompok

cendrawasih hanya mempergunakan bantuan pinjaman tersebut sebatas keperluan

sehari-hari.

Menurut beliau, dengan adanya program SPP ini dapat membantu usaha

dagang beliau dikarenakan mendapatkan pinjaman modal tanpa agunan dan

(20)

transaksi jual beli yang diadakan dikedai beliau sering dengan cara kredit (utang)

yang akan dilunasi 1 bulan kemudian yaitu ketika gajian oleh pelanggannya, dan

tentu saja hal itu akan terasa berat jika modal yang ia miliki terbatas, maka dengan

ikut program SPP ini beliau merasa ada kemajuan dalam usaha dagangnya.

Menurut beliau juga bahwasannya saat ini pencairan dana mengalami

keterlambatan, sampai saat ini alasannya masih belum diketahui oleh dirinya dan

berharap akan tetap cair walaupun lama.

2. Nama : M (bukan nama sebenarnya)

Umur : 62 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu M seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 5 orang anak, yang

4 anak tertua sudah berumah tangga dan hanya anak ke-5 yang belum menikah.

Suami ibu M telah pensiun dari Perkebunan Asian Agri sejak 3 tahun yang lalu,

dan sekarang ibu M dan suaminya bertempat tinggal di rumah anak keempatnya

yang juga masih berada diwilayah Perkebunan Asian Agri. Kondisi ibu M yang

menumpang hidup dirumah anaknya dikarenakan mereka belum memiliki rumah

pribadi padahal ketika pekerja perkebunan sudah memasuki masa pensiun maka

seharusnya ia keluar dari perkebunan, namun dikarenakan ibu M belum memiliki

rumah pribadi, maka saat ini beliau bertempat tinggal bersama anak keempatnya

yang sudah berumah tangga. Anak keempat dan kelima juga bekerja di

Perkebunan Asian Agri tersebut. Anak keempat bekerja sebagai mandor

(21)

Awalnya suami beliau yang bernama MA bekerja sebagai pemanen di

perkebunan, mereka telah tinggal di lokasi perkebunan tersebut sejak 41 tahun

yang lalu. Ibu M memiliki usaha yaitu membuka warung makanan seperti misop,

lontong, pecel, gorengan. Beliau sudah membuka warung makanan tersebut

selama 20 tahun (sejak suaminya menjadi karyawan di perkebunan Asian Agri

dan berjualan di rumah) yang lalu guna membantu perekonomian keluarga dan

menunjang penghidupan 5 orang anaknya, namun sejak 2 tahun terakhir beliau

berjualan di rumah anaknya.

Hal ini juga yang menjadi alasan ibu M tidak ingin mengontrak jauh dari

perkebunan dikarenakan mata pencaharian beliau dari sini, jika pindah tentu akan

tidak bisa berjualan lagi seperti saat ini. Menurut ibu M, yang masih menjadi

tanggungan dalam keluarganya yaitu anak kelimanya yang baru beberapa bulan

bekerja yang tentu saja masih perlu mendapatkan bantuan dari beliau. Sama

dengan keadaan ibu S, transaksi jual beli yang terjadi diwarung beliau juga

dengan cari kredit (utang) dan jikalau ada yang langsung itupun hanya sedikit.

Pelunasan kredit (utang) tersebut akan dibayar 1 bulan kemudian ketika memasuki

jadwal gajian di perkebunan tersebut.

Hal ini tentu saja akan memperlambat atau bahkan bisa menghentikan

usaha beliau jika tidak memiliki modal yang besar, maka ketika ada penyampaian

informasi dari KPMD bahwa ada bantuan modal untuk usaha dari PNPM yaitu

SPP maka menurut ibu M dia langsung sangat setuju dan ikut menjadi

anggotanya. Menurut Ibu M untuk menajadi anggota SPP tidak ada persyaratan

khusus yang memberatkan. Dengan ikut program SPP ini ibu M merasa terbantu

(22)

salah satu anggota dari kelompok SPP fatmawati yang jumlah anggotanya ada 9

orang.

3. Nama : R (bukan nama sebenarnya)

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Ibu R seorang ibu rumah tangga yang memiliki 1 orang anak dan masih

bersekolah dibangku kelas 4 SD. Suami beliau bekerja di perkebunan asian agri

sebagai mandor. Mereka bekerja di PT. Asian Agri sejak 10 tahun lalu. Beliau

juga bekeja di Perkebunan Asian Agri sebagai BHL (buruh harian lepas), selain

itu beliau juga memiliki usaha berjualan misop, namun tidak berlangsung setiap

hari. Beliau berjualan misop hanya jika sedang tidak bekerja sebagai BHL dan

pasti berjualan ketika jadwal gajian diperkebunan tersebut.

Berjualan di hari yang sama ketika gajian lebih menguntungkan daripada

hari-hari biasa karena pembeli dapat membayar secara tunai tidak kredit seperti

hari biasa, hal ini sekaligus membayar utang pembelian di hari sebelumnya. Ibu R

berjualan misop sekitar 3 tahun lalu dengan tujuan membantu meningkatkan

penghasilan rumah tangga.

Beliau menggunakan bantuan permodalan SPP di tahun kedua ia jualan

dan dirasakan cukup membantu usahanya. Awalnya beliau berjualan misop hanya

menggunakan steling makanan yang dibuat sendiri dari papan yang berada di teras

rumahnya, namun sekarang beliau bisa membuat warung yang posisinya tepat

(23)

Menurut beliau hal ini tentu saja dapat menarik pelanggan untuk dapat

datang ke warungnya dikarenakan sudah tersedianya tempat makan yang layak.

Itu semua dapat terwujud di saat peminjaman pertama dari program SPP dan terus

berlanjut hingga sekarang. Seperti yang dipaparkan ibu M dan ibu S, bahwa ketika

ingin bergabung di SPP tidak ada persyaratan yang khusus hanya saja kita punya

usaha atau ingin membuat usaha.

Menurut Ibu R awalnya ia juga merasa terbebani dengan transaksi jual beli

yang sering terjadi secara kredit (akan lunas 1 bulan kemudian ketika jadwal

gajian di perkebunan) dan jika memiliki modal yang sedikit maka usahanya akan

bisa berhenti, namun dengan ikut program SPP ia merasa terbantu dikarenakan

pinjaman dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Ibu R merupakan salah satu

anggota kelompok SPP delima. Jumlah anggota kelompok delima sekitar 10

orang.

4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha

1. Nama : MS (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Ibu MS adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak,

anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 2 SD, anak ketiga masih berusia 5

tahun dan yang terakhir 3 tahun. Suami beliau bekerja di Perkebunan Asian Agri

(24)

Awalnya mereka adalah petani di Siantar lalu mereka pindah ke Desa Batu Anam.

Ibu MS merupakan salah satu anggota kelompok SPP pisang. Ia mengikuti

program SPP sejak 2 tahun yang lalu.

Menurut ibu MS, untuk ikut menjadi anggota SPP tidak harus memiliki

usaha, cukup bergabung kedalam satu kelompok ada dua atau tiga orang saja yang

memiliki usaha, selebihnya hampir tidak ada yang memiliki usaha. Menurut ibu

MS uang pinjaman yang diperoleh itu juga biasa mereka gunakan untuk keperluan

sehari-hari. Ibu MS mengatakan bahwa selama dalam waktu yang dijanjikan

yakni dalam satu periode yaitu satu tahun, pinjaman tersebut sudah harus selesai

dilunasi.

Keberadaan SPP ini sangat membantu bagi para kaum ibu, karena jika ada

keperluan mendadak untuk urusan anak sekolah dan lainnya, mereka mempunyai

uang dan nantinya dari gaji suami setiap bulannya disimpan untuk pembayaran

iuran pinjaman tersebut selama satu tahun. Menurut ibu MS uang yang diterima

dalam setiap anggota itu berbeda meskipun berada di dalam satu kelompok. Hal

ini disesuaikan dengan keinginan dari setiap anggota serta kesanggupan dalam

membayarnya nanti ketika sampai pada akhir periode, tentu menurut ibu MS, hal

ini sangat membantu para kaum ibu yang ada di desa ini, maka dari itu ibu MS

akan tetap ikut setiap tahunnya dalam program SPP ini. Hal positif dengan

mengikuti SPP ini ibu MS mengaku telah mempunyai banyak tabungan yang

berupa beberapa ekor lembu yang tentunya digunakan beliau sebagai investasi

(25)

2. Nama : SA (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Ibu SA adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak,

anak pertama kelas 6 SD, anak kedua kelas 4 SD dan anak terakhir masih berusia

5 tahun. Beliau juga bekerja sebagai BHL di perkebunan kelapa sawit Asian Agri

dan suami beliau juga bekerja diperkebunan yang sama sebagai sopir dari staf

perkebunan. Ibu SA merupakan salah satu anggota kelompok SPP Semangka.

Menurut ibu SA, meskipun tidak memiliki usaha, beliau dan anggota yang

lain yang ingin ikut bisa mengikuti program tersebut, tetapi sejauh ini menurut ibu

SA hanya orang-orang tertentu yang ikut SPP, karena kurang menyebarnya

informasi. Ibu SA mengatakan bahwa beliau tahu adanya SPP ini dari teman satu

kelompoknya yang memang mencari tambahan anggota untuk memenuhi syarat

memiliki anggota 10 orang.

Ibu SA sendiri tidak pernah mengetahui bagaimana mekanisme yang harus

di lewati hingga dana tersebut bisa cair ke tangan anggota SPP. Menurut beliau

yang terpenting adalah beliau mendapat bantuan ini dan setelah itu beliau akan

berusaha untuk membayarnya pada akhir periode nanti. Menurut ibu SA hal

seperti ini sangat membantu masyarakat dikarenakan bunganya yang rendah dan

juga tidak perlu menggunakan anggunan, akan tetapi menurut ibu SA terkadang

(26)

mendapat bantuaan pinjaman SPP tetapi malah tidak mendapat informasi sama

sekali tentang program ini.

3. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Ibu A seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak

pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 1 SD, anak ketiga berusia 6 tahun dan

anak ke empat berusia 3 tahun. Beliau juga bekerja sebagai pengasuh anak dari

karyawan yang bekerja di Perkebunan Asian Agri yang mana anak asuhannya

berjumlah 3 orang yang masih dalam kategori balita. Ibu A mengasuh anak-anak

tersebut mulai dari jam 06.30 hingga 14.00 di rumahnya sendiri dengan upah Rp

10.000/hari, dan pembayarannya dilakukan per hari. Suami beliau bekerja sebagai

pemanen di Perkebunan Asian Agri.

Ibu A salah satu anggota kelompok SPP rambutan, beliau baru satu tahun

ikut atau baru satu priode mengikuti program SPP ini. Selama ini menurut ibu A

tidak ada informasi yang sampai kepada dirinya tentang adanya program ini,

baru-baru ini saja karena ada teman yang mencari tambahan anggota sehingga beliau

diajak. Menurut ibu A beliau tidak pernah tahu apa isi proposal yang diajukan ke

PNPM yang berada dikecamatan, beliau hanya disuruh ikut dan ketika pencairan

(27)

Pada pinjaman ini beliau mendapatkan pinjaman sebesar Rp.5.000.000

yang diakui beliau karena tidak adanya usaha maka beliau hanya berani

meminjam uang sebesar itu, karena khawatir jika meminjam terlalu banyak akan

susah membayarnya di kemudian hari, walaupun ada teman satu kelompoknya

bisa mendapatkan pinjaman sampai dengan puluhan juta walaupun tidak memiliki

usaha juga. Menurut ibu A, beliau tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut

karena beliau juga merasa kalau terlalu besar akan membuat dirinya sulit

memikirkan bagaimana bisa mengembalikannya karena tidak memiliki usaha.

4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa)

Nama : SM (bukan nama sebenarnya)

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu SM seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak

pertama sudah menikah, anak kedua kuliah dan anak ketiga masih sekolah kelas 3

SMA. Ibu SM juga bekerja sebagai guru SD yang berada dalam lokasi

Perkebunan Asian Agri. Beliau bekerja sejak 27 tahun lalu dan menjabat sebagai

KPMD sejak 5 tahun terakhir. Jabatan sebagai KPMD ditunjuk langsung melalui

musyawarah masyarakat dan pemerintahan desa yang salah satu tugasnya yaitu

mengawasi dan mendampingi keberlangsungan program SPP.

Suami beliau juga bekerja sebagai guru SD di sekolah berbeda dengan

(28)

ini adalah program yang bertujuan untuk memberikan pinjaman modal agar para

kaum ibu yang memiliki usaha rumahan dapat berkembang untuk bisa

menghidupi keluarganya tanpa harus lagi hanya bergantung pada penghasilan

suami.

Ibu SM terpilih menjadi kader dalam program pemberdayaan ini karena

hasil musyawarah, sehingga sudah 5 tahun belum ada pergantian, biasanya ini

akan diganti jika sudah dilakukan kembali musyawarah yang dilakukan oleh

pemerintah desa. Ibu SM mengatakan bahwa saat ini informasi kurang menyebar

karena memang keterbatasan dari SPP sendiri bahwa dalam satu periode itu tidak

lebih dari 10 kelompok yang akan menerima pinjaman dari SPP.

Bukan karena adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihaknya

ataupun pihak SPP sendiri. Menurut beliau justru jika tidak ada batasan ini ingin

sekali rasanya beliau mengajak semua kaum ibu, karena adanya batasan tersebut,

terkadang beliau dianggap tidak adil dalam lingkungan masyarakat, oleh karena

itu saat ini beliau telah mencoba setiap tahunnya untuk mengganti

kelompok-kelompok yang akan ikut. Kelompok yang sebelumnya sudah pernah ikut di

usahakan tidak akan mendapat lagi, karena seharusnya mereka sudah bisa

memutar modal yang diperoleh diperiode sebelumnya sehingga bisa memberikan

kesempatan untuk masyarakat lain yang memiliki usaha untuk mendapatkan

(29)

4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan

1. Nama : D (bukan nama sebenarnya)

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu D adalah sekretaris ketua UPK (unit pengelola kegiatan) di Kecamatan

Rahuning. Beliau menjabat sebagai sekretaris ketua UPK sejak tahun 2009. Beliau

mengaku bahwa bisa bekerja disini dengan mengikuti seleksi sebagai calon

karyawan PNPM dan di tempatkan dalam posisi ini untuk menjadi bagian

pengelolaan kegiatan. Menurut beliau pekerjaannya saat ini tidak menyulitkan

beliau sebab dalam masa perkuliahannya dulu beliau juga sudah sering membuat

kegaitan yang berbasis pemberdayaan seperti ini, apalagi dalam kerjanya beliau

hanya ikut serta dalam rapat-rapat kegiatan PNPM baik tingkat kecamatan dan

kabupaten serta membuat laporan tiap akhir bulannya.

Menurut beliau kegiatan SPP ini sudah banyak dilakukan di beberapa desa

di berbagai daerah dan memberikan hasil yang positif, sehingga ketika program

ini dibuat di desa ini, beliau juga sangat senang menyambut antusias para kaum

ibu yang ada untuk mengembangkan usahanya.

Kaum ibu di berbagai desa yang ada di kecamatan ini banyak sekali yang

memiliki jiwa pengusaha tetapi terbentur dipermodalan maka dengan hadirnya

program ini sangat membantu. Menurutnya pengelolaan kegiatan ini tidak banyak

(30)

kegiatan yang dilakukan oleh kaum ibu dalam pengembangan usahanya dan terus

mengingatkan kepada kaum ibu meskipun tidak ada agunan tetapi tetap harus

dibayar, karena hal ini bersifat panjang dan akan ada kelompok lain yang akan

memperoleh diperiode selanjutnya.

2. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Bapak A adalah anggota tim verifikasi yang sudah bekerja sejak 2012

hingga sekarang. Beliau sudah memiliki 2 orang anak, anak pertama SMP kelas 1

dan anak kedua kelas 2 SD, selain sebagai anggota tim verifikasi beliau juga

bekerja di perkebunan Asian Agri sebagai pegawai pabrik pengolahan kelapa

sawit. Bertugas menjadi tim verifikasi menurut pak A tidak menyulitkan beliau

untuk menentukan kelompok mana yang akan lolos untuk memperoleh dana.

Hal ini dikarenakan menurutnya SPP ini akan meluluskan kelompok yang

ikut mengajukan proposal dan telah memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang,

hanya saja terkadang yang diloloskan tersebut dana yang diminta tidak sesuai

dengan dana yang dicairkan sebab akan ada pertimbangan dari tim. Hal ini

menurut beliau menjadi hal yang wajar sebab nantinya jika terlalu besar diberikan

akan menyulitkan mereka juga.

Tim verifikasi sendiri menurut pak A selain bertugas menentukan siapa

(31)

para kaum ibu nantinya diakhir periode dapat membayar pinjamannya sesuai

dengan yang telah ditentukan. Untuk itu pak A disini hadir dalam setiap desa

bukan untuk menjadi sosok orang yang menakutkan dan juga menjadi sosok yang

bersikap tidak adil dengan memilih siapa yang diluluskan. Menurut beliau

mencoba merangkul masyarakat khususnya kaum ibu bahwa dengan dana yang

dipinjamkan SPP itu akan bermanfaat dan terus dapat berputar modalnya sehingga

tidak akan menyulitkan kaum ibu tersebut.

4.2.5 Pemerintahan Desa

Nama : B (bukan nama sebenarnya)

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pak B adalah Kepala Desa Batu Anam sejak 5 tahun yang lalu, saat ini

beliau sudah digantikan oleh pejabat sementara dikarenakan beliau akan ikut

mencalonkan diri lagi pada pemilihan kepala desa yang akan datang. Beliau

memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Masing-masing

anaknya sudah lulus dari SMA dan saat ini yang paling besar sudah bekerja di

perkebunan dan yang lainnya sedang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

di provinsi.

(32)

Menurut beliau program SPP ini mulai ada sebelum masa

pemerintahannya yakni sekitar tahun 2009. Sejak di buka hingga sekarang

antusias masyarakat khususnya kaum ibu sangat luar biasa, karena hal ini didasari

oleh banyaknya kaum ibu yang memiliki usaha tetapi tidak memiliki modal yang

cukup besar.

Menurut Pak B, program SPP ini adalah program yang bersifat

mengembangkan usaha rumahan agar usaha itu menjadi usaha yang mandiri dan

memberikan penghasilan untuk para kaum ibu, dengan pinjaman yang diberikan,

pihak pemerintah pusat berharap setiap desa akan memiliki usaha rumahan yang

maju dan akan memberikan tambahan pendapatan untuk desanya masing-masing.

Informasi tentang program SPP ini menurut pak B sudah menyebar

keseluruh warganya, hanya saja saat ini SPP membatasi setiap periodenya, hanya

sampai 10 kelompok saja, oleh karena itu setiap periodenya beliau berusaha agar

masyarakat yang memperoleh pinjaman berasal dari orang yang berbeda-beda.

Pak B mengatakan bahwa sistem yang dibuat oleh SPP sangat

meringankan masyarakat, tidak ada beban yang begitu besar harus ditanggung,

sehingga program ini mendapat respon yang sangat baik. Beliau berharap agar

program ini dapat terus berjalan dan bisa memberikan bantuan pinjaman lebih

banyak lagi.

4.3 Pelaksanaan dan Mekanisme SPP di Desa Batu Anam

Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu program

pemberdayaan masyarakat desa yang dibawah naungan PNPM-Mpd. Program ini

(33)

bantuan pinjaman permodalan dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Desa Batu

Anam itu sendiri terdaftar sebagai desa peminjam dana SPP terbesar di antara

desa-desa lain yang berada di Kecamatan Rahuning. Berikut data pinjaman di

Kecamatan Rahuning tahun 2014 :

Tabel 4.9

Jumlah Pinjaman Tiap Desa Di Kecamatan Rahuning Tahun 2014

Sumber: Kantor PNPM-Mpd Kecamatan Rahuning

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa Desa Batu Anam terdaftar

sebagai desa yang paling banyak mendapatkan pinjaman yaitu berjumlah Rp

230.000.000 dengan jumlah kelompok 10 kelompok. 10 kelompok SPP di Desa

Batu Anam yang beranggotakan 7-10 orang per kelompok. Penggunaan pinjaman

SPP pada hakekatnya adalah untuk bantuan permodalan usaha baik skala besar

maupun kecil, namun penggunaan pinjaman SPP di desa Batu Anam ini hanya

untuk usaha skala kecil seperti kedai kebutuhan rumah tangga sehari-hari (kedai

sampah) dan warung makanan. Beberapa anggota SPP yang memiliki usaha dan

menggunakan pinjaman tersebut antara lain Ibu S, Ibu M dan Ibu R.

Mereka adalah anggota SPP yang merasakan langsung dampak positif dari

kegiatan program SPP ini dalam meningkatkan dan mempertahankan usaha

No. Nama Desa Jumlah Pinjaman (Rp)

1. Rahuning 115.000.000

2 Rahuning I 82.000.000

3. Rahuning II 95.000.000

4. Perkebunan Aek Nagagak 150.000.000 5. Perkebunan Gunung Melayu 117.000.000

6. Gunung Melayu 200.000.000

7. Batu Anam 230.000.000

(34)

mereka, walaupun tidak dipungkiri beberapa anggota SPP lainnya yang tidak

menggunakan pinjaman dengan semestinya, hal ini sesuai dengan pernyataan

yang di sampaikan oleh informan kepada peneliti sebagai berikut :

Ibu R

“ saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pinjaman dari spp, karena sangat membantu sekali untuk usaha saya apalagi bunganya sangat rendah dan tidak menggunakan agunan sama sekali sehingga kami sangat terbantu. Dananya yang kami peroleh juga tergolong cukup besar meskipun usaha kami masih usaha rumahan yang kecil”

Ibu S

“ sangat berpengaruh banyaklah spp ini nak untuk usaha saya, sebabkan orang-orang disini kalau belanja utang, jadi modal itu kurang berputar makanya kami perlu ada pinjaman modal dari pihak luar tetapi modal yang tidak memberatkan kami juga nak. Jadi alhamdulilah sekarang ada spp ini jadi benar-benar terbantu”

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat

diketahui bahwa para informan yang memiliki usaha merasakan langsung dampak

postif dari program SPP ini. Pelaksanaannya yang mudah serta syaratnya yang

tidak memberatkan sangat memberikan bantuan untuk para kaum ibu.

Pelaksanaan ini berlangsung sangat cepat prosesnya dari sejak pengajuan proposal

sampai pencairan dana hanya memakan waktu kurang lebih tiga bulan, tentu hal

ini bisa dianggap bahwa pelaksanaannya sangat ringan dan tidak memberatkan

bahkan tidak ada pengawasan yang begitu ketat selama pelaksanaan program ini

berlangsung.

Penelitian mengenai pelaksanaan SPP juga dilakukan oleh Agistiasari

(35)

SPP yang berada di desa Kalanganyar Kab. Lebak Bulus pada tahun 2011

khususnya yang memiliki usaha merasakan langsung dampak baiknya dari

keberadaan program SPP yang tentu saja meningkatkan usaha mereka menjadi

berkembang dan lebih stabil.

Dalam meningkatkan peran serta masyarakat terutama kelompok

miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan pelestarian program SPP, ada beberapa ketentuan dan mekanisme

tetap dari kegiatan SPP itu sendiri yang tertera di modul pelatihan tim verifikasi

Kecamatan Rahuning tahun 2014, yaitu :

1. Pengajuan tetap melalui kelompok bukan secara perorangan.

2. Kelompok beranggotakan perempuan yang mempunyai ikatan persatuan dan

saling mengenal serta memiliki administrasi yang sederhana.

3. Alokasi dana kegiatan SPP maksimal 25% dari alokasi dana BLM.

4. Kegiatan SPP tidak diperkenankan adanya syarat agunan yang cenderung

memberatkan bagi masyarakat miskin.

Berikut langkah-langkah dalam kegiatan SPP :

Pembentukan kelompok pereperempuan

Pembuatan proposal

(36)

4.3.1 Pembentukan Kelompok

Langkah utama dalam pelaksanaan program SPP ini adalah terbentuknya

kelompok-kelompok perempuan yang akan nantinya diberi pinjaman dana oleh

SPP. Pembentukan kelompok haruslah beranggotakan perempuan secara

keseluruhan, mempunyai ikatan persatuan, saling mengenal diantara anggotanya.

Serta seharusnya adalah yang memiliki usaha, akan tetapi pada kenyataanya

berdasarkan hasil wawancara dengan para informan sebagai berikut :

Ibu A

“awal mula pembentukan kelompok ini nak kan karena informasinya gak merata kesemua orang khususnya ibu-ibu yang memiliki usaha maka ya anggota di setiap kelompok gak semuanya memiliki usaha, bahkan ada yang sama sekali gak buat usaha apa-apa dia. Jadi ya itu pembentukan kelompoknya didasari sama orang yang kita kenal dan deket ajalah nak. maka tidak heran jika saat ini walaupun ada bantuan ya tetap aja masih ada yang kekurangan modal usaha.

Ibu M:

“pembentukan kelompok ini berdasarkan sosialisasi yang kita dapetin kan, terus ya kita disuruh bentuk kelompok, nah dari kelompok ini katanya nanti kita dikasih bantuan dana untuk modal usaha. Jadi kelompok ini ya suka ati sesuai kemauan kita siapa kawan kita satu kelompok nak. Ada pun satu kelompok, cuma tiga orang yang miliki usaha selebihnya baru akan buat usaha sama untuk bantu kebutuhan sehari-hari.

Pembentukan kelompok ini jumlah minimal anggota per kelompok adalah

5 orang dan maksimal 10-12 orang. Ikatan persatuan dalam kelompok SPP baik

berupa berada dalam 1 wilayah tempat tinggal ataupun persatuan serikat

keagamaan (perwiritan). Di Desa Batu Anam itu sendiri pada umumnya kelompok

SPP berdasarkan persatuan perwiritan meskipun mereka ada yang tidak memiliki

(37)

Temuan data ini juga terkait dengan penelitian Pirdani (2013) yang

dilakukan di Kecamatan Serasan Timur Kabupaten Natuna yang mana dalam

jurnal ini penulis melihat implementasi atau pelaksanaan program SPP ini masih

belum dirasakan oleh keseluruh masyarakat umum. Ada ketidak merataan dimana

proses kegiatan yang dialami dari tahapan yang paling awal yakni pembentukan

kelompok saja tidak ada pemberitahuan ke semua pihak terutama yang memiliki

usaha, sehingga kelompok yang terbentuk sangat tidak efektif bagi para kaum

perempuan yang memiliki usaha kecil dan perlu bantuan dana, maka dapat penulis

simpulkan bahwa struktur yang ada tidak berjalan fungsional bahkan melahirkan

fungsi-fungsi yang baru di masyarakat.

4.3.2 Pembuatan Proposal

Proposal adalah usulan dari anggota SPP yang mengharapkan bantuan

permodalan dari PNPM-Mpd. Proposal dibuat 1 per kelompok dan menyertakan

segala berkas-berkas yang diperlukan yaitu foto copy KTP dan surat izin suami /

pihak pemerintahan desa. Proposal juga menyertakan jumlah pinjaman dari

tiap-tiap anggota SPP dan penjelasan jenis usaha anggota SPP. Pembuatan proposal

seharusnya dibuat oleh anggota SPP itu sendiri dan KPMD hanya sebatas

pendamping mengenai tata cara penulisan proposal tersebut, namun pada

praktiknya di Desa Batu Anam tersebut pembuatan proposal sepenuhnya di buat

oleh KPMD dengan alasan anggota SPP yang tidak mengerti.

Pembuatan proposal berdasarkan hasil wawancara dengan para anggota

(38)

Ibu M

“ setelah kami bentuk kelompok, terus kami buat proposal satu untuk perkelompok dan proposal itu yang buat bukan kami tapi KPMD karena kami gak bisa buat sendiri, walaupun anggota kami gak semua memiliki usaha, tapi di proposal dibuat aja ada usaha karenakan memang syaratnya gitu. Setelah proposal siap, lalu dikasih ke bagian PNPM dan siap itu kalau dananya udah cair barulah kami dikabari lagi”.

Ibu A

kalau proposalnya bukan kami yang buat tapi KPMD jadi kami tinggal buat kelompok sama buat nama usahanya terus tinggal nunggu pencairan dana dan setelah itu ya kami siap-siap untuk bayar di akhir periodenya nanti, karna kalau kami yang buat gak pande dek, gak siap-siaplah nanti“.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa penelitian ini

berkaitan dengan penelitian Damaianus (2014). Penelitian ini menggambarkan

tentang bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Noha Boan Kecamatan Long

Apari Kabupaten Mahakam Ulu yaitu kegiatan di bidang Simpan Pinjam

Perempuan(SPP). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum efektivitas

pelaksanaan PNPM-MP di Desa Noha Boan secara khusus program simpan

pinjam perempuan (SPP) belum cukup efektif, hal ini masih dibuktikan dengan

pembuatan proposal yang bukan hasil buatan para masyarakat sehingga

masyarakat hanya tau dalam hal uang atau pinjamannya saja tetapi prosesnya

(39)

Hal ini juga terjadi di desa ini kebenarannya bahwa pembuatan proposal

dibuat oleh KPMD, padahal seharusnya proposal itu dibuat oleh kelompok yang

mengajukan pinjaman dan posisi KPMD hanya sebatas pendamping pembuat

proposal, namun pada kenyataannya pembuatan proposal diserahkan sepenuhnya

kepada KPMD. Bahkan diakui anggota bahwa ada beberapa anggota yang

memalsukan usaha yang mereka jalani guna memudahkan pencairan pinjaman

SPP yang pada prinsipnya diberikan kepada anggota yang telah memiliki usaha.

4.3.3 Pengajuan Proposal Dan Diperiksa Tim Verifikasi

Proposal yang telah dibuat maka selanjutnya akan diserahkan ke kantor

PNPM-Mpd yang berada di kecamatan dan proposal tersebut akan ditindak lanjuti

oleh tim verifikasi. Setelah pembuatan proposal maka selanjutnya proposal

tersebut di serahkan kepada tim verifikasi. Sesuai dengan SOP tim verifikasi Bab

IV pasal 15 terdapat tahap verifikasi usulan kegiatan, yaitu :

1. Pembahasan awal : tim verifikasi melakukan pemerikasaan kebenaran

usulan, kelengkapan usulan dan legalitas usulan.

2. Jika usulan ditemukan hal-hal yang ganjil seperti : belum lengkap atau

belum di tanda tangani semua pihak, maka tim verifikasi membuat rujukan

kepada UPK untuk segera dilakukan perbaikan usulan.

3. Kunjungan lapangan : tim verifikasi melakukan kunjungan lapangan

sesuai jadwal yang telah diberitahukan kepada pengusul. Di Dalam

kunjungan lapangan melakukan pengamatan langsung ke titik lokasi,

menganalisa potensi dan kendala, melakukan wawancara langsung dengan

(40)

4. Pembahasan akhir : tim verifikasi melakukan rapat internal tim untuk

membahas hasil temuan lapangan, menganalisa kesesuaian antara data

yang tertulis dengan kondisi lapangan.

5. Membuat rekomendasi akhir : tim verifikasi membuat rekomendasi

terhadap semua usulan, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan kondisi kebutuhan lapangan.

6. Menyampaikan rekap rekomendasi akhir kepada forum MAD.

Tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran daftar usaha dari

tiap-tiap anggota SPP pada praktiknya sama sekali belum pernah terlaksana.

Berdasarkan temuan data dilapangan, diketahui bahwa kinerja dari tim verifikasi

tidak dirasakan kehadirannya dilapangan oleh anggota SPP di Desa Batu Anam.

Seperti yang dikemukakan oleh ibu Z :

“ gak pernah ada kok orang PNPM yang datang kemari, pokoknya kami hanya buat proposal abis itu diserahkan ke KPMD terus KPMD yang ngantar ke kantor kemudian kami tinggal nunggu kelanjutan kabarnya. Kalau keluar ya kami ke kantor PNPM buat tanda tangan serah terimanya. Sejauh ini memang belum pernah ada yang kesini baik untuk melihat usaha atau sekedar hanya berkunjung aja tidak pernah ada, karena untuk urusan SPP kami cuma berurusan sama KPMD, setelah itu KPMD yang akan berurusan ke Kecamatan. Makanya kalau dilihat lihat ya SPP ini sangat enak sekali nak, kami gak direpotkan sama sekali soal pengurusannya kami hanya membentuk kelompok dan menunggu pencairan dana udah itu saja”

Hal senada juga disampaikan oleh ibu S :

(41)

Berdasarkan temuan data tersebut maka terlihat disfungsi yang terjadi

dalam tahapan pengajuan dan pemeriksaan oleh tim verifikasi yaitu tim verifikasi

tidak menjalankan kinerja secara maksimal sesuai dengan SOP program yang

harus tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran usaha dan identitas

anggota. Kelanjutan dari tindakan tim verifikasi yang bekerja tidak efektif

menyebabkan anggota SPP merasa aman dalam mencantumkan jenis usaha

mereka dalam proposal, karena berdasarkan pengalaman mereka selama ini

memang tidak ada kunjungan dari tim verifikasi.

4.3.4 Pencairan

Tahapan selanjutnya yaitu pencairan pinjaman yang dilakukan dengan

cara pemberian uang cash serta penanda tanganan semua anggota kelompok ke

kantor PNPM-Mpd yang berada dikecamatan.

Dalam Anggraini (2013) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa

minimnya pendamping dan pengawasan pelaksanaan program SPP di desa

Taskombang menjadikan anggota SPP yang ikut menggunakan bantuan modal

dengan sesuka hati dan tanpa manajemen keuangan yang baik sehingga berakibat

buruk bagi anggota yang melakukannya. Pinjaman yang didapat hanya digunakan

untuk keperluan yang konsumtif bahkan ada yang menimbulkan terlilitnya

anggota SPP dengan hutang dan iuran yang semakin banyak karena terlalu sering

menunggak.

Pada umumnya semua program yang diluncurkan oleh pemerintah

bermanfaat dan diharapkan dapat membantu meningkatkan masyarakatnya, hal ini

(42)

mengurangi jumlah RTM (rumah tangga miskin). Bantuan pinjaman modal usaha

yang dilakukan melalui program SPP memberikan pengaruh yang baik bagi

anggota SPP yang mengikuti program SPP di desa Batu Anam. Peningkatan

perekonomian keluarga dan kemajuan usaha sangat mereka rasakan, apalagi

dengan bunga yang sedikit dan pinjaman tanpa agunan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh informan kepada

peneliti sebagai berikut :

Ibu R

“ Alhamdulillah, sejak ibu ikut dalam kelompok SPP jualan ibu jadi lancar, karenakan modal yang ibu dapat lebih jelas jumlahnya, jadi tinggal pandai-pandai ibu ajalah mengelolanya. Kalau waktu dulu jualan buat jualan besok harinya aja ibu sudah bingung cari modal dari mana, karenakan semua yang beli pada hutang, bahkan kadang ibu mau pinjam uang ke rentenir-rentenir itu. Memang rugi sih, tapi mau gimana lagi modal ibu juga gak ada pada saat itu. Tapi sekarang sudah bisa terbantu nak, soalnya susah juga kalau jualan modalnya terbatas apalagi kalau sistem masyarakat rata-rata ada yang bayar mingguan ada yang bayar bulanan bahkan nak. Bersyukur sekalilah selain untuk bantu modal juga dananya bisa dibuat memperbaiki warung biar lebih terlihat bagus. Saya rasa bukan saya aja yang merasakan bahwa bantuan ini sangat bermanfaat, pasti setiap yang memiliki usaha ngerasa bermanfaat kali soalnya bunganya tidak besar dan juga tidak pakai agunan tentukan ini sangat meringankan sekali bagi kami.”

Ibu S

(43)

saya menjadi teratasi, dikarenakan uang yang ada sama saya sudah jelas jumlahnya. Hanya tinggal bagaimana cara saya mengatur keuangan itu buat waktu lama, dan karena sekarang saya lebih sering langsung belanja ke pasar besar maka untung yang saya dapat lebih banyak”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat

diketahui bahwa jika para informan yang memiliki usaha merasakan langsung

dampak postif dari program SPP ini. Adapun dampak atau pengaruh yang

dirasakan oleh para anggota yang memiliki usaha yaitu sebagai berikut:

1. Penambahan Modal Usaha

Menurut beberapa informan bahwa pengaruh yang paling besar bagi

mereka adalah penambahan modal yang cukup besar dan dengan proses yang

mudah tanpa harus melewati persyaratan yang rumit. Dengan kata lain mendapat

pinjaman tanpa jaminan apapun seperti meminjam di Bank, selain itu penambahan

modal ini berguna untuk banyak hal seperti membangun warung atau membeli

peralatan perlengkapan untuk diwarung serta modal sehari-hari dikarenakan

banyak pembeli yang masih bayar mingguan atau bulanan.

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

Pengaruh ini dirasakan oleh para kaum perempuan sejak hadirnya SPP di

desa ini, kaum ibu ini merasa pengetahuannya bertambah tentang simpan pinjam,

jika dulu mereka hanya mengenal meminjam pada Bank dan rentenir yang akan

kesusahan pada saat akan pembayaran. Para ibu diajarkan bagaimana menulis

untuk merancang berapa dana yang akan diajukan dan berapa yang harus mereka

bayar selama satu periode, sehingga hal ini membuat kaum ibu merasa semakin

bertambah ilmunya dan keterampilan mereka jika ingin membesarkan usaha

(44)

Peningkatan pengetahuan dan kemudahan usaha mereka rasakan

dikarenakan ketika sudah menjadi anggota SPP mereka memiliki modal yang jelas

dalam keberlangsungan usaha mereka. Peningkatan usaha mereka hanya tinggal

mengandalkan kepintaran mereka dalam mengatur keuangan ataupun permodalan

yang di dapat dari SPP.

Tujuan utama program SPP yang memberikan bantuan modal untuk

anggota yang ikut SPP tidak sepenuhnya berjalan secara keseluruhan, masih ada

anggota dari SPP yang menggunakan uang dari program SPP ini untuk keperluan

di luar usaha, seperti yang terjadi di Desa Batu Anam ini, masih ada beberapa

yang menggunakan bantuan permodalan dari SPP itu untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh informan :

Ibu MS

“ kalau ditanya manfaatnya yang sangat ada nak, ya ibu dulu itu tidak punya hewan peliharaan lembu ini nak. Ibu kan gak punya usaha jadi kemarin ibu cuma minjem sedikit aja hanya lima juta lalu ibu beli lembu betina supaya nanti bisa berkembang, ya syukur sekarang sudah mulai nambah ada anaknya, kan pasti bisa jadi tabungan untuk sekolah anak ibu, jadi ya walaupun gak punya usaha, ya setidaknya uang itu tidak ibu buat untuk hal yang tidak berguna. Sayang kali rasanya kalau ibu sia-sia kan uangnya nak, jadi ya ibu buat saja untuk beli hewan ternak agar jadi tabungan, dan kalau untuk dijadikan modal usaha seperti buka warung ibu juga gak bisa karena ibu juga gak punta keahlian, nanti kalo dipaksakan buka warung malah takut bangkrut”.

Ibu A

(45)

pada nunggu gaji suami kan pasti lama nak rumah kami siapnya. Jadi alhamdulilah rumah udah siap jadi tinggal simpan duitnya aja untuk bayar ke SPP”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat

diketahui bahwa para informan yang tidak memiliki usaha juga merasakan

pengaruh yang baik atau dampak positif dari program SPP ini, walaupun bukan

membuat mereka lebih mandiri dengan menggunakan uang tersebut untuk

membuat usaha, dapat disebutkan berdasarkan keterangan para informan bahwa

pengaruhnya untuk mereka adalah sebagai berikut :

1. Modal untuk membuka usaha baru.

2. Membantu keuangan keluarga.

3. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mereka mengunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang dianggap

lebih penting, seperti membangun rumah dan menabung melalui ternak lembu

untuk kesejahteraan hidup mereka selanjutnya. Temuan data yang sama juga

terjadi pada penelitian Siregar (2014) yang mana dalam praktik pelaksanaan SPP

di Desa Angamakmur tahun 2014 penggunaan dana SPP diluar tujuan utama SPP

yaitu untuk modal usaha, yakni banyak anggota SPP yang mempergunakan dana

pinjaman untuk keperluan sehari-hari bagi anggota SPP. Penggunaan dana SPP

yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tentu saja tidak

berpengaruh baik pada program SPP karena dianggap gagal dalam melaksanakan

tugas sesuai SOP, visi misi dan ketetapan sasaran target pengembangan

(46)

4.4 Disfungsi Pelaksanaan SPP

Ketidaksesuaian berjalannya program dalam hal ini adalah ketidaksesuaian

SOP pelaksanaan program dengan kenyataan pelaksanaan program, menimbulkan

permasalahan-permasalahan baru akan muncul yang tentu saja harus diselesaikan.

Dengan harapan program-program yang telah dibuat sedemikian rupa dapat

berdampak baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

4.4.1 Pembentukan Kelompok : Manipulasi Usaha Yang Digeluti

Dalam pelaksanaan SPP yang tertuang dalam SOP, tertulis bahwa syarat

anggota untuk membuat kelompok SPP adalah anggota kelompok baru minimal 5

orang dan maksimal 10 orang, sedangkan untuk kelompok lama maksimal 15

orang, dan di desa Batu Anam ini masing-masing kelompok beranggotakan 7 – 10

orang per kelompok. Pembentukan kelompok ini juga harus dengan syarat tidak

adanya ikatan persaudaraan (keluarga) dalam satu kelompok.

Setiap anggota yang ikut program SPP haruslah sudah memiliki usaha dan

jenis usaha yang digeluti, haruslah dilampirkan dalam pembuatan proposal

pinjaman, namun pada kenyataannya masih ada beberapa anggota yang sama

sekali tidak memiliki usaha yang tentu saja dalam pembuatan proposal pinjaman

menyertakan manipulasi keterangan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

dikatakan oleh informan:

Ibu A

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
Tabel 4.6
+5

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur penelitian pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media Audio melalui empat (4) tahapan, yaitu: a) perencanaan, Menyusun rencana pelaksanaan

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

This research paper introduces an efficient method for validating the quality of the airborne LiDAR point clouds data using terrestrial laser scanning data integrated with edge

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

In a real-time 3D UAV mapping scenario, the standard deviation of the objects were computed using simulation data assuming different levels of precisions of

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut: