• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma

Penanya:

Ferry al-Firdaus,

Dayeuhmanggung Rt. 01 / RW 05 Kec. Cilawu Garut

Pertanyaan:

Mohon penjelasan menurut al-Qur’an dan al-Hadits tentang: 1. Adzan awal sebelum adzan shalat shubuh.

2. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.

3. Syafa‘atul Ujma dari Nabi Muhammad saw.

Jawaban:

1. Adzan awal sebelum adzan shalat shubuh

Hukum melakukan adzan awal sebelum melaksanakan adzan shalat Shubuh telah pernah dijelaskan pada kolom Fatwa Agama Majalah Suara Muhammadiyah. Penjelasan itu dapat dibaca pada buku Tanya Jawab Agama Jilid III halaman 94 sampai dengan 100 yang disusun oleh Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kesimpulan dari penjelasan itu ialah bahwa adzan awal sebelum melakukan adzan shalat Shubuh itu dibolehkan karena ada dasarnya, yaitu Sunnah maqbulah.

2. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw berarti bahwa si pengucap shalawat itu berdoa kepada Allah Swt agar kepada Nabi Muhammad saw selalu dilimpahkan kesejahteraan dan keberkatan, begitu pula kepada keluarga beliau. Dasarnya ialah firman Allah Swt:

اوُمّلَسَو ِهْيَلَع اوّلَص اوَُمآ َنيِذّلا اَهّ يَأاَي ِِّّلا ىَلَع َنوّلَصُي ُهَتَكِئَاَمَو َها ّنِإ

اًميِلْسَت

.

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [QS. al-Ahzab (33): 56].

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw ada dua macam, yaitu:

a. Membaca shalawat dalam shalat, hukumnya wajib. Ada beberapa lafadz shalawat yang diajarkan

Nabi Muhammad saw kepada para shahabat, namun dalam lafadz-lafadz itu tidak terdapat

(2)

َلاَقَ ف َكْيَلَع يّلَصُن َفْيَك ِها َلوُسَر اَي اوُلاَق ْمُهّ نَأ ّيِدِعاّسلا ٍدْيَُُ ْنَع

ِه ِجاَوْزَأَو ٍدّمَُ ىَلَع ّلَص ّمُهّللا اوُلوُق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُها ىّلَص ِها ُلْوُسَر

َبَو َميِهاَرْ بِإ ىَلَع َتْيّلَص اَمَك ِهِتّيّرُذَو

اَمَك ِهِتّيّرُذَو ِهِجاَوْزَأَو ٍدّمَُ ىَلَع ْكِرا

ٌديَِ ٌديَُِ َكّنِإ َميِهاَرْ بِإ ىَلَع َتْكَراَب

.

[ ملسم اور .]

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Humaid as-Sa‘diyyi, sesungguhnya mereka berkata: Ya Rasulullah, bagaimana kami bershalawat atas engkau? Rasulullah saw menjawab: katakanlah olehmu (lafadznya terdapat pada hadits di atas), yang artinya: ‘Wahai Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu atas Muhammad, dan atas istri-istrinya dan keturunannya sebagaimana yang telah Engkau limpahkan kepada Ibrahim, dan limpahkanlah berkat-Mu atas Muhammad, istri-istrinya dan keturunannya sebagaimana yang telah Engkau limpahkan kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia’.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

َر اَْلَأَس َلاَقَ ف َةَرْجُع ِنْب ِبْعَك ْنَع

اَي اَْلُقَ ف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُها ىّلَص ِها َلوُس

َفْيَك اََمّلَع ْدَق َها ّنِإَف ِتْيَ بْلا َلْهَأ ْمُكْيَلَع ُةَاّصلا َفْيَك ِها َلوُسَر

اَمَك ٍدّمَُ ِلآ ىَلَعَو ٍدّمَُ ىَلَع ّلَص ّمُهّللا اوُلوُق َلاَق ْمُكْيَلَع ُمّلَسُن

ّلَص

ىَلَع ْكِراَب ّمُهّللا ٌديَِ ٌديَُِ َكّنِإ َميِهاَرْ بِإ ِلآ ىَلَعَو َميِهاَرْ بِإ ىَلَع َتْي

َكّنِإ َميِهاَرْ بِإ ِلآ ىَلَعَو َميِهاَرْ بِإ ىَلَع َتْكَراَب اَمَك ٍدّمَُ ِلآ ىَلَعَو ٍدّمَُ

ٌديَِ ٌديَُِ

.

[ هيلع قفتم .]

Artinya: “Diriwayatkan dari Ka‘ab bin ‘Ujrah, kami bertanya kepada Rasulullah saw, kami

berkata: Ya Rasulullah, bagaiamana bershalawat atasmu Ahlul Bait? Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kepada kami bagaimana mengucapkan salam kepada engkau. Rasulullah saw berkata, katakanlah olehmu: (lafadz terdapat pada hadits di atas), yang artinya: ‘Wahai Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Wahai Allah, limpahkanlah berkat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana yang telah Engkau limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia’.” [Muttafaq Alaih].

(3)

Sebagaimana halnya dengan doa, maka mengucapkan shalawat itu seperti mengucapkan doa, yaitu dengan ikhlas semata-mata mencari ridla Allah, dengan berbisik dan lemah lembut, tidak dengan suara yang keras, sebagaimana firman Allah Swt:

َْلا َنوُدَو ًةَفيِخَو اًعّرَضَت َكِسْفَ ن ِِ َكّبَر ْرُكْذاَو

ّوُدُغْلاِب ِلْوَقْلا َنِم ِرْه

َيِلِفاَغْلا َنِم ْنُكَت َاَو ِلاَصآْاَو

.

Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan

rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [QS. al-A‘raf (7): 205].

Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah berpendapat bahwa lafadz shalawat yang paling baik dibaca ialah lafadz shalawat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw kepada para shahabat sebagaimana terdapat pada hadits-hadits di atas.

3. Syafa‘atul Ujma dari Nabi Muhammad saw

Mungkin yang saudara maksud ialah Syafa‘atul ‘Uzhma, bukan Syafa‘atul Ujma sebagaimana yang tertulis pada pertanyaan saudara.

Syafa‘atul ‘Uzhma ialah semacam pengampunan umum yang diberikan Allah Swt kepada

sebahagian manusia di akhirat nanti dengan memberikan izin kepada Nabi Muhammad saw untuk melaksanakannya. Pada waktu itu manusia dalam keadaan resah dan bingung menghadapi nestapa yang mereka alami. Mereka mendatangi para Nabi supaya mereka memohonkan kepada Allah agar nestapa itu dijauhkan dari mereka. Para Nabi menyatakan bahwa mereka tidak sanggup melaksanakannya. Akhirnya atas petunjuk Nabi Isa as mereka mendatangi Nabi Muhammad saw agar beliau memohon kepada Allah Swt sehingga derita yang mereka tanggung itu hilang. Setelah beliau berdoa Allah Swt mengabulkannya dengan memberi izin kepada beliau untuk memberi syafa‘at (pertolongan) kepada mereka. Berdasarkan izin itu beliau membebaskan orang-orang yang beriman dari derita itu dan memasukkan mereka ke dalam surga, sedang orang-orang kafir dimasukkan ke dalam neraka, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits:

ِها ُلوُسَر َلاَق َلاَق ُهَْع ُها َيِضَر ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع

َمّلَسَو ِهْيَلَع ُها ىّلَص

(4)

ُتْسَل ُلوُقَ يَ ف ُهَنوُتْأَيَ ف ُها ُهَثَعَ ب ٍلوُسَر َلّوَأ اًحوُن اوُتْ ئا ُلوُقَ يَو ُهَتَئيِطَخ ُرُكْذَيَو

ِإ اوُتْ ئا ُهَتَئيِطَخ ُرُكْذَيَو ْمُكاَُه

ُلوُقَ يَ ف ُهَنوُتْأَيَ ف ًايِلَخ ُها َُذَّّا يِذّلا َميِهاَرْ ب

ُلوُقَ يَ ف ُهَنوُتْأَيَ ف ُها ُهَمّلَك يِذّلا ىَسوُم اوُتْ ئا ُهَتَئيِطَخ ُرُكْذَيَو ْمُكاَُه ُتْسَل

ُتْسَل ُلوُقَ يَ ف ُهَنوُتْأَيَ ف ىَسيِع اوُتْ ئا ُهَتَئيِطَخ ُرُكْذَيَ ف ْمُكاَُه ُتْسَل

اوُتْ ئا ْمُكاَُه

ِِوُتْأَيَ ف َرّخَأَت اَمَو ِهِبْنَذ ْنِم َمّدَقَ ت اَم ُهَل َرِفُغ ْدَقَ ف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُها ىّلَص اًدّمَُ

ِِ ُلاَقُ ي ُُّ ُها َءاَش اَم ُِِعَدَيَ ف اًدِجاَس ُتْعَ قَو ُهُتْ يَأَر اَذِإَف َّّر ىَلَع ُنِذْأَتْسَأَف

ْعَفْرا

َّّر ُدََُْأَف يِسْأَر ُعَفْرَأَف ْعّفَشُت ْعَفْشاَو ْعَمْسُي ْلُقَو ْهَطْعُ ت ْلَس َكَسْأَر

ْمُهُلِخْدُأَو ِراّلا ْنِم ْمُهُجِرْخُأ ُُّ اّدَح ِِ ّدُحَيَ ف ُعَفْشَأ ُُّ ُِِمّلَعُ ي ٍديِمْحَتِب

َلْ ثِم اًد ِجاَس ُعَقَأَف ُدوُعَأ ُُّ َةَّْلا

ّاِإ ِراّلا ِِ َيِقَب اَم َّّح ِةَعِباّرلا ْوَأ ِةَثِلاّثلا ِِ ُه

ُنآْرُقْلا ُهَسَبَح ْنَم

.

[ ملسمو يراخبلا اور .]

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: berkata Rasulullah saw: Nanti

(5)

Kemudian dikatakan: Angkatlah kepala engkau, mintalah pasti diberi, katakanlah niscaya akan didengar, mintalah syafaat pasti diberi. Lalu aku mengangkat kepalaku, lalu aku memanjatkan pujian kepada Tuhanku sesuai dengan yang diajarkan kepadaku, kemudian aku diizinkan memberi syafaat kepada orang-orang tertentu. Kemudian aku keluarkan mereka dari neraka dan aku masukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menyatakan dan bersujud seperti semula, kemudian ketiga dan keempat, sehingga yang tinggal dalam neraka adalah orang yang tidak percaya dan menantang al-Qur’an.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Di samping hadits di atas, ada lagi beberapa hadits shahih yang menerangkan tentang syafaat itu dan isinya sama dengan isi hadits di atas.

Dari penjelasan hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Hak memberi syafaat itu hanya ada pada Allah, sebagai yang ditegaskannya:

ِهِنْذِإِب ّاِإ َُدِْع ُعَفْشَي يِذّلا اَذ ْنَم

.

Artinya: “Siapakah yang dapat memberi syafa‘at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” [QS. al-Baqarah (2): 255].

b. Pada hari kiamat Nabi Muhammad saw diberi izin oleh Allah untuk memberi syafaat kepada

sebahagian manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

c. Di antara yang diberi syafaat itu ialah orang-orang yang beriman kepada al-Qur’an dan tidak

menentangnya. Wallahu a’lam bish-shawwab. *km)

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi peneliti pada tanggal 13 Februari 2017, menurut informan H menunjukan bahwa rukun duka atau rukun kematian yang ada di provinsi Gorontalo hadir karena

Melihat permasalahan di atas menjadi alasan bagi penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut yang tertuangkan dalam judul skripsi: Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Metode pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktik di QC PM 10 Metode pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktik di QC PM 10 PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2

Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2014 adalah 17,36 persen, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2013 yang

Anak Usia Sekolah yang belum memiliki Kartu Indonesia Pintar dan mendaftar untuk memperoleh layanan pendi dikan keagamaan Islam pada pesantren tersebut, berda sarkan pengajuan

Pada yayasan, semua biaya dari masing-masing program atau proyek kegiatan, baik yang dananya dari aktiva bersih terikat maupun dari aktiva bersih tidak terikat,

transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran keuangan desa dalam

 Suatu organisasi diperlukan karena : (1) suatu kelompok makin bertambah luas dan (2) tujuan sukar dicapai oleh kelompok yg terbatas.  Pada fase kelompok berubah menjadi