• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

.

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL BUDAYA

MASYARAKAT LOKAL

FERDI TRI WAHYUDI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

FERDI TRI WAHYUDI Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal. Di bawah bimbingan RILUS A. KINSENG

Berkembangnya pariwisata akan memberikan dampak bagi masyarakat yang tinggal di lokasi pariwisata itu sendiri. Salah satu pariwisata yang ada di Indonesia adalah Taman Safari Indonesia ( TSI ). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial budaya dan tingkat kesejahteraan serta menganalisis hubungan tingkat kesejahteraan dengan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Desa Cibeureum menggunakan metode survei dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Taman Safari Indonesia memberikan dampak terhadap berubahnya sosial budaya yang meliputi berubahnya gaya hidup, nilai budaya, kekuasaan dan wewenang pemimpin informal, dan kohesi sosial. Sedangkan dampak pada tingkat kesejahteraan meliputi meningkatnya pendapatan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan hak kepemilikan. Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia. Kata Kunci: Pariwisata, Sosial Budaya, Sikap, Kesejahteraan, Taman Safari Indonesia

ABSTRACT

FERDI TRI WAHYUDI The Impact of Tourism Development on the Welfare Level and Socio-Culture Local Communities. Supervised by RILUS A.KINSENG

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL BUDAYA

MASYARAKAT LOKAL

FERDI TRI WAHYUDI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal

Nama : Ferdi Tri Wahyudi

NIM : I34100100

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA NIP. 19590506 198703 001

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal ” ini dengan baik.

Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan kritik yang membangun hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Pihak Kantor Desa Cibeureum serta warga Desa Cibeureum atas kesediaan

waktunya untuk memberikan informasi.

3. Dosen beserta staf KPM atas ilmu yang telah diberikan.

4. Kedua orang tua, Teguh Handoko dan Tanti Tanamas yang terus mendukung dan mendoakan saat penulisan skripsi ini. Tak lupa Margareta Melani Handoko selaku kakak penulis yang juga memberi dukungan dan doa.

5. Teman-teman SMA, Hendryvan, Stefanus, Rexon, Bobby, Kenny serta Yohanes yang menjadi tempat berkeluh kesah saat proses penulisan berlangsung.

6. Sahabat-sahabat penulis yaitu Cynthia, Estya, Sahda, Gita, Erlisa, Faris, Adrian, dan Mahdi yang senantiasa memberi semangat dan dukungan dalam proses pembelajaran, inspirasi, masukan, dan motivasi bagi penulis 7. Gupita dan Fuad selaku teman satu bimbingan yang menjadi teman

diskusi dan juga pemberi masukan bagi penulisan skripsi ini.

8. Saefihim serta Randy yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi serta memberikan masukan dalam penulisan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semangat, motivasi, dan telah menjadi keluarga yang baik selama ini.

10.Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Pariwisata dan Dampaknya terhadap Masyarakat Lokal 6

Konsep Kesejahteraan 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Teknik Pengambilan Informan dan Responden 21

Teknik Pengumpulan Data 22

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM DESA CIBEUREUM 23

Kondisi Geografi dan Demografi 23

Kondisi Sosial dan Ekonomi 23

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SEKITAR TAMAN

SAFARI INDONESIA 26

Gaya Hidup 26

Nilai budaya 29

Kekuasaan dan Wewenang Pemimpin Informal 31

Kohesi Sosial 33

PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA CIBEUREUM DAN HUBUNGANNYA DENGAN SIKAP INDIVIDU

TERHADAP TAMAN SAFARI 36

Karakteristik Responden 36

Tingkat Pendapatan 37

Akses terhadap Layanan Kesehatan 39

Akses terhadap Layanan Pendidikan 43

Hak Kepemilikan 47

Perubahan Tingkat Kesejahteraan Warga Desa Cibeureum akibat

keberadaan Taman Safari Indonesia 51

Hubungan Tingkat Kesejahteraan dengan Sikap Individu terhadap

Keberadaan Taman Safari Indonesia 53

SIMPULAN DAN SARAN 55

(14)

xii

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 60

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkat analisis perubahan sosial Lauer 13 Tabel 2

Jumlah dan presentase penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua berdasarkan pekerjaan

Jumlah pemanfaatan lahan Desa Cibeureum berdasarkan luas lahan

Jumlah dan presentase responden berdasarkan usia di Desa Cibeureum tahun 2014

Jumlah dan presentase responden berdasarkan status kependudukan di Desa Cibeureum tahun 2014

Jumlah dan presentase responden berdasarkan mata pencaharian di Desa Cibeureum tahun 2014

Jumlah dan presentase responden berdasarkan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses terhadap dokter umum sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses terhadap rumah sakit sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses terhadap pengobatan alternatif sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

Total skor responden berdasarkan akses terhadap layanan kesehatan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses terhadap pendidikan sebelum adanya Taman Safari Indonesia Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses terhadap pendidikan sesudah adanya Taman Safari Indonesia Total skor responden berdasarkan akses terhadap layanan pendidikan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia Jumlah dan presentase responden berdasarkan hak kepemilikan sebelum adanya Taman Safari Indonesia

Jumlah dan presentase responden berdasarkan hak kepemilikan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

Total skor responden berdasarkan hak kepemilikan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

Total skor responden berdasarkan tingkat kesejahteraan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner 60

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam 63

Lampiran 3 Dokumentasi 64

Lampiran 4 Hasil Uji T-Paired Samples dan Uji Korelasi Rank Spearman 66

Lampiran 5 Kerangka Sampling 70

(17)

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta yang mendukung terhadap dampak pengembangan pariwisata. Kemudian permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap permasalahan-permasalahan penelitian. Sementara kegunaan penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.

Latar Belakang

Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil yang terpenting di dunia. Menurut Dewan perjalanan dan pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council-WTTC). Saat ini pariwisata merupakan industri terbesar di dunia dengan menghasilkan pendapatan dunia lebih dari $3,5 trillun pada tahun 1993 atau 6 persen dari pendapatan kotor dunia. Pariwisata merupakan industri yang lebih besar dari industry kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. Industri pariwisata memperkerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di dunia). Secara keseluruhan industri pariwisata diharapkan meningkat dua kali pada tahun 2005. Berperannya pariwisata sebagai salah satu industri penting ini juga terjadi di wilayah Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.290 km. Dengan luas hutan sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3 persen luas wilayah Indonesia1 membuat negara ini secara otomatis memiliki keanekaragaman fauna yang begitu besar. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara nomor dua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman fauna terbesar di dunia. Keanekaragaman ini yang kemudian dibedakan lewat adanya Garis Wallace yang menjelaskan bahwa Indonesia memiliki fauna kawasan Asiatis, Australis dan Peralihan. Sehingga keanekaragaman fauna ini kemudian menjadi daya tarik pariwisata negara ini.

Daya tarik Indonesia sebagai target pariwisata bagi dunia mendatangkan banyak sekali wisatawan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai 1,29 juta orang pada Januari-Februari 2013, naik 3,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasar catatan BPS (Badan Pusat Statistik), pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 6,02 persen di triwulan pertama tahun 2013. Diharapkan secara keseluruhan perekonomian Indonesia akan naik sekitar 6,2 persen dibanding tahun 2012, yaitu sebesar Rp 671,3 triliun. Sektor pariwisata yang menempati urutan kelima sebagai penyumbang devisa negara tahun 2012 juga mengalami peningkatan progresif

(18)

2

pada triwulan pertama 2013. Bagi Indonesia, industri pariwisata dapat menjadi salah satu ujung tombak bagi perkembangan perekonomian. Melihat keindahan alam yang luar biasa membuat banyak sekali daerah yang cocok dijadikan tempat pariwisata di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai 1,29 juta orang pada Januari-Februari 2013, naik 3,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pada tahun 2004, pariwisata telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 113,78 trilyun rupiah atau sebesar 5 persen dari total PDB nasional. Pada tahun 2005 kontribusi sektor pariwisata meningkat sebesar 33,02 trilyun rupiah sehingga menjadi 146,8 trilyun rupiah atau sebesar 5,27 persen dari total PDB nasional. Kontribusi pariwisata sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 143,62 trilyun rupiah atau sebesar 4,30 persen dari total PDB nasional. Pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali mengalami peningkatan menjadi 169,67 trilyun rupiah atau sebesar 4,29 persen dari total keseluruhan PDB nasional. Data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata merupakan suatu langkah yang positif karena dapat memberikan kontribusi terhadap PDB nasional. Manfaat ini yang membuat pemerintah gencar melakukan pengembangan khususnya di bidang pariwisata.

Menurut Purwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna. Moeliono (1990: 414) mengungkapkan, yang dimaksud dengan pengembangan adalah proses, cara, pembuatan mengembangkan. Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang bersifat multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan fisik dan politik. Jadi pengembangan dapat diartikan sebagai perbuatan menjadikan sesuatu baik yang ada maupun yang belum ada menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Berkembangnya pariwisata akan memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat yang tinggal di lokasi pariwisata itu sendiri. Retnowati (2004) menjelaskan bahwa pariwisata juga berpotensi memicu terjadinya perubahan perilaku masyarakat, memudarnya nilai dan norma sosial, kehilangan identitas, konflik sosial, pergeseran mata pencaharian dan pencemaran lingkungan. Berbagai hal tersebut rentan terjadi di masyarakat sebagai akibat dari perkembangan pariwisata.

Selain memiliki dampak negatif, pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat. Adapun pengembangan pariwisata di Indonesia memiliki delapan keuntungan, yaitu meningkatkan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan pendapatan nasional, mempercepat proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri, dan memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor maupun perdagangan luar negeri (Bappenas 2008).

(19)

3 Safari Indonesia (TSI) yang merupakan salah satu lokasi pariwisata yang berfungsi sebagai lembaga konservasi eks-situ yang banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun asing.

Taman Safari Indonesia yang dibangun sejak tahun 1986 adalah “Taman Margasatwa Terbuka” satu-satunya di Indonesia yang memperagakan satwa-satwa langka dari seluruh dunia di dalam suasana yang mendekati habitat alaminya. Taman Safari Indonesia Cisarua adalah Taman Safari yang pertama kali didirikan di Indonesia selain Taman Safari di Pasuruan dan Taman Safari di Bali. Taman Safari Indonesia I dibangun pada tahun 1980 pada sebuah perkebunan teh yang sudah tidak produktif. Taman Safari Indonesia Cisarua menjadi penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Taman Safari Indonesia I ini terletak di ketinggian 900-1800 meter di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai suhu rata-rata 16 – 24 derajat Celsius. TSI telah ditetapkan sebagai Obyek Wisata Nasional oleh Soesilo Soedarman, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada masa itu. kemudian TSI juga telah diresmikan menjadi Pusat Penangkaran Satwa Langka di Indonesia oleh Hasyrul Harahap, Menteri Kehutanan pada masa itu, pada tanggal 16 Maret 1990. Keberadaan TSI yang terletak di Desa Cibeureum membuat Desa Cibeureum menjadi salah satu tujuan wisata para wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Wilayah Desa Cibeureum memiliki luas mencapai 1.128,62 hektar dan juga merupakan salah satu dari 9 desa yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk mencapai angka 16.207 jiwa pada tahun 2013, terdiri dari 7.866 laki – laki dan 8.341 perempuan. Sedangkan jumlah rumah tangga mencapai total 4.030 kepala keluarga2. Sebagian besar dari wilayah ini digunakan untuk lahan pertanian dalam arti luas, dimana artinya digunakan untuk perkebunan, persawahan dan perikanan.

Selain dari segi pertanian, Desa Cibeureum tergolong daerah yang memiliki suasana sejuk dengan bernuansa kebudayaan Sunda, karena seperti daerah-daerah lain di Jawa Barat yang pada umumnya memiliki kebudayaan Sunda. Aspek barusan menjadi aspek pendukung kedatangan wisatawan ke Desa Cibeureum meskipun tujuan utamanya menuju Taman Safari Indonesia. Keberadaan TSI di Desa Cibeureum yang juga mendorong banyak warga desa membuka usaha dalam bidang perdagangan, baik dalam bentuk konsumsi, oleh – oleh atau cinderamata. Serta, beberapa warga juga membuka jasa penyewaan rumah sebagai tempat singgah sementara. Selain memberikan peluang usaha, Taman Safari Indonesia seperti pada umumnya pariwisata lain pasti akan memberikan dampak bagi Desa Cibeureum. Berdasarkan alasan tersebut, menjadi menarik untuk dianalisis dampak keberadaan Taman Safari Indonesia terhadap tingkat kesejahteraan dan sosial budaya masyarakat di Desa Cibeureum serta hubungannya dengan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia.

Rumusan Masalah

Pengembangan pariwisata di Desa Cibeureum akibat adanya Taman Safari Indonesia memberikan dampak baik itu negatif ataupun positif bagi masyarakat

2

(20)

4

sekitar. Salah satu dampak akibat pengembangan pariwisata adalah dapat mendorong terjadinya perubahan sikap dan budaya pada masyarakat lokal. Perubahan budaya yang terbentuk akan tergantung pada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Doxey seperti dikutip oleh Ryan (1991) menyimpulkan, bahwa terjadi perilaku spesifik pada masyarakat lokal atas pengaruh pariwisata dari waktu ke waktu yang disebutnya Tingkat iritasi masyarakat (level of host irritation). Adapun tingkatan yang dimaksud ialah tingkatan euphoria, apathy, annoyance dan antagonism/xenophobia. Adanya berbagai tingkatan ini membuktikan terjadi perubahan aspek sosial akibat adanya pengembangan pariwisata. Sehingga penting untuk dianalisis bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan sosial budaya masyarakat sekitar?

Adanya dampak positif maupun negatif kemudian akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik apabila dampak positif akibat pengembangan pariwisata dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar. Terjadinya kenaikan tingkat kesejahteraan merupakan salah satu dampak positif yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat apabila peningkatan tersebut terdistribusi dengan baik. Hal ini terjadi karena dengan adanya pengembangan pariwisata maka terbuka lapangan pekerjaan baru yakni di sektor pariwisata itu sendiri serta munculnya peluang-peluang bagi warga untuk membuka usaha. Oleh karena itu menjadi menarik untuk melihat sejauhmana dampak pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar?

Keberadaan Taman Safari Indonesia yang memberikan dampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat akan mendorong terjadinya pembentukan sikap dari masyarakat terhadap keberadaan TSI itu sendiri. Dampak positif maupun negatif pada tingkat kesejahteraan akan mempengaruhi pembentukan sikap yang terjadi.

Sehingga menarik untuk dianalisis bagaimana hubungan perubahan tingkat kesejahteraan dengan pembentukan sikap terhadap keberadaan Taman Safari di Desa Cibeureum?

Tujuan Penelitian

Pada umumnya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat adanya pengembangan pariwisata terjadi di berbagai komponen kehidupan salah satunya adalah pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, adanya perubahan sosial budaya juga dapat digolongkan menjadi salah satu dampak pengembangan pariwisata terlepas dari baik atau buruknya perubahan yang terjadi, hal ini akan sangat tergantung dari seberapa jauh terjadinya pertukaran budaya antara wisatawan dengan penduduk lokal. Untuk itu, tujuan dari penulisan studi pustaka ini adalah :

1. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial budaya masyarakat.

2. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan

(21)

5

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah perubahan sosial di sekor pariwisata, khususnya kepada :

1. Peneliti dan mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai perubahan sosial akibat pengembangan pariwisata dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.

2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan dan data untuk merencanakan keterlibatannya dalam kegiatan pariwisata. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas . 3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai

beberapa dampak yang disebabkan oleh pengembangan pariwisata bagi masyarakat sekitar.

(22)

6

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Lokal

Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan penuh. Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden Soekarno dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo (1997) pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan datang.

Undang-Undang No.10 Tahun 2009 menyatakan bahwa usaha pariwisata meliputi daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa informasi wisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta, spa dan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. “Beberapa komponen fasilitas pariwisata adalah : (1) fasilitas pelayanan, antara lain akomodasi, rumah makan, dan hotel, (2) fasilitas pendukung, antara lain perbelanjaan dan hiburan, (3) fasilitas umum dan infrastruktur, antara lain air bersih, jalan, dan tempat parkir, (4) fasilitas rekreasi yakni rekreasi obyek wisata dalam dan luar kawasan” (Afrianto 2013)

Pendit (1999) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Wisata Budaya Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.

(23)

7 arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olah Raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau. memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu tempat atau Negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa saja olahraga memancing, berburu, berenang

4. Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameranpameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian. Misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.

6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau konvensi politik yang disertai dengan darmawisata.

7. Wisata Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

8. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian Merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimananwisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

10.Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut. Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung dan lainnya.

11.Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya.

12.Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.

(24)

8

ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti di Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya.

14.Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

Peran penting yang dipegang oleh sektor pariwisata membuat sektor ini gencar mangalami pengembangan dari pemerintah. Banyak para ahli berpendapat bahwa sektor pariwisata kini menjadi salah satu sektor industri terbesar di dunia setelah minyak dan perdagangan senjata. Selain dapat meningkatkan pendapatan negara, sektor pariwisata dianggap perlu untuk dikembangkan karena akan membuat beberapa sektor lainnya ikut berkembang seperti disebutkan dalam GBHN 1999 bahwa pengembangan pariwisata akan ikut mendorong pemerataan kesempatan kerja, peningkatan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional, dan tetap mempertahankan kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama, mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk cinta tanah air, serta mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

Indikator pengembangan pariwisata dalam Afrianto (2013) terdiri dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, lama kunjungan wisatawan, peningkatan sarana dan prasarana pariwisata, aktivitas wisatawan serta jenis dan macam usaha berkaitan dengan pariwisata. Dalam hal pengembangan pariwisata dibutuhkan pengembangan secara menyeluruh dalam artian berjalan selaras dengan komponen pariwisata lainnya.

Kegiatan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak kepada aktor-aktor di dalamnya terutama bagi masyarakat. Dampak ini yang kemudian akan mempengaruhi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari entah itu menjadi semakin baik atau bahkan semakin buruk. Hal ini dikarenakan kegiatan pariwisata tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif, yang paling mudah dilihat adalah rusaknya lingkungan akibat penumpukan sampah atau pemanfaatan lahan yang tidak bersahabat dengan ekologi. Pembangunan jalan raya, pembebasan tanah dan perubahan fungsi lahan merupakan beberapa contoh dampak pariwisata yang berpotensi untuk merusak ekologi.

Bryden (1973) seperti dikutip oleh Soekadijo (1997) membedakan dampak positif pariwisata menjadi empat yaitu :

1. Menyumbang neraca pembayaran

Neraca pembayaran merupakan perbandingan antara semua mata anggaran yang diterima oleh negara dari negara-negara asing sebagai pemasukan dan semua anggaran yang harus dibayar kepada negara asing sebagai pengeluaran.

2. Menyebarkan pembangunan ke daerah-daerah non industri

(25)

9 dibuat jalan yang bagus, muncuk tempat makan, dan sarana prasarana yang menunjang pariwisata sehingga terjadilah pembangunan.

3. Menciptakan kesempatan kerja

Sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang padat karya. Untuk perbandingan yang sering diterapkan di hotel-hotel di Indonesia untuk setiap kamar hotel dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga kerja.

4. Dampak pada pembangunan ekonomi pada umumnya melalui dampak penggandaan (multiplier effect)

Sejumlah uang yang diterima dalam masyarakat akan menimbulkan beberapa transaksi yang jumlahnya tergantung pada kondisi ekonomi, misalnya uang Rp. 500.000,- yang akan beredar selama 10 kali, sehingga akibatnya didalam ekonomi masyarakat akan terjadi pertambahan uang beranda, proses seperti inilah yang disebut dampak penggandaan.

Dilihat secara umum, dampak positif pengembangan pariwisata yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia sama yaitu bergesernya pola mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian atau pariwisata sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sebagai karyawan hotel, losmen/wisma, penginapan sederhana dan yang lainnya. Sedangkan dalam bidang usaha yang memberikan kesempatan kerja adalah kios cinderamata, warung, bar/restoran, café, toko dan swalayan. Sisanya adalah di bidang jasa seperti jasa perahu tradisional, penyewaan speedboat, penyewaan kano dan penyewaan berbagai alat wisata lainnya. Namun melihat kesempatan kerja dan usaha yang terbuka jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan adalah pekerjaan yang memang tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi. Berkorelasi dengan tingkat pendidikan, Hilyana (2001) menyatakan lewat tesisnya di wilayah Lombok bahwa adanya peningkatan persepsi masyarakat terhadap pendidikan karena masyarakat sadar akan konsekuensi dari tuntutan pekerjaan sektor pariwisata yang membutuhkan keahlian dan pendidikan tinggi.

Beberapa hasil penelitian tentang pariwisata memberikan gambaran bahwa sektor pariwisata tidak saja memberi dampak pada sektor sosial ekonomi masyarakat, tetapi juga memberi dampak pada sektor-sektor lain. Mantra (1993) yang dikutip oleh Sidarta (2002) menyebutkan bahhwa industri pariwisata akan mempercepat arus perubahan, karena wisatawan yang datang dengan berbagai budaya yang berbeda dan lebih lanjut akan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Perubahan sosial yang muncul bisa berupa diversifikasi pekerjaan dan pola pembagian kerja.

(26)

10

Pariwisata sendiri kemudian berdampak terhadap kependudukan dengan masuknya imigran-imigran dari luar negeri hingga bahkan memicu terjadinya urbanisasi. Urbanisasi adalah bagian dari kompleksitas perubahan-perubahan sosial seperti yang dikemukakan oleh Ogburn seperti dikutip oleh Marius (2006). Bertambahnya jumlah penduduk berpotensi untuk menimbulkan konflik antara masyarakat lokal dan pendatang. Seperti yang diungkapkan Byczek (2011) dalam jurnalnya bahwa sudah sering muncul ketegangan antara penduduk lokal di Bali dengan penduduk pendatang baik dari dalam maupun luar negeri.

Adanya urbanisasi dapat menyebabkan terjadinya akulturasi budaya dan juga proses peniruan budaya dimana seseorang beradaptasi, mengalami dan mempelajari cara hidup di kota. Akhirnya semua aspek kota yang terinternalisasi dalam dirinya melalui suatu proses yang oleh Tarde dalam Marius (2006) dinamakan “imitation process” (proses peniruan). Perubahan struktur, sistem sosial, nilai, sikap dari bergaya lama (gaya desa) menjadi gaya baru (gaya kota) ini merupakan elemen-elemen perubahan sosial kemasyarakatan baik yang dianut secara individual maupun secara bersama-sama dalam suatu sistem sosial.

Konsep Kesejahteraan

Permasalahan yang ada dalam konsep kesejahteraan pada keluarga bukan hanya menyangkut permasalahan pada satu bidang saja melainkan terdapat berbagai bidang dalam kehidupan di dalamnya. Hal ini yang membuat indikator kesejahteraan serta cara pengukurannya menjadi hal yang sulit untuk ditetapkan. Karena banyak yang dipertimbangkan seperti keadaan demografis, geografis dan sebagainya.

Konsep kesejahteraan menurut Sukirno (1985) adalah sesuatu yag bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda, sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Sajogyo (1984) seperti dikutip oleh Gohong (1993) mengemukakan bahwa konsepsi kesejahteraan masyarakat atau keluarga didefinisikan sebagai penjabaran “Delapan Jalur Pemerataan” dalam Trilogi Pembangunan sejak Repelita III, yang meliputi peluang berusaha dan peluang bekerja sebagai jalur pembuka yang kemudian menentukan jalur tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan layanan kesehatan yang dapat dijangkau.

BPS (2003) yang dikutip oleh Nururrifqi (2007) menentukan tingkat kesejahteraan menyangkut segi-segi yang dapat diukur (measurable well-fare). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah :

1. Pendapatan rumah tangga

2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga 3. Keadaan tempat tinggal

4. Fasilitas tempat tinggal

5. Kesehatan anggota rumah tangga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis 7. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

8. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan 9. Kehidupan beragama

(27)

11 11.Kemudahan dalam melakukan kegiatan olah raga

Tingkat kesejahteraan sosial kemudian dapat diukur dengan melihat pengeluaran rumah tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa, rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan atau aset rumah tangga lainnya. Sedangkan penilaian terhadap tempat tinggalnya sendiri berdasarkan jenis dinding, jenis lantai, jenis atap serta kepemilikan rumah. Untuk menilai kondisi kesehatan dapat dilihat dari kondisi sanitasi serta kondisi air minum, mandi, cuci dan kakus.

Cahyat (2004) mengemukakan bahwa indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga sejahtera antara lain :

1) Pra sejahtera (sangat miskin) yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi satu atau lebih indikator yang meliputi :

a) Indikator ekonomi : makan 2 kali sehari atau lebih sehari, memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas yang berbeda misalnya untuk bekerja, bersekolah dan lain-lain. b) Indikator non ekonomi antara lain melaksanakan ibadah,

kemampuan berobat ke sarana kesehatan dan lain-lain.

2) Keluarga sejahtera I (miskin) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tiidak dapat memenuh salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a) Indikator ekonomi antara lain minimal seminggu sekali keluarga makan daging atau ikan atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru serta luas lantai rumah paling kurang 8m² untuk tiap penghuni.

b) Indikator non ekonomi antara lain ibadah yang teratur, sehat tiga bulan terakhir, memiliki penghasilan tetap, usia 10 - 60 tahun dapat baca tulis huruf latin, usia 6 – 15 tahun bersekolah, keluarga memiliki anak lebih dari 2 orang.

3) Keluarga sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : memiliki tabungan keluarga, makan bersama sambil komunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6 bulan sekali), meningkatkan pengetahuan agama, memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah; serta menggunakan sarana transportasi.

4) Keluarga sejahtera III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator dalam tahapan keluarga sejahtera II, tetapi belum dapat memenuhi beberapa indikator lain, yakni aktif memberikan sumbangan material secara teratur, serta aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.

5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator yang meliputi antara lain aktif memberikan sumbangan material secara teratur, serta aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.

(28)

12

segi salah satunya adalah banyaknya jumlah penduduk yang dapat mengenyam pendidikan. Semakin banyak penduduk yang dapat mengenyam pendidikan maka semakin sejahtera atau semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah dicapainya juga dapat dikatakan semakin sejahtera masyarakat disana. Untuk keadaan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sehat atau tidaknya setiap anggota masyarakat secara medis serta melihat segi kemudahan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan yang ditunjukkan dengan jumlah relatif pusat kesehatan dengan jumlah penduduk yang harus mendapat pelayanan kesehatan.

Perubahan Sosial Budaya

Dinamika dan perkembangan manusia selalu terjadi sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada sekitarnya. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang terus mencari kepuasan dan selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena tuntutan ini, manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan rasional selalu berpikir untuk menghadapi tuntutan-tuntutan ini. Dengan begitu maka perubahan sosial akan terjadi. Lauer (1993) menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah normal dan berkelanjutan, tetapi menuntut arah yang berbeda di berbagai tingkat kehidupan sosial dengan berbagai tingkat kecepatan. Karena keseluruhan aspek kehidupan sosial itu terus menerus berubah. Yang berbeda hanya pada tingkat perubahan yang terjadi.

Pada dasarnya perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin seperti yang dikutip dalam soekanto (1990) adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Pengertian ini menunjuk pada dinamika masyarakat dan reaksinya terhadap lingkungan sosialnya baik menyangkut tentang cara ia hidup, kondisi alam, cara ia berkebudayaan, dinamika kependudukan maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah ia menemukan hal-hal baru dalam kehidupannya.

(29)

13 Adapun Lauer (2001) membagi level analisis perubahan sosial ke dalam 9 tingkatan yang kemudian digambarkan lewat tabel berikut :

Tabel 1 Tingkat analisis perubahan sosial Lauer

Tingkat Analisis Wakil Kawasan Studi Wakil unit-unit studi Global Organisasi internasional,

ketimpangan internasional GNP, data perdagangan Peradaban Lingkaran kehidupan,

(30)

14

Dieter Evers (1980) seperti dikutip oleh Salim (1990) berhasil merekonstruksi berbagai temuan empiris di Asia Tenggara mengenai perubahan sosial. Secara garis besar ada lima konsep utama mengenai teori dasar dinamika perubahan sosial di Asia Tenggara : Teori Ganda Masyarakat, Teori Kemajemukan Masyarakat, Teori Longgarnya Struktur Masyarakat, Teori Involusi dan Teori Industrialisasi atau Modernisasi. Evers memahami perubahan sosial di Asia Tenggara dengan penilaian yang diambil akibat adanya pengaruh dari faktor eksternal atau “pengaruh luar” terhadap sendi-sendi kehidupan internal (unsur produktivitas masyarakat tradisional, sikap mental, kemampuan organisasi, ragam etnik, munurnya sektor ekonomi dan pengaruh modernisasi).

Sektor pariwisata secara cepat atau lambat juga mendorong terjadinya pembangunan hingga industrialisasi atau modernisasi. Pembangunan dapat merubah berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat diantaranya dapat merubah alokasi sumber-sumber ekonomi, proses distribusi manfaat dan proses akumulasi sumberdaya yang pada gilirannya mennyebabkan peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan (Sumodiningrat, 1996). Dalam hal ini pembangungan menjadi fenomena yang kompleks karena membutuhkan interaksi yang baik antara alam, sosial, ekonomi, dan faktor politik. Menurut Kasiyanto (1994) pembangunan merupakan proses perubahan sosial budaya. Baik berdampak positif ataupun negatif, pembangunan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya lewat adanya modernisasi atau industrialisasi.

Proses modernisasi tidak hanya berarti pembangunan infrastruktur, keterbukaan komunikasi dan informasi, tapi berdampak lebih dari itu. Dengan adanya modernisasi juga akan mendorong terjadinya transformasi struktural (dari segi ekonomi) juga transformasi kultural (perubahan perilaku baik sikap, keterampilan dan pengetahuan). Perilaku diartikan sebagai pola tindakan sebagai bentu respon terhadap obyek yang ada disekitar lingkungannya. Perilaku terdiri dari tiga komponen yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Sikap memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dalam menentukan perilaku manusia terhadap sesama dan lingkungan sosialnya. Hal-hal yang berasal dari sikap pada masyarakat yang sudah dilakukan secara terus-menerus bahkan turun-temurun kemudian tumbuh menjadi budaya.

(31)

15 Koentjaraningrat (1977) mengemukakan bahwa orientasi nilai budaya masyarakat yang ditunjukkan oleh persepsinya terhadap masalah kebutuhan dasar dalam hidupnya, sesungguhnya mempengaruhi perilaku seseorang terjadap berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Redfield (1976) mengemukakan bahwa pada masyarakat yang tertutup cenderung menyerahkan hidupnya pada nasib, sehingga terlalu pasrah. Pendapat Redfield merupakan salah satu aspek budaya pada masyarakat dan berpotensi untuk mengalami perubahan sosial budaya.

Menurut Hadi (1995) dalam Yuginta (2009) perubahan yang terjadi dapat meliputi beberapa aspek, antara lain :

1. Cara Hidup (way of life), bagaimana manusia itu hidup, bekerja dan berinteraksi satu dengan yang lainnya

2. Aspek budaya, termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan

3. Komunitas, termasuk di dalamnya struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas mayarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai publik fasilitas oleh masyarakat yang bersangkutan Dampak sosial budaya akan selalu terjadi seiring dengan adanya pembangunan terlebih dalam pengembangan pariwisata karena dampak sosial dan budaya pada umumnya disebabkan adanya interaksi antara dua atau lebih masyarakat dari sistem sosial yang berbeda sehingga berpotensi terjadinya pertukaran budaya atau akulturasi. Dalam hal ini individu dengan sistem sosial yang lebih kompleks akan mempengaruhi individu dengan sistem sosial yang sederhana ataupun sebaliknya seperti yang diutarakan oleh Rachman (1986) seperti yang dikutip dalam Yuginta (2009).

Sikap

Sikap akan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang melalui caranya berperilaku sehari-hari terhadap sesama atau lingkungan. Rakhmat (2001) menjabarkan sikap sebagai kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Selain mempengaruhi perilaku, sikap juga dapat mempengaruhi pandangan atau persepsi individu terhadap suatu masalah yang ada dalam ruang lingkup sosialnya.

Azwar (2005) menyatakan bahwa sikap merupakan korelasi antara ketiga komponen sikap yang saling bertautan pada ranah kognitif, afektif dan konatif pada suatu objek dan kemudian membantu menentukan sikap terhadap objek tersebut. Namun disisi lain, adanya ketidakpuasan terhadap atas penjelasan mengenai inkonsistensi antara ketiga komponen yang membentuk sikap, maka beberapa ilmuan seperti La Piere dan Calhoun seperti dikutip oleh Azwar (2005), mengatakan bahwa dalam menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek perlu untuk adanya pembatasan konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Karena pada akhirnya sikap hanya dilihat sebagai tindakan yang bukan merupakan aspek inti pada individu.

(32)

16

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, serta faktor emosi dalam diri individu. Soebiyanto (1998) menyatakan bahwa karakteristik sosial-ekonomi seperti tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan dan tingkat kemampuan ekonomi mempengaruhi masyarakat desa dalam menanggapi ide atau informasi terhadap suatu hal.

Kerangka Pemikiran

Kegiatan pariwisata sangat besar memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan negara sehingga menjadi salah satu sektor industri yang gencar dikembangkan. Sebagai salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia membuat Indonesia juga memiliki banyak sekali ragam fauna di dalamnya. Hal ini mendorong terbentuknya Taman Safari Indonesia sebagai perpaduan antara wisata alam dengan kebun wisata modern dan kemudian tumbuh menjadi salah satu Objek Daerah Tujuan Wisata di Indonesia khususnya di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Namun dengan berkembangnya pariwisata Taman Safari Indonesia kemudian banyak memberikan dampak bagi masyarakat sekitar baik itu dampak positif maupun negatif.

Berkembangnya TSI di Desa Cibeureum membuat banyak wisatawan datang untuk menikmati keanekaragaman fauna yang terdapat di dalamnya. Hal ini membuat peluang terjadinya interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan semakin tinggi sehingga kemudian dapat memicu perubahan-perubahan sosial budaya dalam aspek-aspek tertentu.

Perkembangan TSI juga berdampak pada masyarakat lokal dari segi ekonomi dengan munculnya peluang-peluang usaha dan juga kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Hal ini berarti akan mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang juga berdampak pada tingkat kesejahteraan entah itu peningkatan atau penurunan. Hal ini merupakan salah satu manfaat pariwisata yang paling umum, yakni meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan kerja dan kesempatan usaha bagi masyarakat lokal.

(33)

17

Keterangan :

: Dianalisis dengan pendekatan kualitatif : Berhubungan

: Berdampak

: Berhubungan namun tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan ialah:

1. Ada perbedaan yang nyata pada tingkat kesejahteraan sebelum dan setelah berkembangnya Taman Safari Indonesia pada masyarakat Desa Cibeureum.

2. Terdapat korelasi antara tingkat kesejahteraan dengan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia

Sikap

 Afektif

 Kognitif

 Konatif Keberadaan Taman Safari

Indonesia

Sosial Budaya

 Pergeseran Nilai Budaya

 Perubahan Gaya Hidup

 Kekuasaan dan Wenangan Pemimpin Informal

 Kohesi Sosial

Tingkat Kesejahteraan

 Pendapatan

 Akses Kesehatan

 Akses Pendidikan

(34)

18

Definisi Operasional

Sikap

Sikap adalah kecenderungan individu dalam menanggapi sesuatu yang terjadi. Sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia adalah kecenderungan individu dalam menanggapi adanya Taman Safari Indonesia di Desa Cibeureum baik dalam memberi pengaruh positif maupun negatif. Pengukuran ini akan dilakukan dengan menggunakan Skala Likert; Sangat Setuju (5), Setuju (4), ragu-ragu (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Yang kemudian digolongkan secara ordinal menjadi :

a) Sikap positif, total skor 55 – 75 b) Sikap netral, total skor 35 – 54 c) Sikap negatif, total skor 15 - 34

Tingkat Kesejahteraan

Hasil kumulatif tingkat kesejahteraan setelah adanya Taman Safari Indonesia memiliki rentang nilai terkecil sebesar 7 dan terbesar sebesar 82 yang didapat dari hasil kumulatif dari pendapatan, akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap pendidikan dan hak kepemilikan

Pendapatan

Pendapatan dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dari penjualan komoditas baik barang atau jasa yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skala ordinal 1 – 10 dimana 1 merupakan penggambaran pendapatan yang sangat rendah dan 10 penggambaran pendapatan yang sangat tinggi

Akses terhadap layanan kesehatan

(35)

19

Akses terhadap pendidikan

Akses terhadap pendidikan adalah kemampuan masyarakat dalam menjangkau layanan pendidikan atau menyekolahkan anaknya setelah berkembangnya TSI yang akan dibandingkan dengan sebelum berkembangnya TSI di Desa Cibeureum. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skala ordinal 1 – 10 dimana 1 merupakan penggambaran akses pendidikan yang sangat sulit dan 10 merupakan penggambaran akses pendidikan yang sangat mudah.

Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan merupakan jumlah aset yang dimiliki dalam rumah tangga salah satunya mencakup fasilitas yang ada dalam rumah tangga mulai dari fasilitas transportasi hingga fasilitas hiburan. Pengukuran ini dilakukan dengan skala nominal dimana setiap angka menggambarkan jumlah aset yang dimiliki.

Kemudian akan diberikan nilai untuk setiap adanya kepemilikan dengan nilai :

a) Sepeda motor bernilai 3 b) Mobil bernilai 3

c) Tanah bernilai 3 d) Televisi bernilai 1 e) Kompor gas bernilai 1 f) Kipas angin bernilai 1

(36)

20

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survey. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan dan pembentukan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia di Desa Cibeureum. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi yang bertujuan untuk memperkuat data penelitian kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena beberapa pertimbangan, diantaranya ialah:

1. Di Desa Cibeureum terdapat lokasi wisata Taman Safari Indonesia yang merupakan taman safari pertama dan terbesar di Indonesia

(37)

21 Tabel 2 Jadwal pelaksanaan penelitian

Kegiatan Febuari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan proposal skripsi

Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data

Penulisan draft skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan laporan skripsi

Teknik Pengambilan Informan dan Responden

(38)

22

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi, kuesioner, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Wawancara mendalam diberikan kepada informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Data sekunder diperoleh baik dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, kantor kecamatan maupun dari instansi-instansi lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(39)

23

GAMBARAN UMUM DESA CIBEUREUM

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, demografi,sosial ekonomi, sarana dan prasarana

Kondisi Geografi dan Demografi

Desa Cibeureum merupakan salah satu desa dari sembilan desa dan satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Desa Cibeureum memiliki luas: 1.128,62 hektar dengan ketinggian 955 meter diatas permukaan laut, dan tinggi curah hujan sebesar 2600/4600 mm/tahun. Letak geografis Desa Cibeureum adalah 06,69087º Lintang Selatan dan 106,9143º Bujur Barat, dengan suhu sekitar 18º C - 22º C. Batas wilayah Desa Cibeureum antara lain: (a) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Cisarua dan Desa Batu Layang; (b) sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tugu Selatan; (c) sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur; (d) sebelah Barat berbatasan dengan Desa Citeko. Sementara itu, jarak kantor desa dengan ibukota Kecamatan Cisarua yaitu 35 Km, Kabupaten Bogor yaitu 46 Km, Provinsi Jawa Barat yaitu 93 Km, dan ibukota negara yaitu 82 Km.

Jumlah penduduk Desa Cibeureum sampai dengan tahun 2013 yang didapat berdasarkan data desa adalah sebanyak 7.866 jiwa laki-laki dan 8.341 jiwa perempuan. Sementara itu, jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Cibeureum sebanyak 4.030 KK.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Cibeureum sebagian besar menganut agama Islam yakni sebanyak 14.212 orang yang kemudian sisanya menganut agama Kristen Protestan yakni sebanyak 166 orang, Katholik sebanyak 66 orang, Buddha sebanyak 13 orang dan Hindu sebanyak 5 orang.

(40)

24

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Presentase (%)

Wiraswasta/Pedagang 1733 26.78

Pegawai Negeri Sipil 927 14.33

Buruh Tani 813 12.56

Pegawai Swasta 751 11.61

Petani 723 11.17

Pertukangan 706 10.91

Jasa/Tenaga Buruh 631 9.75

Pensiunan 184 2.84

TNI/POLRI 3 0.05

Jumlah 6471 100.00

Sumber: Profil Desa Cibeureum 2013 (diolah)

Lokasi Taman Safari Indonesia dan beberapa fasilitas pariwisata lain yang berada di Desa Cibeureum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga. Hal ini dijadikan kesempatan bagi warga untuk membuka usaha. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan banyak sekali warga yang berjualan wortel dan beberapa sayuran lain untuk dibawa ke dalam TSI guna menjadi makanan yang diberikan pengunjung untuk satwa disana. Adanya pedagang sayuran juga diikuti dengan banyaknya warung dan berbagai usaha lainnya yang mayoritas diolah langsung oleh warga Desa Cibeureum.

Desa Cibeureum memiliki masyarakat yang memeluk beragam agama meskipun mayoritas beragama Islam, namun selain sarana beribadah seperti masjid juga tersedia sarana beribadah bagi umat beragama lainnya. Luasnya Desa Cibeureum juga dimanfaatkan dengan baik oleh warga untuk membangun lahan pertanian terutama perkebunan. Pemanfaatan lahan di Desa Cibeureum ini ditunjukkan lewat tabel berikut ini.

Tabel 4 Jumlah pemanfaatan lahan Desa Cibeureum berdasarkan luas lahan

Fungsi Lahan Luas (Ha)

Sumber: Profil Desa Cibeureum 2013 (diolah)

(41)

25 sebanyak 1 buah, Balai Pengobatan/Klinik sebanyak 5 buah, Posyandu sebanyak 14 buah, Pos KB Desa sebanyak 10 buah, serta adanya seorang dokter umum, seorang bidan desa, dua orang petugas gizi keliling, dan sembilan orang dukun bayi terlatih.

Pemanfaatan lahan juga dilakukan untuk akses jalan Desa Cibeureum yakni sepanjang 3 Km dimanfaatkan menjadi jalan lingkup Kabupaten, 7 Km merupakan jalan desa yang beraspal, 4 Km merupakan jalan desa yang diperkeras, 2 Km merupakan jalan desa berupa tanah, dan 3 Km dimanfaatkan menjadi gorong-gorong.

(42)

26

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SEKITAR

TAMAN SAFARI INDONESIA

Pembahasan ini menjelaskan perubahan sosial budaya akibat keberadaan Taman Safari Indonesia. Banyaknya turis yang datang berpotensi mendorong terjadinya akulturasi atau pertukaran budaya dengan masyarakat lokal, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara penduduk sekitar dengan turis. Pada pembahasan ini perubahan sosial budaya akan dilihat dari aspek gaya hidup, nilai budaya, kekuasaan dan wewenang pemimpin informal, dan kohesi sosial.

Gaya Hidup

Gaya hidup (Lifestyle) adalah cara khas kehidupan seseorang, kelompok, atau budaya. Gaya hidup biasanya mencerminkan sikap individu, nilai-nilai atau pandangan terhadap dunia. Keberadaan Taman Safari indonesia (TSI) menyebabkan adanya perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan tersebut ditandai dengan berbagai macam aspek mulai dari banyaknya kepemilikan handphone, cara berpakaian, pola hidup, dan bangunan rumah serta berubahnya pola penggunaan lahan.

Kehidupan di Desa Cibeureum dijalani masyarakatnya dengan suasana yang sangat akrab dan hangat satu sama lain. Layaknya desa-desa lain di Indonesia, cara berkomunikasi sering kali dilakukan dengan bicara tatap muka antar warga. Hal ini yang membuat suasana keakraban di Desa Cibeureum terlihat begitu nyata. Selain itu gaya berpakaian warga Desa Cibeureum masih seperti layaknya warga desa di Indonesia yakni menggunakan sarung ketika malam hari khususnya pada kaum pria, kaum wanita menggunakan pakaian yang menutupi aurat, jarang sekali ada yang menggunakan celana pendek dan kaus berbahan tipis sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Namun seiring dengan berkembangnya TSI dan secara langsung juga meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan warga desa membuat kemudian warga memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan primernya. Ditambah dengan terjadinya akulturasi dengan turis maupun pendatang di Desa Cibeureum membuat warga mengalami modernisasi sehingga kini mulai banyak warga yang mampu membeli alat elektronik mulai dari TV, kipas angin, motor dan juga alat komunikasi seperti telepon dan handphone.

Masyarakat Cibeureum kini sudah banyak yang memiliki handphone mulai dari remaja hingga orang tua. Hal ini menggantikan kebiasaan berkomunikasi tatap muka dengan berkomunikasi menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam. Terutama pada remaja, hal ini membuat kebiasaan bergaul mereka mulai berubah sehingga kini jarang bermain dengan teman sebayanya karena terlalu asik dengan telepon genggamnya. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran para orang tua karena pergaulan yang tidak bisa dikontrol terutama dari hal-hal yang berbau pornografi.

(43)

27 kemudian membuat cara berpakaian dan pola hidup masyarakat mulai berubah. Kini anak-anak dan terutama para remaja mulai merubah cara berpakaian mereka dengan meniru gaya berpakaian yang dinilai mengikuti zaman, meski cara berpakaian yang ditiru tidak keluar dari norma-norma adat yang ada. Seperti apa yang dikatakan oleh salah satu informan mengenai perubahan gaya hidup dibawah ini.

Kalau masalah pergaulan remaja disini tergantung dengan siapa mereka bergaul. Namanya kita orang tua kan tidak bisa terus-terusan memantau pergaulan mereka ya dek. Kalau bergaul dengan anak-anak yang tidak benar ya pasti ikut juga ke pergaulan seperti itu. Orang tua juga pasti cemas kan kalau anak kita ikut-ikutan ke pergaulan tidak baik.(D, 40 tahun)

Hal yang senada juga disampaikan oleh informan yang bekerja untuk kantor desa mengenai perubahan gaya hidup terutama mengenai perubahan gaya berpakaian yang terpengaruh dari banyaknya turis yang datang.

Banyaknya turis yang datang mengunjungi desa khususnya menuju TSI saya akui sedikit banyak merubah gaya hidup warga. Misalnya dengan banyak melihat turis yang menggunakan baju bagus dan membawa handphone yang bagus lalu merangsang warga untuk menirunya. Kemudian karena memang sudah mampu ya banyak yang membeli BB lalu banyak yang meniru gaya berpakaian turis-turisnya semisal pakai celana pendek kemana-mana terutama anak-anak cewe. Hal ini juga merangsang warga untuk membeli mobil atau motor. Hal seperti ini kan tidak bisa kita atur, tapi untungnya masih tidak terlalu mengganggu warga lah, ya masih bisa ditolerir dengan nilai-nilai setempat.(SH, 40 Tahun)

(44)

28

huni juga karena terbantu dari adanya Safari. Penghasilan bertambah karena sudah punya kerjaan belum lagi kalau ada bantuan dari pihak

Safari.” (AD, 62 Tahun)

Bentuk kamar mandi juga mengalami perubahan sesudah adanya TSI. Dimana dulu kebanyakan masih berupa sumur bahkan letak kamar mandi yang tidak berada di dalam rumah, setelah adanya Taman Safari Indonesia kini hampir seluruh warga memiliki kamar mandi di dalam rumahnya dan kebanyakan menggunakan pompa sumur sehingga tidak perlu menimba air lagi saat akan mandi. Hal ini digambarkan oleh informan sebagai berikut :

”Kamar mandi sekarang sudah enak de kebanyakan pake pompa sumur jadi kalau mau pake air ya tinggal buka keran aja. Kalau dulu sih mau mandi harus nimba air dulu di sumur, ya kalau males sih tinggal ke kali (sungai) aja tuh yang diatas. Belum lagi kalau dulu ga semua rumah ada kamar mandinya, jadi ada yang kamar mandinya dibelakang rumahnya. Air langsung ngalir ke sawah. Sekarang sih semua warga sini kalo mandi di dalem rumah semua.” (AD, 62 Tahun)

Beralihnya pola penggunaan lahan dimana yang dulu lahan digunakan untuk bertani atau sebagai tempat ternak terutama sapi dan ayam juga kini berubah fungsi menjadi rumah atau villa yang disewakan bagi para wisatawan. Beberapa lahan kini juga bukan lagi menjadi milik warga Desa Cibeureum dikarenakan sudah dijual kepada pihak luar desa. Hal ini menyebabkan semakin padatnya rumah-rumah di lingkungan desa serta semakin membaiknya akses jalan di Desa Cibeureum terutama jalan menuju lokasi Taman Safari Indonesia. Hal ini disampaikan sebagai berikut :

“Dulu disekitar sini belum padat rumah kaya sekarang. Perkebunan masih luas, jalanan juga boro-boro kaya begini. Saya juga pindah ke sini karena di kampung yang lama tidak bisa pelihara sapi. Kan kalo sapi bau ya kandangnya, kalo deket sama tempat tinggal, baunya mengganggu. Makanya saya dan beberapa warga yang memang piara sapi pindah kesini. Lama kelamaan dibangun rumah yang tujuannya buat tempat istirahat lah, terus berkembang sampe kaya gini deh. Kalo sekarang adek liat sendiri kebun juga sedikit, kebanyakan sudah jadi villa yang dibeli orang Jakarta. Beberapa villa emang masih ada yang punya warga sih,

tapi sedikit lah dibanding punya pendatang.” (Y, 42 Tahun)

(45)

29 dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1977) bahwa orientasi nilai budaya masyarakat yang ditunjukkan oleh persepsinya terhadap masalah kebutuhan dasar dalam hidupnya, sesungguhnya mempengaruhi perilaku seseorang terjadap berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya.

Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya adalah nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Koentjaraningrat (2002) melihat sistem nilai budaya sebagai tingkat paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Sehingga nilai budaya ini berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma dimana semuanya berpedoman kepada sistem nilai budaya itu sendiri.

Layaknya masyarakat desa pada umumnya, warga Desa Cibeureum memiliki nilai budaya dan norma-norma yang berlandaskan identitasnya sebagai masyarakat Sunda. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Sunda ketika berinteraksi dengan sesama warga namun saat berinteraksi dengan pendatang biasanya menggunakan bahasa Indonesia. Perubahan nilai budaya yang ada terpengaruh dari berkembangnya Taman Safari Indonesia (TSI) karena banyaknya turis yang datang sehingga mendorong terjadinya akulturasi budaya. Seperti yang dikatakan oleh Prayogi (2011) dalam Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, pengembangan pariwisata akan menyebabkan memudarnya nilai-nilai lokal pada masyarakat namun berbeda dengan apa yang terjadi di Desa Cibeureum. Nilai dan norma-norma sosial masih dipegang teguh oleh masyarakat Desa Cibeureum sehingga masuknya nilai dan kebiasaan baru tidak menutupi nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 1  Tingkat analisis perubahan sosial Lauer
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 2  Jadwal pelaksanaan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah yang terdiri dari: sektor pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto

Saat ini sektor pariwisata di Indonesia belum berjalan secara optimal padahal aspek ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan devisa negara, pendapatan masyarakat,

Kajian tiga aspek dampak tersebut diantaranya mengacu pada aspek kondisi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik kawasan pariwisata

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah (Winanda, 2010).Untuk melihat keuntungan

“ Kontribusi Retribusi Sektor Pariwisata dan Kebudayaan Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat.” Penyusunan tugas akhir ini bertujuan

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah (Winanda, 2010).Untuk melihat keuntungan

Peningkatan output daerah berpengaruh dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan sektor yang paling banyak menikmati manfaatnya adalah sektor industri naik 3,37 persen, kemudian

Pengeluaran keluarga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan aan kesejahteraan penduduk (BPS 2007). Gambaran kesejahteraan penduduk sangat berkorelasi dengan