• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Pengasuhan Ibu, Kekerasan di Rumah dan Perilaku Bullying Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Pengasuhan Ibu, Kekerasan di Rumah dan Perilaku Bullying Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN IBU, KEKERASAN DI

RUMAH DAN PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH

TERHADAP

SELF ESTEEM

ANAK SEKOLAH DASAR

ANDRIANSYAH ADHA PRATAMA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Gaya Pengasuhan, Ibu, Kekerasan di Rmah dan Perilaku Bullying di Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(3)

RINGKASAN

ANDRIANSYAH ADHA PRATAMA. Pengaruh Gaya Pengasuhan Ibu, Kekerasan di Rumah dan Perilaku Bullying Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan DWI HASTUTI

Self esteem merupakan salah satu kemampuan sosial emosional anak yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten. Lingkungan keluarga dan sekolah menjadi bagian yang penting dalam pembentukan self esteem anak. Fenomena kekerasan di rumah dan bullying di sekolah menjadi sebuah masalah yang harus segera diselesaikan, karena dapat menghambat perkembangan anak.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan ibu dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak sekolah dasar. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga, gaya pengasuhan ibu, kekerasan dirumah, perilaku bullying di sekolah dan self esteem anak, serta menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi self esteem anak.

Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan pada bulan April 2014 dan bertempat di 3 sekolah dasar negeri yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur yang dipilih secara acak. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Setelah itu masing-masing kelompok dipilih secara acak sebanyak 50 siswa, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 100 siswa. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik pelaporan diri (self report).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel gaya pengasuhan authoritarian ibu dan variabel korban bullying di sekolah memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap self esteem anak. Ini berarti bahwa semakin authoritarian ibu mengasuh anak dan semakin sering anak menjadi korban bullying, maka self esteem anak akan semakin rendah.

(4)

SUMMARY

ANDRIANSYAH ADHA PRATAMA. Influence of Mother Parenting Style, Domestic Violence and Bullying at School Againt Self Esteem of Child Elementary School. Suvervised by DIAH KRISNATUTI and DWI HASTUTI

Self esteem is one of the emotional and social skills that children need to be developed to produce qualified and competent human. Family environment and the school became an important part in the formation of children's self esteem. The phenomenon of domestic violence and bullying at school becomes an issue that must be resolved, because it can inhibit the child's development.

In general the study is to analyze the influence of the style of parenting mother and bullying behavior in school against self esteem the son of elementary school.As for the special purpose of this research is analyzed the relationship between characteristic of a child and family, a style of parenting mother, violence at home, a bullying behavior in school children, and self esteem and analyzing factors yangmempengaruhi self esteem child.

It was a cross sectional study design which was conducted in april 2014 and takes place at 3 of public elementary school who was in ciracas sub-district, East Jakarta and it’s randomly selected. Sample of this research is a student 4th and 5 th grade and grouped based on gender. After that each of a group of randomly selected as many as 50 students, so the total sample in this research is 100 students. The kind of data in this research is the primary data collected using a questionnaire with the technique of reporting self.

This research result indicates that variable authoritarian parenting style of mother and the variables of bullying victim in school giving negative influence and significantly to self esteem child. This means that the more authoritarian mother nursing child and are increasingly frequent the son to be the victim of bullying, and children will be more low self esteem.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN IBU, KEKERASAN DI

RUMAH DAN PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH

TERHADAP

SELF ESTEEM

ANAK SEKOLAH DASAR

ANDRIANSYAH ADHA PRATAMA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains

pada

Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Pengaruh Gaya Pengasuhan Ibu, Kekerasan di Rumah dan Perilaku Bullying Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar

Nama : Andriansyah Adha Pratama

NRP : I251100041

Program Studi : Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Diah K Pranadji, M.S. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Keluarga dan

Perkembangan Anak

Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Agr

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur atas kehadirat Allat SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2014 ini adalah self esteem, dengan judul Pengaruh Gaya Pengasuhan Ibu, Kekerasan di Rumah dan Perilaku Bullying Sekolah terhadap Self Esteem Anak Sekolah Dasar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Diah Krisnatuti, MS dan Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, Msi selaku penguji luar komisi dan Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak yang telah memberikan saran dan masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(10)
(11)

i

Manfaat Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga

Teori Keluarga Struktural Fungsional 6

Teori Ekologi 6

Gaya Pengasuhan 7

Bullying 8

Self Esteem 9

3 KERANGKA PEMIKIRAN 10

4 METODE PENELITIAN 13

Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian 13

Penarikan Sampel 13

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 14

Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 16

5 DAMPAK GAYA PENGASUHAN IBU DAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH PADA SELF ESTEEM ANAK SEKOLAH DASAR

18

Abstrak 18

Abstract. 18

Pendahuluan 19

Tujuan Penelitian 20

Manfaat Penelitian 20

Metode Penelitian 21

Hasil 22

Pembahasan 27

Simpulan dan Saran 29

Daftar Pustaka 30

6 HUBUNGAN GAYA PENGASUHAN IBU, KEKERASAN DI RUMAH DAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK SEKOLAH DASAR

31

Abstrak 31

Abstract. 31

Pendahuluan 32

Tujuan Penelitian 33

Manfaat Penelitian 33

Metode Penelitian 33

Hasil 34

Pembahasan 40

(12)

ii 2. Hasil uji reliabilitas kuesioner gaya pengasuhan, kekerasan di rumah,

bullying di sekolah dan self esteem

14 3 Rata-rata karakteristik keluarga berdasarkan jenis kelamin anak 22 4 Sebaran responden menurut status bekerja ibu berdasarkan jenis kelamin

responden

23 5 Rata-rata gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin responden 23 6 Sebaran gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin anak 23 7 Rata-rata skor perilaku bullying di sekolah 24 8 Sebaran anak berdasarkan jenis korban bullying di sekolah dan jenis

kelamin

24 9 Sebaran anak berdasarkan jenis pelaku bullying di sekolah dan jenis

kelamin

25 10 Sebaran anak menurut tingkat self esteem dan rata- rata skor self esteem

anak berdasarkan jenis kelamin

25 11 Koefisien korelasi antara gaya pengasuhan dengan self esteem anak 25 12. Koefisien korelasi antara perilaku bullying di sekolah dengan self

esteem anak

26 13. Hasil analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi

self esteem anak

27 14. Rata-rata karakteristik keluarga berdasarkan jenis kelamin anak 34 15. Sebaran responden menurut status bekerja ibu berdasarkan jenis kelamin

responden

35 16. Rata-rata gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin responden 35 17. Sebaran gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin anak 36 18. Rata-rata skor kekerasan di rumah berdasarkan jenis kelamin anak 36 19. Sebaran anak berdasarkan jenis kekerasan di rumah dan jenis kelamin

anak

36 20. Sebaran anak berdasarkan tingkat kekerasan di rumah dan jenis kelamin

anak

37 21. Rata-rata skor perilaku bullying di sekolah 37 22. Sebaran anak berdasarkan peran bullying di sekolah dan jenis kelamin 38 23. Sebaran anak berdasarkan tingkat peran bullying dan jenis kelamin 38 24. Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan kekerasan di

rumah berdasarkan jenis kelamin

(13)

iii rumah berdasarkan jenis kelamin

26. Koefisien korelasi antara kekerasan di rumah dengan korban bullying di sekolah berdasarkan jenis kelamin

39

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya pengasuhan, kekerasan di rumah, dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak Sekolah Dasar

12

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di abad 21 ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan-tantangan yang semakin lama semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena perkembangan di berbagai bidang kehidupan semakin hari semakin pesat, sehingga kita dihadapkan pada situasi yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Selain itu persaingan di dalam kehidupan juga terus meningkat yang disebabkan karena bertambahnya populasi manusia secara signifikan. Untuk dapat bertahan di tengah-tengah tantangan tersebut, maka bangsa Indonesia mutlak memiliki generasi penerus yang berkualitas dan kompeten. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat bahwa 27,3 juta jiwa penduduk indonesia merupakan anak-anak usia sekolah dasar. Jumlah ini tentu bukanlah jumlah yang sedikit, akan tetapi jumlah ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak berkualitas.

Goleman (1995) menekankan bahwa keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan emosionalnya dibandingkan dengan kemampuan intelektual. Dengan demikian pengembangan aspek kepribadian seorang anak seharusnya menjadi prioritas utama dalam pembentukan generasi penerus yang berkualitas dan kompeten. Salah satu kemampuan sosial emosional anak yang perlu dikembangkan sehingga ia memiliki modal untuk menjadi manusia yang berkualitas dan kompeten adalah self esteem.

Menurut Santrock (2007) self esteem merupakan penilaian umum terhadap dirinya sendiri tentang penghargaan yang diekspresikan di dalam sikap individu terhadap dirinya sendiri. Sementara itu Blascovic dan Tomaka dalam John dan McArthur (2004) menambahkan bahwa self esteem tidak hanya sebatas bagaimana individu menilai dirinya tetapi juga merupakan nilai-nilai individu, persetujuan, penghargaan, hadiah atau rasa suka terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian self esteem merupakan penilaian diri mengenai dirinya sendiri baik secara positif maupun negatif. Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self esteem, diantaranya : 1) penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifikan; 2) kelas sosial dan kesuksesan; 3) nilai dan inspirasi individu dalam menginterpretasi pengalaman. dan 4) cara individu dalam menghadapi devaluasi. Dengan kata lain self esteem dalam perkembangannya terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungannya dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.

(16)

mengungkapkan bahwa umumnya orang tua di negara-negara Asia mengasuh anaknya dengan gaya authoritarian/otoriter, dimana orang tua memegang kendali atas anaknya dan anak adalah pihak yang harus taat terhadap semua perkataan orang tua.

Menurut Baumrind (1966) dalam Parrillo (2008) dalam gaya pengasuhan authoritarian, orang tua merupakan pihak yang benar dan tidak dapat dibantah. Dengan demikian anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan authoritarian bisa menjadi anak yang pemarah dan agresif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Mulyati (2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pola asuh otoriter. Sementara itu terkait hubungannya dengan self esteem, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Deshpande dan Chhabriya (2013) menunjukkan bahwa orang tua yang mengasuh anaknya dengan kasih sayang berhubungan positif dengan self esteem remaja. Hasil senada juga ditunjukkan oleh penelitian Martinez, Garcia dan Yubero (2007) bahwa self esteem remaja yang diasuh dengan gaya authoritative lebih tinggi daripada remaja yang diasuh dengan gaya authoritarian and neglectful.

Selain keluarga, sekolah juga merupakan lingkungan mikrosistem bagi anak usia sekolah. Menurut Papalia et al. (2004) bahwa pada tahun-tahun pertengahan masa anak-anak (usia 6 – 11 tahun) merupakan titik penting perkembangan fisik, kognitif dan psikososial karena anak pada usia tersebut memasuki masa sekolah dan akan berinteraksi dengan kelompok teman sebaya yang akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Sementara itu menururt Erikson (1982) masa sekolah merupakan masa yang penting dalam pembentukan kepercayaan diri. Menurut Myers, Willise dan Villalba (2011) rasa percaya diri setiap individu dapat bervariasi dalam lingkungan yang berbeda. Penilaian dari lingkungan sekitar saat seseorang berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi penilaian diri orang tersebut, sehingga positif atau negatifnya penilaian diri seseorang sangat tergantung penilaian dari lingkungan.

Centi (1995) menambahkan bahwa dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan akan memberi rasa nyaman. Dengan memiliki rasa nyaman tersebut, maka anak secara otomatis akan memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki self esteem positif memiliki penerimaan dan penghormatan terhadap diri sendiri yang baik. Dengan kondisi seperti ini tentunya anak akan mampu membina hubungan yang baik dengan temannya dan menjaga hubungan tersebut agar tidak melukai perasaan maupun fisik temannya. Sebaliknya anak dengan self esteem yang negatif akan memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, sehingga hal tersebut akan membuat anak mengalami masalah dalam interaksi sosial, merasa tidak diterima dan merasa memiliki kekurangan secara fisik. Hal ini akan mengakibatkan anak mudah tersinggung dan marah. Dan pada akhirnya anak tersebut akan melakukan perbuatan yang dapat menyakiti temannya baik secara fisik maupun psikis.

(17)

beberapa negara tercatat bahwa bullying di tingkat sekolah dasar lebih tinggi dari pada di tingkat sekolah menengah (Dake et al, 2003).

Di Indonesia hal serupa juga terjadi. Data KPAI (komisi Perlindungan Anak Indonesia) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 jumlah pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 40.398.625 kasus. Jumlah itu melonjak drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.447.921 kasus.. Dari seluruh prilaku bullying terhadap anak, presentase terbesar yaitu 18% terjadi di rumah dan 11,3% dilakukan oleh guru di sekolah. Sementara itu data dari forum Penanganan Korban Bullying Perempuan dan Anak (FPK2PA) Provinsi DIY di tahun 2011 menunjukkan bahwa dari total 367 kasus, 140 kasus merupakan perilaku bullying terhadap anak. Kondisi ini tentu meresahkan kita karena korbannya adalah generasi muda. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Spade (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara perilaku bullying dan self esteem. Artinya semakin tinggi perilaku bullying terhadap anak, maka akan semakin rendah self esteem anak tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis bermakud untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh gaya pengasuhan terhadap perilaku bullying pada anak dan self esteem anak.

Perumusan Masalah

Papalia et al. (2004) menyatakan bahwa pada tahun-tahun pertengahan masa anak-anak (usia 6 – 11 tahun) merupakan titik penting perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Menurut Bronfenbrenner (1979) keluarga dan sekolah merupakan lingkungan mikrosistem yang langsung mempengaruhi anak. Oleh karena itu di Indonesia diberlakukan UU RI no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Undang-undang ini mengatur tentang hak dan kewajiban bagi anak, sehingga dengan adanya undang-undang ini harapannya anak-anak mendapatkan dukungan yang baik dalam proses tumbuh dan berkembang. Adapun yang dimaksud dengan anak dalam Undang-undang ini adalah seseorang yang berada dalam kandungan sampai usia 18 tahun.

Keluarga adalah tempat yang pertama dan utama dalam mengasuh anak. Sehingga kualitas anak sangat tergantung dari pengasuhan orang tuanya. Berdasarkan Baumrind (1966) dalam Parrillo (2008) , gaya pengasuhan yang terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah gaya pengasuhan authoritative, yaitu orang tua memegang kendali atas anaknya namun dengan memperhatikan perasaan dan keinginan anak, sehingga pendapat anak didengar dan menjadi masukan bagi orang tuanya dalam menetapkan aturan. Sementara itu Chao dan Tseng (2002) mengungkapkan bahwa umumnya orang tua di negara-negara Asia mengasuh anaknya dengan gaya authoritarian/otoriter, dimana orang tua memegang kendali atas anaknya dan anak adalah pihak yang harus taat terhadap semua perkataan orang tua. Menurut Baumrind (1966) dalam Parrillo (2008) menyatakan bahwa dalam gaya pengasuhan authoritarian, orang tua merupakan pihak yang benar dan tidak dapat dibantah.

(18)

mencatat bahwa sebagian besar pelaku bullying terhadap anak adalah orangtua, guru dan teman sebaya. Menurut Coopersmith (1967) penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifikan dapat meningkatkan self esteem anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Widiharto, Sandjaja dan Eriany terhadap 73 siswa laki-laki kelas 5 di SDN 03, 04 dan 05 Sendangmulyo yang pernah mendapatkan tindakan bullying menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang negatif dan sangat signifikan antara self esteem anak dan perilaku bullying terhadap anak. Sementara itu salah satu kasus kematian akibat bullying verbal adalah kasus Fifi Kusrini (13) pada tanggal 15 Juli 2005. Siswi SMP ini bunuh diri karena minder dan frustasi akibat sering diejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-temannya. Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa ia memiliki penilaian diri yang negatif tentang dirinya sebagai dampak dari ejekan – ejekan yang dilontarkan teman – temannya. Menurut Coopersmith (1967) wanita memiliki self esteem yang lebih rendah dari laki-laki, seperti merasa kurang mampu dan merasa harus dilindungi.

Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan akan memberi rasa nyaman pada anak (Centi, 1995). Sebaliknya, kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan dikarenakan adanya bullying terhadap anak dapat menimbulkan rasa self esteem yang rendah. Berdasarkan uraian di atas, terdapat tiga pertanyaan yang ingin ditemukan jawabannya melalui penelitian ini, yaitu : 1) Apakah gaya pengasuhan orangtua mempengaruhi tingkat bullying terhadap anak berdasarkan jenis kelamin?; 2) Apakah gaya pengasuhan orangtua mempengaruhi self esteem anak berdasarkan jenis kelamin; dan 3) Apakah bullying terhadap anak akan mempengaruhi self esteem anak berdasarkan jenis kelamin?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gaya pengasuhan ibu, kekerasan di rumah dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan orang tua dan kekerasan di rumah

2. Menganalisis hubungan karakteristik anak dengan kekerasan di rumah dan perilaku bullying sekolah

3. Menganalisis hubungan kekerasan di rumah dan perilaku bullying sekolah 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem anak

(19)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak terkait, yaitu orangtua dan guru. Bagi orang tua, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai gaya pengasuhan yang dapat meningkatkan self esteem anak. Gaya pengasuhan orang tua saat ini dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tuanya terdahulu, sehingga jika ia mendapatkan gaya pengasuhan yang salah ia harus merubahnya agar tidak melakukan kesalahan tersebut kembali. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik, yang mampu meningkatkan self esteem anak serta mampu membantu mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki oleh anak didik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru untuk senantiasa peduli terhadap perilaku – perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa terhadap temannya Akan tetapi untuk dapat merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan atau sesuatu yang dianggap wajar karena sering terjadi diperlukan dukungan dan kekuasaan yang kuat, salah satu dukungan yang diharapkan adalah dukungan dari pemerintah. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan program, baik program bagi sistem keluarga maupun program bagi sistem sekolah. program tersebut diperuntukkan bagi yang akan menjadi orang tua maupun yang sudah menjadi orang tua. Sementara itu program bagi sistem sekolah berguna untuk meningkatkan kualitas guru serta menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan benar-benar menjadi tempat pengembangan potensi anak. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan terutama ilmu keluarga dan perkembangan anak, serta dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan penelitian sejenis berikutnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

(20)

Teori Keluarga Struktural Fungsional

Menurut Strong dan DeVault (1979) teori struktural fungsional merupakan teori utama yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana sebuah keluarga dapat berhasil, dan menjelaskan bagaimana interaksi antar anggota keluarga serta interaksi keluarga dengan masyarakat luas. Teori ini berusaha untuk menemukan tujuan struktur sosial yang ada dan menemukan bagaimana tujuan tersebut dicapai. Teori struktural fungsional lebih sering menekankan pada struktur daripada proses. Inilah hal mendasar yang membedakan teori keluarga struktural fungsional dengan teori-teori keluarga yang lain. Asumsi dari teori keluarga struktural fungsional adalah dimana tujuan keluarga merupakan sarana untuk memenuhi peran tertentu dalam rangka menjaga masyarakat sebagai suatu fungsi yang lancar secara keseluruhan (Newman & Grauerholz 2002). Menurut teori ini, ada dua fungsi yang dikaji dalam keluarga, yaitu fungsi keluarga untuk masyarakat, serta fungsi dari subsistem (anggota keluarga) untuk keluarga dan untuk subsistemnya sendiri. Menurut Suhendi dan Wahyu (2001) Fungsi tersebut dapat dilihat satu sama lain melalui suatu hubungan sosial. Pendekatan teori struktural fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Dimana keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat (Megawangi, 1999).

Teori Ekologi

Berdasarkan teori ekologi keluarga yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (1979) bahwa anak dapat mempengaruhi orangtua dan lingkungannya, begitu pula sebaliknya. Perkembangan anak terjadi pada lapisan lingkungan yang berjenjang dan kompleks, di mana jika terjadi sebuah perubahan kecil di salah satu lapisan lingkungan, maka hal tersebut akan mempengaruhi lapisan lingkungan yang lain. Berdasarkan teori ini jelas terlihat bahwa perkembangan anak bukan hanya ditentukan oleh lingkungan keluarga saja namun juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang lebih besar. Dengan demikian meskipun di dalam lingkungan keluarga pengasuhan sudah dilakukan secara ideal namun kondisi lingkungan justru sebaliknya, maka perkembangan anak dapat menuju arah yang tidak diharapkan orangtuanya. Jika demikian kondisinya, maka orangtua harus dapat merubah lingkungannya, atau mencari lingkungan baru yang lebih kondusif.

Menurut Bronfenbrenner (1979) lapisan lingkungan yang terdekat dengan anak dan langsung mempengaruhi anak disebut dengan lapisan mikrosistem. Bagi anak usia sekolah setidaknya ada dua lingkungan mikrosistem yang langsung mempengaruhi perkembangan anak yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Lapisan mikrosistem ini berkembang sesuai dengan usia anak. Dengan bertambahnya jumlah mikrosistem dalam kehidupan anak, maka akan interaksi timbal balik antara anak dan lingkungan akan semakin meningkatkan.

(21)

2000), keadaan sosial-ekonomi (McLyod & Wilson 1991), dan jumlah anak (Becker 1991)

Gaya Pengasuhan

Menurut Hoghughi (2004) pengasuhan merupakan aktivitas yang ditujukan untuk memastikan perkembangan dan ketahanan anak. Sementara itu Brooks (2001) mengngkapkan bahwa pengasuhan adalah proses interaksi antara orang tua dan anak dengan mengacu kepada perkembangan anak. Menurut Kordi dan Baharudin (2010) Gaya pengasuhan merupakan standar strategi orang tua yang terbentuk secara psikologis dalam membesarkan anak mereka. Gaya pengasuhan merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak (Shears et al. 2008).

Menurut Baumrind (1967) gaya pengasuhan dapat diidentifikasi dalam empat dimensi penting, yaitu strategi pendisiplinan, kehangatan dan perawatan, gaya komunikasi, serta harapan terhadap kedewasaan dan kontrol. Dari keempat dimensi tersebut maka Baumrind membagi gaya pengasuhan menjadi tiga tipe, yaitu authoritative (menekankan pada tuntutan yang beralasan), authoritarian (menuntut kepatuhan/otoriter), dan permissive (menuruti keinginan anak).

Menurut Timpano et al. (2010) gaya pengasuhan authoritative merupakan gaya pengasuhan dengan tingkat kehangatan dan pendisiplinan yang tinggi. Dengan gaya pengasuhan ini, Orang tua memberikan peraturan dengan penjelasan logis serta mengutamakan kehangatan di dalam praktek pengasuhan. Selain itu, orang tua membuka ruang pendapat bagi anak mengenai peraturan yang berlaku sebagai masukan meskipun pendapat anak tersebut bertentangan dengan keinginan mereka. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan authoritative akan terhindar dari perbuatan kriminal, memiliki kompetensi sosial yang baik, memiliki tujuan (Okorodudu 2010), serta memiliki kepercayaan dan kesadaran diri yang tinggi (Kordi & Baharudin 2010). Selain itu, mereka memiliki tingkat kebahagiaan dan kemampuan yang tinggi serta sukses (Maccoby 1992).

Timpano et al. (2010) mengungkapkan bahwa gaya pengasuhan authoritarian merupakan gaya pengasuhan dengan tingkat kehangatan antara orang tua dan anak yang rendah namun dengan tingkat pendisiplinan yang tinggi. Dengan gaya pengasuhan ini orang tua biasanya menerapkan peraturan tanpa kompromi dengan anak, mereka tidak menjelaskan mengapa peraturan tersebut ditetapkan Orang tua juga kaku terhadap nilai-nilai peraturan dan kurang kasih sayang Dengan kata lain orang tua menuntut kepatuhan dari anak. Menurut Baumrind (1991) jika anak tidak mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan maka anak akan mendapatkan hukuman. Umumnya anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan authoritarian akan memiliki kemampuan sosial yang rendah (Zhou et al. 2004) dan kepercayaan diri yang rendah. Selain itu, mereka lebih mudah cemas, memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah (Baumrind 1991) sehingga mudah pula terkena depresi (Rothrauff, Cooney, & An 2009).

(22)

menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan permissive cenderung untuk melakukan tindakan kriminal ketika remaja (Okorodudu 2010) dan lebih agresif (Underwood, Beron, Rosen 2009). Selain itu, dikarenakan sikap orang tua yang mengikuti keinginan anak dan rendahnya pendisiplinan maka anak yang diasuh secara permissive cenderung untuk menjadi anak dengan tingkat disiplin dan tanggung jawab yang rendah.

Bullying

Definisi

Menurut Olweus (1993) bullying mengandung tiga unsur perilaku mendasar, yaitu: agresif dan bersifat negatif; dilakukan secara berulang kali; adanya ketidakseimbangankekuatan antara pihak yang terlibat. Sama halnya dengan pendapat Papalia et al. (2004) yang menyatakan bahwa bullying merupakan perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan berulang untuk menyerang target atau korban, dimana korban umumnya adalah orang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Hal senada juga disampaikan oleh Coloroso (2007) yang menyatakan bullying merupakan aktivitas sadar, disengaja dan bertujuan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi, dan menciptakan teror yang dilandasi oleh ketidakseimbangan kekuatan.

Hurlock (1993) menyebutkan bahwa korban dari intimidasi merupakan sekelompok target yang menjadi reaksi berulang dimana ia memiliki kekuatan dan kebanggaan yang kurang dibandingkan orang-orang yang melakukan agreisiksi terhadapnya. Rice dan Dolgin (2008) menambahkan bahwa perilaku bullying merupakan perilaku agresif dengan kecenderungan menyakiti orang lain yang biasanya berulang lagi. Yayasan Sejiwa (2008) menjelaskan bahwa bullying dapat dilakukan secara fisik, verbal dan psikologis. Demikian halnya yang dikemukakan oleh Berns (2004) bahwa bullying merupakan tindakan yang biasa dilakukan seperti mengancam, mengganggu, memanggil dengan istilah, wajah atau bahasa tubuh yang menandakan tidak suka atau mengejek, memukul, menendang, mencubit, dan penganiayaan fisik lainnya, dimana korbannya senantiasa mendapat perlakuan yang dapat dilihat dan diulang dalam waktu yang lama.

Bentuk-bentuk bullying

(23)

pelatihan guru dalam merespon perilaku siswa yang tidak kooperatif; 3) kesalahan guru dalam menggunakan strategi pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan perilaku negatif yang agresif yang dilakukan secara fisik, verbal dan non verbal serta dilakukan secara berulang-ulang.dari waktu ke waktu.

Self esteem

Definisi

Menurut Greenberg (2008) bahwa self esteem merupakan kebutuhan dasar manusia. Sementara itu Allport (1961) dalam Guindon (2009) menambahkan bahwa perkembangan self esteem menjadi isu utama bagi anak-anak. Mengenai definisi self esteem Coopersmith (1967) menyatakan bahwa self esteem merupakan suatu penilaian pribadi tentang penghargaan yang diekspresikan di dalam sikap individu terhadap dirinya sendiri. Selanjutnya Coopersmith (1967) menabahkan bahwa self esteem dalam perkembangannya terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungannya dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Coopersmith (1967) mendapatkan bahwa individu yang mempunyai self esteem tinggi lebih menyukai dan menghormati dirinya, menilai dan melihat dirinya sebagai seseorang yang berani menghadapi dunia yang dihayatinya, berpandangan bahwa dirinya sejajar dengan yang lainnya, mengenali keterbatasannya, dan berharap untuk tumbuh. Sedangkan orang yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menolak dirinya, merasa dirinya selalu tidak puas, kurang percaya diri sehingga tidak jarang mereka sering terbentur pada kesulitan sosial dan biasanya pesimistis dalam perjalanan hidupnya, bahkan rendahnya harga diri cenderung akan menyebabkan seseorang berperilaku tidak terpuji, karena adanya perasaan kurang yakin terhadap kemampuan dan keadaan dirinya.

Menurut Santrock (2007) menjelaskan bahwa self esteem merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Individu yang memiliki self esteem positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Sementara itu Blascovic dan Tomaka dalam John dan Mac Arthur (2004) menambahkan bahwa self esteem tidak sebatas bagaimana individu menilai dirinya tetapi juga merupakan nilai-nilai individu, persetujuan, penghargaan, hadiah atau rasa suka terhadap dirinya sendiri. Sedangkan Rosenberg dalam John dan Mac Arthur (2004) memberikan definisi yang lebih sederhana tentang self esteem, yaitu sikap yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap diri individu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa self esteem merupakan penilaian diri anak mengenai dirinya sendiri secara negatif atau positif. Anak yang memiliki self esteem positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Sementara itu Twenge dan Campbell (2002); Twenge dan Crocker (2002) dalam Guindon (2009) menyatakan bahwa self esteem yang rendah berhubungan dengan beberapa fenomena negatif seperti kehamilan di usia remaja, menkonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang, bullying, depresi dan bunuh diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem

(24)

Menurut Kapoor (2013) anak-anak dengan self esteem tinggi mampu mengekspresikan perasaan dan emosi dengan cara yang terkendali, sedangkan anak-anak dengan self esteem rendah cenderung mengandalkan penilaian orang lain dan tidak mampu membentuk pendapat pribadi, mudah putus asa, terus-menerus menyalahkan orang lain atas kesalahan dan kegagalan mereka. Lebih lanjut Kapoor mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya self esteem anak antara lain:

1. Sikap orang tua yang keliru seperti kurang komunikasi, penolakan, disiplin ketat, tuntutan yang tidak realistis, serta perlindungan yang berlebihan.

2. Situasi keluarga disfungsional seperti perselisihan, perceraian, kematian, orangtua kehilangan pekerjaan serta sering berpindah-pindah rumah.

3. Faktor lingkungan sekolah seperti tekanan atau penolakan teman sebaya, serta guru yang suka menghukum.

4. Lain-lain seperti tindak bullying, masalah kesehatan, serta kondisi fisik.

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Seorang anak mengawali kehidupan dalam lingkungan mikro yaitu keluarga. Selanjutnya keluarga akan mendampingi hidup anak hingga sang anak siap untuk hidup mandiri. Sehingga gaya pengasuhan orang tua merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi output pada anak. Gaya pengasuhan orang tua dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu karakteristik anak, karakteristik orang tua. Karakteristik anak yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan urutan kelahiran mempengaruhi gaya pengasuhan orang tua. Menurut Hurlock (1994) hal ini disebabkan karena usia setiap anak terkait dengan tugas perkembangannya. Dengan demikian menurut Herbert (2004) dibutuhkan strategi pengasuhan yang berbeda untuk membimbing anak agar berkembang sesuai tahap perkembangannya. Perlakuan orang tua akan berbeda menurut jenis kelamin anak. Anak perempuan cenderung lebih dimanja daripada anak laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah lebih melindungi anak perempuannya dibandingkan dengan anak laki-lakinya (Stephens 2009). Berdasarkan urutan kelahiran, penelitian Jacobs dan Moss menunjukkan bahwa ibu lebih sering bercengkerama dengan anak pertama dibandingkan dengan anak kedua (Bredin & Rodney 2002).

(25)

Jumlah anak yang dimiliki orang tua juga akan mempengaruhi gaya pengasuhan orang tua. Menurut Becker (1991) semakin banyak jumlah anak yang dimiliki maka akan semakin menurun kualitas pengasuhan anak tersebut. Hal ini disebabkan karena berkurangnya ketersediaan waktu, tenaga, dan materi yang diberikan orang tua kepada anak.

Berdasarkan kondisi tersebut sebuah keluarga akan memiliki ciri khas tertentu dalam setiap aktivitasnya, termasuk dalam hal pengasuhan. Dengan demikian gaya pengasuhanpun akan berbeda untuk setiap keluarga, gaya pengasuhan yang cenderung otoriter diduga akan melakukan praktek-praktek kekearasan terhadap anak, sedangkan gaya pengasuhan permisif diduga akan cenderung mengabaikan anaknya. Hal ini didasarkan pada pernyataan Baumrind (1966) dalam gaya pengasuhan authoritarian, orang tua merupakan pihak yang benar dan tidak dapat dibantah. Sebagai pihak yang merasa selalu benar, tentu orang tua akan melakukan berbagai cara agar anak mengikuti kehendaknya termasuk melakukan tindakan kekerasan pada anak bahkan dengan dalih untuk pendisiplinan. Selain itu beberapa karakteristik pelaku dan korban bullying yang dirangkum oleh Dake et al (2003) antara lain memiliki orang tua yang otoriter, kurang responsif dan mendukung, menerapkan hukuman dalam pendisiplinan, kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua.

Selain keluarga, lingkungan mikro yang langsung berpengaruh pada perkembangan anak adalah lingkungan sekolah. Peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan pemahaman siswa. Guru yang lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator akan sangat mendukung kelancaran pemahaman siswa. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.

Akan tetapi berdasarkan data KPAI presentase korban bullying sebagian besar terdapat di keluarga dan sekolah. Sekolah yang merupakan tempat belajar kedua setelah keluarga ternyata disadari atau tidak telah menjalankan praktek-praktek bullying. Pihak yang banyak memegang peranan dalam praktek-praktek bullying adalah guru dan teman sebaya. Menurut Page (2007) bullying yang dilakukan oleh guru dapat terjadi karena guru merasa memiliki kekuasaan penuh di kelas, sehingga ia merasa dapat melakukan berbagai cara agar siswa-siswanya melakukan atau berperilaku sesuai yang diharapkan oleh guru. Selain itu Page juga menambahkan terdapat tiga masalah mendasar yang memungkinkan guru untuk melakukan bullying. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Twemlow et al (tanpa tahun) terhadap 116 guru dari 7 sekolah dasar di Amerika Serikat menunjukkan hasil bahwa guru yang melakukan bullying terhadap siswa mengalami hal yang serupa disaat mereka menjadi siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut karakteristik guru yang dapat memicu perilaku bullying terhadap siswa meliputi umur, lama mengajar, lama pendidikan dan riwayat bullying di masa lalu. Sementara itu bullying yang dilakukan oleh teman sebaya dapat diakibatkan karena pelaku juga merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih dibandingkan teman – temannya atau hal ini dapat pula terjadi karena pengaruh gaya pengasuhan orang tuanya.

(26)

karakteristik korban bullying adalah memiliki self esteem yang rendah. Sejalan dengan pernyataan tersebut Rudi (2010) menyatakan bahwa korban bullying akan mengalami masalah emosional dan perilaku. Dengan

demikian dapat di simpulkan bahwa bullying dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, minder, merasa terisolasi, dan merasa tidak berharga. Perasaan-perasaan semacam ini akan dapat membentuk penilaian diri yang negatif, sehingga inilah yang menyebabkan rendahnya self esteem anak. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan kerangka berpikir dalam bentuk bagan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya pengasuhan, kekerasan di rumah, dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak Sekolah Dasar

• Gaya Pengasuhan Otoriter  (Authoritarian) 

• Gaya Pengasuhan Demokratis  (Authoritative) 

• Gaya Pengasuhan Permissive 

Self esteem anak

Bullying di lingkungan Sekolah

• Korban Bullying fisik

•Korban Bullyingverbal

•Korban Bullying non verbal • Pelaku Bullying fisik

•Pelaku Bullyingverbal

•Pelaku Bullying non verbal

sistem sekolah

• Persepsi anak 

terhadap sekolah  

• Sistem 

(27)

4 METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang pada suatu titik waktu tertentu. Penelitian dilakukan di tiga Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur yang dipilih secara acak (simple random sampling). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014.

Penarikan Sampel

Populasi contoh pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Ciracas. Pertimbangan pemilihan siswa kelas 4 dan 5 sebagai contoh adalah karena siswa kelas 4 dan 5 dianggap sudah dapat menilai gaya pengasuhan orang tua lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas rendah (1 – 3).

Dari seluruh data Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas, diambil tiga sekolah secara acak. Semua siswa kelas 4 dan 5 dengan kondisi normal, artinya bukan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan diagnosa psikolog atau guru, yang berasal dari tiga sekolah terpilih dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Pengambilan contoh dalam penelitian dilakukan secara acak berkelompok (cluster random sampling) yang terdiri dari 50 anak laki-laki dan 50 anak perempuan, sehingga total contoh adalah 100 anak. Berikut adalah kerangka pengambilan contoh.

Acak

Cluster Acak

Gambar 2. Teknik Penarikan Sampel Sekolah Dasar Negeri

SD Negeri ke 1 kelas 4 dan 5

SD Negeri ke 3 kelas 4 dan 5 SD

Negeri ke 2 kelas 4 dan 5

n = 100 siswa

50 50

Laki-laki Perempuan

(28)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Keseluruhan data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer, yaitu karakteristik anak, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, kekerasan di rumah. bullying di sekolah dan data self esteem anak. Keseluruhan data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner dengan teknik self report. Jenis dan cara pengumpulan data secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Indikator Skala

Data

Nama Nominal Anak Kuesioner

Usia Rasio

Authoritative Ordinal anak Kuesioner

(36 item)

Fisik Ordinal anak Kuesioner

(19 item) Untuk mengontrol kualitas data dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas dengan metode Cronbach Alpha. Tabel 2 menunjukkan nilai Cronbach Alpha hasil uji realibilitas kuesioner tersebut.

Tabel 2 Hasil uji reliabilitas kuesioner gaya pengasuhan, kekerasan di rumah, bullying di sekolah dan self esteem

Kuesioner Uji Reliabilitas (nilai Cronbach Alpha)

Gaya pengasuhan

Authoritative 0.760

Authoritarian 0.896

Permisive 0.658

Kekerasan di rumah 0.929

Bullying di sekolah 0.884

(29)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah terlebih dahulu melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Lalu data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial yang meliputi uji korelasi Pearson atau Spearman dan uji regresi linear berganda. Data yang dianalisis secara statistik deskriptif meliputi:

1. Data karakteristik anak yang terdiri dari usia, dan jenis kelamin.

2. Data karakteristik keluarga yang terdiri dari usia ibu, status bekerja ibu, lama pendidikan dan pendapatan keluarga.

3. Data gaya pengasuhan orang tua di ukur mengacu pada Parenting Practice Questionnaire (PPQ) dan Parental Authority Questionnaire (PAQ) yang dimodifikasi (Sari, 2014). Kuesioner ini terdiri dari tiga tipe gaya pengasuhan yaitu authoritative, authoritarian, dan permissive. Gaya pengasuhan authoritative terdiri dari 17 pertanyaan, gaya pengasuhan authoritarian terdiri dari 11 pertanyaan, dan gaya pengasuhan permissive terdiri dari 10 pertanyaan dengan 4 skala jawaban, yaitu tidak pernah sama sekali (skor 1), jarang (skor 2), sering (skor 3), dan selalu (skor 4). Terdapat 1 item pertanyaan untuk gaya pengasuhan authoritative yang juga ditujukan untuk gaya pengasuhan authoritarian. Namun, untuk gaya pengasuhan authoritarian skor dibalik. Selain itu terdapat pula 1 item pertanyaan untuk gaya pengasuhan authoritarian yang juga ditujukan untuk gaya pengasuhan permisive. Namun, untuk gaya pengasuhan permisive skor dibalik. Skor dijumlahkan di masing-masing gaya pengasuhan. Gaya pengasuhan dengan skor yang tertinggi menunjukkan gaya pengasuhan orang tua. Jika terdapat skor tertinggi yang sama maka gaya pengasuhan orang tua merupakan kombinasi dari skor yang tertinggi dan sama tersebut.

4. Data kekerasan di rumah dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 19 pertanyaan atau pernyataan dengan 3 skala jawaban, yaitu tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2). Kuesioner ini memuat pertanyaan atau pernyataan yang mengarah kepada jenis kekerasan di rumah, yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal dan kekerasan psikososial. Setiap jawaban diberikan skor dan dijumlahkan pada masing – masing jenis kekerasan Jumlah skor yang terkumpul akan menunjukkan

4. Data bullying pada anak dikumpulkan menggunakan Olweus Bullying Questionnaire yang terdiri dari 38 pertanyaan atau pernyataan dengan 4 skala jawaban, yaitu tidak pernah sama sekali (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2), dan selalu (skor 3). Kuesioner ini memuat pertanyaan atau pernyataan yang mengarah kepada korban bullying dan pelaku bullying. Setiap jawaban diberikan skor dan dijumlahkan pada masing – masing kelompok perilaku bullying. Jumlah skor yang terkumpul akan menunjukkan bahwa apakah responden termasuk pelaku, korban, korban dan pelaku atau bukan keduanya.

(30)

Statistik inferensia digunakan untuk mengeneralisasikan hasil penelitian dan data sampel, yaitu:

1. Uji korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik anak (usia anak) dan karakteristik keluarga (usia ibu, lama pendidikan ibu, pendapatan keluarga, status bekerja ibu) dengan gaya pengasuhan, kekerasan di rumah, perilaku dan self esteem anak. Serta untuk melihat hubungan antara gaya pengasuhan dan bullying pada anak di rumah.

2. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan terhadap self esteem anak. Formulasi notasi uji regresi linier adalah: Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + β8 X8 + β9 X9 + β10 X1 = Jenis kelamin anak X2 = Usia anak (tahun) X3 = usia ibu (tahun)

X4 = Lama pendidikan ibu (tahun) X5= Status bekerja ibu

X6= pendapatan keluarga (Rp/bulan) X7= Gaya pengasuhan authoritative ibu X8= Gaya pengasuhan authoritarian ibu X9= Gaya pengasuhan permisive ibu X10= Kekerasan di ruamh

X11= Korban bullying di sekolah X12= Pelaku bullying di sekolah ε = Error

Definisi Operasional

Anak Sekolah Dasar adalah anak-anak yang sedang menjalankan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri dan duduk di kelas 4 – 5. Biasanya berusia antara 9 sampai 11 tahun.

Usia anak dan ibu adalah umur responden, baik anak maupun ibu, dihitung dari tahun kelahiran sampai dengan tahun pengambilan data dan satuannya berupa tahun.

Jenis kelamin anak adalah tipe seksual responden berupa pilihan laki-laki atau perempuan.

Pendidikan Ibu adalah tingkat atau jenjang pendidikan yang ditempuh oleh ibu, mulai dari tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma, S1, dan S2/S3.

Lama pendidikan Ibu adalah tingkat atau jenjang pendidikan yang ditempuh oleh ibu secara normal yang dikonversi dalam satuan tahun dan dihitung dari tingkat atau jenjang pendidikan yang terendah

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga, istri, anak dan anggota keluarga lain dalam rumah tangga tersebut dalam bentuk uang atau natural yang dinilai dengan uang (rupiah)

Gaya pengasuhan adalah cara orang tua berinteraksi dan memperlakukan anaknya sehari-hari di mana cara tersebut terbentuk secara psikologis, meliputi cara pendisiplinan, komunikasi, kehangatan, dan harapan.

(31)

Kekerasan fisik adalah perilaku negatif orang tua dan orang-orang di lingkungan rumah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk kontak langsung seperti memukul, mencubit, menendang dan lain-lain.

Kekerasan verbal adalah perilaku negatif orang tua dan orang-orang di lingkungan rumah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk ucapan seperti memaki, membentak, membandingkan dan lain-lain.

Kekerasan psikososial adalah perilaku negatif orang tua dan orang-orang di lingkungan rumah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk sikap atau bahasa tubuh seperti mengabaikan, melotot, membiarkan, tidak peduli dengan kebutuhan anak dan lain-lain.

Bullying di sekolah adalah perilaku negatif guru, teman dan orang-orang di lingkungan sekolah yang dilakukan terhadap anak sebagai respon dari perilaku anak atau ciri fisik anak. Terdiri atas bullying fisik, bullying verbal dan bullying non verbal

Bullying fisik adalah perilaku negatif guru, teman dan orang-orang di lingkungan sekolah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk kontak langsung seperti memukul, mencubit, menendang dan lain-lain.

Bullying verbal adalah perilaku negatif guru, teman dan orang-orang di lingkungan sekolah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk ucapan seperti memaki, mengejek, membentak dan lain-lain.

Bullying non verbal adalah perilaku negatif guru, teman dan orang-orang di lingkungan sekolah yang dilakukan terhadap anak dalam bentuk sikap atau bahasa tubuh seperti mencibir, mengucilkan, menertawakan dan lain-lain.

(32)

5 DAMPAK GAYA PENGASUHAN IBU DAN PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH PADA

SELF ESTEEM

ANAK

SEKOLAH DASAR

Influence of parenting style and bullying at school againt self esteem of child elementary school

Andriansyah Adha Pratama, Diah Krisnatuti, Dwi Hastuti

ABSTRAK

Self esteem merupakan salah satu kemampuan sosial emosional anak yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten. Lingkungan keluarga dan sekolah menjadi bagian yang penting dalam pembentukan self esteem anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan ibu dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak sekolah dasar. Penelitian ini melibatkan 100 responden (yang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan) siswa kelas 4 dan 5 yang dipilih secara acak dari populasi 425 orang. Mereka bersasal dari 3 sekolah dasar negeri yang dipilih secara acak dan berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya pengasuhan authoritarian ibu berhubungan negatif dengan self esteem anak perempuan (r = -0.449, p ≤ 0.01). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa korban perilaku bullying di sekolah berhubungan negatif dan sangat signifikan dengan self esteem anak perempuan (p ≤ 0.01). Berdasarkan hasil uji regresi terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari gaya pengasuhan authoritarian ibu terhadap self esteem anak.

Keywords : gaya pengasuhan, bullying di sekolah, korban bullying, pelaku bullying, self esteem

ABSTRACT

Self esteem is one of the emotional and social skills that children needs to develop human to produce high quality competent. Family and school environment became an important part in the formation of children's self esteem. This study aims to analyze influence of mother parenting style and school bullying against self esteem of child elementary school. This study involved 100 students (consist of 50 boys and 50 girls) from 4th and 5 th grade were selected randomly from 425 students. They are from 3 Public Elementary Schools in Sub district Ciracas, East Jakarta and it’s randomly selected. This study result indicated that mother authoritarian deals negative with self esteem of girls (r = -0.449, p ≤ 0.01). Furthermore this study result showed that victims of school bullying deals negative with self esteem of girls (p ≤ 0.01). Based on the regression test there were negative influence and significant from mother authoritarian and victim verbal bully against self esteem of child.

(33)

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan kompetensi sumber daya manusianya. Anak merupakan salah satu sumber daya manusia dan menjadi salah satu modal penting dalam kemajuan bangsa di kemudian hari. Hal ini karena anak memiliki potensi – potensi dasar yang jika dikembangkan dan diarahkan dengan baik dan berkelanjutan maka akan menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berguna bagi kemajuan bangsa Indonesia. Menurut Bronfenbrenner (1979) keluarga dan sekolah merupakan lingkungan mikrosistem yang langsung mempengaruhi anak. Sementara menurut Papalia, Old dan Feldmen (2004) menyatakan bahwa pada tahun-tahun pertengahan masa anak-anak (usia 6 – 11 tahun) merupakan titik penting perkembangan fisik, kognitif dan psikososial karena anak pada usia tersebut memasuki masa sekolah dan akan berinteraksi dengan kelompok teman sebaya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat bahwa 27,3 juta jiwa penduduk Indonesia adalah anak-anak usia sekolah dasar. Ini merupakan modal yang sangat penting dan potensial bagi kemajuan Indonesia.

Menurut Goleman (1995) keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan emosionalnya dibandingkan dengan kemampuan intelektual. Dengan demikian pengembangan aspek kepribadian seorang anak seharusnya menjadi prioritas utama dalam pembentukan generasi penerus yang berkualitas dan kompeten. Salah satu kemampuan sosial emosional anak yang perlu dikembangkan sehingga ia memiliki modal untuk menjadi manusia yang berkualitas dan kompeten adalah self esteem.

Menurut Santrock (2006) self esteem merupakan penilaian umum terhadap dirinya sendiri tentang penghargaan yang diekspresikan di dalam sikap individu terhadap dirinya sendiri. Sementara itu Blascovic dan Tomaka dalam John dan McArthur (2004) menambahkan bahwa self esteem tidak hanya sebatas bagaimana individu menilai dirinya tetapi juga merupakan nilai-nilai individu, persetujuan, penghargaan, hadiah atau rasa suka terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian self esteem merupakan penilaian diri mengenai dirinya sendiri baik secara positif maupun negatif. Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self esteem, diantaranya : 1) penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifikan; 2) kelas sosial dan kesuksesan; 3) nilai dan inspirasi individu dalam menginterpretasi pengalaman. dan 4) cara individu dalam menghadapi devaluasi. Dengan kata lain self esteem dalam perkembangannya terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungannya dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.

(34)

keluarga, sekolah juga merupakan lingkungan mikrosistem bagi anak usia sekolah. Menurut Papalia et al. (2004) bahwa pada tahun-tahun pertengahan masa anak-anak (usia 6 – 11 tahun) merupakan titik penting perkembangan fisik, kognitif dan psikososial karena anak pada usia tersebut memasuki masa sekolah dan akan berinteraksi dengan kelompok teman sebaya yang akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak.

Sementara itu, saat ini kita dihadapkan oleh sebuah masalah serius, yaitu bullying. Bullying merupakan perilaku yang menggunakan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang, suatu perilaku mengancam, menindas dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Bullying dapat berupa kontak fisik, verbal dan non verbal baik langsung maupun tak langsung. Dalam sebuah penelitian di Amerika di dapat hasil bahwa 1 dari 3 orang responden mengaku mengalami bullying (Santrock, 2007). Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi bahwa dalam berbagai hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara tercatat bahwa bullying di tingkat sekolah dasar lebih tinggi dari pada di tingkat sekolah menengah (Dake et al, 2003).

Di Indonesia hal serupa juga terjadi. Data KPAI (komisi Perlindungan Anak Indonesia) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 jumlah pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 40.398.625 kasus. Jumlah itu melonjak drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.447.921 kasus.. Dari seluruh prilaku bullying terhadap anak, presentase terbesar yaitu 18% terjadi di rumah dan 11,3% dilakukan oleh guru di sekolah. Sementara itu data dari forum Penanganan Korban Bullying Perempuan dan Anak (FPK2PA) Provinsi DIY di tahun 2011 menunjukkan bahwa dari total 367 kasus, 140 kasus merupakan perilaku bullying terhadap anak. Kondisi ini tentu meresahkan kita karena korbannya adalah generasi muda.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh gaya pengasuhan ibu dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak sekolah dasar.

TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gaya pengasuhan ibu dan perilaku bullying di sekolah terhadap self esteem anak sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga, gaya pengasuhan ibu, perilaku bullying di sekolah dan self esteem anak

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem anak.

Manfaat Penelitian

(35)

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan terutama ilmu keluarga dan perkembangan anak, serta dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan penelitian sejenis berikutnya.

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yaitu penelitian dilakukan pada suatu titik waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur yang dipilih secara acak. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014.

Penarikan Contoh

Dari setiap sekolah yang terpilih diambil siswa kelas 4 dan 5 dengan kondisi normal, artinya bukan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan diagnosa psikolog dan/atau guru, kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Setelah itu contoh dipilih secara acak berkelompok (cluster random sampling) sebanyak 50 orang setiap kelompok, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 anak dari jumlah populasi sebanyak 425 anak.

Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, perilaku bullying di sekolah dan self esteem anak. Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner dengan teknik self report.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dibedakan atas analisis deskriptif dan analisis inferensial, yang meliputi uji korelasi Pearson dan Spearman serta uji regresi linear berganda. Data yang dianalisis secara statistik deskriptif antara lain data karakteristik anak (usia, jenis kelamin, dan urutan kelahiran), data karakteristik orang tua (usia, lama pendidikan, pendapatan, jumlah anak, status bekerja ibu), data gaya pengasuhan ibu, data perilaku bullying di sekolah dan data self esteem anak. Statistik inferensial digunakan untuk megeneralisasikan hasil penelitian dan data sampel, yaitu:

1. Independent sample T Test, untuk menguji perbedaan di antara anak laki-laki dan anak perempuan

2. Uji Pearson atau Uji Spearman digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang terdiri dari karakteristik anak (usia anak) dan karakteristik ibu (usia ibu, lama pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan status bekerja ibu), gaya pengasuhan, perilaku bullying di sekolah dan self esteem anak.

3. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem anak. Formulasi notasi uji regresi linier adalah:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + β8 X8 + β9 X9 +

(36)

Keterangan:

Y = Pelaku bullying di sekolah α = Konstanta

β(1-11) = Koefisien regresi X1 = Jenis kelamin anak X2 = Usia anak (tahun) X3 = Usia orang ibu (tahun) X4 = Lama pendidikan ibu (tahun) X5= Pendapatan ibu (rupiah)

X6= Status bekerja ibu

X7=Gaya pengasuhan authoritative ibu X8= Gaya pengasuhan authoritarian ibu X9= Gaya pengasuhan permisive ibu X10= Koban bullying di sekolah X11= Pelaku bullying di sekolah ε = Error

HASIL Karakteristik Anak dan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan rata-rata usia anak perempuan dengan rentang usia seluruh anak antara 9 sampai 13 tahun. Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia anak laki-laki dan anak perempuan. Untuk karakteristik keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga anak laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan keluarga anak perempuan dengan kisaran pendapatan keluarga seluruh anak antara Rp 700.000 sampai Rp 19.000.000 per bulan. Untuk usia ibu, rata-rata usia ibu pada anak laki-laki lebih tinggi dari rata-rata usia ibu pada anak perempuan. Sementara itu, rata-rata lama pendidikan ibu anak perempuan lebih tinggi dari rata-rata lama pendidikan ibu anak laki-laki. Meskipun terdapat perbedaan rata-rata dari variabel karakteristik keluarga antara anak laki-laki dan perempuan, namun hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki dengan anak perempuan untuk variabel karakteristik keluarga.

Tabel 3 Rata-rata karakteristik keluarga berdasarkan jenis kelamin anak

Berdasarkan status bekerja ibu (Tabel 4), proporsi terbesar ibu dalam penelitian ini adalah tidak bekerja dengan persentase 78% pada anak laki-laki dan 68% pada anak perempuan, sedangkan sisanya merupakan ibu bekerja. Adapun pekerjaan ibu pada anak laki-laki adalah pegawai negeri sipil (8%), karyawan swasta (4%), wiraswasta (6%) dan pekerjaan lainnya (4%). Sementara pekerjaan ibu pada perempuan adalah pegawai negeri sipil (2%), karyawan swasta (12%), wiraswasta (4%) dan pekerjaan lainnya (14%).

(37)

Tabel 4 Sebaran responden menurut status bekerja ibu berdasarkan jenis kelamin responden

Gaya Pengasuhan Ibu

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata skor gaya pengasuhan authoritative dan permisive ibu pada anak laki laki lebih rendah daripada anak perempuan, akan tetapi rata-rata skor gaya pengasuhan authoritarian ibu pada anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Berdasarkan uji beda gaya pengasuhan ibu pada anak laki-laki dan perempuan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya pengasuhan authoritative dan authoritarian ibu pada anak laki-laki dan anak perempuan, sedangkan variabel gaya pengasuhan permisive ibu tidak berbeda secara signifikan untuk kedua kelompok responden.

Tabel 5 Rata-rata gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin responden

Skor masing-masing gaya pengasuhan dibandingkan untuk melihat dominasi gaya pengasuhan yang dilakukan ibu terhadap anaknya. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar anak laki-laki (80%) dan anak perempuan (96%) di asuh oleh ibu dengan gaya authoritative. Hanya sebagian kecil saja yang diasuh oleh ibu dengan gaya authoritarian atau permisive.

Tabel 6 Sebaran gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin anak

Perilaku Bullying di Sekolah

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor korban bullying fisik pada anak laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, sedangkan rata-rata skor korban bullying verbal dan non verbal pada anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan. Berdasarkan hasil uji beda, tidak ada perbedaan

Karakteristik

Authoritative 17-68 71.02±12.02 78.20±11.89 0.003**

Authoritarian 11-44 50.00±10.36 44.59±11.22 0.014*

Permisive 10-40 51.1±10.451 52.75±8.15 0.381

(38)

yang signifikan antara rata-rata skor korban bullying pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor pelaku bullying baik fisik, verbal maupun non verbal pada anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pelaku bullying oleh anak laki-laki dan anak perempuan.

Tabel 7 Rata-rata skor perilaku bullying di sekolah

Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase anak laki-laki yang menjadi korban bullying fisik lebih tinggi daripada anak perempuan, sedangkan persentase anak laki-laki yang menjadi korban bullying verbal dan non verbal lebih rendah dibandingkan anak perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase korban bullying non verbal lebih tinggi daripada persentase korban bullying yang lain, baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Secara keseluruhan persentase anak perempuan (56%) yang menjadi korban bullying lebih tinggi daripada anak laki-laki.

Tabel 8 Sebaran anak berdasarkan jenis korban bullying di sekolah dan jenis kelamin

Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase pelaku bullying fisik dan verbal di sekolah oleh anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan, sedangkan persentase pelaku bullying non verbal di sekolah oleh anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase pelaku bullying verbal di sekolah lebih sering dilakukan, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Secara keseluruhan persentase anak laki-laki (74%) yang menjadi korban bullying lebih tinggi daripada anak perempuan.

Perilaku bullying di Sekolah

Min -maks

Laki-laki Perempuan Uji beda T-test Rata-rata ± sd Rata-rata ± sd

Korban Fisik 0-12 23.66±16.44 22.16±20.79 0.690

Verbal 0-15 21.55±14.00 24.00±20.25 0.484

Non Verbal 0-18 27.88±16.63 33.22±19.81 0.148 Pelaku Fisik 0-6 16.66±19.92 8.00±14.38 0.014*

Verbal 0-21 46.00±14.07 30.88±19.18 0.000*

Non Verbal 0-42 26.28±13.30 18.85±12.04 0.004*

Jenis korban bullying di Sekolah fisik, verbal atau non verbal)

1 2 7 14

(39)

Tabel 9 Sebaran anak berdasarkan jenis pelaku bullying di sekolah dan jenis kelamin

Self esteem Anak

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar anak laki-laki (82%) dan anak perempuan (86%) memiliki tingkat self esteem tinggi, sedangkan sisanya memiliki tingkat self esteem rendah. Tabel 10 juga menunjukkan bahwa rata-rata skor self esteem anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. Akan tetapi berdasarkan hasil uji beda T-test, tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok tersebut.

Tabel 10 Sebaran anak menurut tingkat self esteem dan rata- rata skor self esteem anak berdasarkan jenis kelamin

Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara gaya pengasuhan ibu dengan self esteem anak

Hasil uji korelasi yang disajikan dalam Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara gaya pengasuhan authoritarian ibu dengan self esteem anak Hal ini berarti semakin authoritarian ibu dalam mengasuh anak, maka self esteem akan semakin rendah.

Tabel 11 Koefisien korelasi antara gaya pengasuhan dengan self esteem anak

Keterangan : ** signifikan pada p ≤ 0.01

Jenis bullying di Sekolah Laki-laki Perempuan

n % n %

Fisik 1 2 0 0

Verbal 33 66 19 38

Non verbal 3 6 3 6

Lainnya (kombinasi antara fisik, verbal atau non verbal)

0 0 0 0

Total pelaku Bullying 37 74 22 44

Self esteem anak Laki - laki Perempuan Total

n % n % n %

Rendah (<70) 9 18 7 14 16 16

Tinggi (≥ 70 ) 41 82 43 86 84 84

Self esteem anak (36-144)

75.27±7.87 76.61±6.10

Uji Beda T-test 0.346

Gaya Pengasuhan Ibu Self esteem anak

Authoritative 0.092

Authoritarian -0.324**

(40)

Hubungan perilaku bullying di sekolah dengan self esteem anak

Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara korban bullying baik fisik, verbal maupun non verbal dengan self esteem anak. Ini berarti bahwa semakin meningkatnya perilaku bullying, maka self esteem anak akan semakin menurun. Selain itu Tabel 12 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pelaku bullying fisik dan non verbal dengan self esteem anak. Ini berarti bahwa semakin meningkat pelaku bullying fisik dan non verbal maka self esteem anak akan semakin rendah.

Tabel 12 Koefisien korelasi antara perilaku bullying di sekolah dengan self esteem anak

Keterangan : * signifikan pada p ≤ 0.05, ** signifikan pada p ≤ 0.01

Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem anak

Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa self esteem anak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan authoritarian ibu dan korban bullying di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin authoritarian ibu dalam mengasuh dan semakin sering anak menjadi korban bullying, maka self esteem anak akan semakin rendah. Dari hasil uji regresi tersebut diketahui bahwa nilai adjusted R square dari penelitian ini adalah 0.136 ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh sebesar 13.6% terhadap self esteem anak, dan sebesar 86.4% dipengaruhi oleh variabel-variabel di luar penelitian ini.

Perilaku bullying di Sekolah Self esteem anak

Korban Fisik -0.263**

Verbal -0.381**

Non Verbal -0.238*

Pelaku Fisik -0.304**

Verbal 0.001

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya pengasuhan, kekerasan di
Gambar 2. Teknik Penarikan Sampel
Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 3  Rata-rata karakteristik keluarga  berdasarkan jenis kelamin anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 80 responden, didapatkan 50 responden (62,5%) yang memiliki problem perkawinan dan 30 responden (37,5%) yang tidak memiliki masalah

1) Pembelajaran secara tim. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti. Hasil penelitian pada studi pendahuluan digunakan untuk menyusun rencana

Puspitasari (2014), melakukan penelitian dengan tema “Penggunaan Metoda Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Dalam Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Proses Produksi

“Ya Allah yang mengetahui yang Ghaib dan yang Nyata, Wahai Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya, Aku bersaksi tiada ilah yang berhak

“Aduhai Tuhan Pemilik segala Sifat Yang Mahasempurna -Tiada ayat Al Qur’an yang sudah kami baca dan Engkau lipatgandakan pahalanya, tiada shalat yang kami lakukan yang

Analisis jalur mengkaji hubungan antara beberapa variabel bebas yang semuanya bersifat interval atau rasio dengan satu variabel terikat yang bersifat interval

Metode fuzzy time series ini diusulkan peneliti untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan peramalan saham Jakarta Islamic Index (JII) tanpa memperhatikan