DAFTAR PUSTAKA Bangmu. 2012.Pengertian Infrastruktur
Arista, Devi. 2010. Analisis Pengaruh Investasi Pemerintah dan TenagaKerja Terhadap PDRB Sumatera Utara (Pendekatan Model Simultan)
Firdaus, Muhammad, 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Gusmiarty,Weka. 2011. Analisis Disekonomi Dampak Kerusakan Jalan Poros kendari-Torobulu dan Tampo-Wamengkoli terhadap Eksistensi dan Keberlanjutan Agribisnis Aneka Palma di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kamaluddin,Rustian,H. 2003. Ekonomi Transportasi Karateristik, Teori, dan Kebijakan. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Latief, Madjid A.,H.dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Lek,Mesak. 2013. Analisis Dampak Pembangunan Jalan terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Brat Provinsi Papua Barat.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. Jakarta; LP3ES.
Sugiyanto,Gito.2012.BiayaTransportasi
Djalal, Nachrowi dkk. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Dengan Menggunakan Pakat Program SPSS.Edisi Revisi. Jakarta ; PT Raja Grafindo.
Tanimart. 2011. Infrastruktur
UGM. 2009. mendorong Investasi pihak swasta Dibidang Infrastruktur Jalan.
Worldbank. 2013. Pembangunan Sektor Perdagangan di Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH KULITAS INFRASTRUKTUR JALAN
TERHADAP HARGA-HARGA HASIL PERTANIAN DI
KECAMATAN DOLOK SILAU
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
SRY DEVI TARIGAN
090501096
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
The purpose of the research was to determine to effect of the quality of the road infrastructure of the system of marketing of agriculture in dolok silau and determine the effect of the quality of the road infrastructure of the transportation costs of the marketing of agriculture products as well as determine the effect of the quality of the road infrastructure of the prices of agriculture products in dolok silou.
The method of analysis use in this research is path analysis. The dependent variabel in this research is the cost of transportation, marketing and pricing system of agriculture product, while the independent variabel is the quality of the road infrastructure. The direct effect of the influence of the quality of road infrastructure to transport costs, influence the quality of the marketing system, influence the quality the price of agriculture product, the effect of transport cost on the marketing system, the effect of transport costs on the price agriculture products and marketing system influence on prices of agriculture product. Indirect influence the effect of the quality of the road infrastructure of the marketing system trough transportation costs, influence the quality of the road infastructure of the prices ofagriculture product through the marketing system and the effect of the transportation cost on the price ofagriculture products through the marketing system.
The results obtained are as follows that the quality of the road infrastructure is negative relate to the cost of transportation ans infrastructure quality of the road has a negative influence on the cost and quality of road infrastructure has a positive effect on the price of agriculture product.
ABSTRAK
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau dan mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi pemasaran hasil-hasil pertanian serta mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya transportasi, sistem pemasaran dan harga hasil pertanian, sedangkan variabel independen adalah kualitas infrastruktur jalan. Adapun pengaruh secara langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi,pengaruh kualitas jalan terhadap sistem pemasaran, pengaruh kualitas jalan terhadap harga hasil pertanian, pengaruh biaya transportasi terhadap sistem pemasaran, pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian dan pengaruh sistem pemasaran terhadap harga hasil pertanian. Pengaruh secara tidak langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran melalui biaya transportasi, pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil pertanian melalui sistem pemasaran dan pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian melaui sistem pemasaran.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut bahwa kualitas infrastruktur jalan berhubungan negatif terhadap biaya transportasi dan kualitas infrastruktur mempunyai pengaruh yang negatif terhadap biaya transportasi serta kualitas infrastruktur berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, kasih
karunia serta kemurahan hati-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Jalan Terhadap Harga Hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Dolok Silou”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Cipto Tarigan dan Ibunda
tercinta Suriani Sembiring yang selama ini telah banyak memberikan semangat,
materi,dandoa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap
langkah.dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan
yang tidak ternilai khususnya adik penulis (Robby Tarigan dan Govinda Tarigan),
dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec seabagai Ketua dan Bapak Drs. Syahrir
Hakim Nasution, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D seabagai Ketua dan Bapak Paidi
Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Departemen Ekonomi
4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku dosen pembibing yang telah
memberi inspirasi, bersedia meluangkan waktu,memberikan masukan dan
bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku dosen pembaca yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk menilai skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen
Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini
karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dansaran yang membangun dalam
pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Medan, juli 2013
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah...5
1.3. Tujuan Penelitian ...6
1.4. Manfaat Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desa Progresif...7
2.2. Infrastruktur ...9
2.2.1.Pengertian Infrastruktur ...9
2.2.2. Peran Infrastruktur Jalan dalam Perekonomian ...11
2.2.3. Kualitas Infrastruktur Jalan dan Sistem Pemasaran...13
2.2.4. Pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga ...14
2.3. Biaya Transportasi ...15
2.3.1. Pengertian Biaya Transportasi ...15
2.3.3. Baya Transportasi dan Sistem Pemasaran ...17
2.3.4. Pengaruh Biaya Transportasi Terhadap Harga Hasil Pertanian...18
2.4. Penelitian Terdahulu ...19
2.5. Kerangka Konseptual ...21
2.6. Hipotesis ...23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...24
3.2. Jenis dan Sumber Data ...24
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...24
3.4. Populasi dan Sampel ...25
3.5. Metode Analisis ...25
3.5.1. Pembentukan Model ...26
3.5.2. Direct Effect ...28
3.5.3. Indirect Effect ...28
3.5.4. Total Effect ...28
3.6. Skala Pengukuran Variabel ...29
3.7. Defenisi Operasional ...30
4.1.6. Keadaan Infrastruktur ...34
4.2. Analisis Karateristik Responden ...34
4.2.1. Jumlah Responden ...35
4.3.1. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural I...40
4.3.2. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II ...42
4.3.3. Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II...44
4.4. Direct Effect dan Indirect Effect ....44
4.4.1. Direct Effect ...46
4.4.2. Direct Effect ...47
4.5. Total Effect ...47
4.6. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Kualitas Infrastruktur Jalan...47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...49
5.2. Saran ...50
DAFTAR PUSTAKA ...51 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Frekuensi Karateristik Responden Berdasarkan
Daerah Domisili ...35
4.2 Karateristik Responden Berdasarkan umur...35
4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...36
4.4 Karateristik Responden Berdasarkan pendidikan terakhir .. ...37
4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ...37
4.6 Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden Perbulan ...38
4.7 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural I...39
4.8 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural II ...39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 dua macam organisai
Bagi masing-masing kegiatan
penunjang pertanian...8
2.2 Kerangka konseptual
penelitian ...22
3.1 Kerangka model analisis jalur...26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 52
2 Tabulasi Identitas ...56
3 Tabulasi kualitas jalan ...59
4 Tabulasi pertanyaan ...60
5 Tabulasi upaya pemerintah ...63
ABSTRACT
The purpose of the research was to determine to effect of the quality of the road infrastructure of the system of marketing of agriculture in dolok silau and determine the effect of the quality of the road infrastructure of the transportation costs of the marketing of agriculture products as well as determine the effect of the quality of the road infrastructure of the prices of agriculture products in dolok silou.
The method of analysis use in this research is path analysis. The dependent variabel in this research is the cost of transportation, marketing and pricing system of agriculture product, while the independent variabel is the quality of the road infrastructure. The direct effect of the influence of the quality of road infrastructure to transport costs, influence the quality of the marketing system, influence the quality the price of agriculture product, the effect of transport cost on the marketing system, the effect of transport costs on the price agriculture products and marketing system influence on prices of agriculture product. Indirect influence the effect of the quality of the road infrastructure of the marketing system trough transportation costs, influence the quality of the road infastructure of the prices ofagriculture product through the marketing system and the effect of the transportation cost on the price ofagriculture products through the marketing system.
The results obtained are as follows that the quality of the road infrastructure is negative relate to the cost of transportation ans infrastructure quality of the road has a negative influence on the cost and quality of road infrastructure has a positive effect on the price of agriculture product.
ABSTRAK
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau dan mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi pemasaran hasil-hasil pertanian serta mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya transportasi, sistem pemasaran dan harga hasil pertanian, sedangkan variabel independen adalah kualitas infrastruktur jalan. Adapun pengaruh secara langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap biaya transportasi,pengaruh kualitas jalan terhadap sistem pemasaran, pengaruh kualitas jalan terhadap harga hasil pertanian, pengaruh biaya transportasi terhadap sistem pemasaran, pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian dan pengaruh sistem pemasaran terhadap harga hasil pertanian. Pengaruh secara tidak langsung yaitu pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap sistem pemasaran melalui biaya transportasi, pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil pertanian melalui sistem pemasaran dan pengaruh biaya transportasi terhadap harga hasil pertanian melaui sistem pemasaran.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut bahwa kualitas infrastruktur jalan berhubungan negatif terhadap biaya transportasi dan kualitas infrastruktur mempunyai pengaruh yang negatif terhadap biaya transportasi serta kualitas infrastruktur berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengukuran tingkat keberhasilan suatu pembangunan yang dilaksanakan di
suatu negara ataupun daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatu negara dan daerah khususnya
di bidang ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut terbentuk dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat
perubahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dan daerah tersebut. Untuk
mencapai sasaran dan tujuan pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu
didukung oleh berbagai faktor baik ekonomi maupaun faktor non ekonomi. Salah
satu faktor ekonomi yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda
pembangunan adalah infrastruktur. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang
menyediakan jalan, transportasi, telekomunikasi, bangunan gedung dan fasilitas
publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam
lingkup sosial dan ekonomi.
Infrastruktur jalan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
jangkuan dan lokasi kegiatan manusia dan barang-barang dan jasa. Dalam hal ini
kaitannya dengan sistem pemasaran yaitu apabila infrastruktur jalan kualitasnya baik
maka sistem pemasaran barang-barang dan jasa akan lancar.
Ketersediaan infrastruktur juga sangat dibutuhkan dalam pembangunan
pertanian. Pembangunan pertanian selalu menjadi agenda penting dalam rencana
pembangunan indonesia. Pembangunan pertanian dilaksanakan secara terencana
dimulai sejak Repelita I (1 April 1969). Hal ini berdasar asumsi bahwa pembangunan
pertanian merupakan prasyarat pembangunan ekonomi indonesia. Dalam rangka
menuju pembangunan pertanian yang dicita-citakan, lima syarat pokok pembangunan
pertanian (Mosher, 1965) harus benar-benar fokus dalam pelaksanaanya, didukung
pula oleh lima syarat pelancarnya. Lima syarat pokok pembangunan pertanian, antara
lain : pasaran untuk hasil usaha tani, teknologi yang selalu berubah, sarana produksi
dan peralatan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, dan pengangkutan.
Sementara itu , lima faktor pelancar pembangunan pertanian antara lain : pendidikan
pembangunan, kredit produksi, kegiatan bersama (group action) oleh petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan perencanaan nasional pembangunan
pertanian.
Syarat pokok dan syarat pelancar pembangunan pertanian tersebut tidak dapat
berjalan lancar tanpa didukung oleh syarat pengangkutan (transportasi) yang
memadai. Ekonomi pada hakikatnya terhubung dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi terhadap manusia. Hal ini juga sama halnya dengan peranan transportasi
sangat diperlukan untuk terwujudnya pembangunan pertanian. Jalan dan jembatan
merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan pertanian. Tidak
hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, atau menghubungkan
satu desa dengan desa lainnya atau kota, tetapi yang lebih terasa manfaatnya adalah
dalam penyaluran informasi, penyaluran sarana produksi, penyaluran hasil atau
produksi, serta menjamin kelancaran transportasi dan komunikasi. Bayangkan kalau
satu daerah sentra produksi suatu komoditas tidak mempunyai prasarana jalan dan
jembatan yang memadai, sudah barang tentu hasil yang diperoleh tidak bisa dibawa
keluar dari desa tersebut untuk dipasarkan. Kalaupun ada pembeli yang datang maka
harganya akan sangat rendah, karena dibutuhkan proses lanjutan untuk membawanya
ke pasar terdekat yang jelas-jelas membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bila jalan
dan jembatan tersedia dan memadai, komoditas tersebut bisa dibawa ke pasar dan
akan mendapatkan harga yang layak dan sesuai dengan perkembangan dan
mekanisme pasar. Dalam hal ini petani sebagai produsen, serta pembeli sebagai
konsumen tidak merasa rugi. Dengan tersedianya jalan, input produksi dapat
diperoleh dengan mudah dan mungkin murah, informasi cepat diperoleh, dan
komunikasi dengan daerah lainnya lancar.
Infrastuktur jalan merupakan lokomotif untuk menggerakan pembangunan
ekonomi bukan hanya di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan. Selain itu,
infrastruktur merupakan pilar menentukan kelancaran arus barang, jasa,
Kecamatan Dolok Silou merupakan satu kecamatan yang berada di kabupaten
simalungun. Kecamatan Dolok Silou memiliki areal lahan kering yang subur, oleh
karena itu secara umum mata pencaharian masyarakat yang ada di kecamatan Dolok
Silau adalah petani. Adapun tanaman yang ditanam para petani yaitu tanaman
palawija seperti: padi, jagung, ubi, jeruk, nenas dll. Namun kekayaan hasil-hasil
pertanian yang melimpah dihasilkan para petani di kecamatan Dolok Silou, tidak
sebanding dengan keberadaan infrastruktur daerah tersebut. Kondisi infrastruktur di
sebagian desa sangat memprihatinkan, dimana di sebagian wilayah belum ada
tersentuh pembangunan infrastruktur jalan sejak indonesia merdeka 68 tahun yang
lalu. Seperti yang terjadi di Dusun Saran Ganjang, sampai kini jalan primer
penghubung masyarakat Saran Ganjang sangat memprihatinkan yang belum pernah
kenal aspal.
Dalam menjual hasil panen, petani kecamatan Dolok Silau sangat bergantung
pada tengkulak, yang berasal dari luar daerah. Apabila infrastruktur jalan memiliki
kondisi yang tidak baik maka para tengkulak yang akan datang tidak sebanyak di
desa yang telah memiliki infrastruktur jalan yang memadai. Akibat dari sedikitnya
tengkulak yang datang maka harga hasil-hasil pertanian di wilayah tersebut lebih
rendah dibanding dengan harga di wilayah lain yang memiliki infrastruktur jalan
yang lebih baik. Apabila para petani menjual sendiri hasil pertaniannya ke tempat
pemasaran, harga akan menjadi tinggi karena kondisi infrastruktur yang buruk
ditambah dengan biaya transportasi yang tinggi. Faktor-faktor seperti kondisi
membawa muatan melebihi kapasitas kendaraan menyebabkan terjadinya
peningkatan biaya pemeliharaan kendaraan dan bahan bakar yang pada akhirnya
menyebabkan tingginya biaya transportasi. Akibatnya hasil- hasil pertanian yang
secara langsung dibawa petani ke tempat pemasaran kalah saing dengan daerah lain.
karena harga yang tinggi maka konsumen enggan untuk membelinya,oleh karena itu
petani tersebut akan menurunkan harga hasil pertanian, akibatnya para petani akan
mengalami kerugian. Dengan permasalahan tersebut diharapkan adanya perbaikan
infrastruktur jalan yang menghubungkan ibukota kecamatan ke desa-desa. Dengan
demikian kegiatan perekonomian masyarakat yang tinggal di kecamatan Dolok Silou
semakin lancar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian melalui
penulisan skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Kualitas Jalan
Terhadap Harga Hasil-hasil Pertanian di Kecamatan Dolok Silou”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap biaya transportasi
hasil-hasil pertanian di kecamatan Dolok Silou.
2) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap sistem pemasaran
3) Apakah kualitas infrastruktur jalan berpengaruh terhadap harga hasil-hasil
pertanian di kecamatan Dolok Silou.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengaruh kualitas biaya transportasi hasil-hasil pertanian
di kecamatan Dolok Silou.
2) Untuk mengetahui pengaruh sistem pemasaran hasil-hasil pertanian di
kecamatan Dolok silou.
3) Untuk mengetahui pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga
hasil-hasil pertanian di kecamatan Dolok Silou.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
• Sebagai tambahan refrensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desa Progresive
Dasar pertimbangan untuk menentukan unsur Desa Lokalitas Pesisir Pantai
dapat diproksi dari uraian teoritis yang dikemukakan Mosher AT (1974) dalam
bukunya ” Creating A Progressive Rural Structure ” yang disadur oleh Wirjomidjojo
R dan Sudjanadi dengan judul ” Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif”. Untuk
memajukan pertanian yang progresif harus memenuhi dulu dua syarat yakni :
1. Syarat pokok :
a. Tersedianya pasar untuk hasil usaha tani
b. Adanya teknologi yang senantiasa berubah
c. Tersedianya saprodi setempat yang lancar
d. Adanya perangsang produksi
e. Adanya sarana pengangkutan yang lancar
2. Syarat Pelancar :
a. Pendidikan pembangunan
b. Kredit Produksi
c. Kegiatan gotong royong petani
Untuk Desa Progresif yang dapat harus memiliki unsur dasar dan penunjang
dari lokalitas usahatani yang progresif :
1) Satu Pusat Pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi dan
saluran-saluran untuk melancarkan sarana produksi dan alat-alat
pertanian.
2) Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ketempat pusat pasat
ataupun dari pusat pasar ke dunia luar.
3) Percobaan pengujian lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang
menguntungkan,
4) Jasa-jasa Dinas Penyuluhan Pertanian ,
5) Tersedianya Krdit Usahatani dan unsur penunjang lainnya.
Penunjang Pertanian (A.T .Mosher : 1087)
Unsur –unsur dasar yang dikemukan ini dapat dimodefikasi untuk
pembangunan Desa Lokalitas Pesisir pantai antara lain :
a. Adanya pasar input dan out put
b. Tersedianya sarana yang menghubungi pasar lokal dengan pasar di kota
c. Adanya lembaga Tranformasi teknologi proses tangkap dan proses
pengolahan hasil tangkap
d. Jasa Penyuluhan Perikanan
e. Tersedianya Kredit Usaha Perikanan
f. Tersedianya informasi yang berkaitan dengan usaha perikanan
g. Adanya tenaga pendamping
2.2. Infrastruktur
2.2.1.Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk
berfungsinya perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang, manusia dan ide.
Setiap usaha meningkatkan dan mendiversifikasi produksi, memperluas
perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki
kondisi lengkungan membutuhkan prasarana infrastruktur (Meiningtyas Dwi
digunakan untuk menopang kelancaran kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan
inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Macmillan Distionary of Modern Economics (1996), infrastruktur
merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa
antara pembeli dan penjual. Sedangkan the Routledge Dictionary of Economics (1995) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu bahwa infrastruktur juga
merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi
dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung melalui penyediaan transportasi
dan fasilitas pendukumg lainnya. Hirschman (1958) mendefenisikan infrastruktur
sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada
berbagai sektor kegiatan ekonomi tidak dapat berfungsi. Infrastruktur merujuk pada
sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan
gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia dalam lingkup soasial dan ekonomi (Grigg, 1988). Moteff (2003),
mendefenisikan infrastruktur tidak hanya terbatas pada sudut pandang ekonomi
melainkan juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah. Selanjutnya Vaughn dan
Pollard (2003), menyatakan infrastruktur secara umum meliputi jalan, jembatan, air
dan sistem pembuangan, bandar udara, pelabuhan, bangunan umum, dan juga
termasuk sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan, penjara, rekreasi, pembangkit listrik,
Penggolongan infrastruktur menurut The World Bank yaitu:
• Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publik utilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal,
irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan rel, pelabuhan, lapangan
terbang dan sebagainya).
• Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
• Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi
dan koordinasi.
Pemerintah melalui PP No. 42/2005 tentang KPPI, menjelaskan beberapa jenis
infrastruktur yang penyediannya diatur pemerintah, yaitu : infrastruktur transportasi,
jalan, pengairan, air minum dan sanitasi, telematika, listrik dan pengangkutan migas.
Penggolongan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar karena
sifatnya yang merupakan kepentingan umum dan dibutuhkan masyarakat luas
sehingga perlu diatur oleh pemerintah. Pengertian diatur tidak sama dengan dibangun
oleh pemerintah, karena penyediaan infrastruktur tersebut dapat dikerjasamakan
pembangunan dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.
2.2.2. Peran Infrastruktur Jalan dalam Perekonomian
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk
mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan
Prof.Dr.Sunyoto Usman berpendapat bahwa infrstruktur sangat penting dalam
menyediakan pelayanan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
meningkatkan kualitas hidup. Menurut Prof.Dr.Ir.Danang Parikesit,M.Sc
mengemukakan bahwa infrastruktur jalan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur jalan bertanggung jawab sebesar 5%-25% pada harga akhir sebuah
komoditi yang ada di pasar. Apabila sistem transportasi tidak didorong secara bagus
maka akan mengalami kenaikan harga-harga komoditi produk yang cukup besar dan
hal itu akan mempengaruhi tingkat belanja masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan
bahwa peran infrastruktur jalan adalah sebagai bagian prasarana transportasi yang
mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosisal budaya, lingkungan hidup,
politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Selain itu, jalan sebagi prasarana bagi distribusi barang dan jasa
merupakan urat nadi bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Infrastruktur jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang
dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan
penumpang menggunakan moda jalan) dan mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan,
sehingga harus dipertahankan fungsinya dengan baik melalui sistem pemeliharaan
yang baik pula. Terbukti betapa besarnya peran jalan selama ini dalam mendukung
2.2.3.Kualitas Infrastruktur Jalan dan Sistem Pemasaran
Salah satu fokus program kabinet Indonesia bersatu jilid II adalah
membangun infrastruktur. Masyarakat internasional menggolongkan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan infrastruktur terburuk. Dari 12 negarayang diteliti
(Asian Development Bank/ADB, 2003). Indonesia menempati peringkat terbawah berbagai elemen infrastruktur keras fisik, seperti, jalan raya, pelabuhan, irigasi dan
jaringan kereta api serba terbatas. Kualitasnya terus memburuk akibat anggaran
pemeliharaan terbatas. Di negara mana pun, pembangunan infrastruktur merupakan
tanggung jawab pemerintah. Besar kecilnya anggaran infrastruktur akan
menunjukkan sejauh mana pemerintah peduli pada pembangunan infrastruktur.
Kualitas infrastruktur, baik yang keras fisik (jalan, pelabuhan, irigasi), keras
nonfisik (telepon, internet, listrik, air) memainkan peran vital karena merupakan
penggerak perekonomian. Infrastruktur berhubungan dengan tiga hal (Hartanto,2004)
pertama, dukungan dasar bagi pengembangan pabrik/industri, misalnya, listrik, jalan
dan jaringan telekomunikasi. Kedua, biaya produksi dan distribusi, baik bahan baku
dan produk jadi. Ketiga, keterkaitan dengan pasar dan proses pemasaran.
Pemasaran (marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya
dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan
pemenuhan kebutuhan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
(product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place) dan mempromosikan barang.
Kaitan antara kualitas infrastruktur jalan dengan sistem pemasaran yaitu
apabila kualitas infrastruktur jalan baik, maka sistem pemasaran hasil produksi
lancar.
2.2.4.Pengaruh Kualitas Infrastruktur Terhadap Harga
Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai
hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan dan
peningkatan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas
penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya
pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan perbaikan
kualitas dan jasa-jasa pengangkutan tersebut.
Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan ekonomi
adalah sebagai berikut : (1) mempercepat dan menyediakan barang-barang yang
dibutuhkan, (2) tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya
barang-barang kebutuhan masyarakat dengan biaya lebih murah, (3) infrastruktur yang baik
dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya merangsang adanya
stabilitasasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah, (4) infrastruktur yang
memperlancar jasa transportasi menyebabkan hasil produksi daerah dapat diangkut
2.3. Biaya Transportasi
2.3.1. Pengertian Biaya Transportasi
Biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
proses transportasi. Biaya tersebut berupa biaya penyediaan prasarana, biaya
penyediaan sarana dan biaya operasional transportasi. Pihak-pihak yang menanggung
biaya tersebut adalah sebagai berikut : (1) pengguna (penumpang/penyewa) yaitu
ongkos, (2) Pemilik sistem (operator) yaitu biaya operasional dan pemeliharaan, (3)
pemerintah yaitu biaya infrastruktur dan subsidi dan (4) non pemakai yaitu
perubahan nilai tanah, produktivitas dan biaya sosial lainnya.
Biaya transportasi adalah sebagai dasar penentu tarif jasa transportasi,
tingkat tarif ditentukan berdasarkan pada biaya langsung, biaya tak langsung dan
keuntungan. Biaya langsung adalah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam proses
produksi yang harus dibayarkan langsung seperti gaji awak, BBM, dan biaya di
terminal. Biaya tak langsung adalah biaya lain dalam menunjang proses produksi
seperti biaya pemeliharaan, biaya umum/kantor dan pajak.
Biaya operasi kendaraan merupakan penjumlahan dari biaya gerak dan biaya
tetap. Biaya gerak meliputi konsumsi bahan bakar, konsumsi olie mesin, pemakaian
ban, biaya perawatan, biaya awak (untuk kendaraan umum), dan depresiasi
2.3.2. Kaitan Infrastruktur Jalan dengan Biaya Transportasi
Jalan merupakan prasarana penting sebagai penunjang transportasi, dimana
jalan merupakan wahana tempat terjadinya gerakan transportasi sehingga terjalin
hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, hal ini dikatakan oleh Morlok
(1998) yang menyatakan bahwa pengertian jalan adalah salah satu ruang dimana
gerakan transportasi dapat terjadi. Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling
esensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa
transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat
angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuanya. Unsur jalan
dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air, dan jalan udara.
Menurut world bank kaitan infrastruktur jalan dengan biaya transportasi yaitu apabila kualitas infrastruktur jalan suatu daerah buruk maka akan
mengakibatkan kenaikan biaya transportasi sehingga menurunkan daya saing
produk-produk daerah tersebut dibanding produk daerah yang lain. sebagai contoh
tingginya biaya transportasi barang-barang bernilai tinggi seperti udang dari belahan
Timur Indonesia ke pusat-pusat pemrosesan di pulau jawa melambungkan harga
mereka ketitik yang terlalu mahal untuk diekspor, dan juga lebih murah untuk
mengimpor buah jeruk dari Cina dibanding mengirimkan dari pulau Kalimantan ke
pulau Jawa. Buruknya kulitas jalan di suatu daerah atau negara menempatkan biaya
transportasi yang lebih tinggi dibanding dengan suatu daerah yang memiliki
2.3.3. Biaya Transportasi dan Sistem Pemasaran
Ongkos-ongkos angkutan secara teoritis pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Variable expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya cenderung untuk berubah-ubah kira-kira secara proposional dengan atu tergantung
kepada volume angkutan dari lalu lintas (traffic). Ongkos transportasi ini seringkali disebut pula sebagai pengeluaran langsung (direct expenses). 2. Fixed expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya
sekurang-kurangnya dalam jangka pendek adalah tetap dan tidak tergantung pada
volume angkutan dari traffic yang bersangkutan. Ongkos ini disebut pula sebagai indirect expenses, constant expenses, dan overhead expenses.
Selanjutnya ada pula penggolongan atau pembagian ongkos-ongkos industri
transportasi ini yang lebih terperinci, yaitu diklasifikasikan ke dalam lima golongan,
yaitu sebagai berikut, (1) prime expenses atau out-of-pocket expenses, (2) operation expenses, (3) overhead expenses, (4) joint expenses, dan (5) oppurtunity expenses.
Prime expenses atau out-of-pocket expenses merupakan ongkos variabel yang khusus dan yang langsung dikeluarkan dengan segera, terutama berupa
tersebut diangkut termasuk sewaktu bongkar muat dan sifat barang yang diangkut,
yaitu apakah lekas rusak sehingga perlu pengepakan khusus.
Operation expenses merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dan diperlukan dalam menjalankan operasional usaha pengangkutan seperti pemeliharaan
jalan-jalan dan jaringan jalan, pemeliharaan kendaraan angkutan, permohonan izin
administrasi, dan pengeluaran untuk umum seperti gaji dan ongkos-ongkos tenaga
administrasi. Overhead cost merupakan ongkos tetap seperti ongkos-ongkos untuk manajemen interest atas modal, ongkos deperesiasi atau penyusutan peralatan, dan
beberapa pajak tetap. Joint cost merupakan ongkos-ongkos yang tidak dapat dialokasikan atau dibebankan secara tersendiri terhadap masing-masing produk atau
service yang diberikan, misalnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk terminal atau
stasiun yang digunakan bersama-sama.
Pada umumnya kenaikan ongkos pengangkutan sedikit banyaknya akan
mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, pertama-tama pada barang-barang
yang memerlukan jasa pengangkutan dan juga kemudian dapat menimbulkan
kenaikan pula pada harga barang-barang lainnya. Hal ini disebabkan karena kenaikan
ongkos pengangkutan itu menyebabkan naiknya ongkos-ongkos produksi serta
ongkos-ongkos pemasaran barang-barang selanjunya para penjual pada umumnya
akan membebankannya kepada para konsumen (Rustian Kamaluddin: 2003:38)
2.3.4. Pengaruh Biaya Transportasi Terhadap Harga Hasil-Hasil Pertanian Ongkos pengangkutan merupakan salah satu unsur ongkos produksi (dalam
karena itu, adanya ongkos angkutan yang lebih murah akan dapat berakibat ongkos
produksi dan harga jual yang lebih rendah pula.
Dengan demikian, hal ini akan dapat pula berakibat sebagai berikut:
• Bertambahnya kemampuan daya saing dari industri yang bersangkutan dalam
menghasilkan dan memasarkan hasil produksinya.
• Bertambahnya aksi radius dari pasar hasil produksi yang bersangkutan, yaitu
bertambah luasnya wilayah ataupun cukup jauhnya pasar yang dapat dilayani.
Hal tersebut di atas, terjadi oleh karena adanya penurunan dalam ongkos
transportasi akan menurunkan ongkos total dan harga jual dari barang yang
bersangkutan. Jadi, berakibat akan dapat ditawarkannya barang-barang yang
diperjualbelikan dengan harga yang relatif rendah kepada para konsumen di pasar.
(Rustian Kamaluddin: 2003;30)
2.4. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian
penulis yaitu sebagai berikut:
Mesak Lek (2013) dengan judul Aalisis Dampak Pembangunan Jalan
Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Brat Provinsi
Papua Barat ( studi kasus di distrik ayamaru, aitinyo, dan aifat). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dampak pembangunan jalan terhadap pertumbuhan usaha
ekonomi, pendapatan rakyat, dan manfaat sosial dan ekonomi yang di terima oleh
masyarakat di pedalaman kabupaten May Barat, yang berlokasi di Dstrik Ayamaru,
didasarkan pada tingkat homogenitas suku dan mata pencarian penduduk, dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui
kuisioner dan focus group discussion(FGD), dengan metode analisis deskriptif, uji beda rata-rata pendapatan dan analisis SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
berdampak positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan usaha ekonomi
masyarakat, serta berdampak sosial lebih besar daripada dampak ekonomi hal ini
terbukti dari nilai loading factor (LF=λ) X → Y1 dan X→ Y2 masing -masing
sebesar 0,540 untuk manfaat ekonomi dan 0,683 untuk manfaat sosial. Pemerintah
perlu mendorong pembangunan di bidang infrastruktur jalan seperti angkutan umum
yang lebih mudah dan murah, karena memberikan multiplier effect yang sangat signifikan kepada masyarakat.
Weka Gusmiarty dengan judul Analisis Disekonomi Dampak Kerusakan
Jalan Poros Kendari-Torobulu dan Tampo-Wamengkoli terhadap Eksistensi dan
Keberlanjutan Agribisnis Aneka Palma di Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun
tujuan penelitian tersebut yaitu:
Tujuan jangka pendek: (a) Mengidentifikasi jenis-jenis Agribisnis aneka palma yang ada sebelum dan setelah kerusakan jalan poros Kendari-Torobulu,
Tampo-Wamengkoli, seta saat penelitian ini dilaksanakan, (b) Menganalisis disekonomi
dampak dari kerusakan jalan poros kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli terhadap
eksistensi dan keberlanjutan agribisnis aneka palma, (c) menghitung willingness to
pay (WTP) pelaku Agribisnis Aneka Palma terhadap kerusakan jalan poros
pilihan-pilihan bagi pelaku-pelaku agribisnis aneka palma dalam produksi, pengangkutan,
dan pemasaran hasil produksinya dalam rangka eksistensi dn keberlanjutan agribisnis
aneka palma di tengah kendala transportasi, (b) Merumuskan strategi keberlanjutan
agribisnis aneka palma di sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu,
Tampo-Wamengkoli, (c) pengaplikasian strategi keberlanjutan agribisnis aneka palma di
sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli. Analisis yang
digunakan yaitu : (a) analisi deskriptif (b) analisis contingent valuation method
(CVM) dan (c) analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dengan pelaku agribisnis di sekitar jalanporos Kendari-Torobulu,
Tampo-Wamengkoli.
2.5. Kerangka Konseptual
Infrastruktur jalan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara infrastruktur jalan dengan
jangkuan dan lokasi kegiatan manusia dan barang-barang dan jasa. Dalam hal ini
kaitannya dengan sistem pemasaran yaitu apabila infrastruktur jalan kualitasnya baik
maka sistem pemasaran barang-barang dan jasa akan lancar.
Jalan dan jembatan merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses
pembangunan pertanian. Tidak hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah
lainnya, atau menghubungkan satu desa dengan desa lainnya atau kota, tetapi yang
lebih terasa manfaatnya adalah dalam penyaluran informasi, penyaluran sarana
produksi, penyaluran hasil atau produksi, serta menjamin kelancaran transportasi dan
mempunyai prasarana jalan dan jembatan yang memadai, sudah barang tentu hasil
yang diperoleh tidak bisa dibawa keluar dari desa tersebut untuk dipasarkan.
Kalaupun ada pembeli yang datang maka harganya akan sangat rendah, karena
dibutuhkan proses lanjutan untuk membawanya ke pasar terdekat yang jelas-jelas
membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bila jalan dan jembatan tersedia dan
memadai, komoditas tersebut bisa dibawa ke pasar dan akan mendapatkan harga
yang layak dan sesuai dengan perkembangan dan mekanisme pasar. Dalam hal ini
petani sebagai produsen, serta pembeli sebagai konsumen tidak merasa rugi. Dengan
tersedianya jalan, input produksi dapat diperoleh dengan mudah dan mungkin
murah, informasi cepat diperoleh, dan komunikasi dengan daerah lainnya lancar.
Dari uaraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
X2
X1
X3
Keterangan gambar :
X1= kualitas infrastruktur jalan
X1= biaya transportasi
X3= sistem pemasaran
Y = harga hasil pertanian
2.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Adapun hipotesis berdasarkan perumusan masalah dan kerangka
konseptual di atas adalah sebagai berikut :
1) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh negatif terhadap biaya transportasi
pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.
2) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap sistem pemasaran
hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.
3) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap harga hasil-hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan dan menguji hipotesis
penelitian. Metode penelitian ini untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang
dihadapi dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dilakukan di dusun Saran Ganjang, Desa
Silaumerawan, dusun Siboro dan dusun Tanjung Bawang yang berada di kecamatan
Dolok Silau.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer.
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden untuk dipilih
terdiri dari informasi tentang identitas responden, beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan pengaruh kualitas infrastruktur jalan terhadap harga hasil
pertanian di kecamatan dolok silau.
2) Wawancara yaitu tanya jawab yang dilakukan secara langsung dengan
masyarakat yang ada di daerah penelitian.
3) Observasi yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi riset.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau obyek
yang memiliki kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2004). Adapun populasi
yang digunakan adalah jumlah rumah tangga yang ada di dusun Saran ganjang,
dusun Tanjung Bawang, desa Siboro dan desa Hutasaing.
Sampel merupakan bagian dari suatu populasi. Dalam penelitian ini dibatasi
jumlah sampel sebanyak 100, di mana 25 sampel mewakili masing-masing dusun
yang telah disebutkan.
3.5Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
statistik, dengan alat analisis path analysis, menggunakan bantuan media SPSS 17.0. Path analysis adalah metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis dan menginterpretasikan data dengan menggambarkan sifat sesuatu
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model
path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat. (Joreskog & Sorbom,1996;Johnson & Wichern,1992).
3.5.1. Pembentukan Model
Kerangka model analisis jalur (path analysis) dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
PYX2
PX2X1 PX3X2
1) PYX1
PX3X1
PYX3
Gambar 3.1 Kerangka model analisis jalur
Adapun persamaan struktural dari kerangka model analisis jalur diatas adalah
sebagai berikut :
Persamaan strukrural I :
X1
X3
X2 = PX2X1 Keterangan:
X2 = biaya transportasi
PX2= koefisien biaya transportasi
X1 = kualitas infrastruktur jalan
Persamaaan struktural II : X3 = PX3X1 + PX3X2 Keterangan:
X3 = sistem pemasaran
PX3 = koefisien
X1 = kualitas infrastruktur jalan
X2 = biaya transportasi
Persamaan struktural III: Y = PYX1 + PYX2 + PYX3 Keterangan :
Y = harga hasil pertanian
PY = koefisien
X1 = kualitas infrastruktur jalan
X2 = biaya transportasi
X3 = sistempemasaran
Berdasrkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh langsung
antarvariabel diformulasikan sebagai berikut :
X1 → X2 = PX2X1
X1→ X3 = PX3X1
X1 → Y = PYX1
X2 → X3 = PX3X2
X2 → Y = PYX2
X3→ Y = PYX3
3.5.3. Indirect Effect
Berdasarkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel-variabel-variabel terikat secara tidak langsung melalui
variabel X2 dan X3 dapat diformulasikan sebagai berikut :
X1→ X2→ X3 = ( PX2X1 ) ( PX3X2 )
X1→ X2 →Y = ( PX2X1 ) ( PYX2 )
X1→ X3→ Y = (PX3X1 ) ( PYX3 )
X2→ X3→ Y = ( PX3X2 ) ( PYX3 )
3.5.4. Total Effect
Berdasarkan kerangka model analisis jalur diatas maka pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel-variabel-variabel terikat secara langsung dapat
diformulasikan sebagai berikut :
X1→ X2→ X3 = (PX2X1) + (PX3X2 )
X1→ X3→ Y = (PX3X1 ) + ( PYX3 )
X2→ X3→ Y = ( PX3X2 ) + ( PYX3 )
3.6Skala Pengukuran Variabel
Adapun skala pengukuran variabel adalah sebagai berikut :
1) X1 = kualitas infrastruktur jalan
Indikator :
• Waktu tempuh (skala interval)
• Materi pembuat jalan (skala ordinal)
• Jarak (skala interval)
2) X2 = sistem pemasaran
Indikator :
• Kuantitas penjualan (skala rasio)
• Tempat menjual (skala nominal)
3) X3 = biaya transportasi
Indikator :
• Ongkos angkut ( skala interval)
4) Y = harga hasil pertanian
Indikator :
• Perbedaan harga (skala interval)
3.7.Defenisi Operasional
1) Kualitas infrastruktur (X1) adalah baik atau buruknya kualitas infrastruktur
jalan yang ada di Kecamatan Dolok Silou.
2) Biaya transportasi (X2) adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
memasarkan hasil pertanaian ke pusat pasar.
3) Sistem pemasaran (X3) adalah cara penjualan hasil pertanian,petani yang
langsung memasarkan hasil pertanian kepusat pasar atau pedagang yang datang
ke Desa untuk membeli hasil pertanian.
4) Harga hasil pertanian (Y) adalah rata-rata harga dari suatu komoditas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Lokasi Dan Keadaan Geografis
Kecamatan Dolok Silou sebagai salah satu kecamatan dari 31 kecamatan di
kabupaten simalungun memiliki luas 288,45 km², dengan letak geografis sebelah
utara berbatasan dengan kabupaten Deliserdang, sebelah selatan berbatasan dengan
kecamatan Silimakuta, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Karo, dan sebelah
timur berbatasan dengan kecamatan silou kahean.
Jarak kecamatan Dolok Silou ke pematang Raya ibukota kabupaten
Simalungun ± 54 km, ke kota Pematangsiantar ± 69 km.
4.1.2. Kondisi Topografi
Letak kecamatan Dolok Silou di ataspermukaan laut adalah 151-1400 meter.
Menurut kemiringan/kelerengan tanah, luas wilayah kecamatan Dolok Silou yang
terdapat pada lahan yang landai mencapai 12.210 Ha. Berdasarkan jenis penggunaan
lahan di kecamatan Dolok Silou lebih banyak lahan pertanian non sawah dibanding
lahan pertanian sawah. Lahan pertanian non sawah sekitar 5.262 Ha. Lahan pertanian
sawah terluas berada di Nagori Paribuan yakni 815 Ha dan pertanian non sawah
terluas berada di Nagori Dolok Mariah seluas 23.450 Ha.
Kecamatan Dolok Silou mencakup 10 nagori/desa dengan jumlah PNS di
kantor camat 13 orang dengan tingkat pendidikan terdiri dari 10 orang tamatan SMA
dan 3 orang tamatan S1 sedangkan menurut jenis kelamin, jumlah PNS laki-laki 9
orang dan perempuan 4 orang.
Jarak nagori ke ibukota kecamatan terjauh 27 km, yaitu dari Nagori Marubun
Lokkung, sedangkan Nagori terdekat adalah Nagori Saran Padang. Nagori dengan
area terluas adalah Nagori Dolok Mariah dengan luas 66,00 km² atau sekitar 22,45%
dari total luas kecamatan Dolok Silou.
4.1.4. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Dolok Silou tahun 2010 sebanyak 13.716 jiwa terdiri dari
laki-laki 6.933 jiwa dan perempuan 6.783 jiwa dengan jumlah rumah tangga
sebanyak 3.712 sehingga rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3-4 jiwa per
rumah tangga.
Penduduk terbesar terdapat di Nagori Cingkes, yaitu 2.297 jiwa atau sekitar
16,75% dari total penduduk kecamatan Dolok Silou dengan jumlah rumah tangga
sebanyak 650, diikuti Nagori Saran Padang sebanyak 2.200 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 646, Nagori Pribuan sebanyak 1.953 jiwadengan jumlah
rumah tangga sebanyak 506, Nagori Huta Saing sebanyak 1.836 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 442, Nagori Bawang sebanyak 1.810 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 550, Nagori Perasmian sebnayak 1.101 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 239, Nagori Marubun Lokkung sebanyak 1.050 jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 210, Nagori Dolok Mariah sebanyak 400 jiwa
deangan jumlah rumah tangga sebanyak 400 jiwa dengan jumlah rumah
tanggasebanyak 120 dan terkecil jumlah penduduknya adalah Nagori Togur
hanyamencapai 397 jiwa atau hanya 2,92 % dari total penduduk kecamatan
DolokSilou dengan jumlah rumah tangga sebanyak 109.
Rasio jenis kelamin penduduk kecamatan Dolok Silou tahun 2010 sebesar
102 ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah
penduduk perempuan berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 102
penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin lebih dari 100 berada pada usia 0-39 tahun
dan usia 40-44 tahun selebihnya rasio jenis kelamin justru kurang dari 100. Rasio
jenis kelamin terbesar pada usia 20-24 tahun.
4.1.5. Potensi Daerah
Pada umumnya penduduk di kecamatan Dolok Silou bekerja di sektor
pertanian. Untuk komoditi tanaman pangan, penduduk kecamatan Dolok Silou
banyak yang bertani tanaman padi ladang, jagung dan ubi jalar. Pada tahun 2010,
kecamatan Dolok Silou merupakan penghasil padi ladang terbesar di kabupaten
Simalungun dengan produksi 11.962,14 ton dan luas panen 3.854 Ha. Sedangkan
produksi jagung sebesar 16.410,48 ton dan produksi ubi jalar 3.571,84 ton.
Dilihat dari komoditi holtikultura, kecamatan Dolok Silou banyak
memproduksi cabe dan nenas.pada tahun 2010, kecamatan ini memproduksi cabe
sebesar 6.444,48 ton dan merupakan penghasil cabe terbesar kedua setelah
penghasil nenas terbesar kedua setelah kecamatan silimakuta dengan produksi
175.820 ton.
4.1.6. Keadaan Infrastruktur
Puskesmas kecamatan Dolok Silou ditempatkan di Nagori Saran Padang.
Dolok Silou hanya memiliki 2 poskesdes yang terletak di Nagori Paribuandan Huta
Saing.sedangkan jumlah posyandu ada 23 unit dan1 unit polindes. Jumlah
keseluruhan tenaga medis di kecamatan Dolok Silou terdiri dari Dokter Umum
sebanyak 6 orang, sedangkan tenaga medis Bidan sebanyak 9 orang, Bidan PTT
sebanyak 7 orang, dan Perawat sebanyak 7orang.
Di kecamatan Dolok Silou terdapat 1 SMA Negri yang terletak di nagori
Paribuan dan 1 SMP Negri yang terletak di Ngori Perasmian. Sedangkan untuk
sekolah swasta ada 2 yaitu 1 SMP swasta dan 1 SD swasta. Jumlah SD Negri
sebanyak 23 unit.
Sekitar 78 % penduduk di kecamatan Dolok Siloumemeluk agama Kristen
Protestan. Sarana ibadah umat beragama di kecamatan Dolok Silou adalah sebagai
berikut: Gereja Protestan 20 unit, Gereja Katolik 7 unit, dan Mesjid 3 unit, dan 1 unit
Musholla.
Dari jumlah total panjang jalan yaitu 109,79 km, 27 km adalah jalan yang
berkondisi baik, 18,53 km sedang, 35,79 km adalah rusak dan 28,47 km adalah rusak
berat. Berdasarkan jenis permukaan Dolok Silou memiliki panjang jalan yang
4.2. Analisis Karateristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari data responden melalui
penelitian maka dapat dideskripsikan hasilnya yaitu:
4.2.1. Jumlah Responden
Dari hasil penelitian dari 4 desa yang ada di kecamatan Dolok Silou maka
dapat ditentukan jumlah sampel dari setiap Desa/Dusun berdasarkan hasil penentuan
sampel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Daerah Domisili
No. Desa/Dusun Frekuensi Persentase (%)
1. Silou Marawan 25 25,00
2. Tanjung Bawang 25 25,00
3. Saran Ganjang 25 25,00
4. Siboro 25 25,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Lampiran 2
4.2.2. Umur Responden
Berdasarkan umur responden terbagi dalam 5 kelompok yaitu 25-34 tahun,
35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun dan dibawah 65 tahun. Data karateristik
responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2Karateristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persentase (%)
25-34 tahun 27 27,00
35-44 tahun 28 28,00
45-54 tahun 26 26,00
> 65 tahun 5 5,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Lampiran 2
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur 25-34 tahun yang menjadi
responden adalah sebanyak 27 orang (27%), kelompok umur 35-44 tahun sebanyak
28 orang atau 28%, kelompok umur 45-54 tahun yang menjadi responden adalah
sebanyak 26 orang, kelompok umur 55-64 tahun adalh sebanyak 14 responden dan
diatas 65 tahun sebanyak 5 responden.
4.2.3 Jenis Kelamin
Adapun karateristik responden berasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Frekuensi Persentase
Pria 99 99,00
Wanita 1 1,00
Jumlah
100 100
Sumber : Lampiran 2
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang lebih banyak
adalah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 99 %.
4.2.4. Pendidikan Terakhir
Adapun latar belakang pendidikan responden yang adalah SD, SMP, SMA
dan D1. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan SD adalah 39 %
pendidikan SMP, responden yang berlatar belakang SMA sebanyak 38 % (38 orang),
sebanyak 1 % (1orang) yang berlatar belakang pendidikan D1. Komposisi responden
berdasarkan pendidikan terakhir responden, dapat dilihat dalam tabel karateristik
responden berdasarkan pendidikan terakhir berikut :
Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi perentase (%)
SD 39 39
SMP 22 22
SMA 38 38
D1 1 1
Jumlah 100 100
Sumber : Lampiran 2
Dari hasil responden berdasarkan pendidikan terakhir yang paling banyak
adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SD, sedangkan responden yang
memiliki pendidikan terakhir D1 merupakan yang paling sedikit.
4.2.5. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan responden ditentukan istri, jumlah anak dan jumlah
anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap dan menjadi tanggungan.
Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)
0 -2 47 47
3 - 5 50 50
> 5 3 3
Jumlah 100 100
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebesar 47 persen atau
sebanyak 47 orang responden yang memiliki tanggungan berjumlah 0-2 orang,
sebesar 50 persen atau sebanyak 50 orang memiliki jumlah tanggungan 3-5 orang
dan responden yang memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima orang sebesar 3
persen atau sebanyak 3 orang.
4.2.6. Penghasilan
Penghasilan responden dikelompokkan menjadi kuarang dari1 juta sampai
dengan lebih dari 4 juta. Berikut ini adalah gambaran reponden berdasarkan
penghasilan responden :
Tabel 4.6Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden Perbulan
Penghasilan/Bulan Frekuensi Persentase (%)
< Rp 1000.000,- 3 3
Sumber : Lampiran 2
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka responden yang paling banyak
memiliki penghasilan 2 juta sampai dengan 3 juta sebanyak 64 orang atau 64
persen,penghasilan responden dari 2 juta sampai dengan 3 juta yaitu sebanyak 22
orang atau 22 persen, sebanyak 9 orang atau 9 persen responden yang memiliki
1 juta yaitu sebanyak 3 orang atau 3 persen dan yang paling sedikit adalah responden
yang memiliki penghasilan diatas 4 juta yaitu sebanyak 2 orang responden atau 2
persen.
4.3.Hasil dan Analisa Data
4.3.1. Hasil Estimasi Persamaan Struktur I
Hasil estimasi persamaan struktural I berdasarkan yang berdasarkan pada
pengolahan data melalui program SPSS 17.0 menunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.7 . Hasil Estimasi Persamaan Struktural I
Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi
X1 -15,521 -8,567 0,000(signifikan)
F. Signifikan = 0,000 R-square = 0,428
Dependent variable = biaya transportasi Sumber : Lampiran 6
Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural I diatas maka dihasilkan koefisien X1
sebagai berikut :
X2 = - 15,521X1
T-sig = (0,000)
Interpretasi hasil persamaan struktural I
Berdasarkan hasil persamaan struktural I dapat diinterpretasi sebagai berikut:
koefisien X1 bernilai – 15,521. Artinya kualitas infrastruktur tidak bagus
berpengaruh negatif terhadap besarnya biaya transportasi, semakin rendah kualitas
jalan maka semakin tinggi biaya transportasi. Tingkat signifikansi yang ditunjukkan
t-signifikan lebih kecil dari α toleransi (t-signifikan = 0,000 < 0,05). Nilai koefisisen
determinasi ( R-Square ) sebesar 0,428 menunjukkan bahwa variabel kualitas
infrastruktur jalan mampu menjelaskan variasi perubahan biaya transportasi sebesar
42,80 % sedangkan sisanya 57,20 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
disertakan pada model persamaan struktural.
4.3.2. Hasil Estimasi Persamaan Struktural II
Hasil persamaan struktural II yang berdasarkan pada pengolahan data melalui
program SPSS 17.0 menunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Persamaan Struktural II
Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi
X1 0,028 9,665 0,000 (signifikan)
X2 -0,002 -17,654 0,000 (signifikan)
F.Signifikan = 0,000 R-Square = 0,919
Dependent variabel = sistem pemasaran Sumber : Lampiran 7
Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural II diatas maka dihasilkan koefisien X1
dan X2 sebagai berikut :
X3 = 0,028X1 – 0,002X2
t-sig = (0.000) (0,000)
Interpretasi hasil persamaan struktural II
Berdasarkan hasil persamaan struktural II dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil persamaan struktural II dihasilkan bahwa koefisien X1
sebesar 0,028. Artinya kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap
sistem pemasaran, semakin baik kualitas infrasruktur jalan maka semakin banyak
petani yang memasarkan hasil-hasil pertaniannya ke pasar. Tingkat signifikansi yang
ditunjukkan oleh estimasi adalah signifikan, yang didasarkan kepada keputusan nilai
t-signifikan lebih kecil dari α toleransi (t-signifikan = 0,000<0,05) yang berarti
bahwa kualitas infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap sistem pemasaran pada
tingkat kesalahan 5%.
Biaya Transportasi (X2)
Koefisien X2 sebesar -0,02 menunjukkan bahwa biaya transportasi
berpengaruh negatif terhadap sistem pemasaran, semakin sedikit biaya transportasi
maka semakin banyak petani yang memasarkan hasil-hasil pertaniannya ke pusat
pasar secara langsung. Tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh estimasi adalah
signifikan, yang didasarkan kepada keputusan nilai t-signifikan lebih kecil dari α
toleransi (t-signifikan = 0,000<0,05) yang berarti bahwa biaya transportasi
berpengaruh signifikan terhadap sistem pemasaran pada tingkat kesalahan 5%.
Jika dilakukan uji simultan maka tingkat signifikansi yang ditunjukkan
adalah signifikan yang didasarkan kepada keputusan nilai F-signifikan lebih kecil
dari α toleransi (F-signifikan = 0.000<0,05), yang berarti bahwa secara simultan
semua variabel-variabel independen diatas ( kualitas infrastruktur jalan dan biaya
Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0,919 menunjukkan bahwa
variabel-variabel independen diatas (kualitas infrastruktur jalan dan biaya
trnsportasi) mampu menjelaskan perubahan variansi sistem pemasaran sebesar 91,90
% sedangkan sisanya 8,10 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan
pada model persamaan simultan.
4.3.3. Hasil Estimasi Persamaan Struktural III
Hasil persamaan struktural III yang berdasarkan pada pengolahan data SPSS 17.0
melalui program menunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Persamaan Struktural III
Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi
X1 0,014 12,059 0,000 (signifikan)
X2 0,041 1,686 0,000 (signifikan)
X3 0,012 18,253 0,095 (signifikan)
F. Signifikan = 0,000 R-Square = 0,817
Dependent variabel = harga hasil pertanian Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan tabel hasil persamaan struktural III diatas maka dihasilkan koefisien
X1,X2 dan X3 adalah sebagai berikut :
Y = 0,014X1 + 0,041X2 + 0,012X3
t-sig = (0,000) (0,000) (0,095)
Interpretasi hasil persamaan struktural III
Berdasarkan hasil persamaan struktural III dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil persamaan struktural III dapat dihasilkan bahwa koefisien
X1 bernilai 0,014. Artinya kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap
besarnya harga hasil pertanian, semakin baik kualitas infrastruktur jalan, maka
semakin tinggi harga hasil-hasil pertanian yang diperoleh petani. Tingkat signifikansi
yang dihasilkan oleh estimasi adalah signifikan, yang didasarkan pada keputusan
nilai t-signifikan lebih kecil dari α toleransi ( t-signifikan = 0.000 < 0,05) yang
berarti bahwa kualitas infrastruktur jalan berpengaruh signifikan terhadap harga hasil
pertanian pada tingkat kesalahan 5%.
Biaya Transportasi (X2)
Koefisien X2 sebesar 0,041 menunjukkan bahwa tingkat biaya transportasi
berpengaruh positif terhadap harga hasil pertanian, semakin tinggi biaya transportasi
maka semakin tinggi harga hasil pertanian . Tingkat signifikansi yang dihasilkan
oleh hasil estimasi adalah signifikan, yang didasarkan pada keputusan nilai
t-signifikan lebih kecil dari α toleransi ( t-signifikan = 0,000< 0,05) yang berarti
bahwa biaya transportasi berpengaruh signifikan terhadap harga hasil pertanian pada
tingkat kesalahan 5%.
Sistem Pemasaran (X3)
Berdasarkan hasil persamaan struktural III dihasilkan bahwa koefisien X3
bernilai 0,012. Artinya sistem pemasaran berpengaruh positif terhadap besarnya
harga hasil pertanian, apabila sistem pemasaran semakin baik , maka harga hasil
pertanian yang diperoleh akan semakin tinggi. Tingkat signifikansi yang dihasilkan