• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin Terhadap Ayam Pedaging Yang Diinfeksi Bakteri Escherichia Coli Dan Mycoplasma Gallinarum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin Terhadap Ayam Pedaging Yang Diinfeksi Bakteri Escherichia Coli Dan Mycoplasma Gallinarum"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK ENROFLOXACIN TERHADAP

AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI BAKTERI

Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum

RETNO WINDRADINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin terhadap Ayam Pedaging yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RETNO WINDRADINI. Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin terhadap Ayam Pedaging yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum. Dibimbing oleh FACHRIYAN PASARIBU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pemberian antibiotik Enrofloxacin yang paling efektif untuk mengobati colibacillosis dan mycoplasmosis ditinjau dari bobot badan, morbiditas, dan mortalitas. Pelaksanaan penelitian ini adalah dari tanggal 2 sampai 24 Agustus 2014 di kandang ayam Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Ayam pedaging dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu ayam yang diinfeksi

Escherichia coli (colibacillosis) dan ayam yang diinfeksi Mycoplasma gallinarum

(mycoplasmosis). Setiap kelompok besar dibagi menjadi 5 kelompok kecil yaitu Kelompok A (perlakuan 6 jam pasca infeksi), Kelompok B (perlakuan 3 hari pasca infeksi), Kelompok C (perlakuan 7 hari pasca infeksi), Kontrol positif (tidak diberi perlakuan), dan Kontrol negatif (tidak diinfeksi maupun diberi perlakuan). Perlakuan adalah pemberian dosis antibiotik sebanyak 1 gram dalam 6 liter air minum. Pengamatan meliputi bobot badan, morbiditas, dan mortalitas. Data bobot badan dihitung rata-ratanya menggunakan metode analisis ragam (ANOVA) untuk menganalisa perbedaan signifikan pada bobot badan. Hasil yang diperoleh menunjukkan antibiotik Enrofloxacin efektif mengobati mycoplasmosis pada 3 hari pasca infeksi dan tidak efektif terhadap colibacillosis.

(5)

ABSTRACT

RETNO WINDRADINI. The Effectiveness of Enrofloxacin Antibiotic against Escherichia coli and Mycoplasma gallinarum in Broilers. Supervised by FACHRIYAN H PASARIBU.

The aim of this study is to determine the most effective time to administer Enrofloxacin to broiler infected with Escherichia coli (colibacillosis) and

Mycoplasma gallinarum (mycoplasmosis), in terms of body weight, morbidity,

and mortality. This research was held from August 2nd until 24th 2012 in Laboratory Animal Management Unit’s (UPHL) Henhouse, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University. The broilers were divided into 2 major groups, the first was infected with Escherichia coli and the second was infected with Mycoplasma gallinarum. Each group were divided into 5 small groups, namely group A (Treatment 6 hours post-infection), Group B (Treatment 3 days post-infection), Group C (Treatment 7 days post-infection), Group positive control (untreated), and Group negative control (not infected, untreated). The treatment is a dose of Enrofloxacin as much as 1 gram in 6 litre of broiler’s drinking water. The parameters observed are bodyweight, morbidity, and mortality. The bodyweight were calculated with Analysis of Variance (ANOVA) method. The results obtained showed that Enrofloxacin is effective if given 3 days post-infection and not effective against colibacillosis.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK ENROFLOXACIN TERHADAP

AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI BAKTERI

Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin terhadap Ayam Pedaging yang Diinfeksi Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum berhasil diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drh. Rahmat Hidayat, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Drh. Fachriyan H Pasaribu sebagai Dosen Pembimbing atas segala kritik dan saran, bimbingan, nasehat, dan kesabarannya dalam membimbing penelitian ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada bapak Drh. Nurhidayat, MS, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendidik dan memotivasi dengan sabar sampai Penulis menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga Penulis atas doa dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini. Penghargaan dan terimakasih tak terhingga juga Penulis ucapkan kepada rekan satu penelitian dan teknisi laboratorium bakteri bagian Mikrobiologi Medik atas kerjasamanya, dan rekan-rekan FKH dan IPB yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Besar harapan Penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan antibiotika dalam industri unggas

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Ayam Pedaging 2

Mycoplasma gallinarum 3

Escherichia coli 3

Antibiotik Enrofloxacin 4

METODE 5

Lokasi dan waktu penelitian 5

Bahan dan alat 5

Metode penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(14)

DAFTAR TABEL

1 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli 7 2 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri

Mycoplasma gallinarum 8 3 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli 8 4 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri

Mycoplasma gallinarum 8

5 Standar bobot ayam broiler strain Cobb 9

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam pedaging strain Cobb 2

2 Bakteri Escherichia coli 4

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari ras-ras ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dengan karakteristik pertumbuhan cepat, daging tebal, dan masa pemeliharaan yang relatif singkat (Tamalludin 2012). Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang tinggi, mudah diperoleh, dengan harga relatif murah.

Di Indonesia, terdapat korelasi positif antara peningkatan pendapatan perkapita dengan jumlah konsumsi protein hewani, salah satunya daging ayam. Menurut BPS (2013), pendapatan perkapita Indonesia terus meningkat sejak tahun 2007 yaitu sekitar Rp 26.6 juta sampai tahun 2011 yaitu sekitar Rp 41.4 juta. Peningkatan pendapatan perkapita berpengaruh terhadap konsumsi daging ayam Indonesia yaitu sebesar 4.7 kg/kapita pada tahun 2007 sampai sebesar 7 kg/kapita pada tahun 2011 (Tamalludin 2012). Menurut BPS (2013) pendapatan perkapita Indonesia akan terus meningkat sampai 2013, yang berarti konsumsi daging ayam akan terus meningkat.

Penyakit karena bakteri merupakan salah satu penyebab penurunan produksi daging ayam. Salah satu penyakit karena bakteri yang hampir selalu terjadi di peternakan broiler adalah colibacillosis yang disebabkan oleh Escherichia coli (E. coli) dan mycoplasmosis yang disebabkan oleh Mycoplasma gallinarum (M. gallinarum). Peternak mengenal mycoplasmosis dengan nama Chronic Respiratory Disease (CRD). Kemunculan CRD seringkali diikuti infeksi bakteri lainnya sehingga menjadi CRD kompleks, misalnya diikuti infeksi E. coli. Menurut Medion (2012), angka kasus CRD dan CRD kompleks terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010-2012. Diperkirakan, jenis penyakit ayam pada tahun-tahun berikutnya tidak akan jauh berbeda.

Meningkatnya angka kasus CRD dan CRD kompleks menuntut adanya usaha pencegahan dan pengobatan, salah satunya dengan pemberian antibiotika. Antibiotika adalah senyawa alami maupun sintetik yang memiliki efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Salah satu antibiotika yang efektif mengatasi colibacillosis dan mycoplasmosis adalah Enrofloxacin (Tamalludin 2012). Enrofloxacin adalah antibiotika golongan Fluoroquinolone berspektrum luas yang berdaya kerja menghambat DNA gyrase pada bakteri, yang dapat menghambat sintesis DNA bakteri.

(16)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antibiotik Enrofloxacin terhadap bakteri E. coli dan M. gallinarum pada ayam pedaging ditinjau dari waktu pemberian, bobot badan, morbiditas, dan mortalitas.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian antibiotik Enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum yang menyerang ayam pedaging.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam pedaging

Ayam pedaging merupakan ayam yang diperoleh dari perkawinan silang, seleksi, dan rekayasa genetik untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap daging ayam. Karakteristik unggul dari ayam pedaging adalah daya produktivitasnya yang tinggi, pertumbuhan cepat, daging tebal, dan masa pemeliharaan yang singkat (Yuwanta 2004). Pertumbuhan ayam pedaging sangat cepat, sehingga dapat mencapai 1.5 kg dalam 30 hari (Rahayu 2011).

Pengelompokkan ayam dilakukan berdasarkan ras, bangsa, varietas, dan strain. Strain adalah klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu melalui persilangan dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas, sehingga ayam tersebut memiliki bentuk, sifat, dan tipe produksi sesuai dengan tujuan. Di pasaran telah beredar berbagai macam strain ayam pedaging. Salah satu strain yang ada di pasaran adalah strain Cobb, yang penampilan fisiknya dapat dilihat pada Gambar 1. Keunggulan dari strain Cobb dibanding strain lainnya adalah keseragaman karkas yang baik, jumlah daging tinggi, dan lebih tahan terhadap penyakit. Strain Cobb mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, yang dapat dibuktikan dengan rendahnya Feed Convertion Ratio (FCR) baik jika dipelihara di dataran tinggi maupun dataran rendah (Adiwinarto 2005).

(17)

3

Munculnya penyakit pada ayam broiler akan menyebabkan penurunan produktivitas, yang selanjutnya menimbulkan kerugian pada peternak. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko ini adalah dengan pencegahan dan pengobatan. Pencegahan dapat dilakukan dengan biosekuriti, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk broiler yaitu pakan, nutrisi dan cuaca yang tepat, vaksinasi, dan kontrol kesehatan (Damerow 2010). Jika ayam broiler sudah terkena penyakit cara yang dapat ditempuh adalah pengobatan, salah satunya dengan pemberian antibiotika sesuai penyakit.

Mycoplasma gallinarum

Mycoplasma adalah prokariot yang tidak memiliki dinding sel, bersifat gram negatif, dan memiliki ukuran sel terkecil (dengan diameter lebih kecil dari 300 nm). Bakteri ini termasuk ke dalam kelas Mollicutes (Mollis = halus, dan cutes = kulit) yang berarti tidak memiliki dinding sel. Ketiadaan dinding sel menyebabkan bakteri ini bersifat pleomorfik, yaitu dapat mengubah bentuknya (Gyles et al. 2010). M. gallinarum termasuk ke dalam genus ini.

Habitat utama dari bakteri ini pada hewan adalah permukaan saluran pernapasan dan urogenital, alimentary canal pada mata, kelenjar mamari, dan sendi (Wan et al. 2010). Bakteri ini dapat bersifat saprofit, komensal, atau parasit patogen pada hewan vertebrata. Di alam, Mycoplasma bersifat obligat parasit dan beradaptasi pada permukaan mukosa inangnya (Gyles et al. 2010). Karena tidak memiliki dinding sel bakteri ini rentan terhadap antiseptik dan disinfektan, namun tidak terpengaruh oleh antibiotika yang bersifat mengganggu perkembangan dinding sel, misalnya penicillin.

Bakteri M. gallinarum adalah salah satu penyebab penyakit mycoplasmosis, CRD, dan CRD kompleks. CRD kompleks terjadi jika mycoplasmosis mengalami komplikasi oleh bakteri lain, salah satunya E. coli. Menurut Medion (2012), angka kasus CRD dan CRD kompleks menempati urutan pertama dan kedua tertinggi selama tahun 2010-2012.

Menurut Cumpanasoiu (2008) penyakit mycoplasmosis pada burung ditandai dengan gejala pernapasan yang kronis yaitu ngorok, batuk, keluar cairan eksudat dari hidung atau mulut, gangguan pertumbuhan, penurunan bobot badan dan produksi telur, dan kaheksia. Mycoplasma ditularkan secara horizontal dan vertikal. Penularan secara horizontal adalah penularan antara ayam broiler melalui pernapasan dan cairan reproduksi ayam yang terinfeksi. Penularan secara vertikal yaitu penularan dari induk ke anak.

Escherichia coli

(18)

4

seperti pada Gambar 2. E. coli bersifat komensal, yaitu bakteri ini hidup di saluran pencernaan namun tidak merugikan hewan inang , dengan jumlah normal 107-109 organisme per gram dalam feses.

Gambar 2 Bakteri Escherichia coli di bawah mikroskop. a) Sel tunggal E. coli; b) Koloni

E. coli

Menurut Nataro and Kaper (1998), pada bakteri E. coli terdapat 6 galur yang menyebabkan diare yaitu Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC), dan Diffusely Adherent E. coli (DAEC). Dari seluruh galur di atas, yang paling sering menyebabkan kematian adalah EHEC atau sering disebut Verocytotoxin-producing E. coli (VTEC). Berdasarkan karakter antigenik dari protein strukturalnya dikenal beberapa jenis antigen E.coli yaitu Somatik (O), Kapsula (K), dan flagella (H). Khusus pada unggas, colibacillosis disebabkan oleh Avian Pathogenic E. coli (APEC) yang didominasi oleh serogroup O1, O2, dan O78 (Mellata et al. 2003).

Gejala klinis colibacillosis adalah lesu, bulu kusam, sesak napas, dan diare yang menyebabkan bulu di sekitar anus lengket (Tamalludin 2012). Sementara itu penyakit colibacillosis dimanifestasikan dalam bentuk kelainan organ yaitu airsacculitis, sinusitis, omfalitis, enteritis, perikarditis, selulitis, Swollen Head Syndrome (SHS), peritonitis, salphingitis, panopthalmitis, dan Bursitis sternalis (Barnes and Gross 1997). Kasus colibacillosis dapat menjadi penyakit ikutan pada Chronic Respiratory Disease (CRD), Infectious coryza (Snot), Swollen Head Syndrome (SHS), Infectious Laryngotracheitis (ILT), dan koksidiosis (Tarmudji 2003). Bakteri E. coli sering diisolasi dari saluran pernapasan bagian atas, kulit, dan bulu unggas (Kabir 2010). Penularan E. coli terjadi secara horizontal yaitu melalui burung lain, feses, air, dan pakan (Dho Moulin and Fairbrother 1999)

Antibiotik Enrofloxacin

(19)

5 luas, dan dipakai khusus untuk hewan (Khargaria et al. 2005). Daya kerja Enrofloxacin adalah menghambat replikasi bakteri dengan cara menghambat kerja enzim DNA gyrase (Vancutsem et al. 1989).

METODE

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 2 sampai 24 Agustus 2012 di kandang ayam Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ayam pedaging berusia 7 hari, bakteri M. gallinarum dalam bentuk suspensi, E. coli dalam bentuk suspensi, antibiotik Enrofloxacin USP 10% dosis 10 mg/kg BB, serta pakan dan air ad libitum. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu tabung reaksi, kandang ayam, pipet, sentrifus, botol, tempat minum dan pakan, spoit 1 ml, lampu 5 watt, dan timbangan.

Metode Penelitian

(20)

6

Gambar 3 Kondisi kandang ayam, setiap kandang kelompok dipisahkan oleh terpal biru

Persiapan pada bakteri yang akan diinokulasikan. Masing-masing suspensi bakteri dipersiapkan. Untuk bakteri E. coli, kultur yang sudah ada di-subkultur selama 24 jam di dalam media agar darah. Setelah 24 jam, bakteri ini ditumbuhkan ke dalam media Brain-Heart Infusion (BHI) Broth selama 24 jam. Selanjutnya, media tersebut disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan. Supernatan dibuang kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM dan diulang lagi sebanyak 3 kali. Pelet kemudian dibuat suspensi, kemudian kekeruhan suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 yaitu 3,0 x 108 CFU/ml (Mc Farland 1907).

Bakteri kedua adalah M. gallinarum. Pertama-tama tumbuhkan bakteri ini ke dalam Mycoplasma broth pada suhu 37 OC dengan kondisi mikroaerofilik selama 24 jam. Setelah itu, disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM seperti E.coli sampai didapatkan suspensi yang kekeruhannya disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1.

Proses inokulasi bakteri. Ayam yang telah berusia 7 hari diinfeksi dengan bakteri E. coli secara peroral sebanyak 1 ml untuk semua kelompok kontrol negatif (5 ekor), kontrol positif (10 ekor), kelompok A (20 ekor), kelompok B (20 ekor), dan kelompok C (20 ekor). Setiap kelompok tersebut ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Antibiotik Enrofloxacin diberikan pada kelompok A (6 jam pasca infeksi), pada kelompok B (3 hari pasca infeksi) , pada kelompok C (7 hari pasca infeksi). Pengobatan dilakukan dengan mencampurkan 1 gram Enrofloxacin dalam bentuk serbuk ke dalam ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian dituangkan ke dalam masing-masing tempat minum.

Bakteri M. gallinarum diinokulasikan dengan metode yang sama seperti E. coli, namun dengan jumlah yang berbeda, yaitu sebanyak 0.5 µl secara pernasal. Pengobatan dilakukan dengan cara yang sama seperti bakteri E. coli.

Ayam yang sudah diinfeksi dipelihara selama 15 hari dan diamati setiap pagi dan siang hari. Ayam diberi makan dan minum ad libitum setiap hari. Pengamatan meliputi bobot badan, morbiditas, dan mortalitas.

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengukuran bobot badan dilakukan sebanyak 7 kali dan disajikan dalam Tabel 1 dan 2. Selama jangka waktu penelitian, angka morbiditas dan mortalitas dihitung dan disajikan dalam Tabel 3 dan 4. Mortalitas, Morbiditas, dan Bobot badan adalah beberapa parameter yang menentukan keberhasilan pemeliharaan ayam pedaging (Riza 2009). Usia ayam saat pengukuran pertama (hari ke-1) adalah 7 hari, dan pada pengukuran ke-7 (hari ke-15) usia ayam adalah 22 hari.

Dari hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 1 dan 3, menunjukkan bahwa ayam yang diinfeksi E. coli mengalami peningkatan bobot badan secara teratur dari pengukuran ke-1(1 hari pasca infeksi) sampai ke-7(15 hari pasca infeksi). Kelompok C menunjukkan pengukuran bobot akhir tertinggi (850 gram), dan Kelompok kontrol negatif (K-) menunjukkan pengukuran bobot akhir terendah (783.3 gram). Pada pengukuran ke-5 sampai ke-7, kelompok B menunjukkan bobot badan yang tinggi secara konsisten (800-825 gram). Pada Kelompok K+ di pengukuran ke-4 dan ke-5, rata-rata bobot badan mengalami penurunan signifikan (200 gram) karena pengambilan ayam untuk ditimbang bobot badannya dilakukan secara acak. Pada kelompok A terdapat 1 ayam yang mengalami gejala colibacillosis, dan semua ayam pada Kelompok kontrol positif (K+) mengalami gejala colibacillosis.

Pada Tabel 2 dan 4, ayam yang diinfeksi M. gallinarum menunjukkan peningkatan bobot badan yang teratur mulai pengukuran ke-1(1 hari pasca infeksi) sampai ke-7(15 hari pasca infeksi). Bobot badan akhir pada kelompok B adalah yang tertinggi (850 gram), dan pada kelompok K+ adalah yang terendah (400 gram). Kelompok A, B, dan C mengalami penurunan bobot badan pada pengukuran ke-6 karena mycoplasmosis. Bobot badan pada kelompok A menunjukkan angka yang tinggi secara konsisten (725-775 gram). Pada kelompok A, 1 ayam mengalami gejala mycoplasmosis, dan semua ayam pada Kelompok K + mengalami gejala mycoplasmosis.

Tabel 1 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli

Kel.

B 225+50hij 275+50hij 475+95,7efg 575+50cde 800+0ab 800+115,5ab 825+170,8a

C 200+0ij 275+50hij 450+57,7efg 550+57,7def 725+50abc 775+125,8ab 850+100 a

K+ 250+70,7hij 150+70,7j 450+70,7efg 200+0ij 200+0ij 700+0abcd 800+0ab

K- 216.7+40,8ij 266,7+51,6hij 350+54,77ghi 466,7+51,6efg 566,7+51,6cdef 716,7+75,3abcd 783,3+40,8ab

a,b,c,d,e,f,g,h,i, dan j berbeda pada taraf nyata 5%,

(22)

8

Tabel 2 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma gallinarum

K- 183,3+40,8m 250+54,77klm 366,7+51,6ij 383,3+40,8ij 616,7+40,8ef 716,7+160,2bcde 816,7+40,8ab

a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l, dan berbeda pada taraf nyata 5%, a adalah kelompok dengan nilai tertinggi, dan i dengan nilai terendah.

K+ : Kontrol positif, K- : Kontrol negatif, PI : Pasca infeksi

Tabel 3 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli

Kel.

Tabel 4 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma gallinarum

(23)

9 karena cekaman panas yaitu mengepakkan sayap, gelisah, dan terengah-engah (Sugito 2009)

Penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan melihat kelompok ayam yang bobot badannya paling tinggi, walaupun berada dalam kondisi cekaman karena kepadatan kandang dan penyakit. Dari kelompok A, B, dan C, bobot badan akhir (pengukuran ke-7) tertinggi adalah kelompok C (850 gram). Pada kelompok K+, bobot badan akhir tidak berbeda jauh dengan kelompok lainnya. Seharusnya angka bobot badan akhir kelompok K+ berada di bawah kelompok lainnya karena ayam tidak diberikan Enrofloxacin. Hal ini diduga terjadi karena E. coli yang diinfeksikan mengalami penurunan viabilitas, patogenitas, maupun E. coli bersifat probiotik yang dapat meningkatkan bobot badan atau disebut growth promotor (Kabir et al. 2004; Möndel et al. 2009). Namun, Food and Drugs Administration (FDA 2005) telah melarang penggunaan antibiotik Enrofloxacin sebagai growth promotor karena ada Campylobacter yang resisten terhadap Enrofloxacin, yaitu bakteri yang tidak menunjukkan gejala klinis pada ayam. Karena itu, efektivitas antibiotik Enrofloxacin terhadap E.coli belum dapat dipastikan, walaupun bobot badan akhir kelompok C merupakan yang tertinggi.

Tabel 5 Standar bobot ayam broiler strain Cobb

Umur Feed Intake Bobot Badan

Minggu gram/ekor/hari gram/ekor Tabel 2 , kelompok B menunjukkan hasil bobot badan akhir tertinggi (850 gram). Seperti bobot badan akhir kelompok A dan C, bobot badan akhir kelompok B mendekati standar pada Tabel 5. Efektivitas dapat dinilai dari dinamika perubahan bobot badan dari pengukuran ke-5 sampai ke-7, yaitu saat kepadatan kandang melewati batas ideal sebesar 15 kg/m2 (Medion 2012)

Pada pengukuran ke-6, kelompok A, B, dan C mengalami penurunan bobot badan. Pertama, sesuai dengan Cumpanasoiu (2008), ayam yang terkena mycoplasmosis akan mengalami penurunan bobot badan. Kedua, ayam mengalami penurunan konsumsi pakan karena suhu lingkungan meningkat, yang selanjutnya menyebabkan penurunan bobot badan (North and Bell 1990). Dari pengukuran ke-5 sampai ke-6, penurunan bobot badan terendah terjadi pada kelompok B (25 gram). Sedangkan dari pengukuran ke-6 sampai ke-7, peningkatan tertinggi dialami kelompok B yaitu 175 gram.

(24)

10

ditemukan 1 ayam yang sakit yang menunjukkan gejala mycoplasmosis sesuai Cumpanasoiu (2008) yaitu batuk, ngorok, penurunan bobot badan, dan cairan eksudat keluar dari mulut/hidung. Dapat disimpulkan bahwa antibiotik Enrofloxacin efektif terhadap mycoplasmosis jika diberikan 3 hari pasca infeksi (Kelompok B).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa antibiotik Enrofloxacin paling efektif terhadap mycoplasmosis jika diberikan pada 3 hari pasca infeksi. Sedangkan efektivitas antibiotik Enrofloxacin terhadap colibacillosis belum dapat dipastikan karena E. coli yang diinfeksikan diduga mengalami penurunan viabilitas dan patogenitas, maupun berfungsi sebagai Growth promotor.

Saran

Uji efektivitas kerja obat terhadap suatu bakteri kurang spesifik jika hanya melihat gejala klinis, bobot badan, mortalitas, dan morbiditas, karena suatu penyakit dapat disebabkan karena penyakit lainnya maupun kondisi lingkungan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis optimum dari antibiotik Enrofloxacin dan mengetahui penurunan viabilitas dan patogenitas bakteri yang diinfeksikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwinarto, G. 2005. Penampilan dan Laju Pertumbuhan Relatif Karkas dan Komponen Karkas Dua Strain Ayam Broiler Fase Finisher (21-42 hari) Dalam Berbagai Suhu Pemeliharaan. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ardhi Borneo Gemilang. 2012. Standar bobot badan ayam broiler. [Internet]. [Diunduh 2015 januari 15]. Tersedia pada : http://arboge.com/standar-bobot-badan-ayam-broiler.

(25)

11 Barnes HJ, Vailancourt JP, dan Gross WB. 2003. Diseases of Poultry. 11th ed. Barnes HJ, Fadly AM, Glisson JR, McDOuglad LR, Swayne DE, ed. Ames, IA (USA): Blackwell Publishing.

Cumpanasoiu C. 2008. The Development of Avian respiratory Mycoplasmosis in a poultry farm. Lucrac stiintif medec vet. 41: 583-586.

Damerow G. 2010. Storey’s guideto raising chicken. Massachusetts (USA) : Storey publishing.

Dho Moulin M, Fairbrother JM. 1999. Avian Pathogenic Escherichia coli. Vet Res. 30(2-3) : 299-316.

Gyles CL, Prescott JF, Songer JG, Thoen CO. 2010. Pathogenesis of bacterial infections in animals. Iowa (USA) : Blackwell Publishing.

Kabir SML, Rahman MM, Rahman MB, Rahman MM, Ahmed SU. 2004. The dynamics of probiotics on growth performance and immune response in broilers. Int J Poult Sci. 3(5) : 361-364.

Kabir SML. 2010. Avian colibacillosis and salmonellosis: a closer look at epidemiology, pathogenesis, diagnosis, control, and public health concerns. Int J Environ Res Publ Health. 7: 89-114.

Khargaria S, Barua CC, Mohan P, Bhattacharya M. 2005. Pharmacokinetic studies Enrofloxacin in Yak after Intramuscular Administration. Iran J Pharmacol Ther. 4(2):91-94.

Mc Farland JMD.1907. The Nephelometer : An Instrument for estimating the number of bacteria in suspensions used for calculating the Opsonic Index and for vaccines. JAMA. XLIX(14):1176-1178.

Medion. 2012. Dinamika Penyakit ayam di 2012 dan prediksinya di 2013. [Internet]. [2012 Desember]. [Diunduh 2014 Desember 13]. Tersedia pada http://info.medion.co.id/Index.php/artikel/layer/penyakit/penyakit-2012. Mellata M, Dho-Moulin M, Dozois CM, Curtiss M, Brown PK, Arne P, Bree A,

Dasautels C, Fairbrother JM. 2003. Role of virulence factor in resistance of Avian Pathogenic Escherichia coli to serum and in pathogenicity. J Infect Immun. 71 : 536-540.

Möndel M, Schroeder BO, Zimmermann, Huber H, Nuding S, Beisner J, Fellermann. Probiotic E. coli treatment mediates antimicrobial human β -defensin synthesis and fecal excretion in human. 2009. Nature. 2(2) : 166-172.

Nataro JP, Kaper JB. 1998. Diarrheagenic Escherichia coli. Clin Microbiol Rev 11. 142-201.

North MO, Bell DO. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Revised Edition. New York (USA) : Van Nostrand Reinhold.

Rahayu L, Sudaryani, Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Riza F. 2009. Pengaruh vaksinasi Infectious Bursal Disease inaktif terhadap kinerja ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

(26)

12

Tamalludin F. 2012. Ayam Broiler, 22 hari panen lebih untung. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Tarmudji. 2003. Colibacillosis pada ayam: Etiologi, patologi, dan pengendaliannya. Wartazoa. 13(2): 65-73.

Vancutsem PM, Babish JG, and WS Scchwark. 1989. The Fluoroquinolone Antimicrobials: Structure, Antimicrobial, Activity, Pharmacokinetics, Clinical Use in Domestic Animals and Toxicity. Cornell Vet. 80:173-186. Wan X, Branton SL, Collier SD, Evans JD, Leigh SA, dan Pharr GT. 2010.

Proteomics inference of genes involved in host adaptation of Mycoplasma gallinarum. Vet Microbiol. 145(2010): 177-184.

(27)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 November 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah bernama Dr. Ir. Bambang Widarsono, M.Sc dan ibu bernama Sofie Andriani.

Penulis mengawali pendidikan di TK dan SD Sumbangsih Jakarta, menempuh pendidikan sekolah tingkat menengah pertama di SMP Tarakanita 5 Jakarta pada tahun 2003, dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Tarakanita 1 pada tahun 2009. Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) pada tahun 2009.

Gambar

Gambar 1  Ayam pedaging strain Cobb (Dokumentasi penelitian)
Tabel 2 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sudut kemiringan selektor garuk yang memberikan nilai selektivitas terbaik untuk kerang darah ( Anadara granosa ) dan kerang bulu

Berdasarkan dari pengujian yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada sistem informasi monitoring perdagangan, pariwisata dan investasi Indonesia dengan

Penelitian ini menggunakan tiga tahap pelaksanaan, yang pertama pre-test yaitu mengukur kemampuan masing-masing testee dalam melakukan roll depan , kemudian tahap

Materijalno-operativno gledište zaštite odnosi se na poznavanje svojstava materijala, prepoznavanje vrste i uzroka/uzročnika oštećenja, primjenu preventivnih i

aspek-aspek yang tercakup dalam kurikulum berbasis kompetensi, adalah.. kompetensi (jenis dan elemen), hasil belajar, indikator

Namun yang menjadi ketertarikkan WHUOHSDV GDUL NHGDQJNDODQQ\D ¿OP postmodern, sama seperti bentuk seni postmodern yang lain, berusaha menampilkan sesuatu yang baru,

Ekspresi fotografi seni dengan objek Rangda merupakan sebuah konsep penciptaan karya fotografi seni, yang pada hakikatnya adalah upaya perwujudan ide kreatif dalam menanggapi

Metode yang akan digunakan dalam mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Ceramah, metode ini dilakukan untuk menyampaikan materi tentang gerakan shalat