• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Master Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016 Lampiran 3. Master Data Pengetahuan

Lampiran 4. Master Data Sikap

Lampiran 5. Master Data Kondisi APD Lampiran 6. Pemantauan

Lampiran 7. Dukungan Soaial

Lampiran 8. Gambar Pekerja dan Lokasi Penelitian Lampiran 9. Hasil Univariat

Lampiran 10. Hasil Bivariat Lampiran 11. Hasil Multivariat Lampiran 12. Surat Izin Penelitian

(2)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

Kepada Yth.

Bapak/Ibu selaku responden Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Baja Hendriko Silaban

NIM : 121000528

Akan mengadakan penellitian tentang “Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(3)

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk

Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat mulai dari bagian ini : 1. Isilah identitas diri anda dengan lengkap

2. Bacalah pertanyaan ini dengan seksama

3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda dan kondisi pekerjaan anda

4. Jawaban anda adalah benar dan terjamin kerahasiaannya sehingga kejujuran anda dalam menjawab kuesioner ini sangat kami hargai.

I. DATA UMUM ( RESPONDEN ) 1.Nama :

2.Umur : ... tahun

3.Jenis Kelamin : ( ) Laki –laki / ( ) Perempuan 4.Pendidikan terakhir : ( ) SD

( ) SLTP ( ) SLTA

( ) Akademi / Perguruan Tinggi

II. DATA KHUSUS PENGETAHUAN

1. Menurut Saudara, apakah pengertian alat pelindung diri ( APD )..? a. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja

b. Alat yang dipakai untuk mempermudah dalam bekerja c. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja

(4)

a. Alat pelindung diri yang bagus dan menarik b. Alat pelindung diri yang mahal

c. Alat pelindung diri yang dapat melindungi pekerja, nyaman, tidaak mengganggu gerak, dan tidak digunakan secara bergantian.

3. Menurut Saudara, mengapa saudara harus menggunakan alat pelindung diri (APD) selama melakukan pekerjaan pandai besi?

a. Ikut-ikutan sama teman karena teman kerja yang lain memakai APD b. Takut kena sanksi

c. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat proses

4. Menurut Saudara, manfaat apa yang saudara peroleh dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat proses pandai besi?

a. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya pada saat melakukan proses pandai besi

b. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari pekerja lain c. Supaya mendapat pujiandari mandor

5. Alat pelindung diri (APD) apakah yang wajib selalu digunakan pada saat proses pandai besi?

a. Sarung tangan, kacamata pelindung, sepatu boot, masker b. Pakaian kerja, sapu tangan

c. Helm/topi

6. Untuk menghindari percikan api dan bahan kimia agar tidak mengenai tubuh sewaktu melakukan proses pandai besi sebaiknya menggunakan? a. Sarung tangan

b. Kacamata c. Baju kerja

7. Menurut Saudara, faktor resiko bahaya apa yang dapat terjadi pada waktu proses pandai besi?

a. Terpukul, terluka, terpotong.

(5)

c. Tidak tahu.

8. Menurut Saudara, bahaya apa yang dapat terjadi jika tidak memakai masker?

a.Flu

b.Batuk-batuk c.Sesak nafas

9. Menurut anda, alat pelindung diri ( APD ) apakah yang digunakan untuk melindungi pernafasan anda dari proses pandai besi?

a.Sapu tangan b.Masker

c.Penyumbat telinga

10. Menurut Saudara, bagaimana pemilihan jenis alat pelindung diri (APD) yang tepat dalam melakukan pekerjaan pandai besi?

a.APD yang digunakan harus dalam keadaan baik (tidak rusak) dan sesuai dengan APD yang digunakan untuk pekerjaan pandai besi

b.APD yang digunakan harus dalam keadaan baru c.Tidak tahu

Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda cheklist ( √ ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut anda

SIKAP

Penilaian dilakukan sebagai berikut : Sangat Setuju : SS

Kurang Setuju : KS Tidak Setuju : TS

No. Pertanyaan SS KS TS

1. Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan dari risiko bahaya kecelakaan kerja 2. Dalam hal pemakaian APD pada waktu

(6)

3. Sebelum memakai APD untuk melakukan pandai besi perlu diperhatikan petunjuk pemakaian yang tepat

4. Dengan berbicara pada saat melakukan proses pandai besi maka dapat

membahayakan kesehatan

5. Pekerja yang tidak mematuhi untuk memakai APD, maka diberi sanksi

6. Tidak perlu mencuci tangan setelah kontak dengan zat/bahan kimia pada proses pandai besi

7. APD yang dipakai pada pekerja pandai besi tidak harus disediakan mandor

8. APD yang dipakai tidak penting untuk menghindari faktor resiko bahaya yang mungkin terjadi pada saat proses pandai besi

9. Prosedur yang benar tidak diperlukan dalam menggunakan APD di tempat kerja 10. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada

pekerja pandai besi tidak harus diketahui para pekerja

KONDISI APD

No. Pertanyaan YA TIDAK

1. Menurut Anda, apakah alat pelindung diri yang digunakan dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang dapat terjadi pada pekerja pandai besi? 2. Apakah Anda merasa nyaman menggunakan alat

pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan pandai besi?

(7)

4. Apakah alat pelindung diri yang dipakai sesuai / pas denganukuran tubuh pekerja pandai besi?

5. Apakah alat pelindung diri yang dipakai mudah rusak? 6. Apakah alat pelindung diri tersebut menimbulkan

bahaya tambahan?

7. Apakah alat pelindung diri yang disediakan telah mencukupi jumlahnya pada para pekerjapandai besi?

PEMANTAUAN

No. Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah selama anda bekerja melakukan proses pandai besiada mandor yang memantau anda dalam memakai APD?

2. Apakah dengan adanya pemantauan tersebut membuat anda termotivasi untuk selalu menggunakanalat pelindung diri saat bekerja melakukan proses pandai besi?

3. Apakah mandor memberikan pemantauan terhadap bahaya-bahaya dari zat/bahan kimia yang digunakan untuk melakukan proses pandai besi?

4. Apakah dengan adanya pemantauan akan memberikan kinerja baik pada pekerja?

5. Apakah mandor mengeluarkan sanksi/hukuman kepada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri?

(8)

DUKUNGAN SOSIAL

No. Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah teman anda dalam melakukan proses pandai besi selalu mengingatkan anda untuk menggunakan alat pelindung diri?

2. Apakah anda mengikuti anjuran teman anda tersebut? 3. Apakah mandor akan memberikan teguran pada anda

jika tidak memakai alat pelindung diri (APD)? 4. Apakah anda mempunyai hubungan kerjasama yang

baik dengan teman anda dalam melakukan pekerjaan proses pandai besi?

(9)

MASTER DATA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab.

(10)
(11)
(12)

MASTER DATA KONDISI APD

No K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Ktotal Persen

Kondisi Kkategori

1 1 1 1 1 0 1 1 6 86 Baik

2 1 1 0 1 1 0 0 4 57 Baik

3 1 1 0 1 1 0 1 5 71 Baik

4 0 1 1 1 1 0 0 4 57 Baik

5 1 1 1 1 1 0 1 6 86 Baik

6 1 1 0 1 1 0 0 4 57 Baik

7 1 1 1 0 1 0 0 4 57 Baik

8 1 1 1 1 1 0 0 5 71 Baik

9 1 1 0 1 0 0 1 4 57 Baik

10 1 1 0 1 1 1 1 6 86 Baik

11 0 1 0 1 1 0 1 4 57 Baik

12 1 1 0 1 1 0 0 4 57 Baik

13 1 1 1 1 1 0 0 5 71 Baik

14 1 1 0 1 0 0 1 4 57 Baik

15 1 1 0 1 0 0 0 3 43 Tidak baik

16 1 0 1 1 0 0 0 3 43 Tidak baik

17 1 1 0 1 1 1 1 6 86 Baik

18 1 1 0 1 0 0 1 4 57 Baik

19 1 1 0 1 1 0 0 4 57 Baik

20 1 0 0 1 1 1 0 4 57 Baik

(13)
(14)

MASTER DATA DUKUNGAN SOSIAL

No D1 D2 D3 D4 Dtotal PersenDukungan DKategori

1 1 1 1 1 4 100 baik

2 1 1 0 1 3 75 baik

3 1 1 0 1 3 75 baik

4 1 1 0 1 3 75 baik

5 1 1 1 1 4 100 baik

6 0 0 0 1 1 25 tidak baik

7 0 0 0 1 1 25 tidak baik

8 1 1 0 1 3 75 baik

9 1 1 0 1 3 75 baik

10 1 1 1 1 4 100 baik

11 1 1 1 1 4 100 baik

12 1 1 1 1 4 100 baik

13 1 1 1 1 4 100 baik

14 1 1 0 1 3 75 baik

15 0 0 0 1 1 25 tidak baik

16 1 1 1 1 4 100 baik

17 1 1 0 1 3 75 baik

18 1 1 1 1 4 100 baik

19 1 1 0 1 3 75 baik

20 0 0 0 1 1 25 tidak baik

(15)

LAMPIRAN GAMBAR PEKERJA DAN LOKASI PENELITIAN

Gambar 1.1 Pekerja pandai besi memanaskan besi yang akan ditempa

(16)

Gambar 1.3 Pekerja pandai besi melakukan proses pembentukan besi menjadi barang jadi

(17)

Gambar 1.5 Pekerja melakukan proses penghalusan/pentajaman parang dengan menggunakan gerinda

(18)

Gambar 1.7 Pekerja melakukan proses penyepuhan pada dodos untuk meperkuat kualitas dodos. Tampak pekerja menggunakan APD seperti:

masker, topi, celana panjang.

(19)

Gambar 1.9 Jenis APD yang dipakai pekerja selama bekerja, ada masker dan sepatu kerja

(20)

Gambar 1.11 Wawancara kuesioner dengan salah satu pekerja pandai besi

(21)

LAMPIRAN

HASIL UNIVARIAT

umurkategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki laki 20 100,0 100,0 100,0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

baik 5 25,0 25,0 25,0

cukup 15 75,0 75,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

skategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

baik 14 70,0 70,0 70,0

cukup 6 30,0 30,0 100,0

(22)

kkategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 18 90,0 90,0 90,0

Tidak baik 2 10,0 10,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

pemkategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 11 55,0 55,0 55,0

tidak baik 9 45,0 45,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

dkategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 16 80,0 80,0 80,0

tidak baik 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

penggunaanAPD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 12 60,0 60,0 60,0

Tidak 8 40,0 40,0 100,0

(23)

LAMPIRAN

% within penggunaanAPD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

a Computed only for a 2x2 table

(24)

skategorik * penggunaanAPD

% within penggunaanAPD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

a Computed only for a 2x2 table

(25)

kkategorik * penggunaanAPD

% within penggunaanAPD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

a Computed only for a 2x2 table

(26)

pemkategorik * penggunaanAPD

% within penggunaanAPD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

a Computed only for a 2x2 table

(27)

dkategorik * penggunaanAPD

% within penggunaanAPD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

a Computed only for a 2x2 table

(28)

LAMPIRAN

HASIL MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 20 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 20 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 20 100,0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Ya 0

Tidak 1

Block 0: Beginning Block

Iteration History(a,b,c)

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant Constant

Step 0

1 26,921 -,400

2 26,920 -,405

3 26,920 -,405

a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 26,920

c Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

(29)

a Constant is included in the model.

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant pkategorik skategorik Constant

Step 1

a Method: Backward Stepwise (Wald) b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 26,920

d Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

(30)

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 17,777(a) ,367 ,496

a Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 ,025 2 ,988

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

penggunaanAPD = Ya penggunaanAPD = Tidak Total

Observed Expected Observed Expected Observed

Step 1

(31)

Correlation Matrix

Constant pkategorik Skategorik

Step 1

Constant 1,000 -,684 -,267

pkategorik -,684 1,000 -,489

(32)
(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. Atmanto, Ireng Sigit. 2011. Behavioral Determinants Workers in The Use of PPE

Based on Hazard Assessment in Foundry Company Ceper Klaten. Jurnal Fakultas Teknik UNDIP. Diakses 10 Januari 2015.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cahyono, Achadi Budi. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Daryanto. 2007. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djunaid, Delsyana. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di Lokasi Kerja Pandai Besi (Podupa) Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Skripsi SI Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Diakses 9 Januari 2016.

Djojodibroto, Darmanto. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Handayani, E. Egriana., Trisno Agung Wibowo., Dyah Suryani., 2008. Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri, Umur, dan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Rustic di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Jurnal FKM Universitas Ahmad Dahlan. Diakses 10 Januari 2015.

Harrianto, Ridwan. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Healey J. Bernard and Kenneth T. Walker. 2009. Introduction to Occupational Health in Public Health Practice. USA: Jossey-Bass A Wiley Imprint. Kurniawidjaja, L. Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

(35)

Las Listrik Kawasan Simongan Semarang. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. Diakses 10 Januari 2015.

Mandagi, Bobby Rocky Kani R.J.M., J.P. Rantung., G.Y. Malingkas. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksana Konstruksi (Studi Kasus: PT. Trakindo Utama). Jurnal Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi. Diakses 10 Januari 2015.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

___________ . 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Noviandry, Ilham. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informaldi Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN. Diakses 10 Januari 2015.

Putra, Benny Vitriansyah. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja Pengelasan Industri Informal Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Jalan Raya Bogor-Dermaga, Kota Bogor 2011. Skripsi S1 FKM UI. Diakses 9 Januari2015.

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Resiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

Rijanto, Boedi. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Rusli, Hardijan. 2004. Hukum Ketenagakerjaan 2003. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Sholihah, Qomariyatus dan Wahyudi Kuncoro. 2013. Keselamatan Kesehatan Kerja Konsep, Perkembangan, dan Implementasi Budaya Keselamatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sihombing, Febriyanti Dranica. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014. Skripsi S1 FKM USU. Diakses 12 Januari 2016.

(36)

Skripsi S1 FKM USU. Diakses 11 Januari 2016.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14786/1/041000234.pdf. Stranks, Jeremy. 1999. Health and Safety Law. Great Britain: Financial Times

Pitman Publishing.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Sumarna, Diah Pithaloka., M. Furqaan Naiem., Syamsiar S. Russeng. 2013.

Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan Percetakan di Kota Makassar. Jurnal FKM UNHAS. Diakses 10 Januari 2015.

Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan kerja& Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press.

Widiatmoko, Mada Nur. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengangkut Kayu di Penggergajian Kayu Jepara 2013. Skripsi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Diakses 11 Januari 2015.

Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah non eksperimen dengan rancangan cross sectional. Analisa penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran informasi tentang bagaimana pengaruh dari faktor tenaga kerja, faktor APD, dan faktor pendukung terhadap pemakaian alat pelindung diri oleh pekerja pandai besi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai selesai. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebanyak 20 orang.

3.3.2 Sampel

(38)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Effendy (1995), Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh institusi yang bersangkutan.

Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:

1.Peneliti melakukan observasi langsung kepada pekerja pandai besi di lokasi kerja.

2.Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung di tempat pelitian kepada responden yaitu pekerja pandai besi Desa Sitampurung, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 1.Penggunaan APD, adalah alat atau sarana yang dipakai pekerja pandai besi di sesuai dengan kebutuhan pada waktu bekerja.

2.Pengetahuan, adalah pemahaman para pekerja pandai besi mengenai bahaya dari pekerjaannya dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.

3.Sikap, adalah respon atau tanggapandari pengetahuan yang diterima pekerja pandai besi terhadap pemakaian APD pada saat bekerja.

(39)

5.Pemantauan, adalah kegiatan atau peranan perusahaan untuk memantau para pekerja pandai besi dalam penggunaan APD selama bekerja, baik kelengkapannya maupun keadaan alat pelindung diri tersebut.

6.Dukungan Sosial, adalah peran atau dukungan sosial baik dari sesama karyawan maupun dari perusahaan itu sendiri terhadap pemakaian APD.

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran 3.1.1 Variabel Bebas

No. Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1. Penggunaan APD Kuesioner Nominal 1. Ya

2. Tidak

3.1.2 Variabel terikat

No. Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1. Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1.Baik, jika

75%-100% dari total skor 2. Cukup, jika50%-74% dari total skor 3. Kurang Baik, jika 25%-49% dari total skor

(Arikunto, 2009)

(40)

75%-100% dari total skor 2. Cukup, jika50%-74% dari total skor 3. Kurang Baik, jika 25%-49% dari total skor

(Arikunto, 2009) 3. Kondisi APD Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika≥50%

dari total skor 2. Tidak Baik,Jika <50% dari total skor (Riduwan, 2009)

4. Pemantauan Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika≥50% dari total skor 2. Tidak Baik,Jika <50% dari total skor (Riduwan, 2009) 5. Dukungan sosial Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika≥50%

(41)

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Tenaga Kerja

1. Pengetahuan pada pekerja pandai besi diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut (Arikunto, 2009):

a. Jawaban a nilai : 3 b. Jawaban b nilai : 2 c. Jawaban c nilai : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 10. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

1.Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 75%-100% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 21-30.

2.Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-74% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 11-20.

3.Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 25%-49% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 1-10.

2. Sikap pada pekerja pandai besi diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(42)

2.Kurang setuju : 2 3.Tidak Setuju : 1

b.Untuk Pertanyaan Negatif (pertanyaan 6,7,8,9,10) diberi nilai : 1.Setuju : 1

2.Kurang setuju: 2 3.Tidak Setuju : 3

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD yaitu sikap dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

a.Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 75%-100% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 21-30.

b.Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-74% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 11-20

. c.Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 25%-49% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 1-10.

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 10

3.6.2. Aspek Pengukuran Faktor APD dan Faktor Pendukung

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja pandai besi dalam faktor APD (Riduwan, 2009).

a. Kondisi APD

(43)

Kondisi APD pada pekerja pandai besi diukur melalui 7 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1.Jawaban ya nilai : 1 2.Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD yaitu kondisi APD dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a.Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 4-7.

b.Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 3.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja pandai besi dalam faktor pendukung adalah pemantauan dan dukungan sosial.

a. Pemantauan APD.

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Gutman karena memerlukan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

Pemantauan pada pekerja pandai besi diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1.Jawaban ya nilai : 1 2.Jawaban tidak nilai : 0

(44)

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi pemakaian APD yaitu lingkungan sosial dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a.Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 2-6.

b.Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 1.

b. Dukungan Sosial

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Gutman karena memerlukan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

Dukungan sosial APD pada pekerja pandai besi diukur melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1.Jawaban ya nilai : 1 2.Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi pemakaian APD yaitu lingkungan sosial dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 2-4.

(45)

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan uji Chi Square.

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariate yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang paling siginifikan berhubungan dengan variabel dependen (Pemakaian APD) dengan metode Backward Stepwise (Notoatmodjo, 2010).

Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut (Yasril dan Kasjono, 2009).

1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensial dimasukkan dalam model yaitu variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value < 0,25 pada analisis bivariat.

(46)
(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Sitampurung merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sitampurung berdiri sejak tahun 1993 setelah adanya penggabungan dari 3 (tiga) Desa yaitu;

1. Desa Sitampurung Toruan Tahun 1973 - 1993 2. Desa Sitampurung I/Julu Tahun 1957 - 1993

3. Desa Silaban Tahun 1958 -1993

Desa Sitampurung terbentuk atas 7 Dusun, memiliki luas wilayah 1.350 Ha atau 1,35 Km2, dengan perincian sebagai berikut :

1. Dusun I Sitampurung I - Sitampuurng Julu 2. Dusun II Pamunuan Babiat - Panggamatan 3. Dusun III Pustu –Hutagurgur-Pananggele 4. Dusun IV Peanauli - Sitiotio

5. Dusun V Strat pasar Siampapaga – Siampapaga Toruan 6. Dusun IV Simpang butar – Sitonggitonggi

7. Dusun VII Silaban Dolok.

(48)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siborongborong II Kecamatan Siborongborong.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Siborongborong I Kecamatan Siborongborong.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Siaro Kecamatan Siborongborong. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Lumban Ina-Ina Kecamatan Siborongborong.

Desa Sitampurung berada pada pegunungan, dengan memiliki topografi berbukit-bukit dengan kemiringan rata-rata 30°C serta berada pada ketinggian rata-rata 2500 dpl. Iklim di daerah ini termasuk beriklim dingin dengan kelembaban rata-rata 20 serta curah hujan cukup tinggi mencapai 3000- 3500 mm/tahun.

Berdasarkan data penduduk tahun 2010 diperoleh bahwa di Desa Sitampurung mempunyai jumlah penduduk 2412 Jiwa, yang terdiri dari 1164 jiwa laki-laki, 1248 jiwa perempuan dan 567KK (Kepala Keluarga).

(49)

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang meliputi: Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pemakaian APD, Pengetahuan, Sikap, Kondisi APD, Pemantauan, dan Dukungan Sosial.

4.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Pengukuran umur pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara dilakukan untuk mengetahui berapa orang umur yang paling dominan bekerja sebagai pekerja pandai besi sehingga dikategorikan menjadi <30 tahun, 30-40 tahun, dan >40 tahun. Hasil pengukuran umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengukuran Umur Pada

Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 <30 tahun 2 10

2 30-40 tahun 8 40

3 >40 tahun 10 50

Total 20 100

(50)

4.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Penilaian jenis kelamin pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin yang paling dominan bekerja sebagai pekerja pandai besi sehingga dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Hasil penilaian jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 20 100

2 Perempuan 0 0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa seluruh responden yaitu 20 orang (100%) yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara adalah laki laki.

4.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

(51)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 5 25

2 SLTP 8 40

3 SLTA 7 35

Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa pendidikan terakhir yang ditamatkan responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara paling banyak adalah SLTP dengan jumlah 8 orang (40%) sedangkan pendidikan terakhir yang ditamatkan responden paling sedikit adalah SD yaitu sebanyak 5 orang (25%).

4.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat Pelindung Diri

(52)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh hasil responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utarayang berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (75%) dan hanya seperempat responden yang berpengetahuan baik yaitu 5 orang (25%).

4.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Alat Pelindung Diri

(53)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh hasil responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara yang mempunyai sikap baik tentang alat pelindung diri sebanyak 14 orang (70%) sedangkan responden yang mempunyai sikap cukup sebanyak 6 orang (30%).

4.2.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Alat Pelindung Diri

Pengukuran kondisi APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara dilakukan untuk mengetahui kondisi dari setiap alat pelindung diri sehingga dikategorikan menjadi baik apabila ≥50% pekerja merasa nyaman dalam pemakaian APD dan tidak baik apabila <50% pekerja tidak merasa nyaman dalam pemakaian APD. Hasil pengukuran kondisi APD dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Kondisi APD Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

(54)

Tapanuli Utara menyatakan kondisi APD baik sebanyak 18 orang (90%) dan hanya 2 orang (10%) yang menyatakan kondisi APD tidak baik.

4.2.1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemantauan Alat Pelindung Diri Pengukuran pemantauan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara dilakukan untuk mengetahui pemantauan mandor terhadap alat pelindung diri sehingga dikategorikan menjadi baik apabila ≥50% pekerja menjawab “ya” dalam pemantauan APD dan tidak baik apabila <50% pekerja menjawab “tidak” dalam pemantauan APD. Hasil pengukuran pemantauan APD dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemantauan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Pemantauan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara menyatakan pemantauan mandor terhadap APD baik sebanyak 11 orang (55%) sedangkan responden yang menyatakan pemantauan mandor terhadap APD tidak baik sebanyak 9 orang (45%)

4.2.1.8 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial

(55)

pimpinan sehingga dikategorikan menjadi baik apabila ≥50% pekerja menjawab “ya” atau adanya ajakan teman pekerja untuk menggunakan APD dan tidak baik apabila <50% pekerja menjawab “tidak” atau tidak adanya ajakan teman pekerja untuk menggunakan APD. Hasil pengukuran dukungan sosial dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Dukungan Sosial Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara menyatakan dukungan sosial baik sebanyak 16 orang (80%) sedangkan responden yang menyatakan dukungan sosial tidak baik sebanyak 4 orang (20%)

(56)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung

Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Penggunaan APD Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa responden yang bekerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara yang menggunakan APD sebanyak 12 orang (60%) sedangkan responden yang tidak menggunakan APD sebanyak 8 orang (40%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, kondisi APD, pemantauan, dan dukungan sosial terhadap penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara dengan menggunakan uji chi square dapat dilihat pada tabel berikut.

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Penggunaan APD

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dengan penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden

(57)

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa dari 5 responden berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (20%) menggunakan APD dan sebanyak 4 orang (80%) tidak menggunakan APD sedangkan dari 15 responden berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (73,3%) menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 4 orang (26,7%) tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=0,109 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan penggunaan APD.

4.2.2.2 Hubungan Sikap Responden Dengan Penggunaan APD

Distribusi responden berdasarkan sikap responden dengan penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Dengan

(58)

dari 5 diperoleh nilai p=0,161 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan penggunaan APD.

4.2.2.3 Hubungan Kondisi APD Dengan Penggunaan APD

Distribusi responden berdasarkan kondisi APD dengan penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD Dengan

(59)

4.2.2.4 Hubungan Pemantauan APD Dengan Penggunaan APD

Distribusi responden berdasarkanpemantauan dengan penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemantauan APD Dengan

Penggunaan APD Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 menggunakan APD sedangkan sebanyak 3 orang (27,3%) tidak menggunakan APD dan dari 9 responden yang menyatakan pemantauan APD oleh mandor tidak baik sebanyak 4 orang (44,4%) menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 5 orang (55,6%) tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=0,362 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan APD dengan penggunaan APD.

4.2.2.5 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Penggunaan APD

(60)

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial Dengan Penggunaan APD Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016 menyatakan dukungan sosial baik antara sesama teman pekerja sebanyak 10 orang (62,5%) menggunakan APD sedangkan sebanyak 6 orang (37,5%) tidak menggunakan APD dan dari 4 responden yang menyatakan dukungan sosial antara sesama teman pekerja tidak baik sebanyak 2 orang (50%) atau setengah dari responden menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2 orang (50%) atau setengah responden tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penggunaan APD.

4.2.3 Analisis Multivariat

(61)

dengan penggunaan APD dan sikap responden dengan penggunaan APD, sehingga kedua variabel tersebut dapat dilanjutkan untuk dianalisis multivariat. Dalam analisis bivariate ini variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji regresi logistic berganda dengan metode Backward Stepwise. 4.16 Hasil Analisis Regresi Logistic Berganda Dengan Metode

Backward Stepwise

(62)

=

1

1 +

( ⋯ )

=

1

1 + 2,718281

( , , ( ) , !(" # ))

=

1

1 + 2,718281

( , , ( ) , !( ))

=

1

1 + 2,718281

, , , !

Tabel 4.17 Probabilitas Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Variabel Prediktor Proporsi persentase

Pengetahuan 1 0,7557 75,57%

Sikap 1

(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa dari 5 responden berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (20%) menggunakan APD dan sebanyak 4 orang (80%) tidak menggunakan APD sedangkan dari 15 responden berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (73,3%) menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 4 orang (26,7%) tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=0,109 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan penggunaan APD.

(64)

Hal ini tidak selaras dengan penelitian Sabrina (2015) bahwa Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,0001 (p<0.05). Artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pekerja dengan menggunakan alat pelindung diri. Hal ini juga didukung oleh penelitian Netty (2015) bahwa hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,022 (p<0,05), dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan APD.

Penelitian ini pun didukung juga oleh, penelitian Dedek (2008) bahwa melalui hasil uji korelasi Pearson menunujukkan terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dan penggunaan APD dengan nilai p=0.004 (p=<0,05).

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunya 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

2. Memahami (comprehension) 3. Aplikasi (application)

4. Analisis (analysis) 5. Sintesis (synthesis) 6. Evaluasi (evaluation)

(65)

penelitian ini, membahas pengetahuan pekerja pandai besi dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

5.2 Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2012).

Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa dari 14 responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 10 orang (71,4%) menggunakan APD dan sebanyak 4 orang (28,6%) tidak menggunakan APD dan dari 6 responden yang mempunyai sikap cukup sebanyak 2 orang (33,3%) menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 4 orang (66,7%) tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=0,161 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan penggunaan APD.

(66)

orang (36,4%) dan responden yang memiliki sikap positif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis berjumlah 7 orang (63,6%).

Sikap penggunaan APD yang kurang baik kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti tingkat pengetahuan apabila pekerja tidak mengetahui tentang APD dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap, kenyamanan juga menjadi sangat penting dalam membangun keinginan penggunaan APD pada karyawan. kenyamanan saat menggunakan APD, penggunaan APD yang tidak mengganggu aktivitas saat bekerja, ketersediaan APD, peraturan yang dilaksanakan oleh perusahaan dan yang pastinya peraturan tersebut diketahui oleh pekerja, dan pengawasan yang ketat oleh pihak manajemen perusahaan memungkinkan perubahan sikap negative karyawan menuju pada sikap yang positif mengenai penggunaan APD.

Sebaliknya, hal ini tidak selaras dengan hasil penelitian Netty (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan APD dengan nilai p=0,014 (p< 0,05). Semakin naik sikap responden maka kemungkinan besar akan semakin baik dalam menggunakan APD dalam bekerja.

(67)

dapat dilakukan secara berlahan dan dapat memberikan hasil saat dilakukan dengan disiplin. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah sikap para karyawan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai penggunaan APD sehingga mereka dapat memahami pentingnya penggunaan APD. Program-program yang dapat dilakukan yaitu soaialisasi mengenai keselamatan kerja, publikasi data kecelakaan kerja . untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan faktor pendorong antara lain fasilitas yaitu berupa tersedianya APD yang cukup dan memberikan motivasi yang mendukung

5.3 Hubungan Kondisi APD dengan Penggunaan APD

Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh bahwa dari 18 responden yang menyatakan kondisi APD baik sebanyak 11 orang (61,1%) menggunakan APD sedangkan sebanyak 7 orang (38,9%) tidak menggunakan APD dan dari 2 responden yang menyatakan kondisi APD tidak baik sebanyak 1 orang (50%) atau setengah dari responden menggunakan APD sedangkan sisanya yaitu sebanyak 1 orang (50%) atau setengah responden tidak menggunakan APD. Dengan menggunakan uji exact fisher karena terdapat >20% nilai expected kurang dari 5 diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi APD dengan penggunaan APD.

(68)

nyaman dalam menggunakan alat pelindung diri dengan alasan APD tersebut memperlambat pekerjaan para pekerja.

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan kenyamana fasilitas akan meningkatkan prestasi kerja dari setisp tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya akan dapat digunakan oleh pekerja secara optimal.

Sebaliknya, penelitian ini tidak selaras denan penelitian Sumarna (2013) bahwa ada hubungan kenyamanan APD dengan pemakaian APD pada karyawan percetakan dengan nilai p=0,016 (p<0,05).

Hasil penelitian juga telah menunjukkan bahwa pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab.Tapanuli Utara telah menggunakan APD dalam kondisi baik, hanya saja ada juga pekerja yang tidak memakai APD dikarenakan mereka kurang nyaman menggunakan APD karena mereka merasa menggunakan APD memperlambat pekerjaan mereka.

5.4 Hubungan Pemantauan APD dengan Penggunaan APD

(69)

p=0,362 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan APD dengan penggunaan APD.

Penelitian ini sejalan dengan Febryanti (2014) bahwa tidak ada hubungan pemantauan dengan penggunaan APD dengan nilai p=0,397 (p>0,05).

Pada penelitian ini juga, pekerja merasa tidak perlu dipantau dalam hal penggunaan APD saat bekerja dikarenakan mereka lebih nyaman ketika mereka bekerja sendiri dan memakai APD sesuai keperluan mereka saja, tanpa harus dipantau.

Menurut Notoadmojo (1991) pemantauan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang diterapkan. Tujuan dilaksanakan pemantauan adalah agar target unit dapat tercapai dan untuk meningkatkan disiplin pekerja khususnya dalam penggunaan APD .

5.5 Hubungan Dukungan Sosial dengan Penggunaan APD

(70)

sosial dengan penggunaan APD. Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Febriyanti (2014) bahwa dari hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan penggunaan APD. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p=1,000 (p=<0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial antar teman pekerja pandai besi sudah baik, hanya saja ada teman yang tidak menghiraukan temannya dalam hal penggunaan APD.

Berdasarkan hasil uji regresi tersebut dapat dibuat persamaan logistic berganda yaitu :

Y (Penggunaan APD) = 1,833-3,351(pengetahuan)+2,647(sikap)

(71)

Maka dari hasil ini, kondisi APD, pemantauan, dan dukungan sosial sama sekali tidak berhubungan dengan pekerja dalam hal penggunaan APD. Karena tanpa mereka dipantau, pekerja sendiri sudah mengetahui bahaya apa yang akan dialami selama bekerja. Dalam hal dukungan sosial juga, karena setiap pekerja secara sendirinya pasti akan menggunakan APD lewat dukungan dari teman kerja.

Selanjutnya, variabel yang berpengaruh yaitu pengetahuan dan sikap. Menurut teori perilaku, yaitu terdapat 3 domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Maka dari itu, perlu pengetahuan yang mendasari sikap yang diwujudkan melalui tindakan. Sama halnya dengan penggunaan APD, dengan pekerja dibekali pengetahuan tentang APD melalui, misalnya: mengadakan pelatihan kerja maka sikap pekerja terbentuk melalui tindakan dalam hal penggunaan APD.

(72)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor pengetahuan, sikap, kondisi APD, pemantauan APD, dan dukungan sosial tidak mempunyai hubungan signifikan dengan penggunaan APD pada pekerja pandai besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2016.

2. Faktor sikap merupakan faktor yang paling memengaruhi penggunaan APD pada pekerja pandai besi di desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016. Maka dari itu, menurut teori perilaku bahwa sikap itu harus dibarengi dengan pengetahuan sehingga diwujudkan dalam tindakan yaitu penggunaan APD.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan yang diperoleh maka saran dalam penelitian ini adalah :

(73)
(74)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Notoadmodjo (2007), perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotifdan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungannya.

(75)

satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya (Daryanto, 2007).

Tujuannya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2007):

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan.

2 Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan

efisien.

Manajemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung, menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program instruksionalnya. Oleh karena itu, untuk memastikannya, kita memerlukan definisi mengenai kecelakaan (accident) tersebut. Para ahli telah menyodorkan sejumlah definisi kecelakaan.

1. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan (by chance) atau akibat dari penyebab yang tidak diketahui (unknown causes) yang berkaitan dengan pekerjaan.

(76)

kelalaian atau penyebab yang tidak dapat dihindari yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Kecelakaan adalah setiap peristiwa yang tidak biasa dan tidak diharapkan yang mengganggu kemajuan kegiatan yang tetap, biasa dan teratur.

Faktor-faktor apakah yang dapat menimbulkan kecelakaan? Penyebab kecelakaan biasanya dibedakan dalam penyebab teknis, penyebab sistem kerja, penyebab manusia, penyebab lingkungan, dan penyebab gabungan (Sastradipoera, 2002):

1. Penyebab teknis (misalnya, kondisi-kondisi kimiawi, fisik, atau mekanik yang tidak aman).

2. Penyebab sistem kerja (termasuk metode kerja, prosedur kerja, dan koordinasi antara alat-alat dan manusia) yang merupakan penyebab dasar kebanyakan kecelakaan dalam perusahaan. Sistem kerja yang menyebabkan kecelakaan antara lain berkaitan dengan tata letak yang tidak betul, pembuatan mesin yang tidak aman, kerusakan pabrik dan bahan-bahan, kebersihan yang buruk, penerangan yang tidak tepat, ventilasi yang tidak sempurna, dan kurangnya pakaian dan perlengkapan pengaman.

3. Penyebab manusia (misalnya membuang alat-alat keamanan atau membuatnya tidak beroperasi, keengganan atau kelalaian

(77)

diantaranya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak aman, sistem transportasi yang berbahaya, menjalankan mesin tanpa pengetahuan dan dengan kecepatan yang tidak normal, salah pakai alat keamanan, dan merusak alat-alat keselamatan kerja. 4. Penyebab lingkungan (misalnya, situasi yang tidak aman,

perubahan cuaca, kebisingan suara, pencahayaan yang tidak cukup, ventilasi yang buruk, pencemaran karena perawatan tempat kerja yang tidak memadai, sanitasi yang jorok, dan tekanan dan ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan).

5. Penyebab gabungan antara penyebab teknis, penyebab manusia, dan penyebab lingkungan.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktoryang menentukan kondisi pekerja yaitu (Cahyono, 2004) :

1. Kondisi mental dan fisik

Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman

Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai,yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

(78)

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

Alat pelindung diri yang selanjutnya disebut APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya.

APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha untuk karyawannya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki. 2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

Menurut Suma’mur (2009),alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

(79)

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara teknik, administrasi, dan penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja (Budiono, 2003).

APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011).

Suma’mur (1996) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

1. Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.

2. Pemeliharaan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.

(80)

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya. 4. Cara pemakaian yang benar

Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

a) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang ada.

b) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

c) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus dijelaskan pada tenaga kerja.

d) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri.

e) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.

(81)

Undang-undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Bab VIII, Pasal 12, ayat b:

Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat pelindung diri. Bab VIII, Pasal 12, ayat c:

Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan. Bab IX, Pasal 13:

Barang siapa yang akan memasuki suatau tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Bab X, Pasal 14, ayat c:

Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alatperlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan.

2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka, 2008):

(82)

2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya. 4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya. 5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sebagainya.

Menurut Rijanto (2011), karakteristik APD adalah sebagai berikut:

1) Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat menghilangkan bahaya pada sumbernya.

2) Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui, maka resiko bahaya yang timbul dapat menjadi lebih besar. 3) Saat digunakan, alat pelindung diri haru sudah dipilih dengan tepat dan

(83)

4) Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih. 2.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Harwanti (2009),Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untukmelindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untukmengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkanfungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antaralain:

2.3.1 Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungirambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme,percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

a) Topi pelindung (Safety Helmets)

(84)

beterbangan, sengatan listrik, atau kombinasi diantaranya. Topi/helm pelindung diklasifikasikan menjadi:

1) Kelas A: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah/terbatas. Biasanya arus listrik sampai 2.200 volt (Cahyono, 2004).

2) Kelas B: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi.Biasanya arus litrik sampai 20.000 volt (Cahyono, 2004).

3) Kelas C: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik.

Gambar

Gambar 1.1 Pekerja pandai besi memanaskan besi yang akan ditempa
Gambar 1.4 Pekerja hanya menggunakan APD seperlunya. Seperti: sarung tangan, topi, celana panjang
Gambar 1.6 Pekerja hanya menggunakan celana panjang dan sepatu sebagai APD pada saat proses penghalusan/pentajaman
Gambar 1.8 Pekerja sedang mengelas besi. Disini pekerja menggunakan APD, seperti: topi, pelindung radiasi, dan celana panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keterkaitan Kelompok Masa Kerja Responden dengan Persentase Gangguan Kesehatan Mata yang Terjadi pada Pekerja Las Home Industry di Wilayah Kecamatan Kartasura

penelitiannya menemukan 87,5% kecelakaan kerja di percetakan terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.Penelitian yang telah dilakukan Rengganis

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan pemakaian alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja las di Desa

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja.. Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau

Hubungan antara Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung Baru Fakultas Kedokteran

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Milla tidak memiliki hubungan penggunaan (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja dikarenakan para pekerja memiliki

Tidak tahu Jawaban No KOLOM D Ya Tidak 1 Apakah selama bekerja anda merasa nyaman

menggunakan APD, pekerja yang memiliki motivasi yang baik dapat dilihat saat pekerja tersebut melakukan pekerjaanya dan akan menggunakan APD yang sudah disediakan perusahaan untuk