• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

1

Student of Social and Economy Department of Faculty of Agriculture in Lampung University 2

Lecturer of Social and Economy Department of Faculty of Agriculture in Lampung University ABSTRACT

THE ROLES OF CADRE (KPMD) AND PUBLIC PARTICIPATION IN NATIONAL SOCIETY EMPOWERMENT PROGRAM (PNPM-MP)

IN WONOSOBO SUB DISTRICT OF TANGGAMUS REGENCY By

Andika Rismayanti Hadi1, Irwan Effendi2, Tubagus Hasanudin2

The objectives of this research were to find out: 1) the roles of Cadre (KPMD) in National Society Empowerment Program (PNPM-MP); 2) the public participation levels in National Society Empowerment Program; and 3) the correlation between the roles of Cadre and public participation in National Society Empowerment Program in Wonosobo sub district of Tanggamus regency.

This research was conducted in Wonosobo sub district in Tanggamus regency from July to August 2012. Respondents were 12 cadres of Village Society Empowerment and 60 poor families. Respondents were taken by disproportional random sampling based on their stratify. This it was a survey research. The correlations between variables were tested by Rank Spearman test.

The results showed that: 1) KPMD has a high level of role in facilitating deliberations village, spreading and disseminating the program, encourage and ensure the implementation of the principles and policies of the program, attend monthly meetings with the companion Field, and encourage people to participate in the implementation of activities, 2) The community has a high level of

participation in development planning and decision-making, providing

autonomous resources, conducting activities, monitoring, evaluating, and utilizing the results of development, 3) there was a significant correlation between the roles of KPMD and community participation level in PNPM-MP program in Wonosobo subdistrict of Tanggamus regency.

(2)

1.

Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2.

Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung ABSTRAK

PERANAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP)

DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS Oleh

Andika Rismayanti Hadi1, Irwan Effendi2, Tubagus Hasanuddin2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Tingkat peranan KPMD dalam program MP, 2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program PNPM-MP, dan 3) Hubungan antara tingkat peranan KPMD dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PNPM-MP di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Responden dalam penelitian ini adalah 12 orang KMPD dan 60 orang rumah tangga miskin. Pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan metode Sampel Acak Tidak Proporsional Menurut Stratifikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji analisis Korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menujukkan bahwa : 1) KPMD memiliki tingkat peranan cukup tinggi dalam hal memfasilitasi musyawarah-musyawarah desa, menyebarluaskan dan mensosialisasikan program, mendorong dan memastikan terlaksananya

prinsip dan kebijakan program, mengikuti pertemuan bulanan dengan Pendamping Lapang(PL), dan mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan, 2) Masyarakat memiliki tingkat partisipasi cukup tinggi dalam hal merencanakan pembangunan dan pengambilan keputusan, memberikan swadaya, melaksanakan kegiatan, memonitoring, mengevaluasi, dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat peranan KPMD dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PNPM-MP di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk

yang semakin bertambah dan tidak dibarengi dengan peningkatan aset (lahan,

modal, dan keahlian) yang dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan

akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010).

Lebih lanjut Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2010)

mengemukakan bahwa Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya

kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya

untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang

berdimensi pemberdayaan. Upaya penanggulangan kemiskinan telah

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan pemerintah sebagai fasilitator.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan paradigma yang harus

dikembangkan dalam menyiapkan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan

(4)

penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan (Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010).

Persoalan kemiskinan penduduk dapat disimak dari berbagai aspek yaitu

aspek sosial, aspek ekonomi, aspek psikologi dan aspek politik. Aspek sosial

terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi.

Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah

kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, dan lemah mengantisipasi peluang.

Aspek psikologis terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa

terisolir, sedangkan dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses

terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, deskriminatif, dan posisi lemah

dalam proses pengambilan keputusan (Fadliansyah, 2010).

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki potensi-potensi dan

kekayaan alam yang berlimpah, namun belum tergali secara optimal, salah

satu potensi yang ada yaitu bahwa Provinsi Lampung terletak di pintu

gerbang Pulau Sumatera yang seharusnya menjadi relatif berkembang dan

maju di segala bidang, termasuk kesejahteraan masyarakatnya, namun

kenyataannya Provinsi Lampung tergolong Provinsi miskin di pulau

Sumatera. Adapun jumlah dan presentase penduduk miskin menurut

kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2010 dapat dilihat pada

(5)

Tabel 1. Jumlah dan presentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2010

Kabupaten/Kota

Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin (000)

2008 Presenta

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, 2011

**Keterangan: (-) Data tidak tersedia

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah dan presentase penduduk miskin pada

tahun 2008-2010 di Kabupaten Tanggamus mengalami penurunan yang

signifikan yakni pada tahun 2008 Kabupaten Tanggamus memiliki

presentase penduduk miskin yang masih relatif tinggi yaitu sebesar 20,91 %

dari jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2009, angka

tersebut mengalami penurunan yakni sebesar 19,79 %, sedangkan pada tahun

2010 presentase penduduk miskin di Kabupaten Tanggamus menjadi 17,76%

dari jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus. Penurunan angka

kemiskinan tersebut merupakan prestasi bagi pemerintah dalam mengurangi

(6)

Penanganan masalah kemiskinan selama ini telah dilakukan dengan berbagai

program-program khusus penanggulangan kemiskinan. Upaya

penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh masyarakat itu sendiri

dengan pemerintah sebagai fasilitator. Pendekatan pemberdayaan

masyarakat merupakan paradigma yang harus dikembangkan dalam

menyiapkan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Pada tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat agar dapat mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan. Program

ini digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program

penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen, khususnya yang

menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development)

sebagai pendekatan operasionalnya. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM

Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah

khusus dan desa tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan program pemerintah yang

dikelola oleh Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,

Departemen Dalam Negeri. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan adalah salah satu program pemberdayaan masyarakat

yang mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya

adalah masyarakat perdesaan (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

(7)

Lebih lanjut, PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan program untuk

mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan

yang memberdayakan masyarakat perdesaan melalui pinjaman modal,

pembinaan kelompok masyarakat, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat

baik pada proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dalam

program-program pembangunan sarana dan prasarana. Pelaksanaan program-program

PNPM-Mandiri Perdesaan memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,

pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan

dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan.

Masyarakat perdesaan seringkali dipandang sebagai kelompok yang identik

dengan kemiskinan. Sebagian besar masyarakat yang tergolong miskin

merupakan masyarakat yang berada di perdesaan dan daerah tertinggal yang

memiliki keterbatasan dari segi kepemilikan lahan, penguasaan teknologi,

dan permodalan (Aquino, 2011).

Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2010), PNPM

Mandiri secara nasional terdapat di 33 propinsi, 495 kabupaten/ kota dan

6.622 kecamatan di Indonesia dan dilaksanakan dalam 5 (lima) program

utama, yaitu: PNPM Pedesaan, PNPM Perkotaan, PNPM daerah tertingal &

khusus, PNPM Infrastruktur Pedesaan dan PNPM Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah. PNPM Mandiri di Propinsi Lampung terdapat di 14

kabupaten/kota dan 204 kecamatan yang tersebar di beberapa daerah yang

(8)

Langsung Masyarakat (BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan per kabupaten/kota

di Provinsi Lampung tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi lokasi dan alokasi dana BLM PNPM-MP per kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2010

Kabupaten

Jumlah alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM-MP

(Rp. x juta)

2007 2008 2009 2010

Lampung Barat 1.400 14.750 28.300 45.250

Tanggamus 1.800 18.750 22.700 24.750

Lampung Selatan 2.300 20.750 41.000 44.000

Lampung Timur 2.200 11.750 21.600 34.250

Lampung 13.950 117.750 224.500 277.000

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011

**Keterangan: (-) Data tidak tersedia

Tabel 2 menunjukkan sebaran atau alokasi dana bantuan langsung mandiri

(BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan per kabupaten di Provinsi Lampung. Dana

BLM PNPM-Mandiri Perdesaan yang diterima oleh Kabupaten Tanggamus

dari tahun ke tahun meningkat. Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan tersebut sesuai dengan usulan dari

pemerintah daerah dan melihat kelayakan kegiatan yang ditawarkan serta

mempertimbangkan hasil evaluasi realisasi program yang dijalankan di

(9)

ada di Provinsi Lampung. Jumlah kecamatan per kabupaten yang menerima

bantuan PNPM-Mandiri Perdesaan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah kecamatan per kabupaten di Provinsi Lampung yang menerima bantuan PNPM-MP di Propinsi Lampung tahun 2010

Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan yang menerima bantuan

PNPM-MP

Lampung Barat 17

Tanggamus 9

Lampung Selatan 15

Lampung Timur 13

Lampung Tengah 17

Lampung Utara 8

Way Kanan 8

Tulang Bawang 7

Tulang Bawang Barat 3

Pesawaran 3

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Propinsi

Lampung, 2011

**Keterangan: (-) Tidak mendapatkan bantuan program PNPM-Mandiri Perdesaan

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 12 Kabupaten yang menerima bantuan

PNPM-Mandiri Perdesaan di Propinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus

merupakan salah satu kabupaten yang menerima Program PNPM-Mandiri

Perdesaan. Program PNPM-Mandiri Perdesaan terdapat di 9 kecamatan dari

20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus, sedangkan kecamatan

yang lain mendapatkan bantuan program PNPM Mandiri yang lain yakni

(10)

PNPM Mandiri Perdesaan per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun

2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data lokasi dan alokasi BLM PNPM-MP per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2010

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Kecamatan Wonosobo

mendapatkan dana BLM sebesar Rp 3.000.000.000,- yang berasal dari

APBD dan APBN. Dana tersebut digunakan untuk pelaksanaan kegiatan

PNPM-Mandiri Perdesaan di 23 pekon yang ada di Kecamatan Wonosobo.

Dana tersebut relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan yang lain

mengingat kecamatan lain mendapatkan jumlah dana yang sama dengan

jumlah pekon yang lebih sedikit.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

adalah program pemerintah yang menggunakan konsep pemberdayaan. Visi

PNPM-Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian

masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan

(11)

memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses

sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut

untuk mengatasi masalah kemiskinan (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa, 2010).

Lebih lanjut, Strategi yang dikembangkan PNPM-Mandiri Perdesaan yaitu

menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran,

menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan

kelembagaan kerja sama antar desa. PNPM-Mandiri Perdesaan lebih

menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan. Melalui

PNPM-Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan

pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan.

Masyarakat adalah pelaku utama PNPM-Mandiri Perdesaan pada tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku yang

ada di desa dan berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing, dan

pembina yakni Kepala Desa, BPD, TPK, TPU, Tim Pemantau, Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Pokmas.

Keberhasilan terlaksananya kegiatan-kegiatan yang ada pada program

PNPM-Mandiri Perdesaan tidak lepas dari peran Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD). KPMD dituntut mempunyai kemampuan teknis

dalam rangka membantu memfasilitasi penulisan usulan dan/atau

pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur yang diusulkan masyarakat.

Jumlah KPMD disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan

(12)

Rumah Tangga Miskin (RTM). Kecamatan Wonosobo memiliki dua orang

KPMD per pekon. KPMD yang terpilih mempunyai kewajiban untuk

menyebarluaskan dan mensosialisasikan PNPM-Mandiri Perdesaan kepada

masyarakat desa serta memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah desa.

Data jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) per kabupaten

di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) per kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010

Kabupaten Jumlah kecamatan

yang menerima PNPM-MP

Jumlah desa Jumlah KPMD

Lambar 17 201 402

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD) yang ada di Provinsi Lampung yakni sebanyak

2.656 orang yang tersebar di 12 Kabupaten yang ada di Lampung yang

mendapatkan bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan (PNPM-MP). Salah satu dari kabupaten yang mendapatkan

(13)

yang memiliki 274 orang KPMD yang tersebar di 9 Kecamatan yang

mendapat bantuan program PNPM-Mandiri Perdesaan.

Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) bertugas memfasilitasi atau

memandu seluruh anggota masyarakat untuk ikut terlibat dalam setiap

tahapan PNPM-Mandiri Perdesaan di desa secara partisipatif, mulai dari

proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan

pengelolaan dana sesuai dengan kebutuhan yang paling perioritas didesanya,

sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

Peranan KPMD merupakan mekanisme yang sangat penting dalam

PNPM-Mandiri Perdesaan. KPMD tidak hanya dituntut mempunyai kemampuan

teknis dalam penulisan usulan tetapi juga dituntut untuk dapat merangkul

masyarakat ikut berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan program.

Kerjasama yang baik antar semua pelaku program PNPM-Mandiri Perdesaan

akan mempercepat pembangunan desa-desa.

Kegiatan pembangunan yang ada pada program PNPM-Mandiri Perdesaan

merupakan hasil keputusan dari musyawarah setiap pekon. Pelaksanaan

kegiatan program PNPM-Mandiri Perdesaan tidak hanya berasal dari

pemerintah, tetapi dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat.

Keberhasilan progaram PNPM-Mandiri Perdesaan bergantung pada besarnya

tingkat partisipasi masyarakat dan seluruh pelaku PNPM-Mandiri Perdesaan.

Tanpa adanya dukungan melalui partisipasi dari masyarakat maka program

(14)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan, yaitu

1. Bagaimana tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

(KPMD) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus?

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat pada Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di

Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat peranan Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo

Kabupaten Tanggamus.

3. Hubungan antara tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

(15)

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di

Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

C. Kegunaaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan

pembangunan dalam rangka melakukan program pengentasan

kemiskinan masyarakat desa khususnya di Kabupaten Tanggamus.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Peranan

Pengertian mengenai peranan memiliki keterkaitan dengan suatu status

tertentu, atau peranan akan nampak bila manusia melaksanakan hak dan

kewajiban sesuai dengan statusnya. Peranan (role) adalah tingkah laku

yang diwujudkan sesuai dengan hak-hak dan kewajiban suatu kedudukan

tertentu. Kedudukan (status) adalah kumpulan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban tertentu yang dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi atau

berinteraksi dengan orang lain (Dellyana, 1988).

Konsep peranan merupakan satu dari seperangkat istilah yang digunakan

dalam mempelajari perilaku individu. Peranan berasal dari kata peran dan

mengandung arti seperangkat tingkah laku yang diharapkan akan

dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan di masyarakat.

Peranan mencakup tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang yang

menempati posisi tertentu dalam suatu sistem sosial.

Peranan adalah pola tingkah laku individu dan saling interaksi berdasarkan

(17)

dianggapnya sebagai jangkauan orang lain. Cara yang ditunjukan dengan

nyata oleh individu-individu yang berinteraksi adalah semakin lama

menjadi tersusun dalam satu keliling pola-pola interaksi dalam situasi

sosial yang disebut peranan sosial. Peranan merupakan pola tingkah laku

yang dilaksanakan oleh seorang individu dan saling interaksi sesuai ide

dan posisi yang didudukinya dalam suatu sistem sosial sehingga akan

melahirkan tanggung jawab yang berbeda pula (Roucek dan Warrant,

1984).

Soekanto (1992) mengatakan bahwa peranan atau peran merupakan pola

tingkah laku yang dikaitkan dengan status atau kedudukan. Peranan

melekat pada diri seseorang sesuai dengan status dan kedudukan di dalam

masyarakat. Peranan merupakan pelaksanaan hak dan kewajiban yang

disesuaikan dengan kedudukan (status). Peranan adalah aspek dinamis

dari status dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Peranan sebagai pola

perikelakuan mempunyai beberapa unsur antara lain :

1. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini yang merupakan

hal yang oleh individu harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu.

2. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Hal ini merupakan

peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu di dalam

kenyataannya yang terwujud dalam pola perikelakuan yang nyata.

Peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang

(18)

Peranan mencakup 3 hal, yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Peranan melekat pada diri seseorang sesuai dengan status dan

kedudukannya di masyarakat. Peranan adalah aspek dinamis dari status

yang dimiliki oleh seseorang, peranan dapat dibeda-bedakan dalam tiga

jenis yaitu (a) peranan yang ditentukan oleh masyarakat secara normatif,

(b) peranan yang merupakan orientasi bagi individu, dan (c) peranan

sebagai kegiatan atau perilaku (Abdulkadir, 1994). Menurut Linton dalam

Mardikanto (1991), peranan mencakup seluruh pola kebudayaan yang

dihubungkan dengan kedudukan tertentu, mencakup sikap, nilai dan

perilaku yang ditentukan oleh masyarakat terhadap anggotanya yang

berada pada posisi tertentu. Berdasarkan pada konsep ini maka peranan

KPMD dipengaruhi oleh faktor dalam (kepribadian KPMD itu sendiri dan

keadaan keluargannya) dan faktor luar (lingkungan masyarakat dan tempat

tinggal).

Robert Lawang dalam Mardikanto (1991) berpendapat bahwa peran adalah

pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status atau

(19)

sekolah dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam setiap peran

ada hak dan kewajiban, seperti halnya juga kita lihat dalam status.

Berdasarkan pada konsep ini, kewajiban Kader Pemberdayaan Masyarakat

Desa (KPMD) adalah menfasilitasi dan memandu masyarakat dalam

mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM-MP di desanya.

2. Konsep Kader

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2009), kader adalah orang yang

diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan,

partai, dan sebagainya. Kader masyarakat adalah laki-laki atau wanita

yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya, kader merupakan

tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat

(Anggraini, 2010).

Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) adalah warga desa

terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti

atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan di desa dan

masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pelestarianh

hasil kegiatan. Sebagai kader masyarakat, peran dan tugas membantu

pengelolaan pembangunan didesa diharapkan tidak terikat oleh waktu.

Jumlah KPMD disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan

mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan dan

(20)

Secara umum tugas dan tanggung jawab KPMD adalah:

a. Memfasilitasi musyawarah-musyawarah yang ada di dusun dan desa.

b. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program PNPM Mandiri

Perdesaan kepada masyarakat desa.

c. Memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan program PNPM

Mandiri Perdesaan di desa.

d. Mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip dan kebijakan

program PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai pelestarian hasil kegiatan.

e. Mengikuti pertemuan bulanan dengan Pendamping Lokal (PL) yang di

fasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan.

f. Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan

kegiatan, termasuk dalam pengawasan. (Direktorat Jendral

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010).

Kriteria menjadi Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) pada

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) adalah sebagai berikut:

a. Warga desa setempat dan bertempat tinggal di desa yang bersangkutan.

b. Bukan kepala desa atau perangkat desa maupun suami/istrinya.

c. Bukan anggota BPD maupun suami/istrinya.

d. Mempunyai waktu yang cukup dan sanggup melaksanakan

tugas-tugasnya.

e. Jujur, bertanggung jawab dan bersedia bekerja secara sukarela.

(21)

3. Konsep Kemiskinan

Menurut Suharto (2005), kemiskinan merupakan ketidaksanggupan

seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi dan memuaskan

keperluan dasar materialnya seperti pangan, sandang, dan papan untuk

kelangsungan hidup dan meningkatkan posisi sosial ekonominya.

Kemiskinan masyarakat pedesaan merupakan suatu tingkat kehidupan

yang berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum yang diterapkan

berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup

bekerja dan cukup hidup sehat yang diukur berdasarkan atas kebutuhan

beras dan kebutuhan gizi.

Lebih lanjut Suharto (2005) mengemukakan bahwa akar penyebab

kemiskinan adalah segala sesuatu yang menyebabkan masyarakat

perdesaan berada dalam kemiskinan yang disebabkan oleh penyebab

natural, penyebab struktural dan penyebab kultural yang meliputi :

1) Penyebab Natural

Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan aset alam

(natural asset) seperti : cuaca yang sulit ditebak dan musim yang tidak

merata. Penyebab ini adalah penyebab yang tidak dapat dikendalikan

oleh masyarakat karena sifatnya dari alam, tidak diketahui oleh

manusia dan waktunya tidak terbatas oleh waktu dan ruang.

2) Penyebab Struktural

Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh stuktural sosial ekonomi

(22)

cenderung mengalami kemiskinan karena kondisi struktur ekonominya

yang rendah sehingga menyebabkan keterbatasan aset sosial (social

asset), aset manusia (human asset), aset finansial (financial asset) dan

aset fisik (physical asset).

3) Penyebab Kultural

Penyebab kultural disebabkan oleh keterbatasan aset budaya. Aset

budaya (cultural asset) adalah mekanisme control yang mengendalikan

pola tingkah laku anggota masyarakat pendukung. Kebudayaan

sebagai sistem nilai, dan keyakinan yang mendominasi pola tingkah

laku anggota masyarakat petani. Aset budaya sangat berfungsi dalam

mekanisme control bagi pola tingkah laku masyarakat petani dimana

dapat meningkatkan efektivitas masyarakat petani dalam menanggapi

lingkungan.

Menurut Suharto (2005), Pengukuran penyebab-penyebab kemiskinan

masyarakat pedesaan tersebut dilakukan berdasarkan indikator :

a. Pola konsumsi.

b. Tingkat partisipasi sosial.

c. Sikap fatalis dan malas.

d. Tingkat kepercayaan sosial.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni

kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi

antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi

(23)

lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota

masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas

lain yang tersedia, sehingga mereka tetap miskin.

Menurut Fadliansyah (2010), Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga

pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan

kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil

pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup minimum seperti : pangan, sandang,

kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif

sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di

bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan kultural berkaitan

erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari

pihak lain yang membantunya.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Sulistiyani (2004) mengemukakan bahwa secara etimologis pemberdayaan

berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai

sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya

atau kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya atau

kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak

(24)

Winarni dalam Sulistiyani (2004) mengungkapkan bahwa inti dari

pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling),

memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya

kemandirian. Berdasarkan pendapat tersebut, pemberdayaan tidak saja

terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada

masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan

hingga mencapai kemandirian.

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Setiap

masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang mereka tidak

menyadari. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan

cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi

yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Pemberdayaan

hendaknya tidak menjebak masyarakat dalam ketergantungan (charity),

pemberdayaan sebaiknya mengantarkan masyarakat pada proses

kemandirian.

Menurut Gitosaputro (2005), pengertian pemberdayaan masyarakat adalah

proses mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk

terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis

sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta

dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri. Menurut Paul

Freire dalam Keban dan Lele (1999, dalam Sulistiyani 2004),

(25)

conscientization yaitu merupakan proses belajar untuk melihat kontradiksi

sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat. Paradigma ini mendorong

masyarakat untuk mencari cara menciptakan kebebasan dari

struktur-struktur yang opresif.

Sulistiyani (2004)menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari

pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan

masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian

berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan

sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan

masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang

dimiliki.

Effendi (2004, dalam Aquino, 2011) mengemukakan beberapa pengertian

pemberdayaan dan upaya pemberdayaan sebagai berikut:

1) Pendekatan agar masyarakat memegang kekuasaan dan kontrol

terhadap program, proyek atau kelembagaan berikut pengambilan

keputusan dan kegiatan administrasi.

2) Partisipasi diraih melalui hati nurani, demokratisasi, dan

kepemimpinan.

3) Partisipasi untuk pemberdayaan biasanya bercirikan terjadinya proses

(26)

Ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari upaya

pemberdayaan adalah proses yang dilakukan dalam membantu masyarakat

melalui pendidikan luar sekolah agar mendapatkan pengetahuan dan

ketrampilan yang berguna bagi mereka. Upaya pemberdayaan terdiri dari :

(a) Alam, contohnya tanah, air, iklim, mineral, dan lain-lain.

(b) Manusia, contohnya masyarakat dengan sikapnya, ketrampilan dan

bakatnya.

(c) Kelembagaannya, contohnya sekolah, tempat beribadah, pasar,

instansi pemerintah, LSM, dan organisasi masyarakat lainya yang

memenuhi kepentingan masyarakat.

Sumardjo (1999, dalam Alnev, 2012) menyebutkan ciri-ciri warga

masyarakat berdaya yaitu:

a) Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan

(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan).

b) Mampu mengarahkan dirinya sendiri.

c) Memiliki kekuatan untuk berunding.

d) Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan

kerjasama yang saling menguntungkan.

e) Bertanggungjawab atas tindakannya.

Slamet (2003, dalam Alnev, 2012) menjelaskan lebih rinci bahwa yang

dimaksud dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu,

mengerti, faham, termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang,

(27)

mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan

menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai dengan situasi.

5. Partisipasi Masyarakat

Menurut Ram P Yadop (1980, dalam Gitosaputro, 2005), partisipasi

masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam

proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauannya sendiri, yang

dapat digolongkan dalam empat bentuk :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan.

3. Partisipasi dalam menilai kemajuan-kemajuan program pembangunan.

4. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.

Menurut Madrie (1998, dalam Effendi, 2007), partisipasi masyarakat

dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga

masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil

pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil

pembangunan baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas,

organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah. Adanya

keuntungan yang didapat dari hasil pembangunan itulah masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan, meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan

kesejahteraannya.

Selanjutnya Madrie (1998, dalam Effendi, 2007) mengemukakan bahwa

(28)

dalam bentuk partisipasi dalam: (1) merencanakan dan memutuskan

sendiri, (2) menerima, memberi informasi pembengunan, (3) menyumbang

material, (4) menyumbang tenaga, memanfaatkan fasilitas yang telah

dibangun, (6) memelihara dan merawat hasil pembangunan.

Effendi (2007) mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan melalui program pemberdayaan

masyarakat yaitu sebagai tingkat keikutsertaan atau keterlibatan warga

masyarakat dalam proses (1) merencanakan pembangunan dan ikut dalam

pengambilan keputusan. Pada tahap perencanaan, masyarakat diajak ikut

terlibat dalam pengambilan keputusan yang mencakup pengelompokan

masalah, potensi desa, dan pembangunan yang akan dilaksanakan, (2)

swadaya masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam memikul beban

pembangunan seperti memberikan sumbangan tenaga dan materi, (3)

melaksanakan pembangunan yaitu ketelibatan masyarakat dalam

aktivitas-aktivitas fisik yang merupakan perwujudan program, yakni masyarakat

menjadi tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima

oleh warga yang bersangkutan, (4) monitoring dan evaluasi yaitu

keikutsertaan masyarakat dalam mengukur atau memberikan penilaian

sampai seberapa jauh tujuan program dapat dicapai dan penilaian terhadap

bidang pembangunan misalnya fasilitas umum dan lainnya, dan (5)

menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yaitu keterlibatan

warga masyarakat dalam menerima hasil, menikmati keuntungan atau

menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun secara langsung dari

(29)

6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

PNPM-MP merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang

mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya

adalah masyarakat perdesaan. PNPM-MP mengadopsi sepenuhnya

mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang

telah dilaksanakan sejak 1998-2007. Program pemberdayaan masyarakat

dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di

tanah air. Pelaksanaan PNPM-MP memprioritaskan kegiatan bidang

infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan,

kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan.

Seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap tahapan

kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan

keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan

paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan

pelestariannya.

Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam Negeri.

Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), partisipasi dari CSR

(Corporante Social Responcibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari

sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank

(30)

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari

PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM

Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan

adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara

terpadu dan berkelanjutan (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa, 2010).

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu

mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di

lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya,

serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah : (1) peningkatan

kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) kelembagaan sistem

pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran

pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana

sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan

kemitraan dalam pembangunan.

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan

dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan

(31)

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumberdaya lokal.

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif.

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat.

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerjasama Antar

Desa (BKAD).

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan (Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri. 2010).

B. Kerangka Berfikir

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

merupakan salah satu program pemerintah yang menggunakan konsep

pemberdayaan masyarakat. Wilayah kerja dan target sasaran program PNPM

Mandiri Perdesaan ini adalah masyarakat pedesaan. Pelaksanaan PNPM-MP

memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengolahan dana bergulir

bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi

(32)

Kegiatan PNPM-MP adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan

mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan

pembangunan. Seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam

setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan,

pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai

kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan dan

pelestariannya.

Menurut Effendi (2007), peranan diartikan sebagai suatu tindakan ataupun

perilaku yang harus dilaksanakan seseorang yang menempati suatu posisi

tertentu dalam sistem sosial. Wujud dari keberpihakan PNPM Mandiri

Perdesaan kepada masyarakat miskin adalah memberi ruang yang lebih

kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh rangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh PNPM-MP, termasuk para pelaku-pelaku yang

dipilih dari wakil masyarakat. Salah satu pelaku yang mempunyai peranan

penting sekali di dalam PNPM Mandiri Perdesaan ini adalah peran dari Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) yang akan menjadi ujung tombak

untuk jauh lebih mengenalkan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat

di tingkat dusun dan desa.

Tingkat peranan Kader Pemberdayaan masyarakat yang digunakan sebagai

indikator dalam penelitian ini adalah tugas dari KPMD yang sesuai dengan

petunjuk teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(33)

bebas (X) dalam penelitian ini adalah tingkat peranan Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD)pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Beberapa peranan yang arus dilakukan oleh

KPMD sebagai variabel bebas (X) yaitu:

a. Memfasilitasi musyawarah-musyawarah yang ada di dusun dan desa.

b. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program PNPM Mandiri

Perdesaan kepada masyarakat desa.

c. Memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan program PNPM Mandiri

Perdesaan di desa.

d. Mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip dan kebijakan

program PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan

sampai pelestarian hasil kegiatan.

e. Mengikuti pertemuan bulanan dengan Pendamping Lokal (PL) yang di

fasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan.

f. Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan,

termasuk dalam pengawasan.

Effendi (2007) mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan melalui program pemberdayaan masyarakat

yaitu sebagai tingkat keikutsertaan atau keterlibatan warga masyarakat dalam

proses (1) perencanaan pembangunan, (2) swadaya masyarakat, (3)

pelaksanaan kegiatan pembangunan, (4) monitoring dan evaluasi, (5)

menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan. Secara sistematis

(34)

tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Paradigma Tingkat Peranan Kader Permberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah diduga ada hubungan nyata antara tingkat peranan Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dengan tingkat dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di

Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Tingkat Tingkat Peranan KPMD pada Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

(X)

Indikator :

a. Memfasilitasi musyawarah-musyawarah yang ada di dusun dan desa.

b. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat desa.

c. Memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan program PNPM Mandiri Perdesaan di desa. d. Mendorong dan memastikan penerapan

prinsip-prinsip dan kebijakan program PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pelestarian hasil kegiatan.

e. Mengikuti pertemuan bulanan dengan

Pendamping Lokal (PL) yang di fasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan.

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peubah atau variabel bebas (X) yang digunakan adalah

tingkat peranan KPMD pada program PNPM-MP. Variabel-variabel tersebut

akan berhubungan dengan variabel (Y) yaitu tingkat partisipasi masyarakat

pada program PNPM-MP. Lebih rinci variabel-variabel tersebut dapat dilihat

pada klasifikasi berikut ini:

1. Variabel (X)

Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Variabel (X) adalah variabel tingkat peranan Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD) dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Secara umum, peran KPMD

dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) adalah membantu memfasilitasi kegiatan mulai dari perencanaan,

(36)

Indikator-indikator yang berhubungan dengan tingkat peranan Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam Penelitian ini, yaitu :

a. Tingkat peranan KPMD dalam memfasilitasi musyawarah-musyawarah

yang ada di dusun dan desa adalah memfasilitasi pelaksanaan

musyawarah-musyawarah yang ada di dusun dan desa mulai dari

pendataan RTM, mengumpulkan data untuk proses penggalian gagasan

RTM, dan pelaksanaan musyawarah-musyawarah dusun dan desa.

Indikator tersebut diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh

berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 6 pertanyaan tertutup dan 1

pertanyaan terbuka yang terkait dengan tingkat peranan KPMD dalam

memfasilitasi musyawarah-musyawarah yang ada di dusun atau desa.

Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan terendah 1 dari 6

pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 18 dan skor terendah 6.

b. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program PNPM Mandiri

Perdesaan kepada masyarakat desa adalah memperkenalkan dan

menyebarluaskan informasi mengenai program dan pelaksanaan

PNPM-MP kepada masyarakat. Upaya ini juga diharapkan menjadi

media pembelajaran mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan,

tahapan pelaksanaan, dan hasil pelaksanaan PNPM-MP kepada

masyarakat luas. Indikator tersebut diukur dengan menggunakan skor

yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 4 pertanyaan

tertutup dan 1 pertanyaan terbuka yang terkait dengan tingkat peranan

KPMD dalam menyebarluaskan dan mensosialisasikan program PNPM

(37)

memiliki bobot tertinggi 3 dan terendah 1 dari 4 pertanyaan, sehingga

diperoleh skor tertinggi 12 dan skor terendah 4.

c. Memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan program PNPM

Mandiri Perdesaan di desa adalah memastikan terlaksananya kegiatan

program PNPM-MP yakni perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pemeliharaan hasil kegiatan dapat berjalan dengan baik. Pengukuran

indikator tersebut dengan menggunakan skor yang diperoleh

berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 4 pertanyaan tertutup dan 1

pertanyaan terbuka yang terkait dengan tingkat peranan KPMD dalam

memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan program PNPM

Mandiri Perdesaan. Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan

terendah 1 dari 4 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 12 dan

skor terendah 4.

d. Mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip dan kebijakan

program PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai pelestarian hasil kegiatan adalah mendorong dan

memastikan pelaksanaan kegiatan PNPM-MP di pekon tetap

menekankan prinsip-prinsip PNPM-MP yakni transparansi dan

keterbukaan, keberpihakan pada Rumah Tangga Miskin (RTM),

pelibatan masyarakat dalam setiap kegiatan PNPM-MP, akuntabilitas,

dan keberlanjutan hasil kegiatan Indikator tersebut diukur dengan

menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan,

dengan 2 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka yang terkait

(38)

penerapan prinsip-prinsip dan kebijakan program PNPM Mandiri

Perdesaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pelestarian

hasil kegiatan. Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan

terendah 1 dari 2 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 6 dan

skor terendah 2.

e. Mengikuti pertemuan bulanan dengan Pendamping Lokal (PL) yang di

fasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan (FK) yakni selain mengikuti

kegiatan di desanya, KPMD mengikuti pertemuan bulanan dengan

Pendamping Lokal (PL) yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan

(FK) untuk membahas kendala dan permasalahan yang muncul di desa

serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Pengukuran

indikator tersebut dengan menggunakan skor yang diperoleh

berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 3 pertanyaan tertutup yang

terkait dengan tingkat peranan KPMD dalam mengikuti pertemuan

bulanan dengan Pendamping Lokal (PL). Setiap pertanyaan memiliki

bobot tertinggi 3 dan terendah 1 dari 3 pertanyaan, sehingga diperoleh

skor tertinggi 9 dan skor terendah 3.

f. Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan

kegiatan, termasuk pengawasan adalah mengajak masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan termasuk dalam pengawasan

kegiatan program PNPM-MP di desanya. Indikator tersebut diukur

dengan menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan daftar

pertanyaan, dengan 4 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka

(39)

masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk

dalam pengawasan. Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan

terendah 1 dari 4 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 12 dan

skor terendah 4.

2. Variabel (Y)

Menurut Madrie (1998, dalam Effendi, 2007), partisipasi masyarakat

dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga

masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil

pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil

pembangunan baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas,

organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah. Tingkat

partisipasi masyarakat dalam program PNPM-MP adalah tingkat

keterlibatan masyarakat rumah tangga miskin yang ikut serta atau terlibat

dalam setiap tahapan kegiatan PNPM-MP. Tingkat partisipasi masyarakat

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) dapat dilihat dari lima indikator. Indikator-indikator tingkat

partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan

yaitu tingkat partisipasi yang tahapannya paling tinggi tingkatannya

diukur dari derajat keterlibatannya. Pada tahap ini, masyarakat memilih

Fasilitator Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

(40)

tujuan, maksud dan target, diskusi. Indikator tersebut diukur dengan

menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan,

dengan 5 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka yang terkait

dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam merencanakan

pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan pada Program

PNPM Mandiri Perdesaan. Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi

3 dan terendah 1 dari 5 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 15

dan skor terendah 5.

b. Memberikan swadaya masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam

memikul beban pembangunan. Swadaya dapat diwujudkan dengan

menyumbangkan tenaga,dana dan material pada saat pelaksanaan

kegiatan. Indikator tersebut diukur dengan menggunakan skor yang

diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 2 pertanyaan tertutup

dan 1 pertanyaan terbuka yang terkait dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam memberikan swadaya pada program pembangunan

yang diadakan oleh PNPM Mandiri Perdesaan didesanya. Setiap

pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan terendah 1 dari 2 pertanyaan,

sehingga diperoleh skor tertinggi 6 dan skor terendah 2.

c. Melaksanakan kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam

aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program dalam kegiatan fisik

bentuk tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima

oleh warga yang bersangkutan. Indikator tersebut diukur dengan

menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan,

(41)

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program PNPM Mandiri

Perdesaan di desanya. Setiap pertanyaan memiliki bobot tertinggi 3 dan

terendah 1 dari 3 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 9 dan

skor terendah 3.

d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan yaitu keikutsertaan masyarakat

dalam mengukur atau memberikan penilaian sampai seberapa jauh

tujuan program dapat dicapai, dan penilaian terhadap bidang

pembangunan misalnya fasilitas umum dan lainnya. Indikator tersebut

diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan daftar

pertanyaan, dengan 3 pertanyaan tertutup yang terkait dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam memonitor dan mengevaluasi kegiatan

program PNPM Mandiri Perdesaan. Setiap pertanyaan memiliki bobot

tertinggi 3 dan terendah 1 dari 3 pertanyaan, sehingga diperoleh skor

tertinggi 9 dan skor terendah 3.

e. Menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yaitu

keterlibatan warga masyarakat dalam menerima hasil, menikmati

keuntungan atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun

secara langsung dari kegiatan PNPM-MP yang telah dilakukan.

Indikator tersebut diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh

berdasarkan daftar pertanyaan, dengan 3 pertanyaan tertutup yang

terkait dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Menerima dan

memanfaatkan hasil-hasil pembangunan program PNPM Mandiri

(42)

dari 3 pertanyaan, sehingga diperoleh skor tertinggi 9 dan skor

terendah 3.

Penentuan jarak antar kelas pada variabel menggunakan rumus Sturges

(Dajan, 1986) sebagai berikut:

Keterangan :

Z = Interval kelas X = Nilai tertinggi

Y = Nilai terendah

k = Banyaknya kelas atau kategori

Banyaknya kelas dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yakni

sebanyak tiga kelas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus dengan pertimbangan bahwa kecamatan

tersebut merupakan salah satu kecamatan yang sedang mengembangkan salah

satu program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat yakni

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) dengan jumlah pekon terbanyak di Kabupaten Tanggamus setelah

Kecamatan Pugung, yakni sebanyak 23 pekon. Selain itu, berdasarkan hasil

wawancara dengan salah satu staf di Badan Koordinator PNPM Provinsi

Lampung menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan

Wonosobo tergolong lebih aktif dibanding masyarakat Kecamatan Pugung.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012. k

(43)

C. Metode Penentuan Sampel

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) yang berada di Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 12 orang KPMD dan

1.535 orang masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran

dari program PNPM-MP. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja

(Purposive) yakni 6 pekon dari 23 pekon yang ada di Kecamatan Wonosobo

dengan pertimbangan bahwa keenam pekon tersebut mempunyai jumlah

Rumah Tangga Miskin (RTM) terbanyak dan mendapatkan dana swadaya

dari masyarakat di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Jumlah

masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) dan jumlah swadaya masyarakat

masing-masing pekon di Kecamatan Wonosobo dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) dan jumlah swadaya masyarakat per pekon di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus tahun 2010

Pekon Rumah Tangga Miskin

(KK)

Jumlah 1.535 12.484.500

Sumber : Unit Pengelola Kegiatan (UPK), 2011

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari keenam pekon yang ada di Kecamatan

Wonosobo terdapat 1.535 KK penduduk rumah tangga miskin. Namun,

(44)

cukup banyak yakni Rp. 12.484.500. Hal ini berarti masyarakat di

Kecamatan Wonosobo sudah ikut berperan dalam pembangunan desanya.

Selanjutnya, karena populasi dari keenam pekon terpilih bersifat homogen

atau sumber data memiliki sifat yang sama, maka ditetapkan jumlah sampel

dari masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) yang diambil dengan teknik

pengambilan Sampel Acak Tidak Proporsional menurut Stratifikasi yakni

pengambilan sampel pada setiap pekon diambil dengan persentase yang

berbeda. Menurut Rusmialdi (2007), untuk populasi yang homogen

sempurna, jumlah sampel tidak mempengaruhi kualitas atau keadaan yang

mewakili (representativeness). Jadi jumlah sampel yang diambil cukup kecil

saja. Pengambilan sampel untuk KPMD dan masyarakat RTM dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah sampel Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus

Pekon Sampel KPMD Sampel RTM

Sridadi

Tabel 7 Menunjukkan bahwa dari tiap pekon diambil 2 responden/sampel

KPMd dan 10 sampel dari Rumah Tangga Miskin (RTM). Jumlah

keseluruhan sampel yakni 72 orang yang berasal dari 6 pekon di Kecamatan

(45)

D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi menggunakan kuesioner sebagai

pengumpul data. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui

wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

literatur, dinas, instansi dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan ini.

E. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis

deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis digunakan analisis statistik

nonparametrik dengan uji korelasi Rank Spearman (Siegel, 1997) dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

n = Jumlah Responden di = Perbedaan setiap peringkat

Rumus rs ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian ini

akan dilihat korelasi (keeratan hubungan) antara dua variabel yakni variabel

X dan variabel Y. Pengujian dilanjutkan untuk menjaga tingkat signifikansi

pengujian bila terdapat rank kembar baik pada variabel X maupun pada

variabel Y sehingga dibutuhkan faktor koreksi t (Siegel, 1997) dengan rumus

(46)

Keterangan: X2 = Jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi

tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.

2. Jika t hitung > t tabel, maka terima H1 pada (α) = 0,05 atau (α) = 0,01

(47)

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di enam desa atau pekon di Kecamatan Wonosobo

Kabupaten Tanggamus yaitu di Pekon Sridadi, Pekon Way Panas, Pekon

Soponyono, Pekon Banjarsari, Pekon Kunyayan, Pekon Dadisari. Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung memiliki 23 pekon

(desa).

Kecamatan Wonosobo adalah salah satu dari 20 (dua puluh) kecamatan yang

ada di Kabupaten Tanggamus. Luas wilayah Kecamatan Wonosobo 190,64

km² (190.640 ha). Pusat pemerintahan berjarak ± 5 km yang berada di desa

Pekon Balak, jarak dari ibu kota kabupaten ± 15 km, serta jarak dari ibukota

provinsi ± 105 km. Kecamatan Wonosobo terdiri atas 23 desa atau pekon dan

87 dusun atau lingkungan.

Batas-batas wilayah Kecamatan Wonosobo adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Panggung.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Agung Barat.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bandar Negeri Semuong.

(48)

B. Topografi dan Iklim

Secara umum, kondisi topografi wilayah Kecamatan Wonosobo yaitu rata dan

berbukit, memiliki potensi laut, pantai, lahan sawah dan lahan kering, dengan

kemiringan tanah antara 0 s/d 45˚ serta terletak pada ketinggian 0 s/d 250 di

atas permukaan laut (dpl). Jenis tanah alifial coklat dan latosol dengan pH

tanah rata-rata 5 s/d 6,5. Curah hujan rata-rata bulan basah 6 (enam) bulan

yaitu dimulai dari bulan Oktober s/d Maret, bulan Kering selama 3 (tiga)

bulan yaitu bulan April s/d Juni, bulan lembab selama 3 (tiga) bulan yakni

pada bulan Juli s/d September. Keadaan yang demikian membuat wilayah

Kecamatan Wonosobo cukup baik untuk kegiatan berusahatani pada lahan

basah (persawahan) dan berusahatani pada lahan kering (perkebunan) dan

sebagainya.

C. Pola Penggunaan Lahan

Wilayah Kecamatan Wonosobo merupakan wilayah yang cukup baik untuk

berusahatani. Hal ini didukung dengan keadaan topografi dan iklim di

Kecamatan Wonosobo yang cukup baik. Ragam kegiatan usahatani

memungkinkan adanya penggunaan tanah yang berbeda-beda. Tanah di

Kecamatan Wonosobo digunakan sebagai persawahan, ladang atau tegalan,

pekarangan, perkebunan rakyat, kolam atau empang, dan lain-lain.

Penggunaan tanah di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus dapat

(49)

Tabel 8. Penggunaan tanah di Kecamatan Wonosobo tahun 2011

No Penggunaan tanah Luas (ha) Persentase

1. Persawahan 75,59 39,65

2. Ladang/Tegalan 5,05 2,65

3. Pekarangan 25,97 13,62

4. Perkebunan Rakyat 74,26 38,95

5. Kolam/Empang 1,70 0,89

6. Lain-lain 8,07 4,24

Jumlah 190,64 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosobo, 2011

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanah atau lahan di Kecamatan Wonosobo

digunakan sebagai lahan persawahan, ladang/tegalan, pekarangan,

perkebunan, kolam/empangdan lain-lain. Penggunaan lahan sebagai sawah

dan perkebunan rakyat lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan

lahan sebagai ladang atau tegalan yakni sebesar 149,85 ha atau 78,6 % dari

luas Kecamatan Wonosobo. Penggunaan lahan yang termasuk lain-lain yaitu

perumahan, kuburan, dan sarana umum lainnya.

D. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Kecamatan Wonosobo terdiri dari berbagai suku seperti suku

Lampung, Sunda, Jawa, dan Semendo. Penduduk merupakan modal

utama dalam pelaksanaan pembangunan khususnya dibidang pertanian.

Penduduk di Kecamatan Wonosobo terdiri dari 7.568 KK yang tersebar di

23 pekon/desa. Jumlah penduduk Kecamatan Wonosobo berdasarkan

(50)

Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Wonosobo tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Laki-laki 20.497 52,1

2. Perempuan 18.853 47,9

Jumlah 39.350 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosobo, 2011

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Wonosobo

yaitu sebanyak 39.350 jiwa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak dari pada penduduk perempuan, yaitu sebanyak 20.497 jiwa atau

52,1 % dari jumlah keseluruhan penduduk di Kecamatan Wonosobo.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Berdasarkan data monografi tahun 2011, komposisi penduduk di

Kecamatan Wonosobo tidak hanya digolongkan berdasarkan jenis kelamin

saja, namun dibedakan pula menurut golongan umur. Menurut golongan

umur penduduk di Kecamatan Wonosobo dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur di Kecamatan Wonosobo tahun 2011

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 0 – 5 1.548 4,0

(51)

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan

Wonosobo berada pada umur 21 – 30 tahun yaitu sebesar 7.064 jiwa

(17,9%). Usia merupakan indikator penting yang digunakan sebagai

batasan produktif atau tidaknya seseorang untuk bekerja. Menurut Badan

Pusat Statistik (2010), penduduk usia produktif yaitu penduduk yang

berusia mulai dari 15 – 64 tahun, sedangkan usia non produktif ialah

penduduk yang berusia 15 tahun kebawah dan 64 tahun keatas.

Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar

penduduk di Kecamatan Wonosobo tergolong dalam usia produktif.

Besarnya persentase penduduk yang masuk kedalam kategori usia

produktif menunjukkan tingginya ketersediaan tanaga kerja. Hal ini sangat

menunjang pembangunan di pedesaan.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan formal, penduduk Kecamatan Wonosobo

memiliki tingkat pendidikan yang beragam, mulai dari Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas

(SMA), hingga Perguruan Tinggi (PT). Secara rinci jumlah penduduk

(52)

Tabel 11. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Wonosobo tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

Belum Sekolah 2.169 5,51

Tidak Pernah sekolah 7.609 19,33

Tidak Tamat SD 9.241 23,48

Tamat SD 11.124 28,26

Tamat SLTP 5.839 14,83

Tamat SMA 2.561 6,50

Perguruan Tinggi/Sarjana 307 0,78

Jumlah 39.350 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosobo, 2011

Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan

Wonosobo masih rendah. Tingkat pendidikan umum terbanyak berada

pada tingkat SD yakni sebesar 11.124 jiwa atau sebesar 28,26%. Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan di Kecamatan Wonosobo harus lebih

ditingkatkan agar tercipta potensi sumber daya manusia yang berkualitas.

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Kecamatan Wonosobo merupakan salah satu jalur lintas menuju

kecamatan lain diantaranya Kecamatan Semaka dan Kecamatan Kota

Agung Barat sehingga berpengaruh pada tingkat perekonomian

masyarakat di Kecamatan Wonosobo seperti pekerjaan penduduk.

Keragaman pekerjaan masyarakat di Kecamatan Wonosobo dapat dilihat

Gambar

Tabel 1.  Jumlah dan presentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota  di Provinsi Lampung tahun 2008-2010
Tabel 2.  Rekapitulasi lokasi dan alokasi dana BLM PNPM-MP per      kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2010
Tabel 3.
Tabel 4.  Data lokasi dan alokasi BLM PNPM-MP per kecamatan di                 Kabupaten Tanggamus tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.2, angka buta aksara pemuda yang berumur 30-35 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 25-29 tahun, begitu juga angka buta aksara pada kelompok

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut. Perencanaan peralatan

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

dalam bentuk kalimat. Bisa juga klien bersikap mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang tidak berbicara atau pada benda mati. Halusinasi dapat mempengaruhi

Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk urea dari 75 Kg/ha hingga 100 Kg/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman dari 19,78 cm menjadi 22,58 cm, kadar klorofil dari 29,33 g/mL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra

Brand atau dalam bahasa Indonesia adalah merek, namun bukan hanya sampai disitu saja hal ini merupakan Strategi " untuk mengambil keuntungan dari resesi terjepit demi

Menurut Ulum (2019), untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, Universitas Nurul Jadid terlebih dahulu melakukan perencanaan yang matang tentang materi yang