• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA ORANGTUA DAN REMAJA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA ORANGTUA DAN REMAJA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA ORANGTUA

DAN REMAJA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

SKRIPSI

Oleh : Dani Hamdani 201210230311069

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Dani Hamdani 201210230311069

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

(4)

(5)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Efektivitas Komunikasi Antara Orangtua dan Remaja Dengan Agresivitas Pada Remaja”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si dan Adhyatman Prabowo, S.Psi, M.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Mohammad Shohib, S.Psi., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan dan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Rusnan dan Ibu Muslimah selaku orangtua, Mustiadi, Satriawan, dan Melly Rusnani beserta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman terbaik saya yaitu Ahmad Hidayatullah, Ahmad Ulul Azmi, Dewi Ariesca Fitri, dan Ayu Rindu Lestari yang telah memberikan dukungan, bantuan, pelajaran dan penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-temanku yang khusus yaitu Mughny, Nabila, Thoyyib, Faza, Fikrullah, Huda, Nova, Ekadyanti, Mameng, Zaki, Dea dan Elsa yang memberikan dukungan dan kepada Tia Safira dan Puput Parama yang selalu setia untuk menjadi bahan tertawaan saya terima kasih banyak.

7. Sahabat seperjuangan saya dari kontrakan Ahlul Bait yang selalu menjadi keluarga terbaik saya disini, memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran yang sangat berarti dengan berbagai dukungan, cobaan, canda tawa, keluh kesah, hinaan, dll.

8. Saudara dan kerabat dekat penulis yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini dari pelaksanaan uji coba instrumen hingga penelitian pasca uji coba instrumen.

9. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi khususnya kelas B yang sangat memberikan banyak perubahan kepada saya untuk menjadi lebih baik lagi dari pribadi sebelumnya.

10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 3 Agustus 2016 Penulis

(6)

iv

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

INTISARI ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 5

Remaja ... 5

Agresivitas ... 5

Definisi Komunikasi ... 6

Efektivitas Komunikasi …………... 7

Hubungan Efektivitas Komunikasi Antara Orangtua dan Remaja Dengan Agresivitas Pada Remaja ... 8

Hipotesis ... 12

METODOLOGI PENELITIAN ... 12

Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian ... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 12

Prosedur dan Analisa Data ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 15

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 17

REFERENSI ... 18

(7)

v

(8)

vi

Lampiran Skala Penelitian ... 26

Lampiran Blue Print Skala Penelitian ... 28

Lampiran Analisis Uji Coba Skala ... 30

Lampiran Analisis Hasil Penelitian ... 36

(9)

1

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA ORANGTUA

DAN REMAJA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

Dani Hamdani

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

danihamdani.psi@gmail.com

Remaja mengalami berbagai macam perubahan dalam kehidupannya sehingga akan muncul konflik dalam diri mereka yang membuat remaja berperilaku agresif. Untuk menghindari perilaku agresif remaja dapat dibantu oleh orang terdekat yakni orangtua. Orangtua dapat membantu mereka dengan melakukan komunikasi untuk mengetahui masalah yang dihadapi. Orangtua dapat melakukan komunikasi secara efektif agar mencapai tujuan untuk menghindari perilaku agresif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling dengan subjek 300 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja (r = -0,184; p = 0,000 < 0,01). Jadi, semakin tinggi efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja, maka semakin rendah agresivitas pada remaja yang akan dimunculkan, begitupun sebaliknya. Efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja mempengaruhi agresivitas pada remaja sebesar 3,38%.

Kata Kunci : Efektivitas Komunikasi, Orangtua, Agresivitas, Remaja

Adolescence experience a wide range of changes in their lives so it would appear the conflict within them that makes adolescents behave aggressively. To avoid aggressive behavior of adolescence can be assisted by the nearest person i.e. parent. Parents can help them by doing communication to know the problems encountered. Parents can communicate effectively in order to achieve the goal to avoid aggressive behavior. The purpose of this research is to know the relationship between the effectiveness of communication between parents and adolescence with aggressiveness in adolescence. The methods used in this research is quantitative research method korelasional with the technique of sampling using the Quota Sampling with the subject of 300 people. The results showed there was a significant negative relationship between the effectiveness of communication between parents and adolescence with aggressiveness in adolescence (r =-0.184; p = 0.000 < 0.01). So, the higher the effectiveness of communication between parents and adolescence, then the lower the aggressiveness in adolescence that will be presented, as well as vice versa. The effectiveness of communication between parents and adolescents affected the aggressiveness in adolescence of 3,38%.

(10)

Remaja merupakan bagian dari individu yang akan memajukan bangsa. Remaja memiliki waktu yang banyak untuk belajar dan membuat banyak perubahan yang positif yang nantinya dapat dijadikan sebagai langkah merubah bangsa yang lebih baik. Sehingga diharapkan memiliki pikiran dan perilaku yang dapat membuat bangsa menjadi yang semakin lebih baik. Pada masa remaja seorang individu memasuki tahap kehidupan yang penuh tantangan karena dalam dirinya terjadi perubahan fisik, seksual, psikologis dan kognitif. Adanya kebutuhan sosialisasi, kemandirian, perubahan dengan teman sebaya dan orang dewasa, penyesuaian seksual, persiapan pendidikan (Monks dkk, 2002).

Menurut Hall (dalam Santrock, 2012), masa remaja yang usianya berkisar antara 12 hingga 23 tahun diwarnai oleh pergolakan. Pandangan badai dan stress (strom and stress view) adalah konsep dari Hall yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan susana hati. Ditambahkan juga bahwa meningginya emosi, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Pada remaja, agresivitas sering muncul karena pada diri remaja terjadi perubahan fisik dan hormonal yang menyebabkan suasana hati berubah-ubah, emosi labil dan perasaan rendah diri. Dengan adanya hal tersebut pada diri remaja maka remaja tersebut berusaha untuk mencari pengurangan dari perasaan rendah diri tersebut dengan melakukan tindakan agresif.

Remaja dimasa sekarang semakin rentan dengan tindakan kekerasan yang tidak hanya saling baku hantam sampai saling bunuh satu dengan lainnya. Kasus kekerasan di kalangan pelajar terjadi di Kota Semarang. Kali ini, menimpa dua pelajar SMK di Kota Semarang. Salah satunya, bahkan menderita gegar otak akibat penganiayaan yang diduga dilakukan pelajar SMK lain (SINDOnews, 12 April 2015). Tawuran antar remaja di Jakarta Barat, pecah pada Minggu (31/5) dini hari. Dua orang remaja tewas terkena bacokan dalam peristiwa berdarah ini (detikNews, 31 Mei 2015). Seorang pelajar SMK PGRI Bojongmanggu ditemukan tewas mengenaskan di Lapangan Futsal Komplek Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Sabtu 6 Juni 2015. Cecep (16), tewas akibat luka parah dari senjata tajam disekujur tubuhnya (SINDOnews, 7 Juni 2015). Kejadian tersebut dipaparkan bahwa penyebab tawuran tidak jelas dan secara tiba-tiba korban masuk dalam tawuran tersebut. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia (Tempo, 20 November 2013).

Dari fenomena remaja di atas seharusnya tindakan kekerasan yang dilakukan remaja dapat dihindari. Kekerasan pada remaja seharusnya tidak terjadi karena kekerasan yang dilakukan remaja merupakan perilaku yang tidak dapat membuat individu menjadi berkembang melainkan akan memperlambat remaja tersebut. Seharusnya waktu untuk melakukan tindakan kekerasan dapat dimanfaat untuk hal-hal yang lebih positif. Pada umumnya agresi ini tidak disertai dengan emosi, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi ini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain (Myers, 2010).

(11)

Hurlock (1996) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang ada karena perubahan fisik, psikis dan sosial, dengan adanya perubahan-perubahan dalam diri remaja maka mereka dituntut untuk melakukan penyesuaian antara keinginan dirinya dengan tuntutan lingkungan.

Perilaku berisiko tergantung pada kualitas relasi orangtua-remaja. Ketika kualitas menurun, perilaku dan gejala depresi yang terkait testosteron cenderung meningkat (Santrock, 2007). Faktor-faktor hormonal dianggap dapat menjelaskan minimal sebagian dari meningkatnya emosi-emosi negatif dan emosi yang berubah-ubah, yang merupakan karakteristik remaja (Archibald, Grabber, & Brooks-Gunn, 2003; Dorn, Williams, & Ryan, 2002 dalam Santrock, 2007). Relasi remaja orangtua dapat dijadikan alat pencegah perilaku berisiko dimunculkan oleh remaja. Perubahan hormonal remaja dapat dipengaruhi oleh kualitas hubungan dengan orangtua.

“Much of the time we spend in interpersonal communication is devoted to establishing and maintaning social relationship with other”. DeVito (1989) berpendapat bahwa “Sebagian besar waktu yang kami habiskan dalam komunikasi interpersonal dikhususkan untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial dengan lain” yang merupakan salah satu tujuan dari adanya komunikasi interpersonal.

Komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan masyarakat untuk menyatakan suatu pesan atau tujuan kepada orang lain. Karena komunikasi merupakan peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Proses komunikasi yang berlangsung di dalam masyarakat dialami oleh semua tingkatan usia dan status dalam keluarga termasuk anak dan orangtua sebagai bagian dari masyarakat dan lingkungan sosial.

Berkomunikasi dengan orangtua adalah salah satu cara mengatasi masalah dalam remaja. Sebab dengan berkomunikasi, remaja dapat membagi masalah yang ada dengan orangtua dan orangtua dapat memberi arahan yang benar kepada remaja sehingga remaja tidak harus mencari jalan keluar dengan melakukan tindakan kekerasan. Melakukan komunikasi antara remaja dan orangtua dilakukan dengan dua arah bukan hanya satu arah agar dapat saling memahami antara satu dengan lainnya.

Dari penelitian Yuniarti (2009) yang dilakukan pada 146 siswa SMA 1 Polanharjo, menunjukkan hasil analisis data deskriptif bahwa sumbangan efektif komunikasi interpersonal orangtua dengan penyesuaian diri sebesar 35,2 % dan menujukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi efektivitas komunikasi interpersonal orangtua dan penyesuaian diri. Semakin tinggi persepsi efektivitas komunikasi interpersonal orangtua maka semakin tinggi penyesuaian diri. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan diterima kebenarannya. Jadi, komunikasi orangtua dapat mempengaruhi perilaku remaja. Interaksi antara orangtua dan anak yang dalam hal ini pada remaja adalah komunikasi. Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan remaja akan membuat remaja merasa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, merasa didengar dan dapat belajar berempati. Dari sini remaja akan mampu mengembangkan komunikasi yang baik yang akan membantunya dalam proses penyesuaian diri yang positif.

(12)

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua , atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma yang diwariskan orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, dan juga norma moral (Bahri, 2004). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin baik dari tindakan ( Effendy, 2004).

Dalam berkomunikasi terkadang akan muncul perbedaan pendapat. Namun perbedaan suatu hal yang wajar akan tetapi bagaimana kedua belah pihak dapat memahami perbedaa tersebut bukan mempertahankan pendapat pribadi. Apabila komunikasi antara remaja dan orangtua berjalan dengan buruk, maka perhatian dan kasih sayang yang diterima remaja juga tidak terpenuhi yang dapat mengakibatkan kegelisahan pada remaja, dan selanjutnya kegelisahan tersebut akan menimbulkan tingkah laku negatif (Hasmanti, 2006).

Dalam penelitian Lambert, S. F., & Cashwell, C. S (2004) yang dilakukan pada 251 mahasiswa SLU sebagai responden tentang komunikasi orangtua-remaja menunjukkan bahwa untuk nilai PAC (Parent-Adolescent Communication Scale) ibu adalah 66.56 lebih tinggi dibandingan PAC pada ayah nilainya 63.74. Remaja laki-laki lebih aman sedangkan perempuan lebih menakutkan dalam kedekatan mereka. Sementara laki-laki lebih berorientasi prestasi sedangkan perempuan lebih cenderung untuk koneksi intim. Untuk hasil uji regresi menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi negatif antara persepsi komunikasi orangtua-remaja dengan agresi yang terjadi disekolah yang artinya semakin tinggi persepsi komunikasi orangtua-remaja maka semakin rendah agresif remaja disekolah begitu sebaliknya dan hasil menunjukkan pengaruh sebesar 22% mengungkapkan bahwa remaja memahami gaya komunikasi orangtua mereka sebagai mencintai.

Penelitian yang dilakukan oleh Moitra, Tanusree, & Mukherjee, Indrani (2009) tentang Komunikasi Remaja-Orangtua dan Kenakalan menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata persepsi komunikasi remja yang tidak bermasalah lebih tinggi dibandingankan dengan remaja yang bermasalah. Hasil uji signifikansi bahwa semakin tinggi kepuasaan komunikasi maka semakin rendah perilaku kenakalan remaja begitu juga seabaliknya. Untuk hasil kepuasaan komunikasi dengan ibu tinggi maka nilai kenakalan rendah begitu juga dengan kepuasaan komunikasi dengan ayah. Untuk tingkatan usia remaja dengan rentang usia 11 – 14 tahun memiliki nilai kenakalan lebih tinggi dibandingan usia 15 – 18 tahun.

(13)

dengan melakukan tindak kekerasan. Sehingga komunikasi antara orangtua dengan remaja dapat saling memberikan informasi satu dengan lainnya dan dapat menjadikan adanya pemahaman konsep satu dengan yang lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efektivitas komunikasi orangtua dengan agresivitas remaja. Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis yang diberikan adalah adanya pengembangan teori dalam komunikasi dan agresivitas yang bisa jadi sebagai perluasan dari kedua variabel tersebut. Selain itu juga memberikan gambaran bagaimana kedua teori saling memiliki hubungan terhadap sebuah peristiwa. Adapun manfaat praktis yang diberikan dari penilitian ini adalah mengembangkan wawasan terkait tema-tema yang bersifat psikologis dan memberikan gambaran bagaimana sebuah teori diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan gambaran mengenai efektivitas komunikasi orangtua yang baik terhadap kehidupan dan pergaulan remaja masa kini terkhusus pada perilaku agresivitas remaja.

Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangannya menjadi dewasa (Desmita, 2009). Menurut Rumini (2004) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Monks, dkk (2002) mengemukakan pembagian masa remaja menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Remaja awal yaitu usia antara 12 tahun sampai dengan usia 15 tahun. b. Remaja tengah yaitu usia antara 15 tahun sampai dengan usia 18 tahun. c. Remaja akhir yaitu yaitu usia antara 18 tahun sampai dengan usia 21 tahun.

Dari uraian di atas maka remaja merupakan peralihan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan ditandainya dengan pertumbuhan dan perkembangan menuju dewasa dengan rentang usia 12 tahun hingga 21 tahun.

Agresivitas

Chaplin (2002) mendefinisikan agresivitas sebagai: a) kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan; b) pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri, penuntutan atau paksaan diri, pengejaran dengan penuh semangat suatu cita-cita dan c) dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang diterapkan secara ekstrim.

Myers (2010) menjelaskan bahwa agresi adalah perilaku fisik maupun perilaku verbal yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain.

Menurut Robert Baron (Dayakisni, 2012) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.

(14)

Menurut Willis (2005) faktor-faktor penyebab timbulnya agresivitas pada remaja adalah:

1. Kondisi pribadi, yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun psikis, lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.

2. Lingkungan keluarga, yaitu keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan perhatian, sehingga mereka mencarinya dalam kelompok teman sebaya, keadaan ekonomi keluarga yang rendah, dan keluarga yang kurang harmonis.

3. Lingkungan masyarakat, yaitu lingkungan masyarakat kurang sehat, keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap remaja, dan pengaruh norma-norma baru yang ada di luar.

4. Lingkungan sekolah, yaitu kurangnya perhatian guru, kurangnya fasilitas pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat, dan norma-norma pendidikan kurang diterapkan.

Buss dan Perry (1992) mengelompokkan agresivitas ke dalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan (anger) dan agresi dalam bentuk kebencian (hostility).

Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen motorik, afektif dan kognitif.

1. Agresi fisik

Merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang atau memukul.

2. Agresi verbal

Merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain melalui verbalis. Misalnya berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan, menyebarkan gosip dan kadang bersikap sarkastis.

3. Agresi marah

Merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis untuk bersikap agresif.Misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

4. Sikap permusuhan

Yang juga meliputi komponen kognitif, seperti benci dan curiga pada orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.

Menurut Buss dan Perry, bentuk agresi tidak hanya dimunculkan dalam bentuk tindakan kekerasan secara fisik namun bentuk dalam emosi seseorang seperti marah yang nantinya bakal muncul dalam bentuk tindakan menjauhi orang lain atau bahkan melukai.

Definisi Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan (Liliweri, 1997).

DeVito (1989) mendefinisikan komunikasi adalah “The process of sending and receiving messages between two person, or among a small group of person, with some effect and some

(15)

Komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, sikap , emosi, pendapat atau intruksi antara individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami dan mengkoordinasikan suatu aktivitas (Liliweri, 2011).

Menurut Wood (2013) komunikasi merupakan sebuah proses sistematis di mana orang berinteraksi dengan dan melalui simbol untuk menciptakan dan menafsirkan makna.

Menurut uraian di atas maka komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi individu satu dengan lainnya untuk memberikan suatu informasi yang dapat memberikan pemahaman dan dampak antara kedua belah pihak.

Menurut Pratikto (dalam Prasetyo, dkk., 2000) komunikasi orang tua dan anak didefinisikan sebagai komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.

Efektivitas Komunikasi

Menurut The Liang Gie (dalam Mujiati, 2001), efektivitas adalah keadaan yang mengandung pengertian tentang terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki kalau seseorang melakukan perbuatan itu dan dikatakan efektif apabila menimbulkan akibat atau dampak sebagaimana dikehendaki.

Dijelaskan oleh Widjaja (1988), bahwa komunikasi yang efektif terjadi tidak hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku orang lain, tetapi persepsi itu adalah sesuai dengan pemberi pesan atau informasi.

Gordon (dalam Lestari, 1997) memberikan kunci bagi efektivitas komunikasi orangtua remaja, yaitu dengan cara yang paling aman dalam memberikan tanggapan yang disebut dengan mendengarkan aktif.

Pendapat Simon (dalam Mujiati, 2001) menjelaskan bahwa efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti bisa mencapai tujuan yang tepat dan baik, jadi efektifitas komunikasi adalah kemampuan dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan atau hasil guna tentang suatu tindakan dengan tepat dan baik.

Sokolov dan Hutton menyatakan bahwa komunikasi yang baik selalu memperhatikan adanya sikap menerima, mempercayai, menghargai, keterbukaan serta kejujuran (Yuniarti, 2009).

Menurut uraian diatas, efektivitas komunikasi antara orang tua dan remaja merupakan sebuah proses interaksi dalam pemberian informasi serta pemahaman yang baik dan benar untuk mencapai tujuan kedua belah pihak.

DeVito (1997) efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, yaitu :

(16)

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang dan menyangkut ”kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang ”milik” komunikator dan komunikator bertanggung jawab atas itu (DeVito, 1997).

b. Empati (empathy), yaitu kemampuan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati yang akurat melibatkan baik kepekaan perasaan yang ada maupun fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini. Menurut DeVito (1997) langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai empati adalah pertama, menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan mengkritik.Kedua, semakin banyak untuk mengenal seseorang terhadap keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya sehingga akan semakin mampu untuk melihat sebab dan akibat mengapa seseorang bersikap tertentu. Ketiga, mencoba untuk belajar merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dari sudut pandangnya.

c. Dukungan (supportiveness). Situasi terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.Untuk memperlihatkan dukungan dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif (2) spontan, bukan strategik (3) profesional dan bukan sangat yakin (DeVito, 1997).

d. Rasa positif (positiveness), yaitu memiliki perasaan positif terhadap diri, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Menurut DeVito (1997), seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan menggunakan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong seseorang berinteraksi. Sikap positif memiliki dua aspek dalam komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi interpersonal akan terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk berinteraksi yang efektif dalam hal ini menikmati komunikasi yang sedang dilakukan. Selain sikap, hal yang juga penting dalam sikap positif ini adalah dorongan.Dorongan dalam hal ini berupa pujian atau penghargaan.

e. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Hubungan Efektivitas Komunikasi Antara Orangtua dan Remaja Dengan Agresivitas Pada Remaja

Salah satu karakteristik remaja menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004) yakni adanya pertentangan. Pertentangan yang dimaksudkan adalah remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orangtua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Akibatnya pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain. Sehingga orangtua harus mampu membantu remaja menangani adanya pertentangan dalam dirinya dengan cara berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Masa remaja merupakan masa yang dimana timbul akan banyak kebimbangan dalam diri remaja sehingga orangtualah yang dapat membatu remaja. Orangtua merupakan orang terdekat dalam kehidupan remaja. Dalam hal ini orangtua memiliki tugas bagaimana membimbing seorang remaja dalam menyelesaikan masalah mereka sehingga tidak terjadinya pertentangan dalam dirinya yang dapat menimbulkan remaja melakukan tindakan-tindakan agresif yang tidak dapat dikendalikan yang dapat merugikan diri maupun lingkungannya.

(17)

kontribusi besar pada penyimpangan perilaku remaja.Sependapat dengan McAdams, Parke & Buriel mengatakan bahwa orangtua dapat berperan sebagai manajer terhadap peluang-peluang yang dimiliki remaja, mengawasi relasi sosial remaja, dan sebagai inisiator dan pengatur dalam kehidupan remaja (dalam Santrock, 2007). Pendapat yang sama disampaikan oleh Youniss & Ruth bahwa untuk membantu remaja mencapai potensi yang seutuhnya, salah satu peran orangtua yang penting adalah menjadi manajer yang efektif, yang menemukan informasi, membuat kontak, membantu menyusun pilihan-pilihannya, dan memberikan bimbingan (dalam Santrock, 2007).

Pada permulaan remaja, rata-rata individu tidak memiliki pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat atau matang di semua bidang kehidupan. Ketika remaja didorong untuk meraih otonomi, orang dewasa yang bijaksana akan mengurangi kendali dalam bidang-bidang dimana remaja dapat mengambil keputusan yang masuk akal. Orang dewasa tetap membimbing mereka untuk mengambil keputusan di bidang-bidang dimana pengetahuan remaja masih terbatas (Santrock, 2012).

Maka peran orangtua sangatlah penting dalam membangun kehidupan yang baik bagi remaja. Komunikasi yang dilakukan secara efektif memberikan dampak yang baik untuk perkembangan remaja terutama untuk mengontrol perilaku-perilaku yang menuju pada masalah kenakalan remaja serta dapat membantu memberikan ide untuk alternatif pilihan-pilihan untuk masalah yang dialami remaja.

Ada suatu sejarah yang panjang tentang ketertarikan dalam mendifinisikan faktor-faktor keluarga yang berkontribusi bagi kenakalan, fokus terbaru ialah pada hakekat dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen keluarga. Gangguan-gangguan atau kelalaian-kelalaian orangtua dalam menetapkan dukungan dan praktek-praktek manajemen secara konsisten berkaitan dengan perilaku antisosial anak dan remaja. Dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen ini mencakup pemantauan tempat remaja berada, penggunaan disiplin yang efektif bagi perilaku antisosial, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan dukungan bagi pengembangan keterampilan-keterampilan prososial (Santrock, 2002).

(18)

Namun, sebaliknya pada kategori efektifitas komunikasi rendah akan memuculkan perilaku tidak adanya kemauan untuk terbuka dan menanggapi informasi yang diberikan, tidak adanya empati antara satu dengan yang lain, tidak adanya dukungan yang menimbulkan berjalannya komunikasi yang tidak efektif, memberikan sikap negatif atas apa yang disampaikan kedua belah pihak, dan tidak dapat menghargai dan menganggap orang lain tidak berguna dan tidak memiliki hal penting yang dapat membantu. Hal-hal ini menimbulkan dampak dimana tidaknya rasa saling percaya antara remaja dengan orangtua bahkan meluas kepada lingkungan luar, akan timbul rasa mementingkan diri dibandingkan orang lain, tidak dapat menjalin komunikasi yang baik antara remaja dan orangtua serta lingkungan luar keluarga, menimbulkan perselisihan antara remaja dengan orangtua serta lingkungan sekitar, dan tidak dapat saling memunculkan perilaku yang menghargai diri dan orang lain. Hal tersebut yang dapat membuat remaja akan yakin dan menimbulkan perilaku negatif. Sehingga agresivitas pada remaja menjadi tinggi.

(19)

Efektivitas Komunikasi

Tinggi Rendah

Munculnya Perilaku Positif Munculnya Perilaku Negatif

Terdapat 5 aspek yang dimunculkan : 1. Keterbukaan antara remaja dengan orangtua untuk mau saling terbuka dan

4. Memberikan sikap positif atas apa yang disampaikan kedua belah pihak.

5. Adanya penghargaan diri dan orang lain serta mengaggap orang lain berguna dan membagi apa yang dapat membantu kedua belah pihak.

Terdapat 5 aspek yang dimunculkan : 1. Tidak adanya kemauan untuk terbuka dan menanggapi informasi yang diberikan. menganggap orang lain tidak berguna dan tidak memiliki hal penting yang dapat membantu.

Dampak dari 5 aspek diatas :

1. Keterbukaan remaja dan orangtua dapat memunculkan rasa saling percaya kepada kedua pihak serta orang lain.

2. Memiliki rasa empati antara orangtua dan remaja dapat menimbulkan rasa saling memaham diri dengan kondisi oranglain. 3. Adanya dukungan antara remaja dan orangtua menjadikan komukasi dapat berjalan dengan efektif.

4. Sikap positif akan memuculkan diri yang dapat membantu orang lain.

5. Memunculkan kesetaraan pada diri bahwa oranglain juga memiliki penghargaan tentang diri dan orang lain.

Dampak dari 5 aspek diatas :

1. Tidaknya rasa saling percaya antara remaja dengan orangtua bahkan meluas kepada lingkungan luar. akan yakin dan menghindari perilaku negatif

Hal tersebut yang dapat membuat remaja akan yakin dan menimbulkan perilaku negatif

(20)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Adanya hubungan efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja”

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuantitatif non eksperimen, dengan jenis penelitan kunatitatif korelasional karena peneliti ingin meneliti korelasi antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat pada data yang telah dikumpulkan sekaligus menguji signifikansinya (Winarsunu, 2006).

Subjek Penelitian

Dalam Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah remaja dengan rentang Usia 12-21 tahun (Monks dkk, 2002). Sampel dalam penelitian ini menggunakan Sampling Kuota, yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2014). Sampel yang digunakan berjumlah 300 subjek. Roscoe (Sugiyono, 2014) menyatakan ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Menurut Gay & Diehl (Sigit, 2001) ukuran sampel minimun untuk penelitian korelasional adalah 30 subjek.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi dan agresivitas. Dimana variabel terikat dari penelitian ini adalah agresivitas dan variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah agresivitas. Bahwa agresivitas adalah suatu bentuk emosi dan tingkah yang membahayakan diri sendiri dan oranglain dengan tujuan memperoleh sesuatu. Indikator skala pengukuran berdasarkan pada empat bentuk agresi Buss dan Perry (1992) yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan (anger) dan agresi dalam bentuk kebencian (hostility). Skala yang digunakan adalah The Aggression Questionnaire.

Variabel bebas dalam penelitian ini efektivitas komunikasi adalah memberikan informasi dan pemahaman yang berupa verbal serta non-verbal yang dapat tersampaikan dengan maksud yang benar antara komunikator dan komunikan ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, kesamaan serta tercapainya tujuan yang diinginkan kemudian memberikan dampak antara keduanya. Indikator skala pengukuran pada skala efektivitas komunikasi remaja dengan orangtua ini disusun berdasarkan beberapa aspek efektivitas komunikasi yang dikemukakan oleh De Vito (dalam Yuniarti, Y. N., 2009), yaitu: 1). Keterbukaan (opennes), 2). Empati (emphathy), 3). Dukungan (supportiveness), 4). Sikap positif (positiveness), dan 5). Kesamaan (equality).

(21)

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item

Berdasarkan Tabel 1, skala efektivitas komunikasi antara saat sebelum diujikan berjumlah 45 item, dan setelah diujikan didapatkan 32 item yang valid. Indeks validitas skala efektivitas komunukasi berkisar antara 0.313 – 0,554 dengan nilai reliabilitas 0,898. Sedangkan skala agresivitas memiliki jumlah 29 item sebelum diujikan dan setelah diujikan didapatkan 25 item yang valid. Untuk indeks validitas skala agresivitas berkisar antara 0,304 – 0,600 dengan nilai reliabilitas 0,867.

Skala ini disusun dengan menggunakan skala Likert, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap. Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Item-item yang terdapat pada skala terdiri dari item yang bersifat favourable dan unfavourable terhadap atribut yang diukur. Sifat dari item tersebut yang menentukan skor yang akan diberikan.

Pemberian skor pada item favourable, yaitu untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak sesuai (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan pada item unfavourable pemberian skornya adalah untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak sesuai (TS) diberi skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4.

Prosedur dan Analisa Data

Secara umum, penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga prosedur secara umum sebagai berikut :

Persiapan, tahap persiapan ini dimulai dari peneliti melakukan pendalaman materi dan adaptasi skala alat ukur beserta try out nya. Subjek try out berjumlah 100 orang pada beberapa orang yang dijumpai peneliti. Setelah data try out terkumpul kemudian peneliti melakukan uji validitas untuk menemukan item yang valid setelah dilakukan try out.

Pelaksanaan, tahap ini peneliti melakukan penyebaran skala yang telah valid untuk mengambil data penelitian yang nanti hasilnya dijadikan sebagai hasil sajian dalam penelitian.

(22)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 300 subjek diperoleh beberapa hasil yang akan dijelaskan dengan tabel – tabel berikut.

Tabel 2. Data Deskripsi Subjek dengan kriteria, kategori jenis kelamin terbagi menjadi subjek laki-laki sebanyak 90 orang (30%) dan subjek perempuan sebanyak 210 orang (70%). Pada kriteria kategori rentang usia remaja terbagi menjadi subjek remaja awal yakni sebanyak 113 orang (37,7%), subjek remaja tengah sebanyak 41 orang (13,7%), dan subjek remaja akhir sebanyak 146 orang (48,6%). Sedangkan untuk kriteria kategori pendidikan terbagi menjadi subjek SMP sebanyak 93 orang (31%), subjek SMA 45 orang (15%), dan subjek mahasiswa S1 sebanyak 162 orang (54%).

Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogorov-Smirnov pada efektivitas komunikasi dan agresivitas didapatkan nilai p=0,248 (p>0,05) yang menyatakan bahwa variabel yang diteliti berdistribusi normal karena nilainya berada di atas 0,05. Jadi hasil uji normalitas dengan menggunakan metode kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa variabel yang diteliti yaitu efektivitas komunikasi dan agresivitas berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji lineralitas efektivitas komunikasi dan agresivitas didapatkan nilai p=0,969 (p>0,05) dengan nilai F = 0,635 yang berarti ada linearitas antara efektivitas komunikasi dengan agresivitas karena nila p lebih besar dari 0,05. Jadi antara efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja memiliki hubungan yang linear.

(23)

Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien determinasi (r²) sebesar 0,0338 sementara sisanya 96,62% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

DISKUSI

Berdasarkan analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,184 dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,000 < 0,05 yaitu ada hubungan negatif yang signifikan anara efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja, yang artinya semakin tinggi efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja maka semakin rendah agresivitas pada remaja begitupun sebaliknya.

Pada penelitian Lo´ pez, E. E. et.all (2008) menyatakan bahwa lingkungan keluarga positif tampaknya menjadi faktor pelindung yang kuat untuk gadis-gadis di perkembangan masalah perilaku di sekolah. Penelitian tersbut menyumbang 40% dari mengurangi agresi di sekolah untuk anak laki-laki dan 35% untuk anak perempuan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Eka, P. E. (2015) mengenai intensitas komunikasi orangtua dan agresivitas remaja menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara intensitas komunikasi orangtua dengan agresivitas remaja dan memberikan sumbangan pengaruh sebesar 37,8%. Penelitian yang dilakukan Ramos, R. C. (2013) mengenai faktor-faktor penentu agresi dikalangan remaja menunjukkan hasil bahwa faktor penentu agresi yang tinggi diperoleh dari kekerasan di masyarakat dan dukungan yang rendah dari orangtua untuk berpilaku tidak agresif. Dari penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa orangtua memiliki cukup pengaruh terhadap perilaku agresivitas khususnya komunikasi yang dapat dilakukan oleh orangtua.

Studi yang dilakukan Laird, dkk (dalam Santrock, 2007) menemukan bahwa semakin sedikit yang diketahui orangtua tentang keberadaan remajanya, aktivitas-aktivitasnya, dan kawan-kawan sebayanya, maka semakin besar kecenderungan remaja untuk terjerumus dalam perilaku kenakalan. Sebuah studi lain yang dilakukan oleh Franke menemukan bahwa kelekatan yang aman dengan orangtua, tinggal bersama keluarga yang baik, dan mengunjungi layanan gereja bersama orangtua berkaitan dengan rendahnya insiden untuk terjerumusdalam perilaku kekerasan di kelas tujuh hingga dua belas (dalam Santrock, 2007). Sehingga peran orangtua dalam mengurangi menekan perilaku agresivitas remaja sangat penting dalam kehidupan remaja dan sangat beragam cara dalam menekan perilaku tersebut termasuk dengan berkomunikasi secara efektif dengan remaja.

Pada salah satu “program pengganti agresi” telah mengurangi tingkat penangkapan pelaku pelanggaran dan anggota geng dengan mengajari remaja dan orangtua mereka keterampilan komunikasi, melatih mereka untuk mengendalikan kemarahan, dan meniingkatkan tingkat penalaran moral mereka (Goldstein dkk dalam Myers, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi orangtua dengan remaja merupakan salah satu cara menekan perilaku agresif remaja.

(24)

yang dibantu olah orang dewasa yakni orang terdekat remaja adalah orangtua dengan melakukan komunikasi untuk mengekspresikan masalah remaja sehingga tidak adanya kesalahpadaman dalam memahami sesuatu yang dapat menyebabkan remaja berperilaku agresi.

Remaja lebih bersedia untuk terbuka kepada orangtua ketika orangtua bertanya kepada mereka dan ketika reaksi remaja kepada orangtua dicirikan dengan rasa kepercayaan, penerimaan dan kualitas yang tinggi (Daddis & Randolph, 2010; Keijsers dkk, 2010 , dalam Santrock, 2012). Penelitian telah menemukan bahwa keterbukaan remaja kepada orantua mengenai keberadaan, aktivitas, dan teman mereka terkait dengan penyesuaian positif remaja (Laird & Marrero, 2010; Laird, Marrero, & Sentse, 2010; Smetana, 2008, dalam Santrock, 2012). Sehingga efektivitas komunikasi orangtua menjadi bagian penting dalam keterbukaan remaja mengenai masalah yang dialaminya yang menjadi aspek pencetus remaja berpilaku agresif. Dengan demikian komunikasi efektif orangtua akan dapat menekan perilaku agresif remaja.

Small (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa perkembangan remaja yang baik dapat terjadi apabila remaja memiliki orangtua yang memperlihatkan kehangatan dan penghargaan, secara berkesinambungan memperlihatkan minat terhadap kehidupan remaja, mengenali dan beradaptasi terhadap perkembangan kognitif dan sosial-emosi mereka yang sedang berubah, mengkomunikasi ekspetasi mereka yang tinggi terhadap perilaku dan prestasi, serta memperlihatkan cara yang otoritatif dan konstruktif dalam mengatasi masalah dan konflik yang terjadi. Peran orangtua menjadi sangat penting dalam perkembangan kehidupan remaja terutama dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi remaja. Tidak semua remaja dapat mengkomunikasikan masalah mereka. Sehingga oranngtua berperan dalam memulai sebuah komunikasi dengan remaja secara efektif agar tidak timbul perdebatan antara orangtua dan remaja.

Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa komunikasi efektif antara orangtua dan remaja membentuk pola dasar kepribadian remaja secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi remaja, karena merupakan hakekat seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan uluran tangan orangtua, orangtualah yang bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi remaja termasuk kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang dan harmonis. Hal ini menjadikan komunikasi yang efektif dengan orangtua sangat penting dalam mengontrol perilaku remaja terutama perilaku negatif remaja yang menyebabkan remaja dalam masalah yang membahayakan diri dan orang lain.

(25)

kedua, lingkungan masyarakat yaitu lingkungan masyarakat kurang sehat, keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap remaja, dan pengaruh norma-norma baru yang ada di luar. Faktor ketiga, lingkungan sekolah, yaitu kurangnya perhatian guru, kurangnya fasilitas pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat, dan norma-norma pendidikan kurang diterapkan. Sehingga efektifivitas komunikasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap agresifitas pada remaja.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan ada hubungan negatif antara efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dengan agresivitas pada remaja yang artinya semakin tinggi efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja maka semakin rendah agresivitas pda remaja begitu juga sebaliknya. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian juga membuktikan jika efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja dapat menjadi salah satu faktor untuk menekan agresivitas pada remaja. Sehingga, diharapkan dengan melakukan komunikasi yang efektif antara orangtua dan remaja maka perilaku agresif dapat dicegah. Sebesar 3,38% efektivitas komunikasi antara orangtua dan remaja mempengaruhi agresivitas pada remaja.

(26)

REFERENSI

Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi remaja. Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Buss, A. H., & Perry, M. (1992). The aggression questionnaire. Journal of personality and socialpsychology, 63(3), 452-459.

Bahri, S. 2004. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga. Jakarta : PT. Reneka Cipta.

Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dayakisni, Tri., & Hudaniah. (2012). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Devito, J. A. (1989). The interpersonal communication book fifth edition. London: Harper and Row.

Devito, J. A. (1997). Komunikasi antarmanusia edisi 5. Jakarta: Proffesionals Books.

Diana, R. R. & Retnowati, Sofia. (2009). Komunikasi remaja-orangtua dan agresivitas pelajar. Menyoal probiem kesehatan masyarakat.

Eka, P. E. (2015). Intensitas komunikasi orangtua dan agresivitas remaja.

Effendy, U. 2004. Ilmu komunikasi teori dan prkatek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gunarsa, (2004). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta. Gunung Mulia.

Hasmanti, T. W. & Nashori, Fuad. (2006). Hubungan komunikasi remaja dan orangtua dengan agresivitas remaja laki-laki.

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, E.B. (1978). Adolescence development. Tokyo: McGraw-Hill, Kugakusha, Ltd.

Lambert, S. F., & Cashwell, C. S. (2004). Pre-teens talking to parents: Perceived communication and school-based aggression. The family journal, 12, 122-128.

Lestari, S. (1997). Menjadi orangtua pun perlu belajar. Majalah ilmiah kognisi: No 3 Mei 1997 Hal:23

Liliweri, A. (1997). Komunikasi antar pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Liliweri, A. (2011). Komunikasi serba ada serba makna. Jakarta: Pradana Media Group.

Lo´ pez, E.E. et. all. (2008). Adolescent aggression: effects of gender and family and school environments. Journal of adolescence 31 (2008) 433–450

(27)

Moitra, Tanusree., & Mukherjee, Indrani. (2009). Parent-adolescent communication and delinquency: a comparative study in kolkata, india. Europe’s journal of psychology, 8(1), pp. 74-94, doi:10.5964/ejop.v8i1.299

Monks, F.J. et. all. (2002). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mujiati, A. (2011). Efektivitas komunikasi kelompok dalam penyelesaian masalah pemasaran

hasil pertanian. Skripsi, FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Myers, D. G. (2010). Psikologi sosia .edisi 10 buku i. Jakarta: Salemba Humanika

Nurfaujiyanti. (2010). Hubungan pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan.

Prasetyo, M. 2000. Kesehatan mental anak dalam keluarga. Semarang: FIP UNNES.

Ramos, R. C. (2013). Determinants of aggression among young adolescents. International journal of social, behavioral, educational, economic, business and industrial engineering Vol:7, No:2, 2013.

Rumini. (2004). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, J. W. (2002). Life span development. Perkembangan masa hidup edisi kelima jilid ii. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja edisi sebelas jilid i. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja edisi sebelas jilid ii. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Life span development perkembangan masa hidup edisi ketigabelas jilid i. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sigit, Soehardi. (2001). Pengantar metodologi penelitian sosial-bisnis-manajemen. Yogyakarta: BPFE-UST YOGYAKARTA

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatuf, dan r&d. Bandung: CV Alfabeta

Widjaja, A.W. (1988). Ilmu komunikasi pengantar studi. Jakarta: PT. Bina Aksara

Winarsunu, T. (2006). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan (ed.revisi). Malang: UMM Press.

Willis, S. (2005). Remaja & masalahnnya. Bandung: Alfabeta

Wood, J. W. (2013). Komunikasi teori dan praktik (komunikasi dalam kehidupan kita). Jakarta: Salemba

(28)
(29)

Saya mampu berteman dengan baik √

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri anda.

No Pernyataan STS TS S SS

1 Orangtua saya selalu menceritakan masalah-masalah yang mereka alami

2 Saya merasa orangtua saya lebih menyayangi anaknya yang pandai

3 Ketika saya menghadapi masalah, orangtua saya membesarkan hati saya

4 Orangtua saya selalu mendengarkan keluh kesah saya 5 Orangtua saya selalu mengajak anak-anaknya makan

bersama

9 Ketika saya sedang berbicara, orangtua saya sering pergi begitu saja tanpa mengindahkan saya

10 Orangtua saya selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri tanpa anak-anaknya

11

Meskipun sedang sibuk, orangtua saya selalu menyempatkan waktu untuk bercakap-cakap dengan anak anaknya

12 Saya merasakan bahwa orangtua saya sangat sedih melihat saya mendapat musibah

13 Orangtua saya selalu membantu kesulitan yang saya hadapi tanpa diminta

14 Orangtua saya menegur saya ketika saya berbuat kesalahan 15 Orangtua saya mengajak anak-anaknya secara

bersama-sama menentukan pembagian tugas di rumah

16 Orangtua saya tidak pernah menanyakan siapa saja yang menjadi teman saya

(30)

alami karena menurut mereka itu adalah urusan saya sendiri

No Pernyataan STS TS S SS

18 Orangtua saya tidak pernah perduli dengan prestasi belajar saya

19 Orangtua saya tidak bereaksi apa-apa ketika saya menunjukkan nilai saya

20 Orangtua saya jarang berkumpul dengan anak-anaknya 21 Orangtua saya selalu menyambut baik setiap masukan dari

anak-anaknya

22 Ketika saya sedang sedih, orangtua saya mengerti apa yang saya rasakan

23 Orangtua selalu mendukung setiap keputusan yang saya ambil, asal itu untuk kebaikan saya

24 Orangtua saya memuji saya ketika saya membantu

28 Saya merasa ruang gerak saya dibatasi

29 Karena merasa sudah tua, orangtua saya merasa mereka tidak nyambung berbicara dengan anak-anaknya

30 Peraturan yang ada di rumah dibuat sendiri oleh orangtua saya

31 Orangtua saya sering mengajak saya berdiskusi mengenai masalah-masalah dihadapi keluarga

32 Orangtua saya memeluk saya ketika saya sedang sedih 33 Orangtua saya selalu membimbing saya dalam melakukan

sesuatu

34 Ketika saya membuat orangtua saya bangga, mereka menepuk bahu saya

35 Orangtua saya selalu mengajak seluruh keluarga untuk menyelesaikan masalah bersama-sama

36 Orangtua saya mengajarkan pada saya bagaimana menyingkapi perbedaan

37 Keburukan yang pernah saya lakukan sering diungkit-ungkit orangtua saya

38 Orangtua saya melarang saya melakukan kegiatan yang saya senangi

39 Orangtua saya memukul saya bila saya melakukan suatu Kesalahan

40 Saya merasa orangtua saya tidak punya waktu untuk bersama keluarga

41 Orangtua saya menyarankan saya untuk memilih kegiatan yang saya inginkan

(31)

Senyum

No Pernyataan STS TS S SS

43 Orangtua saya tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya

44 Orangtua saya tidak menyukai anaknya yang berbeda pendapat dengan mereka

45 Saya merasa orangtua saya tidak menyukai saya

SKALA B

Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman – teman saya.

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri anda.

No Pernyataan STS TS S SS

1 Terkadang, saya ingin sekali memukul orang. 2 Saya bisa memukul orag lain ketika terprovokasi. 3 Jika seseorang memukul saya, saya akan membalasnya. 4 Saya lebih sering terlibat perkelahian dibandingkan

kebanyakan orang.

5 Saya akan melakukan apa saja untuk melindungi hak saya, walaupun dengan kekerasan.

6 Seseorang telah mendorong saya sehingga saya memukulnya.

7 Saya memukul orang tanpa alasan yang jelas.

8 Saya telah mengancam orang-orang yang saya kenal. 9 Saya sangat marah hingga saya merusak barang-barang. 10 Saya menyatakan ketidaksetujuan secara terang-terangan. 11 Saya sering tidak sependapat dengan orang lain.

12 Ketika ada yang mengganggu saya, saya akan mengutarakan apa yang saya pikirkan tentang mereka.

13 Saya tidak dapat menahan diri untuk berdebat ketika orang lain berbeda pendapat dengan saya.

14 Teman-teman mengatakan bahwa saya seseorang yang suka berdebat.

15 Saya sangat mudah marah tetapi saya dapat menanganinya. 16 Saya marah ketika saya frustasi.

(32)

18 Saya orang yang emosional.

19 Beberapa teman saya mengatakan saya pemarah.

No Pernyataan STS TS S SS

20 Terkadang saya merasa mudah marah karena alasan yang sepele.

21 Saya sulit mengontrol emosi.

22 Terkadang, saya terbakar rasa cemburu. 23 Terkadang, saya merasa hidup ini tidak adil. 24 Orang lain selalu tampak memiliki kesempatan.

25 Saya bertanya-tanya mengapa saya sangat marah terhadap sesuatu.

26 Saya tahu bahwa “teman” membicarakan saya dibelakang. 27 Saya tidak mempercayai orang asing yang bersikap terlalu

ramah.

28 Terkadang, saya merasa bahwa orang–orang menertawakan saya dibelakang.

29 Saya mempertanyakan sikap baik orang-orang terhadap saya.

LAMPIRAN BLUE PRINT SKALA UJI COBA

Blue print Skala Efektivitas Komunikasi Remaja Orangtua

No. Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

5 Kesetaraan 1. Mampu menciptakan suasana kebersamaan

5, 15, 25, 35, 36, 43

2, 10, 20, 30,

(33)

2. Mampu menciptakan kondisi yang setara/sama.

Jumlah Pernyataan 23 22 45

Blue print Skala Agresivitas

No. Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

Item

Favorabel Unfavorabel

1 Agresi Fisik - Menyerang

- Memukul

1, 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9 - 9

2 Agresi Verbal

- Berdebat

- Menyebarkan gosip - Bersikap sarkastis

10, 11, 12,

13, 14 - 5

3 Agresi Marah - Kesal

- Mudah marah

16, 17, 18

19, 20, 21 15 7

4 Sikap

Permusuhan

- Benci - Curiga - Iri hati

22, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29

- 8

(34)

Saya mampu berteman dengan baik √

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri anda.

No Pernyataan STS TS S SS

1 Ketika saya menghadapi masalah, orangtua saya membesarkan hati saya

2 Orangtua saya selalu mendengarkan keluh kesah saya 3 Orangtua saya selalu mengajak anak-anaknya makan

bersama

4 Ketika saya menyatakan pendapat, orangtua saya menunjukkan sikap yang kurang menyenangkan

5 Saya merasa orangtua saya tidak perduli dengan apa yang saya rasakan

6 Ketika saya sedang berbicara, orangtua saya sering pergi begitu saja tanpa mengindahkan saya

7

Meskipun sedang sibuk, orangtua saya selalu menyempatkan waktu untuk bercakap-cakap dengan anak anaknya

8 Saya merasakan bahwa orangtua saya sangat sedih melihat saya mendapat musibah

9 Orangtua saya selalu membantu kesulitan yang saya hadapi tanpa diminta

10 Orangtua saya menegur saya ketika saya berbuat kesalahan 11 Orangtua saya mengajak anak-anaknya secara

bersama-sama menentukan pembagian tugas di rumah

12 Orangtua saya tidak pernah menanyakan siapa saja yang menjadi teman saya

13 Orangtua saya enggan membantu persoalan yang saya alami karena menurut mereka itu adalah urusan saya sendiri

14 Orangtua saya tidak pernah perduli dengan prestasi belajar saya

15 Orangtua saya tidak bereaksi apa-apa ketika saya menunjukkan nilai saya

16 Orangtua saya jarang berkumpul dengan anak-anaknya 17 Orangtua saya selalu menyambut baik setiap masukan dari

(35)

18 Ketika saya sedang sedih, orangtua saya mengerti apa yang saya rasakan

No Pernyataan STS TS S SS

19 Orangtua selalu mendukung setiap keputusan yang saya ambil, asal itu untuk kebaikan saya

20 Orangtua saya memuji saya ketika saya membantu

23 Orangtua saya memeluk saya ketika saya sedang sedih 24 Orangtua saya selalu membimbing saya dalam melakukan

sesuatu

25 Orangtua saya selalu mengajak seluruh keluarga untuk menyelesaikan masalah bersama-sama

26 Orangtua saya mengajarkan pada saya bagaimana menyingkapi perbedaan

27 Orangtua saya melarang saya melakukan kegiatan yang saya senangi

28 Orangtua saya memukul saya bila saya melakukan suatu Kesalahan

29 Saya merasa orangtua saya tidak punya waktu untuk bersama keluarga

30 Saya merasa orangtua saya adalah orang yang murah Senyum

31 Orangtua saya tidak menyukai anaknya yang berbeda pendapat dengan mereka

32 Saya merasa orangtua saya tidak menyukai saya

SKALA B

Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman – teman saya.

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri anda.

No Pernyataan STS TS S SS

(36)

No Pernyataan STS TS S SS

3 Saya lebih sering terlibat perkelahian dibandingkan kebanyakan orang.

4 Saya akan melakukan apa saja untuk melindungi hak saya, walaupun dengan kekerasan.

5 Seseorang telah mendorong saya sehingga saya memukulnya.

6 Saya memukul orang tanpa alasan yang jelas.

7 Saya sangat marah hingga saya merusak barang-barang. 8 Saya menyatakan ketidaksetujuan secara terang-terangan. 9 Saya sering tidak sependapat dengan orang lain.

10 Ketika ada yang mengganggu saya, saya akan mengutarakan apa yang saya pikirkan tentang mereka.

11 Saya tidak dapat menahan diri untuk berdebat ketika orang lain berbeda pendapat dengan saya.

12 Teman-teman mengatakan bahwa saya seseorang yang suka berdebat.

13 Saya marah ketika saya frustasi.

14 Terkadang saya merasa seperti bom yang siap meledak. 15 Saya orang yang emosional.

16 Beberapa teman saya mengatakan saya pemarah.

17 Terkadang saya merasa mudah marah karena alasan yang sepele.

18 Saya sulit mengontrol emosi.

19 Terkadang, saya merasa hidup ini tidak adil. 20 Orang lain selalu tampak memiliki kesempatan.

21 Saya bertanya-tanya mengapa saya sangat marah terhadap sesuatu.

22 Saya tahu bahwa “teman” membicarakan saya dibelakang. 23 Saya tidak mempercayai orang asing yang bersikap terlalu

ramah.

24 Terkadang, saya merasa bahwa orang–orang menertawakan saya dibelakang.

25 Saya mempertanyakan sikap baik orang-orang terhadap saya.

LAMPIRAN BLUE PRINT SKALA PENELITIAN

Blue print Skala Efektivitas Komunikasi Remaja Orangtua

No. Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

2 Empati 1. Mampu merasakan apa yang

(37)
(38)

LAMPIRAN ANALISIS UJI COBA SKALA

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

LAMPIRAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Hasil Uji Kenormalan Data

Residuals Statisticsa

Minimu m

Maximu m

Mean Std.

Deviation

N

Predicted Value 51,37 60,86 55,10 1,887 300

Residual -31,548 28,455 ,000 10,076 300

Std. Predicted Value

-1,974 3,055 ,000 1,000 300

Std. Residual -3,126 2,819 ,000 ,998 300

a. Dependent Variable: SkalaB

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz

ed Residual

N 300

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation

10,07551164

Most Extreme Differences

Absolute ,059

Positive ,029

Negative -,059

Kolmogorov-Smirnov Z 1,021

Asymp. Sig. (2-tailed) ,248

(45)

(46)

LAMPIRAN DATA KASAR

Input Skala Efektivitas Komunikasi Orangtua

No Nama JK

(L/P) Usia Pendidikan

Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Item11 Item12 Item13 Item14 Item15 Item16 Item17

1 Sandi L 17 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4

2 L L 16 SMA 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 2

3 Ari L 15 SMA 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 2 3

4 Septian S. L 17 SMA 3 2 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3

5 Ican L 16 SMA 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3

6 Nufl L 17 SMA 2 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2

7 Nur Azizah P 16 SMA 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 3 3 4 3

8 Riyan W. L 16 SMA 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3

9 Dinda N. B. P 17 SMA 2 2 2 1 1 4 3 2 2 3 1 3 1 4 4 3 2

10 Irena P 16 SMA 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 3 4 4 3 3 3 2

11 Faiwa P 15 SMA 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 3

12 WS L 15 SMA 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4

13 PAS P 15 SMA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

14 Nur Setyo. A. W L 15 SMA 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 4

15 Rizal Hamdani L 14 SMA 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 2 4 2 4 3 4 2

16 Vito L 14 SMA 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3

17 L P 16 SMA 3 3 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2

18 Naur P 15 SMA 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 1 3 4 4

19 Violita G. P 16 SMA 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3

20 Izdihar Farah H. P 15 SMA 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4

21 Bella P 16 SMA 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 2 2 3 4 2 2 3

22 Annisa P 15 SMA 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4

23 Ivan L 15 SMA 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4

(47)

39

25 Randy (FRW) L 15 SMA 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3

26 Khairunnisa (KHP) P 15 SMA 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

27 Shinta R. P 15 SMA 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

28 CIIS P 15 SMA 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3

29 THM L 15 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4

30 Zain (IZ) L 15 SMA 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3

31 Rafi Anam L 14 SMA 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 3

32 Afif L 15 SMA 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3

33 GAS L 14 SMP 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

34 TS P 14 SMP 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 1 4 3 4 3

35 NJW L 12 SMP 3 3 4 2 1 2 4 3 3 3 4 1 1 2 2 2 3

36 APTA P 13 SMP 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3

37 Suvianto DR L 14 SMP 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3

38 Yasmin P 13 SMP 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4

39 NS P 14 SMP 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3

40 K P 14 SMP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4

41 AHM P 13 SMP 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 3

42 Gaac L 14 SMP 1 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3

43 Yulio Rendi L 16 SMA 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3

44 Erika P 14 SMP 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3

45 Rindu L 14 SMP 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3

46 LKBAP L 14 SMP 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

47 MRU L 13 SMP 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

48 RMSS L 13 SMP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

49 Aurora Sabrina I. P 13 SMP 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3

50 SLR P 13 SMP 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3

51 RAR P 14 SMP 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

52 KJBS L 13 SMP 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Gambar

Tabel 2. Data deskripsi subjek .......................................................................................
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 2. Data Deskripsi Subjek

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembagian beban kerja yang tidak seimbang mengakibatkan banyak waktu tenaga, biaya yang terbuang karena terjadi stagnasi pada operasi- operasi tertentu, misalnya pada stasiun

Berikut ini hasil analisis data tindak tutur direktif dan ekspresif talkshow Hitam Putih episode 10 Maret 2018.. Pada kutipaan tuturan di atas merupakan tuturan yang

Unlike the previous studies which deal with gender identity and androgynous theme in novels which set on Earth, this present study examines the issue of gender

Pimpinan madrasah (kepala madrasah dan jajaran pimpinan) dilarang ikut serta dalam proses pengelolaan dana komite ini. Dalam rangka mengelola dana yang bersumber

Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lombok Barat Nomor 8 Tahun 1998 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan

Macam-macam kegiatan main dalam melatih perkembangan keterampilan motorik halus di antaranya: meronce, melipat, menggunting, mengikat, membentuk, menulis awal,

Peningkatan tersebut diperoleh karena pada tindakan siklus II seluruh siswa dapat mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran menulis pantun dengan teknik Think Pair Share melalui kartu