• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

Kepada YTH.

Bapak / Ibu Responden Penelitian.

Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian saya untuk skripsi yang berjudul Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal Di Kota Kisaran (Studi Kasus Pemilihan Gubsu 2013).

Saya sangat berharap Bapak / Ibu dapat mengisi kuesioner ini dengan sebenarnya, dan segala sesuatu yang Bapak Isi pada kuesioner ini tidak akan memberikan imbas baik dari segi hukum maupun kemasyarakatan kepada Bapak / Ibu, karena kuesioner ini murni merupakan untuk penelitian.

Atas partisipasi Bapak / Ibu untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih Hormat saya

Peneliti

Identitas Responden

Nama : Umur :

Jenis kelamin : Laki-Laki/Perempuan (Coret yang tidak perlu) Status pernikahan : Kawin/Belum kawin (Coret yang tidak perlu) Tingkat Pendidikan Terakhir : (Pilih salah satu alternatif jawaban)

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi Pendapatan bersih Per bulan : Rp...

(2)

Berilah jawaban pada pernyataan berikut ini sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia dengan keterangan sebagai berikut:

1 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari politik masyarakat

2 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari demokrasi terpimpin

3 Partai politik sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara kita

4 Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum wajib untuk mengikuti pemilihan gubernur 2013

5 Azas pemilu ialah Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia

6 Pemilihan Gubernur 2013 tidak harus dilakukan secara langsung oleh rakyat cukup DPRD saja yang memilih

2. Kesadaran Politik

No Pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

1 Pemilihan Gubernur 2013 akan membawa perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik

(3)

3 Sistem Politik di Indonesia telah mendorong maraknya korupsi di Indonesia

4 Dalam kampanye Pemilihan Gubernur 2013 yang menentukan calon untuk dipilih didasarkan pada partai apa yang mengusung calon tersebut

5 Calon calon Gubernur 2013 merupakan calon calon yang sudah terbaik yang akan dapat memimpin Sumatera Utara

DATA PENELITIAN

1. PEMAHAMAN POLITIK

Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 TOTAL

1 1 4 4 3 4 3 19

2 1 4 4 4 4 3 20

3 1 4 4 4 4 3 20

4 1 4 4 4 4 3 20

5 3 1 2 4 4 3 17

6 1 4 4 4 4 4 21

7 1 1 2 2 1 1 8

8 1 3 2 1 3 1 11

9 1 3 2 1 3 1 11

10 3 3 2 1 3 2 14

11 3 2 1 2 2 2 12

12 3 2 1 2 2 2 12

13 3 2 1 2 1 4 13

14 3 1 2 2 1 1 10

15 2 2 1 2 1 1 9

(4)

17 3 2 4 4 4 1 18

18 3 2 3 3 1 1 13

19 3 2 1 3 1 1 11

20 4 4 4 4 4 1 21

21 4 4 4 4 4 1 21

22 4 4 4 4 4 1 21

23 2 3 1 4 4 1 15

24 4 4 4 4 4 1 21

25 1 2 2 1 1 4 11

26 2 1 2 2 2 1 10

27 3 1 2 2 2 1 11

28 3 1 2 2 2 1 11

29 3 1 2 2 2 1 11

30 1 1 1 1 2 1 7

31 1 1 1 1 2 1 7

32 3 2 3 3 3 2 16

33 3 2 3 3 3 2 16

34 3 2 3 3 3 2 16

35 3 2 3 3 3 2 16

36 3 2 3 3 3 2 16

37 3 2 3 3 3 2 16

38 3 2 3 3 3 2 16

39 3 2 3 3 3 2 16

40 3 2 3 3 3 2 16

41 2 1 2 2 3 1 11

(5)

43 2 3 1 3 3 2 14

44 2 3 1 3 3 2 14

45 3 2 3 3 3 2 16

46 3 2 3 3 3 2 16

47 3 2 3 3 3 2 16

48 3 2 3 3 3 2 16

49 3 2 3 3 3 2 16

50 3 2 3 3 3 2 16

51 2 1 1 3 2 1 10

52 2 1 1 3 3 1 11

53 2 1 1 3 3 1 11

54 2 1 1 3 3 1 11

55 2 1 1 3 2 3 12

56 2 1 2 3 2 3 13

57 2 1 2 2 3 1 11

58 2 1 2 2 3 1 11

59 2 1 2 2 3 1 11

60 3 2 3 3 3 2 16

61 3 2 3 3 3 2 16

62 3 2 3 3 3 2 16

63 3 2 3 3 3 2 16

64 3 2 3 3 3 2 16

65 3 2 3 3 3 2 16

66 3 2 3 3 3 2 16

67 3 2 3 3 3 2 16

(6)

69 3 3 3 3 3 2 17

70 3 3 3 3 3 2 17

71 3 3 3 3 3 2 17

72 3 3 3 3 3 2 17

73 4 3 3 3 3 2 18

74 4 3 3 3 3 3 19

75 4 3 4 3 3 3 20

76 4 3 4 3 4 3 21

77 4 3 4 3 4 3 21

78 4 3 4 3 4 3 21

79 4 3 4 4 4 3 22

80 4 3 4 4 4 3 22

81 4 3 4 1 4 3 19

82 4 3 4 1 4 3 19

83 4 1 4 1 4 3 17

84 4 1 4 1 4 3 17

85 1 1 4 1 4 3 14

86 1 1 4 1 4 3 14

87 1 1 4 1 4 3 14

88 1 1 4 1 4 3 14

89 1 1 4 1 4 3 14

90 1 1 1 1 4 3 11

91 1 1 1 1 4 3 11

92 1 1 1 1 4 3 11

93 1 1 1 1 3 4 11

(7)

95 3 4 1 1 3 4 16

96 3 4 1 1 3 4 16

97 1 1 1 1 3 4 11

98 1 1 1 1 3 4 11

99 3 4 2 2 3 4 18

100 3 4 2 2 3 4 18

KESADARAN POLITIK

Responden y1 y2 y3 y4 y5 TOTAL

1 3 3 3 3 3 15

2 3 4 3 3 3 16

3 4 4 3 3 3 17

4 4 4 3 3 3 17

5 4 4 3 3 3 17

6 4 4 4 4 4 20

7 4 4 4 4 4 20

8 4 4 4 4 4 20

9 4 4 2 4 4 18

10 4 4 2 3 3 16

11 1 1 2 3 3 10

12 1 1 1 1 1 5

13 1 1 1 1 1 5

14 1 2 1 1 1 6

15 1 2 4 4 4 15

16 2 4 4 4 4 18

17 2 4 4 4 2 16

(8)

19 2 2 3 3 2 12

20 2 2 3 3 2 12

21 2 2 1 1 1 7

22 2 2 1 2 1 8

23 2 2 1 2 1 8

24 2 2 1 2 1 8

25 2 2 1 2 1 8

26 4 4 4 4 4 20

27 4 4 4 4 4 20

28 1 1 1 4 4 11

29 1 1 1 4 4 11

30 1 1 1 2 2 7

31 1 1 1 2 2 7

32 1 1 1 2 2 7

33 1 1 1 2 2 7

34 3 3 2 2 2 12

35 3 3 2 2 2 12

36 3 3 2 2 2 12

37 3 3 2 2 2 12

38 3 3 2 2 2 12

39 3 3 2 2 2 12

40 3 3 2 2 2 12

41 3 3 2 2 2 12

42 3 3 2 2 2 12

43 3 3 2 2 2 12

(9)

45 3 3 2 2 2 12

46 3 3 2 2 2 12

47 3 3 2 2 2 12

48 3 3 2 2 2 12

49 3 3 2 3 2 13

50 3 3 2 3 2 13

51 3 3 2 3 2 13

52 3 3 3 3 2 14

53 3 3 3 3 3 15

54 3 3 3 3 3 15

55 3 3 3 3 3 15

56 3 3 3 3 3 15

57 3 3 3 3 3 15

58 3 3 3 3 3 15

59 3 3 3 3 3 15

60 3 3 3 3 3 15

61 3 3 3 3 3 15

62 3 3 3 3 3 15

63 3 3 3 3 3 15

64 3 3 1 1 1 9

65 3 3 1 1 1 9

66 3 3 3 3 3 15

67 1 1 1 1 1 5

68 1 1 1 1 1 5

69 1 4 3 3 1 12

(10)

71 1 1 3 3 3 11

72 1 1 1 1 1 5

73 1 4 3 3 1 12

74 1 4 3 3 1 12

75 4 1 1 1 3 10

76 4 1 1 1 3 10

77 4 4 3 4 3 18

78 4 4 3 4 3 18

79 4 4 3 4 3 18

80 4 4 3 4 3 18

81 4 4 4 4 4 20

82 4 4 4 4 4 20

83 4 4 4 4 4 20

84 4 4 3 3 3 17

85 4 1 1 1 3 10

86 4 1 1 1 3 10

87 1 4 3 3 1 12

88 1 1 1 1 1 5

89 4 4 4 4 4 20

90 4 4 4 4 4 20

91 4 4 4 4 4 20

92 4 4 4 4 4 20

93 4 4 4 4 4 20

94 4 4 4 4 4 20

95 4 2 2 1 2 11

(11)

97 2 2 1 2 1 8

98 4 4 4 4 1 17

99 4 4 4 4 2 18

100 3 3 2 2 2 12

(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto. S. 2002. Manajemen Penelitian. PT. Rineke Cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Bambang Wahyudi,2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita. Bandung.

Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Haryono, P. 2006. Menggali Latar Belakang Streotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa. Penerbit Mutiara Wacana. Semarang.

Hart, Keith. 1973. Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana Journal of Modern African Studies.

ILO. 1972. Employment, Incomes and Equality: a Strategy for Increasing Productive Employment in Kenya, Geneva.

Maholtra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan Edisi Keempat. Intan Sejati. Klaten.

Manning, Chris. 1987. Penyerapan Tenaga Kerja di Perdesaan Jawa: Pelajaran Revolusi Hijau dan Bonanza Minyak, dan Prospeknya di Masa Depan, Seminar Strategi Pembangunan Perdesaan. Yogyakarta

Maran, Rafael Raga, 2001 Pengantar Sosiologi Politik. Rineke Cipta. Jakarta.

Naning, R. 1982. Aneka Asas Ilmu Negara. PT. Bina Ilmu. Surabaya

Rachbini, Didik J. 2001. Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia, Pustaka Pelajar. Jogjakarta.

Ruslan, Rosady. 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Rosjidan, dkk., 2003, Belajar dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang.

Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survey. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

(15)

Situs Internet :

Luthfi, Asrizal. 2008. Kemiskinan Kota dan Sektor Informal,

2013

Sumber Lain :

Asahan Dalam Angka, 2013, BPS Asahan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3), 2001, Balai Pustaka, Jakarta.

Lingkaran Survei Indonesia, Kajian Bulanan, Edisi 05 – September 2007.

(16)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Penyajian data hasil penelitian dilakukan dengan berupa tabulasi tunggal yang menjelaskan karakteristik responden dan deskripsi jawaban responden. Di samping itu, Tabulasi Silang digunakan untuk melihat kecenderungan arah sebuah variabel terhadap variabel lainnya, dalam hal ini variabel pemahaman politik terhadap kesadaran politik. Terakhir dilakukan uji hipotesa dengan menggunakan korelasi Spearman.

3.1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi atas lima bagian, yaitu: umur, jenis kelamin, status pernikahan, dan latar belakang pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:

UMUR FREKUENSI PERSENTASE

< 20 THN 6 6

20 - 30 THN 29 29 31 - 40 THN 31 31 41 - 50 THN 24 24 > 50 THN 10 10

TOTAL 100 100

TABEL 3.1 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN UMUR

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

(17)

informal ini cukup untuk membiayai kehidupan diri sendiri maupun keluarga atau tanggungan si pekerja itu sendiri.

Karakteristik responden berikutnya adalah jenis kelamin, seperti terlihat pada Tabel 3.2. dibawah ini.

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASE

PRIA 27 27

WANITA 73 73

TOTAL 100 100

TABEL 3.2 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Mayoritas atau 73 persen pekerja sektor informal di kota Kisaran adalah wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya bekerja di sektor informal bukan merupakan mata pencaharian utama si pekerja, melainkan hanya berupa tambahan penghasilan keluarga, atau hal ini juga berarti bahwa bekerja di sektor informal merupakan pekerjaan utama bagi keluarga yang diakibatkan suami atau kepala keluarga sudah tidak ada ataupun sudah bercerai.

Karakteristik berikutnya adalah berdasarkan status pernikahan, seperti tersaji pada Tabel 3.3. dibawah ini.

TABEL 3.3. K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN STATUS PERNIKAHAN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

(18)

bekerja pada sektor informal di kota Kisaran yang merupakan wanita disebabkan para wanita ini harus menghidupi dirinya dan anggota keluarganya.

Berikutnya karakteristik responden adalah berdasarkan tingkat pendidikan, seperti tersaji pada Tabel 3.4. dibawah ini.

PENDIDIKAN FREKUENSI PERSENTASE

TIDAK SEKOLAH 8 8

SD 19 19

SMP 22 22

SMA 34 34

SARJANA 17 17

TOTAL 100 100

TABEL 3.4 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 34 persen, ini berarti walaupun responden memiki ijazah sekolah menengah tidak dapat menembus pekerjaan di sektor formal yang tersedia di kota Kisaran, atau responden mulai bekerja pada usia yang telah melewati batas usia normal dalam perekrutan tenaga kerja di sektor formal.

3.2. Analisis Jawaban Responden Atas Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian yang dibagikan oleh peneliti bersifat kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang hanya memberikan pilihan jawaban kepada responden tanpa ada kolom khusus bagi responden untuk menjelaskan jawaban pilihan yang diberikannya.

Kuesioner penelitian terdiri dari dua variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel Bebas, yaitu Pemahaman Politik, dalam variabel ini terdiri dari enam buah item pernyataan.

(19)

Hasil jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6. dibawah ini.

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari

politik masyarakat 11 11 14 14 47 47 28 28

2 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari

demokr asi terpimpin 36 36 32 32 19 19 13 13

3 Partai politik sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara

kita 16 16 21 21 37 37 26 26

4

Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum wajib untuk mengikuti pemilihan gubernur 2013

15 15 21 21 54 54 10 10

5 Azas pemilu ialah Langsung, Umum, Bebas, da n Rahasia 21 21 11 11 43 43 25 25

6 Pemilihan Gubernur 2013 tidak harus dilakukan secara

langsung oleh rakyat cukup DPRD saja yang memilih 41 41 32 32 21 21 6 6 Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian 2013

No Pernyataan

Jawaban Tabel 3.5. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Pemahaman Politik

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

Hasil jawaban responden untuk variabel Pemahaman politik disajikan pada Tabel 3.5. dan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari politik masyarakat, jawaban responden sangat tidak setuju 11 persen, tidak setuju 14 persen, setuju 47 persen, sangat setuju 28 persen, dan mayoritas responden memilih jawaban setuju.

2. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari demokrasi terpimpin, jawaban responden sangat tidak setuju 36 persen, tidak setuju 32 persen, setuju 19 persen, sangat setuju 13 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah sangat tidak setuju.

3. Pernyataan tentang Partai Politik sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara kita, jawaban responden sangat tidak setuju 16 persen, tidak setuju 21 persen, setuju 37 persen, sangat setuju 26 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju.

(20)

sangat tidak setuju 15 persen, tidak setuju 21 persen, setuju 54 persen, sangat setuju 10 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju

5. Pernyataan tentang Azas pemilu ialah Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia, jawaban responden sangat tidak setuju 21 persen, tidak setuju 11 persen, setuju 43 persen, sangat setuju 25 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju

6. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 tidak harus dilakukan secara langsung oleh rakyat, tetapi cukup DPRD saja yang memilih, jawaban responden sangat tidak setuju 41 persen, tidak setuju 32 persen, setuju 21 persen, sangat setuju 6 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah sangat tidak setuju

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Pemilihan Gubernur 2013 akan membawa perubahan

kehidupan masyarakat yang lebih baik 15 15 12 12 41 41 32 32

2 Masyarakat menjadi anggota Partai Politik merupakan

sesuatu yang sangat bagus bagi orang tersebut 13 13 15 15 39 39 33 33

3 Sistem Politik di Indonesia telah mendorong maraknya

korupsi di Indonesia 27 27 24 24 29 29 20 20

4

Dalam kampanye Pemilihan Gubernur 2013 yang menentukan calon untuk dipilih didasarkan pada partai apa yang mengusung calon tersebut

21 21 27 27 28 28 24 24

5 Calon calon Gubernur 2013 merupakan calon calon yang

sudah terbaik yang akan dapat memimpin Sumatera Utara 27 27 25 25 28 28 20 20 Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian 2013

Tabel 3.6. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Kesadaran Politik

No Pernyataan

Jawaban

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

Hasil jawaban responden untuk variabel Kesadaran politik disajikan pada Tabel 3.6. dan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 akan membawa perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik, jawaban responden sangat tidak setuju 15 persen, tidak setuju 12 persen, setuju 41 persen, sangat setuju 32 persen, dan mayoritas responden memilih jawaban setuju.

(21)

3. Pernyataan tentang Sistem Politik di Indonesia telah mendorong maraknya korupsi di Indonesia, jawaban responden sangat tidak setuju 27 persen, tidak setuju 24 persen, setuju 29 persen, sangat setuju 20 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju

4. Pernyataan tentang Dalam kampanye Pemilihan Gubernur 2013 yang menentukan calon

untuk dipilih didasarkan pada partai apa yang mengusung calon tersebut, jawaban responden sangat tidak setuju 21 persen, tidak setuju 27 persen, setuju 28 persen, sangat setuju 24 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju

5. Pernyataan tentang Calon- calon Gubernur 2013 merupakan calon - calon yang sudah terbaik yang akan dapat memimpin Sumatera Utara, jawaban responden sangat tidak setuju 27 persen, tidak setuju 25 persen, setuju 28 persen, sangat setuju 20 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju.

3.3. Tabulasi Silang Pemahaman Politik dengan Kesadaran Politik.

Hasil tabulasi silang antara pemahaman politik informal terhadap kesadaran politik pekerja sektor di kota Kisaran dapat dilihat pada Tabel 3.7. dibawah ini:

Tabel 3.7. Hasil Tabulasi Silang

Sumber: Data Penelitian 2013

(22)

di Kota Kisaran terhadap kesadaran politik mereka memiliki kecenderungan yang rendah dan hubungan ini memiliki hubungan yang positif.

3.4. Uji Hipotesa / Korelasi

Pengujian hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesa, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi oleh Spearman yaitu :

Tabel 3.8. Hasil Uji Korelasi Spearman

Sumber: Data Penelitian 2013

Nilai koefisien korelasi Spearman sebesar 0,353 menunjukkan Pemahaman politik pekerja sektor informal di kota Kisaran memiliki hubungan yang rendah terhadap kesadaran politik mereka. Kesimpulan ini ditarik sesuai dengan nilai koefisien korelasi yang dirumuskan oleh Kriyantono, yaitu:

< 0,20 : Hubungan rendah sekali/lemah sekali 0,20-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi/kuat

(23)

3.5. Penjelasan Hubungan Yang Rendah Antara Pemahaman Politik Dengan

Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal Di Kota Kisaran

Perhatian pemerintah terhadap tenaga kerja di sektor informal sangat minim. Padahal tenaga kerja di sektor ini sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Tenaga kerja di sektor informal memang selalu luput dari perhatian pemerintah. Selama ini pemerintah cenderung lebih memperhatikan tenaga kerja formal. Padahal para tenaga kerja di sektor formal, seperti halnya para buruh di pabrik, cenderung mendapatkan jaminan sosial. Sementara di sisi lain, para tenaga kerja sektor informal yang biasa bekerja di perusahaan kecil, seperti usaha mikro kecil cenderung tidak mendapatkan jaminan sosial, sehingga kehidupan mereka sangat rentan, dan juga pengupahan yang cenderung di bawah UMR. Hal ini disebabkan mayoritas pekerja sektor informal bekerja secara serabutan, dan perusahaan tempat mereka bekerjapun kurang mampu untuk menggaji mereka secara standar. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, apalagi jumlah tenaga kerja di sektor informal relatif cukup banyak.

Demikian pula pekerja sektor informal yang bekerja secara mandiri atau berjualan. Bisa dikatakan hampir tidak ada perhatian pemerintah untuk mendukung usaha mereka. Bahkan mereka sering dianggap menjadi pengganggu keindahan kota sehingga mereka sering diusir dari tempat mereka berjualan. Responden penelitian ini mayoritas berasal dari pekerja sektor informal yang seperti ini. Peneliti mencoba melakukan wawancara terhadap para responden dan memperoleh jawaban bahwa bagi mereka siapapun yang menjadi Gubernur Sumatera Utara untuk tahun 2013 tidak akan membawa perubahan terhadap pendapatan mereka dan mereka cenderung apatis terhadap kegiatan kegiatan politik.

(24)
(25)

BAB IV

PENUTUP

Setelah menganalisis data pada bab pembahasan, sebagai hasil akhir penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan. Selain itu, sebagai hasil akhir, penelitian ini juga melahirkan saran atas penelitian yang telah dilakukan.

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ialah merupakan rangkuman jawaban atas permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam suatu penelitian. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Keikutsertaan pekerja sektor informal dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di Kota Kisaran didorong oleh adanya pemahaman dan kesadaran politik

2. Kesadaran politik pekerja sektor informal akan meningkat apabila pekerja tersebut

mendapatkan peningkatan kesejahteraan dalam kehidupannya.

3. Terdapat korelasi / hubungan yang rendah antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran.

4.2. Saran

Saran dalam penelitian ialah segala sesuatu yang menjadi kelemahan dalam proses atau hasil penelitian untuk diperbaiki di masa yang akan datang, sehingga saran dalam penelitian ini ialah:

(26)

Berdasarkan hal ini seharusnya pemerintah Kabupaten Asahan sebagai induk kota Kisaran lebih memberi perhatian dan fasilitas pendukung kepada para pekerja sektor informal agar mereka dapat lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan - kegiatan politik. 2. Sebagaimana pada penelitian ini tidak terdapat angka yang pasti jumlah pekerja sektor

(27)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Deskripsi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang terletak pada bagian timur Provinsi Sumatera Utara dan berjarak 160 Km dari timur kota Medan, merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Secara geografis, Kabupaten Asahan terlatak pada 2030’00” - 3010’00” Lintang Utara, 99001 – 100000 Bujur Timur, dengan ketinggian wilayah di atas 0 – 1000 m di atas permukaan laut.

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Sumatera Utara, Kabupatan Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2012 terdapat 90 hari hujan sebanyak 2.100 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu 337 mm dengan hari hujan sebanyak 9 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 62 mm dengan hari hujan sebanyak 4 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2012 mencapai 175,08 mm/bulan.

Luas Kabupaten Asahan adalah 3.799,39 Km2 (379.939 Ha) dan terdiri dari 25 kecamatan dan 204 desa/kelurahan. Untuk administrasi wilayah sendiri, Kabupatan Asahan berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Batu Bara

Sebelah selatan : Kabupaten Labuhan Batu Utara Sebelah barat : Kabupaten Simalungun

(28)

Untuk daftar jumlah kecamatan di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah penduduknya akan dijabarkan pada tabel berikut :

Kecamatan

Luas Wilayah Penduduk (orang)

Km2 % Jumlah %

Bandar Pasir Mandoge 651,00 17,13 33.316 4,91

Bandar Pulau 433,00 11,41 20.803 3,07

Aek Songsongan 117,31 3,09 16.722 2,47

Rahuning 184,27 4,85 17.761 2,62

Pulau Rakyat 250,99 6,61 31.987 4,72

Aek Kuasan 95,23 2,51 23.176 3,42

Aek Ledong 82,13 2,16 19.977 2,95

Sei Kepayang 253,30 6,19 17.352 2,56

Sei Kepayang Barat 82,92 2,18 13.009 1,92

Sei Kepayang Timur 142,80 3,76 8.724 1,29

Tanjung Balai 55,61 1,46 35.401 5,22

Simpang Empat 130,44 3,44 40.011 5,90

Teluk Dalam 96,00 2,53 17.528 2,59

Air Batu 94,60 2,49 39.713 5,86

Sei Dadap 65,72 1,73 31.315 4,62

Buntu Pane 218,28 5,74 22.863 3,37

Tinggi Raja 125,56 3,30 18.360 2,71

Setia Janji 202,66 5,33 11.607 1,71

Meranti 90,75 2,39 19.660 2,90

(29)

Rawang Panca Arga 90,30 2,38 17.785 2,62

Air Joman 92,86 2,44 46.468 6,85

Silo Laut 89,45 2,35 20.456 3,02

Kisaran Barat 32,96 0,87 55.969 8,26

Kisaran Timur 38,92 1,02 69.771 10,29

Total 3.799,39 100,00 677.876 100,00

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan pada tanggal 15 Maret 1946, hingga saat ini Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan, yaitu:

1. Abdullah Eteng (15-3-1946 s/d 30-1-1954) 2. Rakutta Sembiring (1-2-1954 s/d 29-2-1960) 3. H. Abdul Aziz (1-3-1960 s/d 3-5-1960) 4. Usman J. S. (4-5-1960 s/d 10-5-1966)

5. H. A. Manan Simatupang (11-5-1966 s/d 31-1-1979) 6. Drs. Ibrahim Gani* (1-2-1979 s/d 2-3-1979)

7. DR. Bahmid Muhammad (2-3-1979 s/d 2-3-1984) 8. H. A. Rasyid Nasution, SH* (2-3-1984 s/d 17-3-1984) 9. A. Wahab Dalimunthe, SH* (17-3-1984 s/d 22-6-1989) 10. H. Zulfirman Siregar (22-6-1984 s/d 22-6-1989)

(30)

16. Ir. H. Syarifullah Harahap, MSi* (25-3-2005 s/d 8-8-2005) 17. Drs. H. Risuddin (8-8-2005 s/d 18-8-2010)

18. Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP (19-8-2010 s/d sekarang) (* Pelaksana Bupati)

2.2. Keadaan Geografi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan adalah bagian dari kecamatan Kisaran Barat, yang terletak di bagian tengah kabupaten Asahan. Kota Kisaran memiliki luas wilayah 71,88 Km2, dengan persentase luas wilayah 1,89 % dari total wilayah Kabupaten Asahan. Secara geografis, kota Kisaran terletak di antara 900 11’ – 1000 30’ -360 22’LU dengan administrasi batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : kecamatan Meranti Sebelah selatan : kecamatan Kisaran Barat Sebelah barat : kecamatan Meranti Sebelah timur : kecamatan Kisaran Timur

Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran rendah. Bentuk permukaan lahannya bervariasi, dari permukaan datar dan bergelombang hingga berbukit. Kemiringan lahan di wilayah kota kisaran ini berada antara 0-5 % dibagian barat, 5-15 % di bagian timur dan selatan kecamatan, sedangkan perbukitan terdapat dibagian utama kota dan ketinggian dari atas permukaan laut berada di antara 100- 500 meter.

(31)

Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa kelurahan. Kecamatan Kisaran Barat terdiri dari tiga belas kecamatan, yaitu :

1. Kelurahan Sei Renggas 2. Kelurahan Bunut 3. Kelurahan Bunut Barat 4. Kelurahan Sidomukti 5. Kelurahan Sidodadi 6. Kelurahan Dadimulyo 7. Kelurahan Kisaran Baru 8. Kelurahan Mekar Baru 9. Kelurahan Kisaran Barat 10. Kelurahan Tegal Sari 11. Kelurahan Sendang Sari 12. Kelurahan Kisaran Kota 13. Kelurahan Tebing Kisaran

Sedangkan Kecamatan Kisaran Timur terbagi ke dalam dua belas kelurahan yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Kisaran Timur 2. Kelurahan Teladan 3. Kelurahan Mutiara 4. Kelurahan Selawan

(32)

7. Kelurahan Gambir Baru 8. Kelurahan Karang Anyer 9. Kelurahan Lestari

10. Kelurahan Sentang 11. Kelurahan Kisaran Naga 12. Kelurahan Kedai Ledang

2.3. Kependudukan Di Kota Kisaran

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kota Kisaran mencapai 125.740, dengan pembagian wilayah penyebaran untuk Kecamatan Kisaran Barat sebesar 55.969 jiwa dan Kecamatan Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan dari total penduduk Kota Kisaran adalah sekitar 18,55 % dari total penduduk Kabupaten Asahan.

2.3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran

Untuk estimasi perkiraan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Kisaran, dapat dirincikan pada tabel berikut:

Kelompok Umur (dalam satuan tahun)

Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

0 – 4 5.293 7.081

5 – 9 5.060 6.732

10 – 14 5.562 7.042

15 – 19 5.719 7.354

(33)

25 – 29 4.691 5.761

Tabel 2.2.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

2.4. Sarana Kesehatan

Secara keseluruhan, sarana kesehatan yang tersedia untuk penduduk Kabupaten Asahan sebetulnya masih bisa dikategorikan belum cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari ketersediaan Rumah Sakit di daerah-daerah lain di Kabupaten Asahan, selain Kisaran. Dari data yang penulis peroleh, Kisaran dan Kecamatan Sei Dadap adalah satu-satunya daerah di Kabupaten Asahan yang memiliki bangunan Rumah Sakit. Kota Kisaran sendiri telah memiliki sebuah Rumah Sakit Umum dan sembilan Rumah Sakit Swasta.

(34)

Klinik 2 4

Posyandu 73 81

Apotek Umum 12 5

Toko Obat 9 14

Dokter Umum 30 13

Dokter Gigi 6 3

Dokter Spesialis 19 -

Tenaga Bidan (Pemerintah) 62 70

Tenaga Bidan (Swasta) 52 17

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

2.5. Agama dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk di kota Kisaran adalah penganut agama Islam, dengan penyebaran terbanyak terdapat di Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penganut yang mencapai 58.323 orang. Agama dengan penganut terbanyak kedua adalah Kristen Protestan, disusul Buddha, Kristen Katolik dan Hindu. Rincian selengkapnya akan disertakan dalam tabel berikut:

Agama Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Islam 47.480 58.323

Kristen Protestan 4.043 9.246

Kristen Katolik 321 629

Buddha 4.052 1.552

Hindu 73 18

Khonghucu - 3

Jumlah 55.969 69.771

(35)

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, Kisaran adalah daerah dengan penyebaran penganut agama Buddha terbesar di Kabupaten Asahan, dengan total penganut 5.604 orang.

Untuk kota yang tidak terlalu besar seukuran kota Kisaran, pembangunan rumah ibadah bisa dikatakan cukup merata. Bisa dilihat dari penyebarannya yang bisa kita temukan mulai dari tengah kota hingga pinggiran desa. Untuk perincian jumlah rumah ibadah di kota Kisaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tipe Rumah Ibadah Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Masjid 43 41

Musholla 57 61

Gereja Katolik 1 -

Gereja Protestan 10 30

Kuil - -

Vihara 2 -

Tabel 2.4.1. Jumlah Rumah Ibadah di Kota Kisaran

2.6. Penggunaan Lahan

Kota Kisaran dipandang sebagai suatu objek studi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam lapisan masyarakat yang sangat kompleks yang telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan tersebut ternyata mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan.

Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat, yaitu:

(36)

i. membutuhkan tempat untuk tinggal ii. mengembangkan keturunannya

iii. membutuhkan tempat untuk mencari makan

b. Tingkat Novel. Pada Tingkat Novel proses interaksi yang terjadi semakin kompleks

karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama yang mempunyai kekuatan mencipta dan berkarya yang selalu berkembang baik dalam kaitannya antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan Tuhannya.

Dilihat dari kedua tingkat tersebut, sangat jelas terlihat pada wilayah kota Kisaran bahwasannya kelompok manusia yang ada selalu ingin berkembang dan membutuhkan lahan/tempat untuk perkembangannya.

Ditinjau dari pendekatan ekonomi untuk struktur ruang kota / struktur penggunaan lahan kota hal yang perlu mendapat perhatian adalah masalahtransportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur transportasi) dalam suatu sistem transportasi. Apabila wilayah kota mempunyai jaringan transportasi yang baik maka kota tersebut mempunyai peran yang cukup besar terhadap perkembangan kota.

Kemudian masalah penggunaan lahan perkotaan dapat kita lihat dengan jelas bahwasanya hanya orang-orang yang mampu menahan paling tinggilah yang dapat memiliki tempat yang diinginkan, dengan demikian orang yang tidak dapat menawar dengan tinggi maka akan tinggal lebih jauh dari pusat kota yang nilai lahannya lebih rendah namun biaya transportasinya mahal.

(37)

hanya terdapat di 6 kelurahan, yaitu kelurahan Bunut, Bunut Barat, Sidomukti, Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas.

Penggunaan lahan yang cukup luas lainnya adalah untuk perumahan danpekarangan seluas 752 Ha. Penggunaan lahan terluas untuk perumahan dan pekarangan ini terdapat di kelurahan Dadimulyo dengan luas lahan 105 Ha, diikuti kelurahan Sidodadi seluas 79 Ha.Persawahan hanya terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas, dengan masing-masing luas 25 Ha, 20 Ha dan 10 Ha. Sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah rawa-rawa seluas 34 Ha yang terdapat di lima kelurahan. Untuk penggunaan lahan lainnya yang berupa badan jalan, jalan kereta api dan lainnya dengan luas lahan 250 Ha.

2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

(38)

Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi : 1. Lokasi

Penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai berikut :

a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari.

b) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar

c) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang sektor informal

dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit d) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

e) Pekerja sektor informal beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah komersial.

2. Waktu berdagang

Pola aktivitas pekerja sektor informal menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan pekerja sektor informal didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

3. Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan

(39)

a) Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di tempat maupun dibawa pulang. Penyebaran fisik pekerja sektor informal ini biasanya mengelompok dan homogen dengan kelompok mereka. Lokasi penyebarannya di tempat-tempat strategis seperti di perdagangan, perkantoran, tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang terbuka/taman, persimpangan jalan utama menuju perumahan/di ujung jalan tempat keramaian. b) Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, pola pengelompokan komoditas ini cenderung

berbaur aneka ragam dengan komoditas lain. Pola penyebarannya sama dengan pola penyebaran pada makanan dan minuman.

c) Buah-buahan, jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim buah. Pengelompokan komoditas cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola sebarannya berlokasi pada pusat keramaian.

d) Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan

ringan, obat, permen. Jenis komoditas ini cenderung menetap. Lokasi sebarannya di pusat-pusat keramaian atau dekat dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.

e) Barang cetakan, jenis dagangan adalah majalah, koran, dan buku bacaan. Pola pengelompokkannya berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola penyebarannya pada lokasi strategis di pusat-pusat keramaian. Jenis komoditas yang diperdagangkan relatif tetap.

(40)

Sarana fisik perdagangan sektor informal dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para pedagang yang keliling (mobile hawkers) atau semi menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.

b) Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya di atas kain, tikar, dan lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan yang semi menetap.

c) Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko dan beratap atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap.

d) Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu beratap dan tidak

beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap dan tidak menetap. Biasanya untuk menjajakan makanan, minuman dan rokok. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan bangku-bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak tembus air. pekerja sektor informal bentuk sarana ini dikategorikan menetap dan biasanya berjualan makanan dan minuman.

(41)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia1

Secara lebih terperinci, kelompok orang-orang yang bekerja sebagai tukang/penarik becak, pedagang kaki lima, pedagang keliling (pedagang jajanan, pakaian, alat elektronik), penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang warung, pembantu rumah tangga, loper koran, sopir/kenek, pengamen, pemungut sampah, tukang catut, penjahit, kuli bangunan, tukang patri, pemulung, pengemis dengan mudah dapat digolongkan sebagai pekerja/pelaku ekonomi sektor informal

menjelaskan bahwa pengertian sektor informal adalah, 1) lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja (seperti wiraswasta). 2) unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Di samping pengertian di atas, istilah sektor informal pada saat ini sudah sering sekali terdengar dalam pembicaraan tentang dunia pekerjaan/pelaku ekonomi. Tetapi, hingga saat ini masih banyak ditemukan pihak atau orang yang kurang tepat dalam mendefinisikan istilah ini. Hal ini disebabkan luas dan kompleksnya cakupan sektor informal sehingga mengakibatkan batasannya sulit dirumuskan secara tegas.

2

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka

2

(42)

Hart (1973)3

Pandangan tersebut kemudian dikembangkan Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) lewat berbagai studinya yang dilakukan di dunia

ketiga. Beberapa ciri baku kegiatan sektor informal menurut ILO

adalah orang pertama yang melontarkan gagasan tentang sektor informal secara eksplisit. Hart membagi orang yang bekerja di perkotaan menjadi tiga kelompok, yaitu formal, informal sah dan informal tidak sah. Masing - masing kelompok tersebut dibedakan menurut kegiatan yang dilakukan individu, jumlah pendapatan serta kontribusi pengeluarannya. Kegiatan kelompok informal dicirikan dengan tingkat pendidikan formal yang rendah, jumlah modal usaha yang kecil, perolehan upah rendah, dan bidang usaha yang berskala kecil.

4

Berdasarkan hasil pengamatan para peneliti, hambatan yang mengekang kemajuan sektor informal di daerah perkotaan adalah tidak adanya hukum/peraturan yang mampu memberikan perlindungan (akomodatif) terhadap sektor ini. Sehingga, sektor informal menjadi terkesan sebagai sektor yang berada di luar hukum. Keadaan ini mengakibatkan adanya rasa apatis terhadap hukum dan politik di kalangan sektor informal. Apatisme terhadap politik di kalangan sektor informal menimbulkan kesadaran politik yang apatis juga. Hal ini dapat dilihat dalam setiap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sering terdengar ucapan dari para pelaku ekonomi sektor informal bahwa siapapun yang memenangkan Pilkada,

adalah:

1) seluruh aktivitasnya bersandar pada sumberdaya sekitar; 2) skala usahanya relatif kecil dan merupakan usaha keluarga;

3) aktivitasnya ditopang oleh teknologi tepat guna dan bersifat padat karya; 4) tenaga kerjanya terdidik atau terlatih dalam pola pola tidak resmi; 5) seluruh aktivitasnya berada di luar jalur yang diatur pemerintah; 6) aktivitasnya bergerak dalam pasar yang sangat bersaing

3

Ketih Hart , “Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana”, Journal of Modern African Studies , 11 (1) , 1973, hlm. 61-89

4

(43)

sektor informal akan tetap digusur atas nama ketertiban dan keindahan kota oleh kepala daerah.

Menurut Survei LSI5, salah satu gejala penting dalam Pilkada hingga saat ini adalah tingginya angka pemilih yang tidak ikut dalam pemilihan (golput). Di sejumlah wilayah, angka golput ini bahkan mencapai hampir separuh dari jumlah DPT, seperti halnya yang terjadi dalam Pilkada Kota Surabaya, Kota Medan, Kota Banjarmasin, Kota Jayapura, Kota Depok dan Provinsi Kepulauan Riau. Jika kita bandingkan dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Presiden, rata-rata golput Pilkada ini lebih besar (lihat Grafik 1). Pemilu selama Orde Baru mempunyai partisipasi pemilih rata-rata di atas 90%, atau tingkat golput rata-rata di bawah 10%. Pemilu 1999, diikuti oleh 93.3% dari total pemilih terdaftar. Atau hanya 6.7%saja pemih yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput). Partisipasi pemilih ini turun menjadi 84.1% pada Pemilu Legislatif 2004. Angka partisipasi pemilih ini makin turun saat Pemilu presiden, baik pada saat putaran pertama maupun kedua, dan turun lagi selama pelaksanaan Pilkada.

Gambar 1. Partisipasi Pemilih (voter turnout) Dalam Beberapa Pemilu dan Pilkada Sumber. Lingkaran Survei Indonesia, Kajian Bulanan, Edisi 05 – September 2007

(44)

Pertanyaan yang timbul adalah : Mengapa masyarakat tidak memilih? Secara teoritis, ada tiga teori besar yang menjelaskan mengapa seseorang tidak memilih. Pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak. Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam pemilihan. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu, maka makin besar pula kemungkinan seseorang itu untuk terlibat dalam pemilihan. Ketiga, teori ekonomi politik. Teori ini menyatakan bahwa keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional, seperti ketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik, atau ketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya. Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih baik, cenderung untuk tidak ikut memilih.6

Pemahaman akan politik sangat penting dalam menimbulkan seorang anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam sebuah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemahaman politik juga akan membantu pemilih dalam memberikan hak pilihnya kepada

Berdasarkan ketiga teori yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan yang paling banyak untuk tidak ikut dalam pemilu adalah teori sosiologis dan teori ekonomi politik, dimana kita lihat kecenderungan yang sekarang terjadi di masyarakat adalah sikap pragmatis dalam menjalankan kehidupan sehari hari, dimana masyarakat akan tidak mau melakukan sesuatu apabila tidak membawa keuntungan kepada dirinya, khususnya dari segi ekonomi. Satu hal lagi yang tidak dapat dipungkiri adalah masih rendahnya edukasi kepada masyarakat khususnya di bidang pemahaman dan kesadaran politik mereka.

(45)

calon tertentu dalam sebuah Pemilu. Pemahaman politik yang sangat baik tentunya akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Sebagaimana diketahui bahwa kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan pembangunan. Tingkat pendidikan politik di masyarakat itu sendiri berbanding lurus dengan tingkat kesadaran berpolitik. Artinya, semakin kuat/tinggi tingkat pendidikan politik dalam suatu kelompok masyarakat masyarakat maka kesadaran politiknya juga akan semakin kuat/tinggi. Dengan memiliki tingkat kesadaran politik yang tinggi, diharapkan terjadi pemulihan sistem politik yang berpegang erat pada Pancasila dan sekaligus akan dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran berpolitik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem demokrasi akan berjalan dengan baik yang dengan tentu didasari sikap patriotisme dan nasionalisme yang ada. Pembangunan pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Karena tanpa adanya upaya pembangunan kesadaran berpolitik, masyarakat yang memiliki kesadaran berpolitik politik yang kritis tidak akan mungkin ditumbuhkan.

Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar ketiga di Indonesia. Sebagai provinsi yang besar, Sumatera Utara sangat memiliki arti bagi setiap partai politik untuk menjadi daerah tempat mendulang suara di masa yang akan datang, khususnya dalam Pilpres 2014. Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) telah dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013 yang lalu. Pilgubsu kali ini diikuti lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu:

(46)

2. Chairuman Harahap-Fadly Nurzal yang diusung oleh Partai Golkar, PPP dan beberapa partai lainnya,

3. Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang diusung oleh PDI-Perjuangan, PDS dan PPRN, 4. Gus Irawan Pasaribu-Soekirman yang diusung Partai Gerinda, PAN, Partai Barmas, Partai

Pelopor dan beberapa partai lainnya,

5. Amri Tambunan-Rustam Effendi (RE) Nainggolan yang diusung tunggal oleh Partai Demokrat Sumatera Utara.

Selama kampanye terlihat hampir semua ketua partai pendukung calon gubernur dan wakilnya turut serta dalam kampanye. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti kemenangan sebagai gubernur Sumatera Utara bagi partai partai pendukung tersebut.

Salah satu pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, dengan ibukota Kisaran. Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 terdapat sekitar 70 ribu orang pemilih7

Jumlah penduduk Kabupaten Asahan berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 adalah 935.855 jiwa (termasuk Kabupaten Batubara) termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan ketiga terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten . Jumlah ini tentunya sangat besar. Pemilih tersebut apabila dibagi berdasarkan pekerjaannya terbagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok yang bekerja di sektor informal dan yang bekerja di sektor formal. Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang berpendidikan tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa di bidang sektor informal, tidak terdapat pengaruh/hubungan pendidikan seseorang dengan usaha/kegiatan yang digelutinya.

7

(47)

Deli Serdang dan Kota Medan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 - 2000 berdasarkan angka terakhir SP 2000 adalah 0,58% per tahun.8

Jumlah penduduk Asahan pada bulan Juni tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batubara diperkirakan sebesar 700.606 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 188,36 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 70,58% dan sisanya 29,42% tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga adalah sebanyak 168.019, dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2009 hanya mencapai angka 1,71%. Jika dilihat dari klasifikasi jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2009 lebih sedikit dari penduduk perempuannya, dengan persentase sebesar 49,82% dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,28 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 9 penduduk laki-laki.9

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Asahan tampaknya menurun pada tahun 2009. Pada tahun 2008, TPAK di Asahan mencapai angka 63,59%. Tetapi angka ini menurun menjadi 62,2% pada tahun 2009. Jika dilihat dari status pekerjaannya, hampir sepertiga (31,07%) penduduk yang bekerja di Asahan adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan dibantu anggota keluarga mencapai 9,85%, sedangkan penduduk yang Bila dilihat per kecamatan, maka Kecamatan Kisaran Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 9,90%. Sedangkan Kecamatan Sei Kepayang Timur adalah yang terkecil, yaitu 1,36%. Untuk kecamatan terpadat, urutan pertama adalah Kecamatan Kisaran Barat, disusul Kisaran Timur dengan kepadatan di atas 1.700 jiwa per km2, dan yang terjarang adalah Kecamatan Bandar Pulau. Hal ini dapat dimaklumi karena Kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur terletak di ibukota Kabupaten Asahan.

8

(48)

bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 7,42%. Hanya 3,84% penduduk Asahan yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya.10

Permasalahan era reformasi saat ini adalah sering dikaitkannya pihak pihak sektor informal dengan “money politic”. Tetapi penulis menganggap hal tersebut tentunya sangat sulit sekali dibuktikan kebenarannya karena sulitnya menemukan bukti - bukti otentik terhadap hal tersebut dan juga keterbatasan kemampuan penulis untuk mengungkapkan hal tersebut. Penulis hanya mencoba menggali sejauh mana tingkat pemahaman para pekerja sektor informal, dan bagaimana keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam Pilgubsu 2013. Jumlah penduduk Asahan yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2009 adalah sebanyak 292,16 ribu jiwa, yang terdiri dari 265,19 ribu jiwa dikategorikan bekerja dan sebesar 26,97 ribu jiwa dikategorikan mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Asahan yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 48,15%. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Asahan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,81%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Dalam hal ini sektor jasa yang dimaksud adalah jasa perorangan, jasa perusahaan dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 12,13% saja. Selebihnya bekerja di sektor penggalian dan pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan.

Penyebaran penduduk Kabupaten Asahan sekitar 15 persen tinggal di Kota Kisaran, dimana mayoritas penduduknya bekerja pada sektor perdagangan dan jasa. Penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa ini mayoritas bekerja di sektor informal. Apabila dikaitkan dengan Pilgubsu 2013, jumlah pemilih yang bekerja di sektor informal ini cukup signifikan. Permasalahan yang timbul adalah, apakah tingkat partisipasi penduduk yang bekerja di sektor informal sama signifikannya dengan jumlah mereka pada Pilgubsu 2013?

10

(49)

Penulis disini hanya memfokuskan pada ada-tidaknya korelasi (hubungan) antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran (dalam hal turut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubsu 2013).

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang membuat pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam berpolitik?

2. Apakah terdapat korelasi antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran?

1.3. Pembatasan Penelitian

Untuk dapat membuat sebuah penelitian lebih mendalam dan fokus maka perlu diadakan pembatasan. Adapun batasan penelitian ini hanya difokuskan pada pemahaman politik. Pembatasan dalam hal ini dimaksudkan hanya pada suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik, dan ditunjukkan dengan indikator:

1. Seseorang dapat mendeskripsikan pengertian politik secara awam.

2. Seseorang dapat menjelaskan jenis-jenis sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Seseorang mengetahui secara umum fungsi partai politik, dan

4. Seseorang bisa menjelaskan bahwa Pilgubsu 2013 merupakan bagian dari politik yang

ada di Indonesia)

(50)

berpartisipasi pada kegiatan politik, dalam hal ini adalah Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam di Kota Kisaran

2. Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

3. Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Tujuan akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah agar dapat bermanfaat bagi suatu bidang keilmuan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

(51)

b. Secara praktis, diharapkan dapat menerangkan korelasi pemahaman politik dan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Pengertian Politik

Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu“polis” yang berarti kota atau negara. Istilah ini kemudian berkembang menjadi polities yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti

pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Perhatian dan sentral politik adalah penyelesaian konflik antar manusia, proses pembuatan putusan - putusan ataupun pengembangan kebijakan - kebijakan secara otoritas yang mengalokasikan sumber - sumber dan nilai - nilai tertentu atau pelaksanaan kekuasaan dan pengaruhnya di dalam masyarakat.11

Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum dan politik dalam arti kebijakan (policy)12

11 Maran, Rafael Raga, 2001 Pengantar Sosiologi Politik. Rineke Cipta. Jakarta. Hal 58 12

(52)

Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan hari depan.

Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Dan berhubungan dengan kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan. Politik merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan pemerintahan.

1.5.2. Pemahaman Politik

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengenal benar akan suatu hal. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.

Pemahaman juga adalah mempertahankan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.13

13

(53)

hubungan yang sederhana di antara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasikan materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya.

Pengukuran pemahaman yang sering digunakan adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik14

Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah . Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi/penilaian. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengetahuan, adalah aspek yang paling penting, seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya, dan harus mengerti atau dapat menggunakannya

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari

3) Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis artinya menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, hal itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu dilakukan berdasarkan berbagai kriteria yang telah ada.

Gambar

TABEL 3.1  KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN UMUR
TABEL 3.3.  KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN STATUS PERNIKAHAN
TABEL 3.4  KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
Tabel 3.5.  Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Pemahaman Politik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pekerja sektor informal; menganalisis faktor-faktor jam kerja rata-rata per hari, modal kerja,

Hal ini berarti terdapat 53,6 persen pedapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan yang dipengaruhi oleh faktorfaktor: modal, pengalaman berdagang dan jam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga pekerja sektor informal di Kelurahan Pulo Brayan Darat I Kecamatan Medan Timur Kota

Peneitian ini dilakukan di Desa Marga. Pemilihan lokasi ini karena di Desa Marga banyak pekerja perempuan yang bekerja di sektor informal. Sumber data yang dipergunakan dalam

Peneitian ini dilakukan di Desa Marga. Pemilihan lokasi ini karena di Desa Marga banyak pekerja perempuan yang bekerja di sektor informal. Sumber data yang dipergunakan dalam

Peneitian ini dilakukan di Desa Marga. Pemilihan lokasi ini karena di Desa Marga banyak pekerja perempuan yang bekerja di sektor informal. Sumber data yang dipergunakan dalam

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), untuk mencakup kepesertaan Jaminan Sosial bagi pekerja sektor informal, maka

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pekerja sektor informal; menganalisis faktor-faktor jam kerja rata-rata per hari, modal kerja,