DAFTAR PUSTAKA
Ali, Madekhan. 2006. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Lamongan: Averroes Press.
Asy’arie, Musa. 1997. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: LESFE
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format- format kuantitatif dan
kualitatif. Jakarta: Air Langga Universitas Pers
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Kontemporer Edisi
VI. Jakarta: Kencana
Hikmat, Harry. 2001. Marginalisasi Komunitas Lokal Dalam Perspektif Kontingensi Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Disertasi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Gajah Mada
Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan
Pertumbuhan Dan Pemerataan. Jakarta: Cides
Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan
Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Agistiasari, Risma. 2012. Evaluasi PNPM di Kecamatan Karang Anyer. Skripsi Fakultas Ilmu Sisial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Anggraini, Dewi. 2013. Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Juliarni.2013. Efektivitas Pelaksanaan SPP PNPM-MPd Di Kecamatan Bangun Purba Kab.Deli Serdang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Novitasari, Dian. 2011. Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Siregar, Julius. 2014. Analisis Efektivitas Pengembalian Dana Pinjaman Kelompok SPP Dalam PNPM-Mpd Kecamatan Argamakmur. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu
Rihadini, Mustika. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Program PNPM-Mpd Pada Kelompok SPP Di Kecamatan Ranometo Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Priode 2010. Tesis Ilmu Administrasi Negara Universitas Hasanuddin
Wahyudi, Wenny Widya. 2011. Efektivitas Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam perempuan Miftahul Janji Dalam Program PNPM-MpdKecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Andalas
Internet dan Sumber lainnya
Modul Pelatihan KPMD/K PNPM-Mpd TA 2014
SOP SPP
www.bps.go.id. Diakses pada 12 Januari 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan
pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau
gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada didalam
kehidupan masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini dan berupaya
untuk menarik realitas itu ke permukaan sehingga terlihat bagaimana realitas
sosial yang sebenarnya ada dan sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat
(Bungin, 2007).
Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripsi berupa kata-kata (baik tertulis maupun lisan). Metode penelitian
kualitatif ini dipilih karena dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden serta lebih peka dan dapat menyesuaikan diri
dengan pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000).
Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara
objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data
Pinjam Perempuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning,
Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini
karena Desa Batu Anam telah mengikuti pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan
dalam PNPM-Mpd sejak tahun 2010. Berdasarkan kurun waktu yang relatif lama
itulah maka peneliti ingin meneliti proses pelaksanaan program tersebut
khususnya yang terkait dengan disfungsi yang terjadi dalam program Simpan
Pinjam bagi Perempuan.
3.3. Unit Analisis dan Informan
3.3.1. Unit analisis
Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian, biasanya yang
menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut
sebagai informan atau responden (Koetjaraningrat, 1977). Dalam penelitian ini
yang menjadi unit analisisnya adalah anggota kegiatan Simpan Pinjam
Perempuan, fasilitator kegiatan dan staff pekerja di kantor PNPM-Mpd di Desa
Batu Anam.
3.3.2. Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam
penelitian. Informan dianggap sebagai orang yang menguasai dan memahami
data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008). Adapun
1. Anggota Simpan Pinjam Perempuan yang memiliki usaha berjumlah 3
orang, dan yang tidak memiliki usaha berjumlah 3 orang. Dengan
keikutsertaan sebagai anggota SPP minimal 2 tahun.
2. KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagai pendamping
anggota SPP berjumlah 1 orang.
3. Staff PNPM-Mpd Kecamatan yaitu tim verifikasi 1 orang dan unit
pengelola kegiatan 1 orang.
4. Pemerintahan Desa berjumlah 1 orang.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh
melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data
yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah :
a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati
peneliti. Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti
melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2001). Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan pengamatan langsung ke kantor PNPM-Mpd untuk
mendapatkan langsung data anggota simpan pinjam perempuan yang
merupakan informan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya melakukan
pengamatan langsung kepada para informan sehingga hasil pengamatan
langsung dapat peneliti peroleh. Pengamatan ini meliputi pertemuan yang
dengan beberapa anggota SPP, iuran bulanan yang dilakukan anggota SPP
kepada ketua kelompok dan penyaluran hasil iuran oleh ketua ke kantor
PNPM-Mpd.
b. Wawancara Mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan secara
langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian
dengan draf pertanyaan yang sudah siapkan dan disesuaikan dengan
rumusan masalah yang telah ada, serta menggunakan panduan atau
pedoman wawancara dan alat bantu wawancara seperti tape recorder,
catatan kecil dan lain-lain untuk memperoleh data dan informasi tentang
pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
pedesaan yang berlangsung di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning,
Kabupaten Asahan.
3.4.2. Teknik pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain
yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian
ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu
menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal, majalah dan internet
yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap
mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah
secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Menganalisis data
tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007). Analisis data
ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap
informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya
yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah.
Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang
kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan di
interpretasikan secara kualitatif.
3.6.1 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman
peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah, terkait dengan keterbatasan waktu
terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan.
Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses
penelitian yang dilakukan, meskipun demikian peneliti berusaha untuk
melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang
BAB IV
TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Sejarah Desa
Desa Batu Anam adalah desa baru yang masuk ke dalam wilayah
pemerintahan Kecamatan Rahuning sejak tahun 2011. Awalnya Desa Batu Anam
berada dibawah pemerintahan Kecamatan Bandar Pulau. Pindahnya pemerintahan
karena pada tahun 2011 diadakan pemekaran daerah. Desa Batu Anam Kecamatan
Rahuning berada di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, dengan batas wilayah
yaitu:
1. Utara berbatasan dengan Desa Mekar Sari, Kecamatan Pulau Rakyat.
2. Selatan berbatasan dengan Desa Perkebunan Kelapa Sawit Gunung
Melayu, Kecamatan Rahuning.
3. Barat berbatasan dengan Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning.
4. Timur berbatasan dengan Desa Rahuning, Kecamatan Rahuning.
Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014
Pada wilayah Desa Batu Anam terdapat perkebunan kelapa sawit yaitu PT.
Asian Agri. Awalnya seluruh tanah di desa Batu Anam adalah milik warga,
namun sejak tahun 1985 masuklah PT Indo Sawit Grup yang membuka lahan
perkebunan kelapa sawit yang pernah menyebabkan terjadinya konflik perebutan
lahan, dan akhir dari konflik tersebut ialah pembagian batas kepemilikan tanah
yang disahkan oleh notaris. Awalnya warga tidak memiliki surat tanah, hanya
perkebunan PT. Asian Agri bercampur dengan tanah warga, yang mana dapat
dilihat ada rumah warga yang berada di dalam kawasan tanah luas tumbuhan
kelapa sawit milik perkebunan.
Umumnya warga menggunakan lahan tersebut untuk tempat tinggal dan
menanam umbi-umbian dan sayur-mayur yang kemudian akan di pasarkan ke luar
desa, namun dengan hadirnya perkebunan tersebut maka dibukalah lapangan
pekerjaan yang besar untuk warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka.
Desa Batu Anam terdiri dari 10 dusun yang tiap dusunnya dihuni ± 120
kepala keluarga (kk). Desa batu anam dipimpin oleh kepala desa. Hingga tahun
2014 pemilihan kepala desa sudah terjadi sebanyak 3 kali, namun saat ini posisi
kepala desa di isi oleh Plt. Kepala desa yang ditunjuk dari kecamatan Rahuning.
Masa kepemimpinan Plt. Kepala desa hingga saat ini menginjak usia 9 bulan dan
akan berganti jika pilkades telah selesai dilakukan.
4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa
Desa Batu Anam dapat diakses dengan mudah melalui jalur darat.
Terdapat 3 jalan utama yang dapat dilalui untuk masuk ke Desa Batu Anam ini,
pertama melalui simpang RGM yang tepat berada di jalur lintas sumatera, kedua
melalui desa Simpang Empat Kecamatan Rahuning dan ketiga melalui desa
Pinggul Toba Kecamatan Bandar Pulau. Dari ibu kota Asahan yaitu Kisaran
membutuhkan waktu 1 jam 30 menit -2 jam perjalanan, sedangkan dari ibu kota
sumatera utara yaitu Medan membutuhkan waktu 5-6 jam perjalanan untuk
Semua perjalanan menggunakan jalur darat, namun untuk masuk ke
wilayah desa Batu Anam membutuhkan alat transportasi pribadi karena tidak
adanya transportasi umum yang tersedia. Transportasi umum hanya ada di
sepanjang jalur lintas sumatera sedangkan lokasi desa Batu Anam itu sendiri
masuk kedalam area PT Asian Agri yang membutuhkan waktu 1 jam untuk masuk
ke wilayah desa jika ditempuh dari jalan utama yaitu simpang RGM.
Di wilayah desa Batu Anam terdapat beberapa sarana umum yang dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mulai dari sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana rumah ibadah dan juga koperasi yang dimaksudkan
untuk membantu perekonomian keluarga, baik dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari maupun usaha simpan pinjam.
4.1.2.1Sarana Pendidikan
Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh sumber daya manusia yang dimilikinya. Semakin maju pendidikan di suatu
daerah maka akan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
daerah tersebut. Di Desa Batu Anam ini hanya terdapat jenjang sekolah TK
hingga SMP, sedangkan tingkat SMA berada diluar desa dan berada
dikecamatan lain. Peranan pendidikan sangat penting, maka sudah
sewajarnyalah pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memberikan perhatian
Tabel 4.2
Sarana Pendidikan Formal di Desa Batu Anam
No. Sarana Frekuensi Persentase (%)
1. TK Swasta 2 28,57
2. SD Negeri 2 28,57
3. SD Swasta 2 28,57
4. SMP Negeri 1 14,29
Jumlah 7 100,00
Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014
Dengan keterbatasan sarana pendidikan formal ini, maka setiap
masyarakat di Desa Batu Anam yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus berani menempuh jarak yang cukup
jauh ke kecamatan bahkan jika ingin melanjutkan sampai ke perguruan tinggi
harus pergi ke ibukota provinsi dan kabupaten.
4.1.2.2Sarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Batu Anam dilengkapi oleh
beberapa prasarana kesehatan. Adapun prasarana kesehatan yang terdapat di Desa
Batu Anam ini yaitu sebanyak 24 prasarana kesehatan yang terdiri dari 1
puskesmas pemerintah, 13 praktek bidan, dan 10 posyandu. Untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan ini, maka sarana kesehatan tersebut didukung beberapa
tenaga medis seperti dokter puskesmas satu orang, pembina posyandu sebanyak
enam orang, dan pegawai puskesmas sebanyak lima orang. Secara terperinci dapat
Tabel 4.3
Sarana Kesehatan di Desa Batu Anam
No. Sarana Frekuensi Persentase (%)
1. Puskesmas 1 4,17
2. Posyandu 10 41,67
3. Praktek Bidan 13 54,16
Jumlah 24 100,00
Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014
4.1.3 Kependudukan
Penduduk merupakan subjek dan objek dalam pembangunan suatu daerah
serta berperan penting dalam mengelola unsur-unsur alam yang tersedia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014
jumlah penduduk di Desa Batu Anam berjumlah 4586 jiwa, yang terdiri dari
laki-laki berjumlah 2424 jiwa dan perempuan berjumlah 2162 jiwa. Penduduk di desa
ini terdiri dari warga negara indonesia atau penduduk pribumi asli. Secara
terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Laki-laki 2424 52,85
2. Perempuan 2162 47,15
Jumlah 4586 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014
Pada Tabel 4.4 Desa Batu Anam dengan jumlah penduduk yang cukup
banyak dan tersebar kedalam beberapa kategori umur. Berikut data statistik
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur tahun 2014
No. Umur Jumlah Persentase (%)
1. 0-4 Tahun 73 Jiwa 1,59
2. 5-9 Tahun 202 Jiwa 4,40
3. 10-14 Tahun 275 Jiwa 6,00
4. 15-19 Tahun 321 Jiwa 7,00
5. 20-24 Tahun 476 Jiwa 10,38
6. 25-29 Tahun 394 Jiwa 8,60
7. 30-34 Tahun 467 Jiwa 10,18
8. 35-39 Tahun 312 Jiwa 6,80
9. 40-44 Tahun 380 Jiwa 8,30
10. 45-49 Tahun 630 Jiwa 13,74
11. 50-54 Tahun 413 Jiwa 9,00
12. 55-59 Tahun 367 Jiwa 8,00
13. 60-64 Tahun 138 Jiwa 3,00
14. 65-69 Tahun 78 Jiwa 1,70
15. 70-74 Tahun 60 Jiwa 1,31
Jumlah 4.586 Jiwa 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk
berusia 45-49 tahun yakni 13,7% setelah itu penduduk dengan usia 30-34 yakni
yang berada di Desa Batu Anam ini adalah pada usia produktif yakni usia 15-60
tahun. Dengan banyaknya jumlah penduduk di desa, tentu juga membuat desa ini
terdiri dari berbagai suku, akan tetapi yang mendominasi adalah suku jawa.
Etnis Jawa datang ke Desa Batu Anam ini sejak masih berlangsungnya
program transmigrasi, sedangkan Batak Pardembanan merupakan batak yang
berada di Kabupaten Asahan sejak ratusan tahun lalu. Batak Pardembanan ini
menempati daerah sepanjang sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba. Salah
satu marga tertua yang berasal dari Asahan ialah marga Simargolang yang
berasala dari Raja Simargolang salah seorang putra dari ompu sahang matahari.
Kerajaaan Margolang dahulu kala berpusat di pulau raja dengan wilayah
kekuasaan Asahan dan Labuhan Batu. Raja terakhir yang menjadi raja yaitu raja
Marlau disaat penjajah belanda telah datang. Saat itu belanda menawarkan untuk
membangun perkebunan kelapa sawit, akan tetapi tawaran itu ditolak raja dengan
alasan bahwa kalau tanah mereka dijadikan perkebunan kelapa sawit maka
rakyatnya akan menjadi budak belanda, namun pada akhirnya perkebunan tersebut
tetap berdiri.
Penjelasan nyata dengan hadirnya batak pardembanan ini dibuktikan
dengan adanya situs sejarah dari raja simargolang I dan II serta makam raja
simargolang III di kecamatan bandar pulau (kecamatan dari Desa Batu Anam
sebelum mengalami pemekaran daerah). Berdasarkan suku mayoritas yang berada
di desa ini, maka agama yang dianut oleh masyarakat desa ini juga mayoritas
berjumlah 12 unit yang tersebar di beberapa dusun dan memiliki 1 gereja. Berikut
Tabel data jumlah penduduk berdasarkan agama :
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Persentase (%)
1. Islam 3527 Jiwa 76,91
2. Kristen 1059 Jiwa 23,09
Jumlah 4586 Jiwa 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014
Berdasarkan data Tabel 4.6 dapat di lihat bahwa mayoritas penduduk Desa
Batu Anam beragama Islam yakni sebanyak 76,9% dari total jumlah penduduk
yakni sebanyak 3527 jiwa yang ada di desa ini, hanya ada 23,09 % yang beragama
Kristen atau sekitar 1059 jiwa, meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas,
namun tidak menjadikan masyarakat desa ini menjadi masyarakat yang tidak
menghargai agama lain. Desa ini juga terdiri dari berbagai suku bangsa dan
agama.
Perbedaan agama itu seperti Agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik,
dan juga bermacam suku bangsa seperti Batak dan Jawa. Dengan keberagaman
yang ada di desa ini masyarakat dapat hidup rukun dan hampir tidak pernah
terjadi konflik yang besar di desa ini. Dengan latar belakang desa perkebunan,
maka masyarakatnya juga sebagian besar bekerja di perkebunan dan sangat
menjunjung tinggi asas kebersamaan.Hal ini dibuktikan tidak pernah ada konflik
agama di desa ini. Selain agama yang beragam desa ini juga memiliki masyarakat
yang bersuku beragam meskipun suku asli dari desa ini adalah suku Jawa. Berikut
Tabel 4.7
Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis
No. Suku Frekuensi Persentase (%)
1. Jawa 3457 75,38
2. Batak Toba 623 13,58
3. Batak Karo 394 8,59
4. Melayu 103 2,25
5. Aceh 9 0,20
Jumlah 4586 100,00
Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014
Berdasarkan data Tabel 4.7 di atas, masyarakat yang bersuku Jawa
menjadi masyarakat mayoritas dikarenakan memang penduduk asli desa ini
adalah suku Jawa sebanyak 75,36%, namun dengan berjalannya waktu desa ini
banyak didatangi oleh pendatang dari berbagai daerah maka saat ini banyak suku
yang lain, seperti Melayu Pekanbaru sebanyak 2,24%, Suku Batak Toba dengan
jumlah 13,6%, Suku Batak Karo sebanyak 8,6% dan terakhir sebagai pendatang
yang baru-baru ini adalah Suku Aceh yakni masih 0,20% atau masih sekitar 9
orang.
Mata pencaharian yang ada di desa ini sangat beragam, meskipun dilihat
secara geografis desa ini berada daerah perkebunan, yang pasti mayoritas
masyarakatnya bekerja di sektor ini namun saat ini sudah mulai berkembang ke
sektor lain seperti guru, pedagang, atau bahkan polisi dan PNS yang jenis lain.
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. PNS 3 0,08
8. Karyawan Perkebunan 2418 69,22
9. BHL Perkebunan 1021 29,22
Jumlah 3493 100,00
Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat di lihat bahwa mata pencaharian masyarakat
desa saat ini mayoritas bekerja sebagai karyawan perkebunan yakni sebanyak
2418 orang atau sebanyak 69,22% dari jumlah penduduk yang ada. Ada sebanyak
1021 orang atau 29,22% jadi buruh harian di perkebunan. Hal ini dikarenakan
lokasi desa yang terdapat dua perkebunan yang cukup besar di Kabupaten Asahan.
4.2 Profil Informan
4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha
1. Nama : S (bukan nama sebenarnya)
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak,
anak sulung kuliah semester 7 di salah satu universitas swasta di Medan dan
tangga, ia juga melakukan usaha dagang berupa membuka warung yang menjual
segala keperluan sayur mayur (kedai sampah), yang pasokannya ia dapat dari toke
yang langsung datang ke kedainya pada pagi hari.
Aktifitas berdagang ia mulai sejak pukul 05.00 sampai 23.00 setiap
harinya. Suami beliau bekerja di perkebunan Asian Agri (berada di kawasan Desa
Batu Anam) sebagai mandor. Ibu S merupakan salah satu anggota dari kelompok
SPP (Simpan Pinjam Perempuan) Cendrawasih. Beliau sudah ikut program SPP
sejak 3 tahun lalu dengan proses peminjaman sudah 2 kali dan sekarang sedang
menunggu cairnya dana pinjaman ketiga namun mengalami keterlambatan.
Menurut Ibu S awal ia mengetahui adanya program SPP ini adalah di beri
tahu dari salah satu anggota KPMD, karena beliau memiliki usaha jadi beliau
disuruh untuk membentuk kelompok agar mendapat bantuan dana, maka beliau
mencari teman-teman yang mau bergabung dalam kelompok ini. Menurut beliau
tidak sulit mencari anggota karena tidak ada persyaratan khusus yang harus di
penuhi sehingga dibentuklah sebuah kelompok dan ibu S menjadi salah satu
anggota kelompok Cendrawasih bersama 9 anggota lainnya. Dari ke 10 anggota
dalam kelompok cendrawasih beliau mengaku hanya ia yang mempergunakan
bantuan tersebut sebagai modal usaha, sedangkan anggota lain dari kelompok
cendrawasih hanya mempergunakan bantuan pinjaman tersebut sebatas keperluan
sehari-hari.
Menurut beliau, dengan adanya program SPP ini dapat membantu usaha
dagang beliau dikarenakan mendapatkan pinjaman modal tanpa agunan dan
transaksi jual beli yang diadakan dikedai beliau sering dengan cara kredit (utang)
yang akan dilunasi 1 bulan kemudian yaitu ketika gajian oleh pelanggannya, dan
tentu saja hal itu akan terasa berat jika modal yang ia miliki terbatas, maka dengan
ikut program SPP ini beliau merasa ada kemajuan dalam usaha dagangnya.
Menurut beliau juga bahwasannya saat ini pencairan dana mengalami
keterlambatan, sampai saat ini alasannya masih belum diketahui oleh dirinya dan
berharap akan tetap cair walaupun lama.
2. Nama : M (bukan nama sebenarnya)
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Ibu M seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 5 orang anak, yang
4 anak tertua sudah berumah tangga dan hanya anak ke-5 yang belum menikah.
Suami ibu M telah pensiun dari Perkebunan Asian Agri sejak 3 tahun yang lalu,
dan sekarang ibu M dan suaminya bertempat tinggal di rumah anak keempatnya
yang juga masih berada diwilayah Perkebunan Asian Agri. Kondisi ibu M yang
menumpang hidup dirumah anaknya dikarenakan mereka belum memiliki rumah
pribadi padahal ketika pekerja perkebunan sudah memasuki masa pensiun maka
seharusnya ia keluar dari perkebunan, namun dikarenakan ibu M belum memiliki
rumah pribadi, maka saat ini beliau bertempat tinggal bersama anak keempatnya
yang sudah berumah tangga. Anak keempat dan kelima juga bekerja di
Perkebunan Asian Agri tersebut. Anak keempat bekerja sebagai mandor
Awalnya suami beliau yang bernama MA bekerja sebagai pemanen di
perkebunan, mereka telah tinggal di lokasi perkebunan tersebut sejak 41 tahun
yang lalu. Ibu M memiliki usaha yaitu membuka warung makanan seperti misop,
lontong, pecel, gorengan. Beliau sudah membuka warung makanan tersebut
selama 20 tahun (sejak suaminya menjadi karyawan di perkebunan Asian Agri
dan berjualan di rumah) yang lalu guna membantu perekonomian keluarga dan
menunjang penghidupan 5 orang anaknya, namun sejak 2 tahun terakhir beliau
berjualan di rumah anaknya.
Hal ini juga yang menjadi alasan ibu M tidak ingin mengontrak jauh dari
perkebunan dikarenakan mata pencaharian beliau dari sini, jika pindah tentu akan
tidak bisa berjualan lagi seperti saat ini. Menurut ibu M, yang masih menjadi
tanggungan dalam keluarganya yaitu anak kelimanya yang baru beberapa bulan
bekerja yang tentu saja masih perlu mendapatkan bantuan dari beliau. Sama
dengan keadaan ibu S, transaksi jual beli yang terjadi diwarung beliau juga
dengan cari kredit (utang) dan jikalau ada yang langsung itupun hanya sedikit.
Pelunasan kredit (utang) tersebut akan dibayar 1 bulan kemudian ketika memasuki
jadwal gajian di perkebunan tersebut.
Hal ini tentu saja akan memperlambat atau bahkan bisa menghentikan
usaha beliau jika tidak memiliki modal yang besar, maka ketika ada penyampaian
informasi dari KPMD bahwa ada bantuan modal untuk usaha dari PNPM yaitu
SPP maka menurut ibu M dia langsung sangat setuju dan ikut menjadi
anggotanya. Menurut Ibu M untuk menajadi anggota SPP tidak ada persyaratan
khusus yang memberatkan. Dengan ikut program SPP ini ibu M merasa terbantu
salah satu anggota dari kelompok SPP fatmawati yang jumlah anggotanya ada 9
orang.
3. Nama : R (bukan nama sebenarnya)
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Ibu R seorang ibu rumah tangga yang memiliki 1 orang anak dan masih
bersekolah dibangku kelas 4 SD. Suami beliau bekerja di perkebunan asian agri
sebagai mandor. Mereka bekerja di PT. Asian Agri sejak 10 tahun lalu. Beliau
juga bekeja di Perkebunan Asian Agri sebagai BHL (buruh harian lepas), selain
itu beliau juga memiliki usaha berjualan misop, namun tidak berlangsung setiap
hari. Beliau berjualan misop hanya jika sedang tidak bekerja sebagai BHL dan
pasti berjualan ketika jadwal gajian diperkebunan tersebut.
Berjualan di hari yang sama ketika gajian lebih menguntungkan daripada
hari-hari biasa karena pembeli dapat membayar secara tunai tidak kredit seperti
hari biasa, hal ini sekaligus membayar utang pembelian di hari sebelumnya. Ibu R
berjualan misop sekitar 3 tahun lalu dengan tujuan membantu meningkatkan
penghasilan rumah tangga.
Beliau menggunakan bantuan permodalan SPP di tahun kedua ia jualan
dan dirasakan cukup membantu usahanya. Awalnya beliau berjualan misop hanya
menggunakan steling makanan yang dibuat sendiri dari papan yang berada di teras
rumahnya, namun sekarang beliau bisa membuat warung yang posisinya tepat
Menurut beliau hal ini tentu saja dapat menarik pelanggan untuk dapat
datang ke warungnya dikarenakan sudah tersedianya tempat makan yang layak.
Itu semua dapat terwujud di saat peminjaman pertama dari program SPP dan terus
berlanjut hingga sekarang. Seperti yang dipaparkan ibu M dan ibu S, bahwa ketika
ingin bergabung di SPP tidak ada persyaratan yang khusus hanya saja kita punya
usaha atau ingin membuat usaha.
Menurut Ibu R awalnya ia juga merasa terbebani dengan transaksi jual beli
yang sering terjadi secara kredit (akan lunas 1 bulan kemudian ketika jadwal
gajian di perkebunan) dan jika memiliki modal yang sedikit maka usahanya akan
bisa berhenti, namun dengan ikut program SPP ia merasa terbantu dikarenakan
pinjaman dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Ibu R merupakan salah satu
anggota kelompok SPP delima. Jumlah anggota kelompok delima sekitar 10
orang.
4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha
1. Nama : MS (bukan nama sebenarnya)
Umur : 35 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Ibu MS adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak,
anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 2 SD, anak ketiga masih berusia 5
tahun dan yang terakhir 3 tahun. Suami beliau bekerja di Perkebunan Asian Agri
Awalnya mereka adalah petani di Siantar lalu mereka pindah ke Desa Batu Anam.
Ibu MS merupakan salah satu anggota kelompok SPP pisang. Ia mengikuti
program SPP sejak 2 tahun yang lalu.
Menurut ibu MS, untuk ikut menjadi anggota SPP tidak harus memiliki
usaha, cukup bergabung kedalam satu kelompok ada dua atau tiga orang saja yang
memiliki usaha, selebihnya hampir tidak ada yang memiliki usaha. Menurut ibu
MS uang pinjaman yang diperoleh itu juga biasa mereka gunakan untuk keperluan
sehari-hari. Ibu MS mengatakan bahwa selama dalam waktu yang dijanjikan
yakni dalam satu periode yaitu satu tahun, pinjaman tersebut sudah harus selesai
dilunasi.
Keberadaan SPP ini sangat membantu bagi para kaum ibu, karena jika ada
keperluan mendadak untuk urusan anak sekolah dan lainnya, mereka mempunyai
uang dan nantinya dari gaji suami setiap bulannya disimpan untuk pembayaran
iuran pinjaman tersebut selama satu tahun. Menurut ibu MS uang yang diterima
dalam setiap anggota itu berbeda meskipun berada di dalam satu kelompok. Hal
ini disesuaikan dengan keinginan dari setiap anggota serta kesanggupan dalam
membayarnya nanti ketika sampai pada akhir periode, tentu menurut ibu MS, hal
ini sangat membantu para kaum ibu yang ada di desa ini, maka dari itu ibu MS
akan tetap ikut setiap tahunnya dalam program SPP ini. Hal positif dengan
mengikuti SPP ini ibu MS mengaku telah mempunyai banyak tabungan yang
berupa beberapa ekor lembu yang tentunya digunakan beliau sebagai investasi
2. Nama : SA (bukan nama sebenarnya)
Umur : 35 tahun Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Ibu SA adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak,
anak pertama kelas 6 SD, anak kedua kelas 4 SD dan anak terakhir masih berusia
5 tahun. Beliau juga bekerja sebagai BHL di perkebunan kelapa sawit Asian Agri
dan suami beliau juga bekerja diperkebunan yang sama sebagai sopir dari staf
perkebunan. Ibu SA merupakan salah satu anggota kelompok SPP Semangka.
Menurut ibu SA, meskipun tidak memiliki usaha, beliau dan anggota yang
lain yang ingin ikut bisa mengikuti program tersebut, tetapi sejauh ini menurut ibu
SA hanya orang-orang tertentu yang ikut SPP, karena kurang menyebarnya
informasi. Ibu SA mengatakan bahwa beliau tahu adanya SPP ini dari teman satu
kelompoknya yang memang mencari tambahan anggota untuk memenuhi syarat
memiliki anggota 10 orang.
Ibu SA sendiri tidak pernah mengetahui bagaimana mekanisme yang harus
di lewati hingga dana tersebut bisa cair ke tangan anggota SPP. Menurut beliau
yang terpenting adalah beliau mendapat bantuan ini dan setelah itu beliau akan
berusaha untuk membayarnya pada akhir periode nanti. Menurut ibu SA hal
seperti ini sangat membantu masyarakat dikarenakan bunganya yang rendah dan
juga tidak perlu menggunakan anggunan, akan tetapi menurut ibu SA terkadang
mendapat bantuaan pinjaman SPP tetapi malah tidak mendapat informasi sama
sekali tentang program ini.
3. Nama : A (bukan nama sebenarnya)
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Ibu A seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak
pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 1 SD, anak ketiga berusia 6 tahun dan
anak ke empat berusia 3 tahun. Beliau juga bekerja sebagai pengasuh anak dari
karyawan yang bekerja di Perkebunan Asian Agri yang mana anak asuhannya
berjumlah 3 orang yang masih dalam kategori balita. Ibu A mengasuh anak-anak
tersebut mulai dari jam 06.30 hingga 14.00 di rumahnya sendiri dengan upah Rp
10.000/hari, dan pembayarannya dilakukan per hari. Suami beliau bekerja sebagai
pemanen di Perkebunan Asian Agri.
Ibu A salah satu anggota kelompok SPP rambutan, beliau baru satu tahun
ikut atau baru satu priode mengikuti program SPP ini. Selama ini menurut ibu A
tidak ada informasi yang sampai kepada dirinya tentang adanya program ini,
baru-baru ini saja karena ada teman yang mencari tambahan anggota sehingga beliau
diajak. Menurut ibu A beliau tidak pernah tahu apa isi proposal yang diajukan ke
PNPM yang berada dikecamatan, beliau hanya disuruh ikut dan ketika pencairan
Pada pinjaman ini beliau mendapatkan pinjaman sebesar Rp.5.000.000
yang diakui beliau karena tidak adanya usaha maka beliau hanya berani
meminjam uang sebesar itu, karena khawatir jika meminjam terlalu banyak akan
susah membayarnya di kemudian hari, walaupun ada teman satu kelompoknya
bisa mendapatkan pinjaman sampai dengan puluhan juta walaupun tidak memiliki
usaha juga. Menurut ibu A, beliau tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut
karena beliau juga merasa kalau terlalu besar akan membuat dirinya sulit
memikirkan bagaimana bisa mengembalikannya karena tidak memiliki usaha.
4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa)
Nama : SM (bukan nama sebenarnya)
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Ibu SM seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak
pertama sudah menikah, anak kedua kuliah dan anak ketiga masih sekolah kelas 3
SMA. Ibu SM juga bekerja sebagai guru SD yang berada dalam lokasi
Perkebunan Asian Agri. Beliau bekerja sejak 27 tahun lalu dan menjabat sebagai
KPMD sejak 5 tahun terakhir. Jabatan sebagai KPMD ditunjuk langsung melalui
musyawarah masyarakat dan pemerintahan desa yang salah satu tugasnya yaitu
mengawasi dan mendampingi keberlangsungan program SPP.
Suami beliau juga bekerja sebagai guru SD di sekolah berbeda dengan
ini adalah program yang bertujuan untuk memberikan pinjaman modal agar para
kaum ibu yang memiliki usaha rumahan dapat berkembang untuk bisa
menghidupi keluarganya tanpa harus lagi hanya bergantung pada penghasilan
suami.
Ibu SM terpilih menjadi kader dalam program pemberdayaan ini karena
hasil musyawarah, sehingga sudah 5 tahun belum ada pergantian, biasanya ini
akan diganti jika sudah dilakukan kembali musyawarah yang dilakukan oleh
pemerintah desa. Ibu SM mengatakan bahwa saat ini informasi kurang menyebar
karena memang keterbatasan dari SPP sendiri bahwa dalam satu periode itu tidak
lebih dari 10 kelompok yang akan menerima pinjaman dari SPP.
Bukan karena adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihaknya
ataupun pihak SPP sendiri. Menurut beliau justru jika tidak ada batasan ini ingin
sekali rasanya beliau mengajak semua kaum ibu, karena adanya batasan tersebut,
terkadang beliau dianggap tidak adil dalam lingkungan masyarakat, oleh karena
itu saat ini beliau telah mencoba setiap tahunnya untuk mengganti
kelompok-kelompok yang akan ikut. Kelompok yang sebelumnya sudah pernah ikut di
usahakan tidak akan mendapat lagi, karena seharusnya mereka sudah bisa
memutar modal yang diperoleh diperiode sebelumnya sehingga bisa memberikan
kesempatan untuk masyarakat lain yang memiliki usaha untuk mendapatkan
4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan
1. Nama : D (bukan nama sebenarnya)
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Ibu D adalah sekretaris ketua UPK (unit pengelola kegiatan) di Kecamatan
Rahuning. Beliau menjabat sebagai sekretaris ketua UPK sejak tahun 2009. Beliau
mengaku bahwa bisa bekerja disini dengan mengikuti seleksi sebagai calon
karyawan PNPM dan di tempatkan dalam posisi ini untuk menjadi bagian
pengelolaan kegiatan. Menurut beliau pekerjaannya saat ini tidak menyulitkan
beliau sebab dalam masa perkuliahannya dulu beliau juga sudah sering membuat
kegaitan yang berbasis pemberdayaan seperti ini, apalagi dalam kerjanya beliau
hanya ikut serta dalam rapat-rapat kegiatan PNPM baik tingkat kecamatan dan
kabupaten serta membuat laporan tiap akhir bulannya.
Menurut beliau kegiatan SPP ini sudah banyak dilakukan di beberapa desa
di berbagai daerah dan memberikan hasil yang positif, sehingga ketika program
ini dibuat di desa ini, beliau juga sangat senang menyambut antusias para kaum
ibu yang ada untuk mengembangkan usahanya.
Kaum ibu di berbagai desa yang ada di kecamatan ini banyak sekali yang
memiliki jiwa pengusaha tetapi terbentur dipermodalan maka dengan hadirnya
program ini sangat membantu. Menurutnya pengelolaan kegiatan ini tidak banyak
kegiatan yang dilakukan oleh kaum ibu dalam pengembangan usahanya dan terus
mengingatkan kepada kaum ibu meskipun tidak ada agunan tetapi tetap harus
dibayar, karena hal ini bersifat panjang dan akan ada kelompok lain yang akan
memperoleh diperiode selanjutnya.
2. Nama : A (bukan nama sebenarnya)
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Bapak A adalah anggota tim verifikasi yang sudah bekerja sejak 2012
hingga sekarang. Beliau sudah memiliki 2 orang anak, anak pertama SMP kelas 1
dan anak kedua kelas 2 SD, selain sebagai anggota tim verifikasi beliau juga
bekerja di perkebunan Asian Agri sebagai pegawai pabrik pengolahan kelapa
sawit. Bertugas menjadi tim verifikasi menurut pak A tidak menyulitkan beliau
untuk menentukan kelompok mana yang akan lolos untuk memperoleh dana.
Hal ini dikarenakan menurutnya SPP ini akan meluluskan kelompok yang
ikut mengajukan proposal dan telah memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang,
hanya saja terkadang yang diloloskan tersebut dana yang diminta tidak sesuai
dengan dana yang dicairkan sebab akan ada pertimbangan dari tim. Hal ini
menurut beliau menjadi hal yang wajar sebab nantinya jika terlalu besar diberikan
akan menyulitkan mereka juga.
Tim verifikasi sendiri menurut pak A selain bertugas menentukan siapa
para kaum ibu nantinya diakhir periode dapat membayar pinjamannya sesuai
dengan yang telah ditentukan. Untuk itu pak A disini hadir dalam setiap desa
bukan untuk menjadi sosok orang yang menakutkan dan juga menjadi sosok yang
bersikap tidak adil dengan memilih siapa yang diluluskan. Menurut beliau
mencoba merangkul masyarakat khususnya kaum ibu bahwa dengan dana yang
dipinjamkan SPP itu akan bermanfaat dan terus dapat berputar modalnya sehingga
tidak akan menyulitkan kaum ibu tersebut.
4.2.5 Pemerintahan Desa
Nama : B (bukan nama sebenarnya)
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pak B adalah Kepala Desa Batu Anam sejak 5 tahun yang lalu, saat ini
beliau sudah digantikan oleh pejabat sementara dikarenakan beliau akan ikut
mencalonkan diri lagi pada pemilihan kepala desa yang akan datang. Beliau
memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Masing-masing
anaknya sudah lulus dari SMA dan saat ini yang paling besar sudah bekerja di
perkebunan dan yang lainnya sedang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
di provinsi.
Menurut beliau program SPP ini mulai ada sebelum masa
pemerintahannya yakni sekitar tahun 2009. Sejak di buka hingga sekarang
antusias masyarakat khususnya kaum ibu sangat luar biasa, karena hal ini didasari
oleh banyaknya kaum ibu yang memiliki usaha tetapi tidak memiliki modal yang
cukup besar.
Menurut Pak B, program SPP ini adalah program yang bersifat
mengembangkan usaha rumahan agar usaha itu menjadi usaha yang mandiri dan
memberikan penghasilan untuk para kaum ibu, dengan pinjaman yang diberikan,
pihak pemerintah pusat berharap setiap desa akan memiliki usaha rumahan yang
maju dan akan memberikan tambahan pendapatan untuk desanya masing-masing.
Informasi tentang program SPP ini menurut pak B sudah menyebar
keseluruh warganya, hanya saja saat ini SPP membatasi setiap periodenya, hanya
sampai 10 kelompok saja, oleh karena itu setiap periodenya beliau berusaha agar
masyarakat yang memperoleh pinjaman berasal dari orang yang berbeda-beda.
Pak B mengatakan bahwa sistem yang dibuat oleh SPP sangat
meringankan masyarakat, tidak ada beban yang begitu besar harus ditanggung,
sehingga program ini mendapat respon yang sangat baik. Beliau berharap agar
program ini dapat terus berjalan dan bisa memberikan bantuan pinjaman lebih
banyak lagi.
4.3 Pelaksanaan dan Mekanisme SPP di Desa Batu Anam
Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu program
pemberdayaan masyarakat desa yang dibawah naungan PNPM-Mpd. Program ini
bantuan pinjaman permodalan dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Desa Batu
Anam itu sendiri terdaftar sebagai desa peminjam dana SPP terbesar di antara
desa-desa lain yang berada di Kecamatan Rahuning. Berikut data pinjaman di
Kecamatan Rahuning tahun 2014 :
Tabel 4.9
Jumlah Pinjaman Tiap Desa Di Kecamatan Rahuning Tahun 2014
Sumber: Kantor PNPM-Mpd Kecamatan Rahuning
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa Desa Batu Anam terdaftar
sebagai desa yang paling banyak mendapatkan pinjaman yaitu berjumlah Rp
230.000.000 dengan jumlah kelompok 10 kelompok. 10 kelompok SPP di Desa
Batu Anam yang beranggotakan 7-10 orang per kelompok. Penggunaan pinjaman
SPP pada hakekatnya adalah untuk bantuan permodalan usaha baik skala besar
maupun kecil, namun penggunaan pinjaman SPP di desa Batu Anam ini hanya
untuk usaha skala kecil seperti kedai kebutuhan rumah tangga sehari-hari (kedai
sampah) dan warung makanan. Beberapa anggota SPP yang memiliki usaha dan
menggunakan pinjaman tersebut antara lain Ibu S, Ibu M dan Ibu R.
Mereka adalah anggota SPP yang merasakan langsung dampak positif dari
kegiatan program SPP ini dalam meningkatkan dan mempertahankan usaha
No. Nama Desa Jumlah Pinjaman (Rp)
1. Rahuning 115.000.000
2 Rahuning I 82.000.000
3. Rahuning II 95.000.000
4. Perkebunan Aek Nagagak 150.000.000 5. Perkebunan Gunung Melayu 117.000.000
6. Gunung Melayu 200.000.000
7. Batu Anam 230.000.000
mereka, walaupun tidak dipungkiri beberapa anggota SPP lainnya yang tidak
menggunakan pinjaman dengan semestinya, hal ini sesuai dengan pernyataan
yang di sampaikan oleh informan kepada peneliti sebagai berikut :
Ibu R
“ saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pinjaman dari spp, karena sangat membantu sekali untuk usaha saya apalagi bunganya sangat rendah dan tidak menggunakan agunan sama sekali sehingga kami sangat terbantu. Dananya yang kami peroleh juga tergolong cukup besar meskipun usaha kami masih usaha rumahan yang kecil”
Ibu S
“ sangat berpengaruh banyaklah spp ini nak untuk usaha saya, sebabkan orang-orang disini kalau belanja utang, jadi modal itu kurang berputar makanya kami perlu ada pinjaman modal dari pihak luar tetapi modal yang tidak memberatkan kami juga nak. Jadi alhamdulilah sekarang ada spp ini jadi benar-benar terbantu”
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat
diketahui bahwa para informan yang memiliki usaha merasakan langsung dampak
postif dari program SPP ini. Pelaksanaannya yang mudah serta syaratnya yang
tidak memberatkan sangat memberikan bantuan untuk para kaum ibu.
Pelaksanaan ini berlangsung sangat cepat prosesnya dari sejak pengajuan proposal
sampai pencairan dana hanya memakan waktu kurang lebih tiga bulan, tentu hal
ini bisa dianggap bahwa pelaksanaannya sangat ringan dan tidak memberatkan
bahkan tidak ada pengawasan yang begitu ketat selama pelaksanaan program ini
berlangsung.
Penelitian mengenai pelaksanaan SPP juga dilakukan oleh Agistiasari
SPP yang berada di desa Kalanganyar Kab. Lebak Bulus pada tahun 2011
khususnya yang memiliki usaha merasakan langsung dampak baiknya dari
keberadaan program SPP yang tentu saja meningkatkan usaha mereka menjadi
berkembang dan lebih stabil.
Dalam meningkatkan peran serta masyarakat terutama kelompok
miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pelestarian program SPP, ada beberapa ketentuan dan mekanisme
tetap dari kegiatan SPP itu sendiri yang tertera di modul pelatihan tim verifikasi
Kecamatan Rahuning tahun 2014, yaitu :
1. Pengajuan tetap melalui kelompok bukan secara perorangan.
2. Kelompok beranggotakan perempuan yang mempunyai ikatan persatuan dan
saling mengenal serta memiliki administrasi yang sederhana.
3. Alokasi dana kegiatan SPP maksimal 25% dari alokasi dana BLM.
4. Kegiatan SPP tidak diperkenankan adanya syarat agunan yang cenderung
memberatkan bagi masyarakat miskin.
Berikut langkah-langkah dalam kegiatan SPP :
Pembentukan kelompok pereperempuan
Pembuatan proposal
4.3.1 Pembentukan Kelompok
Langkah utama dalam pelaksanaan program SPP ini adalah terbentuknya
kelompok-kelompok perempuan yang akan nantinya diberi pinjaman dana oleh
SPP. Pembentukan kelompok haruslah beranggotakan perempuan secara
keseluruhan, mempunyai ikatan persatuan, saling mengenal diantara anggotanya.
Serta seharusnya adalah yang memiliki usaha, akan tetapi pada kenyataanya
berdasarkan hasil wawancara dengan para informan sebagai berikut :
Ibu A
“awal mula pembentukan kelompok ini nak kan karena informasinya gak merata kesemua orang khususnya ibu-ibu yang memiliki usaha maka ya anggota di setiap kelompok gak semuanya memiliki usaha, bahkan ada yang sama sekali gak buat usaha apa-apa dia. Jadi ya itu pembentukan kelompoknya didasari sama orang yang kita kenal dan deket ajalah nak. maka tidak heran jika saat ini walaupun ada bantuan ya tetap aja masih ada yang kekurangan modal usaha.
Ibu M:
“pembentukan kelompok ini berdasarkan sosialisasi yang kita dapetin kan, terus ya kita disuruh bentuk kelompok, nah dari kelompok ini katanya nanti kita dikasih bantuan dana untuk modal usaha. Jadi kelompok ini ya suka ati sesuai kemauan kita siapa kawan kita satu kelompok nak. Ada pun satu kelompok, cuma tiga orang yang miliki usaha selebihnya baru akan buat usaha sama untuk bantu kebutuhan sehari-hari.
Pembentukan kelompok ini jumlah minimal anggota per kelompok adalah
5 orang dan maksimal 10-12 orang. Ikatan persatuan dalam kelompok SPP baik
berupa berada dalam 1 wilayah tempat tinggal ataupun persatuan serikat
keagamaan (perwiritan). Di Desa Batu Anam itu sendiri pada umumnya kelompok
SPP berdasarkan persatuan perwiritan meskipun mereka ada yang tidak memiliki
Temuan data ini juga terkait dengan penelitian Pirdani (2013) yang
dilakukan di Kecamatan Serasan Timur Kabupaten Natuna yang mana dalam
jurnal ini penulis melihat implementasi atau pelaksanaan program SPP ini masih
belum dirasakan oleh keseluruh masyarakat umum. Ada ketidak merataan dimana
proses kegiatan yang dialami dari tahapan yang paling awal yakni pembentukan
kelompok saja tidak ada pemberitahuan ke semua pihak terutama yang memiliki
usaha, sehingga kelompok yang terbentuk sangat tidak efektif bagi para kaum
perempuan yang memiliki usaha kecil dan perlu bantuan dana, maka dapat penulis
simpulkan bahwa struktur yang ada tidak berjalan fungsional bahkan melahirkan
fungsi-fungsi yang baru di masyarakat.
4.3.2 Pembuatan Proposal
Proposal adalah usulan dari anggota SPP yang mengharapkan bantuan
permodalan dari PNPM-Mpd. Proposal dibuat 1 per kelompok dan menyertakan
segala berkas-berkas yang diperlukan yaitu foto copy KTP dan surat izin suami /
pihak pemerintahan desa. Proposal juga menyertakan jumlah pinjaman dari
tiap-tiap anggota SPP dan penjelasan jenis usaha anggota SPP. Pembuatan proposal
seharusnya dibuat oleh anggota SPP itu sendiri dan KPMD hanya sebatas
pendamping mengenai tata cara penulisan proposal tersebut, namun pada
praktiknya di Desa Batu Anam tersebut pembuatan proposal sepenuhnya di buat
oleh KPMD dengan alasan anggota SPP yang tidak mengerti.
Pembuatan proposal berdasarkan hasil wawancara dengan para anggota
Ibu M
“ setelah kami bentuk kelompok, terus kami buat proposal satu untuk perkelompok dan proposal itu yang buat bukan kami tapi KPMD karena kami gak bisa buat sendiri, walaupun anggota kami gak semua memiliki usaha, tapi di proposal dibuat aja ada usaha karenakan memang syaratnya gitu. Setelah proposal siap, lalu dikasih ke bagian PNPM dan siap itu kalau dananya udah cair barulah kami dikabari lagi”.
Ibu A
” kalau proposalnya bukan kami yang buat tapi KPMD jadi kami tinggal buat kelompok sama buat nama usahanya terus tinggal nunggu pencairan dana dan setelah itu ya kami siap-siap untuk bayar di akhir periodenya nanti, karna kalau kami yang buat gak pande dek, gak siap-siaplah nanti“.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa penelitian ini
berkaitan dengan penelitian Damaianus (2014). Penelitian ini menggambarkan
tentang bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Noha Boan Kecamatan Long
Apari Kabupaten Mahakam Ulu yaitu kegiatan di bidang Simpan Pinjam
Perempuan(SPP). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum efektivitas
pelaksanaan PNPM-MP di Desa Noha Boan secara khusus program simpan
pinjam perempuan (SPP) belum cukup efektif, hal ini masih dibuktikan dengan
pembuatan proposal yang bukan hasil buatan para masyarakat sehingga
masyarakat hanya tau dalam hal uang atau pinjamannya saja tetapi prosesnya
Hal ini juga terjadi di desa ini kebenarannya bahwa pembuatan proposal
dibuat oleh KPMD, padahal seharusnya proposal itu dibuat oleh kelompok yang
mengajukan pinjaman dan posisi KPMD hanya sebatas pendamping pembuat
proposal, namun pada kenyataannya pembuatan proposal diserahkan sepenuhnya
kepada KPMD. Bahkan diakui anggota bahwa ada beberapa anggota yang
memalsukan usaha yang mereka jalani guna memudahkan pencairan pinjaman
SPP yang pada prinsipnya diberikan kepada anggota yang telah memiliki usaha.
4.3.3 Pengajuan Proposal Dan Diperiksa Tim Verifikasi
Proposal yang telah dibuat maka selanjutnya akan diserahkan ke kantor
PNPM-Mpd yang berada di kecamatan dan proposal tersebut akan ditindak lanjuti
oleh tim verifikasi. Setelah pembuatan proposal maka selanjutnya proposal
tersebut di serahkan kepada tim verifikasi. Sesuai dengan SOP tim verifikasi Bab
IV pasal 15 terdapat tahap verifikasi usulan kegiatan, yaitu :
1. Pembahasan awal : tim verifikasi melakukan pemerikasaan kebenaran
usulan, kelengkapan usulan dan legalitas usulan.
2. Jika usulan ditemukan hal-hal yang ganjil seperti : belum lengkap atau
belum di tanda tangani semua pihak, maka tim verifikasi membuat rujukan
kepada UPK untuk segera dilakukan perbaikan usulan.
3. Kunjungan lapangan : tim verifikasi melakukan kunjungan lapangan
sesuai jadwal yang telah diberitahukan kepada pengusul. Di Dalam
kunjungan lapangan melakukan pengamatan langsung ke titik lokasi,
menganalisa potensi dan kendala, melakukan wawancara langsung dengan
4. Pembahasan akhir : tim verifikasi melakukan rapat internal tim untuk
membahas hasil temuan lapangan, menganalisa kesesuaian antara data
yang tertulis dengan kondisi lapangan.
5. Membuat rekomendasi akhir : tim verifikasi membuat rekomendasi
terhadap semua usulan, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan kondisi kebutuhan lapangan.
6. Menyampaikan rekap rekomendasi akhir kepada forum MAD.
Tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran daftar usaha dari
tiap-tiap anggota SPP pada praktiknya sama sekali belum pernah terlaksana.
Berdasarkan temuan data dilapangan, diketahui bahwa kinerja dari tim verifikasi
tidak dirasakan kehadirannya dilapangan oleh anggota SPP di Desa Batu Anam.
Seperti yang dikemukakan oleh ibu Z :
“ gak pernah ada kok orang PNPM yang datang kemari, pokoknya kami hanya buat proposal abis itu diserahkan ke KPMD terus KPMD yang ngantar ke kantor kemudian kami tinggal nunggu kelanjutan kabarnya. Kalau keluar ya kami ke kantor PNPM buat tanda tangan serah terimanya. Sejauh ini memang belum pernah ada yang kesini baik untuk melihat usaha atau sekedar hanya berkunjung aja tidak pernah ada, karena untuk urusan SPP kami cuma berurusan sama KPMD, setelah itu KPMD yang akan berurusan ke Kecamatan. Makanya kalau dilihat lihat ya SPP ini sangat enak sekali nak, kami gak direpotkan sama sekali soal pengurusannya kami hanya membentuk kelompok dan menunggu pencairan dana udah itu saja”
Hal senada juga disampaikan oleh ibu S :
Berdasarkan temuan data tersebut maka terlihat disfungsi yang terjadi
dalam tahapan pengajuan dan pemeriksaan oleh tim verifikasi yaitu tim verifikasi
tidak menjalankan kinerja secara maksimal sesuai dengan SOP program yang
harus tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran usaha dan identitas
anggota. Kelanjutan dari tindakan tim verifikasi yang bekerja tidak efektif
menyebabkan anggota SPP merasa aman dalam mencantumkan jenis usaha
mereka dalam proposal, karena berdasarkan pengalaman mereka selama ini
memang tidak ada kunjungan dari tim verifikasi.
4.3.4 Pencairan
Tahapan selanjutnya yaitu pencairan pinjaman yang dilakukan dengan
cara pemberian uang cash serta penanda tanganan semua anggota kelompok ke
kantor PNPM-Mpd yang berada dikecamatan.
Dalam Anggraini (2013) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa
minimnya pendamping dan pengawasan pelaksanaan program SPP di desa
Taskombang menjadikan anggota SPP yang ikut menggunakan bantuan modal
dengan sesuka hati dan tanpa manajemen keuangan yang baik sehingga berakibat
buruk bagi anggota yang melakukannya. Pinjaman yang didapat hanya digunakan
untuk keperluan yang konsumtif bahkan ada yang menimbulkan terlilitnya
anggota SPP dengan hutang dan iuran yang semakin banyak karena terlalu sering
menunggak.
Pada umumnya semua program yang diluncurkan oleh pemerintah
bermanfaat dan diharapkan dapat membantu meningkatkan masyarakatnya, hal ini
mengurangi jumlah RTM (rumah tangga miskin). Bantuan pinjaman modal usaha
yang dilakukan melalui program SPP memberikan pengaruh yang baik bagi
anggota SPP yang mengikuti program SPP di desa Batu Anam. Peningkatan
perekonomian keluarga dan kemajuan usaha sangat mereka rasakan, apalagi
dengan bunga yang sedikit dan pinjaman tanpa agunan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh informan kepada
peneliti sebagai berikut :
Ibu R
“ Alhamdulillah, sejak ibu ikut dalam kelompok SPP jualan ibu jadi lancar, karenakan modal yang ibu dapat lebih jelas jumlahnya, jadi tinggal pandai-pandai ibu ajalah mengelolanya. Kalau waktu dulu jualan buat jualan besok harinya aja ibu sudah bingung cari modal dari mana, karenakan semua yang beli pada hutang, bahkan kadang ibu mau pinjam uang ke rentenir-rentenir itu. Memang rugi sih, tapi mau gimana lagi modal ibu juga gak ada pada saat itu. Tapi sekarang sudah bisa terbantu nak, soalnya susah juga kalau jualan modalnya terbatas apalagi kalau sistem masyarakat rata-rata ada yang bayar mingguan ada yang bayar bulanan bahkan nak. Bersyukur sekalilah selain untuk bantu modal juga dananya bisa dibuat memperbaiki warung biar lebih terlihat bagus. Saya rasa bukan saya aja yang merasakan bahwa bantuan ini sangat bermanfaat, pasti setiap yang memiliki usaha ngerasa bermanfaat kali soalnya bunganya tidak besar dan juga tidak pakai agunan tentukan ini sangat meringankan sekali bagi kami.”
Ibu S
saya menjadi teratasi, dikarenakan uang yang ada sama saya sudah jelas jumlahnya. Hanya tinggal bagaimana cara saya mengatur keuangan itu buat waktu lama, dan karena sekarang saya lebih sering langsung belanja ke pasar besar maka untung yang saya dapat lebih banyak”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat
diketahui bahwa jika para informan yang memiliki usaha merasakan langsung
dampak postif dari program SPP ini. Adapun dampak atau pengaruh yang
dirasakan oleh para anggota yang memiliki usaha yaitu sebagai berikut:
1. Penambahan Modal Usaha
Menurut beberapa informan bahwa pengaruh yang paling besar bagi
mereka adalah penambahan modal yang cukup besar dan dengan proses yang
mudah tanpa harus melewati persyaratan yang rumit. Dengan kata lain mendapat
pinjaman tanpa jaminan apapun seperti meminjam di Bank, selain itu penambahan
modal ini berguna untuk banyak hal seperti membangun warung atau membeli
peralatan perlengkapan untuk diwarung serta modal sehari-hari dikarenakan
banyak pembeli yang masih bayar mingguan atau bulanan.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
Pengaruh ini dirasakan oleh para kaum perempuan sejak hadirnya SPP di
desa ini, kaum ibu ini merasa pengetahuannya bertambah tentang simpan pinjam,
jika dulu mereka hanya mengenal meminjam pada Bank dan rentenir yang akan
kesusahan pada saat akan pembayaran. Para ibu diajarkan bagaimana menulis
untuk merancang berapa dana yang akan diajukan dan berapa yang harus mereka
bayar selama satu periode, sehingga hal ini membuat kaum ibu merasa semakin
bertambah ilmunya dan keterampilan mereka jika ingin membesarkan usaha
Peningkatan pengetahuan dan kemudahan usaha mereka rasakan
dikarenakan ketika sudah menjadi anggota SPP mereka memiliki modal yang jelas
dalam keberlangsungan usaha mereka. Peningkatan usaha mereka hanya tinggal
mengandalkan kepintaran mereka dalam mengatur keuangan ataupun permodalan
yang di dapat dari SPP.
Tujuan utama program SPP yang memberikan bantuan modal untuk
anggota yang ikut SPP tidak sepenuhnya berjalan secara keseluruhan, masih ada
anggota dari SPP yang menggunakan uang dari program SPP ini untuk keperluan
di luar usaha, seperti yang terjadi di Desa Batu Anam ini, masih ada beberapa
yang menggunakan bantuan permodalan dari SPP itu untuk kebutuhan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh informan :
Ibu MS
“ kalau ditanya manfaatnya yang sangat ada nak, ya ibu dulu itu tidak punya hewan peliharaan lembu ini nak. Ibu kan gak punya usaha jadi kemarin ibu cuma minjem sedikit aja hanya lima juta lalu ibu beli lembu betina supaya nanti bisa berkembang, ya syukur sekarang sudah mulai nambah ada anaknya, kan pasti bisa jadi tabungan untuk sekolah anak ibu, jadi ya walaupun gak punya usaha, ya setidaknya uang itu tidak ibu buat untuk hal yang tidak berguna. Sayang kali rasanya kalau ibu sia-sia kan uangnya nak, jadi ya ibu buat saja untuk beli hewan ternak agar jadi tabungan, dan kalau untuk dijadikan modal usaha seperti buka warung ibu juga gak bisa karena ibu juga gak punta keahlian, nanti kalo dipaksakan buka warung malah takut bangkrut”.
Ibu A
pada nunggu gaji suami kan pasti lama nak rumah kami siapnya. Jadi alhamdulilah rumah udah siap jadi tinggal simpan duitnya aja untuk bayar ke SPP”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat
diketahui bahwa para informan yang tidak memiliki usaha juga merasakan
pengaruh yang baik atau dampak positif dari program SPP ini, walaupun bukan
membuat mereka lebih mandiri dengan menggunakan uang tersebut untuk
membuat usaha, dapat disebutkan berdasarkan keterangan para informan bahwa
pengaruhnya untuk mereka adalah sebagai berikut :
1. Modal untuk membuka usaha baru.
2. Membantu keuangan keluarga.
3. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mereka mengunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang dianggap
lebih penting, seperti membangun rumah dan menabung melalui ternak lembu
untuk kesejahteraan hidup mereka selanjutnya. Temuan data yang sama juga
terjadi pada penelitian Siregar (2014) yang mana dalam praktik pelaksanaan SPP
di Desa Angamakmur tahun 2014 penggunaan dana SPP diluar tujuan utama SPP
yaitu untuk modal usaha, yakni banyak anggota SPP yang mempergunakan dana
pinjaman untuk keperluan sehari-hari bagi anggota SPP. Penggunaan dana SPP
yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tentu saja tidak
berpengaruh baik pada program SPP karena dianggap gagal dalam melaksanakan
tugas sesuai SOP, visi misi dan ketetapan sasaran target pengembangan
4.4 Disfungsi Pelaksanaan SPP
Ketidaksesuaian berjalannya program dalam hal ini adalah ketidaksesuaian
SOP pelaksanaan program dengan kenyataan pelaksanaan program, menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru akan muncul yang tentu saja harus diselesaikan.
Dengan harapan program-program yang telah dibuat sedemikian rupa dapat
berdampak baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
4.4.1 Pembentukan Kelompok : Manipulasi Usaha Yang Digeluti
Dalam pelaksanaan SPP yang tertuang dalam SOP, tertulis bahwa syarat
anggota untuk membuat kelompok SPP adalah anggota kelompok baru minimal 5
orang dan maksimal 10 orang, sedangkan untuk kelompok lama maksimal 15
orang, dan di desa Batu Anam ini masing-masing kelompok beranggotakan 7 – 10
orang per kelompok. Pembentukan kelompok ini juga harus dengan syarat tidak
adanya ikatan persaudaraan (keluarga) dalam satu kelompok.
Setiap anggota yang ikut program SPP haruslah sudah memiliki usaha dan
jenis usaha yang digeluti, haruslah dilampirkan dalam pembuatan proposal
pinjaman, namun pada kenyataannya masih ada beberapa anggota yang sama
sekali tidak memiliki usaha yang tentu saja dalam pembuatan proposal pinjaman
menyertakan manipulasi keterangan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikatakan oleh informan:
Ibu A