• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kulitas Infrastruktur Jalan Terhadap Harga-Harga Hasil Pertanian Di Kecamatan Dolok Silau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kulitas Infrastruktur Jalan Terhadap Harga-Harga Hasil Pertanian Di Kecamatan Dolok Silau"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Bangmu. 2012.Pengertian Infrastruktur

Arista, Devi. 2010. Analisis Pengaruh Investasi Pemerintah dan TenagaKerja Terhadap PDRB Sumatera Utara (Pendekatan Model Simultan)

Firdaus, Muhammad, 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Gusmiarty,Weka. 2011. Analisis Disekonomi Dampak Kerusakan Jalan Poros kendari-Torobulu dan Tampo-Wamengkoli terhadap Eksistensi dan Keberlanjutan Agribisnis Aneka Palma di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kamaluddin,Rustian,H. 2003. Ekonomi Transportasi Karateristik, Teori, dan Kebijakan. Jakarta; Ghalia Indonesia.

Latief, Madjid A.,H.dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Lek,Mesak. 2013. Analisis Dampak Pembangunan Jalan terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Brat Provinsi Papua Barat.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. Jakarta; LP3ES.

Sugiyanto,Gito.2012.BiayaTransportasi

Djalal, Nachrowi dkk. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Dengan Menggunakan Pakat Program SPSS.Edisi Revisi. Jakarta ; PT Raja Grafindo.

Tanimart. 2011. Infrastruktur

UGM. 2009. mendorong Investasi pihak swasta Dibidang Infrastruktur Jalan.

(2)

Worldbank. 2013. Pembangunan Sektor Perdagangan di Indonesia.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH KULITAS INFRASTRUKTUR JALAN

TERHADAP HARGA-HARGA HASIL PERTANIAN DI

KECAMATAN DOLOK SILAU

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

SRY DEVI TARIGAN

090501096

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

ABSTRACT

The purpose of the research was to determine to effect of the quality of the road infrastructure of the system of marketing of agriculture in dolok silau and determine the effect of the quality of the road infrastructure of the transportation costs of the marketing of agriculture products as well as determine the effect of the quality of the road infrastructure of the prices of agriculture products in dolok silou.

The method of analysis use in this research is path analysis. The dependent variabel in this research is the cost of transportation, marketing and pricing system of agriculture product, while the independent variabel is the quality of the road infrastructure. The direct effect of the influence of the quality of road infrastructure to transport costs, influence the quality of the marketing system, influence the quality the price of agriculture product, the effect of transport cost on the marketing system, the effect of transport costs on the price agriculture products and marketing system influence on prices of agriculture product. Indirect influence the effect of the quality of the road infrastructure of the marketing system trough transportation costs, influence the quality of the road infastructure of the prices ofagriculture product through the marketing system and the effect of the transportation cost on the price ofagriculture products through the marketing system.

The results obtained are as follows that the quality of the road infrastructure is negative relate to the cost of transportation ans infrastructure quality of the road has a negative influence on the cost and quality of road infrastructure has a positive effect on the price of agriculture product.

(5)

ABSTRAK

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau dan mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi pemasaran hasil-hasil pertanian serta mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya transportasi, sistem pemasaran dan harga hasil pertanian, sedangkan variabel independen adalah kualitas infrastruktur jalan. Adapun pengaruh secara langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi,pengaruh kualitas jalan terhadap sistem pemasaran, pengaruh kualitas jalan terhadap harga hasil pertanian, pengaruh biaya transportasi terhadap sistem pemasaran, pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian dan pengaruh sistem pemasaran terhadap harga hasil pertanian. Pengaruh secara tidak langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran melalui biaya transportasi, pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil pertanian melalui sistem pemasaran dan pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian melaui sistem pemasaran.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut bahwa kualitas infrastruktur jalan berhubungan negatif terhadap biaya transportasi dan kualitas infrastruktur mempunyai pengaruh yang negatif terhadap biaya transportasi serta kualitas infrastruktur berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, kasih

karunia serta kemurahan hati-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Jalan Terhadap Harga Hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Dolok Silou”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Cipto Tarigan dan Ibunda

tercinta Suriani Sembiring yang selama ini telah banyak memberikan semangat,

materi,dandoa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap

langkah.dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan

yang tidak ternilai khususnya adik penulis (Robby Tarigan dan Govinda Tarigan),

dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec seabagai Ketua dan Bapak Drs. Syahrir

Hakim Nasution, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D seabagai Ketua dan Bapak Paidi

Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Departemen Ekonomi

(7)

4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku dosen pembibing yang telah

memberi inspirasi, bersedia meluangkan waktu,memberikan masukan dan

bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku dosen pembaca yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menilai skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen

Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan.

Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini

karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dansaran yang membangun dalam

pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Medan, juli 2013

penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT .... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian ...6

1.4. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desa Progresif...7

2.2. Infrastruktur ...9

2.2.1.Pengertian Infrastruktur ...9

2.2.2. Peran Infrastruktur Jalan dalam Perekonomian ...11

2.2.3. Kualitas Infrastruktur Jalan dan Sistem Pemasaran...13

2.2.4. Pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga ...14

2.3. Biaya Transportasi ...15

2.3.1. Pengertian Biaya Transportasi ...15

(9)

2.3.3. Baya Transportasi dan Sistem Pemasaran ...17

2.3.4. Pengaruh Biaya Transportasi Terhadap Harga Hasil Pertanian...18

2.4. Penelitian Terdahulu ...19

2.5. Kerangka Konseptual ...21

2.6. Hipotesis ...23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...24

3.2. Jenis dan Sumber Data ...24

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...24

3.4. Populasi dan Sampel ...25

3.5. Metode Analisis ...25

3.5.1. Pembentukan Model ...26

3.5.2. Direct Effect ...28

3.5.3. Indirect Effect ...28

3.5.4. Total Effect ...28

3.6. Skala Pengukuran Variabel ...29

3.7. Defenisi Operasional ...30

(10)

4.1.6. Keadaan Infrastruktur ...34

4.2. Analisis Karateristik Responden ...34

4.2.1. Jumlah Responden ...35

4.3.1. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural I...40

4.3.2. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II ...42

4.3.3. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II...44

4.4. Direct Effect dan Indirect Effect ....44

4.4.1. Direct Effect ...46

4.4.2. Direct Effect ...47

4.5. Total Effect ...47

4.6. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Kualitas Infrastruktur Jalan...47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...49

5.2. Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA ...51 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Frekuensi Karateristik Responden Berdasarkan

Daerah Domisili ...35

4.2 Karateristik Responden Berdasarkan umur...35

4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...36

4.4 Karateristik Responden Berdasarkan pendidikan terakhir .. ...37

4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ...37

4.6 Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden Perbulan ...38

4.7 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural I...39

4.8 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II ...39

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 dua macam organisai

Bagi masing-masing kegiatan

penunjang pertanian...8

2.2 Kerangka konseptual

penelitian ...22

3.1 Kerangka model analisis jalur...26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 52

2 Tabulasi Identitas ...56

3 Tabulasi kualitas jalan ...59

4 Tabulasi pertanyaan ...60

5 Tabulasi upaya pemerintah ...63

(14)

ABSTRACT

The purpose of the research was to determine to effect of the quality of the road infrastructure of the system of marketing of agriculture in dolok silau and determine the effect of the quality of the road infrastructure of the transportation costs of the marketing of agriculture products as well as determine the effect of the quality of the road infrastructure of the prices of agriculture products in dolok silou.

The method of analysis use in this research is path analysis. The dependent variabel in this research is the cost of transportation, marketing and pricing system of agriculture product, while the independent variabel is the quality of the road infrastructure. The direct effect of the influence of the quality of road infrastructure to transport costs, influence the quality of the marketing system, influence the quality the price of agriculture product, the effect of transport cost on the marketing system, the effect of transport costs on the price agriculture products and marketing system influence on prices of agriculture product. Indirect influence the effect of the quality of the road infrastructure of the marketing system trough transportation costs, influence the quality of the road infastructure of the prices ofagriculture product through the marketing system and the effect of the transportation cost on the price ofagriculture products through the marketing system.

The results obtained are as follows that the quality of the road infrastructure is negative relate to the cost of transportation ans infrastructure quality of the road has a negative influence on the cost and quality of road infrastructure has a positive effect on the price of agriculture product.

(15)

ABSTRAK

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau dan mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi pemasaran hasil-hasil pertanian serta mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya transportasi, sistem pemasaran dan harga hasil pertanian, sedangkan variabel independen adalah kualitas infrastruktur jalan. Adapun pengaruh secara langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi,pengaruh kualitas jalan terhadap sistem pemasaran, pengaruh kualitas jalan terhadap harga hasil pertanian, pengaruh biaya transportasi terhadap sistem pemasaran, pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian dan pengaruh sistem pemasaran terhadap harga hasil pertanian. Pengaruh secara tidak langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran melalui biaya transportasi, pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil pertanian melalui sistem pemasaran dan pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian melaui sistem pemasaran.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut bahwa kualitas infrastruktur jalan berhubungan negatif terhadap biaya transportasi dan kualitas infrastruktur mempunyai pengaruh yang negatif terhadap biaya transportasi serta kualitas infrastruktur berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengukuran tingkat keberhasilan suatu pembangunan yang dilaksanakan di

suatu negara ataupun daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang

dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatu negara dan daerah khususnya

di bidang ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut terbentuk dari berbagai

macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat

perubahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dan daerah tersebut. Untuk

mencapai sasaran dan tujuan pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu

didukung oleh berbagai faktor baik ekonomi maupaun faktor non ekonomi. Salah

satu faktor ekonomi yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda

pembangunan adalah infrastruktur. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang

menyediakan jalan, transportasi, telekomunikasi, bangunan gedung dan fasilitas

publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam

lingkup sosial dan ekonomi.

Infrastruktur jalan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

(17)

jangkuan dan lokasi kegiatan manusia dan barang-barang dan jasa. Dalam hal ini

kaitannya dengan sistem pemasaran yaitu apabila infrastruktur jalan kualitasnya baik

maka sistem pemasaran barang-barang dan jasa akan lancar.

Ketersediaan infrastruktur juga sangat dibutuhkan dalam pembangunan

pertanian. Pembangunan pertanian selalu menjadi agenda penting dalam rencana

pembangunan indonesia. Pembangunan pertanian dilaksanakan secara terencana

dimulai sejak Repelita I (1 April 1969). Hal ini berdasar asumsi bahwa pembangunan

pertanian merupakan prasyarat pembangunan ekonomi indonesia. Dalam rangka

menuju pembangunan pertanian yang dicita-citakan, lima syarat pokok pembangunan

pertanian (Mosher, 1965) harus benar-benar fokus dalam pelaksanaanya, didukung

pula oleh lima syarat pelancarnya. Lima syarat pokok pembangunan pertanian, antara

lain : pasaran untuk hasil usaha tani, teknologi yang selalu berubah, sarana produksi

dan peralatan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, dan pengangkutan.

Sementara itu , lima faktor pelancar pembangunan pertanian antara lain : pendidikan

pembangunan, kredit produksi, kegiatan bersama (group action) oleh petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan perencanaan nasional pembangunan

pertanian.

Syarat pokok dan syarat pelancar pembangunan pertanian tersebut tidak dapat

berjalan lancar tanpa didukung oleh syarat pengangkutan (transportasi) yang

memadai. Ekonomi pada hakikatnya terhubung dengan produksi, distribusi, dan

konsumsi terhadap manusia. Hal ini juga sama halnya dengan peranan transportasi

(18)

sangat diperlukan untuk terwujudnya pembangunan pertanian. Jalan dan jembatan

merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan pertanian. Tidak

hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, atau menghubungkan

satu desa dengan desa lainnya atau kota, tetapi yang lebih terasa manfaatnya adalah

dalam penyaluran informasi, penyaluran sarana produksi, penyaluran hasil atau

produksi, serta menjamin kelancaran transportasi dan komunikasi. Bayangkan kalau

satu daerah sentra produksi suatu komoditas tidak mempunyai prasarana jalan dan

jembatan yang memadai, sudah barang tentu hasil yang diperoleh tidak bisa dibawa

keluar dari desa tersebut untuk dipasarkan. Kalaupun ada pembeli yang datang maka

harganya akan sangat rendah, karena dibutuhkan proses lanjutan untuk membawanya

ke pasar terdekat yang jelas-jelas membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bila jalan

dan jembatan tersedia dan memadai, komoditas tersebut bisa dibawa ke pasar dan

akan mendapatkan harga yang layak dan sesuai dengan perkembangan dan

mekanisme pasar. Dalam hal ini petani sebagai produsen, serta pembeli sebagai

konsumen tidak merasa rugi. Dengan tersedianya jalan, input produksi dapat

diperoleh dengan mudah dan mungkin murah, informasi cepat diperoleh, dan

komunikasi dengan daerah lainnya lancar.

Infrastuktur jalan merupakan lokomotif untuk menggerakan pembangunan

ekonomi bukan hanya di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan. Selain itu,

infrastruktur merupakan pilar menentukan kelancaran arus barang, jasa,

(19)

Kecamatan Dolok Silou merupakan satu kecamatan yang berada di kabupaten

simalungun. Kecamatan Dolok Silou memiliki areal lahan kering yang subur, oleh

karena itu secara umum mata pencaharian masyarakat yang ada di kecamatan Dolok

Silau adalah petani. Adapun tanaman yang ditanam para petani yaitu tanaman

palawija seperti: padi, jagung, ubi, jeruk, nenas dll. Namun kekayaan hasil-hasil

pertanian yang melimpah dihasilkan para petani di kecamatan Dolok Silou, tidak

sebanding dengan keberadaan infrastruktur daerah tersebut. Kondisi infrastruktur di

sebagian desa sangat memprihatinkan, dimana di sebagian wilayah belum ada

tersentuh pembangunan infrastruktur jalan sejak indonesia merdeka 68 tahun yang

lalu. Seperti yang terjadi di Dusun Saran Ganjang, sampai kini jalan primer

penghubung masyarakat Saran Ganjang sangat memprihatinkan yang belum pernah

kenal aspal.

Dalam menjual hasil panen, petani kecamatan Dolok Silau sangat bergantung

pada tengkulak, yang berasal dari luar daerah. Apabila infrastruktur jalan memiliki

kondisi yang tidak baik maka para tengkulak yang akan datang tidak sebanyak di

desa yang telah memiliki infrastruktur jalan yang memadai. Akibat dari sedikitnya

tengkulak yang datang maka harga hasil-hasil pertanian di wilayah tersebut lebih

rendah dibanding dengan harga di wilayah lain yang memiliki infrastruktur jalan

yang lebih baik. Apabila para petani menjual sendiri hasil pertaniannya ke tempat

pemasaran, harga akan menjadi tinggi karena kondisi infrastruktur yang buruk

ditambah dengan biaya transportasi yang tinggi. Faktor-faktor seperti kondisi

(20)

membawa muatan melebihi kapasitas kendaraan menyebabkan terjadinya

peningkatan biaya pemeliharaan kendaraan dan bahan bakar yang pada akhirnya

menyebabkan tingginya biaya transportasi. Akibatnya hasil- hasil pertanian yang

secara langsung dibawa petani ke tempat pemasaran kalah saing dengan daerah lain.

karena harga yang tinggi maka konsumen enggan untuk membelinya,oleh karena itu

petani tersebut akan menurunkan harga hasil pertanian, akibatnya para petani akan

mengalami kerugian. Dengan permasalahan tersebut diharapkan adanya perbaikan

infrastruktur jalan yang menghubungkan ibukota kecamatan ke desa-desa. Dengan

demikian kegiatan perekonomian masyarakat yang tinggal di kecamatan Dolok Silou

semakin lancar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian melalui

penulisan skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Kualitas Jalan

Terhadap Harga Hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Dolok Silou”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan

dilakukan adalah:

1) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap biaya transportasi

hasil-hasil pertanian di kecamatan Dolok Silou.

2) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap sistem pemasaran

(21)

3) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap harga hasil-hasil

pertanian di kecamatan Dolok Silou.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengaruh kualitas biaya transportasi hasil-hasil pertanian

di kecamatan Dolok Silou.

2) Untuk mengetahui pengaruh sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di

kecamatan Dolok silou.

3) Untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga

hasil-hasil pertanian di kecamatan Dolok Silou.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa

Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian

selanjutnya.

• Sebagai tambahan refrensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desa Progresive

Dasar pertimbangan untuk menentukan unsur Desa Lokalitas Pesisir Pantai

dapat diproksi dari uraian teoritis yang dikemukakan Mosher AT (1974) dalam

bukunya ” Creating A Progressive Rural Structure ” yang disadur oleh Wirjomidjojo

R dan Sudjanadi dengan judul ” Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif”. Untuk

memajukan pertanian yang progresif harus memenuhi dulu dua syarat yakni :

1. Syarat pokok :

a. Tersedianya pasar untuk hasil usaha tani

b. Adanya teknologi yang senantiasa berubah

c. Tersedianya saprodi setempat yang lancar

d. Adanya perangsang produksi

e. Adanya sarana pengangkutan yang lancar

2. Syarat Pelancar :

a. Pendidikan pembangunan

b. Kredit Produksi

c. Kegiatan gotong royong petani

(23)

Untuk Desa Progresif yang dapat harus memiliki unsur dasar dan penunjang

dari lokalitas usahatani yang progresif :

1) Satu Pusat Pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi dan

saluran-saluran untuk melancarkan sarana produksi dan alat-alat

pertanian.

2) Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ketempat pusat pasat

ataupun dari pusat pasar ke dunia luar.

3) Percobaan pengujian lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang

menguntungkan,

4) Jasa-jasa Dinas Penyuluhan Pertanian ,

5) Tersedianya Krdit Usahatani dan unsur penunjang lainnya.

(24)

Penunjang Pertanian (A.T .Mosher : 1087)

Unsur –unsur dasar yang dikemukan ini dapat dimodefikasi untuk

pembangunan Desa Lokalitas Pesisir pantai antara lain :

a. Adanya pasar input dan out put

b. Tersedianya sarana yang menghubungi pasar lokal dengan pasar di kota

c. Adanya lembaga Tranformasi teknologi proses tangkap dan proses

pengolahan hasil tangkap

d. Jasa Penyuluhan Perikanan

e. Tersedianya Kredit Usaha Perikanan

f. Tersedianya informasi yang berkaitan dengan usaha perikanan

g. Adanya tenaga pendamping

2.2. Infrastruktur

2.2.1.Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk

berfungsinya perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang, manusia dan ide.

Setiap usaha meningkatkan dan mendiversifikasi produksi, memperluas

perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki

kondisi lengkungan membutuhkan prasarana infrastruktur (Meiningtyas Dwi

(25)

digunakan untuk menopang kelancaran kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan

inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Macmillan Distionary of Modern Economics (1996), infrastruktur

merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa

antara pembeli dan penjual. Sedangkan the Routledge Dictionary of Economics (1995) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu bahwa infrastruktur juga

merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi

dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung melalui penyediaan transportasi

dan fasilitas pendukumg lainnya. Hirschman (1958) mendefenisikan infrastruktur

sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada

berbagai sektor kegiatan ekonomi tidak dapat berfungsi. Infrastruktur merujuk pada

sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan

gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia dalam lingkup soasial dan ekonomi (Grigg, 1988). Moteff (2003),

mendefenisikan infrastruktur tidak hanya terbatas pada sudut pandang ekonomi

melainkan juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah. Selanjutnya Vaughn dan

Pollard (2003), menyatakan infrastruktur secara umum meliputi jalan, jembatan, air

dan sistem pembuangan, bandar udara, pelabuhan, bangunan umum, dan juga

termasuk sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan, penjara, rekreasi, pembangkit listrik,

(26)

Penggolongan infrastruktur menurut The World Bank yaitu:

• Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk

menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publik utilities (tenaga,

telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal,

irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan rel, pelabuhan, lapangan

terbang dan sebagainya).

• Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.

• Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi.

Pemerintah melalui PP No. 42/2005 tentang KPPI, menjelaskan beberapa jenis

infrastruktur yang penyediannya diatur pemerintah, yaitu : infrastruktur transportasi,

jalan, pengairan, air minum dan sanitasi, telematika, listrik dan pengangkutan migas.

Penggolongan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar karena

sifatnya yang merupakan kepentingan umum dan dibutuhkan masyarakat luas

sehingga perlu diatur oleh pemerintah. Pengertian diatur tidak sama dengan dibangun

oleh pemerintah, karena penyediaan infrastruktur tersebut dapat dikerjasamakan

pembangunan dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

2.2.2. Peran Infrastruktur Jalan dalam Perekonomian

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk

mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan

(27)

Prof.Dr.Sunyoto Usman berpendapat bahwa infrstruktur sangat penting dalam

menyediakan pelayanan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan

meningkatkan kualitas hidup. Menurut Prof.Dr.Ir.Danang Parikesit,M.Sc

mengemukakan bahwa infrastruktur jalan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.

Infrastruktur jalan bertanggung jawab sebesar 5%-25% pada harga akhir sebuah

komoditi yang ada di pasar. Apabila sistem transportasi tidak didorong secara bagus

maka akan mengalami kenaikan harga-harga komoditi produk yang cukup besar dan

hal itu akan mempengaruhi tingkat belanja masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan

bahwa peran infrastruktur jalan adalah sebagai bagian prasarana transportasi yang

mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosisal budaya, lingkungan hidup,

politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Selain itu, jalan sebagi prasarana bagi distribusi barang dan jasa

merupakan urat nadi bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Infrastruktur jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang

dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan

penumpang menggunakan moda jalan) dan mempunyai peranan yang sangat strategis

dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan,

sehingga harus dipertahankan fungsinya dengan baik melalui sistem pemeliharaan

yang baik pula. Terbukti betapa besarnya peran jalan selama ini dalam mendukung

(28)

2.2.3.Kualitas Infrastruktur Jalan dan Sistem Pemasaran

Salah satu fokus program kabinet Indonesia bersatu jilid II adalah

membangun infrastruktur. Masyarakat internasional menggolongkan Indonesia

sebagai salah satu negara dengan infrastruktur terburuk. Dari 12 negarayang diteliti

(Asian Development Bank/ADB, 2003). Indonesia menempati peringkat terbawah berbagai elemen infrastruktur keras fisik, seperti, jalan raya, pelabuhan, irigasi dan

jaringan kereta api serba terbatas. Kualitasnya terus memburuk akibat anggaran

pemeliharaan terbatas. Di negara mana pun, pembangunan infrastruktur merupakan

tanggung jawab pemerintah. Besar kecilnya anggaran infrastruktur akan

menunjukkan sejauh mana pemerintah peduli pada pembangunan infrastruktur.

Kualitas infrastruktur, baik yang keras fisik (jalan, pelabuhan, irigasi), keras

nonfisik (telepon, internet, listrik, air) memainkan peran vital karena merupakan

penggerak perekonomian. Infrastruktur berhubungan dengan tiga hal (Hartanto,2004)

pertama, dukungan dasar bagi pengembangan pabrik/industri, misalnya, listrik, jalan

dan jaringan telekomunikasi. Kedua, biaya produksi dan distribusi, baik bahan baku

dan produk jadi. Ketiga, keterkaitan dengan pasar dan proses pemasaran.

Pemasaran (marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya

dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan

pemenuhan kebutuhan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan

(29)

(product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place) dan mempromosikan barang.

Kaitan antara kualitas infrastruktur jalan dengan sistem pemasaran yaitu

apabila kualitas infrastruktur jalan baik, maka sistem pemasaran hasil produksi

lancar.

2.2.4.Pengaruh Kualitas Infrastruktur Terhadap Harga

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai

hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan dan

peningkatan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas

penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya

pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan perbaikan

kualitas dan jasa-jasa pengangkutan tersebut.

Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan ekonomi

adalah sebagai berikut : (1) mempercepat dan menyediakan barang-barang yang

dibutuhkan, (2) tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya

barang-barang kebutuhan masyarakat dengan biaya lebih murah, (3) infrastruktur yang baik

dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya merangsang adanya

stabilitasasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah, (4) infrastruktur yang

memperlancar jasa transportasi menyebabkan hasil produksi daerah dapat diangkut

(30)

2.3. Biaya Transportasi

2.3.1. Pengertian Biaya Transportasi

Biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan

proses transportasi. Biaya tersebut berupa biaya penyediaan prasarana, biaya

penyediaan sarana dan biaya operasional transportasi. Pihak-pihak yang menanggung

biaya tersebut adalah sebagai berikut : (1) pengguna (penumpang/penyewa) yaitu

ongkos, (2) Pemilik sistem (operator) yaitu biaya operasional dan pemeliharaan, (3)

pemerintah yaitu biaya infrastruktur dan subsidi dan (4) non pemakai yaitu

perubahan nilai tanah, produktivitas dan biaya sosial lainnya.

Biaya transportasi adalah sebagai dasar penentu tarif jasa transportasi,

tingkat tarif ditentukan berdasarkan pada biaya langsung, biaya tak langsung dan

keuntungan. Biaya langsung adalah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam proses

produksi yang harus dibayarkan langsung seperti gaji awak, BBM, dan biaya di

terminal. Biaya tak langsung adalah biaya lain dalam menunjang proses produksi

seperti biaya pemeliharaan, biaya umum/kantor dan pajak.

Biaya operasi kendaraan merupakan penjumlahan dari biaya gerak dan biaya

tetap. Biaya gerak meliputi konsumsi bahan bakar, konsumsi olie mesin, pemakaian

ban, biaya perawatan, biaya awak (untuk kendaraan umum), dan depresiasi

(31)

2.3.2. Kaitan Infrastruktur Jalan dengan Biaya Transportasi

Jalan merupakan prasarana penting sebagai penunjang transportasi, dimana

jalan merupakan wahana tempat terjadinya gerakan transportasi sehingga terjalin

hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, hal ini dikatakan oleh Morlok

(1998) yang menyatakan bahwa pengertian jalan adalah salah satu ruang dimana

gerakan transportasi dapat terjadi. Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling

esensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa

transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat

angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuanya. Unsur jalan

dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air, dan jalan udara.

Menurut world bank kaitan infrastruktur jalan dengan biaya transportasi yaitu apabila kualitas infrastruktur jalan suatu daerah buruk maka akan

mengakibatkan kenaikan biaya transportasi sehingga menurunkan daya saing

produk-produk daerah tersebut dibanding produk daerah yang lain. sebagai contoh

tingginya biaya transportasi barang-barang bernilai tinggi seperti udang dari belahan

Timur Indonesia ke pusat-pusat pemrosesan di pulau jawa melambungkan harga

mereka ketitik yang terlalu mahal untuk diekspor, dan juga lebih murah untuk

mengimpor buah jeruk dari Cina dibanding mengirimkan dari pulau Kalimantan ke

pulau Jawa. Buruknya kulitas jalan di suatu daerah atau negara menempatkan biaya

transportasi yang lebih tinggi dibanding dengan suatu daerah yang memiliki

(32)

2.3.3. Biaya Transportasi dan Sistem Pemasaran

Ongkos-ongkos angkutan secara teoritis pada dasarnya dapat dibagi dalam

dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:

1. Variable expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya cenderung untuk berubah-ubah kira-kira secara proposional dengan atu tergantung

kepada volume angkutan dari lalu lintas (traffic). Ongkos transportasi ini seringkali disebut pula sebagai pengeluaran langsung (direct expenses). 2. Fixed expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya

sekurang-kurangnya dalam jangka pendek adalah tetap dan tidak tergantung pada

volume angkutan dari traffic yang bersangkutan. Ongkos ini disebut pula sebagai indirect expenses, constant expenses, dan overhead expenses.

Selanjutnya ada pula penggolongan atau pembagian ongkos-ongkos industri

transportasi ini yang lebih terperinci, yaitu diklasifikasikan ke dalam lima golongan,

yaitu sebagai berikut, (1) prime expenses atau out-of-pocket expenses, (2) operation expenses, (3) overhead expenses, (4) joint expenses, dan (5) oppurtunity expenses.

Prime expenses atau out-of-pocket expenses merupakan ongkos variabel yang khusus dan yang langsung dikeluarkan dengan segera, terutama berupa

(33)

tersebut diangkut termasuk sewaktu bongkar muat dan sifat barang yang diangkut,

yaitu apakah lekas rusak sehingga perlu pengepakan khusus.

Operation expenses merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dan diperlukan dalam menjalankan operasional usaha pengangkutan seperti pemeliharaan

jalan-jalan dan jaringan jalan, pemeliharaan kendaraan angkutan, permohonan izin

administrasi, dan pengeluaran untuk umum seperti gaji dan ongkos-ongkos tenaga

administrasi. Overhead cost merupakan ongkos tetap seperti ongkos-ongkos untuk manajemen interest atas modal, ongkos deperesiasi atau penyusutan peralatan, dan

beberapa pajak tetap. Joint cost merupakan ongkos-ongkos yang tidak dapat dialokasikan atau dibebankan secara tersendiri terhadap masing-masing produk atau

service yang diberikan, misalnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk terminal atau

stasiun yang digunakan bersama-sama.

Pada umumnya kenaikan ongkos pengangkutan sedikit banyaknya akan

mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, pertama-tama pada barang-barang

yang memerlukan jasa pengangkutan dan juga kemudian dapat menimbulkan

kenaikan pula pada harga barang-barang lainnya. Hal ini disebabkan karena kenaikan

ongkos pengangkutan itu menyebabkan naiknya ongkos-ongkos produksi serta

ongkos-ongkos pemasaran barang-barang selanjunya para penjual pada umumnya

akan membebankannya kepada para konsumen (Rustian Kamaluddin: 2003:38)

2.3.4. Pengaruh Biaya Transportasi Terhadap Harga Hasil-Hasil Pertanian Ongkos pengangkutan merupakan salah satu unsur ongkos produksi (dalam

(34)

karena itu, adanya ongkos angkutan yang lebih murah akan dapat berakibat ongkos

produksi dan harga jual yang lebih rendah pula.

Dengan demikian, hal ini akan dapat pula berakibat sebagai berikut:

• Bertambahnya kemampuan daya saing dari industri yang bersangkutan dalam

menghasilkan dan memasarkan hasil produksinya.

• Bertambahnya aksi radius dari pasar hasil produksi yang bersangkutan, yaitu

bertambah luasnya wilayah ataupun cukup jauhnya pasar yang dapat dilayani.

Hal tersebut di atas, terjadi oleh karena adanya penurunan dalam ongkos

transportasi akan menurunkan ongkos total dan harga jual dari barang yang

bersangkutan. Jadi, berakibat akan dapat ditawarkannya barang-barang yang

diperjualbelikan dengan harga yang relatif rendah kepada para konsumen di pasar.

(Rustian Kamaluddin: 2003;30)

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian

penulis yaitu sebagai berikut:

Mesak Lek (2013) dengan judul Aalisis Dampak Pembangunan Jalan

Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Brat Provinsi

Papua Barat ( studi kasus di distrik ayamaru, aitinyo, dan aifat). Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis dampak pembangunan jalan terhadap pertumbuhan usaha

ekonomi, pendapatan rakyat, dan manfaat sosial dan ekonomi yang di terima oleh

masyarakat di pedalaman kabupaten May Barat, yang berlokasi di Dstrik Ayamaru,

(35)

didasarkan pada tingkat homogenitas suku dan mata pencarian penduduk, dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui

kuisioner dan focus group discussion(FGD), dengan metode analisis deskriptif, uji beda rata-rata pendapatan dan analisis SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

berdampak positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan usaha ekonomi

masyarakat, serta berdampak sosial lebih besar daripada dampak ekonomi hal ini

terbukti dari nilai loading factor (LF=λ) X → Y1 dan X→ Y2 masing -masing

sebesar 0,540 untuk manfaat ekonomi dan 0,683 untuk manfaat sosial. Pemerintah

perlu mendorong pembangunan di bidang infrastruktur jalan seperti angkutan umum

yang lebih mudah dan murah, karena memberikan multiplier effect yang sangat signifikan kepada masyarakat.

Weka Gusmiarty dengan judul Analisis Disekonomi Dampak Kerusakan

Jalan Poros Kendari-Torobulu dan Tampo-Wamengkoli terhadap Eksistensi dan

Keberlanjutan Agribisnis Aneka Palma di Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun

tujuan penelitian tersebut yaitu:

Tujuan jangka pendek: (a) Mengidentifikasi jenis-jenis Agribisnis aneka palma yang ada sebelum dan setelah kerusakan jalan poros Kendari-Torobulu,

Tampo-Wamengkoli, seta saat penelitian ini dilaksanakan, (b) Menganalisis disekonomi

dampak dari kerusakan jalan poros kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli terhadap

eksistensi dan keberlanjutan agribisnis aneka palma, (c) menghitung willingness to

pay (WTP) pelaku Agribisnis Aneka Palma terhadap kerusakan jalan poros

(36)

pilihan-pilihan bagi pelaku-pelaku agribisnis aneka palma dalam produksi, pengangkutan,

dan pemasaran hasil produksinya dalam rangka eksistensi dn keberlanjutan agribisnis

aneka palma di tengah kendala transportasi, (b) Merumuskan strategi keberlanjutan

agribisnis aneka palma di sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu,

Tampo-Wamengkoli, (c) pengaplikasian strategi keberlanjutan agribisnis aneka palma di

sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli. Analisis yang

digunakan yaitu : (a) analisi deskriptif (b) analisis contingent valuation method

(CVM) dan (c) analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara dengan pelaku agribisnis di sekitar jalanporos Kendari-Torobulu,

Tampo-Wamengkoli.

2.5. Kerangka Konseptual

Infrastruktur jalan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara infrastruktur jalan dengan

jangkuan dan lokasi kegiatan manusia dan barang-barang dan jasa. Dalam hal ini

kaitannya dengan sistem pemasaran yaitu apabila infrastruktur jalan kualitasnya baik

maka sistem pemasaran barang-barang dan jasa akan lancar.

Jalan dan jembatan merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses

pembangunan pertanian. Tidak hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah

lainnya, atau menghubungkan satu desa dengan desa lainnya atau kota, tetapi yang

lebih terasa manfaatnya adalah dalam penyaluran informasi, penyaluran sarana

produksi, penyaluran hasil atau produksi, serta menjamin kelancaran transportasi dan

(37)

mempunyai prasarana jalan dan jembatan yang memadai, sudah barang tentu hasil

yang diperoleh tidak bisa dibawa keluar dari desa tersebut untuk dipasarkan.

Kalaupun ada pembeli yang datang maka harganya akan sangat rendah, karena

dibutuhkan proses lanjutan untuk membawanya ke pasar terdekat yang jelas-jelas

membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bila jalan dan jembatan tersedia dan

memadai, komoditas tersebut bisa dibawa ke pasar dan akan mendapatkan harga

yang layak dan sesuai dengan perkembangan dan mekanisme pasar. Dalam hal ini

petani sebagai produsen, serta pembeli sebagai konsumen tidak merasa rugi. Dengan

tersedianya jalan, input produksi dapat diperoleh dengan mudah dan mungkin

murah, informasi cepat diperoleh, dan komunikasi dengan daerah lainnya lancar.

Dari uaraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

X2

X1

X3

(38)

Keterangan gambar :

X1= kualitas infrastruktur jalan

X1= biaya transportasi

X3= sistem pemasaran

Y = harga hasil pertanian

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Adapun hipotesis berdasarkan perumusan masalah dan kerangka

konseptual di atas adalah sebagai berikut :

1) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh negatif terhadap biaya transportasi

pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

2) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap sistem pemasaran

hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

3) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap harga hasil-hasil

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam

pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan dan menguji hipotesis

penelitian. Metode penelitian ini untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang

dihadapi dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dilakukan di dusun Saran Ganjang, Desa

Silaumerawan, dusun Siboro dan dusun Tanjung Bawang yang berada di kecamatan

Dolok Silau.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer.

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan

oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau

menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden untuk dipilih

(40)

terdiri dari informasi tentang identitas responden, beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil

pertanian di kecamatan dolok silau.

2) Wawancara yaitu tanya jawab yang dilakukan secara langsung dengan

masyarakat yang ada di daerah penelitian.

3) Observasi yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi riset.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau obyek

yang memiliki kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2004). Adapun populasi

yang digunakan adalah jumlah rumah tangga yang ada di dusun Saran ganjang,

dusun Tanjung Bawang, desa Siboro dan desa Hutasaing.

Sampel merupakan bagian dari suatu populasi. Dalam penelitian ini dibatasi

jumlah sampel sebanyak 100, di mana 25 sampel mewakili masing-masing dusun

yang telah disebutkan.

3.5Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

statistik, dengan alat analisis path analysis, menggunakan bantuan media SPSS 17.0. Path analysis adalah metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis dan menginterpretasikan data dengan menggambarkan sifat sesuatu

(41)

Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung

seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model

path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat. (Joreskog & Sorbom,1996;Johnson & Wichern,1992).

3.5.1. Pembentukan Model

Kerangka model analisis jalur (path analysis) dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

PYX2

PX2X1 PX3X2

1) PYX1

PX3X1

PYX3

Gambar 3.1 Kerangka model analisis jalur

Adapun persamaan struktural dari kerangka model analisis jalur diatas adalah

sebagai berikut :

Persamaan strukrural I :

X1

X3

(42)

X2 = PX2X1 Keterangan:

X2 = biaya transportasi

PX2= koefisien biaya transportasi

X1 = kualitas infrastruktur jalan

Persamaaan struktural II : X3 = PX3X1 + PX3X2 Keterangan:

X3 = sistem pemasaran

PX3 = koefisien

X1 = kualitas infrastruktur jalan

X2 = biaya transportasi

Persamaan struktural III: Y = PYX1 + PYX2 + PYX3 Keterangan :

Y = harga hasil pertanian

PY = koefisien

X1 = kualitas infrastruktur jalan

X2 = biaya transportasi

X3 = sistempemasaran

(43)

Berdasrkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh langsung

antarvariabel diformulasikan sebagai berikut :

X1 → X2 = PX2X1

X1→ X3 = PX3X1

X1 → Y = PYX1

X2 → X3 = PX3X2

X2 → Y = PYX2

X3→ Y = PYX3

3.5.3. Indirect Effect

Berdasarkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel-variabel-variabel terikat secara tidak langsung melalui

variabel X2 dan X3 dapat diformulasikan sebagai berikut :

X1→ X2→ X3 = ( PX2X1 ) ( PX3X2 )

X1→ X2 →Y = ( PX2X1 ) ( PYX2 )

X1→ X3→ Y = (PX3X1 ) ( PYX3 )

X2→ X3→ Y = ( PX3X2 ) ( PYX3 )

3.5.4. Total Effect

Berdasarkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel-variabel-variabel terikat secara langsung dapat

diformulasikan sebagai berikut :

X1→ X2→ X3 = (PX2X1) + (PX3X2 )

(44)

X1→ X3→ Y = (PX3X1 ) + ( PYX3 )

X2→ X3→ Y = ( PX3X2 ) + ( PYX3 )

3.6Skala Pengukuran Variabel

Adapun skala pengukuran variabel adalah sebagai berikut :

1) X1 = kualitas infrastruktur jalan

Indikator :

• Waktu tempuh (skala interval)

• Materi pembuat jalan (skala ordinal)

• Jarak (skala interval)

2) X2 = sistem pemasaran

Indikator :

• Kuantitas penjualan (skala rasio)

• Tempat menjual (skala nominal)

3) X3 = biaya transportasi

Indikator :

• Ongkos angkut ( skala interval)

4) Y = harga hasil pertanian

Indikator :

• Perbedaan harga (skala interval)

(45)

3.7.Defenisi Operasional

1) Kualitas infrastruktur (X1) adalah baik atau buruknya kualitas infrastruktur

jalan yang ada di Kecamatan Dolok Silou.

2) Biaya transportasi (X2) adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk

memasarkan hasil pertanaian ke pusat pasar.

3) Sistem pemasaran (X3) adalah cara penjualan hasil pertanian,petani yang

langsung memasarkan hasil pertanian kepusat pasar atau pedagang yang datang

ke Desa untuk membeli hasil pertanian.

4) Harga hasil pertanian (Y) adalah rata-rata harga dari suatu komoditas

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Lokasi Dan Keadaan Geografis

Kecamatan Dolok Silou sebagai salah satu kecamatan dari 31 kecamatan di

kabupaten simalungun memiliki luas 288,45 km², dengan letak geografis sebelah

utara berbatasan dengan kabupaten Deliserdang, sebelah selatan berbatasan dengan

kecamatan Silimakuta, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Karo, dan sebelah

timur berbatasan dengan kecamatan silou kahean.

Jarak kecamatan Dolok Silou ke pematang Raya ibukota kabupaten

Simalungun ± 54 km, ke kota Pematangsiantar ± 69 km.

4.1.2. Kondisi Topografi

Letak kecamatan Dolok Silou di ataspermukaan laut adalah 151-1400 meter.

Menurut kemiringan/kelerengan tanah, luas wilayah kecamatan Dolok Silou yang

terdapat pada lahan yang landai mencapai 12.210 Ha. Berdasarkan jenis penggunaan

lahan di kecamatan Dolok Silou lebih banyak lahan pertanian non sawah dibanding

lahan pertanian sawah. Lahan pertanian non sawah sekitar 5.262 Ha. Lahan pertanian

sawah terluas berada di Nagori Paribuan yakni 815 Ha dan pertanian non sawah

terluas berada di Nagori Dolok Mariah seluas 23.450 Ha.

(47)

Kecamatan Dolok Silou mencakup 10 nagori/desa dengan jumlah PNS di

kantor camat 13 orang dengan tingkat pendidikan terdiri dari 10 orang tamatan SMA

dan 3 orang tamatan S1 sedangkan menurut jenis kelamin, jumlah PNS laki-laki 9

orang dan perempuan 4 orang.

Jarak nagori ke ibukota kecamatan terjauh 27 km, yaitu dari Nagori Marubun

Lokkung, sedangkan Nagori terdekat adalah Nagori Saran Padang. Nagori dengan

area terluas adalah Nagori Dolok Mariah dengan luas 66,00 km² atau sekitar 22,45%

dari total luas kecamatan Dolok Silou.

4.1.4. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Dolok Silou tahun 2010 sebanyak 13.716 jiwa terdiri dari

laki-laki 6.933 jiwa dan perempuan 6.783 jiwa dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 3.712 sehingga rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3-4 jiwa per

rumah tangga.

Penduduk terbesar terdapat di Nagori Cingkes, yaitu 2.297 jiwa atau sekitar

16,75% dari total penduduk kecamatan Dolok Silou dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 650, diikuti Nagori Saran Padang sebanyak 2.200 jiwa dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 646, Nagori Pribuan sebanyak 1.953 jiwadengan jumlah

rumah tangga sebanyak 506, Nagori Huta Saing sebanyak 1.836 jiwa dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 442, Nagori Bawang sebanyak 1.810 jiwa dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 550, Nagori Perasmian sebnayak 1.101 jiwa dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 239, Nagori Marubun Lokkung sebanyak 1.050 jiwa dengan

(48)

jumlah rumah tangga sebanyak 210, Nagori Dolok Mariah sebanyak 400 jiwa

deangan jumlah rumah tangga sebanyak 400 jiwa dengan jumlah rumah

tanggasebanyak 120 dan terkecil jumlah penduduknya adalah Nagori Togur

hanyamencapai 397 jiwa atau hanya 2,92 % dari total penduduk kecamatan

DolokSilou dengan jumlah rumah tangga sebanyak 109.

Rasio jenis kelamin penduduk kecamatan Dolok Silou tahun 2010 sebesar

102 ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah

penduduk perempuan berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 102

penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin lebih dari 100 berada pada usia 0-39 tahun

dan usia 40-44 tahun selebihnya rasio jenis kelamin justru kurang dari 100. Rasio

jenis kelamin terbesar pada usia 20-24 tahun.

4.1.5. Potensi Daerah

Pada umumnya penduduk di kecamatan Dolok Silou bekerja di sektor

pertanian. Untuk komoditi tanaman pangan, penduduk kecamatan Dolok Silou

banyak yang bertani tanaman padi ladang, jagung dan ubi jalar. Pada tahun 2010,

kecamatan Dolok Silou merupakan penghasil padi ladang terbesar di kabupaten

Simalungun dengan produksi 11.962,14 ton dan luas panen 3.854 Ha. Sedangkan

produksi jagung sebesar 16.410,48 ton dan produksi ubi jalar 3.571,84 ton.

Dilihat dari komoditi holtikultura, kecamatan Dolok Silou banyak

memproduksi cabe dan nenas.pada tahun 2010, kecamatan ini memproduksi cabe

sebesar 6.444,48 ton dan merupakan penghasil cabe terbesar kedua setelah

(49)

penghasil nenas terbesar kedua setelah kecamatan silimakuta dengan produksi

175.820 ton.

4.1.6. Keadaan Infrastruktur

Puskesmas kecamatan Dolok Silou ditempatkan di Nagori Saran Padang.

Dolok Silou hanya memiliki 2 poskesdes yang terletak di Nagori Paribuandan Huta

Saing.sedangkan jumlah posyandu ada 23 unit dan1 unit polindes. Jumlah

keseluruhan tenaga medis di kecamatan Dolok Silou terdiri dari Dokter Umum

sebanyak 6 orang, sedangkan tenaga medis Bidan sebanyak 9 orang, Bidan PTT

sebanyak 7 orang, dan Perawat sebanyak 7orang.

Di kecamatan Dolok Silou terdapat 1 SMA Negri yang terletak di nagori

Paribuan dan 1 SMP Negri yang terletak di Ngori Perasmian. Sedangkan untuk

sekolah swasta ada 2 yaitu 1 SMP swasta dan 1 SD swasta. Jumlah SD Negri

sebanyak 23 unit.

Sekitar 78 % penduduk di kecamatan Dolok Siloumemeluk agama Kristen

Protestan. Sarana ibadah umat beragama di kecamatan Dolok Silou adalah sebagai

berikut: Gereja Protestan 20 unit, Gereja Katolik 7 unit, dan Mesjid 3 unit, dan 1 unit

Musholla.

Dari jumlah total panjang jalan yaitu 109,79 km, 27 km adalah jalan yang

berkondisi baik, 18,53 km sedang, 35,79 km adalah rusak dan 28,47 km adalah rusak

berat. Berdasarkan jenis permukaan Dolok Silou memiliki panjang jalan yang

(50)

4.2. Analisis Karateristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari data responden melalui

penelitian maka dapat dideskripsikan hasilnya yaitu:

4.2.1. Jumlah Responden

Dari hasil penelitian dari 4 desa yang ada di kecamatan Dolok Silou maka

dapat ditentukan jumlah sampel dari setiap Desa/Dusun berdasarkan hasil penentuan

sampel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Daerah Domisili

No. Desa/Dusun Frekuensi Persentase (%)

1. Silou Marawan 25 25,00

2. Tanjung Bawang 25 25,00

3. Saran Ganjang 25 25,00

4. Siboro 25 25,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Lampiran 2

4.2.2. Umur Responden

Berdasarkan umur responden terbagi dalam 5 kelompok yaitu 25-34 tahun,

35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun dan dibawah 65 tahun. Data karateristik

responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2Karateristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

25-34 tahun 27 27,00

35-44 tahun 28 28,00

45-54 tahun 26 26,00

(51)

> 65 tahun 5 5,00

Jumlah 100 100,00

Sumber : Lampiran 2

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur 25-34 tahun yang menjadi

responden adalah sebanyak 27 orang (27%), kelompok umur 35-44 tahun sebanyak

28 orang atau 28%, kelompok umur 45-54 tahun yang menjadi responden adalah

sebanyak 26 orang, kelompok umur 55-64 tahun adalh sebanyak 14 responden dan

diatas 65 tahun sebanyak 5 responden.

4.2.3 Jenis Kelamin

Adapun karateristik responden berasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Frekuensi Persentase

Pria 99 99,00

Wanita 1 1,00

Jumlah

100 100

Sumber : Lampiran 2

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang lebih banyak

adalah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 99 %.

4.2.4. Pendidikan Terakhir

Adapun latar belakang pendidikan responden yang adalah SD, SMP, SMA

dan D1. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan SD adalah 39 %

(52)

pendidikan SMP, responden yang berlatar belakang SMA sebanyak 38 % (38 orang),

sebanyak 1 % (1orang) yang berlatar belakang pendidikan D1. Komposisi responden

berdasarkan pendidikan terakhir responden, dapat dilihat dalam tabel karateristik

responden berdasarkan pendidikan terakhir berikut :

Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi perentase (%)

SD 39 39

SMP 22 22

SMA 38 38

D1 1 1

Jumlah 100 100

Sumber : Lampiran 2

Dari hasil responden berdasarkan pendidikan terakhir yang paling banyak

adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SD, sedangkan responden yang

memiliki pendidikan terakhir D1 merupakan yang paling sedikit.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden ditentukan istri, jumlah anak dan jumlah

anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap dan menjadi tanggungan.

Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)

0 -2 47 47

3 - 5 50 50

> 5 3 3

Jumlah 100 100

(53)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebesar 47 persen atau

sebanyak 47 orang responden yang memiliki tanggungan berjumlah 0-2 orang,

sebesar 50 persen atau sebanyak 50 orang memiliki jumlah tanggungan 3-5 orang

dan responden yang memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima orang sebesar 3

persen atau sebanyak 3 orang.

4.2.6. Penghasilan

Penghasilan responden dikelompokkan menjadi kuarang dari1 juta sampai

dengan lebih dari 4 juta. Berikut ini adalah gambaran reponden berdasarkan

penghasilan responden :

Tabel 4.6Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden Perbulan

Penghasilan/Bulan Frekuensi Persentase (%)

< Rp 1000.000,- 3 3

Sumber : Lampiran 2

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka responden yang paling banyak

memiliki penghasilan 2 juta sampai dengan 3 juta sebanyak 64 orang atau 64

persen,penghasilan responden dari 2 juta sampai dengan 3 juta yaitu sebanyak 22

orang atau 22 persen, sebanyak 9 orang atau 9 persen responden yang memiliki

(54)

1 juta yaitu sebanyak 3 orang atau 3 persen dan yang paling sedikit adalah responden

yang memiliki penghasilan diatas 4 juta yaitu sebanyak 2 orang responden atau 2

persen.

4.3.Hasil dan Analisa Data

4.3.1. Hasil Estimasi Persamaan Struktur I

Hasil estimasi persamaan struktural I berdasarkan yang berdasarkan pada

pengolahan data melalui program SPSS 17.0 menunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.7 . Hasil Estimasi Persamaan Struktural I

Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi

X1 -15,521 -8,567 0,000(signifikan)

F. Signifikan = 0,000 R-square = 0,428

Dependent variable = biaya transportasi Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural I diatas maka dihasilkan koefisien X1

sebagai berikut :

X2 = - 15,521X1

T-sig = (0,000)

Interpretasi hasil persamaan struktural I

Berdasarkan hasil persamaan struktural I dapat diinterpretasi sebagai berikut:

koefisien X1 bernilai – 15,521. Artinya kualitas infrastruktur tidak bagus

berpengaruh negatif terhadap besarnya biaya transportasi, semakin rendah kualitas

jalan maka semakin tinggi biaya transportasi. Tingkat signifikansi yang ditunjukkan

(55)

t-signifikan lebih kecil dari α toleransi (t-signifikan = 0,000 < 0,05). Nilai koefisisen

determinasi ( R-Square ) sebesar 0,428 menunjukkan bahwa variabel kualitas

infrastruktur jalan mampu menjelaskan variasi perubahan biaya transportasi sebesar

42,80 % sedangkan sisanya 57,20 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

disertakan pada model persamaan struktural.

4.3.2. Hasil Estimasi Persamaan Struktural II

Hasil persamaan struktural II yang berdasarkan pada pengolahan data melalui

program SPSS 17.0 menunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Persamaan Struktural II

Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi

X1 0,028 9,665 0,000 (signifikan)

X2 -0,002 -17,654 0,000 (signifikan)

F.Signifikan = 0,000 R-Square = 0,919

Dependent variabel = sistem pemasaran Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural II diatas maka dihasilkan koefisien X1

dan X2 sebagai berikut :

X3 = 0,028X1 – 0,002X2

t-sig = (0.000) (0,000)

Interpretasi hasil persamaan struktural II

Berdasarkan hasil persamaan struktural II dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(56)

Berdasarkan hasil persamaan struktural II dihasilkan bahwa koefisien X1

sebesar 0,028. Artinya kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap

sistem pemasaran, semakin baik kualitas infrasruktur jalan maka semakin banyak

petani yang memasarkan hasil-hasil pertaniannya ke pasar. Tingkat signifikansi yang

ditunjukkan oleh estimasi adalah signifikan, yang didasarkan kepada keputusan nilai

t-signifikan lebih kecil dari α toleransi (t-signifikan = 0,000<0,05) yang berarti

bahwa kualitas infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap sistem pemasaran pada

tingkat kesalahan 5%.

Biaya Transportasi (X2)

Koefisien X2 sebesar -0,02 menunjukkan bahwa biaya transportasi

berpengaruh negatif terhadap sistem pemasaran, semakin sedikit biaya transportasi

maka semakin banyak petani yang memasarkan hasil-hasil pertaniannya ke pusat

pasar secara langsung. Tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh estimasi adalah

signifikan, yang didasarkan kepada keputusan nilai t-signifikan lebih kecil dari α

toleransi (t-signifikan = 0,000<0,05) yang berarti bahwa biaya transportasi

berpengaruh signifikan terhadap sistem pemasaran pada tingkat kesalahan 5%.

Jika dilakukan uji simultan maka tingkat signifikansi yang ditunjukkan

adalah signifikan yang didasarkan kepada keputusan nilai F-signifikan lebih kecil

dari α toleransi (F-signifikan = 0.000<0,05), yang berarti bahwa secara simultan

semua variabel-variabel independen diatas ( kualitas infrastruktur jalan dan biaya

(57)

Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0,919 menunjukkan bahwa

variabel-variabel independen diatas (kualitas infrastruktur jalan dan biaya

trnsportasi) mampu menjelaskan perubahan variansi sistem pemasaran sebesar 91,90

% sedangkan sisanya 8,10 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan

pada model persamaan simultan.

4.3.3. Hasil Estimasi Persamaan Struktural III

Hasil persamaan struktural III yang berdasarkan pada pengolahan data SPSS 17.0

melalui program menunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural III

Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi

X1 0,014 12,059 0,000 (signifikan)

X2 0,041 1,686 0,000 (signifikan)

X3 0,012 18,253 0,095 (signifikan)

F. Signifikan = 0,000 R-Square = 0,817

Dependent variabel = harga hasil pertanian Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural III diatas maka dihasilkan koefisien

X1,X2 dan X3 adalah sebagai berikut :

Y = 0,014X1 + 0,041X2 + 0,012X3

t-sig = (0,000) (0,000) (0,095)

Interpretasi hasil persamaan struktural III

Berdasarkan hasil persamaan struktural III dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

(58)

Berdasarkan hasil persamaan struktural III dapat dihasilkan bahwa koefisien

X1 bernilai 0,014. Artinya kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap

besarnya harga hasil pertanian, semakin baik kualitas infrastruktur jalan, maka

semakin tinggi harga hasil-hasil pertanian yang diperoleh petani. Tingkat signifikansi

yang dihasilkan oleh estimasi adalah signifikan, yang didasarkan pada keputusan

nilai t-signifikan lebih kecil dari α toleransi ( t-signifikan = 0.000 < 0,05) yang

berarti bahwa kualitas infrastruktur jalan berpengaruh signifikan terhadap harga hasil

pertanian pada tingkat kesalahan 5%.

Biaya Transportasi (X2)

Koefisien X2 sebesar 0,041 menunjukkan bahwa tingkat biaya transportasi

berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian, semakin tinggi biaya transportasi

maka semakin tinggi harga hasil pertanian . Tingkat signifikansi yang dihasilkan

oleh hasil estimasi adalah signifikan, yang didasarkan pada keputusan nilai

t-signifikan lebih kecil dari α toleransi ( t-signifikan = 0,000< 0,05) yang berarti

bahwa biaya transportasi berpengaruh signifikan terhadap harga hasil pertanian pada

tingkat kesalahan 5%.

Sistem Pemasaran (X3)

Berdasarkan hasil persamaan struktural III dihasilkan bahwa koefisien X3

bernilai 0,012. Artinya sistem pemasaran berpengaruh positif terhadap besarnya

harga hasil pertanian, apabila sistem pemasaran semakin baik , maka harga hasil

pertanian yang diperoleh akan semakin tinggi. Tingkat signifikansi yang dihasilkan

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka model analisis jalur
Tabel 4.1. Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Daerah Domisili
Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur yang diwakili infrastruktur jalan, listrik, air bersih dan saluran irigasi terhadap

Untuk infrastruktur jalan dan transportasi, desa di Kecamatan Batang Serangan telah memiliki jalan yang cukup baik walaupun dibeberapa jalan menuju desa yang lebih dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani padi di Kecamatan Dolok Masihul dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja, modal

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan, pertanian dan infrastruktur berpengaruh

Berdasarkan fenomena diatas yang mendorong dilakukannya penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor infrastruktur seperti jaringan jalan

Terkait dengan hasil studi ini, dengan adanya pengembangan infrastruktur transportasi laut, pengelolaan infrastruktur darat yang lebih baik (perbaikan kualitas jalan dan

Berdasarkan hasil identifikasi ketersediaan infrastruktur perdesaan yang dapat digunakan dalam mendukung pengembangan kawasan pertanian di Kecamatan Oba Tengah,

PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN PETERONGAN PASCA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan,