• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEYAKINAN TUGAS GURU DAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI GURU SD NEGERI DI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEYAKINAN TUGAS GURU DAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI GURU SD NEGERI DI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUMEN

KEYAKINAN TUGAS GURU DAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI

GURU SD NEGERI DI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

A. SYAEFULLAH

NIM 1103504078

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan dalam ujian tesis

Semarang, September 2006

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada ;

hari : Sabtu

tanggal : 2 September 2006

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Mursid, Ph.D Dr. Kardoyo, M.Pd

NIP. 130000000 NIP. 130000000

Penguji I Penguji II / Pembimbing II

Dr. Joko Widodo, M.Pd Hartoyo, Ph.D

NIP. 130000000 NIP. 130000000

Penguji III / Pembimbing I

Prof. Soelistia, M.L.Ph.D.

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,

baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Semarang, September 2006

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Tuntutlah ilmu yang kamu kehendaki, sesungguhnya ilmu

yang kamu dapati itu tidak akan ada manfaatnya di sisi Allah,

jika kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu pelajari”

Untuk Isteriku,

Anak-anakku,

Orang tuaku,

Saudara-saudaraku

dan sahabat-sahabatku

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Sulistya, M.L.Ph.D, sebagai Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan arahan penulisan tesis ini

2. Hartoyo, Ph.D sebagai Pembimbing II yang telah membangkitkan semangat dan mendorong penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Rektor dan semua pembantu Rektor Universitas Negeri Semarang.

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang A. Maryanto, Ph.D beserta para asisten Direktur dan para dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis.

5. Prof. Sulistya, M.L.Ph.D, selaku Ketua Program Manajemen Pendidikan. 6. Kepala Dinas P dan K, Kepala Kantor Kesbanglinmas dan Kepala Bappeda

Kabupaten Brebes yang telah memberikan ijin penelitian.

(7)

vii

8. Isteri tercinta dan anakku tersayang yang mendorong dan menanti dalam penyelesaian kuliah.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan balasan yang berlimpah atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semarang, September 2006 Penulis

(8)

viii

SARI

A.Syaefullah.2006. Keyakinan Tugas Guru dan Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : I. Prof. Soelistia, M.L, Ph.D, II. Hartoyo, Ph.D.

Kata Kunci : Keyakinan Tugas guru, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi.Guru

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ; (2) Untuk mengetahui apakah peran kepemimpinan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ; (3) Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan non eksperimen atau survey, waktu penelitian dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juli 2006, tempat penelitian di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, dengan jumlah sampel 133 responden diambil secara Proportionate Stratified Random Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Kesahihan instrumen penelitian diuji dengan uji validitas ( analisis validitas butir) dan uji reliabilitas (Alpha Cronbach), pengumpulan data dilakukan dengan angket.

Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif (mean, modus, median, range, simpangan baku, varians, distribusi frekeunsi dan histogram) dan analisis inferensial dengan Koefisien Korelasi dan Regresi Linier Sederhana dan Ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi (rx1y) = 0,330, koefisien determinasi (r2) = 0,109 atau 10,90 % dan persamaan regresi

linier sederhana Y = 80,387 + 0,315 X1 ; (2) Peran kepemimpinan Kepala Sekolah

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi (rx2y) = 0,393, koefisien determinasi (r2) = 0,154 atau 15,40 % dan persamaan

regresi linier sederhana Y = 84,225 + 0,292 X2 ; (3) Keyakinan tugas guru dan peran

kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, hal ini dibuktikan dengan koefisien korelasi ganda (R) = 0,42, koefisien determinasi (r2) = 0,177 atau 17,70 % dan persamaan regresi linier ganda Y = 70,932 + 0,226 X1 +

0,166 X2.

(9)

ix

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

(11)

xi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Motivasi Berprestasi ... 9

2. Keyakinan Guru ... 18

3. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 31

B. Kerangka Berfikir ... 52

C. Hipotesis ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 55

A. Pendekatan Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 55

1. Pendekatan Penelitian ... 55

2. Rancangan Penelitian ... 56

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 57

1. Waktu Penelitian ... 57

2. Tempat Penelitian ... 57

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

1. Populasi Penelitian ... 57

2. Sampel Penelitian ... 59

D. Variabel Penelitian ... 62

E. Instrumen Penelitian ... 63

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 63

2. Penentuan Indikator Masing-masing Variabel ... 67

3. Penyusunan Konsep Alat Ukur ... 67

(12)

xii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 77

G. Teknik Analisis Data ... 78

1. Analisis Deskriptif ... 78

2. Analisis Inferensial ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Hasil Penelitian ... 84

1. Deskripsi Data Penelitian ... 84

2. Pengujian Persyaratan Penelitian ... 87

3. Pengujian Hipotesis ... 88

B. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran-saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gaya Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif ... 45

2. Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan yang Berorientasi pada Nilai-nilai ... 49

3. Data Penyebaran Guru dan Siswa SD ... 58

4. Kisi-kisi Instrumen Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi terhadap Keyakinan Guru SD di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ... 68

5. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Pengumpul Data ... 78

6. Deskripsi Data Keyakinan Tugas Guru ... 84

7. Deskripsi Data Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 85

8. Deskripsi Data Motivasi Berprestasi Guru ... 86

9. Data Koefisien Korelasi X1 dan Y ... 89

10.Data Koefisien Korelasi Parsial X1 dan Y ... 89

11.Data Koefisien Korelasi X2 dan Y ... 90

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Keyakinan Pengajar di Depan Kelas ... 20

2. Model Keyakinan Guru ... 24

3. Kata-kata Penguatan Keyakinan Guru untuk Dirinya Sendiri ... 28

4. Kepemimpinan yang Berorientasi Pada Komunikasi ... 50

5. Diagram Rancangan Korelasi ... 56

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 105

2. Data Uji Coba Variabel X1 ... 125

3. Data Uji Validitas Variabel X1 ... 127

4. Data Uji Reliabilitas Variabel X1 ... 129

5. Data Uji Coba Variabel X2 ... 130

6. Data Uji Validitas Variabel X2 ... 132

7. Data Uji Reliabilitas Variabel X2 ... 134

8. Data Uji Coba Variabel Y ... 136

9. Data Uji Validitas Variabel Y ... 138

10. Data Uji Reliabilitas Variabel Y ... 140

11. Data Penelitian Variabel X1 ... 142

12. Data Penelitian Variabel X2 ... 147

13. Data Penelitian Variabel Y... 152

14. Data Variabel X1, X2 dan Y ... 157

15. Statistik Deskriptif Variabel X1 ... 161

16. Statistik Deskriptif Variabel X2 ... 164

17. Statistik Deskriptif Variabel Y ... 167

18. Uji Normalitas Data Variabel Y ... 170

19. Koefisien Korelasi X1 dengan Y ... 173

20. Koefisien Korelasi Parsial X1 dengan Y ... 174

21. Koefisien Korelasi X2 dengan Y ... 175

22. Koefisien Korelasi Parsial X2 dengan Y ... 176

23. Koefisien Korelasi X1 dengan X2 ... 177

24. Koefisien Korelasi Ganda ... 178

25. Regresi Linier Sederhana X1 dengan Y ... 179

26. Regresi Linier Sederhana X2 dengan Y ... 183

27. Regresi Linier Ganda X1, X2 dengan Y ... 187

28. Tabel r Product Moment ... 191

29. Tabel F ... 192

30. Tabel t ... 200

31. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Tesis ... 204

32. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Negeri Semarang ... 205

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa Pendidikan Nasional merupakan satu kesatuan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya, untuk mengusahakan tercapainya pendidikan nasional tersebut. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, diwujudkan melalui kebijakan strategi dasar Pendidikan Nasional, yaitu : (1) pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, (2) relevansi pendidikan dan pembangunan, (3) peningkatan kualitas pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan (Depdikbud, 1994 : 2)

Pada tahapan pelaksanaan, banyak unsur saling terkait yang mempengaruhi keberhasilan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, seperti penyempurnaan kurikulum dan materi pengajaran, peningkatan kemampuan Kepala Sekolah, peningkatan keyakinan tugas guru, perlengkapan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, peningkatan kemampuan tenaga administrasi, peningkatan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, penyempurnaan sistem informasi sekolah.

(17)

diproyeksikan tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).

Komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan mutu sumber daya manusia melalui proses pendidikan adalah guru. Guru sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran yang terdepan harus mampu mengembangkan kemampuan secara optimal. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru berpedoman pada kurikulum dan aturan yang berlaku sesuai dengan jenjang dan strata sekolah yang menjadi bidang tugasnya. Moh.Uzer Usman (2004 : 3) mengungkapkan bahwa “Guru harus peka dan tanggap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus berkembang sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman”. Di sinilai tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga apa yang diberikan kepada siswa tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan kemajuan teknologi dan informasi.

Guru sendiri merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar dan ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan nasional. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswa yang diajarnya pada suatu tingkat kedewasaan yang mempunyai taraf kematangan tertentu.

(18)

mengajar di depan kelas hanya menurut kemauannya sendiri, hal ini akan berpengaruh dalam pencapaian target yang telah ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Soedijarta (1983 : 66) bahwa “menurunnya mutu pengajaran di sekolah antara lain disebabkan banyanya guru yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan pedoman yang ditugaskan dalam kurikulum bagi penyusunan program belajar mengajar.

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru terus dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan melakukan penyempurnaan kurikulum yang telah ada, penataran guru mata pelajaran, pengadaan dan revisi buku paket pelajaran, mengadakan kegiatan kelompok guru (KKG), perbaikan kesejahteraan guru dan upaya-upaya lain yang terus dilakukan.

Oleh karena itu guru sebagai pelaksana pendidikan mengemban tanggung jawab operasional pengajaran, berkewajiban meningkatkan mutu pendidikan. Dengan kondisi dan tuntutan yang sedemikian tersebut, maka guru perlu meningkatkan pengetahuan, teknologi dan ketrampilannya serta meningkatkan motivasi berprestasi dan berusaha untuk melakukan dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

Peningkatan kemampuan teknis guru selama ini yang telah banyak dilakukan perlu disertai faktor yang menunjang sehingga guru tidak hanya mampu melaksanakan tugas tetapi mau melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

(19)

dimunculkan dalam upaya lebih meningkatkan motivasi berprestasi guru. Selain faktor keyakinan tugas guru, terdapat juga faktor yang juga ikut mempengaruhi motivasi motivasi berprestasi yaitu peran kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mencapai tujuan sekolah.

Ungkapan tersebut di atas dapat diterjemahkan antara lain perihal peran Kepala Sekolah dalam rangka peningkatan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Atas dasar pengalaman di lapangan, ternyata dewasa in masih rendah kualitas komunikasi seorang Kepala Sekolah dengan para guru yang dipimpin. Terbukti masih sangat umum komunikasi dilakukan secara satu arah. Kenyataan secara objektif guru dalam mengajar yang diasumsikan bahwa kegiatan pembelajaran oleh guru cenderung rutinitas, tidak kreatif serta berkomitmen rendah dalam mengajar di kelas.

Sebagai pendukung utama tercapainya tujuan pengajaran adalah suasana kelas yang hidup. Karena segala macam tindakan pembinaan dan pendidikan diarahkan di kelas. Di kelaslah segala aspek pendidikan dan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang sifat-sifat individu motivasi berprestasi berpadu dan berinteraksi, bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Karena itu sudah selayaknya kelas harus dikelola secara baik oleh guru dengan penuh keyakinan dan tanggung jawab dalam pengelolaan kelas.

(20)

pengajaran (instruction function) maupun sebagai pendidik (education function). Ia akan selalu mengalami masalah dalam proses mengajar.

B. Identifikasi Masalah

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru begitu komplek, membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranannya dalam proses belajar mengajar secara efisien dan efektif dan akan mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Oleh sebab itu motivasi berprestasi guru dalam mengajar hendaknya lebih ditingkatkan. Hal ini hanya dapat terwujud bila Kepala Sekolah sebagai pemimpin mampu menggerakan, mengarahkan dengan memberikan pengaruh yang positif yang dapat menyebabkan guru tergerak melaksanakan tugas mengajar dengan penuh keyakinan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut :

(21)

Apakah guru mempunyai kepastian melaksanakan tugas-tugas dengan baik ? Apakah guru dalam melaksanakan tugas membuat program ? Apakah guru mengerti membuat perencanaan pengajaran dengan cermat ? Apakah guru menggunakan metode mengajar dengan tepat ? Apakah guru melaksanakan evaluasi belajar sesuai dengan prosedur ? Bagaimana guru berinteraksi dengan siswa ? Bagaimana hubungan sesama guru di tempat kerja ?

Apakah guru merasakan kewibawaan Kepala Sekolah ? Apakah Kepala Sekolah mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat ? Apakah Kepala Sekolah dapat dijadikan suri tauladan ? Apakah Kepala Sekolah sering memberi pujian kepada guru ?

C. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini dibatasi oleh dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi guru yaitu keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah. Dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu keyakinan tugas guru, peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai variabel bebas, sedangkan motivasi berprestasi guru sebagai variabel terikat.

(22)

pengajaran. Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

2. Apakah peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

3. Apakah keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

(23)

3. Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan, serta dapat memberi manfaat bagi proses pembangunan bangsa dalam pengembangan sumber daya manusia khususnya pengelolaan sekolah.

Manfaat Praktis

¾ Memberikan sumbangan pikir kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri untuk mengetahui sejauhmana motivasi berprestasi guru dicapai.

¾ Membantu rekan-rekan guru Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi yang dilaksanakan.

¾ Dapat digunakan sebagai referensi dan pengalaman ilmiah mengenai keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap motivasi berprestasi guru.

(24)

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA

A. Landasan Teori

1. Motivasi Berprestasi

Untuk mengkaji motivasi berprestasi, maka perlu dibahas terlebih dahulu pengertian motivasi dan prestasi. Banyak teori yang berkembang tentang motivasi. Beberapa pendapat atau teori akan dikupas di sini, untuk menjelaskan apa itu motivasi ? Dan apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi.

(25)

terhadap adanya tujuan”. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald dalam Sardiman (1986 : 74), maka motivasi mengandung tiga hal penting yaitu : (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi akan dirangsang, karena adanya tujuan dan (3) motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling.

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan (Wahjo Sumidjo, 1993 : 67). Sementara itu menurut Davis (1995 : 67) dalam terjemahan Agus Darma bahwa kebutuhan diklasifikasikan menjadi dua yakni (1) kebutuhan fisik pokok, yang disebut sebagai kebutuhan primer (primary needs) dan (2) kebutuhan sosial dan psikologi, yang disebut kebutuhan sekunder (seconadry needs). Kebutuhan fisik antara lain makan, minum, seks, tidur, udara, suhu yang menyenangkan. Kebuhan sosial dan psikologis terdiri atas kebutuhan kasih sayang, harga diri, persaingan, penonjolan diri dan sebagainya.

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

(26)

Motivasi sebagai proses batin atau psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di samping faktor ekstern seperti lingkungan kerja, iklim kerja, pemimpin dan kepemimpinannya, dan sebagainya. Juga sangat ditentukan faktor-faktor intern yang melekat pada setiap orang. Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seseorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku.

Dari berbagai teori motivasi yang telah diuraikan di atas, motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dapat dikatakan juga motivasi pada umumnya terjadi karena adanya dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor intrinsik dan dorongan dari luar diri seseorang atau faktor ekstrinsik.

Teori motivasi menurut Gibson (1995 : 189 – 190) terjemahan dalam Nunuk Andirni (1996) yang berkembang saat ini adalah teori kebutuhan.

Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi :

(1) Fisiologi meliputi kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, dan sembuh dari penyakit.

(2) Keamanan dan kesehatan : kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman, yakni keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam.

(3) Rasa memiliki, sosial dan kasih sayang : kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi dan kasih sayang.

(4) Penghargaan (esteem) : kebuhan atas harga diri (self esteem) dan penghargaan dari pihak lain.

(27)

Kebutuhan fisik (physical needs) merupakan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang dan papan ; kebutuhan rasa aman dan selamat (safety needs) merupakan kebutuhan memiliki sarana yang dapat melindungi diri sehingga merasa aman; kebutuhan yang bersifat sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk mencintai dan dicintai orang, merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, kebutuhan untuk dihormati orang lain, sebagai manusia yang mempunyai harga diri dan hak azasi merupakan kebutuhan akan harga diri (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self realization needs) yakni usaha agar dapat melakukan apa saja yang dikehendaki mengingat kebutuhan lainnya telah terpenuhi. Ini kadang kala menjurus pada sifat over acting atau menonjol yang berlebihan.

Teori yang lebih sederhana, berkaitan dengan kebutuhan manusia dikemukakan oleh Aldefler dalam Gibson (1995 : 193 – 194) dalam terjemahan Nunuk Andirni (1996) berpendapat bahwa kebutuhan manusia hanya terbagi dalam tiga, yaitu : (1) eksistensi : yaitu kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, air, gaji dan kondisi pekerjaan, (2) keterkaitan : yaitu kebutuhan-kebutuhan terpuaskan dengan adanya hubungan sosial dan interpersonal yang berarti, (3) pertumbuhan : yaitu kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan oleh seseorang individu menciptakan konstribusi yang kreatif atau produktif.

(28)

puas dan (2) faktor yang membuat orang merasa puas. Teori ini memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-beradaan faktor-faktor ekstrinsik.

Kelompok kondisi ekstrinsik, yang meliputi upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur, mutu penyeliaan, mutu hubungan antara sesama rekan kerja, atasan dan bawahan. Sedangkan kelompok kondisi intrinsik, yang meliputi pencapaian prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan kemungkinan berkembang.

Teori kebutuhan motivasi yang dipelajari Mc. Clellend dalam Gibson (1995 : 200( dalam terjemahan Nunuk Andirni (1996), ada tiga kebutuhan yaitu (1) kebutuhan berprestasi (n Ach); (2) kebutuhan berafiliasi (n Aff); dan (3) kebutuhan berkuasa (n Pow). Lebih lanjut Mc. Clelland berpendapat ketika kebutuhan kuat berada dalam diri seseorang, efeknya adalah memotivasi dia untuk menggunakan tingkah laku yang mengarah pada pemuasan kebutuhan.

Dari rangkaian ketiga teori kebutuhan di atas terlihat bahwa dalam sebuah organisasi atau institusi dibutuhkan sesuatu yang lebih dari hanya sekedar fisik, akan tetapi dibutuhkan juga pemuasan untuk kebutuhan sosial dan aktualisasi diri. Salah satu dari kebutuhan sosial, keterkaitan dan faktor yang membuat orang tidak puas adalah berkaitan kondisi lingkungan yang berupa iklim.

(29)

Salah satu tokoh yang mengembangkan teori motivasi berprestasi adalah Mc. Clelland dalam Miftah Toha (2002 : 206) yang didasarkan atas hasil penelitiannya yang mendalam bersama timnya sealama lebih dari 20 tahun. Menurut Mc. Clelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi kerja orang lain. Sedangkan menurut Davis (1995 : 88) dalam terjemahan Agus Darma “motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan”.

Orang yang memiliki dorongan berprestasi ingin berkembang dan tumbuh serta ingin maju untuk menggapai keberhasilan. Seorang yang berorientasi prestasi, maka ia akan bekerja keras, ia memandang bahwa kelak akan memperoleh kebanggan pribadi. Mc. Clelland dalam Miftah Toha (2002 : 110) menyatakan keberhasilan yang diinginkan adalah keberhasilan dalam kompetisi dengan standar yang baik.

Mc. Clelland dalam Miftah Toha (2002 : 206) ada tiga kebutuhan manusia yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam bekerja yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk beralifiasi dan kebutuhan untuk kekuasaan.

(30)

terjemahan Agus Darma, orang memiliki motivasi berprestasi ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan. Sedangkan Gelleman (1984 : 157) dalam terjemahan Supomo Swardono, menyatakan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak begitu mementingkan uang. Baginya uang terutama adalah sebagai ukuran perbandingan prestasinya dengan prestasi orang lain. Jadi uang hanya merupakan pendorong untuk berprestasi, dan uang merupakan ukuran terhadap tingkat prestasi. Jadi motivasi berprestasi adalah suatu kebutuhan dari dalam tiap individu untuk mencapai hasil yang baik.

Menurut Mc. Clelland dalam Miftah Toha (2002 : 208) ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri dari orang-orang yang berprestasi tinggi, antara lain :

a. Suka mengambil resiko yang moderat (moderate risk). b. Memerlukan umpan balik yang segera.

c. Memperhitungkan keberhasilan d. Menyatu dengan tugas

Sedangkan menurut Wahjosumijo (1992 : 208) menyatakan orang yang mempunyai motivasi prestasi tinggi, secara umum memiliki ciri-ciri :

a. Mereka menjadi bersemangat sekali apabila unggul.

b. Menentukan tujuan secara realistik dan mengambil resiko yang diperhitungkan, mereka tidak percaya pada nasib baik.

c. Mereka mau bertanggung jawab sendiri mengenai hasilnya.

(31)

e. Mereka menghendaki umpan balik yang konkrit yang cepat terhadap prestasi mereka.

f. Mereka bekerja tidak terutama untuk mendapatkan uang atau kekuasaan.

g. Mereka dapat diandalkan sebagai tulang punggung organisasi, dan diperlukan dalam organisasi.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki ciri-ciri :

a. Bekerja dengan rasa tanggung jawab

b. Berorientaso ke depan dan tidak mau menyerah.

c. Berusaha menyelesaikan pekerjaannya atas usaha sendiri, bukan karena keberuntungan.

d. Lebih mementingkan karya daripada imbalan yang diterima.

e. Tidak mementingkan uang, karena baginya uang sebagai pendorong setelah berhasil prestasinya.

f. Menghendaki umpan balik konkrit yang cepat terhadap prestasinya. g. Menentukan tujuan secara realistik, mengambil resiko setelah

diperhitungkan.

h. Memiliki sifat optimis dalam bekerja.

i. Tidak mudah menyerah dan keras hati meski menemui hambatan-hambatan.

(32)

Dengan demikian melihat ciri-ciri orang yang berprestasi di atas menunjukkan bahwa motivasi berprestasi berorientasi pada tanggung jawab dan selalu optimis dalam bekerja. Mereka lebih mementingkan tugas atau pekerjaannya daripada hal-hal lain, dan keberhasilannya kerja adalah sasaran utama bagi mereka. Uang baginya bukan tujuan, melainkan merupakan bentuk penghargaan atas prestasi yang dicapai.

2. Keyakinan Tugas Guru

Menurut J.S. Badudu (1996 : 1632) “keyakinan adalah kepercayaan yang sungguh-sungguh, panutan atau pegangan seseorang”.

Sedangkan keyakinan tugas guru menurut Gibson dan Dembo (1984) dalam Pydarsina Vitriani (2005 : 3) adalah :

Kepercayaan guru dalam kemampuan menerapkan strategi pengajaran efektif terhadap perubahan yang positif pada siswa dalam belajar. Adapun keyakinan guru dalam melaksanakan tugas ditandai dengan kesediaan dalam meningkatkan pengajaran dengan didukung oleh pengalaman pendidikan dan pengalaman pengajaran.

Dari pengertian keyakinan tugas yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa keyakinan tugas guru dapat dibuktikan dalam melaksanakan aktifitas sebagai pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengajaran baik di dalam kelas atau di luar kelas yang dapat berpengaruh langsung terhadap tingkah laku siswa.

Brunning et all (2004) dalam terjemahan, menyatakan bahwa :

(33)

Menurut Hofer (2000) dan Pintrich (1997) dalam terjemahan mengemukakan bahwa :

Keyakinan atau kepercayaan dapat digolongkan dalam empat dimensi pengetahuan :

a. Kepastian pengetahuan : kepastian pengetahuan dapat dipercaya apabila konsep pengetahuan bersifat positif.

b. Kesederhanaan pengetahuan : maksudnya pengetahuan yang terdiri secara akumulasi fakta yang saling keterkaitan dalam suatu sistem.

c. Sumber pengetahuan : bahwa pengetahuan bersumber dari lingkungan.

d. Pertimbangan pengetahuan : pengetahuan akan mendapat kepercayaan apabila otoritas eksternal bersandar pada pengintegrasian dan evaluasi diri..

Menurut Prosser dan Trigwell (1996) dalam terjemahan, keyakinan tentang pengetahuan dapat berhubungan dengan kepercayaan tentang pelajaran dan pengajaran.

Adapun konsepsi guru dalam mengajar dipengaruhi oleh persepsi mereka sendiri di lingkungan tugas, seperti derajat tingkat pengendalian diri saat mengajar dan bagaimana siswa saat diajar, seberapa besar pengajaran dapat dihargai, bagaimana ukuran kelasnya.

Menurut Brunning et all (2004 : 1) dalam terjemahan bahwa :

Faktor yang mempengaruhi keyakinan atau kepercayaan terhadap perilaku guru yaitu :

(34)

2. Kepercayaan siswa, didasarkan pada pendapat siswa, kebiasaan siswa, penilaian, hasil rata-rata kelas, ketrampilan sosial, sikap orang tua dan kemampuan secara individu.

[image:34.595.117.512.230.624.2]

3. Kepercayaan tentang pengajaran ditandai dengan perencanaan dan pelaksanaan atau penerapan dapat diterima oleh lingkungan pendidikan secara internal dan eksternal (lihat model).

Gambar 1. Keyakinan Pengajar di Kelas Sumber : http/cms curriculum edu.au/mind matters/staff

professional/belief and practice.htm

Bandura S. (1977 : 3) menyatakan bahwa :

(35)

Menurut Snhunk (1988 ; 1991) menyatakan bahwa :

Yakin akan kemampuan diri sendiri dalam gagasan apabila menguasai teori pengetahuan sosial. Kemampuan diri sendiri terhadap kepercayaan masyarakat dibuktikan melalui keahlian tugas mereka di tempat kerja, ketekunan, bagaimana mereka memperoleh keterampilan. Jadi keyakinan guru sangat berhubungan dengan perilaku mereka di dalam kelas terhadap ketekunannya dalam mengajar.

Sedangkan Bandura (1986) menyatakan bahwa :

Ketekunan di latar belakangi oleh empat prinsip : 1. Prestasi

2. Hasil yang diperoleh

3. Pengaruh sosial seorang yang kuat dalam menguasai kemampuan tertentu.

4. Sensitif atau mudah melakukan tindakan terhadap fungsi tubuh. Menurut Clark dan Peterson (1986), bahwa dalam banyak riset tentang pengamatan guru sangat berkaitan dengan mempelajari kepercayaan dan pengetahuan guru.

Clark dan Peterson, (1986) menyatakan bahwa :

Keyakinan atau kepercayaan dan pengetahuan merupakan pengaruh perilaku guru. Apabila guru dan siswa tidak memiliki keyakinan dan pengetahuan berarti gagal dalam pengajaran.

Sedangkan menurut Calderhead (1996), keyakinan atau kepercayaan biasanya mengacu pada perkiraan, komitmen dan ideologi.

Nespor (1987) dan Abelson (1979) mengidentifikasi ciri-ciri keyakinan atau kepercayaan terhadap pengetahuan yaitu :

a) Adanya anggapan eksistensial

(36)

guru harus memiliki kedewasaan dalam menerapkan materi agar sesuai dengan dasar yang benar.

b) Memiliki alternatif

Adanya alternatif mengacu pada kenyataan yang ideal. Contoh pengajaran model merupakan alternatif peningkatan mutu, sehingga guru harus meningkatkan kepercayaan dirinya dan bekerja keras agar harapan dapat tercapai.

c) Memiliki kecenderungan dan evakuatif

Memiliki kecenderungan dan aspek evaluatif sering dipandang sebagai ukuran tingkat kepercayaan.

Pentingnya keyakinan atau kepercayaan menurut Pijares (1992) adalah sebagai penolong dalam melaksanakan tugas dan sebagai alternatif dalam memilih teori sehingga dapat menginterpretasikan, merencanakan dan membuat keputusan yang terbaik.

Zeichner et all (1987) dan Gore (1990) menyatakan bahwa :

Kurikulum dapat dikatakan sebagai penguatan keyakinan atau kepercayaan yang dapat membentuk penampilan, memiliki gagasan, meningkatkan percaya diri. Adapun perubahan kurikulum mempunyai efek-efek terhadap perkembangan siswa.

Sedangkan Peacock (2001) menyatakan untuk mempengaruhi tingkat keyakinan atau kepercayaan guru harus memiliki pendekatan komunikatif, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif.

(37)

pendekatan komunikatif, koordinasi yang baik, keterbukaan manajemen dalam pendidikan dan masih banyak faktor lain yang dapat merubah kesadaran pengetahuan untuk meningkatkan keyakinan atau kepercayaan guru yang berimplikasi terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil riset Cambell dan O’zoughlin (1988) menunjukkan bahwa keyakinan atau kepercayaan guru dapat mempengaruhi dalam pengajaran dan keputusan mempengaruhi dalam pengajaran dan keputusan kurikulum.

Kepercayaan guru dapat mempengaruhi pengajaran dilihat dari sikap guru dalam memilih alternatif sebagai keputusan yang sangat berarti sebagai alasan mengajar, materi yang diutamakan, penentuan waktu terhadap materi ajar dan sebagainya.

Kepercayaan guru dapat mempengaruhi keputusan kurikulum, kurikulum negara atau wilayah tidak sama sehingga model pembinaan para guru disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing sehingga keberadaan guru mestinya lebih meningkat.

(38)

(1985) dalam Ford (1994) yang ditulis Pryadarsina Vitriyani (2005 : 1) menegaskan bahwa tindakan guru sebagian besar dipengaruhi oleh proses berfikirnya. Proses berfikir guru adalah salah satu cara untuk memperoleh pemahaman umum tentang proses belajar mengajar di kelas. Tindakan guru di dalam kelas dan hasil pengamatan terhadap tingkah laku tersebut dapat menjadi pemahaman yang baik dari proses berfikir yang gejalanya tidak teramati. Salah satu aspek dari proses berfikir guru berada di bawah kategori keyakinan. Keyakinan merupakan suatu pendirian atau opini seseorang yang dibentuk oleh pengalaman atau oleh intervensi ide-ide melalui proses belajar. Clark menyatakan bahwa pada umumnya keyakinan guru memberikan ciri tentang tingkah laku siswa dan keyakinan guru tentang mengajar atau belajar berpengaruh terhadap tindakan guru.

[image:38.595.117.513.270.735.2]

Tindakan guru dalam mengajar akan lebih efektif apabila mampu mengelola dalam pendidikan secara terencana sebelum dan sesudah proses kegitan belajar mengajar (lihat model).

(39)

Penelitian dalam bidang pendidikan yang dilakukan Thompshon (1982) yang diungkapkan oleh Ford (1994 : 94) dalam Prydarsina Vitriyani (2005 : 1) mengidentifikasikan bahwa keyakinan guru tentang belajar dan tentang mengajar akan mempengaruhi alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang menumbuhkan kesimpulan. Caranya dalam berfikir. Ia juga menyimpulkan bahwa keyakinan guru dan minat terhadap suatu bidang studi dan mengajar bidang studi tertentu berperan terhadap bagaimana guru berfikir di dalam kelas. Kompleknya masalah kegiatan dalam kelas guru harus mampu meyakinkan siswa, sehingga siswa akan sebaliknya memiliki keyakinannya terhadap guru.

Pentingnya penguasaan ketrampilan kelas dalam mengajar, guru senantiasa konsisten memiliki keyakinan mengungkapkan ide-ide atau gagasan, karena sangat berhubungan dengan prestasi siswa. Apabila para siswa bisa belajar dalam kelas berarti, artinya bahwa guru bisa mengajar siswa.

Keyakinan pengajaran guru menurut Gibson dan Dembo (1984) dalam Prydarsina Vitriyani (2005 : 3) bahwa :

Keyakinan pengajaran dibadi 2 yaitu keyakinan pengajaran umum dan keyakinan pengajaran pribadi.

a. Keyakinan pengajaran umum adalah keyakinan secara keseluruhan mengacu pada kepercayaan profesi dalam memberikan peranan penting untuk memotivasi siswa sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.

(40)

dengan kesediaan guru untuk meningkatkan pengajaran secara praktek yang berimplikasi penting dalam pengembangan program pendidikan guru. Menurut mereka guru yang berpengalaman mempunyai tingkat keyakinan yang lebih dibanding guru yang memiliki perasaan dalam pengertian yang rendah dari keyakinan pribadi.

Menurut Bloch Dauglas dan Merit (2005 : 88) dalam terjemahan Angga Febriani bahwa menghargai diri anda sendiri sebagai guru atas keyakinan sumbangan ide-ide atau gagasan merupakan pemerhati yang paling berpengaruh dalam kehidupan seorang anak.

Banyak guru yang berfikir bahwa mereka hanya sekedar guru tidak menyadari pengaruh luar biasa yang mereka miliki dalam pikiran seorang anak. Dalam banyak kasus, para guru menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak (sampai 10 jam sehari, termasuk kegiatan-kegiatan sepulang sekolah) daripada orang tua si anak itu sendiri. Dari karena mereka bertanggung jawab dalam menanamkan keahlian sosial dan akademis yang amat penting, para guru memerankan peranan utama dalam membangun harga diri seorang anak. Banyak orang yang berbakat dan berhasil memberikan kesaksian bahwa titik balik dalam kehidupan mereka terjadi ketika seorang guru mempercayai mereka dan menaruh perhatian positif terhadap masa depan mereka.

(41)

keragu-raguan dan memberikan respon yang sesuai dengan keadaan tersebut sehingga akan mempengaruhi keefektifan alternatif yang telah diambil guru.

Secara kongkrit keyakinan keputusan-keputusan tersebut mencakup tentang metode, alat yang diperlukan dalam mengajar, memberikan nilai atau pertimbangan beberapa alternatif manakah yang akan memberikan hasil yang lebih baik dengan landasan pengetahuan yang memadai.

Sekalipun peran kongkrit tersebut begitu penting, banyak guru merasa diri mereka dinilai dan digaji terlalu rendah oleh pemerintah/masyarakat. Selain itu, sekolah menerima pukulan kritik terberat jika anak-anak tidak menguasai pelajaran, padahal keluarga dan masyarakat ikut mengemban tanggung jawab yang besar dalam hal tesebut. Dalam banyak hal, sekolah menjadi kambing hitam untuk persoalan-persoalan masyarakat yang tidak tertangani. Itulah sebabnya tergantung pada keyakinan para guru sendiri untuk memberikan pengakuan dan penghargaan yang pantas mereka terima kepada diri mereka sendiri.

(42)

untuk mengembangkan sifat-sifat luhr berupa kejujuran, integritas, dedikasi dan belas kasihan.

[image:42.595.117.512.221.627.2]

Berikut ini sejumlah kata penguatan keyakinan untuk membantu menghargai diri sebagai guru dan pekerjaannya.

Gambar 3. Kata-kata Penguatan Keyakinan Guru untuk Dirinya Sendiri Sumber : Bloch Douglas dan Merrit Jon (2005 : 90) dalam terjemahan

Angga Febriani. Kekuatan Percakapan Positif. Batam : Karisma Publishing Group.

                                 

Saya menghargai, mengakui dan

menghormati diri saya sendiri

Saya sedang membuat suatu

perbedaan dalam kehidupan

Saya sedang memberikan

suatu sumbangan yang

Saya sedang menanam benih

yang akan menghasilkan

Bekerja bersama anak-anak

merupakan suatu panggilan

Saya adalah seorang

teladan yang baik bagi para

Sekalipun  saya  tidak  dapat 

melihatnya,  banyak  kebaikan 

yang tengah terjadi 

Melayani anak-anak adalah

(43)

Menghargai diri sendiri sangat penting bagi guru, apalagi menghargai tentang keyakinan ide-ide atau gagasan positif. Konsep ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa. Apabila siswa merasa yakin akan proses pembelajaran di dalam kelas dan materi pembelajaran sebagai tuntutan kebutuhan pengetahuan maka seorang guru dianggap mampu meyakinkan siswa dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran.

Menurut Bloch, Merit Jon (2005:95) dalam terjemahan Angga Febriani mengungkapkan beberapa cara membangun keyakinan diri siswa diantaranya:

a. Ciptakan keberhasilan-keberhasilan kecil. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk meraih keberhasilan.

b. Dorong anak-anak untuk mengambil keputusan sendiri. c. Hargai pendapat mereka.

d. Dukung dan dorong kreativitas mereka.

e. Biarkan mereka menjelajah dan mengambil resiko.

f. Izinkan anak-anak untuk melakukan kesalahan dan memetik pelajaran darinya.

g. Pisahkan antara si anak dan perilakunya. “salahkan” perilakunya dan bukan si anak.

(44)

pada dasarnya cukup baik disampaikan dengan indah melalui kata-kata penguatan “Inilah aku, dan aku cukup baik.”

Seorang anak secara umum ingin dimanja disayang, tidak ingin kecewa, berhasil dan sukses, namun untuk mencapai penghargaan harus bisa mengatasi bisikan-bisikan dengan kata-kata yang dapat memotivasi dalam diri seorang anak yaitu dengan menyenangkan jiwanya atau dirinya supaya bangga akan eksistensi yang ada pada dirinya sendiri. Begitu juga seorang guru terhadap anak didiknya senantiasa perlu dan harus memberikan konsep ide-ide dalam kelas. Anak merasa yakin terhadap guru dalam mengajar berarti proses transformasi ilmu dapat berjalan disebabkan peranan guru meyakinkan yang pada akhirnya membantu prestasi siswa.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para pakar pendidikan di atas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa keyakinan pengajar adalah kepercayaan yang mendalam untuk pedoman atau pegangan seorang guru dalam mengajar karena adanya pengaruh hubungan positif antar pribadi dalam komunikasi, bekerja secara profesional dan selalu belajar, adanya dukungan dari lingkungan sehingga selalu tumbuh akan kepercayaan diri dalam proses pengajaran yang berpengaruh langsung terhadap tingkah laku siswa.

Juga dapat disimpulkan bahwa keyakinan tugas guru memiliki ciri-ciri : b. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

c. Bersedia meningkatkan pengajaran. d. Memiliki pengalaman.

(45)

f. Tidak membeda-bedakan pelayanan terhadap siswa. g. Tugas yang diemban sebagai panggilan mulia. h. Memiliki pendirian yang kuat.

i. Berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu.

Dengan demikian melihat ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa keyakinan tugas guru berorientasi pada kesungguhan guru terhadap keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga ada perubahan secara positif pada siswa dalam belajar.

3. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pengertian Peran

Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah yang mempunyai kewenangan untuk menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinannya untuk direalisasikan, mereka dituntut untuk senantiasa meningkatkan peran sebagai pemimpin yang mampu mewujudkan tujuan secara produktif sesuai tuntutan masyarakat.

(46)

menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia sehingga mewujudkan tujuan dan sasaran melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana.

Dengan memperhatikan konsep peran tersebut dapat dipahami bahwa ada berbagai harapan dari masyarakat terhadap tingkah laku dan fungsi yang harus dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam mencapai atau menghasilkan siswa yang bermutu dan terampil melalui pendidikan di sekolah. Untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, mereka dituntut melaksanakan peranannya secara efisien dan efektif sehingga harapan tentang kualitas pendidikan sekolah dasar tercapai.

Adanya tuntutan tentang kualitas pendidikan Sekolah Dasar, kepemimpinan Kepala Sekolah harus melakukan berbagai peran yang menunjang tercapainya harapan tersebut. Ada berbagai peran yang harus dilakukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah.

Selanjutnya menurut Mulyasa (2004 : 135), peran kepemimpinan Kepala Sekolah antara lain :

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

c. Mampu menjalankan hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara aktif dalam rangka peningkatan mutu sekolah dan pendidikan.

d. Mampu bekerja dalam tim manajemen.

e. Mampu mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai tuntutan dan harapan masyarakat lingkungan sekolah, dan

(47)

Mampu memberdayakan guru dalam melaksanakan tugas proses pembelajaran maksudnya bahwa dalam proses peningkatan tugas guru di sekolah, Kepala Sekolah harus memiliki strategi dan mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan PBM.

Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu maksudnya bahwa Kepala Sekolah dalam menyusun program sekolah misalnya mengelola kurikulum, data administrasi kegiatan belajar mengajar, keuangan, kearsipan dan administarsi lainnya harus terprogram sesuai dengan rencana yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) dan Anggaran Biaya Sekolah (ABS). Selain daripada itu Kepala Sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik.

Untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara aktif dalam rangka peningkatan mutu, Kepala Sekolah mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dan rang tua dalam pembinaan pribadi peserta didik.

(48)

pekerjaan mereka dengan program kegiatan yang dilakukan di sekolah.

b. Kepala Sekolah senantiasa melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

c. Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

Mampu bekerja sama dalam tim manajemen maksudnya Kepala Sekolah senantiasa dapat menciptakan situasi kerja sama yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola dan memimpin serta mengendalikan tenaga kependidikan. Manajemen yang tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga mendorongan tenaga kependidikan untuk bertindak produktif.

Mampu mewujudkan tujuan sekolah yang produktif sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat maksudnya Kepala Sekolah mampu mengembangkan sistem persekolahan yang unggul dilihat dari tenaga profesional dan fasilitas memadai dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat.

(49)

masyarakat memainkan peran kunci dalam proses belajar mengajar agar semua pihak berperan aktif untuk perubahan pendidikan yang lebih baik.

Sedangkan menurut Nurhadi (2003 : 25) menyatakan ada lima peran kunci utama kepemimpinan Kepala Sekolah untuk mendukung manajemen sekolah yang efektif yaitu :

a. Kemampuan mengarahkan proses dan fokus pembelajaran. a. Memimpin program dan mengembangkan sekolah.

b. Mengembangkan kepemimpinan yang kolektif c. Menjadi pusat penegak moral dan

d. Sebagai pemimpin pembelajaran.

Lima peran kunci utama kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif dapat disimpulkan, dalam praktiknya mereka harus mampu merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mampu melakukan pembinaan dalam proses pembelajaran sesuai dengan program yang telah direncanakan, baik program tahunan maupun program semesteran yang secara berkelanjutan dapat mengembangkan sekolah yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, artinya peran kepemimpinan Kepala Sekolah pantas untuk diteladani atau sebagai panutan oleh guru karena mereka mampu melakukan tindakan proses pembelajaran secara efektif di sekolah.

Dari beberapa konsep tentang peran kepemimpinan Kepala Sekolah dapat disimpulkan oleh penulis bahwa :

(50)

jawab atas keberhasilan penyelenggaraan pendidikan terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada di sekolah. Oleh karena itu peran kepemimpinannya sangat berpengaruh secara psikologis terhadap keyakinan guru dalam menjalankan tugas pembelajaran.

b. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai pemimpin formal, maksudnya kepemimpinan Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yaitu terlaksananya proses belajar mengajar secara efekti dan efisien.

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Secara umum Kepala Sekolah Dasar memiliki peranan yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, Kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa, untuk meningkatkan mutu sekolah di lingkungannya.

(51)

kepemimpinan yang dapat melakukan peran dan fungsinya sebagai manager di mana Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Secara sederhana kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan (Miftah Toha dalam Anwar, 2004 : 77).

Menurut Sutrisno dalam Mulyasa (2001 : 107) “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”.

Robbin (2001 : 39) dalam terjemahan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Menurut Dessler Gary dalam terjemahan (1996 : 2) mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

(52)

Adapun menurut Bafadal (2003 : 44) secara sederhana kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan menuntun orang lain dalam proses kerja agar berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu kegiatan dengan berbagai upaya perencanaan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (followers) agar ikut serta berfikir dan bertindak secara sungguh-sungguh dengan ikhlas dalam mencapai tujuan organisasi.

Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin menurut Made Pidarta dalam Mulyasa (2002 : 126) ada tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah ketrampilan konseptual, yaitu ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi ; ketrampilan manusiawi yaitu ketrampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin ; ketrampilan teknik, yaitu : ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan terutama ketrampilan konseptual, para Kepala Sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan di antaranya :

(53)

(2) Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.

(3) Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

(4) Memanfaatkan hasil penelitian orang lain. (5) Berfikir untuk masa yang akan datang.

(6) Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Menurut HG. Hicks dan CR dalam Masduki Yusak (2002 : 33) menyatakan bahwa :

Rangkaian kepemimpinan yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah yaitu arif dan bijaksana serta adil ; mampu memberi saran ; mampu memberikan bantuan dana, sarana dan prasarana yang dibutuhkan para guru ; sebagai perekat jembatan komunikasi (catalysing) ; mampu memberikan rasa aman terhadap bawahan (providing security) ; mampu mencerminkan apa yang menjadi keputusan (representing) ; sebagai sumber semangat bagi para guru (proising), dan mampu menghargai apapun yang dihasilkan oleh para guru (objective).

Berbagai upaya dalam memecahkan masalah kepemimpinan telah dilakukan melalui beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan menurut Nanang Fatah (2000) pada dasarnya ada 3 macam yaitu pendekatan sifat (trait approach) yang memfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin ; kedua, pendekatan perilaku yang memfokuskan pada hubungannya dengan bawahan ; dan yang ketiga, pendekatan situasional yang memfokuskan pada kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan karakteristik situasional.

a. Pendekatan Sifat (trait approach)

(54)

dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat-sifat tersebut mencakup sifat fisik maupun sifat psikologis yaitu intelektualitas, hubungan sosial, kemampuan, emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, dan kemauan bekerja keras.

Gerungan dalam Fattah (2000 : 89) menyatakan bahwa : setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri yaitu : (1) penglihatan sosial, (2) kecakapan berfikir abstrak, dan (3) keseimbangan emosi. Ciri-ciri yang berbeda dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani (1958) bahwa pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal : (1) menggunakan pikiran,(2) rohani, dan (3) jasmani.

Sedangkan menurut Ordwey Teed dalam Fattah (2000) menyebutkan bahwa :

karakter seorang pemimpin adalah penuh energi, semangat mencapai tujuan, memiliki gairah kerja, ramah, jujur, mempunyai keahlian teknis, mampu mengambil keputusan, cerdas, punya keahlian mengajar, serta mempunai keyakinan.

Sementara itu menurut Millet dalam Fattah (2000 : 89), ada empat sifat utama yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin yaitu : 1) Kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan (the ability

to see an enterprise as a whole).

2) Kemampuan mengambil keputusan-keputusan (the ability to make devisions).

3) Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang (the ability to delegate authority).

4) Kemampuan menanamkan kesetiaan (the ability to command loyalty).

b. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)

(55)

dari sifat-sifat (trait) pemimpin karena sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.

Robert Tannenbaum dan Schmidt dalam Fattah (2000 : 91) memandang berbagai gaya perilaku pemimpin sebagai kontinum. Kontinum ini terdiri dari ragam gaya kepemimpinan yang sangat bergantung pada situasi dan perpaduan (contingency) antara kepribadian pemimpin dan jenis struktur tugas dalam organisasi tertentu. Pada satu ujung lain berorientasi gaya laissez faire.

Menurut Robert Tannenbaum dalam Fattah (2000 : 91), bahwa :

Gaya kepemimpinan yang efektif adalah perpaduan yang serasi antara suatu macam gaya dengan struktur tugas dan ketentuan sosial. Ada tiga unsur penting yang harus dipertimbangkan yaitu : (1) perilaku pemimpin, (2) perilaku bawahan, dan (3) situasi lingkunan di mana interaksi itu terjadi.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pemimpin yang efektif adalah fleksibel, mampu memilih perilaku kepemimpinan yang diperlukan dalam waktu dan situasi tertentu.

Seberapa jauh hubungan perilaku pemimpin dengan bawahan dalam rangka pengambian keputusan pada hakikatnya merupakan gaya pemimpin itu sendiri. Menurut teori kontinum ada tujuh macam hubungan pemimpin dengan bawahan :

(56)

2) Pemimpin “menjual” keputusan dan memberikan inisiatif bagi bawahan yang bersedia melakukannya (selling).

3) Pemimpin mengemukakan ide, tetapi harus direspon melalui pertanyaan-pertanyaan dari bawahan.

4) Pemimpin menawarkan keputusan tentang yang mungkin untuk dipilih dan diputuskan melalui balikan dari bawahan.

5) Pemimpin mengetengahkan problem dan meminta saran kepada bawahan untuk diambil keputusan (consulting).

6) Pemimpinan menentukan batas-batas kewenangan, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.

7) Pemimpin mengijinkan bawahan untuk berfungsi dalam hal-hal yang telah didelegasikan.

Menurut penelitian Robert R. Blake dan Jane dalam Fattah (2000 : 94) ada lima macam gaya kepemimpinan :

1) Improverished Leadership

Pemimpin tidak bertanggung jawab penuh dalam menyelesaikan pekerjaan, yang diindikasikan dengan perhatian rendah terhadap orang maupun rendah terhadap tugas.

2) Country Club Leadership

Pemimpin menekankan kepada hubungan kekeluargaan sehingga diindikasikan dengan perhatian yang tinggi kepada bawahan tetapi rendah terhadap tugas, sehingga tercipta suasana kerja yang bebas dari tekanan.

3) Task Leadership

Secara umum lebih menitikberatkan pada tugas, bersifat otoriter tanpa memperhatikan aspek kemanusiaan.

4) Middle of Road Leadership

(57)

5) Team Leadership

Manajemen kelompok atau demokratis, lebih menitikberatkan pada terjadinya keseimbangan yang sama tingginya antara kepeduliaan terhadap pelaksanaan tugas maupun kebutuhan manusia, yang mengarah pada suasana akrab dan menyenangkan. Gaya ini merupakan yang paling efektif dari kepemimpinan perilaku.

c. Pendekatan Situasional (Situational approach)

Faktor situasi ini di samping merupakan faktor perilaku hubungan antara pemimpin dengan bawahan, juga merupakan bentuk/keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan (environment). Lingkungan yang berbeda, baik lingkungan fisik yang berupa kekayaan alam, iklim, suhu, udara, curah hujan, dan sebagainya maupun lingkungan sosial yang berupa jumlah penduduk, gaya hidup, kebudayaan, dan sebagainya akan menimbulkan situasi yang berbeda pula.

Situasi tertentu menuntut peragaan serta perilaku/gaya kepemimpinan yang tertentu pula. Apabila gaya kepemimpinan yang diaplikasikan cocok dengan situasi yang dihadapi, maka praktek gaya kepemimpinan itu akan berhasil atau efektif, sebaliknya bila tidak cocok maka tidak efektif.

(58)

William J. Redin dalam Indra Fahrudin (1983 : 37) menyatakan “bila situasi yang dihadapi, maka gaya kepemimpinan keefektifan dari gaya tersebut berbeda pula”.

[image:58.595.117.524.253.754.2]

Perbedaan gaya kepemimpinan efektif dan tidak efektif , dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Gaya Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif

Gaya Kepemimpinan Efektif Tidak Efektif

Tugas tinggi dan Mempunyai tata Semua kebijaksa- hubungan rendah kerja yang sangat naan ditetapkan

(Dedicated) terstrukur, tetapi sendiri tanpa

jelas untuk anggota memperdulikan

stafnya (Benevolent anggota staf,

Autocrat) memaksa untuk

mendapatkan hasil

dengan metode yang dianggap

baik (Autocrat)

Tugas tinggi dan Memenuhi kebutuhan Selalu memecah- hubungan tinggi kelompok dan kan masalah

(Integrated) menetapkan tujuan dengan mengada- dan bagaiamana kan kompromi mencapainya, tetapi antara tugas dan juga sangat memper- hubungan, sehingga hatikan hubungan tidak berorientasi dalam kelompok- pada hasil yang kelompok menjadi akan dicapai kohesi dan bekerja (Compromiser)

keras (Executive)

Hubungan tinggi dan Percaya kepada Hanya tertatik pada

tugas rendah (Related) anggota stafnya, dan adanya harmonis, dan memberikan kemu- kadang-kadang tidak dahan untuk berkem- bersedia mengorban- bang pada anggota kan hubungan meski- stafnya dalam usaha pun tujuan tidak ter- mencapai tujuan capai.

organisasi (Missionary)

(Developer)

Hubungan rendah dan Mendelegasikan Tidak memberikan

tugas rendah wewenang pada struktur yang jelas

(59)

mengambil keputusan pada waktu diperlu-

tentang apa yang kan.(Diserter)

perlu dikerjakan

Sumber : Indra Fahrudi (1983). Kepemimpinan Pendidikan Menurut Redin, FIP IKIP Malang.

Teori proses perkembangan dari kepemimpinan (life cycle theory of leadership) yang pada hakikatnya sama dengan model Redin. Tingkat kesiapan bawahan atau tingkat kematangan (maturuty) merupakan faktor penting di dalam situasi yang sangat menentukan kefektifan dari gaya kepemimpinan yang diindikasikan oleh apa yang dilakukan bawahan dan bagaimana hasilnya sehubungan dengan tanggung jawab mereka.

Jadi menurut Teori Redin dalam Indra Mahfudi (1987 : 37) menyatakan kepemimpinan yang efektif bergantung pada tingkat kematangan (maturity) anak buah dalam melaksanakan tugas, disamping bergantung pada pemimpin dalam orientasinya terhadap tugas dan orientasi terhadap hubungan pribadi.

(60)

Leadership behavior adalah aktualisasi atau perbuatan di mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam proses memberi arah dan mengkoordinasi tugas-tugas dari anggota kelompoknya (Leadership behavior generally mean the particular acts in wich a leader engages in the course of directing and coordinating the work of his group members)

Selanjutnya dikemukakan gaya kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Secara klasik, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi :

1) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada kekuasaan, kewenangan (otoritas).

Biasanya kepemimpinan ini dibedakan atas : (1) pemimpin yang bertipe otokratis, (b) pemimpin yang bertipe demokratis, (c) pemimpin yang bertipe laissez faire.

(61)

2) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada institusi atau manusia.

Gaya kepemimpinan ini diberikan atas nomothetis, idiographis dan transaksional. Pemimpin yang nomothetis biasanya menekankan pada kebutuhan institusi, pemimpin yang idigraphis merupakan kebalikan nomothetis. Ia menaruh perhatian pada kepribadian individu, lebih menaruh pada ego atau kepribadian para anggota daripada kebutuhan institusi. Sedangkan pemimpin yang transaksional merupakan kompromi antara nomothetis dan idiographis. Pemimpin ini sangat menghargai perlunya dicapai tujuan institusi, tetapi pada saat yang sama berharap pula dapat mencapai tujuan individual. 3) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada jangkauan masa

depan.

Gaya kepemimpinan ini dibedakan atas gaya yang berorienatsi pada produksi, hasil atau tugas (task), dan gaya yang berorientasi pada manusia/orang (people) atau penciptaan suasana kerja yang menyenangkan.

4) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkah laku. Pemimpin yang bergaya ini memiliki ciri-ciri :

a. Mengacu kepada masalah, mengidentifikasi masalah, lalu mencari alternatif pemecahannya.

(62)

c. Menguji kelompok dengan cara melaporkan masalah untuk dicari alternatif pemecahannya.

d. Berkonsultasi kepada kelompok pada saat timbul masalah sampai dengan penyelesaiannya.

e. Bergabung diri dengan kelompok serta menyerahkan kepada

kelompok untuk mengambil keputusan.

5) Gaya kepemimpinan yang dilihat dari segi waktu.

Gaya kepemimpinan yang tetap dan sukar diubah dari

lamanya penampilan, gaya tersebut dinamakan gaya permanen.

6) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada komunikasi.

Pieree Casse dalam bukunya, “ Training for the Cross Cultural Mind” menyebutkan empat orientasi gaya kepemimpinan dilihat dari segi komunikasi yaitu :

a. Kepemimpinan yang berorientasi pada tindakan.

b. Kepemimpinan yang berorientasi pada proses.

c. Kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

d. Kepemimpinan yang berorientasi pada ide.

[image:62.595.116.517.134.783.2]

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Ciri-ciri gaya kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai

Tindakan Proses Manusia Ide

- Senang pada - Menyukai - Senang me- - Menyukai Tindakan

dalam

pada fakta musatkan konsep teori,

(63)

- Senang pada menyusun manusia dap hal-hal Prestasi strategi dan - Senang ber- baru dan

taktik komunikasi, luar biasa.

kerjasama,

sistem sosial,

motivasi

Sumber : Sahertian.1987 : 58. Model Latihan Kepemimpinan. Surabaya : Usaha Nasional.

[image:63.595.116.512.237.643.2]

Sependapat dengan hal di atas, Agus Darma dkk, menggambarkan kepemimpinan yang berorientasi pada komunikasi digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Kepemimpinan yang Berorientasi pada Komunikasi. Sumber : Agus Darma dalam Sahertian (1987 : 81). Model

(64)

Lebih lanjut Sahertian (1987 : 82), mengungkapkan bahwa setiap gaya kepemimpinan akan mencerminkan laku-laku (perilaku-laku) sendiri-sendiri. Perilaku-laku kepemimpinan dilihat dari segi komunikasi antara pimpinan dan yang dipimpin adalah hal-hal mendasar yang perlu dipahami, bahwa :

1) Manusia adalah makhluk pribadi yang unik.

Dengan keunikan ini manusia mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan membuat pilihan terhadap hal-hal yang benar. Identitas moral manusia ini disebut kata hati nurani (concience). Secara hakiki manusia diciptakan Tuhan diberi kemampuan akal (mind). Dengan akal inilah manusia mampu “mencipta”.

2) Selain berfikir rasional, pemimpin adalah seorang yang mempunyai identitas kepribadian yaitu beriman, memiliki identitas “keinian” pengakuan akan harkat dan martabat manusia.

3) Memiliki tanggung jawab kepemimpinan multidimensional, bertanggung jawab kepada Tuhan, bertanggung jawab kepada sesama, orang tua, subjek didik, negara serta terhadap diri sendiri.

(65)

akal yang ada dipadu dengan proses sikap diri dan kemampuan melihat kepentingan orang lain ini bersifat integralistik (monodualistis).

Menurut Stephen R. Robbins dalam terjemahan Hadyana Pujaatmaka (2001 : 101) menyatakan bahwa :

“proses pengambilan keputusan rasional seorang pemimpin harus memiliki : identitas moral yaitu memiliki kemampuan untuk menetapkan perilaku nilai, identitas individu yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan serta menentukan diri sendiri, identitas sosial yaitu mempertanggungjawabkan segala tindakan kepemimpinan, identitas rasional yaitu tindakan pemimpin berdasarkan akal sehat”.

B. Kerangka Berfikir

Dasar pemikiran yang melandasi pemikiran ini adalah untuk mengetahui keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi guru.

(66)

Dari gambaran tersebut di atas ada tiga konsep utama yang memerlukan penjelasan dan akan diukur melalui variabel-variabel penelitian

yang didasarkan pada teori yang melandasinya. Konsep itu adalah (1) pengaruh keyakinan tugas guru terhadap motivasi berprestasi guru, (2)

pengaruh peran kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap motivasi berprestasi guru dan (3) pengaruh keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap motivasi berprestasi guru.

C. Hipotesis

Hipotesis menurut Sutrisno Hadi (1986 : 63) adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah, akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan.

Dari perumusan masalah, maka diajukan suatu hipotesis sebagai

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1. Keyakinan Pengajar di Kelas
Gambar 2. Model Keyakinan Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

berbasis bermain sambil belajar yang didukung oleh banyaknya guru- guru wiyata yang masih berusia mudan dan kreatif, serta unggul dalam bidang seni dan budaya

Pemanfaatan limbah ikutan tanaman singkong untuk bahan campuran pakan unggas bertujuan untuk mendapatkan karakteristik limbah ikutan tanaman singkong (Kulit dan daun

067 = Latihan menebak kata kerja tidak beraturan 068 = Belajar bahasa Inggris melalui video. 069 = Reading Comprehension (Latihan) 070 = Reading Comprehension (Latihan) 071 =

Pendidikan keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini, hal ini merupakaan

Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui pengaruh potensi daya tarik Amorphophallus Titanum terhadap keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Raya

Dengan keberhasilan yang saat ini telah di capai oleh Donita Frozen Food tentu tidak terlepas dari segala upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha untuk dapat terus bertahan

2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten

3 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap jenis tanah 14 4 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap landform 15 5 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap elevasi 17