• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Green Community Untuk Mewujudkan Green City Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Green Community Untuk Mewujudkan Green City Di Kota Bogor"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI

GREEN COMMUNITY

UNTUK

MEWUJUDKAN

GREEN CITY

DI KOTA BOGOR

LUCKY GILANG MAULIDAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

LUCKY GILANG MAULIDAN. Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.

Berdasarkan pada Program Pengembangan Kota Hijau, komunitas hijau adalah satu dari delapan atribut dalam penerapan metode kota hijau. Komunitas hijau adalah individu-individu, komunitas, atau kelompok yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial-budaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta masyarakat. Namun hingga saat ini, belum terdapat sumber mengenai berapa banyak jumlah komunitas hijau dan aktivitas apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi komunitas hijau, struktur organisasi mereka, penggunaan taman, dan apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini juga melakukan analisi terhadap apa yang komunitas hijau dapat lakukan, menggunakan analisis kesenjangan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat lima komunitas hijau di Kota Bogor. Penelitian ini menunjukan bahwa satu dari lima komunitas hijau memiliki penilaian sesuai dan yang lainnya hanya baik dan cukup. Untuk mengisi kesenjangan antara penerapan aktivitas ideal dan aktual, komunitas hijau dapat melakukan aktivitas lain untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan peran serta masyarakat Kota Bogor dalam rangka membangun sebuah kota berkelanjutan menggunakan metode kota hijau. Diketahui juga bahwa tiga dari lima komunitas hijau telah menggunakan taman untuk aktivitas mereka.

Kata kunci: analisis kesenjangan, komuntias hijau, Kota Bogor, kota hijau

ABSTRACT

LUCKY GILANG MAULIDAN. Identification of Green Community to Realise Green City in Bogor City. Supervised by ALINDA FM ZAIN.

In green city program (P2KH), green community is one of eight atribut in implementing the green city method. Green coummunity are peoples, community, or group who care about environmental awarness and socio-culture. The study in conducted to detect community sensitivity, awareness, and participation. But until now, there is no source about how many green community and what activites they do to chang behavior. This study takes place in Bogor City, East Java Province, Indonesia. The purpose of this study is to identify green community, they organizational structure, use of park, and what they do to chang behavior. This study also analyzed what green community can do to chang behavior, using gap analysis. The study found five green communites in Bogor City. The study showed that one of five green community has suitable value and the other just good and less. Further, to fill the gap between the ideal and actual activity, green community can do more activites to improve sensitivity, awarness, and participation of people in Bogor City in order to develop a sustainable city using green city program. The study also found that three of five green community has using park for they activity.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

IDENTIFIKASI

GREEN COMMUNITY

UNTUK

MEWUJUDKAN

GREEN CITY

DI KOTA BOGOR

LUCKY GILANG MAULIDAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor

Nama : Lucky Gilang Maulidan NIM : A44110037

Disetujui oleh

Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai Desember 2015 ini ialah green city, dengan judul Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak pegawai kantor DKP, BAPPEDA, BPLH, tim swaklola P2KH Kota Bogor, FKH, komunitas-komunitas, dan komunitas-komunitas hijau yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-taman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Kota 4

Kota Hijau 5

Komunitas Hijau 5

Aktivitas Komunitas Hijau 7

Analisis Kesenjangan 9

Taman 9

METODE 10

Lokasi dan Waktu 10

Alat dan Bahan 11

Metode Penelitian 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kondisi Umum Kota Bogor 15

Komunitas Hijau 17

Analisis Kesenjangan 26

Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau 32

Penggunaan Taman 39

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 41

(14)

DAFTAR TABEL

1 Alat yang digunakan dalam penelitian 11

2 Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan 12 3 Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau 14 4 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor 16

5 Daftar taman Kota Bogor 16

6 Identifikasi komunitas hijau 18

7 Penilaian Bike To Work Bogor 27

8 Penilaian Bogor Berkebun 28

9 Penilaian Earth Hour Bogor 29

10 Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor 30

11 Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung 31

12 Penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor 33 13 Penggunaan taman oleh komunitas hijau 40

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Lokasi penelitian 11

3 Struktur organisasi Bike To Work Bogor 19 4 Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor 20

5 Struktur organisasi Bogor Berkebun 21

6 Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun 21

7 Struktur organisasi Earth Hour Bogor 22

8 Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor 23 9 Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor 24 10 Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor 24 11 Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung 25 12 Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung 25 13 Contoh media lini atas, media lini bawah, dan ambient media 34

14 Contoh penerapan bike-share 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Panduan pertanyaan 43

2 Daftar narasumber 44

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam pembangunan suatu kota pada umumnya cenderung memberikan dampak negatif kepada lingkungan alam. Pembangunan yang tidak teratur, kurangnya ruang terbuka hijau, pemakaian energi yang tidak efisien, kurangnya penerapan energi ramah lingkungan, kurangnya pengelolaan pada limbah, sistem transportasi yang tidak berkelanjutan, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan alam menjadi masalah yang kerap terjadi pada suatu kota, terutama kota-kota pada negara berkembang, seperti pada kota-kota di Indonesia. Perencanaan suatu kota dengan menerapkan prinsip kota hijau merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menghadapai masalah-masalah yang terjadi pada suatu kota. Perencanaan dan pembangunan kota menjadi kota hijau dapat menurunkan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan alam. Suatu kota akan tercipta keberlanjutannya apa bila lanskapnya lebih tertata dari aspek sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan legalnya. Hal ini juga akan memberikan dampak positif pada kondisi fisik dan psikologis masyarakat yang tinggal dalam kota tersebut. Sesuai dengan tujuan dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), terdapat 8 karakteristik atau atribut kota hijau, yaitu 1) perencanaan dan perancangan hijau (green planning and design), 2) ruang terbuka hijau (green open space), 3) bangunan hijau (green building), 4) sampah hijau (green waste), 5) transportasi hijau (green transportation), 6) air hijau (green water), 7) energi hijau (green energy), dan 8) komunitas hijau (green community).

Komunitas hijau dapat diartikan sebagai sebuah komunitas atau kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas hijau diperlukan untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam program peningkatan kualitas lingkungan, menjalin kerja sama dengan pemerintah, swasta, dan lainnya, sehingga masyarakat menjadi lini terdepan dalam mewujudkan pembangunan sebuah kota yang menerapkan perinsip kota hijau.

(16)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

a. belum ada data otentik mengenai jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor;

b. sejauh apa penerapan aktivitas komunitas hijau telah dilakukan; dan c. belum diketahui penggunaan taman oleh komunitas hijau.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

a. mengidentifikasi jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor;

b. menganalisis penerapan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor menggunakan analisis kesenjangan; dan

c. mengidentifikasi penggunaan taman oleh komunitas hijau di Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi peneliti, serta dapat dijadikan alternatif dan rekomendasi bagi pihak komunitas hijau di Kota Bogor dalam mencapai peningkatan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor terhadap lingkungan untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota hijau.

Kerangka Pikir Penelitian

(17)

kota hijau. Dari keseluruhan data, akan didapatkan inventarisasi komunitas hijau di Kota Bogor (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian 1. Bentuk aktivitas

2. Lokasi aktivitas 3. Frekuensi aktivitas 1. Latar belakang

2. Lokasi sekretariat 3. Struktur organisasi 4. Jumlah anggota

Komunitas Aktivitas

Inventarisasi komunitas hijau di Kota Bogor

1. Lokasi taman yang digunakan komunitas hijau 2. Aktivitas

komunitas hijau di taman

3. Frekuensi 4. Alasan

penggunaan Pemanfaatan

RTH Identifikasi

komunitas hijau Kota Bogor

Analisis kesenjangan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kota

Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyakut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam arti fisikal, sosial, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada area yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan mejadi wewenang pemerintah kota (Mirsa 2012).

Menurut Jayadinata (1999), pengertian kota dapat bermacam-macam. Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang pendudukanya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya bukan pertanian. Dalam pengertian hukum di Indonesia terdapat 4 macam kota; 1) Kota sebagai ibukota nasional, Jakarta; 2) Ibukota propinsi, ada 27 kota; 3) Ibukota kabupaten dan kotamadya; dan 4) Kota administratif. Dalam pengertian teknis, kota itu mempunyai jumlah penduduk tertentu, misalnya, di Indonesia (untuk keperluan statistik) yang disebut kota adalah tempat dengan 20 000 penduduk atau lebih, di Jepang dengan 30 000 penduduk, di Malaysia 5 000 penduduk, dan di Amerika Serikat dengan 2 500 penduduk. Dalam pengertian umum, kota itu adalah tempat yang mempunyai prasarana kota, yaitu: bangunan besar-besar, banyak bangunan perkantoran, jalan yang lebar-lebar, dan pasar yang luas-luas.

Kota adalah suatu entitas yang utuh. Ada relasi fungsi sosial ekonomi, politik, budaya, dan lainnya, yang prosesnya bukan serta merta, ada begitu saja, ada suatu proses kultural panjang (Mirsa 2012). Sedangkan Branch (1995) berpendapat bahwa kota merupakan tempat yang dipandang dan dirasakan dari barbagai sudut pandang, yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu: bangunan-bangunan dan kegiatan yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan “kosong” di angkasa.

(19)

akan memberikan dampak pada pola tata guna lahan sebagai suatu area yang

“terinvasi” oleh kompetitor dominan yang dapat mengguakan lahan lebih efisien.

Kota Hijau

Kota hijau dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Richard (1987) dalam DPU (2011) mengatakan, kota hijau juga dapat diartikan sebagai kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk meminimalisir (penghematan) penggunaan energi, air dan makanan, serta meminimalisir buangan limbah, percemaran udara dan pencemaran air. Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota-wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota.

Menurut DPU (2011), kota hijau merupakan kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan terus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber daya alam, lingkungan dan kualitas perkotaan dimana konsep kota hijau dapat merespon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Kota hijau adalah kota yang ramah lingkungan yang dibangun berdasarkan keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta dimensi tata kelolanya, termasuk kepemimpinan dan kelembagaan kota yang mantap (DPU 2013).

Menurut DPU (2013), kota hijau dapat diwujudkan dengan menerapkan delapan atribut. Delapan atribut itu meliputi 1) perencanaan dan perancangan yang sensitif terhadap agenda hijau (green planning and design), 2) pewujudan kualitas, kuantitas dan jejaring RTH perkotaan (green open space), 3) penerapan bangunan ramah lingkungan (green building), 4) penerapan prinsip untuk mengurangi sampah limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah (green waste), 5) pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan (green transportation), 6) peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air (green water), 7) pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan (green energy), serta 8) peningkatan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau (green community).

Komunitas Hijau

(20)

lingkungan alam. Berlandaskan kesamaan tujuan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik, individu-individu tersebut kemudian membuat sebuah kelompok. Menurut Reitz (1977) dalam Thoha (2001), karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok, yaitu adanya dua orang atau lebih, adanya interaksi satu sama lainnya, saling berbagi beberapa tujuan yang sama, dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

Komunitas hijau adalah sebutan untuk kelompok yang muncul akibat terjadinya perubahan sosial lingkungan. Komunitas hijau merupakan atribut penting dalam mewujudkan kota hijau, karena masyarakat dapat menjadi lini terdepan dalam pergerakan suatu pembangunan lanskap kota ke arah pembangunan kota hijau. Menurut DPU (2013), komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan individu, komunitas, atau kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas hijau tumbuh disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat kepedulian dan kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dan alam bukan semata berada di tangan pemerintah dan institusi besar, namun juga terletak pada individu dan komunitas masyarakat. Menurut GCC (2008), komunitas hijau adalah organisasi lingkungan swadaya berbasis komunitas untuk memperoleh pencapaian dibidang lingkungan dengan mengarahkan pada kerjasama masyarakat dan menciptakan aktivitas baik berupa saran dan jasa. Komunitas sendiri memiliki definisi yang beragam. Komunitas atau community berasal dari kata Latin cum yang memiliki arti kebersamaan dan munus yang memiliki arti memberi antara satu sama lain. Komunitas dapat memiliki arti sebagai sekumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu. Hillery (1955) dalam Lyon dan Driskell (2012) bahkan menemukan 94 definisi komunitas, yaitu bahwa komunitas adalah sebuah kelompok, sebuah proses, sebuah sistem sosial, sebuah tempat geografis, sebuah gaya hidup umum, sebuah kecukupan pribadi, dan lainnya. Komunitas juga dapat memiliki arti yakni kelompok sosial yang terdiri atas beberapa orang yang menyatukan diri kerena mempunyai kesamaan seperti dalam hal kebutuhan, kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan lainnya.

(21)

Tujuan dari dibentuknya komunitas hijau adalah untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Dengan kata lain, komunitas hijau bukan hanya melakukan kegiatan dibidang lingkungan melainkan juga harus dapat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunitas hijau memiliki karakteristik, yaitu

a. memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan;

b. aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan; c. aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal;

d. dibagun atas kemitraan; dan e. dilakukan secara swadaya.

Adapula keunggulan dari komunitas hijau adalah sangat fleksibel secara administrasi dan politik, dapat bergerak lebih cepat dalam proyek yang berpotensial, dan netral terhadap masyarakat. Komunitas hijau juga memiliki keuntungan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi antara berbagai pemerintahan dan perantara (Beatley 2000).

Aktivitas Komunitas Hijau

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan. Aktifitas memiliki arti yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut frekuensinya, aktivitas dibagi menjadi dua, yaitu aktivitas rutin dan aktivitas non-rutin. Aktivitas rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara rutin atau teratur dan tidak berubah-ubah. Sedangkan aktivitas non-rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara tidak tentu, tidak teratur, atau berubah-ubah. Komunitas hijau dapat melakukan aktivitas-aktivitas dalam menjaga keberlangsungan lingkungan serta mengubah perilaku masyarakat agar turut dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Dalam menjaga keberlangsungan lingkungan, komunitas hijau dapat bergerak langsung seperti mengurangi emisi kendaraan bermotor, konservasi air, pengurangan limbah, dan lainnya. Selain itu, komunitas hijau juga dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, melakukan advokasi, ikut serta dalam pembangunan infrastruktur, pengadaan fasilitas, dan lainnya. Komunitas hijau juga berperan dalam mengubah perilaku masyarakat agar masyarakat lebih peka, peduli, dan aktif menjaga lingkungan.

(22)

kata lain lingkungan hidup, menjadi lebih baik. Beratha (1991) dalam Suhendar (2004) mengatakan bahwa, lingkungan atau lingkungan hidup meliputi segala apa saja, baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di sekitar kita, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hidup dan kehidupan. Untuk mengubah lingkungan (perkotaan) tersebut, komunitas hijau dapat membuat program dan jasa seperti memberikan sosialisasi atau jasa lingkungan terkait dengan kampanye yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Kampanye kesadaran adalah salah satu strategi penting yang telah digunakan di banyak kota untuk menyemangati aksi dan perilaku yang berkelanjutan dalam bidang bisnis dan masyarakat (Beatley 2000). Menurut Mitchell (2000) dalam Santoso (2013), perubahan sikap manusia yang kita harapkan tergantung pada kampanye yang luas melalui pendidikan, diskusi dan partisipasi publik. Perubahan sikap tersebut didorong oleh adanya pencapaian tujuan bersama untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat. NCFSE (2005) dalam Santoso (2013) menyebutkan bahwa kampanye dapat didefinisikan sebagai upaya terkoordinasi komunikasi yang dilakukan melalui media massa, komunikasi interpersonal atau beberapa kombinasi, dimana komunikasi tersebut dapat membuat perubahan perilaku secara langsung berkaitan dengan efektivitas sebuah komunikasi. Komunikasi dipahami sebagai proses pengiriman, penerimaan dan pemahaman gagasan atau perasaan dalam bentuk pesan verbal atau nonverbal secara sengaja atau tidak sengaja dengan tujuan mencapai kesamaan makna. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, yaitu 1) komunikator yang menyatakan gagasan atau perasaan, 2) gagasan atau perasaan yang diubah menjadi pesan, 3) pesan yang disampaikan, 4) komunikan yang menerima pesan, dan 5) reaksi dan umpan balik yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator. Sedangkan untuk menanamkan budaya atau gaya hidup hijau, komunitas hijau dapat melakukannya melalui proses sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Selain itu sosialisasi merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dan pewarisan kebudayaan serta tingkah laku dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi ini dialami individu sejak lahir hingga meninggal dunia dan dalam proses tersebut si individu belajar mengenali nilai, sikap, keahlian dan berbagai peranan yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya, baik secara langsung maupun tidak langsung dari keluarga maupun lingkungannya (Adiwijaya dkk dikutip dalam Margaretha 2008).

(23)

masyarakat, menghindari kesalah pahan dalam penyampaian pesan, mengetahui hal apa yang mampu menggerakan masyarakat untuk bergaya hidup hijau, dan dapat merekomendasi serta membantu masyarakat menghadapi hambatan yang terjadi.

Penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pola hidup hijau seperti pengadaan fasilitas pendukunga, advokasi, pembuatan kebijakan, dan pelatihan. Green (1980) dalam Linggasari (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor pemungkin mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana yang mampu mempermudah masyarakat dalam melakukan perilaku. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat atau para petugas. Termasuk juga disini undang-undang dan peraturan-peraturan.

Analisis Kesenjangan

Kesenjangan diartikan sebagai suatu “hal” yang berada diantara dan

memisahkan sesuatu. Analisis kesenjangan digunakan untuk menganalisis kesenjangan antara kondisi ideal atau harapan dengan kondisi aktual sehingga dapat dicari strategi yang tepat untuk mengisi kesenjangan tersebut. Dalam penelitian ini, analisis kesenjangan dilakukan untuk mencari cara mengisi kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi ideal aktivitas komunitas hijau dengan membandingkan kondisi aktual dengan kondisi ideal aktivitas yang dapat dilakukan komunitas hijau. Cara untuk mengisi kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan membuat strategi sehingga kondisi aktivitas komunitas hijau dapat ditingkatkan. Menurut Parasuraman, Zeithamet, dan Barry (1985), analisis kesenjangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu jasa.

Taman

(24)

Taman kota merupakan ruang terbuka hijau yang berada di kawasan perkotaan, terletak dilokasi strategis yang dapat dikunjungi dan digunakan secara bebas, aman, dan nyaman oleh warga untuk berekreasi, berolahraga, berinteraksi sosial maupun kegiatan warga di ruang luar lainnya. Taman kota mutlak dibutuhkan bagi warga kota untuk rekreasi aktif dan pasif, agar terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, sebagai habitat burung dan untuk menjaga keseimbangan ekosistem (DPU 2012). Menurut Peraturan MPU (2008), taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota sedangkat taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan.

Rustam Hakim (2003) dalam Hariyono (2011) mengatakan bahwa fungsi sosial taman kota sebagai ruang terbuka, meliputi tempat bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapat udara segar, sarana penghubung atara satu tempat dengan tempat yang lain, pembatas diantara massa bangunan, sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan, dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.

Sebagai ruang beraktifitas dan berinteraksi antar manusia, taman kota merupakan alternatif ruang yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas hijau dalam menjalankan kegiatannya. Komunitas hijau dapat menjadikan taman kota sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan hijau dan juga dapat menjadi tempat untuk mensosialisasikan kegiatannya kepada masyarakat. Taman kota juga dapat dijadikan sebagai lokasi berkumpul dan berdiskusi sesama anggota komunitas atau dengan komunitas lain. Komunitas hijau sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan seharusnya dapat memanfaatkan taman-taman kota sebagai lokasi kegiatan mereka. Namun dalam hal tersebut, aktivitas komunitas hijau di taman harus sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan di taman tersebut dan sesuai dengan fungsi taman kota semestinya.

METODE

Lokasi dan Waktu

(25)

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Bahan yang digunakan berupa data primer, yaitu data yang didapatkan secara langsung di lapang, dan data sekunder, yaitu data pendukung lain yang sesuai dan valid. (Tabel 1).

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian Alat dan bahan Fungsi

Alat

Kamera digital Melakukan survei pengambilan gambar

Laptop Mengolah data

Bahan

Bahan pustaka Studi literatur

Software pendukung

Microsoft Office Word Membuat laporan

Metode Penelitian

(26)

Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan pembuatan perizinan yang nantinya akan ditujukan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara serta merancang daftar pertanyaan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara. Pada tahap ini pula dilakukan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini.

Tahap Inventarisasi

Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data yang dibutuhan baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dengan teknik survei lapang dan wawancara. Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber-sumber literatur yang membantu peneliti, dimana data tersebut diperoleh dengan melakukan studi pustaka dari skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, maupun jurnal (Tabel 2).

Tabel 2 Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan

Hal Data Bentuk data Sumber data Cara

(27)

oleh komunitas hijau. Pihak-pihak yang menjadi responden adalah pihak yang memiliki keterkaitan dengan komunitas hijau seperti, tim swakelola P2KH Kota Bogor, FKH, BPLH, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan komunitas yang berada di Kota Bogor. Setelah mendapatkan data mengenai komunitas tersebut, dilakukan identifikasi komunitas mana yang termasuk kedalam komunitas hijau melalui kriteria komunitas hijau. Pemilihan narasumber dilakukan menggunakan teknik bola salju. Teknik bola salju adalah teknik memilih narasumber berdasarkan rekomendasi dari narasumber sebelumnya.

Data yang telah diambil melalui hasil wawancara kemudian divalidasi menggunakan teknik trianggulasi. Prinsip teknik trianggulasi adalah narasumber dicari dan dikumpulkan atau dicari dari sumber-sumber yang berbeda agar tidak bias sebuah kelompok. Dengan kata lain, trianggulasi berarti adanya narasumber-narasumber yang berbeda atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu. Trianggulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat penelitian yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data.

Studi Pustaka

Studi Pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Pengumpulan data sekunder ini didapat dari skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, maupun jurnal yang terkait dengan komunitas hijau. Dilakukan pula pemilihan/penyaringan data sesuai dengan batasan kajian, yakni mengenai Komunitas Hijau di Kota Bogor.

Komunitas Hijau

Komunitas hijau memiliki lima karakteristik, yaitu memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal, dibagun atas kemitraan, dan dilakukan secara swadaya. Untuk mencari komuntias hijau yang aktif melakukan kegiatan di Kota Bogor, data komunias yang didapat dari hasil wawancara dan studi literatur diidentifikasi dengan mengacu pada karakteristik komunitas hijau tersebut. Komunitas yang memenuhi kelima karakteristik komunitas hijau tersebut diidentifikasi sebagai komunitas hijau.

Tahap Analisis

(28)

Tabel 3 Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau

Penerapan Batasan Kondisu Ideal Nilai

Changing behavior

1. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota, melakukan kampanye lingkungan, melakukan kegiatan dalam menjaga lingkungan bersama masyarakat, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat

2. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan melakukan kampanye lingkungan serta melakukan kegiatan dalam menjaga lingkungan bersama masyarakat atau melakukan sosialisasi kepada masyarakat

3. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan melakukan kampanye lingkungan

4. Aktivitas hijau dilakukan hanya pada anggota saja 5. Tidak melakukan

1. Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan melalui media massa serta sudah bermitra dengan pihak yang dekat dengan masyarakat sehingga mampu malakukan pendekatan kepada masyarakat 2. Melakukan ajakan langsung/tatap muka dan melalui media massa serta mencari mitra dengan pihak yang dekat dengan masyarakat

3. Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan melalui media massa

4. Melakukan ajakan malalui media massa 5. Tidak melakukan

1. Menyediakan sarana prasarana, membantu menyusun kebijakan, serta ikut dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu masyarakat melakukan gaya hidup hijau, dan melakukan evaluasi atau pengawasan terhadap semuanya

2. Menyediakan sarana prasarana, membantu menyusun kebijakan, serta ikut dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu masyarakat melakukan gaya hidup hijau 3. Menyediakan sarana prasarana dan membantu menyusun kebijakan yang membantu masyarakat bergaya hidup hijau

4. Menyediakan sarana prasarana atau membantu menyusun kebijakan yang membantu masyarakat bergaya hidup hijau

(29)

Identifikasi aktivitas dari setiap komunitas hijau yang didapat dari hasil wawancara kemudian diberi nilai sesuai dengan batasan setiap penerapan. Setelah dilakukan penilaian terhadap setiap penerapan aktivitas komunitas hijau yang aktual, selanjutnya nilai dijumlah kemudian diklasifikasi sesuai dengan interval yang telah dibuat.

�� �� � � � � � � = � + � + �

Dimana: X1 = nilai penerapan perubahan perilaku

X2 = nilai penerapan pemasaran berbasis masyarakat X3 = nilai penerapan perubahan masyarakat

Xt = nilai penerapan total

� =�� �� � ��� − �� �� �ℎ �ℎ

Jumlah kelas yang digunakan berjumlah lima sehingga didapat interval sangat kurang (3-5), kurang (6-8), cukup (9-11), sesuai (12-14), sangat sesuai (15-17). Nilai penerapan kegiatan komunitas hijau yang aktual dikelasifikasikan, maka akan dikatahui bagaimana kondisi aktual penerapan aktivitas setiap komunitas hijau di Kota Bogor. Setelah diketahui kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi ideal, akan disusun strategi untuk meningkatkan peran komunitas hijau untuk mencapai tujuan dari setiap komunitas hijau yaitu untuk mengkampanyekan gerakan hijau kepada masyarakat agar tercipta masyarakat yang peka terhadap lingkungan serta berperan aktif sehingga penerapan prinsip Kota Hijau di Kota Bogor dapat berjalan dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kota Bogor

Kota Bogor secara geografis terletak di antara 106o48’ BT dan 6o26’ LS. Wilayah administratif Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan dengan luas wilayah sebesar 11 850 ha dan memiliki total penduduk pada tahun 2013 sebanyak 1 013 019 orang yang terdiri atas 514 797 orang laki-laki dan 498 222 orang perempuan (BAPPEDA 2013). Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.

(30)

Tabel 4 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor maupun taman lingkungan. Taman kota umumnya dikelola oleh pemerintah Kota Bogor, melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang sub bidang Pertamanan. Taman tersebut berupa taman sudut, taman kota, dan taman lingkungan. Walaupun demikian sebagian taman lingkungan terutama yang berada di komplek perumahan pemeliharaannya tidak semua di bawah dinas namun masih di bawah pengelolaan pengembang/masyarakat sekitar taman tersebut. Keberadaan taman ini menjadi salah satu komponen RTH yang potensial dikembangkan di Kota Bogor sebagaimana diamanatkan oleh UU Penataan Ruang (Tabel 5).

Tabel 5 Daftar taman Kota Bogor

No Nama RTH Kecamatan Kelurahan Luas (m2)

1 Taman Sudut Di Jl. Bina Marga

Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 420.420

2 Taman Lereng Jl. Riau Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 1 306.800

3 Taman Jl. Riau Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 1 472.400

4 Taman Segitiga Sukasari Iii Kec. Bogor Timur Kel. Sukasari 164.650

5 Taman Malabar Kec. Bogor Tengah Kel. Tegalega 5 517.850

6 Taman Sudut Ciawi Kec. Bogor Selatan Kel. Harjasari 53.630

7 Taman Sudut Kota Cibalek Pertigaan Jl. Lawang Gintung

Kec. Bogor Selatan Kel. Batu Tulis 88.200

8 Taman Lereng Mbah Dalem

Cipaku

Kec. Bogor Selatan Kel. Lawang Gintung

823.980

9 Taman Sudut Jl. Mawar Kec. Bogor Barat Kel. Menteng 124.000

10 Taman Sudut Kota Pertigaan Yasmin

Kec. Bogor Barat Kel. Curug 52.960

11 Taman Sudut Pangrango (Kanan)

Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 879.540

12 Taman Sudut Pangrango (Kiri) Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 820.260

13 Taman Lereng CPM Jl. Jalak Harupat S/D Jembatan Ciliwung

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 2 833.960

14 Taman Lereng Istana Jl. Jalak Harupat Sebelah Kanan

Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 1 489.940

15 Taman Sudut Kota Belakang RRI

Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 900.360

(31)

Tabel 5 Daftar taman Kota Bogor (lanjutan)

No Nama RTH Kecamatan Kelurahan Luas (m2)

16 Taman Sudut Kota Kanan Pangrango

Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 41.080

17 Taman Sudut Kota Kiri Pangrango

Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 159.120

18 Taman Sudut Kota Jl. Salak Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 97.960

19 Taman Kencana Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 4 795.560

20 Taman Sudut Kota Lapangan Sempur

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 307.000

21 Taman Lereng Lapangan Sempur

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 098.130

22 Taman Depan Balitbang Perikanan

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 127.000

23 Taman Sudut Depan Bakorwil Jl. Ir. H. Juanda

Kec. Bogor Tengah Kel. Pabaton 14.960

24 Taman Depan Istana Jl. Ir. H. Juanda

Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 70.560

25 Taman Blumbak Depan Taman

Topi Jl. Kapt. Muslihat

Kec. Bogor Tengah Kel. Pabaton 77.280

26 Taman Sudut Kota Katedral Belakang Pos Polisi Kapt. Muslihat

Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 465.140

27 Taman Bantaran Kali Ciliwung Jembatan Gantung Sempur

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 4 512.000

28 Taman Angin-Angin Jl. Sudirman

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 699.440

29 Taman Depan Hotel Mirah Jl. Pangrango

Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 655.260

30 Taman Lereng Ciremai Dari SMP 3 S/D Tanjakan Sempur

Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 9 681.000

31 Taman Sudut Kota Warung Jambu

Kec. Bogor Utara Kel. Bantarjati 142.780

32 Taman Kota Sudut Cibuluh Kec. Bogor Utara Kel. Cibuluh 719.960

33 Taman Sudut Kota Jembatan Situ Duit Jl. Jend. A. Yani

Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 88.910

34 Taman Sudut Kota Belakang Air Mancur

Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 186.180

35 Taman Air Mancur Jl. Jend. Sudirman

Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 3 036.750

Sumber : BAPPEDA (2013)

Komunitas Hijau

Komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan individu, komunitas atau kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Keberadaan komunitas hijau sangatlah penting karena dapat menjadi lini terdepan dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai kota hijau. Kesadaran publik mengenai kota hijau dapat ditingkatkan dengan adanya aksi-aksi nyata serta sosialisasi yang dilakukan oleh komunitas hijau, sehingga nantinya diharapkan akan terbentuk masyarakat yang pamah dan peka terhadap lingkungan.

(32)

didapatkan selama tahap inventarisasi. Komunitas hijau memiliki karakteristik, yaitu memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal, dibagun atas kemitraan, dan dilakukan secara swadaya. Komunitas yang memiliki kelima karakteristik komunitas hijau diidentifikasi sebagai komunitas hijau. Dari hasil inventarisasi, didapat data komunitas beserta karakteristiknya seperti tertera pada tabel 6.

Tabel 6 Identifikasi komunitas hijau

Komunitas Karakteristik Keterangan

A B C D E

Bike To Work Bogor Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau

Bogor Berkebun Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau

Burung Indonesia Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Earth Hour Bogor Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau Forum Komunitas

Kehutanan Masyarakat

Sesuai Tidak Tidak Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Grak Bogor Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Indorunners Bogor Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Kampoeng Bogor Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau Koalisi Pejalan Kaki

Bogor

Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau

Komunitas Kampung Halaman

Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau Komunitas Peduli

Ciliwung

Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau

Konsorsium Peduli Bogor

Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau Persatuan Mahasiswa

Kota Bogor

Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Waste Bank For Education

Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas

hijau

Keterangan:

A = Memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan

B = Aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan C = Aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal

D = Dibagun atas kemitraan E = Dilakukan secara swadaya

(33)

Bike To Work Bogor

Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat pembangunan suatu kota adalah pada masalah transportasi. Dampak negatif yang terjadi pada masalah transportasi seperti penurunan efektifitas waktu berkendara, penurunan kualitas lanskap secara visual, dan penurunan kualitas lingkungan akibat emisi yang dikeluarkan. Salah satu masalah transportasi yang terdapat di Indonesia, terjadi di Ibukota, Jakarta. Menyadari kondisi transportasi Ibukota yang selalu macet, munculah pemikiran untuk menjadikan pekerja bersepeda menjadi sebuah tren di tengah masyarakat. Tren pekerja bersepeda sendiri sebenarnya sudah umum di negara maju. Untuk di Indonesia, terdapat komunitas yang mengkampanyekan gerakan pekerja bersepeda yang diberi nama Bike To Work Indonesia. Komunitas ini terbentuk oleh kumpulan pekerja yang memiliki hobi sama, yakni bermain sepeda. Komunitas Bike To Work memiliki tujuan untuk mengurangi serta meningkatkan kesadaran publik terhadap kemacetan dan emisi kendaraan bermotor melalui cara yang sederhana sekaligus melakukan hobinya, yaitu bersepeda menuju tempat bekerja. Komunitas ini pertama kali berdiri di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 2005 dan samapai saat ini sudah ada sebanyak 170 komunitas Bike To Work yang tersebar di seluruh Indonesia.

Profil Bike To Work Bogor

Komunitas Bike To Work Bogor terbentuk pada tanggal 20 Januari 2006 dan digagas oleh Ramadhani Achdiawan. Saat ini, komunitas Bike To Work Bogor yang masih aktif mencapai kurang lebih 60 orang. Lokasi sekretariatnya saat ini berada di kediaman salah satu penggiatnya, yaitu di kediaman Bapak Ramadhani, di Jalan Tambakan Nomor 3A, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Komuntias Bike To Work Bogor memiliki struktur organisasi sebagaimana tertera pada gambar 3.

Gambar 3 Struktur organisasi Bike To Work Bogor

Aktivitas

Dalam rangka mengajak masyarakat untuk mengurangi kendaraan pribadi dan menggunakan transportasi alternaitif lain seperti sepeda, Bike To Work Bogor memiliki kegiatan, seperti; 1) Menyelengarakan acara Bike To Work Day yaitu, kegiatan bersepeda yang salah satunya pernah dilakukan dari Balaikota hingga Danau Situ Gede dan rutin dilakukan 1 kali dalam setahun pada bulan Agustus atau

Koordinator

Sekretaris Bendahara

Hubungan masyarakat

Ketua

(34)

September; 2) Mengajak masyarakat secara langsung dengan membagi-bagikan selembaran yang berisi ajakan untuk menjadi pekerja bersepeda sambil membagi-bagikan biketag. Kampanye ini dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor seperti pernah dilakukan di Taman Kencana. Namun karena keterbatasan dana maka frekuensi kegiatan ini menjadi tidak tentu; 3) Melakukan sosialisasi manfaat bersepeda kepada pelajar yang dilakukan lebih dari 1 kali dalam setahun; 4) Melakukan sosialisasi pada berbagai kesempatan misalnya pada saat membuat acara sendiri, acara pemerintah atau komunitas lain; 5) Menjalin mitra dengan sekolah dan pemerintah Kota Bogor untuk menggunakan sepeda ke sekolah atau tempat kerja. Saat ini mitra yang sudah melakukannya barulah Sekolah Alam dan mereka sudah mengkampanyekan gerakan Bike to School. Sedangkan untuk pemerintah Kota Bogor, Bike To Work Bogor beserta Walikota telah merencanakan bahwa pegawai pemerintah tidak boleh menggunakan kendaraan motor pribadi pada hari yang telah ditetapkan; dan 6) Mengupayakan pengadaan parkir sepeda bagi pihak yang menginginkannya. Pengadaan parkir sepeda ini pernah dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan dan sekolah-sekolah yang ingin memiliki parkir sepeda (Gambar 4).

Gambar 4 Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor

Bogor Berkebun

Bogor Berkebun bermula dari komunitas Indonesia Berkebun yang pada awalnya digagas oleh Ridwan Kamil, dibantu dengan Sigit Kusumawijaya, Achmad Marendes, Safiq Pontoh serta co-inisiator lain. Terbentuk pada bulan Oktober 2010, komunitas ini memiliki tujuan untuk membuat lahan kosong menjadi lebih bermanfaat dengan menanam tumbuhan yang bisa dikonsumsi serta berguna untuk lingkungan sekitar. Saat ini komunitas Indonesia Berkebun sudah ada di 30 kota dan 8 kampus.

Profil Bogor Berkebun

(35)

Aktivitas

Aktivitas Bogor Berkebun dalam melakukan perubahan lingkungan, yaitu; 1) Melakukan penanaman bersama masyarakat sambil memberikan edukasi mengenai cara berkebun kepada peserta. Kegiatan ini sudah dilakukan untuk pelajar di sekolah-sekolah, PKK, serta warga perumahan. Namun kegiatan ini belum dilakukan atas inisiatif Bogor Berkebun sehingga frekuensi kegiatan dan lokasinya sendiri tidak tentu. Dalam setahun, Bogor Berkebun dapat membantu masyarakat melakukan penanaman sebanyak kurang lebih 7 kali dengan tempat yang berbeda-beda tergantung permintaan dari pihak-pihak yang membutuhkan jasa Bogor Berkebun; 2) Melakukan penanaman di kebun komunitas di Dramaga Hijau yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 3) Kampanye urban farming melalui beberapa media massa seperti siaran radio, televisi, blog dan melalui media sosial. Frekuensi aktivitas kampanye tersebut tidak tentu (Gambar 6).

Gambar 5 Struktur organisasi Bogor Berkebun

Gambar 6 Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun

Sumber: Bogor Berkebun

Earth Hour Bogor

Earth Hour merupakan sebuah komunitas yang dibentuk oleh WWF dan berada dibawah naungan PBB. Bergerak dalam menanggulangi isu pemanasan global, komunitas ini pertama kali dibentuk di Sidney, Australia, pada tahun 2007. Dengan semakin bertambahnya kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global dan krisis energi, hingga saat ini komunitas Earth Hour sudah ada di 147 negara. Pada tahun 2009, Earth Hour Indonesia resmi terbentuk dan hingga saat ini 30 kota

Ketua

Sekretaris Bendahara

Edukasi Bisnis Media Sosial

Ketua Ketua Ketua

(36)

di Indonesia sudah ikut berpartisipasi dengan membentuk komunitas Earth Hour sendiri di kotanya. Masyarakat Kota Bogor yang mulai ingin ikut berpartisipasi dalam mengkampanyekan isu pemanasan global, kemudian membentuk komunitas Earth Hour Bogor pada tahun 2011.

Profil Komunitas Earth Hour Bogor

Adanya komuntias Earth Hour Bogor merukan suatu bukti bahwa masyarakat Kota Bogor mulai sadar bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan secara global dan ingin turut berpartisipasi untuk mengatasi masalah tersebut. Earth Hour Bogor memiliki visi untuk mencegah terjadinya perubahan iklim dan memiliki misi dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat melakukan gaya hidup hijau dengan menggunakan transportasi umum, hemat energi, hemat kertas, dan melakukan daur ulang sampah. Digagas oleh Danil, komunitas Earth Hour Bogor terbentuk pada bulan November 2011. Jumlah anggota komunitas yang aktif saat ini mencapai kurang lebih 40 orang dan memiliki sekretariat di rumah koordinatornya saat ini yang berlokasi di Gang Menteng di Belakang Hotel Semeru. Komunitas Earth Hour Bogor sendiri memiliki struktur organisasi seperti pada gambar 7 .

Gambar 7 Struktur organisasi Earth Hour Bogor

Aktifitas

Earth Hour Bogor memiliki visi dan misi dalam menghemat energi untuk mengurangi perubahan lingkungan dengan mengajak masyarakat merubah gaya hidupnya menjadi gaya hidup hijau. Untuk menjalankan visi dan misinya tersebut, Earth Hour Bogor membuat program kerja selama setahun. Aktivitas Earth Hour Bogor untuk melakukan perubahan lingkungan, yaitu; 1) Aksi Switch Off yaitu melakukan pemadaman listrik pada jam 20.30-21.30 yang dilakukan setiap setahun sekali setiap tanggal 3 Maret dan dilakukan di Balaikota. Seremonial ini bertujuan untuk mengajak masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga dan lebih menghargai lingkungan dengan cara menghemat pemakaian energi. Tidak hanya itu, dengan bersama-sama mematikan lampu selama 1 jam, maka

Koordinator

Secretary Treasurer

Event Organizer Public Relation Digital Communication

Human Resource Development

Ketua Ketua Ketua Ketua

Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara

(37)

penggunaan listrik dalam suatu wilayah akan berkurang dan hal ini memberikan dampak pada penurunan emisi CO2; 2) Aksi Go Go Goes yang pernah dilakukan dua tahun yang lalu dan tahun ini, dimana kegiatannya adalah bersepeda bersama komunitas sepeda di Kota Bogor dan pemerintah dalam memperingati hari bebas kendaraan yang dilakukan tanggal 27 September. Aksi ini bertujuan untuk mengkampanyekan penggunaan alternatif transportasi lain yaitu sepeda; 3) Aksi Beli yang baik, yaitu kegiatan yang bekerjasama dengan Indonesia Diet Kantong Plastik untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik dengan melakukan pelarangan penggunaan plastik saat berbelanja dimana kegiatannya dilakukan di pusat perbelanjaan; 4) Earth Hour Goes to School, yaitu melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai perubahan lingkungan yang dilakukan di sekolah dan dilakukan 1 kali dalam sebulan. Pada sosialisasi ini dibentuk juga duta untuk mengelola sampah di sekolah tersebut; 5) Earth Hour Goes to Media, yaitu melakukan sosialisasi melalui siaran radio yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 6) Melakukan kampanye lingkungan yang dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor seperti pada acara Car Free Day. Kampanye ini rutin dilakukan 1 kail dalam sebulan (Gambar 8).

Gambar 8 Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor

Sumber: Earth Hour Bogor

Koalisi Pejalan Kaki Bogor

Untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan memilih untuk berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum, maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang aktivitas tersebut. Koalisi Pejalan Kaki Bogor bermula ketika Kota Bogor mendapatkan bantuan untuk pembangunan pejalan kaki yaitu pada proyek Jalan Nyi Raja Paremas. Proyek ini, di konsultani oleh GIZ SUTIP dimana pengembangannya ingin melibatkan masyarakat untuk memelihara fasilitas pejalan kaki.

Profil Koalisi Pejalan Kaki Bogor

Koalisi Pejalan Kaki Bogor terbentuk pada tanggal 12 Desember 2012. Pada saat ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki anggota aktif sebanyak kurang lebih 15 orang. Lokasi sekretariatnya sendiri saat ini berada di Gedung BAPPEDA Lantai 2 ruang GIZ. Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki struktur organisasi seperti terterapada gambar 9.

Aktifitas

(38)

melakukan perubahan lingkungan, yaitu: 1) Mapping atau menelusuri jalan-jalan di Kota Bogor untuk melihat kondisinya lalu memberikan hasilnya kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam sebulan; 2) Melakukan advokasi untuk menciptakan pedestrian yang aman dan nyaman kepada pemeritah; dan 3) Melakukan pendampingan pada proyek pedestrian Kota Bogor mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi; 4) Public hearing, yaitu melakukan sosialisasi mengenai jalur pedestrian dan pesepeda yang dilakukan pada acara minggon kecamatan dan dilakukan 1 kali dalam sebulan; 5) Memberikan sosialisasi kepada siswa di sekolah yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; 6) Melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat menggunakan pedestrian yaitu dengan melakukan aksi jalan di pedestiran. Kampanye dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor dan dilakukan satu kali dalam sebulan, biasanya kampanye dilakukan bertepatan dalam memperingati acara tertentu untuk menarik massa. Kampanye biasanya dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 7) Melakukan kampanye melalui media sosial (Gambar 10).

Gambar 9 Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor

Gambar 10 Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor

Sumber: Koalisi Pejalan Kaki Bogor

Dewa Penasehat Ketua

Wakil ketua

Sekretaris 1 Bendahara 1

Sekretaris 2 Bendahara 2

Public Relation Sosial dan Edukasi Litbang

Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang

Wakil Ketua Bidang Wakil Ketua Bidang Wakil Ketua Bidang

Anggota Anggota Anggota

(39)

Komunitas Peduli Ciliwung

Sungai merupaka suatu kekayaan alam yang mampu memberikan jasa lingkungan untuk manusia. Namun kesadaran akan menjaga kebersihan sungai masih belum tercermin dengan baik pada perilaku manusia salah satunya adalah pencemaran limbah yang terjadi pada Sungai Ciliwung. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi sungai Ciliwung yang kotor, keruh, dan penuh limbah, maka beberapa orang yang peduli akan kebersihan Sungai Ciliwung menyatukan diri dan membentuklan Komunitas Peduli Ciliwung.

Profil Komunitas Peduli Ciliwung

Komunitas Peduli Ciliwung terbentuk pada bulan Maret 2009 dan digagas oleh Een Irawan Putra beserta kawan-kawan KPC lainnya. Saat ini, jumlah anggota aktif KPC mencapai kurang lebih 10 orang. Komunitas Peduli Ciliwung sendiri memiliki lokasi sekretariat di Sempur Kaler dan juga memiliki struktur organisasi seperti yang tertera pada gambar 11.

Gambar 11 Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung

Aktifitas

Dalam melakukan perubahan lingkungan, Komunitas Peduli Ciliwung memiliki acara rutin yaitu; 1) Melakukan bersih-bersih sungai dari sampah yang rutin dilakukan setiap hari sabtu di bantaran sungai Ciliwung di Sempur, Sukasari, atau Harupat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang peduli terhadap kebersihan Sungai Ciliwung; 2) Komunitas Peduli Ciliwung rutin membuat acara lomba mulung sampah setiap satu tahun sekali. Acara ini dilakukan di 13 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Ciliwung; 3) Komunitas Peduli Ciliwung juga rutin mengikuti diskusi dalam penyusunan kebijakan dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan; dan 4) Melakukan kampanye melalui media sosial. Kegiatan sosialisasi pernah dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung pada awal pembentukan dengan cara membuat diskusi juga bertemu dengan warga satu per satu (Gambar 12).

Gambar 12 Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung Koordinator

Bendahara

(40)

Analisis Kesenjangan

Terdapat tiga penerapan aktivitas komunitas hijau yang ideal, yaitu; changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation. Penerapan changing behavior memiliki arti bahwa komunitas hijau berperan dalam memberikan program dan jasa untuk membentuk perubahan perilaku. Penerapan community-based social marketing memiliki arti bahwa dalam upaya mengubah perilaku masyarakat, komunitas hijau harus dapat mengetahui apa kendala masyarakat dalam melakukan grakan hijau. Dalam melakukan pendakatan tersebut, komunitas hijau dapat melakukannya dengan menjalin mitra, memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat dan melakukan pendekatan. Sedangkan penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau harus dapat membantu masyarakat dalam melakukan gerakan hijau agar masyarakat dapat melakukan gerakan hijau dengan mudah, aman, dan nyaman.

Bike To Work Bogor

(41)

melakukan aktivitas dalam penyusunan kebijakan atau melakukan advokasi yang mampu mendorong masyarakat menggunakan transportasi bebas emisi seperti penggunaan sepeda. Aktivitas seperti pembuatan fasilitas bersepeda juga tdak dilakukan pada saat ini dan Bike To Work Bogor belum melakukan aktivitas dalam mengevaluasi atau pengawasan terhadap fasilitas yang telah ada (Tabel 7).

Tabel 7 Penilaian Bike To Work Bogor

Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)

Changing behavior Kegiatan bersepeda ketempat kerja telah dilakukan oleh anggota Bike To Work dan Bike To Work sendiri telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta pelajar juga mengajak pelajar dan pemerintah untuk menggunakan sepeda ke sekolah atau tempat kerja

5

Community-based social marketing

Melakukan ajakan melalui media massa seperti media sosial dan media cetak berupa penyebaran selembaran serta telah membentuk mitra dengan sekolah alam untuk mengkampanyekan gerakan Bike to School

4

Community transformation

Memberikan sarana seperti membuat parkiran sepeda

2

Total 11(b)

Penilaian Cukup(c)

a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]

b[�� �� � � � � � � = � + � + � ]

c[ � =�� �� � ���−�� �� �ℎ

� �ℎ � ]

Bogor Berkebun

(42)

pendekatan kepada masyarakat untuk mengetahui apa yang dapat mendorong masyarakat dalam melakukan urban farming. Dan dalam penerapan community transformation, Bogor Berkebun belum melakukan aktivitas apapun dalam penerapan ini. Bogor Berkebun belum belum mencoba untuk melakukan upaya-upaya yang diharapkan mampu mendorong minat masyarakat Kota Bogor untuk melakukan urban farming sehingga masyarakat akan lebih termotivasi melakukan kegiatan tersebut (Tabel 8).

Tabel 8 Penilaian Bogor Berkebun

Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)

Changing behavior Aktivitas berkebun sudah dilakukan oleh anggota Bogor Berkebun, melakukan kampanye mengenai urban farming yang di lakukan melalui media soisal dan juga radio, namun pemberian edukasi dan melakukan penanaman bersama dengan dan kepada masyarakat belum atas inisiatif komunitas

3

Community-based social marketing

Aktivitas dalam mengajak masyarakat melakukan urban farming baru dilakukan melalui media massa

a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]

b[�� �� � � � � � � = � + � + � ]

c[ � =�� �� � ���−�� �� �ℎ

� �ℎ � ]

Earth Hour Bogor

(43)

mitra untuk kampanye perubahan iklim secara luas. Hal ini sangat disayangkan mengingat dalam melakukan kampanye perubahan iklim, Earth Hour Bogor dapat menjalin mitra dengan banyak lapisan, mulai dari masyarakat, swasta, hingga pemerintah. Langkah untuk mengurangi perubahan iklim sendiri tidak terbatas hanya pada mematikan penggunaan listrik yang tidak terpakai atau mendaur ulang sampah, tetapi juga dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi atau mendukung program-program penghijauan. Sedangkan pada penerapan community transformation, Earth Hour Bogor masih belum melakukan aktivitas terkait penerapan tersebut. Hal ini pula sangat disayangkan karena masih banyak hal yang dapat dilakukan Earth Hour Bogor dalam mengubah perilaku masyarakat yaitu dengan mengusulkan fasilitas-fasilitas penunjang dalam mengurangi penggunaan energi, melakukan advokasi, dan lainnya (Tabel 9).

Tabel 9 Penilaian Earth Hour Bogor

Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)

Changing behavior Earth Hour dalam satu tahun memeiliki beberapa acara tahunan yang diikuti oleh masyarakat umum sebagai bentuk kampanye lingkungan dan memberikan edukasi mengenai lingkungan

5

Community-based social marketing

Dalam mengajak masyarakat melakukan gerakan hijau, Earth Hour melakukannya melalui media massa dan juga secara lansung seperti dalam acara Earth Hour Goes To School dan membuat duta untuk penanganan sampah di sekolah

a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]

b[�� �� � � � � � � = � + � + � ]

c[ � =�� �� � ���−�� �� �ℎ

� �ℎ � ]

Koalisi Pejalan Kaki Bogor

(44)

Bogor juga pernah mengajak siswa sekolah dasar untuk menggunakan pedestrian sambil memberikan edukasi mengenai fasilitas-fasilitas pejalan kaki. Namun dalam penerapan ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor belum melakukan kegiatan-kegiatan langsung yang dapat memperbaiki lingkungan seperti pengurangan kendaraan bermotor pribadi. Dalam penerapan community-based social marketing, Koalisi Pejalan Kaki Bogor baru melakukannya melalui kampanye langsung dan melalui media sosial. Pendekatan kepada masyarakat dan bermitra masih belum dilakukan walaupun hal ini sudah diinginkan oleh Koalisi Pejalan Kaki Bogor dengan menciptakan mitra-mitra disetiap kecamatan di Kota Bogor. Dalam penerapan community transformation, Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah mengupayakan fasilitas pedestrian yang nyaman seperti merevitalisasi underpass di Baranangsiang menjadi Galery Underpass untuk meningkatkan penggunaan fasilitas pedestiran tersebut. Koalisi Pejalan Kaki Bogor juga pernah melakukan advokasi kepada pemerintah dalam menciptakan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman serta membantu dalam pembuatan fasilitas pejalan kaki mulai dari tahap perencanaan hingga mensosialisasikannya kepada masyarakat. Dalam menjaga kondisi pedestrian yang aman dan nyaman, Koalisi Pejalan Kaki Bogor selalu memantau kondisi pedestrian di Kota Bogor agar terbebas dari pedagang kaki lima atau parkir kendaraan. Berbagai cara telah dilakukan seperti menasihati para pelanggar dengan baik, memfoto untuk diserahkan kepada pihak yang berwenang, hingga berbicara pada petugas keamanan yang berada disekitar lokasi (Tabel 10).

Tabel 10 Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor

Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)

Changing behavior Koalisi Pejalan Kaki Bogor sudah memberikan sosialisasi melalui public hearing dan kepada pelajar serta kampanye untuk mengajak masyarakat menggunakan fasilitas pedestrian

4

Community-based social marketing

Melakukan ajakan melalui media sosial, kampanye di pedestrian, dan secara langsung seperti mendatangi sekolah

3

Community transformation

Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah melakukan revitalisasi terhadap underpass yang berada di Baranangsiang, melakukan advokasi dalam kebijakan mengenai pejalan dan pesepeda, ikut membantu dalam perencanaan pedestrian, serta melakukan evaluasi atau pemantauan terhadap kondisi pedestrian

5

Total 12(b)

Penilaian Sesuai(c)

a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]

b[�� �� � � � � � � = � + � + � ]

c[ � =�� �� � ���−�� �� �ℎ

(45)

Komunitas Peduli Ciliwung

Komunitas Peduli Ciliwung beraktivitas dalam mengkampanyekan sungai bebas sampah. Pada saat ini, tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung untuk mencapai tujuannya tersebut sehingga aktivitasnya dapat dikatakan masih kurang. Berdasarkan analisis kesenjangan terhadap penerapan changing behavior, Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat menjaga kebersihan sungai melalui media massa baik berupa siaran radio, televisi, atau mengkampanyekannya melalui media sosial. Kampanye juga dilakukan pada acara yang dibuat Komunitas Peduli Ciliwung yaitu pada saat mengadakan lomba memulung sungai yang dilakukan satu kali dalam setahun dan diikuti oleh 13 kelurahan yang dialiri oleh Sungai Ciliwung. Dalam upaya membuat sungai menjadi bersih, selain dengan membuat lomba memuling sampah Komunitas Peduli Ciliwung juga melakukan bersih-bersih sungai setiap akir pekan walaupun yang ikut berpartisipasi tidak banyak. Pada penerapan community-based social marketing, pada saat ini Komunitas Peduli Ciliwung hanya melakukannya melalui media massa. Ajakan kepada masyarakat secara langsung hanya dilakukan pada awal-awal tahun terbentuknya komuntias ini dengan beberapa cara. Komunitas Peduli Ciliwung juga belum menjalin mitra yang secara khusus mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung melalui pihak-pihak yang dekat dengan masyarakat dan belum melakukan pendekatan untuk mengetahui alasan-alasan masyarakat masih membuang sampah ke sungai. Penerapan community transformation yang dilakukan Komunitas Peduli Ciliwung masih sangat sedikit. Komunitas Peduli Ciliwung baru hadir dalam diskusi-diskusi bersama BPLH dan lainnya. Belum ada aktivitas lain pada penerapan ini seperti memberikan fasilitas-fasilitas atau sarana yang mampu mengatasi masalah masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai (Tabel 11).

Tabel 11 Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung

Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)

Changing behavior Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan kampanye walapun pada saat ini hanya melalui media massa dan melakukan kegiatan bersih-bersih sungai

4

Community-based social marketing

Ajakan untuk menjaga sungai baru dilakukan sebatas melalui media massa

2

Community transformation

Komunitas Peduli Ciliwung telah ikut serta dalam diskusi-diskusi penyusunan kebijakan

2

Total 8(b)

Penilaian Kurang(c)

a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]

b[�� �� � � � � � � = � + � + � ]

c[ � =�� �� � ���−�� �� �ℎ

(46)

Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau

Dalam pengembangan konsep kota hijau, kehadiran komunitas hijau dalam menciptakan program-program dengan tujuan untuk memperbaiki perubahan yang terjadi akibat pembangunan sangatlah dibutuhkan. Program-program yang dilakukan komunitas hijau dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan tidak sebatas hanya terfokus pada kegiatan untuk memperbaiki lingkungan secara fisik saja. Komunitas hijau dapat juga melakukan aktivitas yang tujuannya untuk merubah perilaku penduduk kotanya, mulai dari masyarakat umum, swasta, hingga pemerintah, sehingga akan tercipta suatu kota hijau dengan masyarakat yang berkelanjutan serta peduli terhadap lingkungan. Sesuai dengan penerapan aktivitas hijau yang telah dibuat oleh GCC (2008), komunitas hijau dapat melakukan 3 penerapan aktivitas untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan, yaitu changing behavior, community-based social marketing, dan community transformation.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Gambar 2  Lokasi penelitian
Tabel 2  Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan
Tabel 3  Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau
+7

Referensi

Dokumen terkait