• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN RASIO GINI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN RASIO GINI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN RASIO GINI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015

ANALYSIS AFFECT OF EDUCATION ECONOMIC GROWTH AND GINI RATIO TO OPEN UNEMPLOYMENT IN SPECIAL REGION OF

YOGYAKARTA IN 2010-2015

Oleh

LUTHFI QADRUNNADA 20130430277

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN RASIO GINI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015

ANALYSIS AFFECT OF EDUCATION ECONOMIC GROWTH AND GINI RATIO TO OPEN UNEMPLOYMENT IN SPECIAL REGION OF

YOGYAKARTA IN 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

LUTHFI QADRUNNADA 20130430277

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Luthfi Qadrunnada Nomor Mahasiswa : 20130430277

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH

PENDIDIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN RASIO GINI TERHADAP

PENGANGGURAN TERBUKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2010-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut

dibatalkan.

Yogyakarta, 19 Maret 2017

(5)

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagaipenolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs-Al-Baqarah: 153) “Maka apabila engkau telah usai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk

urusan yang lain” (Qs-Al-Insyirah: 7)

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,tetapi kita selalu

(6)

PERSEMBAHAN

 Untuk kedua orangtua tercinta Ibu Sumiyati dan Bapak Widiyanto yang senantiasa memberikan dukungan hingga menghantarkan sampai dititik ini

dengan penuh doa

 Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta  Untuk Dosen pembimbingku yang senantiasa memberikan saran serta

masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.  Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 Teman-teman seperjuangan mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2013

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Batasan Masalah...12

C. Rumusan Masalah Penelitian...12

D. Tujuan Penelitian...13

E. Manfaat Penelitian...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...15

A. Landasan Teori...15

1. Pengangguran...15

2. Teori-Teori Pengangguran...17

3. Jenis-Jenis Pengangguran...21

4. Akibat Buruknya Pengangguran...26

B. Pendidikan...28

1. Teori-Teori Pendidikan...29

(8)

C. Pertumbuhan Ekonomi...32

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...32

2. Proses Pertumbuhan Ekonomi...33

3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi...36

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi...37

5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran...41

D. Rasio Gini (Ketimpangan Pendapatan)...42

E. Hasil Penelitian Terdahulu...44

F. Hipotesis...46

G. Model Penelitian...47

BAB III METODE PENELITIAN...48

A. Objek Penelitian...48

B. Jenis dan Sumber Data...48

C. Teknik Pengumpulan Data...48

D. Variabel dan Definisi Operasional...49

1. Variabel Penelitian...49

2. Definisi Operasional...49

E. Metode Analisis...51

F. Uji Kualitas Data...55

1. Desteksi Multikolinearitas...55

2. Desteksi Autokorelasi...56

3. Heteroskedasitas...57

4. Deteksi Normalitas...58

G. Uji Hipotesis...59

1. Uji Koefisien Determinan (R-square)...59

2. Uji F-Statistik...60

3. Uji t-Statistik (Uji Parsial)...61

4. Pengambilan Keputusan...61

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN...63

(9)

B. Tingkat Pengangguran Terbuka...65

C. Pendidikan...66

D. Pertumbuhan Ekonomi...67

E. Rasio Gini...68

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...70

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data...70

1. Uji Heteroskedasitas...70

2. Uji Multikolinearitas...71

B. Pemilihan Metode Pengujian Data Panel...72

1. Uji Chow (Uji Likehood)...73

2. Uji Hausman...74

C. Uji Statistik...78

1. Koefisien Determinasi (R2)...78

2. Uji Signifikan Variabel Serempak (Uji F)...78

3. Uji t-statistik...79

BAB VI KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN PENELETIAN...85

A. Kesimpulan...85

B. Saran...86

C. Keterbatasan Penelitian...87

DAFTAR PUSTAKA...88

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta menurut

wilayah dan jenis kelamin periode Februari 2013-Agustus 2015 ... 4

Tabeli4.1Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota se-DIY, 2010-2015 ... 65

Tabel 4.1 Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota se-DIY, 2010-2015 ... 66

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota se-DIY, 2010-2015 .... 68

Tabel 4.4 Rasio Gini Menurut Kabupaten/Kota se-DIY, 2010-2015 ... 69

Tabel 5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

Tabel 5.2 Hasil Multikolinearitas ... 72

Tabel 5.3 Hasil Uji Chow ... 73

Tabel 5.4 Hasil Uji Hausman ... 74

Tabel 5.5 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model ... 75

Tabel 5. 6 Uji t ... 79

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 PDRB menurut lapangan usaha ADHB dan ADHK serta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Isti mewa Yogyakarta periode tahun 2011-2015 7

Gambar 1.1 Perkembangan AMH penduduk Yogyakarta tahun 2010-2013 ... 9

Gambar 1.2 Perkembangan Rasio Gini DIY dan Nasional ... 10

Gambar 2.1 Kurva Lorenz ... 43

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ... 47

(12)
(13)

ABSTRACT

The purpose of this study is to see the extent of the influence of education, economic growth nd the gini ratio againt the open unemployment rte in Yogyakarta the period of 2010-2015. Type data used in this research is a from secondary data is data the panel are taken according to the district/city in the whole area Special Region of Yogyakarta.

Methods of data analysis which used in this research is to use the panel which data analysis model of fixed effect model (FEM). The results of the analysis of panel data model shows that the independent variable is positive and influential gini ratio was not signifiant. While the variable levels of education and economic growth are both negative and significant effect againts the open unemployment rate in he Special Region of Yogyakarta the period 2010-2015.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan kerja secara merata. Dalam pembagunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja masih menjadi permasalahan utama. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan dalam mendapatkannya. Pokok dari permasalahan ini berawal dari kesenjangan antara pertumbuha jumlah angkatan kerja disalah satu pihak dan kemajuan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pihak lain.

Pembangunan ekonomi yang bertujuan antara lain pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat inflasi, mengentaskan kemiskinan, menjaga keseimbangan pembayaran, pendistribusian pendapatan yang adil dan merata serta mengatasi masalah pengangguran. Maka dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, negara meluncurkan berbagai kebijakan misalnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan non moneter dan sebagainya.

(15)

pengangguran tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan menimbulkan kerawanan sosial serta berpotensi mengakibatkan kemiskinan (BPS, 2007).

Dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk yang berlaku. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Lebih prihatin lagi dibeberapa negara miskin bukan saja jumlah pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan tenaga kerja semakin bertambah tinggi (Sukirno, 1985).

Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran serta menyediakan kesempatan kerja yang luas agar mampu meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat. Kemakmuran tersebut dapat dilihat dari indikator pengukur prestasi kegiatan ekonomi yaitu : 1) Pendapatan Nasional, 2) Penggunaan Tenaga kerja dan pengangguran, 3) Tingkat Inflasi dan 4) Neraca perdagangan dan neraca pembayaran (Sukirno, 2001).

(16)

tingkat output nasional maupun tingkat kesempatan kerja di Indonesia tidak mencapai kesempatan kerja penuh (Boediono, 1993).

Akibat adanya pengangguran, banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhin kebutuhan dasar seperti sandang, papan dan pangan. Keadaan tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia hidup dengan kondisi miskin dan melarat. Dampak selanjutnya dapat menimbulkan masalah sosial seperti kriminalitas, prostitusi, meningkatnya jumlah pengemis dan gelandangan, putus sekolah, anak jalanan dan lain-lain. Berbagai masalah sosial tersebut merupakan penyakit masyarakat yang merusak sendi-sendi kehidupan sosial, moralitas dan merendahkan martabat manusia.

Masalah pengangguran memang selalu menjadi persoalan yang perlu dipecahkan dalam perekonomian negara Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin betambah setiap tahunnya berakibat bertambahhnya pula angkatan kerja dan tentunya memberikan makna bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaan semakin meningkat, seiring dengan demikin maka jumlah tenaga kerja juga akan meningkat.

(17)

Berikut ini disajikan data tentang angka pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta menurut wilayah dan jenis kelamin periode Februari 2013-Agustus 2015.

TABEL 1. 1

Angka Pengangguran Terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Wilayah dan Jenis Kelamin Periode Februari 2013-Agustus 2015

Tahun Nasional DIY Perempuan Laki-Laki Desa Kota

Sumber : BPS D.I. Yogyakarta Februari 2012-Agustus 2015

(18)

dengan kemudahan akses transportasi dan semakin baiknya kondisi infrastruktur fasilitas seperti jalan raya. Tingkat Pengangguran terbuka Daerah Istimewa Yogyakarta Agustus 2015 menurut jenis kelamin laki-laki sebesar 3,89 persen masih lebih tingga jika dibandingkan perempuan sebesar 2,53 persen, karena laki-laki sebagai kepala keluarga khusunya di usia angkatan kerja lebih produktif dalam upaya mendapatkan status bekerja guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran di suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di sutau daerah diharapkan semakin tinggi pula kesempatan berkembang bagi perusahaan dan pencimptaan lapangan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain itu pertumbuhan ekonomi melalui PDRB yang meningkat diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di daerah tersebut, karena dengan kenaikan PDRB kemungkinan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan PDRB suatu wilayah dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah pengangguran pada wilayah tersebut, karena dengan angka pengangguran yang rendah dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik.

(19)

Sumber: BPS Provinsi DIY

GAMBAR 1. 1

PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) dan ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) serta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Tahun

2011-2015

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa PDRB di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2011-2015 dengan melihat presentase pertumbuhannya cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 tejadi peningkatan PDRB yang paling tinggi yakni sebesar 5,47 persen sementara itu pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada tahun 2015 dengan presentase sebesar 4,94 persen.

Namun kenyataannya pertumbuhan PDRB yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru ternyata masih terbatas dalam penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran masih cenderung meningkat. Perhatian pemerintah terhadap nasib pekerja sebenarnya bukan hal yanng baru, banyak kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk perbaikan nasib pekerja, antara lain K3, Jamsostek dan upah minimum. Namun pada kenyataanya pelaksanaan peraturan ini banyak mengalami hambatan baik ketidakperdulian

2011 2012 2013 2014 2015

ADHK 68049874 71702449 75627450 79532277 83461574

ADHB 71369985 77247861 84924543 92829330 101396117

PE 5,21 5,37 5,47 5,16 4,94

PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHB

dan ADHK Serta Pertumbuhan Ekonomi

DIY

ADHK

ADHB

(20)

maupun ketidakmampuan pengusaha, hal ini terbukti dari banyaknya kasus pemogokan buruh yang menuntut haknya.

Jumlah tingkat pengangguran serta angkatan kerja menunjukkan banyaknya jumlah penduduk yang harus diikutsertakan dalam proses pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika proses pembangunan harus mampu melibatkan seluruh angkatan kerja mak dari itu jumlah angkatan kerja yang besar itu dapat menjadi beban bagi pembangunan ekonomi.

Di era sekarang ini, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja serta mencerminkan tingkat kepandaian atau pencapaian pendidikan formal karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan diharapkan semakin tinggi pula kemampuan kerja dan produktivitas dalam bekerja karena program akhir pendidikan adalah teraihnya pekerjaan yang kita harapkan.

Dalam UUD 1945 pasal 28C yang telah diamandemen disebutkan bahwa : “Setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” . Berdasarkan

UU Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa besarnya porsi anggaran pendidikan adalah 20 persen dari total APBN. Ini mengimplikasikan bahwa komitmen bangsa ini untuk menempatkan pendidikan sebagai salah satu komponen sumber daya pengetahuan, sehingga dipahami bahwa pengetahuan akan menjadi pembangkit kemajuan ekonomi. (BPS,2012).

(21)

membutuhkan orang-orang atau tenaga kerja berkualitas, profesional dan sehat agar mampu melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien.

Sumber: BPS Provinsi DIY

GAMBAR 1. 2

Perkembangan AMH Penduduk Yogyakarta Tahun 2010-2013

Salah satu indikator pendidikan dapat kita lihat dari Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH penduduk Yogyakarta tahun 2010-2013 mencerminkan kecenderungan meningkat. Dapat dilihat bahwa AMH pada tahun 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka sebear 92,86 persen, artinta 92,86 persen proporsi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas telah mampu dan mengerti baca-tulis.

Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan maka semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Maka disini peran pemerintah diperlukan dalam menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan, sehingga ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat akan distribusi pendapatannya pun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.

90,84

91,49

92,02

92,86

2010 2011 2012 2013

ANGKA MELEK HURUF DIY

(22)

Ketimpangan distribusi pendapatan penduduk biasanya sering diukur dengan menggunakan indikator Rasio Gini. Berikut ini disajikan data Rasio Gini Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015.

Sumber : BPS Provinsi DIY

Gambar 1. 3

Perkembangan Rasio Gini DIY dan Nasional

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa Rasio Gini di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami fluktuasi. Ketimpangan pendapatan paling tinggi antara tahun 2010-2015 terjadi pada tahun 2013 dengan rasio sebesar 0,44 namun masih dikategorikan sebagai ketimpangan sedang. Namun secara umum rasio gini nasional dengan rasio gini Daerah Istimewa Yogyakarta dikatakan masih relatif tinggi. Artinya ketimpangan pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta lebih tinggi daripada ketimpangan yang dihitung secara nasional.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor pertanian kemudian disusul sektor jasa dan lainnya. Sektor yang paling potensial dikembangkan yaitu pariwisata, perdagangan dan usaha kecil menengah. Pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi problematika sosial yang cukup serius

0,41

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(23)

karena karakter pengangguran didaerah tersebut menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan tingkat pendidikan tinggi.

Masalah pengangguran penting untuk dianalisa karena pengangguran ini akan menimbulkan gejolak sosial politik yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi suatu daerah bahkan suatu negara. Pengangguran dapat menurunkan daya beli masyarakat, karena orang yang menganggur berarti tidak berpenghasilan dan bekerja tidak penuh. Penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan pendidikan terdadap pengangguran telah banyak dilakukan, namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena pengangguran perlu diperhatikan mengingat dampaknya yang sangat luas bagi perekonomian, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu, dengan berbagai gambaran di atas, maka penulis ingin meneliti mengenai keadaan pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memilih judul sebagai berikut: Analisis Pengaruh Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Rasio Gini Terhadap Tingkat Pengangguran Di Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015.

B. Batasan Masalah

(24)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah pengangguran yang tentunya masih menjadi masalah utama dalam perekonomian suatu daerah di Indonesia termasuk Yogyakarta. Pemerintah telah berupaya serta memberikan berbagai macam kebijakan untuk mengatasi permasalahan terebut. Dikaitkan dengan kondisi Kabupaten atau Kota Daerah Istimewa Yogyakarta, permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana sifat dan signifikansi variabel pendidikan, laju pertumbuhan ekonomi dan rasio gini terhadap pengangguran di Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan demikian peneliti mencoba melihat:

1. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi tehadap tingkat penganggurn terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015

3. Bagaimana pengaruh rasio gini terhadap tingkat pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penyusunan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah variabel pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran

terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta periode tahun 2010-2015.

2. Untuk mengetahui apakah variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta periode tahun 2010-2015.

(25)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah dan Lembaga Terkait Provinsi DIY

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun masukan terhadap pemerintah serta bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam mengatasi pengangguran di Yogyakarta.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik serta menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama proses kuliah yang nantinya digunakan sebagai bekal terjun ke masyarakat.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan ataupun sumber refrensi bagi pembaca dan memberikan informasi tentang pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya dapat digunakan perbaandingan bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian yang sejenis.

4. Bagi Masyarakat

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

(27)

Pengangguran merupakan masalah makroekonomi yang mempengaruhi kelangsungan hidup manusia secara langsung. Bagi kebanyakan orang kehilangan suatu pekerjaan merupakan penurunan suatu standar kehidupan. Jadi tidak mengejutkan apabila pengangguran menjadi topik yang sering diperbincangkan dalam perdebatan poltik oleh para politisi yang seringkali mengkaji bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu terciptanya lapangan pekerjaan (Mankiw,2000).

Untuk mengukur tingkat pengangguran suatu wilayah bisa diperoleh melalui dua pendekatan :

a. Pendekatan Angkatan Kerja (Labour force approach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dapat dihitung berdasarkan presentase dan perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan kerja.

Pengangguran= �ℎ �� � � �� �� �

�ℎ � � � � �� � � %

b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labour utilization approach)

1) Bekerja penuh (employed) adalah orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

(28)

2. Teori-teori Pengangguran

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang Toeri-Teori Pengangguran di Indonesia yaitu :

a. Teori Klasik

Teori Klasik menjelaskan pandangan bahwa pengangguran dapat dicegah melalui sisi penawaran dan mekanisme harga di pasar bebas supaya menjamin terciptanya permintaan yang akan menyerap semua penawaran. Menurut pandangan klasik, pengangguran terjadi karena mis-alokasi sumber daya yang bersifat sementara karena kemudian dapat diatasi dengan mekanisme harga (Gilarso. 2004).

Jadi dalam Teori Klasik jika terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja maka upah akan turun dan hal tersebut mengakibatkan produksi perusahaan menjadi turun. Sehingga permintaan tenaga akan terus meningkat karena perusahaan mampu melakukan perluasan produksi akibat keuntungan yang diperoleh dari rendahnya biaya tadi. Peningkatan tenaga kerja selanjutnya mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada di pasar, apabila harga relatif stabil (Tohar. 2000).

b. Teori Keynes

(29)

bukan disebabkan oleh rendahnya produksi akan tetapi rendahnya konsumsi. Menurut Keynes, hal ini tidak dapat dilimpahkan ke mekanisme pasar bebas. Ketika tenaga kerja meningkat, upah akan turun hal ini akan merugikan bukan menguntungkan, karena penurunan upah berarti menurunkan daya beli masyarakat terhadap barang-barang. Akhirnya produsen akan mengalami kerugian dan tidak dapat menyerap tenaga kerja.

Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah dalam mempertahankan tingkat permintaan agregat agar sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan (Soesastro, dkk, 2005). Perlu dicermati bahwa pemerintah hanya bertugas untuk menjaga tingkat permintaan agregat, sementara penyedia lapangan kerja adalah sektor wisata. Hal ini memiliki tujuan mempertahankan pendapatan masyarakat agar daya beli masyarakat terjaga. Sehingga tidak memperparah resesi serta diharapkan mampu mengatasi pengangguran akibat resesi.

c. Teori Kependudukan dari Malthus

(30)

(misalnya, dalam deret 1,2 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan seterusnya). Dalam karyanya yang terbit belakangan, Malthus menekankan lagi tesisnya, namun tidak sekaku semula, hanya saja dia berkata bahwa penduduk cenderung tumbuh secata tidak terbatas hingga mencapai bata persediaan makanan. Dari kedua uraian tersebut Malthus menyimpulkan bahwa kuantitas manusia akan terjerumus ke dalam kemiskinan kelaparan. Dalam janngka panjang tidak ada kemajuann teknologi yang mampuu mengalihkan keadaan karena kenaikan supply makanan terbatas sedangkan “pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir makanan untung menjaga kelangsungan hidup manusia”.

(31)

d. Teori Sosiologi Ekonomi No-Marxian

Berawal dari analisis Marx pada awal abad 20 tentang struktur dan proses ekonomi yang dapat dibayangkan sebagai sistem kapitalisme kompetitif. Industri kapitalis yang ada pada zaman itu tergolong masih kecil dan belum ada satupun yang memegang perekonomian dan mengendalikan pasar. Namun Marx yakin pada suatu saat apabila kapitalisme sudah muncul dengan demikian pesatnya maka akan memunculkan kompetisi antar industri yang menjadi semakin pesat dan kemudian menghasilkan sistem monopoli dari industri yang paling kuat dalam persaingan tersebut. Dengan munculnya monopoli modal ini maka akan ada satu perusahaaan besar yang akan mengendalikan perusahaan-perusahaan lain dalam perekonomian kapitalis.

Dalam pengembangan analisis Marx yang dianut oleh para penganut Marxian yang baru ini konsep “kelas buruh “ tidak

mendeskripsikan sekelompok orang atau sekelompok pekerjaan tertentu, tetapi lebih merupakan pembelian dan penjualan tenaga kerja. Para tenaga kerja tidak mempunyai alat produksi sama sekali sehingga segolongan orang terpaksa menjual tenaga mereka kepada sebagian kecil orang yang mempunyai alat produksi.

(32)

yang masih tidak mampu bersaing dan menjadi terpuruk. Apabila semua proses produksi dan pemasaran semua terpengaruh oleh sebuah perusahaan raksasa saja, maka akan mengakibatkan perusahaan kecil menjadi sangat sulit dan hal pamasaran, bisa saja perusahaan kecil tersebut mengalami kebangkrutan dan tidak lagi mampu menggaji pekerjanya. Setelah perusahaan tersebut tidak mampu baroperasi lagi, maka para pekerja yang semula bekerja dalam perusahaan tersebut menjadi tidak mempunyai pekerjaan lagi. Kemudian akhirnya pekerja tersebut menjadi pengangguran.

3. Jenis-Jenis Pengangguran

a. Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibagi empat kelompok (Sukirno, 1994) :

1) Pengangguran Normal atau Friksional

(33)

Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja, akibatnya pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaanya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. Mereka inilah yang digolongkan sebagai pengangguran normal.

2) Penggangguran Siklikal

(34)

3) Pengangguran Struktural

Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor berikut: wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri itu sangat menurun oleh karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran yang wujud digolongkan sebagai pengangguran struktural. Dinamakan demikian karena disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi.

4) Pengangguran Teknologi

(35)

pabrik-pabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya dinamakan pengangguran teknologi. b. Penggangguran Berdasarkan Cirinya

Berdasarkan cirinya, Pengangguran dibagi menjadi empat kelompok (Sukirno, 1994):

1) Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.

2) Pengangguran Tersembunyi

(36)

yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Pada negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh-contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.

3) Pengangguran Musiman

Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu pada umumnya para petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa tersebut para penyadap karet, nelayan dan petani tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.

(37)

Pada negara-negara berkembang migrasi dari desa ke kota sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagian terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur (underemployed). Dan jenis penganggurannya dinamakan underemployment.

4. Akibat Buruknya Pengangguran

Beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek (Sukirno,2000) dimana dua aspek tersebut yaitu :

a. Akibat buruk terhadap kegiatan perekonomian

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :

(38)

2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit.

3) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang pertama, pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Kedua, pengangguran yang diakibatkan oleh keuntungan kelesuan kegiatan perusahaan yang rendah menyebabkan berkurangnya keinginan untuk melakukan investasi.

b. Akibat buruknya terhadap individu dan masyarakat

Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah :

1. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan.

(39)

3. Pengangguran dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat terhadap pemerintah.

B. Pendidikan

Menurut (Todaro. 2004) bahwa permintaan pendidikan dipengaruhi oleh dua hal, pertama harapan seorang siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan yanng lebih layak pada era modern dimana dimasa yang akan datang bagi siswa itu sendiri ataupun keluarganya serta biaya pendidikan baik bersifat langsung ataupun tidak langsung akan ditanggung oleh siswa dan keluarganya. Yang kedua, dari sisi penawaran jumlah sekolah di tingkat sekolah dasar, menengah, dan universitas lebih banyak ditemukan oleh prosses politik yang sering tidak berkaitan dengan kriteria ekonomi.

(40)

1. Teori-Teori Pendidikan

a. Teori Modal Manusia

Pendidikan tersebut termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia, yang mana investasi tersebut dinamakan dengan Human Capital (teori modal manusia). Investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat dinilai stok manusia, dimana nilai stok manusia setelah mengikuti pendidikan dengan berbagai jenis dan bentuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional (social benefit) individu dibandingkan dengan sebelum mengecap pendidikan.

(41)

produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh lebih tinggi.

b. Teori Alokasi atau Persaingan

Pada tahun 70-an, teori Human Capital mendapat kritik tajam. Argumen yang disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan. Dengan demikian, orang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan (yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya non formal) akan memiliki produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal. Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan teori alokasi atau persaingan status yang mendapat dukungan dari Meyer (1977) dan Collins (1979).

(42)

proporsi lebih tinggi dalam pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang bependidikan lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Pengangguran

Pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Dengan kata lain, tujuan akhir program dari pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah teraihnya lapangan kerja yang diharapkan. Atau setidaknya setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai gengsi yang lebih tinggi di bandingkan dengan sektor informal.

Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat

kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan

penyelenggaraan "pendidikan". Maka merembaknya isu pengangguran

terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan

di negara-negara berkembang.

(43)

pendidikannya, maka semakin besar kesempatannya untuk memperoleh pekerjaan yang layak.

C. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (2008) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembagan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan laju pertumbuhan ekonomi yang perlu dicapai perlu dihitung adalah pendapatan nasional rill menurut harga tetap yaitu harga berlaku ditahun dasar yang dipilih. Sehingga dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi mangukur prestasi dari perkembangan perekonomian suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto per kapita (PDRB per kapita). Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994).

(44)

pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu. b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output

perkapita, dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi jumlah penduduk.

c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.

2. Proses Pertumbuhan Ekonomi

(45)

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Beberapa faktor ekonomi tersebut diantaranya:

1) Sumber Alam

Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak-minyak gas, hutan air dan bahan-bahan mineral lainnya.

2) Akumulasi Modal

(46)

3) Organisasi

Organisasi bersifat melengkapi dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

4) Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru.

5) Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

b. Faktor Non-Ekonomi

(47)

1. Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial.

2. Faktor Sumber Daya Manusia

Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi.

3. Faktor Politik dan Administratif

Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang. Administrasi yang kuat, efisien, dan tidak korup, dengan demikian amat penting bagi pertumbuhan ekonomi.

3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Menurut (Sukirno, 1994) ada enam ciri-ciri pertumbuhan yang muncul dalam analisis yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, dimana ciri-ciri tersebut seringkali terikat satu sama lain. Keenam ciri tersebut yaitu:

a. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dzn produk perkapita yang tinggi.

(48)

c. Laju perubahan struktural yang tinggi yang mencakup kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industtri ke jasa dan peralihan usaha-usaha perseorangan menjadi perusaha-usahaan yang beerbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.

d. Semakin tingginya tingkat urbanisasi. e. Ekspansi dari negara lain.

f. Peningkatan arus barang, modal dan orang antar bangsa.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Adam Smith

(49)

b. Teori Malthus dan Ricardo

Tidak semua ahli ekonomi Klasik mempunyai pendapat yang positif mengenai prospek jangka panjang pertumbuhan ekonomi. Malthus dan Ricardo berpendapat bahwa proses pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan kembali ke tingkat subsisten. Jumlah penduduk atau tenaga kerja adalah berlebihan apabila dibandingkan dengan faktor produksi yang lain, pertambahan penduduk akan menurunkan produksi per kapita dan taraf kemakmuran masyarakat. Maka, pertambahan penduduk yang terus berlaku tanpa diikuti pertambahan sumber-sumber daya yang lain akan menyebabkan kemakmuran masyarakat mundur kembali ke tingkat subsisten.

c. Teori Schumpeter

(50)

d. Teori Harrod-Domar

Teori ini pada dasarnya melengkapi analisis Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi. Untuk menunjukkan hubungan diantara analisis keynes dengan teori harrod-domar. Teori Keynes pada hakikatnya menentukan dan menerangkan bahwa perbelanjaan agregat akan meningkatkan kegiatan perekonomian. Dikembangkan oleh Keynes menunjukkan bagaimana konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan akan menentukan tingkat pendapatan nasional. Analisis harrod-domar bahwa “sebagai akibat investasi yang dilakukan tersebut pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah. Seterusnya teori harrod-domar dianalisis keadaan yang perlu wujud agar pada masa berikutnya barang-barang modal yang tersedia tersebut akan sepenuhnya digunakan. Sebagai jawaban tersebut menurut harrod-domar agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di masa lalu”.

e. Teori Solow

(51)

juga lenyap bersamanya. Oleh karena itu Solow membangun model pertumbuhan jangka panjang tanpa asumsi proporsi produksi yang tetap. Dengan asumsi tersebut, Solow menunjukan dalam modelnya bahwa dengan koefisien teknik yang bersifat variabel, rasio modal buruh akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu, ke arah rasio keseimbangan.

Untuk mengetahui maju tidaknya suatu perekonomian diperlukan adanya suatu alat pengukur yang tepat. Alat pengukur pertumbuhan perekonomian ada beberapa macam diantaranya:

1) Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

2) Produk Domestik Bruto per Kapita (Pendapatan per Kapita)

Produk Domestik Bruto per Kapita merupakan jumlah PDB nasional dibagi jumlah penduduk atau dapat disebut sebagai PDB rata-rata atau PDB per kepala.

3) Pendapatan per Jam Kerja

(52)

5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelaskan dengan hukum Okun (Okun’s law), diambil dari nama Arthur Okun, ekonom yang pertama kali mempelajarinya (Demburg,1985:53). Yang menyatakan adanya pengaruh empiris antara pengangguran dengan

output dalam siklus bisnis. Hasil stud i empirisnya menunjukan bahwa penambahan 1 (satu) point pengangguran akan mengurangi GDP ( Gross Domestik Product) sebesar 2 persen. Ini berarti terdapat pengaruh yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran dan juga sebaliknya pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi. Penurunan pengangguran memperlihatkan ketidakmerataan. Hal ini mengakibatkan konsekuensi distribusional.

Pengangguran berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan nasional, maka semakin besarlah harapan untuk pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru.

D. Rasio Gini (Ketimpangan Pendapatan)

(53)

individu atau rumah tangga (Todaro & Smith, 2004). Pada tingkat ketimpangan yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja, dan tingkat kemiskinan akan semakin tinggi.

Perhitungan Rasio Gini awal mulanya berasal dari upaya pengukuran luas suatu kurva (yang kemudian dinamakan Kurva Lorenz) yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pengeluaran. Secara ilustrasi, luas Kurva Lorenz merupakan luas daerah di bawah garis diagonal yang dibatasi dengan kurva pada suatu persegi empat. Perbandingan atau rasio antara luas daerah Kurva Lorenz dengan luas daerah di bawah garis diagonal dapat diperoleh nilai Rasio Gini. Secara Matematis, untuk menghitung Rasio Gini dapat mengguanakan persamaan berikut :

Rasio Gini = − ∑ i i+ i−1

= ... (2) Keterangan :

P1 = Persentase penduduk pada kelas pengeluaran ke-i Q1 = Persentase kumulatif jumlah pengeluaran kelas ke-i k = Jumlah kelas pengeluaran yang dibentuk

(54)

Sumber : Todaro, 2006

GAMBAR 2. 1

Kurva Lorenz

Kurva Lorenz adalah kurva yang menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduknya secara kumulatif dan diperkenalkan pertama kali oleh Max Otto Lorenz di tahun. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. Sisi vertikalnya menggambarkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi horisontalnya menggambarkan persentase kumulatif populasi.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Zulhanafi dan Syofyan (2013) dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Dan Tingkat Pengangguran, peneliti menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi, investasi, pengeluaran pemerintah, upah, inflasi untuk mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia secara parsial. Dengan metode regresi linear

(55)

dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi, produktivitas, investasi, pengeluaran pemerintah dan upah berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di Indonesia. Sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap pengangguran di Indonesia.

2. Fatihin (2015), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, Dan Pendidikan Terhadap Pengangguran Terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta peneliti ini menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan pendidikan untuk mengetahui mengetahui pengangguran di Yogyakarta secara parsial. Dengan metode regresi panel dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di Yogyakarta.

3. Ariefka (2014) meneliti tentang analisis inflasi, GDP, pertumbuhan penduduk dan upah terhadap tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1990-2010. Mengemukakan hasil analisa regresi bahwa secara bersamaan variabel independen ini memiliki pengaruhsignifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Diketahui bahwa nilai R-Squared sebesar 0,736 yang berarti sebesar 73,6% tingkat pengangguran dipengaruhi oleh inflasi, pertumbuhan penduduk, upah serta GDP, sedangkan 26,4 persen sisanya dijelaskan oleh variabel diluar penelitian ini.

(56)

beban/tanggungan penduduk, upah minimum kota, dan inflasi terhadap pengaruh pengangguran terbuka di kota-kota Jawa Tengah. Berdasarkan hasil regresi panel dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan, beban tanggungan penduduk berpengaruh positif dan signifikan, upah minimum kota berpengaruh negatif dan signifikan dan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di kota-kota Provinsi Jawa Tengah.

5. Prasetyo (2015) meneliti tentang Analisis Fakttor Penentu Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 1991-2013. Peneliti menggunakan variabel inflasi, PDRB, dan Upah Minimum terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah. Berdaarkan hasil regresi linear berganda dapat disimpulkan pengaruh nilai PDRB terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah sebesar 7%. Tingkat upah minimum berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai sebesar 75% dan pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah sebesar 7%. Secara bersama-sama ketiga variabel tersebut memiliki nilai R2 sebesar 90,9% dan sisanya diluar variabel yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

(57)

fixed effect dijelaskan bahwa vaiabel PDRB berhubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka, jumlah penduduk berhubungan positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka. Sementara itu variabel inflasi dan UMK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran terbuka. Nilai R-square sebesar 0,906 yang berarti 90,06 persen variabel pengangguran terbuka dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya 9,94 persen dijelaskan diluar variabel tersebut.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau simpulan yang diambil berdasarkan teori dalam kajian pustaka. Dalam penelitain ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Perubahan indikator variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Perubahan indikator variabel pertumbuhan ekonomi diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(58)

G. Model Penelitian

Atas dasar pemikiran dan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai berbagai hubungan antara variabel independen ( Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini) dengan variabel dependen (Tingkat Pengangguran Terbuka), sebagaimana dijelaskan diatas dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2010-2015 maka faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya tingkat pengangguran terbuka di 5 kabupaten/kota (Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo, Kota Jogja, Kabupaten Bantul) dapat digambarkan dengan mengembangkan model sebagai berikut:

GAMBAR 2. 2

Kerangka Berfikir Pendidikan (-)

Pertumbuhan Ekonomi (-)

Rasio Gini (+)

Tingkat Pengangguran

(59)
(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan,pertumbuhan ekonomi dan rasio gini di lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta periode tahun 2010-2015 sebagai variabel bebas (X).Selain itu peneliti juga menggunakan data tingkat pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2010-2015 sebagai variabel terikat (Y).

B. Jenis dan Sumber Data

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa

time series dan cross section data atau data panel. Data sekunder merupakan data yang disajikan dan atau dipakai oleh lembaga atau badan yang bukan pengolahnya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi D.I. Yogyakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

(61)

section dari tahun 2010 sampai dengan 2015 yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS).

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian menggunakan metode kuantitatif, variabel merupakan dasar dari pembahasan. Menurut Martono (2011) variabel merupakan unsur yang memiliki lebih dari satu nilai atau merupakan suatu unsur yang bervariasi.

2. Definisi Operasional

Definisi opeasional memuat definisi variabel penelitian serta satuan alat ukur yang dipakai dalam variabel penelitian. Dalam penelitian ini definisi operasional masing-masing variabOel yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Variabel Dependen

(62)

memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk kedalam kelompok pengangguran. Variabel ini menggunakan satuan persen.

b. Variabel Independen

Menurut Martono dalam Arsono (2014) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi dan menghasilkan akibat pada variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Variabel Pendidikan (PND)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data angka melek huruf (AMH) pada penduduk yang berusia 15 tahun ke atas pada 5 kabupaten atau kota di Provinsi DIY dengan menggunakan satuan persen dalam periode 2010-2015.

2) Variabel Rasio Gini (GINI)

Variabel gini merupakan indeks ketimpangan pendapatan antar penduduk di lima kabupaten atau kota di Provinsi DIY. Suatu indeks pada umumnya tidak memiliki satuan ukuran.

3) Variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi

(63)

E. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan mengguanakan metode analisis regresi data panel. Menurut Basuki dan Yuliadi (2015) data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Menurut Widarjono dalam Basuki dan Yuliadi (2015) menggunakan data panel dalam penelitian mempunyai beberapa keuntungan yaitu. Pertama, data panel yang merupakan gabungan antara time series dan

cross section mempunyai degree of freedom yang lebih besar karena data yang tersedia lebih banyak. Kedua, menggunakan data panel dapat mengatasi masalah yang muncul karena penghilangan variabel (omitted-variable).

(64)

Analisis regresi dalam penelitian ini diolah menggunakan program

Eviews 7.0 dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

Yi = β1 it + β2X2 it + β3X3 it + β4X4 it + εit ... (3) i = 1, 2, . . . N, t = 1, 2, . . . T

Dimana:

Y= variabel dependen β = koefisien regresi

i = cross-section

t = waktu / time series

t = Data Panel ε = error term

Model dalam penelitian ini penulis modifikasi disesuaikan dengan ketersediaan data di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga diperoleh persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

TPTit= β1i+ β2 PND it+ β3 PE it+ β4 GINI it + εit ... (4) Dimana:

TPT : tingkat pengangguran terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010-2015

(65)

PE : laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010-2015

GINI : ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010-2015

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan (Basuki dan Yuliadi, 2015).

1. Common Effect Model

Merupakan bentuk estimasi paling sederhana karena hanya menggunakan kombinasi data time series dan data cross section tanpa memperhatikan dimensi waktu maupun individu./wilayah Sehingga mengasumsikan perilaku setiap individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode estimasi ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square

(OLS) atau teknik kuadrat terkecil dalam mengestimasi data panel.

2. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Estimasi Fixed Effect Model

(FEM) menggunakan teknik variabel dummy untuk melihat perbedaan intersep antar individu/wilayah, namun terdapat kesamaan slop antar wilayah. Teknik ini juga sering disebut sebagai Least Square Dummy Variabel (LSDV).

(66)

Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar wilayah. Pada model ini perbedaan intersep diakomodasi oleh error term masing-masing wilayah. Keuntungan menggunakan model ini adalah menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga biasa disebut sebagai Error Component Model atau teknik

Generalized Least Square (GLS).

Untuk menentukan model yang tepat dalam estimasi data panel perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu (Basuki dan Yuliadi, 2015). a. Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat dalam mengestimasi data panel.

b. Uji Hausman

(67)

c. Uji Lagrange Multiplier (LM)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah model

Random Effect atau Common Effect (OLS) yang paling tepat untuk mengestimasi data panel.

F. Uji Kualitas Data

1. Desteksi Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi kolinier dari variabel yang lainnya. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regresi ini ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolinearitas.

Menurut Gujarati dalam Arsono (2014) penyakit multikolinieritas dalam sebuah regresi dapat dilihat dari gejala sebagai berikut :

a. Etimasi menghasilkan nilai R kuadrat yang lebih tinggi (lebih dari 0,8) nilai F, sedangkan nilai t-statistik semua atau hampir semua variabel tidak signifikan.

b. Melakukan regresi parsial, yaitu :

1) Lakukan regresi variabel dalam level atau regresi awal sehingga didapat nilai R kuadrat

(68)

3) Bandingkan nilai R kuadrat pada regresi awal dengan regresi parsial, jika nilai R kuadrat regresi parsial lebih tinggi maka terdapat multikolinearitas

4) Melakukan korelasi variabel bebas, jika nilainya lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas

2. Desteksi Autokerelasi

Penyebab terjadinya autokorelasi menurut Basuki dan Yuliadi (2015) yaitu adanya Kelembaman (intertia) yaitu adanya pola konjungtur, hal tersebut terjadi karena pada data observasi periode sebelumnya dengan periode sekarang kemungkinan besar saling ketergantungan. Kedua, yaitu adanya bias atau dengan kata lain variabel yang tidak dimasukkan. Hal itu terjadi karena variabel yang berdasar teori sangat penting perannya terhadap variabel terikat tidak dimasukkan dalam estimasi. Ketiga, adanya fenomena sarang laba-laba (cobweb phenomenon).

Cara mendeteksi ada atau tidaknya suatu autokorelasi dalam sebuah regresi dapat dilakukan dengan cara uji d Durbin Watson (Durbin Watson d Test). Menurut gujarati dalam Astuti (2014) cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi yaitu :

a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residualnya b. Hitung nilai d (Durbin Watson)

(69)

d. Apabila hipotesis nol adalah tidak ada serial korelasi positif maka,jika d < dL, tolak H0

d < dU, terima H0

dL = d = dU, pengujian tidak meyakinkan

Apabila hipotesis nol adalah tidak serial korelasi negative,maka jika d > 4-dL, tolak H0

d < 4-dU, terima H0

4-dL = d = 4-dU, pengujian tidak meyakinkan

e. Apabila H0 adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial korelasi positif manapun atau negatif maka jika

d < dL, tolak H0 d > 4-dL, tolak H0 dU < d < 4-dU, terima H0

dU = d = dL, pengujian tidak meyakinkan 4-dU = d = 4-dL, pengujian tidak meyakinkan

3. Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas terjadi apabila nilai probabilitas tetap sama dalam sebuah observasi x, dan varian setiap residual sama untuk setiap variabel bebas, sebaliknya apabila terjadi heteroskedastisitas maka nilai variansnya berbeda (Basuki dan Yuliadi, 2015).

(70)

nilai chi-square (X2) yang didapat lebih besar dari chi-square kritis maka terdapat heteroskedastisitas dalam model tersebut.

4. Deteksi Normalitas

Deteksi normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data residualnya terdistribusi secara normal atau tidak. Menurut Gujarati dalam Astuti (2014) normalitas suatu data dapat diuji dengan melihat Normal Probability Plot (NPP), jika data terdistribusi normal maka NPP terlihat seperti garis lurus. Selain menggunakan NPP, kita juga dapat mendekteksi normalitas suatu data dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X2 tabel, jika nilai J-B hitung > 0,05 maka terdistribusi normal, namun jika J-B hitung < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.

Menurut Basuki dan Yuliadi (2015) tidak semua uji asumsi klasik harus digunakan pada setiap regresi.

a. Uji linearitas hampir tidak digunakan dalam setip regresi karena sudah diasumsikan bahwa model bersifat linear. Walaupun harus dilakukan uji tersebut maka hanya untuk melihat sejauh mana tingkat linearitasnya. b. Uji normalitas bukan merupakan syarat BLUE (Best Linier Unbias

Estimator). Beberapa pendapat menyebutkan bahwa tidak mengharuskan uji ini sebagai yang wajib diuji.

(71)

d. Multikolinearitas perlu dilakukan pada regresi linier apabila menggunakan variabel bebas lebih dari satu. Apabila hanya terdapat satu variabel bebas maka pastilah tidak terjadi multilkolinearitas.

e. Heteroskedasitas biasanya terjadi pada data cross section, dimana data panel lebih mendekatkan ciri-ciri data cross section dibandingkan time series.

Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada regresi dengan menggunakan data panel tidak semua uji asumsi klasik digunakan pada metode OLS, maka dari itu peneliti hanya akan melakukan pengujian dengan uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas saja.

G. Uji Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen untuk mengukur kebaikan suatu model (Goodness of Fit). Nilai koefisien determinasi diantara 0 dan 1 (0 < R2 <1), nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen sangat terbatas. Nilai yang mendeteksi 1 berarti variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi model dependen (Gujarati, 2003).

(72)

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R2 dapat naik dapat turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model. Pengujian ini pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.

2. Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini dilakukam untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan untuk bersama-sama terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis

H0: β1= β2= β3= β4 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : β1: β2 : β3: β4≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

b. Pengambilan Keputusan

(73)

variabel independen secara simultan (bersama-sama) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Jika probabilitas variabel independen < 0,05, maka secara hipotesis H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk meliaht signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis

H0: β1= β2= β3= β4 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara individu variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha: β1 : β2 : β3: β4 ≠0, artinya ada pengaruh secara individu variabel independen terhadap variabel dependen

4. Pengambilan Keputusan

(74)

Jika probabilitas variabel independen > 0,05, maka secara hipotesis H0 diterima, artinya variabel independen secara partial (sendiri) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Jika probabilitas variabel independen < 0,05, maka secara hipotesis H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel independen secara partial (sendiri) berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Adapun rumus untuk mendapatkan t hitung adalaha sebagai berikut: t hitung = (bi– b)/sbi

Dimana:

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Pada tingkat signifikasnsi 5% dengan kriteria pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.

(75)

Gambar

TABEL 1. 1
GAMBAR 1. 1
GAMBAR 1. 2
Gambar 1. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

(10) Persyaratan hedging dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk transaksi outright forward beli valuta

Karena itulah pemilihan topik tentang sistem persediaan, pembelian, dan penjualan adalah untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan dan penganalisaan terhadap informasi atau data

Lampiran Surat Keputusan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Nomor: 021/SK/SM-FKUAJ/V/2017 tertanggal 08 Mei 2017.

Jika setiap amal disertai pemikiran ini, dan dilakukan demi Allah Ta’ala, dia merasa takut pada Allah Ta’ala, bahwa ‘Dia melihat setiap pekerjaanku,’ maka setiap hari

Sumber sungai yang mengalir ke Bandung antara lain sungai Cimahi, Cibeureum, Cikapundung dari sebelah Utara; Citarik dari Timur; serta sungai Cikarial, Citarum

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek Penilaian Skor Nilai 0 1 2 3 4 Mengidentifi- kasi unsur- unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang

Sedangkan untuk pengujian karakteristik mekanik yaitu nilai kohesi pada tanah lunak mengalami penurunan dan hal ini berbanding terbalik dengan nilai sudut geser dalam yang

antara dua orang atau lebih tidak berjalan dengan baik karena mereka dapat saja menggunakan satu istilah atau kata yang sama, akan tetapi mempunyai arti yang