ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN
MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C
SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh HINDARNI
Masalah penelitian ini adalah peningkatkan kemampuan menentukan unsur latar
dalam cerpen memalui teknik masyarakat belajar. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Banyumas tahun pelajaran 2010-2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus kesatu, pembelajaran
menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar, begitu
juga pada siklus kedua dan siklus ketiga. Aspek yang diamati pada tiap siklus
adalah aktivitas siswa dan guru, serta proses pembelajaran menentukan unsur latar
Hindarni
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menentukan unsur latar dalam
cerpen setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa
49.90 dengan persentase ketuntasan 10%, siswa yang mencapai KKM 24 siswa
dan yang tidak mencapai KKM 16 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa 69,60
dengan persentase ketuntasan 62,5%, siswa yang mencapi KKM 25 siswa dan
yang tidak mencapai KKM 15 siswa. Pada siklus III, nilai rata-rata siswa 83,80
dengan persentase ketuntasan 87,5%, siswa yang mencapi KKM 35 siswa dan
yang tidak mencapai KKM 5 siswa. Dari ketiga siklus yang diterapkan, terjadi
peningkatan kemampuan siswa menentukan unsur latar dalam cerpen.Peningkatan
nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II 19,70, peningkatan persentasenya 52,5%
dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa.
Peningkatan nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III sebesar 14,20 dengan
persentase 25%, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 10
siswa. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) diketahui bahwa
kemampuan menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat
belajar yang diterapkan dapat meningkat kemampuan menentukan unsur latar
dalam cerpen pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas Kabupaten
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA
SISWA KELAS VII C
SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh
HINDARNI
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS LAMPUNG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSAITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C
SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh HINDARNI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSAITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Cerpen ... 7
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 21
3.2. Seting Penelitian ... 22
3.2.1. Tempat Penelitian ... 22
3.2.2. Waktu Penelitian ... 23
3.4. Indikator Kinerja ... 23
3.11. Indikator Kemampuan Pendataan Cerpen ... 30
DAFTAR TABEL
MOTO
Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah
cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi
(Aidh Abdullah Al-Qarni)
Sebaik-baik manusia adalah orang yang sanggup menjadikan dirinya
MENGESAHKAN
Tim Penguji :
Ketua : 1. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.
………
: 2. Dr. Muhammad Fuad., M.Hum.
………
Penguji
Bukan Pembimbing : Sumarti, S.Pd., M.Hum.
………
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Dr. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 196003151985031003
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur atas segala rahmat dan hidayah Allah Swt,
peneliti mempersembahkan laporan PTK ini kepada orang-orang terkasih dan
tercinta sebagai berikut.
1. Kakak sulung yang selalu mendoakan dan memberi dorongan semangat untuk
keberhasilanku.
2. Suami tercinta yang telah memberi dorongan motivasi dan semangat serta
kebersamaan sehingga memberikan kedamaian, ketenangan dan keberhasilan.
3. Ketiga buah hatiku, Chardiana Ekawati, Suryaningsih, dan Hajizi Gifary, dan
cucuku Lady Prasasti Kirana yang selalu memberi dorongan, inspirasi dan
motivasi dalam mencapai cita-cita.
4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu menyelesaikan
kuliahku.
5. Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Staf Tata Usaha, dan para siswa SMP
Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu.
Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANYUMAS
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : HINDARNI
NPM : 1013116006
Program Studi : S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.
NIP 197808092008012001
Pembimbing II
Dr. Muhammad Fuad., M.Hum.
NIP 195907221986031003
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Podosari, pada tanggal 4 Juni 1964, merupakan anak ketujuh
dari Bapak Mulyorejo dan Ibu Sumiyati.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, yaitu Sekolah Dasar Negeri 1
Podomoro, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun
1976. SMP Negeri 1 Pringsewu, Kabupaten Pringsewu selesai pada tahun 1980.
Sekolah Menenangah Atas PGRI Pringsewu, Kabupaen Pringsewu selesai pada
tahun 1983. PGSMTP selesai tahun 1985.
Pada tahun 1986 peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan SK
ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1986 yang ditempatkan di SMP Negeri 2
Kalianda, Lampung Selatan. Pada tahun 1990, penulis pindah tugas di SMP
Negeri 1 Banyumas hingga sekarang.
Pada tahun 2010 sampai sekarang ini, peneliti tercatat sebagai mahasiswa S-1
Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
SANWACANA
Assalammualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena
dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan PTK ini tepat pada
waktunya. Laporan ini hasil penelitian mahasiswa S-1 kependidikan bagi guru
dalam jabatan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang dilaksanakan di kelas VII C SMP
Negeri 1 Banyumas Tahun Pelajaran 2010-2011.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni;
3. Dr. Edi Suyanto, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia;
4. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I;
5. Dr. Muhammad Fuad., M.Hum. selaku pembimbing II;
6. Sumarti, S.Pd., M.Hum. selaku penguji;
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas
Lampung. yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama
8. Bapak Satino, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu;
9. seluruh Dewan Guru, Karyawan, beserta Staf Tata Usaha SMP Negeri 1
Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu;
10.siswa-siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu;
11.seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, dan serta hidayah kemuliaan-Nya atas
kebaikan dan pengorbanan bagi kita. Kritik yang bersifat membangun demi
kebaikan laporan PTK ini sangat penulis mengharapkan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada
umumnya, Amin.
Pringsewu, 24 November 2011
Penulis
HINDARNI
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mencapai keterampilan
seseorang. Keterampilan bahasa mencangkup empat aspek, yaitu (a) keterampilan
mendengar, (b) keterampilan berbicara, (c) keterampilan membaca, dan (d)
keterampilan menulis. Dilihat dari urutan pemerolehannya keterampilan membaca
dan menulis diperoleh dari urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa membaca
dan menulis tidaklah mudah. Karena, dalam pembelajaran membaca cerpen
pengetahuan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan baik melalui teknik
masyarakat belajar.
Salah satu keterampilan berbahasa yang penting diajarkan adalah keterampilan
membaca dan menulis sesuai dengan standar kompetensi (SK) mengungkapkan
tanggapan terhadap pembacaan cerpen dan komptensi dasar (KD) menjelaskan
latar dalam cerpen. Dengan indikator 14.2 mendata unsur latar dalam cepen.
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi.
Bahasa dipergunakan sebagai alat berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai
keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang
sistem bahasa, tetapi berpikir tentang bagaimana menggunakan bahasa ini secara
tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih
2
membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem
bahasa.
Berdasarkan pengamatan awal dengan teknik mayarakat belajar terhadap proses
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Banyumas kelas VII C semester
genap Tahun Pelajaran 2010/2011, pembelajaran kemampuan mendata unsur latar
dalam cerpen dengan teknik masyarakat belajar belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 65,00 dan siswa yang
mencapai nilai 65,00 atau lebih harus di atas 75%. Dalam kegiatan pembelajaran
tersebut dari jumlah 40 siswa kelas VII C hanya 40% siswa yang mencapai KKM
dengan nilai rata-rata 62,60.
Selama proses pembelajaran, siswa tampak pasif, aktivitas hanya terbatas
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak
menguasai teori mendata hubungan unsur latar dalam cerpen dengan cepat dan
tepat.
Kemampuan siswa untuk mendata latar cerpen sangat rendah. Hal ini karena
siswa tidak terbiasa mendata unsur latar dalam cerpen melalui teknik belajar
masyarakat. Siswa mendata unsur latar dalam cerpen apabila diberi tugas oleh
gurunya. Apabila tidak diberi tugas mereka tidak mau mengerjakan tugasnya. Hal
3
Beberapa hal yang menyebabkan untuk menentukan unsur latar dalam cerpen
sebagai berikut.
a. siswa tidak mempunyai motivasi belajar,
b. siswa tidak terbiasa menentukan unsur latar dalam cerpen dan belum mampu
menguasainya,
c. cara guru mengajar masih menggunakan metode pembelajaran yang
konfesional, proses pembelajaran masih terpusat dari guru,
d. guru belum mampu menentukan materi pembelajaran dengan pengalaman
siswa,
e. sistem evaluasi tidak berorientasi pada proses tetapi lebih menekankan pada
hasil akhir.
Guru harus mempunyai kreativitas dalam pembelajaran keterampilan membaca
terutama teknik yang digunakan. Apabila guru mampu menggunakan teknik atau
metode yang tepat, proses pembelajaran di kelas tidak membosankan. Dengan
demikian sedikit demi sedikit minat siswa untuk membaca meningkat. Siswa lebih
percaya diri untuk terampil berbicara sehubungan dengan topik atau masalah yang
ada dalam berbicara.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut dengan
memilih salah satu teknik pembelajaran. Dari bermacam-macam teknik yang
dibaca dari berbagai buku penunang peneliti dalam hal ini menerapkan teknik
masyarakat belajar diharapkan menjadi alternatif belajar yang baru dalam upaya
4
latar dalam cerpen. Guru harus mampu memvariasikan pembelajaran bahasa
Indonesia agar lebih menarik dan menyenangkan. Masalah yang muncul dalam
proses pembelajaran aspek keterampilan membaca dan menulis pada siswa adalah
a. kurangnya motivasi siswa untuk belajar Bahasa Indonesia khususnya
berbicara,
b. siswa jenuh dan bosan dengan proses pembelajaran yang monoton,
c. siswa kurang terlatih untuk membaca dan menulis berbagai macam tulisan,
d. siswa kurang mampu mendata unsur latar cerpen dan menentukan unsur latar
dalam cerpen.
Untuk menanggulangi masalah-masalah di atas diperlukan upaya nyata dalam
pembelajaran di kelas, misalnya, dengan teknik masyarakat belajar (kelompok).
Dalam teknik masyarakat belajar terjadi interaksi antarsiswa untuk terlibat dalam
tukar menukar pendapat atau pengalaman. Dalam proses teknik masyarakat
belajar siswa selalu aktif memecahkan masalah. Teknik masyarakat belajar bila
dilaksanakan dengan baik dapat (1) mempertinggi parti-sipasi secara individual;
(2) mempertinggi kegiatan di kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan; (3)
mengembangkan jiwa sosial, karena bisa saling membantu dalam menyelesaikan
masalah, dan saling mendorong mengungkapkan pendapat; (4) memperluas
pandangan dan pengetahuan; (5) membantu mengembangkan jiwa kepemimpinan
dan mampu menemukan hal-hal penting dari bacaan cerpen dengan teknik
5
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan unsur latar
dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar pada siswa kelas VII semester
genap SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.
Tahun Pelajaran 2010/2011
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
Penggunaan teknik masyarakat belajar menciptakan siswa aktif dalam proses
pembelajaran, dan Meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa dalam
menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar,
khususnya siswa kelas VII semester genap.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa
1) Bagi guru:
dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa
Indonesia, untuk meningkatkan kinerja secara provesioanal karena guru mampu
menilai, memfleksibelkan diri, serta memotivasi guru untuk meningkatkan
6
2) Bagi siswa:
Dapat memberikan motivasi minat belajar dengan baik dan meningkatkan
pembelajaran siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperoleh
hasil yang berkualitas dalam proses pembelajaran.
3) Bagi sekolah, penelitian berguna dalam upaya meningkatkan kualitas
7
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Cerpen
Pengertian cerpen adalah sebagai berikut.
2.1.1 Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian
modern) dan novel. Pengertian cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya
halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di
dalam cerita itu, melaikan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang
ingin disampaikan oleh pengarang dalam bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah
cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika
ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan
yang dituntut cerita pendek juga menambahkan bahwa ”cerita pendek adalah
wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil
saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah
cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan
permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, serta
8
Berdasarkan beberapa pendapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita
pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup
permasalahannya disuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang
menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal
(Suharianto, 1982 : 39).
2.1.2 Ciri-Ciri Cerpen
Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi
cirri-ciri sebagai berikut.
a. dapat dibaca hanya dengan sekali duduk,
b. tidak lebih dari 10.000 kata dan minimal 1.000 kata,
c. beralur tunggal,
d. bertema tunggal,
e. penggambaran watak tokoh secara sederhana,
f. konflik yang terjadi tidak sampai mengubah nasib tokoh, (Robert Stanton,
2007 : 75).
2.1.3 Asal-Usul dan Jenis Cerpen
Cerita pendek berasal dari tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah
cerita terkenal menurut Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut
disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Irama berfungsi sebagai alat
untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari
9
pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila
keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya,
konon dianggap oleh sejarahwan Yunani, Herodotus, sebagai hasil temuan
seorang budak Yunani yang bernama Aosop pada abad ke-6 SM. Fabel-fabel kuno
kini dikenal sebagai Fabel Aosop. Akan tetapi ada pula yang memberikan difinisi
lain terkait istilah fabel. Fabel dalam khasanah Sastra Indonesia sering kali
diartikan sebagai cerita binatang. Cerita fabel yang popular misalnya kisah Si
Kancil.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage
merupakan cerita kepahlawanan seperti Joko Dolog. Mite cenderung pada cerita
yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu, contohnya
Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung sebuah cerita mengenai asal
usul terjadinya suatu tempat, seperti Banyuwangi.
2.1.4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen 2.1.4.1. Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Tema
Di dalam teori sastra pikiran atau pendapat yang ada dalam karya sastra disebut
10
hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan alam sekitarnya, dan dengan
Tuhannya, yang muncul di dalam karya sastra (Faruk dan Suminto A. Sayuti,
1998 : 23).
Berdasarkan pendapat di atas, yaitu pokok pikiran yang menjiwai atau mendasari
pengembangan suatu cerita. Berikut merupakan contoh untuk merinci suatu tema
sebagai berikut.
Rincian Tema Lingkungan
- Erosi - Sampah - Penghijauan
- Hutan Gundul - Asap Mobil - Binatang Langka
- Banjir - Limbah - Kalpataru
- … . - … . - … .
(Wardani, 1997 : 38).
b. Alur
Tahapan-tahapan alur pada dasarnya terbagi menjadi lima tahap.
1) Situation atau pelukisan keadaan,
Pengarang mulai melukiskan keadaan, pengenalan situasi dan pengenalan para
tokoh.
Tema Lingkungan
Subtema I Keadaan Lingkungan
Subtema II Pencemaran Lingkungan
11
2) Generating circeurstances atau peristiwa mulai bergerak,
Peristiwa mulai bergerak, yaitu peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak.
3) Rising action atau konflik mulai menegang,
Konflik mulai menegang, yaitu bagian konflik mulai muncul dan terlihat adanya
pertentangan antara tokoh.
4) Climax atau klimaks,
Klimaks disebut juga puncak, yaitu peristiwa-peristiwa atau konflik mencapai
puncaknya.
5) Denonemen atau peleraian.
Peleraian, yaitu bagian yang berisi klimaks mulai menurun, atau pemecahan
masalah dari semua peristiwa.
Berdasarkan pendapat di atas, alur adalah jalan cerita atau peristiwa yang
dilakukan tokoh dalam novel. Peristiwa-peristiwa yang dilakukan akan
menghubungkan sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang
lain sehingga terbentuk satu cerita yang menarik dan hidup (Wahono, 2006 : 173)
Membedakan alur menjadi beberapa jenis, yaitu
1) Alur Maju
Alur maju, yaitu alur yang dimulai dari awal hingga akhir secara urut, misalnya
dimulai dari A ke B, C, D, E. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
12
2) Alur Mundur
Alur mundur, yaitu alur yang susunannya dimulai dari peristiwa akhir, tengah dan
kembali ke awal atau dimulai dari E
diikuti peristiwa-peristiwa D, C, B, dan A.
3) Alur Gabungan
Selain kedua alur di atas, terdapat alur yang susunannya tidak urut dari awal
hingga akhir atau dari akhir kembali ke awal. Alur tersebut dimulai dari tengah
atau D kemudian ke-B, A, C dan E dan seterusnya. Alur semacam ini dimanakan
alur gabungan.
Secara kualitatif atau menurut tingkatannya, alur dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu
1) Alur Erat
Alur erat, yaitu hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya padu sekali
sehingga tidak dapat dipotong-potong.
2) Alur Longgar
Alur longgar adalah hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lain tidak begitu
padu.
Menurut jumlahnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
1) alur tunggal,
A B
C D
E
13
2) alur ganda,
Alur yang baik ialah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat
dari peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat yang
wajar antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Faktor lain yang
menentukan berhasil atau tidaknya sebuah plot atau alur ialah adanya suspensi dan
pindahan yang menyebabkan pembaca selalu bertanya tentang peristiwa
berikut-nya.
Alur, yaitu jalinan peristiwa satu dengan yang lain secara kronologis, sehingga
membentuk cerita. Tahapan alur, yaitu
1. pengenalan atau eksposisi,
2. penanjakan atau muncul konflik cerita,
3. klimaks atau ketegangan atau puncak cerita,
4. antiklimaks atau penurunan,
5. peleraian atau penyelesaian.
c. Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan atau penokohan, yaitu gambaran watak tokoh dalam cerita. Cara
menggambarkan watak tokoh sebagai berikut.
1. analitik atau langsung, yaitu pengarang langsung menyebut watak tokoh,
2. dramatik atau tidak langsung, yaitu pangarang mengungkapkan watak tokoh
melalui jalan pikiran dan perasaan, cara berdandan, cara berbicara, tempat
tinggal, ciri fisik, dan tanggapan atau reaksi tokoh yang lain.
Macam-macam tokoh adalah sebagai berikut.
14
2. Antagonis, yaitu tokoh yang tidak disukai oleh pembaca karena berwatak tidak
baik,
3. Tritagonis, yaitu tokoh yang menjadi penengah dan cenderung berwatak baik,
4. Tokoh utama, yaitu tokoh yang mendominasi cerita, ia terlibat dari awal
sampai akhir cerita,
5. Tokoh bawahan atau pembantu, yaitu yang keterlibatannya dalam cerita hanya
sedikit (Wahono, 2006 : 175).
d. Latar atau setting
Latar atau seting, yaitu gambaran tempat, waktu dan sausana terjadinya peristiwa
dalam cerita. Tempat merupakan areal atau letak terjadi suatu peritiwa di dalam
cerita, misalnya di rumah, di jalan, di halaman, dan sebagainya. Waktu yaitu saat
terjadinya suatu peritiwa cerita, misalnya tadi pagi, malam hari, pukul 5 sore, dan
sebagainya. Latar suasana, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu
suasana tertentu. Latar suasa terdiri dari dua macam, yaitu suasana lahir dan
suasana batin. Suasana lahir misalnya suasana sepi, sunyi, seyap, romantik,
hiruk-pikuk, gaduh dan lain-lain. Suasana batin misalnya perasaan gembira, sedih,
tegang, cemas, marah, senang, yang dialami oleh para pelaku (Wahono, 2007 :
207).
”Latar atau setting merupakan keterangan tempat dan waktu terjadinya peristiwa
dalam cerita serta keterangan tentang keadaan sosial tokoh.” Latar tempat
berhubungan dengan letak, tempat, dan ruangan terjadinya peristiwa. Latar waktu
yaitu berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa dapat ditunjukan dengan hari,
15
kedudukan sosial tokoh dalam cerita, pekerjaan, adat, dan religi tokoh cerita.
Ketiga latar tersebut dapat menggambarkan suasana yang terjadi. Suasana dapat
berupa suasana gembira, sedih, atau panik (Dewi, 2008 : 13).
e. Sudut pandang atau poin of view
Sudut pandang, yaitu gambaran kedudukan pengarang dalam cerita.
Macam-macam sudut pandang sebagai berikut.
1. Akuan, yaitu pengarang sebagai tokoh utama dalam cerita, sehingga tokoh
utama disebut dengan kata aku, saya, atau gue. Cerita yang dikisahkan seolah
pengalaman pengarang sendiri,
2. Diaan, yaitu pengarang sebgai pencerita hanya mengisahkan pengalaman orang
lain, sehingga tokoh utama disebut dengan kata dia atau nama seseorang,
f. Amanat
Amanat, yaitu pesan atau nasehat pengarang kepada pembaca yang dimuat di
dalam cerita, baik dismapikan secara eksplisit maupun inplisit.
g. Gaya bahasa
Gaya bahasa, yaitu pemakaian majas atau gaya bahasa dalam cerita. Gaya bahasa
diperlukan untuk menghidupkan cerita supaya lebih dinamis.
2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik Cerpen
Adapun unsur-unsur ekstrinsik cerpen sebagai berikut.
a. Unsur Biografi
Unsur biografi adalah riwayat hidup atau lukisan hidup seseorang atau riwayat
16
masukan yang menunjang penciptaan karya sastra tersebut.
b. Unsur Psikologi
Unsur psikologi adalah ilmu yang berkaitan dalam berbagai proses mental baik
normal maupun abnormal, dan pengaruhnya pada prilaku. Pada karya sastra aspek
psikologi baru dianggap bernilai sebagai unsur ekstrinsik bila terbukti berfungsi
menambah kualitas karya sastra tersebut.
c. Unsur Sosiologi
Unsur sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu mengenai sifat, pelaku
perkembangan masyarakat. Dalam unsur ini pengarang dalam atau mungkin saja
dipengaruhi oleh status, idiologi, atau politik.
d. Unsur Filsafat
Unsur filsafat adalah merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat yang ada, sebab, asal serta hukumnya. Filsafat juga diberi
makna sebagai teori yang mendasari alam pikiran. Kegiatan dapat juga untuk
menyatakan pengertian tentang ilmu, logika, estetika, metafisika, dan epistomolgi.
Unsur ini dianggap bernilai apabila terbukti menunjang penciptaan karya sastra
tersebut (B. Rahmanto, 1999 : 234).
2.2 Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar dan pengertian masyarakat belajar adalah sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil
17
bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan
antara yang tahu kepada yang tidah tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang
anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi sangar mendukung
komponen learning comunity ini.
Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan
pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning comunity.
- Pada dasarnya hasil belajar, diperoleh dari kerjasama atau sharing dengan
pihak lain.
- Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dansaling menerima
informasi.
- Syaring terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.
- Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat di
dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
dimilikinya bermanafaat bagi yang lain.
- Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber
belajar. (Mansur Muslich 2011 : 46 )
2.2.2 Kelebihan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Peneliti menemukan beberapa kelebihan teknik masyarakat belajar untuk
menentukan unsur latar dalam cerpen. Adapun kelebihannya antara lain (a)
18
saling bertukar pikiran, (c) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya,
(d) menumbuhkan sikap bekerja sama dan solidaritas terhadap sesama anggota
kelompok, (f) percaya diri, (g) meningkatkan kualitas moral, (h) melatih kepekaan
sosial siswa, (i) mendidik siswa untuk member dan menerima, (j) menumbuhkan
sikap menghormati hak orang lain, (k) mampu berkomunikasi dan menggunakan
bahasa.
2.2.3 Kelemahan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen
Teknik masyarakat belajar mempunyai banyak kelebihan, tetapi teknik ini juga
mempunyai kelemahan dan kekurangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran
mengidentifikasi latar cerpen, peneliti menemukan beberapa kelemahan, antara
lain (a) tidak semua siswa aktif dikelompoknya, (b) sesama siswa saling berbicara
membahas materi di luar pelajaran, bahkan ada yang melamun, pasif, bercanda,
sehingga kelas menjadi ramai, (c) hasilnya kurang maksimal, karena pemerataan
kerja belum baik, (d) dikuasai oleh beberapa siswa yang aktif dan kreatif, (e)
memerlukan waktu yang banyak, (f) siswa kurang berani berpendapat dalam
19
2.2.4 Teknik Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam Pembelajaran Cerpen
Teknik masyarakat belajar merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui kerja
sama anatarsiswa. Siswa lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat
mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa atau guru, Pendekatan masyarakat
belajar ini menuntut siswa untuk lebih aktif. Melalui teknik masyarakat belajar
memberikan keleluasaan siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada
siswa lain atau guru. Membangun pemahaman suatu latar atau setting dalam
cerpen dapat melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi dapat
dilakukan dengan diskusi, saling bertanya, saling menjelaskan dalam kerja
kelompok (E. Kosasih, M.Pd. 2010 : 19).
Teknik masyarakat belajar merupakan suatu pendekatan yang masih banyak
menggunakan metode pembelajaran. menegaskan ”Interaksi memungkinkan
terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa dapat melalui diskusi, saling
bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar
kelompok (E. Kosasih,M.Pd. 2010 : 19).
Belajar kelompok merupakan suatu metode kerja kelompok. Metode kerja
kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
(sub-sub kelompok). Pembagian kelompok dibuat berdasarkan hal-hal berikut.
a. perbedaan individu dalam kemampuan belajar,
20
c. pengelompokan atas dasar jenis kelamin,
d. pengelompokan atas dasr jenis pekerjaan yang akan diberikan,
e. pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal,
f. pengelompokan secara random (tidak melihat faktor di atas).
Kerja kelompok bila dilihat segi kerjanya terdiri.
a. kelompok jangka pendek,
b. kelompok jangka panjang.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu.
a. motivasi yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota,
b. persaingan yang sehat anta kelompok, biasanya mendorong anak untuk
belajar,
c. situasi yang menyenangkan sangat menentukan berhasil tidaknya kerja
III. PROSEDUR PENELITIAN
3.1Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK), Ruang lingkupnya adalah pemebelajaran di dalam kelas
yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan
berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009 : 141).
Konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Hubungan keempat tahap tersebut dipandang sebagai siklus (Kusuma,
2009:141). Untuk jelasnya siklus kegiatan dengan rancangan PTK model Kusuma
adalah sebagi berikut.
Bagan 3.1
Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Tindakan
(acting)
Perencanaan (planning)
Pengamatan (observating)
22
Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus
menerus. Apabila pembelajaran menemukan unsur latar atau setting dalam cerpen
melalui teknik masyarakat belajar meningkat pada siklus pertama, penulis
merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan
sampai siklus tertentu.
Siklus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada
peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat
diberhentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan
apabila tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui
sehingga mencapai tingkat kejenuhan.
3.2 Setting Penelitian
Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banyumas Pringsewu, beralamat di jalan
veteran Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu. SMP Negeri 1
Banyumas memiliki 19 rombongan belajar yang terdiri atas 6 ruang kelas IX, 7
23
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang
terhitung dari bulan januari sampai dengan bulan april 2011.Pelaksanaan PTK
sesuai dengan jadwal pelajaran dan penelitian akan berlangsung sampai
pencapaian indikator yang ditentukan.
3.3Subjek Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Banyumas dengan jumlah siswa 40 siswa,terdiri atas 22 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan.
3.4Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan PTK ini ditentukan pada aspek proses dan hasil
pelaksanaan tindakan sampai pada perubahan yang dialami siswa. Dari segi proses
80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil, siswa
mendapat nilai 65 atau lebih sebanyak 75%.
3.5Rencana PTK
Dalam PTK ini, peneliti merencanakan dalam beberapa siklus dan setiap siklusnya
terdiri atas a) rencana tindakan, b) pelaksana tindakan, c) observasi d) refleksi.
Siklus kedua dan ketiga akan dilakukan apabila berdasarkan hasil refleksi pada
siklus satu dengan menerapkan teknik masyarakat belajar untuk meningkatkan
24
tidak lanjut, penliti menganalisis hasil setiap siklus dengan berdiskusi dengan
teman sejawat atau kolaborator.
3.6 Prosedur Tindakan
Pelaksanaan PTK ini dibuat dalam bentuk siklus. Secara rinci prosedur penelitian
tindakan untuk setiap siklusnya sebagai berikut.
3.6.1 Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah setelah.
a) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang direncanakan,
b) Menyusun lembaran pengamatan untuk pembelajaran keterampilan membaca
cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan dan lembar pengamatan
aktivitas siswa dan guru di dalam kelas,
c) Menyiapkan lembar kerja untuk mendata latar cerpen.
3.6.2 Pelaksanaan Tindakan
Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam belajar Bahasa Indonesia selama 2
kali pertemuan (4 x 40 menit) untuk satu siklus. Adapun penggunaan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal
25
2) Guru menginformasikan tujunan pembelajaran,
3) Guru mengadakan apersepasi dengan bertanya jawab kepada siswa yang
behubungan dengan materi yang akan dipelajari.
a. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan pengertian latar atau seting yang merupakan unsur intrinsik
dalam karya sastra dengan masyarakat belajar (kelompok),
2) Siswa membaca secara insentif untuk memperoleh sejumlah pengetahuan atau
cerita dari suatu cerpen yang baru dibacanya,
3) Guru memberikan sejumlah pertanyaan yang mengarah ke latar atau setting
dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar,
4) Siswa mencari jawaban tersebut didalam bacaan memahami hubungan unsur
latar dalam cerpen melalui pendekatan masyarakat
belajar,
5) Dari hasil jawaban siwa tersebut, guru dan siswa menyimpulkan untuk
menuju penentuan latar atau setting dari cerpen tersebut, melalui teknik
masyarakat belajar,
6) Siswa menentukan latar atau setting (latar tempat, latar waktu, latar suasana)
yang ditulis pada kertas satu lembar melalui teknik masyarakat belajar.
b. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi setelah melaksanakan kegiatan
26
3.6.3 Observasi
Observasi ini berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik
terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah
disiapkan.
Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan
pada proses pembelajaran melalui pendekatan masyarakat belajar yang dilakukan
oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
3.6.4 Refleksi
Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum
terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam pembelajaran,sehingga tampak hasil
penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya
secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan
kem-bali suatu tindakan persis seperti apa yang telah dicatat dalam observasi. Dengan
refleksi dapat melakukan perbaikan baru,menyusun rencana baru,dan melakukan
tindakan baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melakukan siklus
berikut-nya.
3.6Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara,
27
1. Tes
Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan mendata unsur latar cerpen
sebelum dan sesudah menggunakan tolak ukur kemampuan melalui teknik
masyarakat belajar pada siswa kelas VII C SMP Negeri I Banyumas, Kabupaten
Pringsewu.
2. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar
berlang-sung. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran melalui teknik masyarakat belajar. Pedoman
ob-servasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan cara
memberi tanda cek (√) pada setiap aspek yang diamati sesuai dengan katagori
(keadaan di kelas), apakah termasuk kurang,cukup,baik,dan baik sekali.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Siswa diminta
menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut di lembar jawaban yang peneliti
sediakan. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang tingkat
ke-berhasilan pembelajaran memahami unsur latar memahami unsur latar dalam
cerpen melalui teknik masyarakat belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami
28
4. Diskusi
Diskusi dilakukan antara guru dengan teman sejawat untuk refleksi hasil siklus
PTK.
3.8Teknik Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil kemampuan menentukan
unsure latar dalam cerpen dari cerpen yang berjudul memahami unsur latar dalam
cerpen melalui teknik masyarakat belajar pada siswa kelas VII C Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran
2010/2011 dan kemampuan guru dalam menyajikan materi pembelajaran.
Teknik analisa data dalam kegiatan penelitian ini yaitu guru mengajukan beberapa
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah pada penentuan latar atau
setting memahami unsur latar dalam cerpen dengan melalui teknik masyarakat
belajar. Siswa secara individu menuliskan jawabannya pada kertas satu lembar.
Jawaban-jawaban siswa tersebut dianalisa kebe-narannya dengan pemberian
rentangan skor dari katagori yang sangat mampu mendapat skor 5, mampu
mendapat skor 4, cukup mampu mendapat skor 3, ku-rang mampu, mendapat skor
29
Hasil penskoran di atas, menjadi bahan untuk menentukan tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan pemebelajarran yang telah dirumuskan dalam tahap
pe-rencanaan. Apabila tujuan pencapaian pembelajaran (silkus pertama) belum
man-capai target yang diinginkan, maka penulis membuat suatu perencanaan kembali
untuk perbaikan pembelajaran berikutnya (siklus kedua atau siklus ketiga).
Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar
No Indikator Deskriptor Kriteria Skor Skor
Maks 1 Siswa
menentukan latar tempat dalam cerpen
1. Menentukan 3 latar tempat dalam cerpen
2. Menentukan 2 latar tempat dalam cerpen
3. Menentukan 1 latar tempat dalam cerpen
1. Menentukan 3 latar waktu dalam cerpen
2. Menentukan 2 latar waktu dalam cerpen
3. Menentukan 1 latar waktu dalam cerpen
1. Menentukan 3 latar suasana dalam cerpen
2. Menentukan 2 latar suasana dalam cerpen
30
Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Kemampuan Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar
No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor
1 Aktivitas
1. Siswa dengan sangat terfokus penuh
pada materi pembelajaran
2. Siswa dengan terfokus pada materi
pembelajaran
3. Siswa dengan agak terfokus pada materi
pembelajaran
4. Siswa dengan kurang terfokus pada
materi pembelajaran
5. Siswa dengan tidak terfokus pada materi
pembelajaran
1. Siswa bekerja sama dengan sangat baik
2. Siswa bekerja sama dengan baik
3. Siswa bekerja sama dengan cukup baik
4. Siswa bekerja sama dengan kurang baik
5. Siswa bekerja sama dengan tidak baik 5
1. Siswa sangat menghargai pendapat temannya
2. Siswa menghargai pendapat temannya 3. Siswa agak menghargai pendapat
temannya
4. Siswa kurang menghargai pendapat temannya
31
No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor
2 Aktivitas
1. Siswa memanfaatkan media dengan sangat baik
2. Siswa memanfaatkan media dengan baik 3. Siswa memanfaatkan media dengan
cukup baik
4. Siswa memanfaatkan media dengan kurang baik
5. Siswa memanfaatkan media dengan tidak baik
1. Siswa sangat tepat menemukan latar cerpen
2. Siswa dengan tepat menemukan latar cerpen
3. Siswa cukup tepat menemukan latar cerpen
4. Siswa kurang tepat menemukan latar cerpen
5. Siswa tidak tepat menemukan latar cerpen
1. Penyajian materi sangat baik 2. Penyajian materi baik
3. Penyajian materi cukup baik 4. Penyajian kurang sangat baik 5. Penyajian tidak sangat baik
5 4 3 2 1
Bimbingan 1. Guru sangat aktif membimbing siswa 2. Guru dengan aktif membimbing siswa 3. Guru cukup aktif membimbing siswa 4. Guru kurang aktif membimbing siswa 5. Guru tidak membimbing siswa
32
3.8.1 Indikator Aktivitas Siswa
3.8.1.1Perhatian Siswa pada Materi Pembelajaran
Apabila siswa dengan sangat terfokus penuh pada materi pembelajaran mendapat
skor 5. Apabila siswa dengan terfokus pada materi pembelajaran mendapat skor
4. Apabila siswa dengan agak terfokus pada materi pembelajaran mendapat skor
3. Apabila siswa dengan kurang terfokus pada materi pembalajaran mendapat
skor 2. Apabila siswa dengan tidak terfokus pada materi pembelajaran mendapat
skor 1.
3.8.1.2Keterampilan Membaca Cerpen
Apabila siswa sangat baik membaca cerpen mendapat skor 5. Apabila siswa
dengan baik membaca cerpen mendapat skor 4. Apabila siswa cukup baik
membaca cerpen mendapat skor 3. Apabila siswa kurang tbaik membaca cerpen
mendapat skor 2. Apabila siswa tidak baik membaca cerpen mendapat skor 1.
3.8.1.3Keterampilan Menjawab Pertanyaan
Apabila siswa dapat menjawab sangat benar disertai dengan bukti yang logis
mendapat skor 5. Apabila siswa menjawab dengan benar tidak disertai bukti
mendapat nilai 4. Apabila siswa menjawab cukup benar mendapat nilai 3. Apabila
siswa menjawab kurang benar mendapat nilai 2. Apabila siswa tidak dapat
33
3.8.1.4Efektivitas Penggunaan Media
3.8.1.4.1 Penggunaan Media (cerpen “Kado untuk Mak”).
Apabila siswa menggunakan media sangat baik dan cepat mendapat skor 5.
Apabila siswa menggunakan median baik mendapat skor 4. Apabila siswa
menggunakan media cukup baik mendapat skor 3. Apabila siswa menggunakan
media kurang baik mendapat skor 2. Apabila siswa tidak dapat menggunakan
media dengan baik mendapat skor 1.
3.8.1.4.2 Keterampilan menemukan latar atau setting
Apabila siswa sangat tepat menemukan latar atau setting cerpen mendapat skor 5.
Apabila siswa tepat menemukan latar mendapat skor 4. Apabila siswa kurang
tepat menemukan latar cukup cepat mendapat skor 3. Apabila siswa menemukan
latar kurang cepat mendapat skor 2. Apabila siswa tidak tepat mmenemukan latar
cerpen mendapat skor 1.
3.8.1.5Aktivitas Guru 3.8.1.5.1 Penyajian Materi
Apabila penyajian materi sangat baik dan mudah diterima oleh siswa mendapat
skor 5. Apabila penyajian materi baik mendapat skor 4. Apabila penyajian materi
cukup baik mendapat skor 3. Apabila penyajian materi kurang baik mendapat skor
34
3.8.1.5.2 Bimbingan
Apabila guru sangat aktif membimbing siswa mendapat skor 5. Apabila guru aktif
membimbing siswa mendapat skor 4. Apabila guru cukup aktif membimbing
siswa mendapat skor 3. Apabila guru kurang aktif membimbing siswa mendapat
skor 2. Apabila guru tidak membimbing siswa mendapat skor 1.
3.8.1.5.3 Evaluasi/Penilaian
Evaluasi yang digunakan sebagai teknik dalam mengumpulkan data adalah
di-bimbing dalam menentukan latar cerpen. Hasil pekerjaan siswa dikelompokkan
menurut tingkat kemampuan siswa. Tingkat kemampuan siswa dimaksud adalah
tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya hasil perolehan menentukan latar cerpen
siswa diolah dengan menggunakan rumus persentase di bawah ini.
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 10
Nilai Akhir = X 100%
35
Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mendata Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar
Interval persentasi tingkat kemampuan Keterangan 85% - 100%
3.8.1.6.Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan Jan Februari Maret April
4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Persiapan √ √ √ √ √ √ √
2 Pelaksanaan Siklus I √
a. Perencanaan tindakan √
b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi
√
c. Analisi dan refleksi √
3 Pelaksanaan siklus II √
a. Perencanaan tindakan √
b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi
√
c. Analisis dan refleksi √
4 Pelaksanaan Siklus III √
a. Perencanaan tindakan √
b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi
√
c. Analisis dan refleksi √
5 Pembuatan laporan penelitian
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut.
5.1.1 Penerapan teknik masyarakat belajar dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mendata unsur latar cepen. Proses pembelajaran mendata latar
cerpen pada setiap siklus melalui teknik penelitian secara kelompok dan
dibimbing oleh peneliti.
5.1.2 Hasil penelitian pada siklus I, nilai rata-rata siswa 49,90 dan siswa yang
mencapai KKM 4 siswa (10%). Pada siklus II nilai rata-rata siswa 69,60
dan siswa yang mencapai KKM 25 siswa (62,5%). Dengan demikian nilai
rata-rata siswa mengalami peningkatan sebanyak 52,5%. Pada siklus III
nilai rata-rata siswa 83,80 dan siswa yang mencapai KKM 35 siswa
(87,5%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus II ke siklus III
mengalami peningkatan sebesar 25%.
5.1.3 Jika nilai rata-rata siswa 49,90 dan jumlah siswa yang mencapai KKM 4
siswa pada siklus I, dibandingkan dengan siklus akhir pada penelitian
tindakan kelas ini, tampak sekali bahwa terjadi peningkatan yang cukup
signifikan. Peningkatan nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada
74
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti sebagai
berikut.
5.2.1 Untuk Guru
Pendekatan masyarakat belajar dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk
memotivasi siswa untuk cepat mendata unsur latar dalam cerpen melalui teknik
masyarakat belajar, guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan
belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang
menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dianjurkan menggunakan
metode-metode atau teknik-teknik yang bervariasi.
5.2.2 Untuk Sekolah
Sekolah sebaiknya memperbanyak masukan atau musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran umumnya, dan
khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, memberikan motivasi kepada guru
untuk memanfaatkan teknik-teknik pembelajaran, kususnya masyarakat belajar
pada materi pembelajaran tertentu, membantu guru dalam pengadaan media
pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Indonesia, Sekolah
mempermudah dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dalam
memanfaatkan buku dan perpustakaan sekolah, Sekolah melengkapi sarana
belajar yang lain, seperti televisi, internet, OHP, surat kabar, majalah dan
75
5.2.3 Untuk Siswa
Siswa harus introspeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki, siswa harus lebih banyak
berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
BNSP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pembelajaran. Jakarta.
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Faruk. 1997. Sastra opoler. Jakarta: UT.
Kesuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian TIndakan Kelas. Jakarta: PT Universitas Lampung.
Krisna. 2011. LKS Bahasa Indonesia. Lampung: CV Sumber Makmur.
Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Masnur, Muslich. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurgiantoro, Burhan. 2009, Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogjakarta: BPFE.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.
Stanto, Robert. 2007. Teori Fiksi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca. Bandung: Angkasa.
Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wahono dan Abdul Hanif. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandar Lampung: CV Geta Erdana.