• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung di Desa Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung di Desa Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. “Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Organik”.

Hamid, A. Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Bogor. P. 1. Dalam S. Riyadi, A. Kuncoro, dan A.D.P. Utami. Tumbuhan Beracun. Balittas. Malang.

Hanenson, I. B. 1980. Clinical Toxicology. Toronto : JB Lippincot Company. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods

oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung. Hal 47-245.

Indriyanto.2006.Ekologi Hutan.Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta.

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati. Ramuan dan Aplikasi. Cetakan V. Penebar Swadaya. Jakarta.

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Prakash, A. dan J. Rao. 1997. Tetranortriterpenoids from Azadirachta indica.

Phytochemistry Volume 46, No. 3, pp. 555-558. Great Britain : Elsevier Science Ltd.

Riza, V. dan Tahjadi. 2001. Alternatif Pengendalian Hama. Jakarta : PAN Indonesia.

Samsudin. 2008. “Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani”. Lembaga Pertanian Sehat. 2015].

Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM. 2012.Racun Alami pada Tanaman

pangan

Soehardjan, M. 1993. “Penggunaan, Permasalahan serta Prospek Nabati dalam PHT”. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor 1-2 Desember 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. Bogor : IPB Press.

(2)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Juni-Juli 2015 di Kawasan Hutan Lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. Pengidentifikasian jenis tumbuhan beracun dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalkulator, kamera, GPS (Global Positioning System), kompas, kantung plastik, kertas label, parang, meteran, tali, tabung reaksi, beaker glass, dan pipet tetes.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl 10%, Pereaksi Lieberman-Bouchard, Pereaksi Wagner, Pereaksi Maeyer, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%, FeCl3 1%, Mg-HCl

cair, alkohol-air dan metanol.

Prosedur Penelitian

A. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan beracun yang diketahui masyarakat di Hutan Lindung di Kecamatan Lumban Julu. Informasi kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar desa Lumban Julu dan pemandu lapangan lokal sebanyak 3 orang. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan di analisa secara deskriptif.

B. Aspek Keanekaragaman

(3)

sampling atau sampling pertimbangan, yaitu berdasarkan tempat yang dianggap banyak tanaman beracunnya. (Soetarahardja,1997).

Luas total hutan lindung Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir adalah 13000 ha.Intensitas sampling sebesar 0.5%, jadi luas kawasan yang di teliti adalah 65 ha, dan jumlah plot yang dibuat sebanyak 1040 plot. Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan aromatik menggunakan metode purposive sampling dengan plot lingkaran berdiameter 25,2 m, luas plot lingkaran 0,05 ha (Soetarahardja, 1997). Desain plot tumbuhan beracun disajikan pada Gambar 1.

100 m

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Beracun Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:

a. Kerapatan Suatu Jenis (K)

Σ Individu

K =

Luas petak contoh

b. Kerapatan Relatif Suatu Jenis (KR) K suatu jenis

KR = x 100 % K total seluruh jenis

c. Frekuensi Jenis (F)

Σ Sub petak ditemukan suatu spesies F =

Σ Seluruh sub petak contoh d. Frekuensi Relatif (FR)

F suatu jenis

FR = x 100% F total seluruh jenis

(4)

e. Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR

f. Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner

Indeks keanekaragaman yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau Shanon Indeks of General Diversity (H’). Rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General Diversity (H’) :

=− �(��/) ln (��/)

�=1

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Ni = Jumlah individu dari suatu jenis i N = Jumlah total individu seluruh jenis Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah :

a. Nilai H' ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi

b. Nilai H’ = 2-3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah

c. Nilai H’ < 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah. (Indriyanto,2006)

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:

(5)

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman.

(6)

Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid

b. Pengujian Terpen

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 10 ml metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Lieberman-Bouchard (20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat). Jika mengandung senyawa

HCl 2 N Sampel (10 gr) Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes)

(7)

golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hijau kebiru-biruan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika

mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan CeSO4 1% dalam

H2SO4 10%. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan

tampak perubahan warna larutan menjadi warna cokelat.

Gambar 3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)

Pemanasan (15 menit)

Filtrat

Pereaksi Salkowsky (3 tetes) Pereaksi Lieberman-Bouchard

(3 tetes)

Penyaringan

CeSO4 1% dalam

H2SO4 10% (3 tetes)

Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes)

Larutan cokelat Larutan merah pekat

(8)

c. Pengujian Flavonoid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gr, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 20 ml metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%. Jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10%. Jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer. Jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H2SO4. Jika

(9)

Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid d. Pengujian Saponin

Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10%.

Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Aspek pengetahuan lokal berhubungan dengan pengetahuan masyarakat lokal mengenai jenis tumbuhan yang diteliti. Informasi kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu. Masyarakat lokal sudah sering melihat dan mengerti jenis tumbuhan yang berada di kawasan Hutan Lindung sehingga dapat mempermudah dalam pengenalan dan pengambilan sampel.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat yaitu Bapak Manurung dan Bapak Purba, maka diperoleh informasi bahwa beberapa jenis tanaman yang mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun yang diperoleh antara lain Demban-demban, Si Ulat-ulat, Ria-ria, Gala-gala, Keladi, Gulun, Bulu-bulu, Sitorhom, Mesoyi, Latong andosari, Andor, Raso, Linggas dan Sijubbak. Ciri-ciri tanaman beracun yang diberikan oleh informan kunci dijelaskan kepada pemandu di Hutan Lindung Lumban Julu sehingga jenis ini dapat dikenali pada saat eksplorasi.

(11)

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Lumban

Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.

Jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Lumban Julu ada 14 jenis tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan obat beracun telah ditemukan dari penelitian yang dilakukan dideskripsikan sebagai berikut.

1. Demban-demban (Licaria sp.)

Demban-demban (Licaria sp) tumbuh secara liar di bawah naungan dengan tanah kaya akan humus dan kondisi cukup lembab. Daun berbentuk oval dengan tulang daun menyirip. Daun berpasang- pasangan dengan ujung daun tunggal. Lapisan daun tidak terlalu tebal dan permukaan daun tidak memiliki bulu.Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Kandungan kimia yang terkandung pada daun Demban-demban (Licaria sp.) adalah dari golongan terpen / steroid dan alkaloid (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Licaria Spesies : Licaria sp

(12)

2. Siulat-ulat (Syzygium sp)

Pohon salam tumbuh di ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Tumbuhan salam merupakan pohon atau perdu, memiliki tinggi berkisar antara 5 m hingga 12 m dan biasanya tumbuh liar di hutan. Tumbuhan salam termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun. Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Kandungan kimia daun Siulat-ulat (Syzygium sp) adalah senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan terpen dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium sp

Gambar 6. Syzygium sp

3. Pandan duri (Pandanus sp.)

(13)

bawah berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda hijau tua. Bunga jantan dan betina terdapat pada tumbuhan yang berbeda. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar

Kandungan kimia yang terkandung pada daun Pandan duri (Pandanus sp.) adalah senyawa golongan terpen, dan senyawa golongan flavonoid, (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonea Ordo : Pandanales Famili : Arecaceae Genus : Pandanus Spesies : Pandanus sp

Gambar 7. Pandan Duri (Pandanus sp)

4. Ria-ria (Eleusine sp).

Tumbuh secara liar di areal yang dekat dengan sumber air dan biasanya tumbuh pada daerah terbuka atau tidak tumbuh di bawah naungan, dengan tanah kaya akan humus dan kondisi cukup lembab.

(14)

Kandungan kimia yang terkandung pada daun Ria-ria (Eleusine sp) adalah senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan terpen (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales

Famili : Poaceae Genus : Eleusine Spesies : Eleusine sp

Gambar 8. Ria-ria (Eleusine sp)

5. Gala-Gala (Eurycoma longifolia Jack.)

Gala-Gala (Eurycoma longifolia Jack.) tumbuh di tempat yang bersinar matahari ataupun yang sedikit rindang dan tidak terlalu lembab. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur, panjang 2-20 m, lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau. Bunga majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal, ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan.

(15)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Sapindales Family : Simaroubaceae Genus : Eurycoma

Spesies : Eurycoma longifolia Jack Gambar 9. Gala-gala (Eurycoma longifolia Jack.) 6. Keladi (Caladiumsp)

Keladi (Caladiumsp) tumbuh secara liar di bawah naungan dengan tanah kaya akan humus dan kondisi cukup lembab Daunnya berbentuk jantung/ hati. Permukaan daun licin dan pada permukaan daun terdapat lapisan lilin. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang serta akarnya serabut.

Kandungan kimia yang terdapat pada daun Keladi (Caladium sp) senyawa golongan terpen (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Alismatales

Family : Araceae

Genus : Caladium Spesies : Caladium sp.

(16)

7. Mesoyi (Cryptocarya sp)

Mesoyi (Cryptocarya sp) merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 0,5-4m dan tumbuh liar pada tempat yang mendapat cukup sinar matahari dan tidak terlalu gersang di daerah rendah samapai ketinggian 1500 mdpl.

Daun berbentuk bundar telur dan meruncing kearah daun. Daun duduk melingkar ataupun berlawanan. Daun berbentuk bundar telur dan meruncing kearah daun. Daun duduk melingkar ataupun berlawanan. Bunga mempunyai tangkai panjang ± 10 cm. Bunga pada umumnya muncul di dekat pangkal daun. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

Kandungan kimia yang terdapat pada daun Mesoyi (Cryptocarya sp) adalah senyawa golongan terpen dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 2)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Laurales

(17)

8. Gulun (Ficus lepicarpa Blume)

Gulun (Ficus lepicarpa Blume) merupakan Daun spiral teratur, berbentuk lanset. Tulang daun berbentuk menyirip. Permukaan daun tipis dan licin pada kedua permukaannya. Tanaman beringin memiliki buah tunggal berbentuk bulat berwarna hijau tua. Biji tunggal terdapat di dalam buah. Tanaman ini termasuk tanaman dengan biji berkeping dua (dikotil). Tanaman beringin memiliki dua jenis akar. Akar utama sama dengan jenis tanaman lainnya yaitu di bawah permukaan tanah. Akar ini berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Selain itu akar ini juga membantu tanaman agar tetap dapat tumbuh dan berkembang. Akar yang lain berupa akar gantung dan berada di atas permukaan tanah. Akar menjulur dan jatuh dari batang tanaman. Akar ini berfungsi untuk membantu respirasi tanaman.

Kandungan kimia pada daun Gulun (Ficus lepicarpa Blume) yang terkandung adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan flavonoid (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famiy : Moraceae Genus : Ficus

Spesies : Ficus lepicarpa Blume

(18)

9. Bulu-bulu (Leea simplicifolia Zoll)

Daun berbentuk lanset. Tepi daun rata dan ujung daun runcing dan untuk pangkal daun berbentuk tumpul. Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang

Kandungan kimia Bulu-bulu (Leea simplicifolia Zoll) yang terkandun g pada daunnya adalah senyawa golongan terpen dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae Genus : Leea

Spesies : Leea simplicifolia Zoll

Gambar 13. Bulu-bulu (Leea simplicifolia Zoll) 10.Sijubbak (Homalanthus populneus (Giesel) Pax.)

Daun tunggal, tersusun spiral, berbentuk hati, tebal, mempunyai tangkai yang cukup panjang. Bunga berupa bulir dan berwarna putih kekuningan. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang

(19)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Homalanthus Spesies : Homalanthus populneus (Giesel) Pax

Gambar 14. Sijubbak (Homalanthus populneus (Giesel) Pax.)

11.Latong Andosari (Alstonia scholaris L.R. Br.)

Latong Andosari (Alstonia scholaris L.R. Br.) tumbuh mulai dari ketinggian 10-1250 mdpl dengan kondisi tanah yang agak lembab. Daun tunggal, tersusun melingkar 4-9 helai, bertangkai dengan panjang 7,5-15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10-23 cm, lebar 3-7,5 cm , warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun mulai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tungkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar tunggang.

(20)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris L.R Br

Gambar 15. Latong Andosari (Alstonia scholaris L.R.Br)

12. Andor (Dioscorea sp.)

Andor (Dioscorea sp.) merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh memanjat dan mencapai ketinggian 3-10 m. Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20-25 cm, lebar 1-12 cm, helaian daun tipis melemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan kasap. Bunga majemuk, bentuk bulir, dan muncul dari ketiak daun. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

(21)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida

Ordo : Liliales

Famili : Dioscoreaceae Genus : Dioscorea Spesies : Dioscorea spp

Gambar 16. Andor (Dioscorea sp.)

13.Sitorhom (Eugenia sp.)

Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga cabang (tri-veined) yang khas. Daun tunggal, bersilang berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga banci. Atinomorf, kelopak dan mahkota 4-5, berlekatan, benang sari banyak, satu putik. Biji sedikit atau tanpa endosperm. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah perakaran tunggang.

(22)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Eugenia Spesies : Eugenia sp

Gambar 17.Sitorhom (Eugenia sp.)

14.Linggas (Baringtonia sp.)

Daun berbentuk membulat telur sungsang atau lonjong, membulat telur sungsang. Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang. .

Kandungan kimia yang terdapat pada daun Linggas (Baringtonia sp.)

adalah senyawa golongan terpen, dan senyawa saponin (Tabel 2).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lecythidales Famili : Lecythidaceae Genus : Barringtonia Spesies : Baringtonia sp

(23)

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Lumban

Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir ada 14 jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Data Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Lumban Julu

Jenis Tumbuhan K ind/ha KR (%) F FR (%) INP H'

(24)

Frekuensi relatif (FR) yang paling tinggi dari kelompok tumbuhan bawah terdapat pada jenis keladisebesar 20.43%. Frekuensi relatif yang terkecil didapat pada jenis sitorhom dari kelompok tumbuhan bawah sebesar 3.92 %. Hal ini menunjukkan kedua jenis dengan FR terkecil merupakan jenis tumbuhan yang jarang dijumpai pada lokasi penelitian.

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 1 masing-masing adalah jenis keladi sebesar 39.52. Besarnya nilai INP ini menunjukkan kepentingan jenis tumbuhan dan peranannya terhadap komunitasnya. Besarnya nilai INP jenis keladi dari kelompok tumbuhan bawah menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.

Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`) tumbuhan obat di Hutan Lindung Lumban Julu yang ditunjukkan pada tabel 1 adalah sebesar 3.77.

(25)

Pengujian Metabolit Sekunder Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung

Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.

Sebelum dilakukan skrining uji metabolit sekunder, tumbuhan beracun tersebut dikering udarakan hingga kadar airnya menjadi rendah. Pengeringan dilakukan untuk mempermudah penghalusan sampel tumbuhan beracun tersebut. Sampel yang telah dihaluskan, dapat dicampurkan dengan pereaksi-pereaksi kimia untuk mendapatkan kandungan senyawa metabolit sekundernya. Senyawa-senyawa tersebut meliputi Alkaloid, Flavonoid, Terpenoid dan Saponin. Pengujian dilakukan pada masing-masing spesies tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang mengandung senyawa tersebut, ditandai dengan adanya minimal dua pereaksi yang bernilai positif. Pengujian saponin hanya digunakan satu pereaksi.

(26)

Tabel 2. Data Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Lumban Julu

Jenis Tumbuhan

Flavonoid/ Fenolik

Terpen

/Steroid Alkaloid Saponin

FeCl3 CeSo4 Bouchardart Wagner Meyer Dragendorf

Demban-demban (Licaria sp.) - ++++ - - - +++ -

Latong Andosari(Alstonia scholaris

L.R. Br.) +++ ++++ - - - ++ ++

Andor (Dioscorea sp.) - ++ - - - - ++

Sitorhom (Eugenia sp.) ++++ - - - - ++ -

Linggas(Baringtonia sp.) - ++++ - - - ++ -

Keterangan:

CeSo4 - : Tidak bereaksi terhadap pereaksi

Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium + : Sedikit reaktif terhadap pereaksi

Wagner : KI + Aquadest + Iodium ++ : Cukup reaktif terhadap pereaksi

Maeyer : HgCl2 + Aquadest + KI +++ : Reaktif terhadap pereaksi

(27)

Aktivitas Tanin dan Flavanoid

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu astringen, anti diare, anti diare, anti bakteri, dan anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapakan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al, 2008).

Senyawa Tanin dan Flavanoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau Flavanoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavanoid adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schutz et al, (1995) dan antifungi (Tahara et al,1994).

(28)

Aktivitas Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama tergantung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metaabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukan kamper melalui penelitian mengenai Terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami.Fungsi aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri (Wang et al, 1997), antivirus (Nakatani et al., 2002), pestisida dan insektisida (Ragasa et al., 1997; Siddiqui et al., 2002).

Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah Lieberman Bouchard dan CeSO4. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi CeSO4. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel tumbuhan yang mengandung terpen adalah Licaria sp, Syzygium sp, Pandanussp, Eleusine sp, Eurycoma longifolia Jack, Caladium sp, Cryptocarya sp, Ficus lepicarpa Blume, Leea simplicifolia Zoll dan Moritzi, Homalanthus populneus (Giesel) Pax, Alstonia scholaris L.R. Br, Dioscorea sp, dan Baringtonia sp .

Aktivitas Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa

(29)

untuk mencegah serangga memakan bagian tubuh tumbuhan.Fungsi aktivitas senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al (1997) adalah sebagai antibakteri dan antifungi.

Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna cokelat saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchardart serta Wagner, endapan berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Dragendorff.

Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel, tidak terdapat tanaman bereaksi terhadap pereaksi Meyer. Tanaman yang bereaksi terhadap pereaksi Bouchardart dan Wagner adalah Ficus lepicarpa Blume. Dan tanaman yang bereaksi terhadap pereaksi Dragendorff adalah Licaria sp, Syzygium sp, Eleusine sp, Eurycoma longifolia Jack, Cryptocarya sp, Ficus lepicarpa Blume, Leea simplicifolia Zoll dan Moritzi, Homalanthus populneus (Giesel) Pax, Alstonia scholaris L.R. Br, Eugenia sp, dan Baringtonia sp. Jenis tanaman tersebut mengandung semuanya mengandung senyawa Alkaloid dengan konsentrasi yang berbeda.

Aktivitas Saponin

(30)

disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan mengandung racun golongan senyawa Saponin. Hostettmann dan Marston (1995) mengatakan bahwa fungsi aktivitas senyawa Saponin adalah sebagai anti mikroba, fungisida, antibakteri, antivirus, piscisidaa, molluscisida dan insektisida.

(31)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Hutan Lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa memperoleh empat belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Licaria sp, Syzygium sp, Pandanussp, Eleusine sp, Eurycoma longifolia Jack, Caladium sp, Cryptocarya sp, Ficus lepicarpa Blume, Leea simplicifolia Zoll dan Moritzi, Homalanthus populneus (Giesel) Pax, Alstonia scholaris L.R. Br,

Eugenia sp, Dioscorea sp, dan Baringtonia sp

2. Hasil dari data nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`) adalah sebesar 3,77. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat di hutan Lindung Lumban Julu melimpah tinggi.

3. Kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan beracun yang diteliti antara lain adalah Tanin dan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin. Tumbuhan yang mengandung Tanin dan Flavanoid paling tinggi adalah jenis Syzygium sp dan Eugenia sp dan kandungan Tanin dan Flavonoid paling rendah adalah jenis Pandanus sp dan Ficus lepicarpa

Blume. Tumbuhan yang mengandun g Terpen paling tinggi adalah Licaria sp dan Syzygium sp dan kandungan Terpen paling rendah adalah Eleusine sp.

(32)

Blume dan yang mengandung Alkaloid paling rendah adalah Alstonia scholaris L.R. Br. Tumbuhan yang mengandung Saponin paling tinggi adalah

Alstonia scholaris L.R. Br dan Dioscorea sp.

Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai eksplorasi tumbuhan beracun di tempat yang belum dilakukan penelitian.

(33)

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Racun

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respon pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan buah- buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator (BPOM, 2012).

Riza dan Tahjadi (2001) menyatakan bahwa racun yang dihasilkan oleh tanaman merupakan salah satu cara untuk melawan predator maka tidak mengherankan bila tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit.

(34)

Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit yang potensial. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya (Samsudin, 2008).

Sebagian besar racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol, antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam-asam-asam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme sekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gum, resin, karet, tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh alang-alang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).

Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun dalam Tumbuhan

(35)

1. Alkaloid

Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya, dan alkaloid tersebar di seluruh bagian tumbuhan. Efek terkontaminasi alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.

2. Polipeptida dan asam amino

Hanya sebagian polipeptida dan asam amino yang bersifat racun. Bila terkontaminasi polipeptida, hypoglycin, akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.

3. Glikosida

Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis, yang biasa disebut aglikon. Glikosida adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada tumbuhan daripada alkaloid. Gejala yang ditimbulkan apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut, diare hingga menyebabkan overdosis.

4. Oksalat

Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan iklim, yang paling banyak adalah saat akhir musim panas dan musim gugur. Karena oksalat dihasilkan oleh tumbuhan pada akhir produksi, yang terakumulasi dan bertambah selama tumbuhan hidup. Gejala yang ditimbulkan adalah mulut dan kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan kehilangan suara selama dua hari, dan hingga menyebabkan kematian jika terhirup.

5. Resin

(36)

muntah-muntah. Apabila terkontaminasi dengan air buahnya menyebabkan bengkak dan kulit melepuh.

6. Phytotoxin

Phytotoxin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh ebagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Akibat terkontaminasi adalah iritasi hingga menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah terhirup.

Pestisida Organik

Pestisida organik memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai repelan / repellent

yaitu menolak kehadiran serangga (misalnya dengan bau yang menyengat), sebagai antifidan yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang telah diberi pestisida, sebagai penghambat reproduksi serangga betina, sebagai racun syaraf, sebagai pengacau sistem hormon di dalam tubuh serangga, sebagai atraktan yaitu pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga, sebagai pengendali pertumbuhan jamur/bakteri dan sebagai perusak perkembangan telur, larva dan pupa (Anonim, 2007).

(37)

pestisida kimia yang dapat menyebabkan keracunan, kebutaan, kemandulan serta efek buruk lainnya.

(38)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan dari suatu ekosistem hutan. Ekosistem alam tropika Indonesia merupakan pabrik alam tercanggih untuk memproduksi keanekaragaman hutan hasil kayu dan non kayu yang tidak dapat digantikan fungsi, proses dan kerjanya dengan ekosistem buatan manusia. Sumberdaya hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena hutan dapat menyediakan berbagai kebutuhan manusia antara lain : kayu sebagai hasil utama (tumbuhan kayu), serta daun, buah, getah, bahan pewarna, dan bahan baku obat sebagai hasil hutan ikutan (tumbuhan non-kayu).

Keanekaragaman hayati yang dimiliki hutan tropis Indonesia menjadikan negara ini menjadi lokasi penelitian yang sangat penting. Jenis-jenis tumbuhan yang beraneka ragam yang sebagian besar belum teridentifikasi menjanjikan peluang yang besar sebagai sumber senyawa kimia yang berguna. Biopestisida sebagai salah satu produk dari tumbuhan tersebut dapat menjadi alternatif penggunaan pestisida kimia yang membahayakan.

Tumbuhan beracun dapat digunakan masyarakat sebagai bahan pengendali hama karena mengandung racun. Kandungan senyawa yang ada dalam tumbuhan beracun bermacam-macam sehinga dapat digunakan sebagai pengendali berbagai macam hama. Berdasarkan hasil penelitian Hamid dan Nuryani (1992) sebagian tumbuhan tersebut, interaksi antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah menyebabakan sejumlah senyawa kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan dan fisiologis serangga. Denga strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu.

(39)

pestisida nabati. Namun, sampai saat ini pemanfaatannya belum dilakukan dengan maksimal. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Kardian (2004) menyatakan bahwa pestisida nabati relatif muda dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun di kawasan Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu.

2. Analisis keanekaragaman di kawasan Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu.

3. Analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun di kawasan Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu.

Manfaat Penelitian

(40)

ABSTRACT

GIDEON LEONARDO PURBA. 111201119. Exploration of Poisonous Plans in

Lumban Julu Protected Forest, District Lumban Julu Toba Samosir Regency.

Preserve by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

This research in about exploration of poisonous plants in the Lumban Julu

Protected Forest district Lumban Julu Toba Samosir Regency. This research is

about identification, analysis of secondary metabolites, and the potential for

development of that poisonous plant species. The method used in the study

includes three stages. The first phase related to aspects of local knowledge and

was conducted by of local knowledge survey. For the second phase related to

aspects of diversity which is done by collecting data of vegetation analysis. The

third aspect includes the secondary metabolites found in plants and was done by

the detection of the content of secondary metabolites. Exploration has been

carried out poisonous plants in the Lumban Julu Protected Forest. Based on the

exploration conducted found fourteen species of poisonous plants. Each plant has

the potential to be developed. Poisonous plants can be used as raw material for

the manufacture of plant-based pesticides, preservative, and aroma therapy.

Based on the analysis performed, it is known some herbs that can be used as a

pesticide plant among others demban-demban (Licaria sp), siulat-ulat (Syzygium

sp.), pandan duri (Pandanus sp.), ria-ria (Eleusine sp.), gala-gala (Eurycoma

longifolia Jack), keladi (Caladium sp.), mesoyi (Cryptocarya massoia Kosterm), gulun (Ficus lepicarpa Blume.), bulu-bulu (Leea simplicifolia Zoll dan Moritzi), andor (Dioscorea sp), latong andosari (Alstonia scholaris L. R. Br), Sitorhom

(Eugenia sp.), linggas (Baringtonia sp.), and sijubbak (Homalanthus populneus

(Giesel) Pax).

Keywords:

Poisonous plants, Lumban Julu Protected Forest, Phytochemicals, Plant based

pesticides

(41)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG

LUMBAN JULU KECAMATAN LUMBAN JULU

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Oleh :

GIDEON LEONARDO PURBA 111201119

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(42)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Di Desa Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa Nama : Gideon Leonardo Purba

NIM : 111201119

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Yunus Afifudin, S.Hut., M.Si

Ketua Anggota

Lamek Marpaung, M. P.hil, Ph. D

Mengetahui :

(43)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir”. Penulisan usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si dan bapak Lamek Marpaung, M.P.hil,Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan-masukan serta saran dalam pembuatan usulan penelitian ini sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Februari 2016

(44)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bahan senyawa beracun dalam tumbuhan ... 5

Pestisida ... 7

Pestisida organik ... 9

Deskripsi kondisi lokasi penelitian ... 11

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 12

Alat dan Bahan ... 12

Prosedur Penelitian ... 12

Gambar

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Beracun
Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid
Gambar 3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan kimia yang terkandung di dalam delapan tumbuhan beracun yang diteliti antara lain adalah senyawa golongan Tanin yang hanya tidak terkandung di dalam bunga

Hutan Lindung Lumban Julu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang melimpah.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan obat pada kawasan

Hutan Lindung Lumban Julu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang melimpah.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan obat pada kawasan

Hutan Lindung Lumban Julu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang melimpah.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan obat pada kawasan

mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di hutan lindung Lumban Julu,. Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi jenis tumbuhan hias di hutan lindung desa lumban julu kecamatan lumban julu kabupaten toba samosir.. Metode

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati terutama keanekaragaman tumbuhan hias.Beranekaragam flora dan fauna ada di Indonesia dan sebagian

Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa