• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Friska Anjani NIM. 41807052

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

iv

SOSIALISASI KESENIAN SUNDA

Oleh : Friska Anjani NIM. 41807052

Skripsi ini di bawah bimbingan, Melly Maulin P., S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda. Untuk menjawab masalah diatas, peneliti menganalisa logo dari Saung Angklung Udjo yaitu bentuk logo, makna logo, dan nilai esensi logo.

Tipe penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara, Observasi, Dokumentasi, Studi Pustaka dan Internet Searching. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 informan penelitian, yaitu: 1 informan kunci dan 3 informan pendukung.

Hasil penelitian menunjukan, bahwa logo Saung Angklung Udjo Bandung secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai media sosialisasi kesenian sunda baik dari segi bentuknya, maknanya serta nilai esensi yang terkandung di dalam masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung. Dengan memasukkan salah satu alat musik kesenian Sunda yaitu angklung sebagai salah satu unsur dalam logo dapat menunjukan komitmen dan profesionalisme Saung Angklung Udjo sebagai sebuah tempat konservasi kebudayaan Sunda, khususnya angklung.

Kesimpulan Penelitian ini memperlihatkan bahwa Masterbrand logo Saung Angklung Udjo dapat menjadi salah satu media dalam sosialisasi kesenian Sunda. Logo Saung Angklung Udjo selalu dilibatkan dalam setiap acara yang diagendakan oleh perusahaan. Dengan cara tersebut, Saung Angklung Udjo berharap unsur angklung pada logo dapat mensosialisasikan kesenian Sunda khususnya angklung kepada masyarakat umum.

(3)

SUNDANESE ART SOCIALIZATION PROCESS

This study aims to determine the “Masterbrand Logo For Identity Saung Angklung Udjo

Bandung In Sundanese Art Socialization Process. To answer that problems, researchers analyzed the logo of Saung Angklung Udjo according to the form meaning, and the value essence of the logo.

The research use qualitative approach while the method used descriptive. Data collection techniques used interviews, observation, documentation, Internet Searching and Library Studies. The informants of this research was 4 people, they are, 1 as key informant and 3 as supportive informant.

The results indicated, that logo Saung Angklung Udjo Bandung may indirectly serve as a medium of sundanese art socialization process with the forms, meanings and values embodied in the essence of the logo. By placing one of Sundanese art musical instrument, angklung as one element in the logo can demonstrated commitment and professionalism of Saung Angklung Udjo as a conservation place of Sundanese culture, especially angklung.

Conclusion of this research shows that Masterbrand logo of Saung Angklung Udjo can be use as the media in the sundanese art socialization process. Logo of the Saung Angklung Udjo logo is always involved in every event scheduled by the company. In this way, Saung Angklung Udjo expects element in a logo which is angklung can socialize Sundanese arts especially the Sundanese instrument to public.

(4)

vi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha Suci Allah yang senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang-orang beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya, dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat dan salam senantiasa diberikan pada Rasul junjungan, uswah ibadah, uswah hasanah, Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, keluarga, para sahabat sampai kita semua hingga akhir zaman nanti.

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada penulis yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda”.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Pertama- tama penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sangat tulus kepada Yts. Bapak Toni dan Ibu Yus selaku orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian, kepercayaan, semangat, dan juga do‟a yang berlimpah

(5)

vii

dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya. Namun penulis tetap memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah yang telah menuntun qolbu, akal dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya.

Dan dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.

2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth. Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, kesabaran, perhatian serta telah membuka pikiran penulis.

(6)

viii melaksanakan perkuliahan.

6. Yth. Ibu Astri Ikawati A.Md Kom dan Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.Ikom selaku staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu segala keperluan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Yth. Divisi Corporate Secretary Saung Angklung Udjo yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Yth. Bhawika Hikmat Prasetya S.I.Kom selaku staff Corporate Secretary Saung Angklung Udjo yang telah mendorong, membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan nasihat-nasihat yang begitu berarti.

9. Yth. Dewi Nur Amalia, A.Md selaku staff Corporate Secretary Saung Angklung Udjo. Terima kasih atas segala bantuan dan kesabaran serta bimbingannnya.

10. Yth. seluruh staf dan karyawan Saung Angklung Udjo yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

ix

13. Yts. Adik- adik ku, Riyan D. Yusfidianto, Demas M. Herlambang serta Nurfaidah D. Rizki yang telah mendukung dan membantu penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

14. Yts. semua keluarga yang banyak mendukung penulis, terima kasih buat Mbah Kakung, Mbah Putri, Bu sepuh, Tante Sri, Om Dadan yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.

15. Yts. Sahabat- sahabat lama penulis, terima kasih buat Melanie, Regard, Komenk, Lalitya, Lusi, Egi, Putri, Tika, dan Phlysa yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

16.Rekan-rekan seperjuangan ku: Harlina “mami” dan Yudi yang telah banyak memberikan doanya kepada penulis…. You‟re my best partner..!!

17.Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2007, Ayu Asha, Kikin, Gita, Mas Duen, Adin, June, Bayu, Mutee, Fitri, Donda, Selvi, Tyo, dan Metha serta teman-teman lainnya, terima kasih atas persahabatannya.

(8)

x

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya. Amin.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

(9)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ditengah maraknya pengakuan hak milik kebudayaan bangsa Indonesia oleh bangsa lain, membuat kita harus bekerja keras untuk mempertahankan apa yang merupakan hak milik bangsa kita. Salah satunya dengan cara memperkenalkan serta melestarikan kebudayaan tersebut kepada khalayak luas. Memperkenalkan kebudayaan itu bisa dengan beragam cara, salah satu contohnya adalah logo Saung Angklung Udjo Bandung.

Saung Angklung Udjo adalah salah satu tempat kesenian di Bandung yang berdiri sejak tahun 1966 dan bersaing dengan tempat kesenian lainnya, dimana masing- masing tempat kesenian mempunyai keunggulan lain di bidang kesenian. Berlokasi di Jln. Padasuka 118 Bandung, Saung Angklung Udjo mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara kesenian Sunda, khususnya angklung.

(10)

merupakan hasil dari pemikirin Bapak Satria Yanuar Akbar yang menjabat sebagai Direktur Pemasaran Saung Angklung Udjo. Masterbrands terdiri dari 2 kata yang berdiri sendiri yaitu: Master dan brand. Pengertian master adalah utama, sedangkan brand adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya.1 Jadi, masterbrand dapat diartikan sebagai suatu merek utama sebuah perusahaan, lembaga atau instansi yang digunakan sebagai identitas untuk membedakan dengan identitas perusahaan lainnya.

Masterbrand logo dari Saung Angklung Udjo Bandung merupakan sebuah logo branding utama mereka untuk memperkenalkan nama mereka keseluruh masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Masterbrand logo dari Saung Angklung Udjo Bandung terdiri dari dua bagian yaitu: Saung Angklung Udjo Logotype dan Angklung Symbol yang kedua bagian tersebut merupakan satu kesatuan.

Dalam perkembangannya, Saung Angklung Udjo Bandung telah mengalami perubahan logo selama dua kali. Logo Saung Angklung Udjo Bandung terbaru telah digunakan sejak tahun 2008- sekarang.

1

(11)

Gambar 1.1

Masterbrand Logo Saung Angklung Udjo Bandung

Sumber: Saung Angklung Udjo, 2011

Masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung merupakan sebuah logo yang tercipta dari adanya budaya organisasi dalam suatu perusahaan. Budaya organisasi merupakan penerapan nilai- nilai dalam suatu masyarakat yang terkait bekerja dibawah naungan suatu organisasi. Dalam hal ini logo merupakan salah satu bentuk dari budaya organisasi, karena terdapat suatu visi, misi, serta tujuan yang sama dalam sebuah organisasi yang secara visualisasi dibentuk dengan adanya sebuah logo.

(12)

dikembangkan dan dilestarikan melalui pagelaran didalam maupun di luar negeri.

Logo adalah bagian dari Corporate Identity, dimana logo merupakan sebuah penanda grafis atau emblem yang biasa digunakan untuk kepentingan komersial, organisasi, bahkan individu sebagai alat promosi atau perkenalan publik2. Dalam perkembangannya, logo mengalami deformasi bentuk mulai dari bentuk-bentuk logo yang rumit hingga menjadi sebuah bentuk yang sederhana dan mudah diingat. Berbagai macam pilihan elemen pun ikut bertambah, mulai dari penggunaan inisial, nama perusahaan, monogram maupun pictogram. Fungsi identitas merupakan ukuran sebuah logotype, dengan hanya melihat logo seseorang akan ingat, tertarik, lalu membeli. Dari fungsi tersebut, logo kemudian menjadi ukuran sebuah citra, baik citra sebuah produk, perusahaan maupun organisasi.3

Pembagian jenis logo secara sederhana terbagi atas dua bagian yaitu Word Marks atau Brand Name yaitu logo yang tersusun dari bentuk terucapkan, serta Device Marks atau Brand Mark yang tersusun dari bentuk tak terucapkan. Kemudian dengan semakin bertambahnya jumlah produk di pasar, serta semakin kompleknya karakteristik pasar muncul berbagai jenis logo, yang pada dasarnya merupakan paduan dari dua jenis logo diatas.

2

Anne Ahira. Sejarah Logo. http://www.anneahira.com. Minggu tanggal 20 Maret 2011 jam 10:12 WIB.

3

(13)

Hadirnya logo merupakan bagian dari perencanaan corporate identity design, dimana logo ibarat tubuh yang mampu mengutarakan isi produk atau perusahaan. Keseluruhan dari hakikat logo itu sendiri sebagai sebuah karya seni rupa yang berupa dua dimensi (dwi matra) atau tiga dimensi (tri matra).

Jika dilihat secara visualisasi, masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung mempunyai sebuah makna, dimana makna yang tersirat itu ingin mensosialisasikan suatu kesenian sunda, dalam hal ini yang dimaksud adalah alat musik tradisional sunda, yaitu angklung.

Menurut Soerjono Soekanto, “sosialisasi adalah proses

mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru”.

Namun dalam hal ini sosialisasi bukan saja hanya mengkomunikasikan sesuatu yang baru kepada masyarakat baru, namun kepada masyarakat yang belum mengetahui akan sesuatu hal itu pun sosialisasi dapat dilakukan.

(14)

masyarakat, namun sosialisasi itupun dapat dilihat dari logo organisasi mereka.

Untuk mensosialisaikan sesuatu dalam sebuah organisasi tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Di dalam suatu organisasi bermacam- macam karakter dan pemikiran berbeda- beda, namun dari semua perbedaan itu harus dapat muncul suatu kesepakatan bersama untuk kepentingan bersama dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah konteks komunikasi organisasi untuk mencapai kata mufakat.

Menurut buku Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Dalam lingkup ilmu komunikasi terdapat bentuk- bentuk komunikasi, dimana salah satunya adalah komunikasi kelompok besar atau komunikasi organisasi.

Dalam buku Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit- unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit- unit komunikasi dalam hubungan- hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Menurut Garbner (1958) yang dikutip oleh Reed dan Edwin dalam bukunya Taksonomi Konsep Komunikasi, menyebutkan “komunikasi sebagai

(15)

secara formal, simbolis atau penggambaran peristiwa tentang beberapa aspek budaya yang sama- sama dimiliki”.

Bertolak belakang dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dalam batas studi ilmu komunikasi mengenai logo dari Saung Angklung Udjo yang merupakan Identitas Perusahaan mereka dalam sosialisasi kesenian sunda, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah mengenai:

“Bagaimana Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung

Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti memberikan batasan masalah yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana bentuk logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda ?

2. Bagaimana makna logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda ?

3. Bagaimana nilai esensi logo yang ingin dibentuk oleh Saung Angklung Udjo Bandung sebagai identitas dalam sosialisasi kesenian sunda ? 4. Bagaimana masterbrand logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo

(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung sebagai media sosialisasi kesenian sunda.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk logo sebagai bentuk identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda.

2. Untuk mengetahui makna logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda.

3. Untuk mengetahui nilai esensi logo yang ingin dibentuk oleh Saung Angklung Udjo Bandung sebagai identitas dalam sosialisasi kesenian sunda.

(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

Peneliti sangat mengharapkan bahwa hasil penelitian ini akan dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis ini berguna untuk menunjang pengembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi serta dapat memberikan gambaran khususnya mengenai fungsi logo.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti

Kegunaan bagi peneliti adalah bahwa peneliti dapat belajar untuk melakukan penelitian dan sekaligus menulis hasil penelitian secara ilmiah. Peneliti juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan ke dalam kehidupan nyata di suatu lembaga serta mengenai makna sosialisasi budaya dari sebuah logo suatu lembaga.

1.4.2.2Kegunaan Bagi Universitas

(18)

1.4.2.3Kegunaan Bagi Perusahaan

Kegunaan penelitian ini berguna bagai instansi sebagai masukan atau evaluasi terhadap Masterbrand Logo Sebagai Identitas Saung Angklung Udjo Bandung Dalam Sosialisasi Kesenian Sunda.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Menurut buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Dimana, identitas perusahaan adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan- perusahaan lainnya. Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal khas/ unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu. Identitas perusahaan memiliki elemen- elemen utama, salah satunya adalah logo.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “logo merupakan huruf atau

lambang yang mengandung suatu makna, terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan”.

(19)

elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan kompetitor atau pesaing.

Logo merupakan sebuah visi penyampaian citra positif melalui sebuah tampilan sederhana dalam bentuk simbol. Sebuah logo mempunyai fungsi komunikasi, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengkomunikasikan karakter dan citra perusahaan.

2. Membangun kesan yang positif terhadap produk dan perusahaan. 3. Menjadi identitas khusus yang dimiliki perusahaan.

Secara visualisasi, logo adalah suatu gambar. Gambar itu bisa berupa berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena sifat dari apa yang diwakili oleh logo berbeda satu sama lain, maka bentuk, makna dan nilai esensi yang terdapat di dalam logo masing- masing perusahaan pun berbeda.

Adapun pengertian dari bentuk, makna, serta nilai esensi logo sebagai beikut:

1. Bentuk logo

(20)

tertentu.4 Hal tersebut biasa dipahami, karena bentuk atau rupa mempunyai muatan kesan yang kasat mata.

2. Makna Logo

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan5. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Sedangkan, Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994: 286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atas suatu konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda lingustik. Berpedoman dari beberapa pengertian makna diatas maka, makna logo merupakan sebuah arti yang terkandung dari logo, baik yang bersifat tertulis maupun yang tidak tertulis.

3. Nilai Esensi Logo

Sebuah logo juga biasanya mempunyai sebuah nilai esensi yang ingin dibentuk di mata masyarakat. Esensi merupakan akar atau dasar dari suatu hal. Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai esensi logo merupakan nilai akar atau dasar dari logo yang dimaksud.

Logo perusahaan merupakan icon yang mewakili sesuatu, yang mampu menjelaskan secara singkat ke khalayak ( penikmat ) serta mampu

4

Fajrigraf. Arti Garis dan Bentuk Pada Sebuah Logo. http://fajrigraf.multiply.com. Senin tanggal 18 April 2011 pukul 19:01WIB.

5

(21)

menanamkan brand image ke dalam memori otak dengan mudah ( mar-king ).6

Di dalam logo sendiri ada misi yang diemban untuk sampai ke khalayak, meliputi :

1. Mar- king 2. Eye- cathing

1.5.2 Kerangka Konseptual

Saung Angklung Udjo (SAU) Bandung merupakan sebuah tujuan wisata budaya yang lengkap, hal itu dikarenakan Saung Angklung Udjo memiliki arena pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Menjadi sebuah perusahaan yang berciri khas budaya sunda, khususnya kesenian sunda yaitu Angklung, Saung Angklung Udjo pun memiliki sebuah logo yang memang bertemakan budaya sunda pula.

Logo di Saung Angklung Udjo dinamakan masterbrand logo. Adapun bentuk, makna, serta nilai esensi yang terdapat pada logo Saung Angklung Udjo sebagai berikut:

1. Bentuk dari Masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung ini terdiri dari dua bagian yaitu: Saung Angklung Udjo Logotype dan Angklung Symbol yang kedua bagian tersebut merupakan satu kesatuan. Angklung symbol merupakan bentuk simbol dari logo

6

(22)

Saung Angklung Udjo yang terdiri dari formasi tujuh buah sosok angklung yang tersusun dari kecil ke besar.

2. Dibalik Masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung terdapat sebuah makna yang terkandung di dalamnya. Makna yang terkandung tersebut terdapat di dalam Saung Angklung Udjo Logotype dan Angklung Symbol.

3. Masterbrand Logo Saung Angklung Udjo Bandung memiliki nilai esensi yang mengandung nilai kebudayaan, dimana hal tersebut dapat dilihat dari komposisi logo perusahaan yang bertemakan kesenian sunda.

Masterbrand logo Saung Angklung Udjo Bandung memasukkan unsur angklung pada logo mereka sebagai identitas dari perusahaan. Logo tersebut bukan hanya digunakan sebagai media promosi saja, melainkan mengandung misi bahwa kesenian angklung merupakan salah satu kesenian sunda yang harus dikembangkan dan dilestarikan melalui pagelaran didalam maupun di luar negeri.

Angklung merupakan salah satu kesenian sunda yang harus diperkenalkan dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Salah satunya dengan cara mensosialisasikan kesenian tersebut kepada masyarakat dalam maupun luar negeri, bahwa alat musik angklung merupakan budaya asli dan hak milik warga Indonesia

(23)

serta dimana pun masterbrand logo itu akan selalu menjadi simbol dari perusahaan mereka.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk logo Saung Angklung Udjo Bandung sebagai identitas dalam sosialisasi kesenian sunda.

a. Bagaimana bentuk rancangan logo dari Saung Angklung Udjo? b. Siapa yang membuat rancangan logo dari Saung Angklung Udjo ? c. Bagaimana proses pembuatan logo dari Saung Angklung Udjo? d. Bagaimana bentuk logo dapat membentuk persepsi khalayak dalam

sosialisasi kesenian sunda ?

2. Makna logo Saung Angklung Udjo Bandung sebagai identitas dalam sosialisasi kesenian sunda.

a. Apa makna dari logo Saung Angklung Udjo ?

b. Apakah makna logo Saung Angklung Udjo sudah mencerminkan kesenian sunda ?

c. Apakah dibalik makna logo Saung Angklung Udjo dapat menjalankan misi sebagai sosialisasi dari kesenian sunda ?

3. Nilai esensi Masterbrand logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda.

(24)

b. Apakah masterbrand logo Saung Angklung Udjo memiliki nilai esensi identitas dalam sosialisasi kesenian sunda ?

4. Masterbrand logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dalam sosialisasi kesenian sunda.

a. Apakah Masterbrand logo sebagai identitas Saung Angklung Udjo Bandung dapat mensosialisasikan kesenian sunda ?

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu hal. Penelitian kualitatif tentu saja bersifat empiris (bisa diamati dengan pancaindera atau sesuai dengan kenyataan), hanya saja pengamatan atas data bukanlah berdasarkan ukuran- ukuran matetematis yang terlebih dahulu ditetapkan peneliti dan harus dapat disepakati oleh pengamat lain, melainkan berdasarkan ungkapan subjek penelitian, sebagaimana yang dikehendaki dan dimaknai oleh subjek penelitian.

(25)

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data- data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati.

Dalam pendekatan kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang berdimensi banyak, sesuatu kesatuan yang utuh, serta berubah- ubah. Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitiannya. Untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif (descriptive research). Penelitian deskriptif bearti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek- aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan antara berbagai variabel.

(26)

Metode deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori- teori tentatif, sehingga dalam hal ini barangkali terlihat suatu perbedaan yang esensial antara metode deskriptif dengan metode- metode lain. Ciri lainnya adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah yang dimaksud, bahwa peneliti terjun kelapangan dan tidak berusaha memanipulasi variabel, karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala (reactive measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini.

1.8 Subjek dan Informan Penelitian 1.8.1 Subjek Penelitian

“Subjek Penelitian adalah sesuatu baik makhluk hidup, benda, ataupun lembaga (instansi), yang sifat dan keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain, subjek penelitian adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian” (Tatang M: 2009). Subjek dalam penelitian ini adalah Corporate Secretary Saung Angklung Udjo Bandung. 1.8.2 Informan Penelitian

(27)

penelitian dengan benar, dan dapat membantu memberikan informasi yang akurat.

Tabel 1.1

Data Informan Kunci Penelitian

No Nama Jabatan

1 Bhawika Hikmat. P Corporate Secretary

Dalam penelitian ini terdapat informan pendukung yaitu pengunjung Saung Angklung Udjo.

Tabel 1.2

Data Informan Pendukung Penelitian

No Nama

1 Theresia Seneng Ayu

2 Jihan K. Kusgarina

3 Meisya Eadyana Maharani

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Deep Interview)

(28)

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan tanya jawab terhadap orang- orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah yang diteliti.

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut:

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266), antara lain: “mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekonstruksi kebulatan- kebulatan sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan- kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami di masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia dan memverifikasi , mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota”.

(29)

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai corporate secretary selaku divisi yang bertanggung jawab atas logo Saung Angklung Udjo dan pengunjung Saung Angklung Udjo tentang logo dari dari perusahaan tersebut berkaitan dengan sosialisasi kesenian sunda.

2. Observasi

Menurut Nasution dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Seseorang dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dan dengan melengkapi atau mencari data- data yang diperlukan peneliti dari literature, referensi, majalah, makalah, internet, dan yang lainnya.

Peneliti melakukan pencarian data melalui sumber- sumber tertulis untuk memperoleh informmasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data sekunder. Diantaranya, studi pustaka untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian.

4. Dokumentasi

(30)

5. Internet Searching

Internet searching adalah suatu situs yang belum kita ketahui secara pasti alamat yang di miliki. Dalam melakukan internet searching biasanya kita gunakan search engine sebagai mesin pembantu dalam pencarian situs tersebut.

Pencarian data di internet merupakan salah satu langkah yang digunakan peneliti sebagai bentuk satu terobosan efisiensi waktu dalam perolehan data maupun studi literatur, dengan memanfaatkan situs- situs yang sifatnya gratis (freeware).

1.10 Teknik Analisa Data

“Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan menbuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain” (Sugiyono 2005 : 89).

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis dan pengolahan data, sebagai berikut:

(31)

2. Reduksi data/ pembentukan abstraksi dari data yang ada.

3. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data dan dipilah- pilah sesuai dengan jenisnya.

4. Penyajian data,melalui proses pencatatan, pengetikan, penyuntingan, dan disusun ke dalam bentuk teks yang diperluas.

5. Penarikan kesimpulan.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Saung Angklung Udjo yang berlokasi : Alamat : Jln. Padasuka 118, Bandung 40192 Jawa Barat Telepon : +62 22 727 1714, +62 22 710 1736

E-mail : info@angklung-udjo.co.id

Website : www.angklung-udjo.ac.id

1.11.2 Waktu Penelitian

(32)
(33)

1.12 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan sistematika penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, seperti penjelasan yang dapat dilihat di bawah ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Pertanyaan Penelitian, Metode Penelitian, Subjek dan Informan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Lokasi dan Tempat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(34)

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Berisi gambaran tentang Sejarah, Tahun Bersejarah, Bisnis Hiburan, Data Tempat Penelitian, Gambaran tentang Masterbrand Logo, Struktur Organisasi, Job Description , dan Kegiatan dari Saung Angklung Udjo.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Berisi tentang uraian mengenai hasil wawancara dengan informan. Di dalamnya berisikan data informan, hasil penelitian, dan pembahasan tentang Masterbrands Logo Saung Angklung Udjo sebagai media sosialisasi kesenian Sunda

BAB V : PENUTUP

(35)

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjaun tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication dan dalam bahasa latin berasal dari kata Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian menurut Lexicographer salah satu ahli kamus bahasa, mengartikan komunikasi yang menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.Beberapa pakar telah mendefinisaikan komunikasi seperti yang dikutip oleh Sendjaja dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, antara lain :

Berelson dan Steiner mendefinisikan bahwa komunikasi adalah “Proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain,

melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain”. (Berelson dan Steiner dalam Sendjaja, 2004: 1.11)

Laswell memberikan definisi bahwa “Komunikasi pada dasarnya

(36)

kepada siapa?, dan dengan akibat atau hasil apa atau who, say what, in which channel, to whom, and with what effect. (Laswell dalam Sendjaja, 2004: 1.11)

Gode mendefinisikan bahwa komunikasi adalah “Suatu proses

yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih”.

(Gobe dalam Sendjaja, 2004: 1.11)

Barlund mendefinisikan bahwa “Komunikasi timbul didorong oleh

kebutuhan-kebutuhan untuk mengurang rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”. (Barlund dalam

Sendjaja, 2004: 1.11)

Ruesch memberikan definisi bahwa “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan”. (Ruesch dalam Sendjaja, 2004: 1.11)

Weaver mendefinisikan bahwa “Komunikasi adalah seluruh

prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya”. (Weaver dalam Sendjaja, 2004: 1.11)

Carl I. Hovland memberikan definisi bahwa “Komunikasi adalah

upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”.

(37)

Menurut McQuail dan Windahl yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi bahwa komunikasi berkaitan erat dengan unsur- unsur seperti:

“Sender, channel, message, receiver, hubungan relationship between sender and receiver, effect, a context in which communication occurs and a range of things to which

„message‟refer. Sometimes, communication can be any all of the

following: action on another, an interaction with others and

reaction to other” (Pengirim pesan, alur pesan pesan, penerima

pesan, hubungan antara pengirim dan penerima, respon, sebuah konteks dimana komunikasi terjadi dan urutan kejadian ketika “pesan” mengacu tentang sesuatu. Terkadang, komunikasi bisa merupakan apa saja yang disebutkan berikut ini: sebuah aksi akan sesuatu hal, sebuah interaksi dengan orang lain dan reaksi terhadap sesuatu).

2.1.2 Unsur- Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai, dan untuk mencapainya ada unsur- unsur yang harus dipahami. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Komponen atau unsur- unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komunikator: Orang yang menyampaikan pesan; 2. Pesan: Pernyataan yang didukung oleh lambang; 3. Komunikan: Orang yang menerima pesan;

(38)

6. Efek: Dampak sebagai pengaruh pesan. (Effendy, 2002: 6)

Keenam unsur komunikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsur tidak ada maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. Jadi deangan demikian keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut.

2.1.3 Ruang Lingkup Komunikasi

Ruang lingkup komunikasi terdiri:

1.Bidang Komunikasi

Bidang yang dimaksud disini adalah bidang kehidupan manusia, dimana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lainnya terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis- jenis sebagai berikut:

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi organisasi atau manajemen (organizational/ management communication)

c. Komunikasi Bisnis (business communication) d. Komunikasi Politik (political communication)

(39)

f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi tradisional (traditional communication)

Selain jenis- jenis bidang komunikasi diatas, dalam berbagai literature tidak jarang dijumpai lain- lainnya, misalnya family communication, health communication, dan sebagainya, yang merupakan salah satu aspek dari salah satu bidang komunikasi yang tercantum di atas.

2.Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Komunikasi verbal (verbal communication) Komunikasi verbal di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Komunikasi lisan (oral communication) 2) Komunikasi tulisan (written communication) b. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

Komunikasi nonverbal di bagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Komunikasi kial (gestural/ body communication) 2) Komunikasi gambar (pictoral communication) 3) Lain- lain

(40)

3.Tatanan Komunikasi

Proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk- bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi pribadi (personal communication) Komunikasi pribadi di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Komunikasi intrapribadi (interpersonal communication) 2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) 2) Komunikasi kelompok besar (large group communication) c. Komunikasi massa (mass communication)

Komunikasi masa di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Komunikasi media massa cetak atau pers (printed mass media communication)

2) Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)

(41)

4.Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi adalah sebagai berikut: a. Mengubah sikap

b. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan c. Mengubah perilaku

d. Mengubah masyarakat 5.Fungsi Komunikasi

Adapun fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut: a. Menginformasikan

b. Mendidik c. Menghibur d. Mempengaruhi 6.Teknik Komunikasi

Adapun teknik komunikasi adalah sebagai berikut: a. Komunikasi informatif

(42)

7.Metode Komunikasi

Adapun metode komunikasi adalah sebagai berikut: a. Jurnalisme atau jurnalistik

Jurnalisme diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Jurnalisme cetak

2) Jurnalisme elektronik

Jurnalisme elekronik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a) Jurnalisme radio

b) Jurnalisme televisi b. Hubungan masyarakat c. Periklanan

d. Propaganda e. Perang urat syaraf f. Perpustakaan g. Lain- lain 2.1.4 Proses Komunikasi

Dilihat dari beberapa definisi komunikasi menurut para pakar terkandung dua pengertian yaitu proses dan informasi. Proses merupakan “Suatu rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap

(43)

Sendjaja dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, menyebutkan bahwa proses komunikasi terdiri dari dua cara yaitu :

1. Proses cara primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau saran media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Sendjaja, 2004: 1.13).

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan efeknya yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi,

(44)

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

haru mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam- macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik- baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

(Effendy,1993: 18)

Jadi, secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.6 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor- faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Oleh karena itu, perlu di ketahui hambatan- hambatan tersebut, yaitu:

1. Kebisingan

2. Keadaan psikologis komunikan

3. Kekurangan komunikator atau komunikan 4. Kesalahan penilaian oleh komunikator

(45)

7. Isi pesan berlebihan 8. Bersifat satu arah 9. Faktor teknis

10. Kepentingan atau interest 11. Prasangka

12. Cara penyajian yang verbalitas, dan sebagainya.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Organisasi 2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi memiliki dua konsep pokok yang perlu dipahami secara baik yang juga merupakan dua konsep yang saling erat keterkaitannya, yaitu konsep komunikasi dan organisasi.

Menurut Hovland, Janis dan Kelley memberikan definisi bahwa komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)” (Proses dimana seorang individu mengirimkan stimulus (biasanya berupa verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.

(46)

achieve, through hierarchy of ranks and division of labor, common goals).

Chester Barnard, dalam bukunya The Function of the Executive (1938), mengamati bahwa dalam tinjauan organisasi secara mendalam, komunikasi akan menjadi pusat perhatian. Hal ini disebabkan stuktur, keluasan, dan lingkup organisasi hampir seluruhnya ditentukan oleh berbagai teknik komunikasi.

Posisi komunikasi organisasi dapat ditelusuri melalui pemahaman mengenai definisi organisasi dan komunikasi organisasi, yaitu membahas pendekatan organisasi dan menyimak peran komunikasi dalam masing- masing pendekatan tersebut. Kemudian, membahas berbagai jenis komunikasi atau jaringan komunikasi dan arus komunikasi.

Menurut Joseph Devito dalam bukunya Human Communication menyatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal, maupun informal organisasi.

(47)

1. Komunikasi formal

Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifat komunikasinya bersifat berorientasi kepentingan organisasi.

2. Komunikasi informal

Komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

2.2.2 Ciri- ciri Komunikasi Organisasional

Komunikasi organisasi mempunyai ciri- ciri, yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi relatif lebih banyak,

bisa mencapai 50- 200 orang atau lebih.

2. Hal yang dibicarakan berkisar pada suatu tema atau topik tertentu yang menyangkut kepentingan bersama.

3. Terdapat minat dan kepentingan yang nyaris sama diantara anggota- anggota organisasi.

4. Biasanya sebagian dari peserta saling kenal (misal seminar, pengajian) atau keseluruhan saling kenal (misal rapat perusahaan, rapat pengurus organisasi).

2.2.3 Unsur-unsur Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi mempunyai unsur- unsur, yaitu sebagai berikut:

1. Kesengajaan

(48)

formal dan informal (bukan hubungan sosial) yang disengaja berdasarkan penggarisan organisasi.

2. Pertukaran

Selalu meliputi paling tidak dua atau lebih orang yakni pihak pengirim dan penerima.

3. Gagasan, pendapat, informasi, instruksi dan sejenisnya

Adalah isi pesan yang sangat bergantung pada harapan dan lingkungan.

4. Personal dan Impersonal

Adalah saluran langsung seperti tatap muka atau melalui telivisi kepada sejumlah orang secara serentak.

5. Simbol atau tanda

Adalah setiap cara atau metode yang dapat disandikan menjadi pesan untuk dipertukarkan.

6. Mencapai tujuan organisasi

Salah satu karakteristik tujuan atau harapan organisasi formal sangat dietntukan oleh pimpinan.

2.2.4 Konsep Kunci Komunikasi Organisasi

Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi berikut:

“organizational communications is the process of creating and

(49)

organisasi adalah proses pengiriman dan pertukaran pesan dalam jaringan hubungan yang saling berkaitan untuk disesuaikan denagn lingkungan yang belum pasti).

Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci komunikasi organisasi, yaitu:

1. Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukarkan pesan diantara anggota.

2. Pesan

Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang yang masing- masing menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. 4. Keadaan saling tergantung

Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisai yang merupakan suatu sistem terbuka.

5. Hubungan

(50)

6. Lingkungan

Adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem.

7. Ketidakpastian

Adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan.

2.3 Tinjauan tentang Logo

Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi.

Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal di antara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan menjaga image perusahaan pemilik logo itu. Selanjutnya, logo bahkan dapat menjalin kesatuan dan solidaritas di antara anggota keluarga besar perusahaan itu yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan.

(51)

1. Original dan Destinctive atau memiliki nilai kekhasan 2. Legible atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi 3. Simple atau sederhana

4. Memorable atau mudah untuk diingat

5. Easy assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.

6. Easy adaptable for all graphic media

Dilihat dari unsur pembentukannya, logo diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Logo dalam bentuk alphabetical; 2. Logo dalam bentuk benda konkret;

3. Bentuk abstrak, poligon, spiral, dan sebagainya; 4. Simbol, nomor, dan elemen lain.

Ciri- ciri logo yang efektif: 1. Memiliki sifat unik;

2. Memiliki sifat yang fungsional sehingga dapat dipasang dalam berbagai keperluan;

3. Bentuk logo mengikuti kaidah- kaidah dasar desain;

(52)

2.4 Tinjauan tentang Identitas Perusahaan 2.4.1 Pengertian Identitas Perusahaan

Menurut buku Periklanan, identitas perusahaan (corporate identity) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan- perusahaan lainnya. Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal khas/ unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu, memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu. Identitas perusahaan memiliki elemen- elemen utama yang meliputi warna atau bentuk bangunan perusahaan, tipe logo, atribut, samapai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan.

Sangat sulit untuk menemukan warna yang benar- benar berbeda, tetapi tentu saja ada perusahaan yang mampu menemukan warna yang benar- benar unik. Selain warna, bentuk huruf juga harus dipilih dengan hati- hati berdasarkan empat pertimbangan berikut: a. Setiap bentuk huruf mengandung kesan atau karakter tertentu yang

berbeda satu sama lain.

b. Huruf- huruf sans serif secara umum lebih mudah dibaca.

c. Tidak semua mesin cetak memiliki bentuk huruf yang lenggap, sehingga kemungkinan mesin tersebut tidak bisa menyajikan bentuk huruf yang diinginkan.

(53)

ditayangkan dalam ukuran besar, tetapi tidak terlalu mudah dibaca jika disajikan dalam ukuran teks yang kecil.

Dalam bukunya The Company Image, Elinor Selame mengatakan identitas korporat atau corporate identity adalah apa yang senyatanya ada pada atau ditampilkan oleh perusahaan (Selame dalam Sutojo 2004:13).

Identitas perusahaan (Corporate Identity) menurut M. Linggar Anggoro (2000: 28) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan-perusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa identitas perusahaan harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi hal-hal unik atau khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik.

Rhenald Kasali (2003:110-114) dalam buku Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia mengatakan bahwa identitas perusahaan atau identitas korporat disebut juga sebagai simbol perusahaan, apakah berbentuk logo perusahaan atau lambang lainnya. Simbol selain dimaksud agar lebih mudah diingat oleh konsumen juga agar dijiwai oleh segenap karyawannya. Simbol sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa yang menjaga pelayanan, kredibilitas, dan keramahan manusia di dalamnya.

(54)

memperkuat usaha periklanan dan juga berfungsi memberikan efek repetisi (pengulangan) sehingga akan membuat usaha- usaha periklanan lebih efektif. Kegunaan rancangan warna yang sama, bentuk yang sama dan tipografi (bentuk- bentuk huruf) yang sama, ditambah dengan repetasi dari semua ini dalam suatu paket iklan misalnya meliputi penyeragaman kendaraan- kendaraan hantaran, penayangan ciri khas pada saat penjualan akan menjadikan identitas perusahaan sebagai suatu pilar pendukung yang berharga bagi periklanan.

Atas dasar alasan ini, maka pengubahan suatu rancangan identitas perusahaan secara mendadak akan merugikan pihak yang bersangkutan, karena perusahaan harus mengulang kembali usahanya untuk menciptakan ingatan di benak khalayak atas keberadaannya yang unik. Meskipun demikian, perubahan- perubahan rancangan desain atau logo yang menjadi simbol identitas perusahaan justru sering terjadi. 2.4.2 Elemen Identitas Perusahaan

(55)

Penulis buku Marketing Corporate Image, James R. Gregory (Gregory dalam Sutojo 2004: 14) menyatakan identitas perusahaan atau corporate identity terdiri dari dua elemen pokok, yaitu:

1. Nama (name atau mark) 2. Logo (logos)

M. Linggar Anggoro (2000: 280) dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia menyatakan elemen-elemen utama identitas perusahaan atau identitas korporat meliputi tipe logo, warna atau bentuk bangunan, atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan.

2.4.3 Mengefektifkan Identitas Perusahaan

Dalam buku “Membangun Citra Perusahaan”, Siswanto Sutojo

(2004: 25-27) mengemukakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan desain identitas, yaitu:

a. Identitas singkat tapi jelas.

(56)

kembali pada kesempatan lain. Logo diharapkan lebih mudah dimengerti dan diingat apabila dilengkapi dengan sebuah slogan yang menarik.

b. Membawa arti tertentu

Agar audiens sasaran dapat menangkap arti logo atau identitas yang akan mereka dipergunakan, pada saat menyiapkan desain logo banyak perusahaan melakukan survai.

c. Logo dapat dipergunakan secara fleksibel

Logo harus dapat dipergunakan di atas semua jenis bahan atau permukaan. Logo juga harus dapat dicetak dengan baik dalam berbagai ukuran.

d. Tidak cepat membosankan

Agar audiens tidak cepat bosannmelihat atau membacanya, desain identitas perusahaan harus dibuat menarik, tidak membosankan, mudah dibaca, dan sedap dipandang.

Tom Brannan (2004: 79-80) mengatakan bahwa identitas perusahaan dapat memelihara prospek sebagaimana yang diharapkan suatu perusahaan. Logo dan tipografi dapat dirancang untuk meraih prospek tersebut. Desainnya juga bisa membuat perusahaan kecil tampak besar. Sebuah desain yang baik adalah yang memberikan ruang dalam rancangannya dan desaintersebut akan lebih tampak menyerupai perusahaan yang sudah mapan.

(57)

Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia sebagai berikut:

“Tipe, bentuk, warna-warna logo ternyata dapat melambangkan (atau mengundang penafsiran) nilai-nilai tertentu, tingkatan kebudayaan, serta sikap dan perilaku dari sebuah organisasi. Tipe logo ternyata dapat mengidentifikasikan (memunculkan identitas), dan pada gilirannya identitas itu akan mempersonifikasikan (membentuk sosok tertentu atas suatu lembaga atau perusahaan di mata khalayak atau konsumennya).” (Anggoro 2000:291)

Terence A. Shimp (2003: 307) mengungkapkan bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan kemampuan memuaskan diri dari suatu logo adalah dengan memilih suatu desain yang secara moderat cukup teliti menampilkan lebih dari sekedar gambar yang terlalu sederhana atau terlalu kompleks. Selain itu, desain-desain natural juga diperlukan untuk menghasilkan respon-respon konsumen yang lebih menguntungkan.

2.5 Tinjauan tentang Sosialisasi 2.5.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup, bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan- kebiasaan yang meliputi cara- cara hidup, nilai- nilai dan norma- norna sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya7.

7

(58)

Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses membantu individu- individu untuk belajar dan meyesuaikan diri bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma- norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga membentuk kepribadiannya.

Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat baru.

2.5.2 Tujuan Sosialisasi

Sebuah proses sosialisasi mempunyai tujuan sebagai beriku :8 a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup

bermasyarakat.

b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.

c. Membantu mengendalikan fungsi- fungsi organik yang dipelajari melalui latihan- latihan mawas diri yang tepat.

d. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai- nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.

2.5.3 Media Sosialisasi

Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi sosial secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok kecil, seperti keluarga teman sepermainan dan sekolah,

8

(59)

lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain, media masa dan lingkungan .9

2.6 Tinjauan tentang Kesenian Sunda 2.6.1 Asal Usul Kesenian Sunda

Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.

Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-Sunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara.yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Fasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India).

9

(60)

Bandung yang berada di tanah parahyangan erat kaitannya dengan kesenian tradisi sunda dimana terdapat bermacam-macam alat kesenian yang diwariskan salah satu diantaranya alat kesenian tradisi sunda yang dinamakan sebagai angklung, alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

(61)

2.7 Tinjauan tentang Angklung 2.7.1 Pengertian Angklung

Angklung merupakan kesenian lokal yang harus dilestarikan. Kesenian ini merupakan budaya bangsa. Masyarakat sudah mulai melupakan budaya lokalnya ini. Sebagai generasi muda kita wajib untuk ikut melestarikan budaya ini.

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dar Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.10

2.7.2 Sejarah Angklung

Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

10

(62)

Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

(63)

alam lainnya. Syair lagu buhun untuk menghormati Nyi Sri Pohaci tersebut misalnya:

1. Si Oyong-oyong

2. Sawahe si waru doyong 3. Sawahe ujuring eler 4. Sawahe ujuring etan 5. Solasi suling dami

6. Menyan putih pengundang dewa 7. Dewa-dewa widadari

8. Panurunan si patang puluh

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sritersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Perkembangan selanjutnya dalam permainan Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat diJawa Barat disebut ngaseuk.

(64)

sebuah misi kebudayaan dari Indonesia keThailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

2.7.3 Macam- Macam Angklung

Alat musik angklung di bagi menjadi dua macam jenis, yaitu: 1. Angklung Tradisional

Yang termasuk ke dalam angklung tradisional adalah : a. Angklung Baduy

b. Angklung Gubrag c. Angklung Bungko d. Angklung Buncis

(65)

57 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Saung Angklung Udjo Bandung

Saung Angklung Udjo Bandung didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena (Alm) yang akrab dengan panggilan Mang Udjo dan istrinya, Uum Sumiati, Saung Angklung Udjo merupakan sanggat seni sebagai tempat pertunjukan seni, laboratorium pendidikan sekaligus sebagai objek wisata budaya khas daerah Jawa Barat dengan mengandalkan semangat gotong royong antar sesama warga desa.

Almarhum Udjo Ngalagena beliau adalah arsitek dan penggagas yang memiliki ide tersebut. kecintaannya akan seni musik sudah tertanam sejak kanak- kanak. Perkenalannya dengan musik angklung ia pelajari di bawah bimbingan secara langsung Almarhum Daeng Soetigna.

Saung Angklung Udjo berusaha mewujudkan cita- cita dan harapan Abah Udjo (Alm) yang atas kiprahnya dijuluki sebagai Legenda Angklung, yaitu Angklung sebagai seni dan identitas budaya yang membanggakan:

“Saya mendapatkan pesan dari Bapak Angklung Dunia, Daeng Soetigna

Gambar

Gambar 1.1
Tabel 1.2
Tabel Waktu Penelitian
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode blackbox yang terdiri dari pengujian alpha dan beta dapat disimpulkan bahwa aplikasi Saung Angklung Udjo berbasis mobile

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Pembelajaran Arumba pada Kelompok Arumba Cilik Usia 10-14 Tahun di Saung Angklung Udjo, maka dalam bab ini peneliti akan

4.11 Garis Kontinum Skala Kepentingan Wisatawan Terhadap Kinerja Aspek Sumber Dalam Komunikasi Pada Pagelaran Seni Pertunjukan di Saung Angklung Udjo

Sangat menarik untuk mencermati seni pertunjukan wayang golek di Saung Angklung Udjo (SAU) yang mengemas pertunjukan sehingga mampu menjadi salah satu daya tarik

Seiring berjalannya waktu, Saung Angklung Udjo dan masyarakat sekitarnya memiliki hubungan simbiosis mutualisme yang sangat erat. Saung Angklung Udjo tidak dapat

Vokal lebih mandiri Ada melodi Tarompet Pukulan dogdog lebih menonjol Angklung Sunda Modern Saung Angklung Udjo Ngalagena Padasuka di Bandung Beberapa jenis Ensambel, jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo dalam menarik minat wisatawan lokal maupun

Sesuai kesepakatan dengan PT Saung Angklung Udjo, tujuan dari proyek akhir ini adalah memformulasikan strategi perusahaan sesuai dengan visi, misi dan tujuan