• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia memerlukan sandang, pangan, dan papan yang

merupakan kebutuhan hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagaimana halnya

kehidupan manusia pada umumnya. Bahkan kebutuhan hidup itu akan bertambah

semakin banyak seperti pendidikan, kendaraan, hiburan dan lain-lain yang semuanya

itu membuat peluang manusia lebih berbahagia hidupnya. Tetapi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia harus mencari menggunakan akal budinya

untuk mendapatkannnya. Suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia untuk

memenuhi kebutuhannya tersebut adalah dengan bekerja. Oleh karena itu bekerja

merupakan hal yang penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Seperti yang disebutkan Kartono (1986) bahwa kerja dan bekerja itu merupakan

aktifitas dasar, dan dijadikan bagian esesnsial kehidupan manusia.

Bekerja itu di samping memberikan ganjaran materiil dalam bentuk gaji,

kekayaan dan macam-macam fasilitas materiil, juga memberikan ganjaran sosial

yang nonmaterial; yaitu: status sosial dan prestise sosial. Maka rasa kebanggan dan

minat besar terhadap pekerjaan dengan segala pangkat, jabatan, penghormatan dan

simbol-simbol kebesaran, menjadi insentif kuat untuk mencintai suatu pekerjaan

(Kartono, 1986). Suardiman (2011) menegaskan, dengan demikian kegiatan bekerja

bagi seseorang menimbulkan rasa percaya diri, harga diri, dan rasa puas. Jadi dengan

kata lain, manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk

mendapatkan kesenangan karena akan dihargai oleh orang-orang disekitarnya.

Namun kesenangan ini menjadi berkurang ketika orang ini memasuki masa

pensiun. Pensiun merupakan akhir seseorang untuk melakukan pekerjaannya.

Seharusnya pensiun dapat membuat orang senang karena bisa menikmati hari tuanya.

Tetapi pada kenyataannya banyak orang yang bingung bahkan cemas ketika akan

(2)

pekerjaan. Terlebih mereka yang terpaksa pensiun pada usia wajib pensiun

cenderung mengalami kemunduran fisik dan psikologis.

Masa pensiun di dunia ini berbeda-beda waktunya. Di Indonesia umumnya

masa pensiun jatuhnya diantara usia 56-60, tetapi semua itu tergantung dari lembaga

atau instansi yang menaunginya masih tetap membutuhkan individu yang

bersangkutan atau tidak. Usia pensiun di Indonesia ini berada dalam tahapan

perkembangan yaitu periode dewasa madya (middle adulthood/middle age). Periode

ini berkisar anatara usia 40-60 tahun. Dalam usia peride inilah seseorang mengalami

masa pensiun. Pada saat masa pensiun benar-benar tiba, bagaimanapun masa itu

nampak kurang diinginkan dari masa sebelumnya. Orang usia madya merasa bahwa

tunjangan pensiun mereka tidak mencukupi untuk memungkinkan mereka hidup

sesuai dengan rencana pensiun dan harapan mereka (Hurlock, 1994).

Barvely (Hurlock, 1994) berpendapat bahwa pensiun seringkali dianggap

sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba

sebagian orang sudah merasakan cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa

yang akan dihadapi kelak. Masa modern seperti saat ini, pekerjaan merupakan dua

hal yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia. Karena pekerjaan tersebut dapat

mendatangkan uang, jabatan dan harga diri. Oleh sebab itu, sering terjadi orang yang

pensiun bukannya mengalami kesenangan karena bisa menikmati masa tua dengan

hidup santai, tetapi mengalami masalah serius seperti kejiwaan dan fisik.

Menurut hasil penelitian Neni Widiastuti (2008) menunjukkan bahwa pada

umumnya seseorang mengalami kecemasan adalah karena ketidaksiapan karyawan

dalam menghadapi pensiun yang disebabkan masih banyaknya tanggungan yang

harus diselesaikan. Adapula karyawan sampai mengalami sakit meskipun itu hanya

dialami oleh beberapa karyawan.

Seseorang yang kurang mampu melihat dirinya secara realistik seperti kurang

mampu bersosialisasi dengan baik, kurang percaya diri, pikiran-pikiran yang negatif,

maka mereka akan cemas menghadapi pensiun. Individu yang mampu melihat

dirinya secara realistik seperti mampu berhubungan dengan orang lain dengan baik,

mampu mempersiapkan dan perencanaan dalam menghadapi pensiun dengan baik,

(3)

Pada kenyataannya banyak orang yang mengalami ketakutan akan pensiun.

Perasaan inilah yang akhirnya menimbulkan kecemasan pada seseorang yang akan

mengalami pensiun. Suardiman (2011) mengatakan bahwa kehadiran masa pensiun

sering dipandang sebagai masalah, bahkan musibah bagi penerimanya.

Sumber kecemasan seseorang yang memasuki pensiun bermacam-macam,

bisa jadi karena takut kehilangan jabatan dan fasilitas bagi mereka yang sudah

mempunyai jabatan, bisa jadi karena takut akan kehilangan sumber penghasilan

setelah pensiun dan bisa juga karena bayangan tidak akan dihargai setelah masa

pensiun.

Beberapa kajian penelitian yang berhubungan dengan kecemasan pensiun

diantaranya dilakukan oleh Hairani Lubis (2009) mendapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan negatif antara kecerdasan emosi dan kecemasan menghadapi pensiun pada

PNS pemkot Tebing Tinggi. Artinya, semakin tinggi kecemasan menghadapi pensiun

pada PNS maka semakin rendah kecerdasan emosinya, sebaliknya semakin rendah

kecemasan menghadapi pensiun PNS semakin tinggi pula kecerdasan emosinya.

Selain itu ada pula kajian penelitian dari Gantina Komalasari (2010) dengan

hasil penelitian (1) bahwa tinggi rendahnya tingkat kecemasan menghadapi pensiun

pada PNS yang MPP hanya dipengaruhi tinggi rendahnya makna hidup yang dimiliki

dan positif tidaknya sikap mereka terhadap pensiun. (2) Berdasarkan hasil analisis

deskriptif, menunjukkan PNS yang MPP pada umumnya memiliki makna hidup yang

tinggi, dukungan sosial yang tinggi, sikap yang positif terhadap pensiun dan

kecemasan yang rendah dalam menghadapi pensiun.

Ditinjau dari sisi psikologis, kecemasan menghadapi pensiun menyebabkan

seseorang akan berpikir mengenai keyakinan dirinya. Sebagian orang merasa tidak

yakin menghadapi pensiun karena mereka akan bingung menghadapi pensiun dan

tidak tahu akan berbuat apa setelah pensiun. Salah satu faktor yang penting dalam

menghadapi masa pensiun adalah keyakinan individu pada dirinya apakah ia

memiliki kontrol terhadap hidupnya. Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi

tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif,

khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa dia mampu

atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut

(4)

Bandura (dalam Friedman & Schustack, 2008) self efficacy menentukan apakah kita

dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan

atau kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa depan.

Selain itu self efficacy juga dapat dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari

interaksi struktur pengetahuan (apa yang diketahui orang tentang dirinya dan dunia)

dan proses penilaian dimana seseorang terus menerus mengevaluasi situasinya.

Kemampuan dalam menghadapi situasi akan berpengaruh terhadap besarnya

tekanan dan kecemasan yang dialami seseorang pada situasi yang mengancam.

Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu, maka akan semakin percaya

bahwa dirinya mampu mengatasi situasi yang mengancam sehingga tidak merasa

cemas dan tidak merasa terganggu oleh situasi yang menurutnya mengancam dalam

proses menghadapi pensiun. Begitu pula sebaliknya, jika individu tidak yakin dapat

mengatasi situasi yang menurutnya mengancam serta tidak yakin dengan

kemampuannya sendiri maka mengalami kecemasan tinggi.

Kajian penelitian yang dilakukan oleh Arnita Nurjayanti (2011) menyatakan

bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan

produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi pula

produktivitas kerja. Sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin rendah

pula produktivitas kerja.

Berdasarkan penjelasan yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa self

efficacy mempengaruhi potensi untuk menangani stressor dengan lebih efektif,

optimis akan masa depan, serta keberanian untuk meraih prestasi serta kesuksesan

yang diharapkan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul hubungan self efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun.

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini rumusan masalah yang diajukan peneliti adalah “apakah

ada hubungan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi pensiun?”

C. Tujuan Penelitian

(5)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu, khususnya

dalam bidang psikologi industri dan organisasi.

2. Manfaat Praktis

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat membantu dan memberikan

masukan bagi masyarakat pada umumnya baik pegawai negeri sipil, BUMN, maupun

(6)

HUBUNGAN SELF EFFICACY

DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN

SKRIPSI

Oleh:

Anggika Mayangsari Atmarini

08810252

FAKULTAS PSIKOLOGI

(7)

HUBUNGAN SELF EFFICACY

DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Anggika Mayangsari Atmarini

08810252

FAKULTAS PSIKOLOGI

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik-Mu, sujud syukur kupanjatkan atas intan mutiara

berlian dan cinta rizki yang terbentang luas tak terjangkau oleh mata dzhahir tapi

mata hati pada jiwa-jiwa yang sedang mendamba rindu akan cinta dan kasih sayang-Mu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Self Efficacydengan Kecemasan Menghadapi Pensiun”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi di

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak dapat disangkal butuh

usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun

disadari, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis

yang telah mendukung dan membantu.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I atas saran, kritik dan

nasihat yang berarti untuk lebih baiknya skripsi ini.

3. Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, masukan, dan

diskusi selama penyusunan skripsi ini.

4. Ayahanda Sunaryo dan Ibunda Hernani Sri Yuliwati, yang telah memberikan

segenap cinta, kasih sayang, senyum indah, kesabaran serta doa tulusnya

sehingga mampu menguatkanku dalam menapaki jalan hidup dan mendorongku

untuk menggapai cita-cita. Maaf, untuk tetesan air matanya selama ini. Inilah

persembahanku untuk kalian.

5. Untuk adik Tata, meskipun tak ada tindakan secara verbal, tapi aku yakin dalam

hati kecilmu selalu mendoakan dan mendukungku. Terima kasih dan maaf untuk

(10)

6. Keluarga besar di Jember dan Bondowoso atas dukungan serta doanya selama

ini. Spesial untuk dadaw dan ouling yang selalu membuatku ceria dan tersenyum

kembali saat kepenatan dan kejenuhan menyerang.

7. Untuk Wiji dan Ririn kita bolang pencari buku, benar-benar mainfull trip!

8. Pejuang-pejuang skripsi yaitu fitri, sandra, vivi, anis, deden, varilia, hefrina, ain,

pak aziz, dita, delvi, dewi, fadli dan banyak yang lain, terus semangat kawan!

9. Teman-temanku, ayu, herera, tizna, nophi, qiqi, feliz, afdan, dan yang lainnya,

sukses buat kita semua.

10. Insan-insan B9, khususnya vera, yossi, dan ikha atas teriakan “semangat”nya

tiap hari dan maaf dengan segala sikapku.

11. Semua responden yang telah bersedia memberikan sedikit waktunya untuk

membantu penulis memberikan data/informasi demi kelancaran skripsi ini.

12. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari

Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis

dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait,

lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, serta

para pembaca umumnya.

Malang, 4 Mei 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian ... 6

2. Macam-macam ... 6

3. Ciri-ciri ... 8

B. Pensiun 1. Pengertian ... 9

2. Batas Usia ... 10

3. Jenis-jenis ... 11

4. Fase-fese ... 12

C. Kecemasan Menghadapi Pensiun 1. Pengertian ... 14

(12)

D. Self Efficacy

1. Pengertian ... 16

2. Fungsi ... 17

3. Sumber-sumber ... 18

4. Tahap Perkembangan ... 21

5. Aspek-aspek ... 22

6. Proses ... 23

E. Hubungan Self Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun .. 25

F. Kerangka Pemikiran ... 27

G. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian 1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Opersional dan Variabel Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Jenis data dan Metode Penelitian 1. Jenis data ... 32

2. Metode Pengumpulan Data ... 32

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas ... 34

b. Reliabilitas ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 40

F. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Subjek ... 44

2. Deskripsi Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun ... 45

(13)

4. Tabulasi Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun dan

Self Efficacy ... 46

B. Analisa Data ... 46

C. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blue Print skala KecemasanMenghadapi Pensiun ... 33

Tabel 2. Blue Print Skala Self Efficacy ... 34

Tabel 3. Item Valid Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun Hasil Try Out ... 36

Tabel 4. Item Valid Skala Self Efficacy Hasil Try Out ... 37

Tabel 5. Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun Setelah Try Out ... 38

Tabel 6. Blue Print Skala Self Efficacy Setelah Try Out ... 39

Tabel 7. Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun dan Self Efficacy ... 40

Tabel 8. Karakteristik Responden ... 44

Tabel 9. Sebaran T-score KecemasanMenghadapi Pensiun ... 45

Tabel 10. Sebaran T-score Self Efficacy ... 45

Tabel 11. Crosstabulation Kecemasan Menghadapi Pensiun dan Self Efficacy ... 46

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Skala untuk Try Out ... 55

Lampiran 2 Data Try Out Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun dan

Self Efficacy ... 64

Lampiran 3 Hasil Analisa Try Out Validitas dan Reliabilitas ... 67

Lampiran 4 Skala untuk Penelitian ... 74

Lampiran 5 Data Penelitian Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun dan

Self Efficacy ... 81

Lampiran 6 Hasil Analisa Data ... 84

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian (Edisi revisi). Malang : UMM Press

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Ayu, A.F.F. (2009). Konsep diri kepada keluarga dalam menjelang pensiun. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM.

Azwar, S.(2009). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S .(2010). Penyusunan skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2011). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya (Edisi kedua). Yogyakarta : Pustaka Belajar

Badan Kepegawaian Negara. (2010, 24 Maret). Pemberhentian PNS. Diperoleh dari http://www.bkn.go.id/in/peraturan/pedoman/pedoman-berhenti-pns.html

Bandura, A. (1997). Self-efficacy, The exercise of control. New York : W.H. Freeman and Company

Baron, R.A & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial (Edisi kesepuluh). Jakarta : Penerbit Erlangga

Beatris, E.R. (2010). Hubungan self efficacy dengan komunikasi yang efektif salesman pada dealer triajaya motor. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM. Tidak Diterbitkan

Eliana, R. (2003). Konsep diri pensiunan. Jurnal Dikti. Program Studi Psikologi,Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Feist, J & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian buku 1 (Edisi ketujuh). Jakarta : Salemba Humanika

Feist, J & Feist, G.J..(2010). Teori kepribadian buku 2 (Edisi ketujuh). Jakarta : Salemba Humanika

Friedman, H.S & Schustack, M.W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset modern (Edisi ketiga). Jakarta : Erlangga

(17)

Kartono, K. (1986). Patologi sosial 3 gangguan-gangguan kejiawaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Kerlinger, F.N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Komalasari, G. (2010). Studi mengenai hubungan antara makna hidup, dukungan sosial, dan sikap dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil di DKI Jakarta.Skripsi. Universitas Indonesia

Kreitner, R & Kinicki, A. (2005). Perilaku organisasi buku 1 (Edisi kelima). Jakarta: Salemba Empat

Lubis, H. (2009). Hubungan kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil di pemerintah Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Nevid, J.S., Rathus, S.A & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal jilid 1 (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga

Nurjayanti, A. (2011). Hubungan antara self efficacy dengan produktifitas kerja pegawai batik. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oktaviana, R & Kumolohadi, R. (2008). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai BRI. Naskah Publikasi: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Parkinson, C.N, Rustomji, M.K, & Vieira W.E. (1990). Masa pensiun yang bahagia. Jakarta : Binarupa Aksara

Purwadi, & Putri, R. A. (2006). Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi pensiun. Jurnal Permasalahan & Dewasa: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Rybash, J.W, Roodin, P.A, Santrock, J.W. (1991). Adult development and aging (Second edition). Dubuque: Wm.C.Brown Publisher

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup jilid 2 (Edisi kelima). Jakarta : Erlangga

Sari, E.D & Kuncoro, J. (2006). Kecemasan dalam menghadapi masa pensiun ditinjau dari dukungan sosial pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi. Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Suardiman, S.P. (2011). Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

(18)

Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

Suryabarata, S. (2011). Psikologi kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Trismiati. (2004). Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor kontrasepsi mantap di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Psyche. Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang

Widiastuti, N.(2009). Kecemasan karyawan dalam menghadapi pensiun di PTPN XII (persero) Kebun Kalisanen Jember. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM

Winarsunu,T. (2002). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press

Referensi

Dokumen terkait

Apart from using the images of sensor element 1 to derive the exterior camera orientation for reconstructing the spectral data the geospectral camera is able

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala keterangan mengenai keadaan keuangan dari langganan atau nasabah

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya” (pasal 1 angka 28). Perubahan sekaligus pergeseran sifat rahasia bank, seperti yang dirumuskan

sebagian besar status balita di posyandu desa Tayuban adalah baik dengan pengetahuan ibu tinggi yaitu sebanyak 45 orang (56,25%), sedangkan status gizi balita kurang

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan bahan perekat tepung tapioka dalam pembuatan pakan ikan dari bahan baku yaitu, bulu ayam, ampas tahu, dan ikan rucah

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Guru harus memperhatikan setiap langkah-langkah pembelajaran model concept sentence

Menetapkan : PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN TENTANG PEMBERIAN TALI ASIH DAN / ATAU SANTUNAN UANG DUKA BAGI APARATUR PEMERINTAHAN DESA,

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus di Simpang Tiga Jl. Pangeran Antasari di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan). Yohanes Setya Jatmiko, NPM 05.02.12190,