1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Negara Republik Indonesia yang berdasarkan hukum menempatkan
perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan bagi setiap warga Negara yang
merupakan sarana, peran serta sumber penerimaan Negara yang cukup besar. Dengan
pajak suatu Negara dapat melaksanakan pembangunan disegala sektor, meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Sektor perpajakan
merupakan sumber penerimaan negara yang sangat potensial, dimana pajak
merupakan wujud nyata partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sehingga
dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap
pembangunan.
Pajak merupakan iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Moh. Zain : 2007)
Di Indonesia, ada bermacam-macam jenis pengenaan pajak. Pajak yang digali
oleh pemerintah antaralain adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
2
Assessment System, dimana Wajib Pajak diberi keleluasaan untuk melaporkan, menghitung dan melaksanakan pembayaran pajak dengan kesadaran diri sendiri.
Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang
penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan yang
meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT, penggolongan
SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam pelayanan yang
dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak. (PER-1:2010), Hal tersebut merupakan
prosedur yaitu suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai tugas-tugas yang
berhubungan satu sama lain serta merupakan suatu kronologis dan cara yang telah
digariskan atau ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama. (Azhar Susanto : 2007) dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees dilaksanakan sesuai dengan
Standard Operating Procedures.
Bagi setiap badan maupun orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan
Undang-undang perpajakan sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak, maka wajib
melakukan kewajiban perpajakannya. Dalam pelaporan pajak terutang Wajib Pajak
itu sendiri harus mampu mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan baik dan benar,
apabila surat pemberitahuan di isi dengan salah atau tidak benar maka akan
3
oleh Wajib Pajak untuk mempertanggungjawabkan besarnya pajak terutang yang
sudah dihitung.
Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan
atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Tony Marsyahrul : 2006)
Setiap pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) wajib melaksanakan kewajiban perpajakan, diantaranya memungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) yaitu merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di
dalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa
Kena Pajak (JKP).( Supramono : 2005)
Dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak
(JKP), menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang sudah dipungut dan
melaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang sudah
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) dilaporkan menggunakan Surat Pemberitahuan
(SPT) masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Formulir 1107 namun begitu untuk
memberikan kemudahan bagi Pengusaha Kena pajak (PKP) dalam menyampaikan
SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas dan mengurangi beban administrasi
4
mengalami perubahan bentuk dan tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai. Formulir SPT Masa PPN yang baru ini disebut dengan
Formulir SPT Masa PPN 1111 yang akan menggantikan SPT Masa PPN
1107. Dengan adanya perubahan ini maka sekarang kita mengenal tiga macam
formulir SPT Masa PPN yaitu SPT Masa PPN 1111, SPT Masa PPN 1111 DM,SPT
Masa PPN 1107 PUT.
Melaksanakan penetapan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan kerja sama
perpajakan, merupakan serangkaian aktivitas perusahaan terutama dalam seksi
pelayanan dimana penulis ditempatkan.
Dalam salah satu aktivitas tersebut yaitu Pengolahan SPT Masa PPN tidak
terlepas dari adanya kendala yaitu sering terjadi adanya kesalahan dalam pembuatan
Register atau Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD), contohnya dalam
pengisian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengisian jumlah pajak terutang
Wajib Pajak, yang mengakibatkan Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut tidak bias di
input di bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) karena NPWP tidak ditemukan
5
Hal tersebut tentunya akan menghambat kelancaran dalam proses perekaman surat
pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis utarakan diatas, penulis tertarik
untuk membuat Laporan Kerja Praktek dengan judul “Prosedur Pengolahan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees”
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud dan tujuan Kerja Praktek yang dilaksanakan penulis adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud Kerja Praktek ini adalah untuk mengimplementasikan bagaimana
Prosedur Pengolahan Surat SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees serta untuk mengetahui bagaimana tata cara pengisian SPT Masa
PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
1. Untuk mengetahui posedur pengolahan SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees.
2. Untuk mengetahui tata cara pengisian SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Kegunaan yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya Kerja Praktek adalah
6
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan mengenai Prosedur Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.
2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees
Membantu meringankan sebagian dari pekerjaan pegawai Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees, khususnya pada bagian Pelayanan.
3. Bagi Universitas Komputer Indonesia
Terbukanya kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan dan menjalin kerja
sama dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.
4. Bagi Pihak Lain
Pihak lain yang dimaksud adalah Pembaca. Laporan kerja praktek ini dapat
memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam
meningkatkan wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi Pembaca yang
nantinya akan melaksanakan Kuliah Kerja Praktek dan menyusun Laporan
Kerja Praktek.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas Kerja Praktek ini penulis
7
Adapun cara dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan sebagai
bahan pendukung dalam penyajian laporan ini adalah:
a. Field Research (Penelitian Secara Langsung)
1. Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencarian
dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan
penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu perusahaan.
2. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap
muka langsung dengan pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai
sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam memecahkan
masalah yang akan dibahas.
b. Library Research (Studi Pustaka)
Study Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi kerja praktek dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees, yang beralamat di jalan Ibrahim Adjie No. 372 Kiaracondong
Bandung.
Waktu kerja praktek tersebut dilaksanakan dari tanggal 01 Agustus 2011
sampai dengan 26 Agustus 2011. Adapun ketentuan jam kerja di Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Karees adalah dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 16.00
8 Tabel 1.5.1 Kegiatan Kerja Praktek
Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees
NO KEGIATAN KP
3. Menentukan Tempat KP
4. Mendapat Surat Penerimaan
9 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees
Sejak jaman penjajahan Belanda, pemungutan pajak memang sudah
dilaksanakan dan ditangani oleh suatu badan yang bernama De Inspective Ementien
yang mengurus masalah pemungutan pajak dari rakyat secara paksa berdasarkan
undang-undang Kolonial Belanda yang berlaku pada saat itu hasilnya digunakan
untuk kepentingan penjajah.
Pada waktu pemerintahan penjajah Belanda menyerah kepada Jepang pada
tanggal 9 Maret 1942, akan nama De Inspective Ementien di ganti menjadi Zaimuba
yaitu suatu badan di bawah pemerintahan Jepang yang mengurus masalah keuangan.
Namun Zaimuba tidak bertahan lama, karena Jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat kekosongan kekuasaan itu, Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga nama Zaimuba diganti dengan
Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Gedung Concerdia (Gedung Merdeka) di jalan Asia Afrika Bandung. Inspeksi Keuangan Bandung tersebut
meliputi daerah Swatantra tingkat II, Kota Praja Bandung, Kabupaten Sumedang,
Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis serta Banjar.
Ketika terjadi Agresi Militer Belanda I, Pasukan Belanda menguasai Wilayah
10
Karena itu, Inpeksi Keuangan Bandung dipindahkan Ke Soreang (Bandung Selatan).
Pada Agresi Militer Belanda II, Inspeksi Keuangan Bandung dipecah menjadi 2
aliran:
1. Aliran Cooperative, berkedudukan di Soreang Bandung.
2. Aliran Non Cooperative, berkedudukan di Tasikmalaya.
Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, maka Kantor Inspeksi
Keuangan Bandung yang berkedudukan di Tasikmalaya dipindahkan lagi ke
Bandung, yaitu dijalan Raya Barat (sekarang Jalan Asia Afrika), tepatnya disebelah
Hotel Homan antau didepan Kantor KPU.
Dengan perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk serta
meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat, maka pada tahun 1965, Kantor Inspeksi
Keuangan Bandung (termasuk Inspeksi Keuangan lainnya di Indonesia), diganti
menjadi Inspeksi Pajak Bandung yang Berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak
Departemen Keuangan R.I, dimana Kantor Pajak Bandung Dipecah menjadi :
1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung.
2. Kantor Inspeksi Pajak Karawang.
3. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1980, Kantor Inspeksi Pajak Bandung
dipecah menjadi 2 Inspeksi Pajak berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan R.I Nomor : KEP-141/KMK/1979, tanggal 6 April 1979, dimana
pembagian wilayah Inspektasi Pajak Bandung Meliputi :
1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur yang bertempat di Jalan Asia Afrika
11
2. Kantor Inspeksi Pajak Barat yang bertempat di Jalan Sukarno-Hatta No. 118
Bandung.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor :
KEP-267/KMK/1989, memutuskan bahwa 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak
yang berada di Indonesia namanya diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dan di Bandung sendiri di pecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung
(Sekarang jadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees).
2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah, Jalan Purnawan No. 21 Bandung.
3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat, Jalan Soekarno-Hatta No. 118 Bandung.
4. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi, Jalan Ria No. 1 Bandung.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor :
KEP-94/KMK/1994 tanggal 29 Maret 1994, Kantor Pelayanan Pajak tersebut berubah
menjadi :
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung.
2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega, Jalan Soekarno-Hatta No. 118
Bandung.
3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonegara, Jalan Asia Afrika Bandung.
4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21
Bandung.
12
Terakhir Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees berubah nama menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees terhitung mulai tanggal 28 Agustus
2007.
Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
adalah sebagai berikut :
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan
masyarakat.
2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
a. Misi Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efesiansi yang tinggi.
b. Misi Ekonomi
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi
bangsa dan kebijakan yang meminimalisasi distorsi
c. Misi Politik
Mendukung proses demokratisasi bangsa
d. Misi Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan
13
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan hubungan antara pejabat
maupun kegiatan kerja yang satu dengan yang lain, sehingga jelas kedudukan,
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam suatu kesepakatan
untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama.
Struktur organisasi disusun sebagai syarat mutlak atau yang harus ada dalam
setiap perusahaan atau lembaga, karena struktur organisasi membagi peranan serta
tanggungjawab wewenang tiap-tiap seksi yang ada dalam perusahaan atau lembaga.
Struktur organisasi ini dibuat atau disusun agar tidak terjadi adanya kesalahan
dalam pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian atau staf. Dengan
demikian, sangat jelas tampak adanya pemisah fungsi sehingga tidak terjadi saling
menyalahkan dan saling menghambat yang dapat timbul karena pengorganisasian
yang kurang baik.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees merupakan kantor pajak
yang memiliki pembagian tugas atau jabatan sesuai dengan kantor pelayanan pajak
lainnya. Namun dalam pelaksanaanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees dikenal oleh masyarakat yang selalu sigap dalam membantu wajib pajak untuk
menyelesaikan pembayaran pajak, dengan keramahan dalam pelayanan sehingga
14
Dalam pelaksanaanya sebagai lembaga keuangan negara atau pemerintah,
maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees membuat struktur organisasi
15 GAMBAR 2.1
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG KAREES
16
Keterangan :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pegolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees terdiri atas satu
sub bagian, sembilan seksi, dan satu kelompok jabatan fungsional, yang mana setiap
seksi terbagi atas beberapa Account Representative (AR) dibantu pelaksana. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dipimpin oleh seorang Kepala Kantor
sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian Umum dan
dibantu oleh AR dan Pelaksana.
2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees
Kantor pelayanan pajak adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak di
bidang pelayanan pajak yang berada dibawah tangan dan bertanggung jawab
17
mempunyai uraian tugas untuk menjadikan sebagai pedoman bagi setiap seksi dan
sub seksi dalam menjalankan tugasnya secara lengkap.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees mengklasifikasikan
tugasnya sebagai berikut:
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak bertugas melaksanakan:
1. Penyuluhan
2. Pelayanan
3. Pengawasan (pemeriksaan dan penagihan)
Kepala Kantor Pelayanan Pajak membawahi :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
6. Seksi Pemeriksaan
7. Seksi Penagihan
8. Kelompok Jabatan Fungsional
b. Sub bagian umum
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan perlengkapan.
18
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan
subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi
perpajakan.
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan
data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumentasi perpajakan
dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan
teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling, dan penyiapan
laporan kinerja.
e. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan
kerjasama perpajakan.
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib
pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak, konsultasi teknis
perpajakan kepada wajib pajak, konsultasi teknis perpajakan kepada wajib
19
rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding.
g. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran SP3, dan administrasi pemeriksaan lainnya.
h. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Menpunyai tugas dan fungsi melaksanakan koordinasi dengan seksi
pemeriksaan pejabat fungsional penilai dan berkoordinasi dengan seksi
ekstensifikasi.
1.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor :
KEP-443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
20
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan, maka kedudukan, rugas pokok dan
fungsi kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah satu unit instansi
vertikal Departemen Keuangan yang berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jawa Barat I
b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dipimpin oleh seorang
Kepala.
2. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan operasional Direktorat Jenderal Pajak
berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
3. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
a. Pendataan objek dan subjek pajak dan penilaian objek pajak
b. Pengolahan dan penyajian data perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan bangunan (BPHTB).
c. Penetapan perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan
(BPHTB)
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, serta penyelesaian
restitusi perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan
21
e. Penyelesaian keberatan, pengurangan dan penatausahaan banding
f. Pembetulan surat ketetapan pajak
g. Pengurangan sanksi pajak
h. Pemeriksaan dan penerapan sanksi perpajakan dan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan bangunan (BPHTB)
i. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
22
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Bidang pelaksanaan kerja praktek yang penulis kerjakan selama
melaksanakan kerja praktek Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bandung Karees adalah pada Seksi Pelayanan, yaitu merekam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Adapun kajian
pustaka yang digunakan penulis dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek adalah
sebagai berikut:
3.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan sarana yang digunakan oleh pemerintah untuk
memperoleh dana dari rakyat yang digunakan untuk membiayai pengelolaan
Negara yang berupa pembangunan fisik maupun non fisik. Pembangunan
Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Untuk pembiayaan pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar,
sebagian besar dananya berasal dari pendapatan sektor pajak. Pengertian pajak
secara awam merupakan iuran dalam bentuk uang (bukan barang) yang dipungut
oleh Pemerintah (Negara) dengan suatu peraturan tertentu (tarif tertentu) dan
23
Pengertian pajak ditulis oleh Andriani (2007:2) dan dikutip oleh
Soemarso adalah sebagai berikut :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyeleggarakan pemerintahan.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Iuran dari rakyat kepada Negara.
Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak,
namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat,
yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan pajak
berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa.
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung
dapat ditunjuk secara individual.
Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi oleh Negara atau pembayar pajak
tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat secara individual atau tidak dapat
24
d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran
pembangunan.
e. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara, jika
masih surplus digunakan untuk public investment.
f. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.
g. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang non budgeter yaitu mengatur.
Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dalam valentine (2003:3),
menyatakan definisi Pajak adalah sebagai berikut :
“ Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak dapat mendapatkan kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang melekat pada
pengertian pajak yaitu :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
secara langsung oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
25
Sedangkan Pengertian pajak ditulis oleh Andriani dan dikutip oleh
Mohammad Zain (2003:3) dalam bukunya Manajemen Perpajakan adalah
sebagai berikut :
“Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Pajak merupakan iuran wajib dari
rakyat untuk Negara berdasarkan undang-undang yang sifatnya memaksa guna
memenuhi pengeluaran-pengeluaran Negara tanpa adanya kontraprestasi.
3.1.2 Pengertian Prosedur
Terdapat bermacam-macam pengertian prosedur yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya adalah:
Pengertian prosedur menurut Winardi (2000:10), adalah sebagai berikut :
“Sebuah prosedur, merupakan rangkaian tugas-tugas yang berhubungan
satu sama lain serta merupakan kronologis dan cara yang telah digariskan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan.”
Sedangkan pengertian prosedur menurut Azhar Susanto (2007:264),
adalah sebagai berikut :
“prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang denga cara yang sama”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
26
berhubungan satu sama lain serta merupakan suatu kronologis dan cara yang telah
digariskan atau ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama.
3.1.3 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Terdapat bermacam-macam pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Mardiasmo (2009:29)
adalah sebagai berikut:
“Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
Sedangkan pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Siti Kurnia
Rahayu dan Ely Suhayati (2010:43) , adalah sebagai berikut :
“Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat atau dokumen yang memuat data-data
dan oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.1.4 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Terdapat bermacam-macam pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
27
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Supramono (2005:88),
adalah sebagai berikut :
“Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi
didalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP).”
Sedangkan pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Siti
Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:235), adalah sebagai berikut :
“Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi umum dalam
negeri berupa Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi di
dalam negeri baik konsumsi terhadap Barang Kena Pajak (BKP) maupun Jasa
Kena Pajak (JKP).
3.1.5 Pengertian Barang Kena Pajak (BKP)
Terdapat bermacam-macam pengertian Barang Kena Pajak (BKP) yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Pengertian Barang Kena Pajak (BKP) menurut Mardiasmo (2009:270),
adalah sebagai berikut :
“Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN.”
Sedangkan pengertian Barang Kena Pajak menurut Siti resmi, (2003:449)
28
“Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud (merek dagang, hak paten, hak cipta, dan lain-lain) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang
tidak berwujud seperti merek dagang, hak paten, hak cipta, dan lain lain yang di
kenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
3.1.6 Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP)
Terdapat bermacam-macam pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) menurut Mardiasmo (2009:271),
adalah sebagai berikut :
“Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan atau petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984.”
Sedangkan pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) menurut Siti Resmi
(2003:450) adalah sebagai berikut :
29
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Jasa
Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk didalamnya jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan
bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
3.1.7 Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Terdapat bermacam-macam pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Mardiasmo,
(2009:274) adalah sebagai berikut :
“Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).”
Sedangkan pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Siti Resmi,
(2003:444), Adalah sebagai berikut :
30
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah orang pribadi atau badan yang menyerahkan
Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun langkah-langkah secara teknis dalam melaksanakan perekaman
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum melaksanakan perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) terlebih dahulu harus diperiksa kelengkapan datanya
seperti Tanggal, Bulan , dan Tahun Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tersebut.
2. Memeriksa kelengkapan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tercantum
pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) tersebut Lebih Bayar (LB), Kurang Bayar (KB), atau NIHIL.
4. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
31
5. Apabila sudah diperiksa dan datanya sudah lengkap, selanjutnya Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut siap
untuk direkam.
6. Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tersebut sudah selesai direkam, selanjutnya disusun dengan rapi.
7. Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tersebut sudah selesai disusun dengan rapi, selanjutnya diserahkan ke
pembimbing Kerja Praktek untuk dilakukan tinjauan lebih lanjut.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek
3.3.1 Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bandung Karees.
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 185/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan.
b. Bahwa untuk memperlancar pelaksanaan tugas penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sehubungan dengan
adanya perubahan dan penyempurnaan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai beserta Lampirannya.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata
Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
32
Pihak-pihak yang terkait dalam Prosedur Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah:
1. Kepala Seksi Pelayanan
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
3. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Pelaksana Seksi Pelayanan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Wajib Pajak
Formulir yang digunakan dalam Prosedur Penerimaan dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) adalah:
1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)
2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)
Prosedur Kerja:
1. Wajib Pajak / pengusaha kena pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung
maupun melalui Pos / Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan
langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos /
Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang
diterima secara langsung harus ditolak sedangkan melalui Pos / Ekspedisi
diteruskan ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan
33
3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa
berdasarkan keputusan:
a. Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa atau
kelengkapan, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau
mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya. Menggabungkan LPAD
dengan SPT Masa atau dokumen kelengkapan SPT Masa.
b.Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak
sedangkan yang melalui Pos / Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan
disertai Surat penolakan SPT Masa.
4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar
Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke
Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang
diterima. Proses atau surat yang telah ditandatangani dilanjutakan ke SOP tata
cara penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen
di KPP.
6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokan
kebenaran Fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam
ke seksi pelayanan.
7. Acccount Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan
34
perekaman SPT. Dalam hal ini terdapat kesalahan matematis, Account
Representative membuat surat himbauan (SOP tentang cara Himbauan
Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan
penyampaian / pembayaran SPT dibuatkan SPT (SOP tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).
8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari
pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT
Masa. SPT Masa LB yang meminta pengembalian dikirim ke seksi
pemeriksaan dan ditindak lanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.
9. Proses selesai.
3.3.2 Tata cara Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung
Karees.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 perlu diperhatikan bahwa :
1. Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar,
lengkap, jelas dan menandatanganinya.
2. Setiap PKP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Masa PPN atau
menyampaikan SPT Masa PPN dan/atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
35
Bentuk Dan Isi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) terdiri dari :
No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan
1. 1107
(F.1.2.32.01)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
Induk SPT Masa PPN
2. 1107 PUT
(F.1.2.32.02)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Bagi Pemungut PPN
Induk SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN
3. 1111
(F.1.2.32.04)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Induk SPT Masa PPN
4. 1111 DM
(F.1.2.32.05)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Bagi PKP Yang
3.3.2.1 Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Bentuk Formulir 1107
Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN bentuk
Formulir 1107 ini. Khusus bagi PKP yang menghasilkan Barang Kena Pajak
(BKP) yang tergolong mewah, dalam hal PKP yang bersangkutan melakukan
penyerahan BKP yang tergolong mewah maka kolom PPn BM pada Formulir
1107 A juga harus diisi. Formulir Induk SPT Masa PPN dan Lampirannya dalam
bentuk formulir kertas (hard copy) dan Aplikasi Pengisian SPT (e-SPT) dapat diperoleh dengan cara :
a. disediakan secara cuma-cuma di KPP atau KP4;
36
c. di-download di Home Page Direktorat Jenderal Pajak, dengan alamat http://www.pajak.go.id; atau
d. disediakan oleh Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal SPT disampaikan dengan cara elektronik.
Tata Cara Penyetoran PPN Atau PPN Dan PPnBM, Bentuk, Pelaporan Dan
Penyampaian SPT Masa PPN
a. Batas Waktu Penyetoran
PPN atau PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus
disetor paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal
tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
b. Bentuk SPT Masa PPN
1. Formulir kertas (hard copy); atau 2. Data elektronik, yang disampaikan :
a. Dalam bentuk media elektronik; atau
b. Melalui e-Filing.
c. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN
SPT Masa PPN harus disampaikan setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal hari ke-20 adalah hari libur, maka
SPT Masa PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelum hari libur.
d. Tempat Pelaporan SPT Masa PPN
37
2. KP4.
e. Cara Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN
1. Manual, yaitu
a. Disampaikan langsung ke KPP atau KP4, dan atas penyampaian SPT
Masa PPN tersebut PKP akan menerima tanda bukti penerimaan; atau
b. Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau melalui perusahaan jasa kurir dan tanda bukti serta
tanggal pengiriman SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal
penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut lengkap.
2. Elektronik yaitu melalui sistem online yang real time melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak (e-Filing), yang tata cara penyampaiannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-05/PJ./2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara
Elektronik (e-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Dalam hal SPT Masa PPN disampaikan dalam bentuk data elektronik, Induk
SPT Masa PPN harus tetap disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy), ditandatangani dan disampaikan secara manual.
1.3.2.2 Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Bentuk Formulir 1107 PUT
SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN bentuk Formulir 1107 PUT terdiri dari :
38
b. Lampiran SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN, baik dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) atau data elektronik; yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam hal SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN disampaikan oleh
Bendaharawan Pemerintah maka yang merupakan bagian tidak terpisahkan adalah
Induk SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN dan Lampiran 1 SPT Masa PPN Bagi
Pemungut PPN (Formulir 1107 PUT 1). Dalam hal SPT Masa PPN Bagi
Pemungut PPN disampaikan oleh selain Bendaharawan Pemerintah maka yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan adalah Induk SPT Masa PPN Bagi
Pemungut PPN dan Lampiran 2 SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN (Formulir
1107 PUT 2.
Setiap Pemungut PPN wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN
Bagi Pemungut PPN ini, kecuali Penerbit SPM. Formulir SPT Masa PPN Bagi
Pemungut PPN dalam bentuk formulir kertas (hard copy) dan Aplikasi Pengisian SPT (e- SPT) dapat diperoleh dengan cara :
a. Disediakan secara cuma-cuma di KPP atau KP4;
b. Digandakan atau diperbanyak sendiri oleh Pemungut PPN; atau
Tata cara pemungutan, penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM, bentuk,
pelaporan dan penyampaian SPT masa ppn bagi pemungut PPN
a. Batas Waktu Pemungutan
39
Pemerintah, adalah pada saat pembayaran dengan cara memotong langsung
tagihan dari PKP Rekanan Pemerintah. Pemungutan PPN atau PPN dan PPn BM
yang dilakukan oleh Pemungut selain Bendaharawan Pemerintah, adalah paling
lambat :
1. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam hal pembayaran diterima
setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP;
atau
2. Pada saat melakukan pembayaran dalam hal :
a. Pembayaran terjadi sebelum bulan terjadinya penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan /atau JKP;
b. Pembayaran dilakukan sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP;atau
c. Pembayaran dilakukan pada saat yang sama dengan saat penyerahan BKP
dan/atau JKP.
b. Batas waktu Penyetoran
PPN atau PPN dan PPn Bm yang dipungut oleh berdaharawan Pemerintah
harus disetor paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya bulan terjadinya
pembayaran tagihan.
PPN dan PPn Bm yang dipungut oleh selain Bendaharawan Pemerintah dalam
satu masa pajak, harus disetor paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Masa
40
c. Bentuk SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN
1. Formulir kertas (hard copy); atau
2. Data elektronik yang disampaikan dalam bentuk media elektronik.
d. Batas waktu Pelaporan SPT Masa PPN harus disampaikan oleh
Bendaharawan Pemerintah setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak dilakukannya pembayaran tagihan berakhir.SPT Masa
PPN bagi pemungut PPN harus disampaikan oleh selain Bendaharawan
Pemerintah setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak
dilakukannya pemungutan berakhir.
e. Tempat pelaporan SPT Masa PPN bagi pemungut PPN
1.KPP; atau
2.KP4.
f. Cara Pelaporan dan penyampaian SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN.
SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN disampaikan dengan cara manual, yaitu :
1. Disampaikan langsung ke KPP atau KP4, dan atas penyampaian SPT Masa
PPN tersebut pemungut PPN akan menerima tanda bukti penerimaan; atau
2. Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat atau melalui perusahaan jasa
ekspendisi atau melalui perusahaan jasa kurir dan tanda bukti serta tanggal
pengiriman SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT,
sepanjang SPT tersebut lengkap.
Dalam hal SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN disampaikan dalam bentuk media
41
bentuk formulir kertas (hard copy), ditandatangani dan diampaikan secara manual.
3.3.2.3 Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Bentuk Formulir 1111
1. Format ini telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-44/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian
SPT Masa PPN Beserta Petunjuk Pengisiannya dan hanya dapat digunakan
untuk Pengisian SPT Masa PPN mulai Masa Pajak Januari 2011 dan
seterusnya.
2. Formulir SPT Masa PPN 1111 terdiri atas 1 Halaman Induk dan 6 Halaman
Lampiran dengan keterangan sebagai berikut :
a. Formulir Induk SPT Masa PPN 1111 (Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai) dengan kode F.1.2.32.04
b. Formulir 1111 AB (Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan atau Formulir
1111 AB) dengan kode D.1.2.32.07
c. Formulir 1111 A1 (Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud,
dan/atau JKP) dengan Kode D.1.2.32.08
d. Formulir 1111 A2 (Daftar Pajak Keluaran Atas Penyerahan Dalam Negeri
Dengan Fatur Pajak) dengan Kode D.1.2.32.09
e. Formulir 1111 B1 (Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan atas Import
BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP Dari Luar Daerah
Pabean) dengan Kode D.1.2.32.10
f. Formulir 1111 B2 (Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan atas Perolehan
BKP/JKP Dalam Negeri ) dengan Kode D.1.2.32.11
42
atau Yang Mendapat Fasilitas) dengan Kode D.1.2.32.12
3. SPT hasil pencetakan ini wajib ditanda tangani, diberi cap perusahaan dan
tidak boleh dilipat atau kusut. Untuk pencetakan gunakan hanya kertas HVS
berukuran: Folio/Government Legal (8,5 x 13 inch); Berat minimal 70gr;
jelasan lebih lengkap mengenai pencetakan SPT Masa PPN, silahkan baca
dalam file Panduan Cetak Form.pdf yang dapat diunduh di www.pajak.go.id
4. Untuk dapat menggunakan formulir ini secara optimal, gunakan aplikasi
Adobe reder versi 9.0 atau lebih baru. Aplikasi ini dapat diunduh sendiri oleh
wajib pajak secara gratis di internet;
5. Pengisian data pada formulir induk berupa isian Nama PKP, Masa, NPWP,
dan Pembetulan ke, cukup dilakukan sekali dan secara otomatis akan mengisi
pada Formulir 1111 B3, 1111 B2, 1111 B1, 1111 A2, 1111 A1 dan 1111 AB;
6. Isilah dari lampiran-lampiran terlebih dahulu (dimulai dari Formulir 1111 B3,
1111 B2, 1111 B1, 1111 A2, 1111 A1, 1111 AB, kemudian Induk 1111).
Rumus-rumus penjumlahan, pengurangan, kaitan dengan bagian tertentu dan
lainnya telah tersedia di dalam form ini, sehingga Wajib Pajak tidak perlu
melakukan perhitungan kembali;
7. Tombol RESET digunakan untuk mengosongkan file pdf ini dari data yang
telah diisikan sebelumnya. Setelah selesai mengisi SPT dan mencetaknya,
jangan lupa simpan ke file lain (Save-as dan beri nama yang berbeda dengan file semula), kemudian gunakan tombol RESET untuk mengosongkan file;
8. Harap diperhatikan bahwa penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Pada
43
dan Nomor Seri Faktur Pajak pada Formulir 1111 A2 akan dilakukan
kalkulasi otomatis menurut kode faktur pada Formulir 1111 AB;
9. Field yang bersifat harus diisi (mandatory field) ditandai dengan bentuk kotak merah , field yang tidak dapat diisi dan diedit (read only) merupakan hasil dari perhitungan otomatis atau perhitungan dari lampiran ditandai dengan fields
berisi angka 0, field yang dapat diedit dan diisi (user entered field) ditandai dengan bentuk highlight fileds berwarna biru.
Apabila field yang bersifat mandatory tidak diisi maka formulir SPT tersebut tidak dapat dicetak. Pada beberapa field terdapat fungsi yang secara otomastis akan mengkonversi penulisan huruf kecil menjadi huruf kapital.
3.3.2.4 Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Bentuk Formulir 1111 DM
1. Format ini telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-45/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian
SPT Masa PPN Bagi PKP yang Menggunakan Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan Beserta Petunjuk Pengisiannya dan hanya dapat
digunakan untuk Pengisian SPT Masa PPN mulai Masa Pajak Januari 2011
dan seterusnya.
2. Formulir SPT Masa PPN 1111 DM terdiri atas 1 Lembar Halaman Induk dan
2 Halaman Lampiran dengan keterangan sebagai berikut :
a. Formulir Induk SPT Masa PPN 1111 DM (Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai Bagi PKP Yang Menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan) dengan kode F.1.2.32.05
44
Negeri Dengan Faktur Pajak) dengan kode D.1.2.32.13
c. Formulir 1111 R DM (Daftar Pengembalian BKP dan Pembatalan JKP oleh
PKP yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan) dengan Kode D.1.2.32.14
3. SPT hasil pencetakan ini wajib ditanda tangani, diberi cap perusahaan dan
tidak boleh dilipat atau kusut. Untuk pencetakan gunakan hanya kertas HVS
berukuran:
a. Folio/Government Legal (8,5 x 13 inch);
b. Berat minimal 70gr;
Penjelasan lebih lengkap mengenai pencetakan SPT Masa PPN, silahkan
baca dalam File Panduan Cetak Form.pdf yang dapat diunduh di
www.pajak.go.id;
4. Untuk dapat menggunakan formulir ini secara optimal, gunakan aplikasi
Adobe Reader versi 9.0 atau lebih baru. Aplikasi ini dapat diunduh sendiri oleh
wajib pajak secara gratis di internet;
5. Pengisian untuk Informasi data Nama PKP, NPWP, Alamat, Telepon, HP,
KLU, Masa, Tahun Buku, Pembetulan Ke, dan Cek List Wajib PPnBM (Jika
ada PPnBM) cukup dilakukan sekali. Secara otomatis informasi tersebut akan
terisi pada Lampiran 1111 R DM dan 1111 A DM;
6. Isilah dari lampiran-lampiran terlebih dahulu (dimulai dari Lampiran 1111 A
DM, 1111 R DM, kemudian Induk 1111 DM). Rumus-rumus penjumlahan,
pengurangan, kaitan dengan bagian tertentu dan lainnya telah tersedia di dalam
45
7. Tombol RESET digunakan untuk mengosongkan file pdf ini dari data yang
telah diisikan sebelumnya. Setelah selesai mengisi SPT dan mencetaknya,
jangan lupa simpan ke file lain (Save-as dan beri nama yang berbeda dengan file semula), kemudian gunakan tombol RESET untuk mengosongkan file;
8. Field yang bersifat harus diisi (mandatory field) ditandai dengan bentuk kotak merah , field yang tidak dapat diisi dan diedit (read only) merupakan hasil dari perhitungan otomatis atau perhitungan dari lampiran ditandai dengan fields
berisi angka 0, field yang dapat diedit dan diisi (user entered field) ditandai dengan bentuk highlight fields berwarna biru.
46 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktek yang penulis lakukan. Sesuai dengan tujuan
yang dicantumkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Wajib Pajak / pengusaha kena pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung
maupun melalui Pos / Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan
langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos /
Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang
diterima secara langsung harus ditolak sedangkan melalui Pos / Ekspedisi
diteruskan ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan
surat pengantar.
3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa PPN.
4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar
Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke
Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang
diterima.
6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokan
47
merekam SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam
ke seksi pelayanan.
7. Acccount Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan
matematis dan/ atau terlambat disampaikan/ dibayar berdasarkan data hasil
perekaman SPT.
8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari
pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT
Masa.
9. Proses selesai.
10. Setiap PKP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Masa PPN atau
menyampaikan SPT Masa PPN dan/atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan kepada pihak terkait demi
perbaikan kelancaran dalam prosedur pengolahan surat pemberitahuan antara lain:
1. Sebelum melaksanakan perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) terlebih dahulu harus diperiksa kelengkapan datanya
seperti Tanggal, Bulan , dan Tahun Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
48
2. Memeriksa kelengkapan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Memeriksa
apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tersebut Lebih Bayar (LB), Kurang Bayar (KB), atau NIHIL.
3. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) tersebut sudah e-SPT atau belum.
4. Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar,
PROSEDUR PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG KAREES
Laporan Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program studi S-1
Jurusan Akuntansi
Disusun oleh :
Eriska Wulandari 21108079
4 AK 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
48
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Zain, 2003, Manajemen Perpajakan.
Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010, Perpajakan: Teori dan Teknis Perhitungan, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Johar arifin, Ir. Yasdin Darwis ,2007, Cara mudah mengisi SPT Pajak Pertambahan Nilai (Formulir 1107), Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
http://www.facebook.com/notes/indotaxes/se-20pj2011-pengisian-formulir-spt-masa-ppn-1111-dan-spt-masa-ppn-1111-dm-dalam-/10150132361996505
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/13937781/SPTMasaPPN1111DM.rar.html
www.pajak.go.id
www.google.com
www.pajak.com
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
berkat, rahmat dan anugrah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Laporan Hasil Kerja Praktek dengan judul
“Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Bandung Karees”.
Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menempuh jenjang Sarjana S1 Program Studi Akuntansi di
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Hasil Kerja Praktek ini masih
banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun pembahasannya. Hal ini tidak
lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak.
Selain itu penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu penulis. Sehingga
Laporan Hasil Kerja Praktek dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer
ii
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra.,S.E., M.Si., Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesai Bandung.
4. Wati Aris Astuti SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam
membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.
5. Ely Suhayati, SE.,M.Si selaku Dosen Wali Kelas Ak-2 Angkatan 2008
Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Sarjana S1 Universitas
Komputer Indonesia Bandung.
6. Semua Bapak dan Ibu Dosen Universitas Komputer Indonesia Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi.
7. Didik Agung Sujatmika, SH selaku Kepala Seksi Pelayanan dan
Pembimbing dalam Kerja Praktek pada KPP Pratama Bandung Karees yang
telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun
membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.
8. Pak Eri, Pak Edi, Ibu Eka, Ibu Juju, Ibu Uni, Pak Ahmad, Pak Agus dan
seluruh pelaksana Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Untuk keluarga besar , penulis ucapkan banyak terima kasih untuk semua
yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan baik moral maupun
materil, dan kasih sayang. Semoga kalian diberi kesehatan dan rejeki yang
iii
10.Untuk Rizal Maulana, Septi Asriani, Lina Rahmawati, Indar Yulias, Nopa
Rusniasari, Euis Masopah yang memberikan motivasi dalam mengerjaan
Laporan supaya cepat beres.
Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih bagi semua pihak atas
terselesaikannya laporan ini. Semoga laporan kerja praktek ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Bandung, Desember 2011
Penulis