Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian luasan lahan irigasi, luas
panen dan produktivitas lahan padi
Deskriptif Kuantitatif
Dihitung lama waktu pertumbuhan atau waktu pengisian bulir padi
hingga panen
Dihitung rerata radiasi matahari
Dihitung perkembangan lahan irigasi dan nisbah antara luas panen dengan
luas lahan irigasi
Dibuat Kesimpulan Dikaji keandalan jaringan irigasi
Lampiran 9.
Bendungan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kec. Sei Bingai
Lampiran 2. Data Radiasi Matahari (Joule/Hari)
Tahun
Bulan
Rata-rata
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2009 859 977 1087 1075 998 1047 996 931 1030 1056 823 750 969,08
2010 925 1100 1040 1115 994 964 923 1033 1006 967 - 811 906,50
2011 848 1111 1078 929 1036 1016 1025 908 1021 926 759 787 953,67
2012 1011 1160 1056 1008 1073 1111 1125 1165 1169 1211 1005 948 1.086,83
2013 956 940 1157 908 1167 1220 1095 1011 955 932 947 866 1.012,83
Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Irigasi Teknis
Nisbah luas lahan irigasi teknis =Luas irigasi semi teknis+luas irigasi sederhanaLuas Lahan Irigasi Teknis = 280 Ha+125 Ha2357 Ha
=2357 Ha405 Ha
Lampiran 5.
Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi Tahun 2009
Nisbah Luas Lahan Panen Denga Luas Lahan Beririgasi = Luas Lahan Panen Luas Lahan Beirigasi = 7345 Ha
2762 Ha = 2,66 Tahun 2010
Nisbah Luas Lahan Panen Denga Luas Lahan Beririgasi = Luas Lahan Panen Luas Lahan Beirigasi = 4489 Ha
2762 Ha = 1,62
Tahun 2011
Nisbah Luas Lahan Panen Denga Luas Lahan Beririgasi = Luas Lahan Panen Luas Lahan Beirigasi = 6096 Ha
2762 Ha = 2,21 Tahun 2012
Nisbah Luas Lahan Panen Denga Luas Lahan Beririgasi = Luas Lahan Panen Luas Lahan Beirigasi = 6970 Ha
Tahun 2013
Nisbah Luas Lahan Panen Denga Luas Lahan Beririgasi = Luas Lahan Panen Luas Lahan Beirigasi = 6675 Ha
Lampiran 6. Perhitungan Aras Produksi Padi Tahun 2009
Aras Produksi Padi = Produksi Padi Dalam Insus
Potensi Produksi Padi ×100% = 63,64 Ku/Ha
87,22 Ku/Ha = 72,96 % Tahun 2010
Aras Produksi Padi = Produksi Padi Dalam Insus
Potensi Produksi Padi ×100% = 63,64 Ku/Ha
81,58 Ku/Ha = 78,01 % Tahun 2011
Aras Produksi Padi = Produksi Padi Dalam Insus
Potensi Produksi Padi ×100% = 61,28 Ku/Ha
85,08 Ku/Ha = 72,02% Tahun 2012
Aras Produksi Padi = Produksi Padi Dalam Insus
Potensi Produksi Padi ×100% = 62,54 Ku/Ha
Tahun 2013
Aras Produksi Padi = Produksi Padi Dalam Insus
Potensi Produksi Padi ×100% = 61,42 Ku/Ha
Lampiran 7. Data Lama Pengisian Bulir Padi Hingga Panen
1 Tarminta Sembiring Ciherang Micongga 30 Andosol
2 A. Sitepu Ciherang IR 64 30 Andosol
9 Amin Sembiring Ciherang Micongga 30 Andosol
10 Anto TEJ 40 Andosol
11 Legiran Ciherang 30 Andosol
12 Misno Ciherang 30 Andosol
13 Amran Ginting Situbagendit 30 Andosol
14 Sabarita Surbakti Ciherang 40 Andosol
Lampiran8. Data Luas Lahan Panen dan Produksi Padi Dalam Insus
No Tahun Luas Lahan Panen (Ha) Produksi Padi Dalam Insus (Kw/Ha)
1 2009 7.345 63,64
2 2010 4.489 63,64
3 2011 6.096 61,28
4 2012 6.970 62,54
5 2013 6.675 61,42
DAFTAR PUSTAKA
AAK., 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus, Jakarta. AAK., 2003. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisus, Jakarta.
Dumairy, 1992.Ekonomika Sumberdaya Air Pengantar ke Hidronomika. BPFE, New Dehli
Basak, N. N., 1999. Irrigation Engineering.Tata Mc-Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Badan Litbang Pertania, 2009. Kajian Peningkatan Intensitas Tanaman Padi Sawah Di Sulawesi Teng Juni 2014]
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2010. Budidaya Padi. Dinas Pertanian, 2012. Varietas Padi Daerah Irigasi
[Diakses pada 15 Mei 2014]
Dumairy, 1992.Irrigation System First Revised Edition. Tata Mc-Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Hansen, V. E., Israelsen, O. W., and Stringham, G. E., 1992.Dasar-Dasar Dan Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
Kurnianti, N., 2013. Budidaya Tanaman Padi Sawa [Diakses pada 2 Desember 2013]
Litbang, 2009.Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi [Diakses pada 15 Mei 2014]
Linsey, R. K., dan Frannzini, J. B., 1991. Teknik Sumberdaya Air. Erlangga, Jakarta.
Mawardi, E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.
Pasandaran, E., dan Taylor, D. C., 1984.Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan. Gramedia, Jakarta
Rusydatulhal, 2004.Analisis Keragaan Teknis dan Ekonomis Irigasi Gravitasi Padi Sawah Pada Jaringan Irigasi Ramonia Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. USU, Medan
Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. Sumono, 2012.Meningkatkan Daya Dukung Irigasi dan Pemahaman Aktivitas
Biologis Periodik Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam Upaya Memantapkan Swasembada Beras.Dalam Pemikiran Guru Besar USU Dalam Pembangunan Dewan Guru Besar USU. USU Press, Medan. Suparyono, dan Setyono, A., 1993. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutedjo, M. M., dan Kartasapoetra, A. G., 1988. Budidaya Tanaman Padi. Bina Aksara, Jakarta
Varley, R. C. G., 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi Pengalaman Indonesia. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitiandilaksanakan pada bulan April sampai Mei2014 di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi pada daerah irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan komputer.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sebanyak 30 orang.
Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian untuk data primer diperoleh dilapangan pengambilan sampel dengan wawancara dan pengukuran di lapangan.
1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan
Dihitung dengan menggunakan persamaan (1) 2. Lama Waktu Pertumbuhan
Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak 30 orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya.
3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi Dihitung dengan menggunakan persamaan (2)
4. Koefisien Konversi Energi Surya
Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025
5. Luas Lahan Beririgasi
Luas lahan beririgasi diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Namu Sira-Sira Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara
6. Luas Lahan Panen
Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan frekuensi waktu panen
7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir
8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun terakhir.
10. Aras Produksi Padi
Dibandingkan antara potensi produksi padi dengan hasil pengukuran/ data dilapangan
Parameter Penelitian
Adapun parameter penelitian ini yaitu:
1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan (kg/ha) 2. Lama Waktu Pertumbuhan (hari)
3. Rata-Rata Radiasi Matahari (kal/cm2 hari) 4. Koefisien Konversi Energi Surya (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Sei Bingai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang memiliki luas wilayah seluas 33.047 Ha dengan ketinggian tempat 125 Meter dpl, kecamatan ini memiliki 16 Desa/Kelurahan dengan tanah darat seluas 8962 Ha, lahan sawah seluas 3019 Ha, perkebunan seluas 4720 Ha, perkebunan besar/swasta seluas 4455 Ha, hutan seluas 11890 Ha dan lain-lain seluas 8 Ha (Dinas Pertanian Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2014).
Irigasi Namu Sira-Sira merupakan irigasi teknis yang ada di Sumatera Utara yang mencakup empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Binjai Selatan. Irigasi ini termasuk irigasi teknis dimana pengelolaan saluran primer dan skunder dilakukan oleh pemerintah sedangkan saluran tersier dibuat dan dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) (Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, 2014).
Rerata Radiasi Matahari
Tabel 1. Nilai Rerata Radiasi Matahari di Kec. Sei Bingai Kab. Langkat
Sumber : BMKG Sampali Medan (2014)
Rata-rata radiasi matahari digunakan untuk mengetahui nilai produksi beras bersih atau nilai potensi produksi padi per satuan luas lahan.Hal ini menunjukkan bahwa radiasi matahari sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi.
Rata-rata radiasi matahari pada 5 tahun terakhir memiliki nilai yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan padi sawah. Karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Yanget al. (2008) dalam Satoto, dkk (2013) yang menyatakan bahwa radiasi sinar matahari pada fase pemasakan biji, akumulasi biomassa khususnya pada saat pengisian gabah, kapasitas produksi sink per unit biomassa dan saat pembungaan merupakan faktor kritis yang menyebabkan senjang hasil antara musim kemarau dan musim hujan pada ekosistem lahan sawah irigasi.
Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan
nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar 0,025 (2,5%); K = 4000 kal/g. Lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat = 30 hari.
Potensi produksi padi persatuan luas lahan di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.
Tabel 2.Potensi Produksi Padi Kecamatan Sei Bingai
No Tahun Nilai Rs Nilai W
Gambar 1.Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kec. Sei Bingai
Pada Tabel 2 dapat dilihat nilai produksi padi yang dicapai di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat selama 5 tahun terakhir.Nilai W merupakan nilai
80
2008 2009 2010 2011 2012 2013
karbohidrat (hasil fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Apabila nilai W dianggap merupakan berat beras, maka dengan menggunakan konversi 0,50 dari gabah kering giling ke beras maka akan diperoleh potensi produksi/ha padi kering giling yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Potensi produksi padi persatuan luas lahan di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat terendah berada pada tahun 2010 dan potensi produksi tertinggi berada pada tahun 2012.Penurunan dan peningkatan potensi produksi padi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti lamanya pengisian bulir padi hingga panen dan besarnya energi surya yang sampai di permukaan bumi. Semakin lama waktu pengisian bulir padi maka akan semakin besar pertambahan berat kering tanaman padi tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara wawancara menunjukkan bahwa lamanya waktu pengisian bulir padi hingga panen dengan varietas padi unggul seperti ciherang IR 64, Situbagendit, dan lain-lain di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat yaitu 30 hari. Litbang (2009) menyatakan bahwa lama waktu pengisian malai sampai bunting pada varietas IR 64 yaitu 30-35 hari. Berdasarkan varietas yang digunakan dengan lama waktu pengisian bulir 30 hari, maka faktor utama besarnya potensi produksi padi pada 5 tahun terakhir bukan karena lama waktu pengisian bulir, namun karena besarnya energi surya yang sampai di permukaan bumi (Tabel 2).
Nilai rerata radiasi matahari (Rs) pada tahun 2012 merupakan nilai rerata radiasi matahari terbesar dalam kurun 5 tahun terakhir sehingga potensi produksi padi pada tahun 2012 merupakan potensi produkksi padi tertinggi selama kurun 5 tahun terakhir. Besar kecilnya nilai rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi merupakan faktor penentu dalam penentuan besarnya potensi produksi padi. Hal ini sesuai dengan Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai dipermukaan bumi (incident solar radiation) akan merupakan faktor penentu nilai batas produktifitas lahan akan budidaya padi sawah.
Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi
Luas lahan irigasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi di dalam suatu daerah irigasi (DI).Perkembangan luas lahan irigasi pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 3dan Gambar 2.
Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat
No Tahun Produktivitas
(kw/ha) Puso (ha)
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat(2014)
0 1000 2000 3000
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
Gambar 2.Luas Lahan Beririgasi dan Produktivitas Padi Sawah Kec. Sei Bingai Rincian perkembangan luas lahan irigasi menurut kelas irigasinya dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3.
Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Sei Bingai
No Tahun
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (2014)
Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kec. Sei Bingai
Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tidak ada pertambahan luas lahan irigasi baik teknis, semi teknis maupun sederhana dalam kurun 5 tahun terakhir dan juga tidak ada kerusakan dalam klas irigasi tersebut.Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat mengarah pada sasaran peningkatan mutu pelayanan irigasi dengan klas irigasi teknis lebih besar dari pada irigasi semi teknis dan sederhana. Nisbah antara lahan irigasi teknis
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Irigasi Teknis Irigasi 1/2 teknis Irigasi Sederhana
dengan irigasi semi teknis dan sederhana yaitu 5,82. Hal ini berarti bahwa pengembangan daerah irigasi Namu Sira-Sira mengarah pada potensi untuk perluasan areal pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan irigasi dengan klas irigasi teknis lebih besar dari pada irigasi semi teknis dan sederhana.
Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi
Nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pe`layanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah (Pusposutardjo, 1991).Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.
Tabel 5.Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi
No Tahun Luas Irigasi
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (2014)
Gambar 4.Nisbah Luas Lahan Panen dan Luas Lahan Irigasi Kec. Sei Bingai
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkatdalam kurun 5 tahun terakhir yang terendah berada pada tahun 2010 yaitu dibawah 2,0. Hal ini disebabkan oleh luas lahan panen padi sawah yang masih rendah yang kurang memperhatikan dalam hal pengolahan tanah, bibit, pemberian pupuk serta penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada petani.Hal ini sesuai dengan literatur Yuniawan(2012) yang menyatakan bahwa faktor lahan dan keikutsertaan petani pada kegiatan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.Selanjutnya ditahun 2009, 2011-2013 terjadi peningkatan menjadi diatas 2,0. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran 2 x tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi dapat tercapai dan usaha pemerintah serta petani untuk meningkatkan hasil panen dengan memperhatikan berbagai hal seperti pengolahan tanah, bibit, pemberian pupuk serta penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian. Artinya bahwa kemampuan pelayanan jaringan irigasi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat sudah cukup baik.
Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produk Padi Sawah
panen per satuan luas lahan irigasi merupakan salah satu indikator keandalan fungsional jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah.
Departemen Pertanian dalam Badan Litbang Pertanian (2009) menyatakan bahwa peningkatan produksi padi masih dapat diupayakan melalui indeks pertanaman (IP) dan produktivitasnya.Pada lahan sawah yang dianjurkan dengan IP padi 200 atau dua kali dalam setahun. Di beberapa daerah sebagian petani mengusahakan padi lima kali panen dalam 2 tahun (IP 250) dan dilokasi tertentu bahkan tiga kali pertahun (IP 300) karena air tersedia sepanjang musim. Program intensifikasi padi selama ini terutama diarahkan pada lahan irigasi dengan suplai air yang terjamin.
Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat sudah dapat mencapai sasaran anjuran Pemerintah 2 x tanam padi per tahun dimana faktor utama rendahnya laju produktivitas bukan karena daya dukung irigasi tetapi yang utama adalah perawatan tanaman seperti pemupukan, dosis yang tepat, jadwal pemupukan dan cara pemupukan.
Aras Pencapaian Produksi Padi
Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 5.
Tabel 6. Aras Pencapaian Produksi Padi Kecamatan Sei Bingai
No Tahun Potensi Produksi Padi/ha (kw/ha)
Produksi Padi Dalam Insus
(kw/ha) *) Aras (%)
Tahun
Gambar 5.Aras Pencapaian Produksi Padi Kec. Sei Bingai
Aras pencapaian produksi padi tertinggi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat adalah 78,01% yang berada pada tahun 2010 dan terendah pada tahun 2012 sebesar 63,93%.
Aras pencapaian produksi padi pada tahun 2012 dan 2013 memiliki nilai yang cenderung rendah dari tahun-tahun sebelumnya dimana penurunan aras ini dipengaruhi oleh potensi produksi padi yang tinggi pada tahun 2012 dan 2013 sedangkan produktivitas padi dalam insus memiliki nilai yang rendah.
Dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir aras pencapaian produksi padi tertinggi 78,01% dan terendah 63,93%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keandalan jaringan irigasi yang sudah cukup baik belum mampu meningkatkan potensi produksi padi menuju aras pencapaian yang maksimal. Aras produksi yang tinggi dapat mencapai 90%.Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa aras produksi >90% merupakan nilai produksi yang sangat tinggi. Dari data yang diperoleh menyatakan bahwa belum tercapainya aras produksi padi yang tinggi (90%) karena masih lemahnya manajemennya. Asnawi dalam Varley (1995)
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
A
ra
s (%
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Potensi produksi padi terendah yaitu 81,58 Kw/Ha pada tahun 2010 dan tertinggi yaitu 97,82 Kw/Ha pada tahun 2012.
2. Lamanya waktu pengisian bulir padi sampai masak yaitu 30 hari.
3. Tidak ada kerusakan areal tanam, jaringan irigasi dan tidak ada perkembangan jaringan irigasi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.
4. Nisbah antara irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana yaitu 5,82 yang menunjukkan bahwa klas irigasi teknis lebih besar daripada semi teknis dan sederhana.
5. Nisbah antara luas panen dengan luas irigasi terendah yaitu 1,62 pada tahun 2010 dan tertinggi yaitu 2,66 pada tahun 2009, selanjutnya 2011-2013 nisbah berada diatas 2,0 yang menyatakan sasaran 2 x tanam padi per tahun dapat tercapai.
6. Keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik karena tidak ada kerusakan jaringan irigasi tetapi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan manajemen dan daya dukung irigasi.
7. Aras pencapaian produksi padi terendah yaitu 63,93% pada tahun 2012 dan tertinggi yaitu 78,01% pada tahun 2010.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Irigasi adalah prosesaplikasibuatanairkepermukaan tanahuntukpertumbuhantanaman di bidang pertanian. Secara
praktisdalampenanamandan merancangsistempasokan airuntuklahan pertanianuntuk melindungitanaman dariefekburukdarikekeringanataucurah hujan yang rendah.Hal tersebut termasukpembangunanbendung, bendungan,dansistem kanaluntukpasokan regulerdarisumber air kelahan (Basak, 1999).
Menurut Dumairy (1992) berdasarkan sudut pandangan cara pemberian airnya pada tanaman, irigasi digolong-golongkan menjadi irigasi permukaan, irigasi curah dan irigasi bawah tanah. Irigasi permukaan (surface irrigation) adalah metode irigasi yang pemberian airnya pada tanaman dilakukan dengan cara penggenangan atau pengaliran di permukaan tanah. Metode irigasi semacam ini merupakan metode yang sangat umum dipraktekkan dalam kegiatan usaha tani, baik yang disengaja maupun tanpa disengaja, pada pengairan yang bersifat teknis maupun sederhana. Irigasi permukaan ini dibedakan atas irigasi permukaan dengan cara penggenangan dan irigasi permukaan dengan cara pengaliran.
Metode irigasi bervariasi dalam berbagai bagian dunia dan pada berbagai tanah pertanian dalam suatu lingkungan karena perbedaan pada tanah, topografi, persediaan air, tanaan dan kebiasaan.Metode irigasi penggenangan maupun metode galengan dan pengolaman cocok untuk tanaman makanan ternak maupun padi.Tanaman yang berderet diberi air dengan alur.Setiap atau kombinasi
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi pembawa air dan saluran pembuang.Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter.Ditinjau dari letaknya saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung.Saluran garis tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garis tinggi/kontur. Saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan pada punggung medan. Pada saluran pembawa, dapat dibuat saluran tanpa pasangan dan saluran dengan pasangan (Mawardi, 2007).
Tanaman Padi
Di Indonesia dan di negara lain padi ditanam di dua jenis lahan utama yaitu lahan sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia padi ditanam di dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau.Sedangkan berdasarkan ketersediaan air, sawah dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar, yaitu sawah tadah hujan dan sawah irigasi teknis (Suprayono dan Setyono, 1993).
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi
lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalisdan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi
diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2010).
Alternatif untuk pengembangan lingkungan pertanaman padi adalah dengan mengubah hidrologi pada tanah di daerah itu. Setelah dibuatkan tanggul, selanjutnya penggenangan dengan air tawar, baik yang berasal dari sungai pasang, ataupun air tawar yang disalurkan melalui saluran irigasi-irigasi, memungkinkan tanaman padi tumbuh dengan baik,dengan hasil yang lebih memuaskan (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988).
Budidaya Tanaman Padi
(danau).Dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.
Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanaman anak-beranak. Demikianlah umpamanya: Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat singkat telah dapat membentuk satu dapuran, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas-tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu pesat bisa menimbulkan kesulitan untuk mengetahui manakah di antara sejumlah batang-batangnya dalam satu rumpun itu yang merupakan batang utamanya, dan mana yang merupakan batang-batang dari anak/tunas baru (Siregar, 1981).
Dalam budidaya padi, perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, diantaranya syarat tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Lokasi budidaya padi dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C.Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan.Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim.Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi.Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi.Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung (Kurnianti, 2013).
Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
sendiri. Sampai dengan satu dasawarsa yang akan datang (sampai dengan tahun 2000) secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai ke permukaan bumi akan merupakan faktor penentu batas produktifitas lahan akan budidaya padi sawah. Yoshida(1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus : W=Eu×T×Rs
K ×10 4
gm/m2………...(1)
dengan
W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha) T = lama waktu pertumbuhan (hari)
Rs = rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm2 hari) K = tetapan (kal/gr)
Eu = koefisien konversi energi surya (untuk kawasan tropis 0,025)
Hansen, et. al(1980) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa Nilai Rs dapat diperhitungan dengan memakairumus empiris Hargreaves
Rs=0,10 Rso (S)1/2kal/cm2hari………..(2) dengan
Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari) S = persen lama penyinaran
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi
menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.
1. Curah Hujan
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga penggenangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi.
2. Suhu
Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman.Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa seperti negara kita ini.Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan negara di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun.Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji.
3. Tinggi tempat
Menurut Junghun dalam AAK (1992), hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah sebagai berikut :
a. Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,50C-22,50C termasuk 96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi. b. Daerah antara 650-1500 meter dengan suhu antara 22,50C-18,70C
4. Sinar matahari
Tanaman padi memerlukan sinar matahari.Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Di samping itu, sinar matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan keadaan awan.
5. Angin
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya, terutaman pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi.
6. Musim
Musim berhubungan erat dengan hujan yang berpengaruh di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah (ingat penyerbukan dan pembuahan) sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan apabila pengairan baik.
yang sengaja digenangi air yaitu tanah sawah, usaha penanaman padi itu disebut “menyawah”, sementara penanaman padi di tanah kering atau tanah darat disebut “berladang”. Varietas padi yang dipergunakan untuk lahan yang digenangi air disebut varietas padi sawah, sementara varietas yang dipergunakan untuk tanah darat/kering disebut varietas padi ladang. Selanjutnya AAK (1992) menyatakan bahwa sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan padi yaitu tekstur tanah, struktur tanah, air serta udara dalam tanah.
Asnawi dalam Varley (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor penghambat utama dari program swasembada adalah faktor tersedianya air irigasi secara cukup yang dapat dikendalikan pada waktu yang tepat di sawah-sawah petani.Hasil studi saya di Sumatera Barat menunjukkan dengan nyata bahwa air irigasi tidak saja meningkatkan hasil perhektar secara langsung tetapi juga untuk memberikan respon tanaman terhadap pupuk kimia.Varietas padi unggul baru tinggi hasilnya kalau diberi pupuk kimia dengan dosis yang tepat. Respon tanaman terhadap pupuk akan muncul jika ada air irigasi.Barker dan Herdt (1984) dalam Varley (1995) juga menyatakan serupa dimana kontribusi irigasi terhadap kenaikan produksi padi berbanding terbalik dengan kelas irigasi (rendah, sedang dan tinggi).Kesimpulannya, disamping penyuluhan langsung, irigasi merupakan prasarana penentu agar teknologi baru (bibit unggul dan pupuk kimia) dapat berperan secara efektif.
di perjalanan.Kehilangan air di perjalanan maksudnya air yang hilang selama dalam perjalanannya dari bangunan induk menuju petak persawahan, yakni air yang hilang di salurkan baik karena evaporasi ataupun karena perembesan ke dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa debit air akan mempengaruhi efisiensi irigasi dimana debit air yang akan dialirkan akan berkurang dan berpengaruh terhadap jumlah air yang akan diberikan sebagai salah satu indikator dari efisiensi irigasi.
Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa kinerja jaringan irigasi sangat tergantung pada cara eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta pengelolaan air. Dengan demikian kinerja jaringan irigasi akan ditentukan oleh empat anasir utamanya, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan pengoperasian jaringan oleh petugas (personil Dinas Pengairan, PU), petani pemanfaat air, dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengingat pengoperasian dan pemanfaatan. Ke empat anasir tersebut beserta proses kegiatannya dinamakan sebagai sistem irigasi. Di dalam analisis tinjau, potensi sistem sebagai sarana pendukung budidaya padi sawah dapat ditunjukkan dengan memakai tiga bentuk tolok ukur, yaitu luas dan perkembangan lahan irigasi, nisbah (ratio) antara luas lahan panen dengan lahan beririgasi, serta keandalan sistem irigasi untuk stabilisasi produksi.
1. Luas dan perkembangan lahan Irigasi
Indonesia selama empat kali Pelita dijumpai tiga hal yang menarik, diantaranya adalah :
1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa biaya pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik. Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.
2. Di Jawa pertambahan luas lahan irigasi teknis ternyata diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Bila perubahan luas lahan klas irigasi dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan. Keadaan perkembangan lahan irigasi seperti di Jawa berlangsung oleh karena adanya dua kendala utama yaitu keterbatasan lahan untuk dijadikan lahan sawah baru dan keterbatasan sumberdaya air yang dapat dikembangkan.
Nisbah luas lahan irigasi teknis dengan luas lahan irigasi semi teknis dan sederhana adalah :
Nisbah luas lahan irigasi teknis = Luas Lahan Irigasi Teknis
Luas irigasi semi teknis+luas irigasi sederhana……...(3) 2. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah.Apabila nilai nisbah selalu dibawah 2, hal ini berarti bahwa sasaran 2 x tanam padi dapat tercapai.Untuk Indonesia secara keseluruhan ternyata perkembangan luas lahan irigasi tidak dapat secara proposional diimbangi dengan luas panen.Bahkan ada kecenderungan kemampuan lahan beririgasi untuk mendukung luas panen menurun meskipun secara statistik penurunan tersebut tidak nyata.
3. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
Keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim dapat dilihat melalui fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi.Selain itu, keandalan jaringan irigasi ini juga dapat dilihat dari angka kerusakan luas areal panen pada luasan tertentu selama periode tertentu pula.Jika angka kerusakan semakin tahun cenderung meningkat maka dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah masih perlu ditingkatkan (Pusposutardjo, 1991).
banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang yang tidak tertib.
Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam stabilisasi produk padi sawah, antara lain:
1. sumber air irigasi umumnya berasal dari air limpasan yang diambil dengan bendung ( run offon the river system)
2. sistem irigasi yang ada dirancang untuk dioperasikan atas dasar jadwal waktu operasi yang tetap sedangkan pasok air hujan berlangsung secara stokhastik
3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan berlangsung cepat
4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian fungsional jaringan (Pusposutardjo, 1991).
Aras Pencapaian Produksi Padi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis.Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting.Oleh karena air menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung.Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau).Dari waduk inilah
sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1997).
Dumairy (1992) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan, untuk menunjang pertanian. Ruang lingkup atau bidang tugas irigasi meliputi empat pekerjaan pokok sebagai berikut :
1. Pengadaan/pengembangan sumber-sumber air alamiah dan penggunaannya 2. Pengaliran air dari daerah sumber ke areal pertanian yang membutuhkan 3. Pemberian dan pembagian air areal pertanian sampai ke tingkat usaha tani 4. Pembuangan kelebihan air dari areal pertanian secara teratur dan
terkendali (drainasi).
a. Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak memiliki pintu pengaturan dan alat pengukur sehingga efisiensinya rendah
b. Irigasi setengah teknis, yaitu sistem irigasi dengan pintu pengatur dan alat pengukur hanya terdapat pada bangunan pengambilan (head work) saja dan diharapkan efisiensinya sedang
c. Irigasi teknis, yaitu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur pada head work, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga efisiensi irigasinya tinggi
d. Irigasi Teknis Maju, yaitu sistem irigasi dimana airnya dapat diatur dan diukur pada seluruh jaringan irigasi serta diharapkan efisiensi sangat tinggi
Irigasi Namu Sira-Sira merupakan salah satu irigasi teknis yang ada di Sumatera Utara, yang mencakup empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Binjai Selatan, dan daerah ini merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten Langkat.Kecamatan yang paling luas mendapat pelayanan dari Irigasi Namu Sira-Sira adalah Kecamatan Sei Bingai.Irigasi ini termasuk irigasi teknis dimana pengelolaan saluran primer dan sekunder dilakukan oleh pemerintah sedangkan saluran tersier dibuat dan dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Berdasarkan tipe irigasi yang dimilikinya, daerah ini cukup potensial sebagai penghasil beras. Namun dengan berbagai keterbatasan daya dukung lahan, teknologi dan sumber daya manusia terutama di tingkat wilayah tersier perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi di daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dengan menganalisis data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari wawancara petani dan instansi pemerintah terkait.
Penelitian ini bersifat observasi lapang dimana menganalisis data secara deskriptif dan kuantitatif yang diperoleh dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari wawancara petani dan instansi pemerintah terkait.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian produksi padi.
ABSTRAK
TRI AYU PURNAMASARI: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Langkat sebagai salah satu daerah lumbung padi di Sumatera Utara, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana, dan keandalan jaringan irigasi.
Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik. Rata-rata nilai nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen 2,2, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana 5,82 dan aras pencapaian produksi padi 70,68%.
Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.
ABSTRACK
TRI AYU PURNAMASARI: The Study of Rice Potential Production on Namu Sira-Sira Irrigation Fields in Sei Bingai Town Langkat Regency, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Langkat as one of rice centra region in North Sumatera need to be inspected on wet rice fields condition to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice potential production on Namu Sira-Sira irrigation fields in Sei Bingai town Langkat regency in achieving the maximum level of rice production based on radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pra technical and conventional irrigation and realibility of existing irrigation networks.
In the year of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network realibility is better. The average of ratio between irrigation field and crops field is 2,2, the average of ratio between technical irrigation and pra technical and conventional irrigation determined of 5,82 and the rice production target was 70,68%.
KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI
NAMU SIRA-SIRA DI KECAMATAN SEI BINGAI
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH:
TRI AYU PURNAMASARI
100308007/KETEKNIKAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI
NAMU SIRA-SIRA DI KECAMATAN SEI BINGAI
KABUPATEN LANGKAT
OLEH:
TRI AYU PURNAMASARI
100308007/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsisebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S ) Ketua
ABSTRAK
TRI AYU PURNAMASARI: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Langkat sebagai salah satu daerah lumbung padi di Sumatera Utara, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana, dan keandalan jaringan irigasi.
Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik. Rata-rata nilai nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen 2,2, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana 5,82 dan aras pencapaian produksi padi 70,68%.
Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.
ABSTRACK
TRI AYU PURNAMASARI: The Study of Rice Potential Production on Namu Sira-Sira Irrigation Fields in Sei Bingai Town Langkat Regency, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Langkat as one of rice centra region in North Sumatera need to be inspected on wet rice fields condition to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice potential production on Namu Sira-Sira irrigation fields in Sei Bingai town Langkat regency in achieving the maximum level of rice production based on radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pra technical and conventional irrigation and realibility of existing irrigation networks.
In the year of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network realibility is better. The average of ratio between irrigation field and crops field is 2,2, the average of ratio between technical irrigation and pra technical and conventional irrigation determined of 5,82 and the rice production target was 70,68%.
RIWAYAT HIDUP
Tri Ayu Purnamasari dilahirkan di Pasar Rawa Gebang pada tanggal 19 Februari 1992 dari ayah Solihin dan ibu Estermina Sitanggang. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N. 1 Gebang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota di organisasi Ikatan Mahasiswa Keteknikan Pertanian (IMATETA) dan Badan Kenaziran Musholla (BKM) Al-Mukhlisin FP USU.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsiini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, M.Sselaku ketua pembimbing skripsi dan Lukman Adlin Harahap STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata,penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi ... 5
Tanaman Padi ... 6
Budidaya Tanaman Padi ... 7
Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 8
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi ... 9
Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah ... 13
Aras Pencapaian Produksi Padi ... 16
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Metode Penelitian... 17
Pelaksanaan Penelitian ... 18
Parameter Penelitian Pertambahan Berat Kering Tumbuhan ... 19
Lama Waktu Pertumbuhan ... 19
Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi... 19
Koefisien Konversi Energi Surya ... 19
Luas Lahan Sawah ... 19
Luas Lahan Beririgasi ... 19
Luas Lahan Panen ... 19
Produktivitas Total ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 20
Rerata Radiasi Matahari ... 20
Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan ... 21
Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi ... 24
Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi ... 26
Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilitas Produk Padi Sawah ... 27
Aras Pencapaian Produksi Beras ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Potensi Produksi Padi Kec. Sei Bingai ... 21
Tabel 2.Potensi Produksi Padi Kecamatan Sei Bingai ... 22
Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat ... 24
Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Sei Bingai... 25
Tabel 5. Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi ... 26
DAFTAR GAMBAR
Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1.Flowchart Penelitian... 34
Lampiran 2. Data Radiasi Matahari ... 35
Lampiran 3. Perhitungan Pertambahan Berat Kering Tumbuhan ... 36
Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Irigasi Teknis ... 37
Lampiran 5. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi ... 38
Lampiran 6. Perhitungan Aras Produksi Padi ... 40
Lampiran 7. Data Lama Pengisian Bulir Padi Hingga Panen ... 42
Lampiran 8. Data Luas Lahan Panen dan Produksi Padi Dalam Insus ... 43