• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Fh Laktasi Dengan Substitusi Pakan Daun Dan Pelapah Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Fh Laktasi Dengan Substitusi Pakan Daun Dan Pelapah Sawit"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI FH LAKTASI DENGAN

SUBSTITUSI PAKAN DAUN DAN PELEPAH SAWIT

PERLI RISKI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produksi dan Kualitas Susu Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Daun dan Pelepah Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Perli Riski

(3)
(4)

RINGKASAN

PERLI RISKI. Produksi dan Kualitas Susu Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Daun dan Pelapah Sawit. Dibimbing oleh BAGUS PRIYO PURWANTO dan AFTON ATABANY.

Penelitian ini bertujuan mengkaji produksi susu dan kualitas susu sapi FH laktasi dengan substitusi pakan daun dan pelepah sawit dengan konsentrasi pemberian yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Sapi FH laktasi pertama bulan kelima sebanyak empat ekor ternak dengan estimasi umur 30-36 bulan yang berada di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sapi diberikan pakan hijauan rumput raja (RR) daun dan pelepah sawit (DPS) dengan konsentrasi berbeda (A = RR 100% sebagai kontrol, B = RR 75% + DPS 25%, C = RR 50% + DPS 50% dan D = RR 25% + DPS 75%). Terdapat empat periode perlakuan, satu periode perlakuan pakan selama 21 hari dan pengumpulan data dilakukan pada tujuh hari terakhir. Pemberian pakan sebanyak ± 3% dari perkiraan bobot hidup dan penghitungan kebutuhan gizi pakan mengacu pada petunjuk Nutrient Requirements of Dairy Cattle (NRC 2001). Rasio hijauan dan konsentrat adalah 60% : 40%. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 WIB. Air minum disediakan adlibitum. Konsumsi pakan dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Produksi susu per hari diukur dengan mencatat hasil pemerahan pada pagi dan sore hari. Sampel susu diambil pada awal penelitian (sebelum perlakuan), awal pengambilan data (hari ke-14 perlakuan), pertengahan pengambilan data (hari ke-17 perlakuan) dan akhir pengambilan data (hari ke-21 perlakuan) untuk uji kualitas susu. Percobaan yang digunakan untuk penelitian produksi dan kualiatas susu sapi FH laktasi adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) 4 X 4 yang terdiri dari 4 ekor sapi FH laktasi dan 4 perlakuan pakan. Untuk data THI (temperature humidity index) disusun secara deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis ragam ANOVA (Analysis of Variance). Perbedaan yang nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji Tukey.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan DPS berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan konsumsi bahan kering dan protein kasar pakan. Pemberian DPS sampai 75% dari total hijauan sangat nyata (P<0.01) menurunkan produksi susu sapi FH laktasi. Pemberian pakan DPS tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kualitas susu sapi FH laktasi. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik pemberian pakan daun pelepah sawit adalah 25% dari total hijauan. Maksimal Pemberian daun pelepah sawit sebagai pakan sapi FH laktasi sampai 50% dari total pakan hijauan mampu mempertahankan produksi dan kualitas susu.

(5)

SUMMARY

PERLI RISKI. Milk Production and Quality of FH Cows with Oil Palm Frond Substitution. Supervised by BAGUS PRIYO PURWANTO dan AFTON ATABANY.

This study aimed to study of milk production and quality of FH cows with different concentration of oil palm froud substitution. This research used four FH cows with fifth month on first lactation. FH cows which were in Technical Managerial Unit (UPT) of Livestock Breeding Station Kampar Riau, estimated age of 30-36 months. These cows were fed with king grass (KG) and oil palm frond (OPF) with different concentrations (A=KG 100% as a control, B=KG 75% + OPF 25%, C = KG 50% + OPF 50% and D = KG 25% + OPF 75%). This research had four periods and each treatment was done for 21 days. The data collection was done in last seven days. These cows were fed 3% of the weight estimated. Feed nutrition based on the Nutrient Requirements of Dairy Cattle

(NRC 2001). The ration of forage and concentrate was 60% : 40%. The feed is given twice a day,at 8.00 a.m. and 15.00 p.m. Water was provided ad libitum. Feed residue weighed every day. Milk production was measured every day in the morning and evening. Milk samples were taken at baseline (before treatment), the start data collection (fourteenth day of treatment), the mid data collection (sevententh day of treatment), and the final data collection (twenty first of treatment). Milk quality of samples were carrid out. The data of milk production and quality were analysed using latin square design 4X4, which consisted of four cows and four treatment feed. The data of temperature humidity index were described descriptively. The data were analysedusing analysis of variance and Tukey test.

The results showed that OPF feeding significantly decreased dry matter intake and crude protein feed (P<0.01). OPF feeding 75% of total forage significantly decreased milk production (P<0.01). However, OPF feeding was not affected on milk quality. The results showed that the best treatment of feeding OPF was 25% of total forage. The feeding OPF 50% was able to maintain milk production and qaulity.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI FH LAKTASI DENGAN

SUBSTITUSI PAKAN DAUN DAN PELEPAH SAWIT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah produksi ternak dengan judul Produksi Susu dan Kualitas Susu Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Daun dan Pelepah Sawit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Bagus Priyo Purwanto, MAgr dan Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahannya, serta Prof. Dr Nahrowi, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Bapak Maksum dan Ibu Kasmi, Abang Sepriadi, S.Sos dan Dian Elvita, SP serta seluruh keluarga besar penulis atas segala doa dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Tidak lupa terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh dosen ITP atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan, teman satu penelitian atas kerjasamanya, rekan-rekan Pasca ITP khususnya angkatan 2014 dan staf administrasi Pascasarjana ITP atas dukungan dan kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kelak ilmu yang telah diperoleh berguna untuk generasi berikutnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sapi FH (Fries Holland) 2

Daun dan Pelepah Sawit 3

Produksi Susu Sapi Perah 3

Kualitas Susu 4

3

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Penelitian 5

Peubah yang Diamati 6

Analisis Data 8

4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Mikroklimat Lingkungan dan Kadang 8

Konsumsi Pakan 9

Produksi dan Kualitas Susu 10

Efisiensi Pakan 12

5

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1

Kadar nutrien pakan 5

2

Kondisi mikroklimat selama penelitian 8

3

Nilai rata-rata pemberian dan konsumsi pakan selama penelitian 10

4

Nilai rata-rata produksi sapi FH yang diberi pakan perlakuan 12

5

Nilai rata-rata kualitas susu sapi FH yang diberi pakan perlakuan 12

6

Efisiensi pakan sapi FH yang diberi pakan perlakuan 14

DAFTAR GAMBAR

1

Konsumsi daun dan pelepah sawit (DPS) pada masa adaptasi pakan 9

2

Produksi susu sapi FH pada masa adaptasi pakan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1

Hasil sidik ragam konsumsi bahan kering pakan 19

2

Hasil sidik ragam konsumsi protein kasar pakan 19

3

Hasil sidik ragam produksi susu 20

4

Hasil sidik ragam kualitas BJ susu sapi FH 21

5

Hasil sidik ragam kualitas BK susu sapi FH 21

6

Hasil sidik ragam kualitas lemak susu sapi FH 21

7

Hasil sidik ragam kualitas protein susu sapi FH 21

8

Hasil sidik ragam kualitas BKTL susu sapi FH 22

9

Hasil sidik ragam efisiensi bahan kering 23

10

Hasil sidik ragam efisiensi lemak 23
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi perah Friesian Holstein (FH). Sapi FH merupakan bangsa sapi perah yang memiliki tingkat produksi susu tertinggi dengan kadar lemak yang relatif rendah dibandingkan sapi perah lainnya (Blakely dan Blade 1998). Untuk meningkatkan kapasitas produksi susu dalam negeri diperlukan peningkatan jumlah populasi sapi perah dan produktivitas sapi perah dalam negeri. Produktivitas sapi perah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kualitas genetik ternak, tata laksana pemberian pakan, umur beranak pertama, periode laktasi, frekuensi pemerahan, masa kering kandang, dan kesehatan (Schmidt et al. 1988).

Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama untuk keberhasilan suatu usaha peternakan. Pakan bagi ternak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Jenis pakan yang diberikan pada sapi perah dapat memengaruhi produksi dan kualitas susu, serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan sapi perah. Pakan sapi perah yang sedang berproduksi susu terdiri atas sejumlah hijauan dan konsentrat (Siregar 2001). Peranan hijauan pakan menjadi lebih penting karena berpengaruh terhadap kadar lemak susu yang dihasilkan. Pemberian hijauan yang lebih banyak menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena kadar lemak dalam susu bergantung dari kandungan serat kasar dalam pakan (Arora 1995).

Faktor penyediaan pakan hijauan yang berkualitas masih menjadi kendala karena semakin terbatasnya jumlah lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak. Harus diupayakan untuk mencari pakan alternatif. Pakan alternatif tersebut harus potensial, murah dan mudah didapat serta tersedia sepanjang tahun. Perkebunan kelapa sawit berpotensi menjadi sumber pakan alternatif untuk mengembangkan usaha peternakan. Provinsi Riau memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Dari luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia sekitar 10 586 500 Ha dan luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai 21% dengan luas 2 226 600 Ha pada tahun 2013 (BPS 2014). Semakin meningkatnya luas areal maupun produksi kelapa sawit diperlukan pemikiran tentang pemanfaatan perkebunan kelapa sawit tersebut. Selain untuk menanggulangi pencemaran lingkungan juga dilihat dari segi ekonomis penggunaan bahan-bahan tersebut dalam ransum ternak akan lebih menguntungkan. Perkebunan kelapa sawit mempunyai potensi cukup besar untuk menyediakan sumber pakan berupa pelepah, daun, maupun limbah dari industri sawit (Daulay et al. 2007). Sementara limbah ternak berupa pupuk kandang merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tanaman kelapa sawit (Umar 2008). Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 18-25 pelepah/pohon/tahun (Lubis 1992) atau sekitar 10 ton kering/Ha/tahun (Purba dan Ginting 1997). Pemberian pellet daun pelepah sawit sebanyak 30% pada sapi perah dapat menghasilkan produksi susu sekitar 366 liter/28hari, kadar lemak 3.5% dan kadar protein 3.5% (Abu Bakar et al. 2001).

(14)

2

dimanfaatkan secara optimal dan tersedia sepanjang tahun serta dapat menanggulangi pencemaran lingkungan dari limbah hasil perkebunan dan hasil produksi kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa produksi dan kualitas susu meliputi kadar protein, berat jenis (BJ), kadar lemak, bahan kering (BK), dan bahan kering tanpa lemak/solid non fat (BKTL) sapi FH laktasi yang diberi pakan daun-pelepah sawit dengan konsentrasi yang berbeda

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Optimasi pemanfaatan daun dan pelepah sawit sebagai pakan potensial untuk sapi perah Friesian Holstein (FH).

2. Taraf optimum pemberian daun dan pelepah sawit sebagai pakan sapi perah Friesian Holstein (FH).

3. Pengaruh pemberian daun dan pelepah sawit terhadap produksi susu dan kualitas susu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari performa produksi dan kualitas susu meliputi kadar protein, berat jenis (BJ), kadar lemak, bahan kering (BK), dan bahan kering tanpa lemak/solid non fat (BKTL) pada sapi FH laktasi dengan substitusi pakan daun dan pelepah sawit.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang performa produksi dan kualitas susu sapi FH laktasi dengan substitusi pakan daun dan pelepah sawit. Penelitian diharapkan mampu memberi kontribusi dalam upaya pemanfaatan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak yang potensial.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit yaitu daun dan pelepah sawit dengan taraf pemberian yang berbeda pada sapi FH laktasi dan diharapkan dapat menggantikan peran hijauan serta meningkatkan produktivitas produksi susu.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi FH (Friesian Holstein)

Sapi perah FH merupakan ternak perah yang paling banyak dipelihara oleh sebagian besar peternak rakyat di Indonesia. Sebagian besar peternak rakyat tersebut menyukai dan memelihara sapi perah Friesian Holstein (FH) karena mampu memproduksi susu lebih tinggi daripada bangsa sapi perah lainnya.

(15)

3 jantan dapat mencapai 800 kg (Pane 1986). Perkembangan di Indonesia, sapi perah Friesian Holstein telah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Di daearah tropis, daya tahan ternak terhadap panas merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar ternak dapat berproduksi optimal sesuai kemampuan genetis yang dimiliki. Ternak yang tidak tahan terhadap panas, produktivitasnya akan turun akibat dari menurunnya konsumsi pakan. Ternak yang tahan terhadap panas dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran yang normal tanpa mengalami perubahan status fisiologis dan produktivitas (Tyler dan Enseminger 2006).

Daun dan Pelepah Sawit

Prayitno dan Darmoko (1994) menyatakan bahwa daun dan pelepah sawit merupakan limbah padat dari perkebunan kelapa sawit. Penggunaan daun dan pelepah sawit sebagai pakan ternak sapi cukup potensial, keberadaannya cukup melimpah sepanjang tahun dan mudah didapatkan. Kandungan protein kasar daun dan pelepah sawit adalah setara dengan mutu hijauan. Umar (2008) menyatakan hasil ikutan tanaman kelapa sawit (limbah sawit) dan hasil ikutan (limbah) pengolahan kelapa sawit berpeluang untuk digunakan sebagai pakan ternak sapi, sementara hasil ikutan (limbah) ternak berupa pupuk kandang merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tanaman kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 18-25 pelepah/pohon/tahun (Lubis 1992) atau sekitar 10 ton kering/Ha/tahun (Purba dan Ginting 1997). Hasil lainnya selain pelepah adalah daun sekitar 0.5 kg/pelepah sehingga diperoleh bahan kering dari daun untuk pakan sejumlah 0.66 ton/Ha/tahun (Diwyanto et al.

2003).

Produksi Susu Sapi Perah

Sapi perah dipelihara untuk menghasilkan susu, produktivitas sapi perah ditentukan oleh jumlah susu yang dihasilkan. Susu merupakan suatu bahan makanan alami yang mendekati sempurna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, sehingga menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang essensial (Blakely dan Bade 1994). Kemampuan produksi sapi perah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu warisan dari tetua (genetik) dan faktor lingkungan (Ensminger dan Howard 2006). Menurut Sudono (2003), faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu sapi perah adalah bangsa sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tata laksana pemberian pakan. Produksi puncak tergantung pada kondisi tubuh induk pada saat melahirkan, keturunan/genetik, terbebasnya induk dari pengaruh metabolik dan infeksi penyakit serta pakan setelah melahirkan (Schmidt et al. 1988).

(16)

4

(Ensminger 1971). Peningkatan produksi susu menurut Talib (1999) tidak hanya bergantung pada kualitas genetik ternak secara independen, tetapi yang lebih penting adalah seberapa besar potensi genetik yang dibawanya dapat ditampilkan melalui manipulasi faktor lingkungan seperti manajemen pemeliharaan yang baik.

Kualitas Susu

Komposisi susu bervariasi tergantung spesies dan keturunan, selain itu komposisi dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan. Susu terdiri dari 87.2% air, 3.7% lemak, 9.1% bahan kering tanpa lemak (protein 3.5%, laktosa 4.9% dan mineral 0.7%) (Ensminger dan Howard 2006). Penurunan produksi susu dari hari ke hari biasanya diiringi dengan meningkatnya kadar lemak susu, hal ini disebabkan adanya hubungan atau korelasi negatif antara produksi dan kadar lemak susu. Selain lemak, protein juga merupakan salah satu komponen susu yang penting. Sama halnya juga dengan lemak susu, protein susu berkorelasi negatif dengan produksi susu (Schmidt et al. 1988).

Kualitas susu ditentukan oleh warna, bau, rasa, kebersihan, berat jenis, kadar lemak, bahan kering tanpa lemak dan kadar protein (Sudono 1999). Berat jenis susu menunjuklan imbangan komponen zat-zat pembentuk di dalamnya. Nilai berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak, yang tidak lepas dari pengaruh makanan dan kadar air dalam susu (Eckles et al.

1984). Makin tinggi kandungan bahan kering (BK) susu, maka makin tinggi berat jenis susu (Girisonta 1995). Berat jenis susu dipengaruhi oleh komponen susu terutama lemak, karena BJ lemak lebih rendah dari pada air. Semakin tinggi kadar lemak dalam susu menyebabkan berat jenis susu yang rendah. Menurut SNI susu segar syarat minimum BJ susu pada sapi perah adalah 1.0280 (Badan Standardisasi Nasional 1998).

Umumnya semakin tinggi kemampuan produksi seekor sapi, maka semakin rendah kadar lemak di dalam susu yang dihasilkan. Sapi perah FH mempunyai produksi yang tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah. Kadar lemak juga dipengaruhi oleh frekuensi dan waktu pemerahan, pada pemerahan dua kali kadar lemak susu pemerahan pagi hari sebesar 5.23% dibandingkan dengan pemerahan sore hari yaitu sebesar 5.5% (Eckles 1956). Kadar lemak susu dipengaruhi oleh kandungan serat kasar di dalam ransum. Apabila kadar serat kasar rendah maka dapat menurunkan kadar lemak susu yang dihasilkan (Sudono 1999). Menurut SNI syarat minimum kadar lemak susu segar adalah 3.0% (Badan Standardisasi Nasional 1998).

(17)

5

3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Lokasi penelitian dilaksanakan di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Uji Proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Uji kualitas susu dilakukakn di Laboratorium Pengujian dan Sertifikasi Mutu barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

Bahan

Bahan utama dalam penelitian ini adalah sapi FH laktasi pertama sebanyak 4 ekor ternak dengan estimasi umur 30-36 bulan, rumput raja, daun dan pelepah sawit dan ampas tahu. Kandungan nutrien bahan pakan dalam 100% bahan kering (BK) tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Kadar nutrien bahan pakan.

Bahan Kadar air Abu Lemak Protein Serat kasar

Bahan kering (%)

Rumput raja 79.48 8.67 1.75 13.45 32

Daun dan pelepah

sawit 55.08 5.50 3.00 5.50 50

Ampas tahu 71.60 2.33 1.25 20.11 19

Sumber : Hasil uji di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (2016).

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer basah kering, mesin pencacah hijauan (chopper), timbangan, sabit, gerobak, wadah plastik, gelas ukur, penyaring susu, lap bersih, dan botol sampel susu yang dibawah ke Laboratorium Pengujian dan Sertifikasi Mutu barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau dengan menggunakan cool box

Prosedur Penelitian

Ternak sapi FH laktasi melalui tahapan penyesuaian terhadap perubahan pakan (pre-eliminary) selama dua minggu sebelum diberikan perlakuan. Tahap ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh pakan yang diberikan selama perlakuan terhadap peubah yang diamati. Persiapan pemeliharaan meliputi pembersihan kandang, menentukan ternak sapi FH laktasi yang akan dijadikan sebagai ternak penelitian dan persiapan pakan. Pakan hijauan berupa daun dan pelepah sawit sebelum diberikan ke ternak terlebih dahulu dicacah menggunakan chopper.

(18)

6

25% + DPS 75%). Terdapat empat periode perlakuan, satu periode perlakuan pakan selama 21 hari dan pengumpulan data dilakukan pada tujuh hari terakhir.

Pemberian pakan sebanyak ± 3% dari perkiraan bobot hidup dan penghitungan kebutuhan gizi pakan mengacu pada petunjuk Nutrient Requirements of Dairy Cattle (NRC 2001). Rasio hijauan dan konsentrat adalah 60% : 40%. Konsentrat yang diberikan adalah ampas tahu. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 WIB. Air minum disediakan adlibitum. Konsumsi pakan dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Produksi susu per hari diukur dengan mencatat hasil pemerahan pada pagi dan sore hari. Sampel susu diambil pada awal penelitian (sebelum perlakuan), awal pengambilan data (hari ke-14 perlakuan), pertengahan pengambilan data (hari ke-17 perlakuan) dan akhir pengambilan data (hari ke-21 perlakuan) untuk uji kualitas susu

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah faktor lingkungan konsumsi pakan, produksi susu dan kualitas susu yang meliputi: kadar protein, berat jenis (BJ), kadar lemak, bahan kering (BK), dan bahan kering tanpa lemak/solid non fat (BKTL).

Faktor Lingkungan

Suhu dan kelembaban udara diukur dengan thermometer bola kering dan bola basah. Pengukuran dilakukan didalam kandang. Indeks suhu kelembaban (THI) dihitung dengan persamaan Hahn (1999) yaitu :

THI = Tbk + (0.36 x Tbb) + 41.2 Keterangan :

THI : Temperature Humidity Index, Tbk : Temperatur bola kering (°C) dan Tbb : Temperatur bola basah (°C) Konsumsi Pakan

Pemberian pakan konsentrat dilakukan sebelum pemerahan susu dan hijauan diberikan setelah pemerahan susu dilakukan. Konsumsi pakan diukur dengan menghitung selisih antara pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan sisa. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan setiap hari selama penelitian pada masing-masing ternak sapi FH perlakuan. Perhitungan konsumsi bertujuan untuk mengetahui konsumsi Bahan Kering (BK) dan nutrient pakan seperti protein. Perhitungan konsumsi Bahan Kering (BK) dan komposisi nutrient pakan (McDonald et al. 2002) adalah:

Konsumsi BK pakan = [pakan yang diberikan (g) – sisa pakan (g)] x % BK pakan

(19)

7 Produksi Susu

Produksi susu diperoleh dengan cara mencatat hasil pemerahan empat ekor sapi FH laktasi masing-masing pada pagi jam 08.00 WIB dan sore hari jam 14.00 WIB. Pengukuran dimulai setelah masa persiapan (pre-eliminary) sampai dengan akhir masa pemeliharaan. Pengukuran produksi susu dilakukan dengan menggunakan gelas ukur berskala.

Kualitas Susu

Kualitas susu sapi FH yang diuji meliputi berat jenis, analisis kadar lemak, bahan kering, bahan kering tanpa lemak dan analisis kadar protein. Uji kualitas susu dilakukakn di Laboratorium Pengujian dan Sertifikasi Mutu barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. Sampel susu yang digunakan sebanyak 1 liter.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dihitung berdasarkan protein yang terkandung dalam produksi susu dalam kalori atau gram dibagi dengan protein dalam pakan yang dikonsumsi (Budiarsana dan Sutama 2001) :

Keterangan : EP : Efisiensi produksi susu (%)

P : Produksi susu yang dinyatakan dalam protein (gram)

F : Protein dalam pakan (gram)

Analisis Data

Terdapat dua faktor dalam percobaan ini yaitu 4 ekor sapi FH dan 4 perlakuan, sehingga digunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 X 4. Perlakuan yang diteliti yaitu :

A: 100% hijauan rumput + ampas tahu (sebagai kontrol) B: 75% rumput + 25% daun pelepah sawit + ampas tahu C: 50% rumput + 50% daun pelepah sawit + ampas tahu D: 25% rumput + 75% daun pelepah sawit + ampas tahu

Model matematika dalam rancangan percobaan ini adalah (Steel dan Torrie 1995):

Yijk = μ + αi + βj + τk + εijk Keterangan :

Yijk : pengamatan dari perlakuan pakan ke-k dalam sapi ke-i dan waktu ke-j

μ : nilai rataan umum

αi : pengaruh aditif dari kondisi periode (efek baris)

βj : pengaruh aditif dari kondisi ternak (efek kolom)

τk : pengaruh aditif dari urutan perlakuan

(20)

8

Data yang diperoleh dianalisis ragam (analysis of variance/ANOVA). untuk melihat pengaruh perlakuan pemberian pakan daun-pelepah sawit terhadap performa produksi dan kualitas susu sapi FH laktasi. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey. Data diolah menggunakan software Minitab 16 for windows. Penelitian untuk parameter THI disusun secara deskriptif.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Mikroklimat Lingkungan dan Kandang

Hasil penelitian menunjukkan kondisi Mikroklimat selama penelitian di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau tergolong tinggi atau panas. Data kondisi mikroklimat selama penelitian di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau pada bulan Desember 2015 sampai bulan Februari 2016 ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi Mikroklimat selama penelitian.

Peubah Rataan (Min-Max)

Suhu Lingkungan (°C) 30.44±2.90 (22-39)

Suhu Kandang (°C) 28.81±2.21 (22-34)

Kelembaban (%) 79.65±10.12 (54-92)

Temperature Humidity Index (THI) Lingkungan 82.51±3.17 (71.30-92.00)

Temperature Humidity Index (THI) Kandang 80.32±2.10 (71.30-88.60) Berdasarkan hasil pengamatan kondisi mikroklimat di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau diketahui suhu lingkungan dan kandang masing-masing 30.44°C dan 28.81°C berada di atas kondisi nyaman (zona termonetral) untuk sapi perah FH yang berkisar 13-25°C (Yani dan Purwanto 2006) dan suhu kritis pada sapi perah FH yaitu 27°C (Hadisusanto 2006). Kelembaban di UPT berkisar 79.65% berada pada kelembaban ideal untuk ternak sapi perah FH yaitu 60-80% (Soetarno 2003). Nilai THI lingkungan dan kandang di UPT masing-masing 82.51 dan 80.32 berada di atas nilai THI normal (kondisi nyaman) sapi perah FH. Nilai THI normal (kondisi nyaman) untuk sapi FH adalah berada di bawah 72 dan sapi FH akan mengalami cekaman panas jika melewati angka 72 (Rejeb et al. 2012; Amir 2010; Yani et al.

2007; Moran 2005; Dobson et al. 2003 ; Armstrong 1994).

Berdasarkan kondisi Mikroklimat berupa suhu, kelembaban dan

(21)

9 Konsumsi Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan. Jenis pakan yang diberikan akan memengaruhi produksi, kualitas susu dan kesehatan sapi perah (Siregar 2001). Pada sapi laktasi, konsumsi pakan sangat penting untuk memproduksi susu yang maksimal. Kondisi pakan baru akan berpengaruh terhadap tubuh sapi perah FH. Sapi FH akan beradaptasi dengan jenis pakan baru. Berikut ditampilkan data pemberian daun-pelepah sawit tahap adaptasi pakan pada Gambar 1.

Gambar 1 Konsumsi daun dan pelepah sawit (DPS) pada masa adaptasi pakan Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan daun dan pelepah sawit (DPS) pada masa adaptasi pakan menunjukkan hasil konsumsi pakan DPS yang relatif meningkat. Konsumsi pakan DPS mulai pada hari ke-10 menunjukkan hasil konsumsi yang mulai stabil. Hal ini dapat dikatakan bahwa sapi perah FH sudah mulai bisa beradaptasi dengan jenis pakan daun dan pelepah sawit (DPS). Kondisi mikroklimat yang kurang ideal untuk sapi perah di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar dan karena adaptasi terhadapt jenis pakan baru mengakibatkan rendahnya konsumsi pakan DPS pada masa adaptasi pakan. Pakan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 60% hijauan dan 40% konsentrat berupa ampas tahu. Pakan hijauan yang diberikan terdiri dari rumput raja dan daun dan pelepah sawit. Pemberian daun dan pelepah sawit terdiri dari 3.73±0.06 kg (25%), 7.49±0.13 kg (50%) dan 11.23±0.19 kg (75%). Pemberian rumput raja yaitu 32.77±0.56 kg (100%), 24.58±0.42 kg (75%), 16.39±0.28 kg (50%) dan 8.19±0.14 kg (25%). Pemberian ampas tahu sekitar 15.78±0.27 kg. Berikut ditampilkan nilai rata-rata pemberian dan konsumsi pakan selama penelitian pada Tabel 3. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

K o ns um si DP S (k g ) Hari

(22)

10

Tabel 3 Nilai rata-rata pemberian dan konsumsi pakan selama penelitian.

Keterangan Pemberian DPS

A = 0%(Kontrol) B = 25% C = 50% D = 75%

1. Pemberian Pakan (kg/ekor/hari)

a. Hijauan

- DPS - 3.73±0.06 7.49±0.13 11.23±0.19

- Rumput raja 32.77±0.56 24.58±0.42 16.39±0.28 8.19±0.14

b. Ampas tahu 15.78±0.27 15.78±0.27 15.78±0.27 15.78±0.27

2. Sisa pakan (kg/ekor/hari)

a. Hijauan

- DPS - 1.17±0.07 3.84±0.51 6.50±0.37

- Rumput raja 12.32±0.65 7.40±0.22 4.48±0.54 3.56±0.69

b. Ampas tahu 0 0 0 0

3. Konsumsi pakan (g/ekor/hari)

a. Bahan kering 8788±279ᵃᵇ 9162±217ᵃ 8433±161ᵇ 7557±269ᵇ

a.1. Hijauan 4195±212ᵃᵇ 4679±147ᵃ 3950±169ᵇ 3074±268ᶜ

- DPS - 1154±51 1506±104 2122±131

-Rumput raja 4195±212 3525±98 2443±147 951±138

a.2. Ampas tahu 4482±76 4482±76 4482±76 4482±76

b. Protein Kasar 1465±42ᵃ 1439±30ᵃ 1313±30ᵇ 1146±28ᶜ

b.1.Hijauan 564±28ᵃ 537±16ᵃ 411±19ᵇ 244±26ᶜ

- DPS - 63±5 82±15 116±7

-Rumput raja 564±28 474±13 328±19 127±18

b.2.Ampas tahu 901±15 901±15 901±15 901±15

ᵃᵇ angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01).

Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan pemberian pakan hijauan dengan substitusi daun dan pelepah sawit berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi bahan kering pakan dan konsumsi protein kasar pakan. Pemberian pakan hijauan dengan substitusi daun dan pelepah sawit sebanyak 50% nyata lebih lebih rendah dan pemberian sebanyak 75% dari total hijauan menunjukkan konsumsi bahan kering yang paling rendah dibandingkan pemberian 0% dan 25%. Untuk konsumsi protein kasar perlakuan pemberian hijauan dengan substitusi daun dan pelepah sawit 50% nyata lebih rendah dan pemberian 75% merupakan yang paling rendah. Semakin banyak konsentrasi pemberian daun dan pelepah sawit nyata menurunkan konsumsi bahan kering dan protein kasar pakan. Kandungan nutrisi daun dan pelepah sawit yang rendah dan rasa suka (palatabilitas) daun dan pelepah sawit yang rendah menyebabkan penurunan tersebut. Konsumsi DPS pada pemberian 25%, 50% dan 75% masing-masing 68.64%, 48.74% dan 42.20% menunjukkan semakin banyak pemberian daun dan pelepah sawit menurunkan palatabilitas.

(23)

11 25%, 50% dan 75% masing-masing 2.35%, 2.45%, 2.26% dan 2.02% dari bobot badan. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan kondisi suhu tubuh sapi.

Pakan yang mengandung konsentrat tinggi akan meningkatkan produksi susu sapi perah, sedangkan pemberian hijauan dalam jumlah yang cukup akan berpengaruh terhadap kadar lemak susu. Hijauan akan diubah oleh mikroba rumen menjadi VFA yang terdiri atas 65% asam asetat, 20% asam propionat dan 15% asam butirat (Barret dan Larkin 1979).

Produksi dan Kualitas Susu

Produktivitas sapi perah ditentukan oleh jumlah susu yang dihasilkan. Kemampuan produksi sapi perah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu warisan dari tetua (genetik) dan faktor lingkungan (Ensminger dan Howard 2006). Selain itu, faktor pakan juga dianggap penting karena pada sapi laktasi, konsumsi pakan sangat penting untuk memproduksi susu yang maksimal. Jenis pakan yang diberikan akan memengaruhi produksi, kualitas susu dan kesehatan sapi perah. Sapi FH akan melakuakn adaptasi terhadap jenis pakan baru yaitu daun-pelepah sawit. Berikut ditampilkan data produksi susu sapi FH laktasi dengan substitusi pakan daun-pelepah sawit pada masa adaptasi pakan pada Gambar 2.

Gambar 2 Produksi susu sapi FH pada masa adaptasi pakan

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa produksi susu sapi FH laktasi pada masa adaptasi pakan secara umum menunjukkan penurunan produksi susu. Produksi susu sapi perah FH yang diberi pakan daun pelepah sawit (DPS) pakan B , C dan D pada masa adaptasi pakan menunjukkan produksi susu yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan tanpa pemberian DPS pada pakan A (kontrol). Penurunan produksi susu sapi FH paling tinggi adalah pada pakan D dengan sawit pemberian daun dan pelepah sawit sebanyak 75%. Produksi susu sapi FH laktasi dengan substitusi pakan daun dan pelepah sawit selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4 dengan kualitas susu seperti pada Tabel 5.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

P ro du k si Su su (lite r) Hari

(24)

12

Tabel 4 Nilai rata-rata produksi dan kualitas susu sapi FH yang diberi pakan perlakuan.

Keterangan Pemberian DPS (Daun Pelepah Sawit)

0%(Kontrol) 25% 50% 75%

Produksi susu

(litter/ekor/hari) 3.94±0.52ª 3.82±0.63ª 3.61±0.69ª 3.18±0.50ᵇ

Berat jenis (g/ml) 1.03±0.001 1.03±0.001 1.03±0.001 1.03±0.001

Bahan kering (%) 10.89±0.48 10.78±0.54 10.94±0.64 10.85±0.05

Lemak (%) 3.03±0.37 3.05±0.32 2.95±0.20 3.00±0.17

BKTL (%) 7.69±0.27 7.64±0.35 7.73±0.30 7.70±0.16

Protein (%) 3.05±0.14 2.89±0.07 3.09±0.39 3.04±0.22

ᵃᵇ angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01).

Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel 4), pemberian pakan daun dan pelepah sawit sebanyak 75% dari total hijauan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi susu sapi FH. Pada pemberian pakan daun dan pelepah sawit 75% memiliki produksi susu yang rendah dibandingkan dengan pemberian daun-pelepah sawit 0%, 25% dan 50%. Nilai produksi susu yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu rendah konsumsi ternak dalam mengkonsumsi pakan dan kualitas nutrisi daun dan pelepah sawit yang lebih rendah. Data konsumsi barang kering dan konsumsi protein kasar pada pemberian pakan DPS 50% dan DPS 75% nyata lebih rendah dibandingkan pemberian DPS 25% dan perlakuan kontrol (tanpa pemberian daun pelepah sawit).

Kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap kondisi tubuh sapi. Sapi dengan kondisi nyaman akan menghasilkan susu yang baik. Berdasarkan data mikroklimat diketahui Sapi FH yang dipelihara di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar mengalami cekaman panas yang diduga juga memengaruhi rendahnya produksi susu.

Pemberian pakan DPS 25% dan DPS 50% dari total hijauan menunjukkan produksi susu yang tidak jauh berbeda atau sebanding dengan pakan tanpa pemberian daun dan pelepah sawit (kontrol). Hal ini menunjukkan sapi FH laktasi mampu mempertahankan produksi susunya sampai pemberian daun-pelepah sawit sebanyak 50% dari total hijaun yang diberikan.

Tabel 5 Nilai rata-rata kualitas susu sapi FH yang diberi pakan perlakuan.

Keterangan Pemberian DPS (Daun Pelepah Sawit)

0%(Kontrol) 25% 50% 75%

Berat jenis (g/ml) 1.03±0.001 1.03±0.001 1.03±0.001 1.03±0.001

Bahan kering (%) 10.89±0.48 10.78±0.54 10.94±0.64 10.85±0.05

Lemak (%) 3.03±0.37 3.05±0.32 2.95±0.20 3.00±0.17

BKTL (%) 7.69±0.27 7.64±0.35 7.73±0.30 7.70±0.16

Protein (%) 3.05±0.14 2.89±0.07 3.09±0.39 3.04±0.22

BKTL : Bahan kering tanpa lemak.

(25)

13 protein susu sapi perah adalah 2.7% (Badan Standarisasi Nasional 1998). Nilai BKTL setiap perlakuan menunjukkan nilai yang berada di bawah SNI yaitu 7.8%.

Berat jenis susu erat kaitannya dengan komponen padatan susu dan bahan kering konsentrat dalam ransum. Semakin tinggi persentase bahan kering ransum menghasilkan berat jenis susu yang semakin besar. Berat jenis susu dipengaruhi oleh komponen susu terutama lemak, karena berat jenis lemak lebih rendah dari pada air. Semakin tinggi kadar lemak dalam susu menyebabkan berat jenis susu yang rendah. Sudono et al. (2003) menyatakan pakan hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu tergantung dari kandungan serat kasar dalam pakan.

Peningkatan kadar protein pada susu bergantung pada asupan protein dalam pakan ternak yang membentuk asam amino dan diserap tubuh melalui darah (Mc Donald et al. 2002). Nilai protein susu dipengaruhi oleh pemberian konsentrat. Semakin tinggi pemberian konsentrat maka semakin tinggi kadar protein susu (Sukarni 2006). Kandungan kadar protein susu berkorelasi positif terhadap energi pakan, terutama karbohidrat yang mudah larut. Ketersediaanya menfasilitasi pembentukan propionat sehingga menurunkan kebutuhan asam amino untuk glukoneogenesis yang menjadikan asam amino lebih banyak tersedia di usus halus dan sintesa protein di kelenjar susu (Sukarni 2006; Utari et al. 2012). Analisis Regresi Konsumsi Pakan dan Produksi Susu

Hubungan pengaruh konsumsi pakan terhadap produksi susu dapat di tampilkan dalam persamaan regresi. Persamaan regresi konsumsi pakan (variabel X) dan produksi susu (variabel Y) adalah sebagai berikut:

Y = -0.21 + 0.000453 X

Dari model persamaan regresi konsumsi pakan terhadap produksi susu diatas dapat dijelaskan bahwa:

1. Nilai konstanta sebesar -0.21 menyatakan bahwa jika konsumsi bernilai nol, maka produksi susu adalah -0.21.

2. Koefisien variabel konsumsi pakan sebesar 0.000453. Menunjukan besarnya pengaruh variabel konsumsi pakan terhadap produksi susu. Tanda positif menunjukan koefisien arah hubungan yang positif, yang berarti setiap ada peningkatan 1 satuan konsumsi pakan maka produksi susu akan meningkatkan sebesar 0.000453 dengan asumsi variabel lain dianggab konstan.

Efisiensi Pakan

(26)

14

Tabel 6 Efisiensi pakan sapi FH yang diberi pakan perlakuan.

Keterangan Pemberian DPS (Daun Pelepah Sawit)

0%(Kontrol) 25% 50% 75%

Efisiensi bahan kering

(%) 5.06±0.16 ª 4.63±0.11ᵇ 4.82±0.11 ªᵇ 4.70±0.17ᵇ

Efisiensi lemak (%) 22.03±0.84 ªᵇ 20.87±0.55ᵇ 22.72±0.67 ªᵇ 23.76±1.16 ª

Efisiensi protein (%) 8.37±0.24 ª 7.92±0.17ᵇ 8.35±0.20 ª 8.59±0.21 ª

ᵃᵇ angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian pakan daun dan pelepah sawit berbeda nyata (p<0.05) terhadap efisiensi pakan. Rataan nilai efisiensi BK sebesar 4.80±0.19%, lemak kasar sebesar 22.34±1.22% dan protein kasar sebesar 8.31±0.28%. Menurut Zamani (2012) banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi termasuk protein dan lemak pakan juga mempengaruhi efisiensi. Hijauan pakan memiliki pengaruh terbesar pada efisiensi pakan. Karena hijauan dapat membuat sebuah komponen lambat dicerna dari pakan sapi laktasi, hijauan sangat penting untuk menjaga efisiensi pakan diinginkan. Hijauan memiliki dampak besar pada efisiensi pakan karena hijauan merupakan bahan pakan yang paling variabel dalam hal kecernaan dan komposisi gizi dan diberikan dengan proporsi yang lebih besar. Pemberian pakan hijauan dengan kualitas tertinggi untuk sapi laktasi adalah sangat penting.

Pada Tabel 6, pemberian DPS 0% memiliki rataan efisiensi BK paling tinggi. Nilai rataan efisiensi lemak dan protein yang paling tinggi adalah pada pemberian DPS sebanyak 75%. Pada sapi laktasi, konsumsi pakan sangat penting untuk memproduksi susu maksimal dan berkualitas baik dengan didukung oleh kondisi lingkungan nyaman yang berpengaruh terhadap kondisi tubuh sapi. Umumnya semakin tinggi kemampuan produksi seekor sapi, maka semakin rendah kadar lemak di dalam susu yang dihasilkan. Sapi perah FH mempunyai produksi yang tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah.

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik pemberian pakan-daun pelepah sawit adalah 25% dari total hijauan. Maksimal Pemberian daun-pelepah sawit sebagai pakan sapi FH laktasi sampai 50% dari total pakan hijauan mampu mempertahankan produksi dan kualitas susu. Palatabilitas daun pelepah-sawit sebagai pakan ternak sapi perah FH tergolong rendah.

Saran

(27)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar C, Yusof SM, Hayakawa H, Zahari MW, Sukri IM, Shukri I. 2001. Lactations responses of graded Shahiwal-Friesians fed pelleted OPF as complete feed. c nn n Langkawi, Malaysia.

Amir A. 2010. Respon termoregulasi dan tingkah laku bernaung sapi perah dara peranakan Fries Holland pada energi ransum yang berbeda [tesis]. Bogor (ID): IPB.

Amstrong DV. 1994. Heat stress interaction with shade and cooling. J Diary Sci. 77: 2044-2050.

Arora SP. 1995. Percernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia 01-3141-1998:

Susu Segar. Jakarta (ID). Departemen Perindustrian Indonesia.

Barret MA, Larkin PJ. 1979. Milk and Beef Production in the Topics. 2nd ed. The English Language Book Society and Oxford University Press.

Blakely J, Bade DH. 1994. Ilmu Peternakan. Terjemahan. Edisi kelima. Yogyakarta (ID). UGM Press.

Blakely J, Blade DH. 1998. Ilmu Peternakan. Srigandono B, penerjemah; Sudarsono, editor. Ed ke- 4. Yogyakarta (ID). UGM Pr.

BPS. 2014. Luas Tanaman Perkebunan Menurut Propinsi dan Jenis Tanaman. Jakarta (ID). Badan Pusat Statistik Indonesia.

Budiarsana IGM, Sutama IK. 2001. Efisiensi produksi susu kambing Peranakan Etawah (The efficiency of milk production of Peranakan Etawah goats).

Seminar Nas. Tek. Peternakan dan Vet. Pronas (2001) : 427 – 434.

Daulay AH, Sembiring I, Manurung L. 2007. Analisis ekonomi uji ransum berbasis pelepah daun sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi dengan phanerochaete chrysosporium pada sapi peranakan ongole. J Agrinak. 3(2): 2007.

Diwyanto K.D, Sitompul I, Manti IW, Mathius, Soentoro. 2003. Pengkajian pengembangan usaha sistem integrasi kelapa sawit. Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu.

Dobson H, Ghuman SPS, Prabhaker S, Smith RF. 2003. A conceptual model of the influence of stress on female reproduction [ulasan]. J Repro. 125:151-163.

Eckles CH. 1956. Dairy Cattle and Milk production, 5th Ed. New York (US). The McMilan Coy.

Eckles CH, W. Combs WR, Macy H. 1984. Milk and Milk Product. 4th Ed. Bombay, New Delhi (IN). Tata Mcgraw Hill Publisher Company. Ltd. Ensminger ME. 1971. Dairy Cattle Science. Danville, Illinois (US). The Interstate

Printers and Publisher, Inc.

Ensminger ME, Howard DT. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Ed. Danville (US). The Interstate Printers and Publisher, Inc.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yoyakarta (ID). Penertbit Kanisius,.

(28)

16

Hahn GL. 1999. Dynamic responses of cattle to thermal heat loads. J.Anim Sci

77:10-20.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis. Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara (ID).

Maulfair D, Heinrichs J, Ishler V. 2011. Feed eficiency for lactating dairy cows and its relationship to income over feed costs. DAS 2011-183. Penn state extension. http://extension.psu.edu/animals/dairy/nutrition/nutrition-and- feeding/diet-formulation-and-evaluation/feed-efficiency-in-lactating-dairy-cows-and-its-relationship-to-income-over-feed-costs.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. London (GB). Pretice all.

Moran J. 2005. Tropical Diary Farming. Feeding Management for Small Holder Diary Farming in the Humid Tropics. Collingwood (AU): Landlink Pr. [NRC] National Research Council. 2001. Nutrients Requirement of Diary Cattle.

Edisi Ke-7. Washington DC (US).

Pane I. 1986. Pemuliaan Ternak Sapi. Jakarta (ID) : PT Media.

Prayitno, Darmoko. 1994. Prospek Industri Bahan Baku Limbah Padat Kelapa Sawit di Indonesia : Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan (ID). Purba A, Ginting SP. 1997. Integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak

ruminansia. JPKS. 5 (2) : 55-60.

Rejeb M, Najar T, M’Rad MB. 2012. The effect of heat stress on diary cow’s performance and animal behaviour. IJAPES. 2(3):29-34.

Sanh MV, Wiktorsson H, Lyl V. 2002. Effect of natural grass forage to concenrate ratios and feeding principles on milk production and performance of crossbred lactating cows. Asian Aus. J Anim Sci. 15 : 650-657.

Schmidt GH, Van Vleck LD, Hutjens MP. 1988. Principles of Dairy Science. 2th Ed. New Jersey (US): Prentice Hall.

Siregar SB. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi melalui perbaikan pakan dan frekuensi pemberiannya. JITV. 6(2):76-82. Soetarno T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Yogyakarta (ID):

Universitas Gadjah Mada.

Steel RDG, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometri. Ed ke-2. Terjemahan Bambang S. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID). Agromedia Pustaka.

Sukarni. 2006. Produksi dan kualitas air susu kambing Peranakan Ettawa yang diberi tambahan urea molases blok dan atau dedak padi pada awal laktasi.

J Animal Prod. 1: 427-441.

Talib C. 1999. Aspek teknis perkembangan usaha ternak sapi perah. Workshop Peningkatan Produktifitas Sapi Perah di Indonesia. Bogor (ID).

Tyler HD, Enseminger ME. 2006. Dairy Cattle Science. 4th edition. New Jersey (US) : Pearson Education, Inc.

(29)

17 Utari FD, Prasetiyono BWHE, Muktini A. 2012. Kualitas susu kambing perah Peranakan Ettawa yang diberi suplementasi protein terproteksi dalam wafer pakan komplit berbasis limbah agroindustri. J Animal Agri. 1: 427-441.

Yani A. Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim terhadap respon sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya.

Media Petern. 9:35-46.

Yani A, Suhardiyanto, Hasbullah R, Purwanro BP. 2007. Analisis dan simulasi distribusi suhu udara pada kandang sapi perah menggunakan

Computational Fluid Dynamics (CFD). Media Petern. 30:218-228.

(30)

18

(31)

19 Lampiran Konsumsi pakan

Lampiran 1 Hasil sidik ragam konsumsi bahan kering pakan.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.2816 0.0939 0.68 0.597

Sapi 3 2.0258 0.3419 2.47 0.159

Perlakuan 3 3.1507 1.0502 7.59 0.018*

Galat 6 0.8302 0.1384

Total 15 5.2884

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

Lampiran 2 Hasil sidik ragam konsumsi protein kasar pakan.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.0325 0.0108 0.22 0.879

Sapi 3 0.1561 0.0520 1.06 0.434

Perlakuan 3 9.1028 3.0343 61.66 0.000*

Galat 6 0.2953 0.0492

Total 15 9.5866

(32)

20

Lampiran Produksi Susu

Lampiran 3 Hasil sidik ragam produksi susu sapi FH laktasi.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.03863 0.01288 0.44 0.732

Sapi 3 3.99396 1.33132 45.60 0.000*

Perlakuan 3 1.31674 0.43891 15.03 0.003*

Galat 6 0.17518 0.02920

Total 15 5.52450

(33)

21 Lampiran Kualitas Susu

Lampiran 4 Hasil sidik ragam kualitas BJ susu sapi FH. Sumber

Keraagman

Db JK KT F P

Periode 3 0.0000016 0.0000005 1.55 0.296

Sapi 3 0.0000040 0.0000013 3.78 0.078

Perlakuan 3 0.0000010 0.0000003 0.92 0.485

Galat 6 0.0000021 0.0000004

Total 15 0.0000087

Lampiran 5 Hasil sidik ragam kualitas BK susu sapi FH.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 1.58366 0.52789 9.58 0.010*

Sapi 3 0.90454 0.30151 5.63 0.035

Perlakuan 3 0.05500 0.01833 0.34 0.796

Galat 6 0.32145 0.05357

Total 15 2.86466

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

Lampiran 6 Hasil sidik ragam kualitas lemak susu sapi FH.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.59387 0.19796 47.84 0.000*

Sapi 3 0.29563 0.09854 23.81 0.001*

Perlakuan 3 0.02354 0.00785 1.90 0.231

Galat 6 0.02483 0.00414

Total 15 0.93786

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

Lampiran 7 Hasil sidik ragam kualitas protein susu sapi FH.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.25180 0.08393 1.50 0.307

Sapi 3 0.09545 0.03182 0.57 0.656

Perlakuan 3 0.08771 0.02924 0.52 0.683

Galat 6 0.33581 0.05597

(34)

22

Lampiran 8 Hasil sidik ragam kualitas BKTL susu sapi FH.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.50309 0.16770 4.86 0.048*

Sapi 3 0.22479 0.07493 2.17 0.192

Perlakuan 3 0.01695 0.00565 0.16 0.917

Galat 6 0.20700 0.03450

Total 15 0.95183

(35)

23 Lampiran Efisiensi Pakan

Lampiran 9 Hasil sidik ragam efisiensi bahan kering. Sumber

Keraagman

Db JK KT F P

Periode 3 0.01308 0.00436 0.29 0.832

Sapi 3 0.13466 0.04489 2.98 0.118

Perlakuan 3 0.41781 0.13927 9.24 0.011*

Galat 6 0.09042 0.01507

Total 15 0.65598

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh nyata (P<0.05)

Lampiran 10 Hasil sidik ragam efisiensi lemak.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.5643 0.1881 0.31 0.820

Sapi 3 4.1272 1.3757 2.25 0.183

Perlakuan 3 17.7199 5.9066 9.66 0.010*

Galat 6 3.6696 0.6116

Total 15 26.0810

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh nyata (P<0.05)

Lampiran 11 Hasil sidik ragam efisiensi protein.

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Periode 3 0.01626 0.00542 0.29 0.834

Sapi 3 0.38568 0.12856 6.78 0.024*

Perlakuan 3 0.94206 0.31402 16.56 0.003*

Galat 6 0.11374 0.01896

Total 15 1.45774

(36)

24

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Konsumsi daun dan pelepah sawit (DPS) pada masa adaptasi pakan
Tabel 3 Nilai rata-rata pemberian dan konsumsi pakan selama penelitian.
Gambar 2 Produksi susu sapi FH pada masa adaptasi pakan
Tabel 4 Nilai rata-rata produksi dan kualitas susu sapi FH yang diberi pakan perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Indikator hubungan yang makin baik diperoleh rata-rata skor sebesar 3,76 yang menjawab sangat setuju dan setuju sebesar 70% sedangkan yang kurang setuju, tidak

Dalam pembuktian kualifikasi harus dihadiri oleh penanggung jawab penawaran atau yang menerima kuasa dari direktur utama/ pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya

Pada sisi kiri dan kanan bejana generator plasma diletakkan sistem elektrode ignitor, yang terdiri dari katode dengan spesifikasi: material katode terbuat dari Mg berbentuk

Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah pepaya (Carica papaya.L) yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara tidak memenuhi syarat kesehatan

Setelah menganalisis data tabel, siswa mampu mengomunikasikan hubungan antara data masuk dan data keluar dari tabel yang disajikan dengan benar yang dapat dilakukan dengan

Dari hasil berinteraksi dengan petani yang kami, kami mengetahui ada beberapa masalah yang umumnya terjadi pada petani, misalnya tentang mahalnya harga benih dan

Tingkat kepuasan mahasiswa atas elemen-elemen marketing mix yang dijalankan STIE SN adalah sebagai berikut: Untuk elemen produk tingkat kepuasan rata-rata 73,4ada

Pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar simplisia tidak hancur dan menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering, mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak