KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
YENITA DIAH RAHMANINGRUM 20120320192
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
YENITA DIAH RAHMANINGRUM 20120320192
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yenita Diah Rahmaningrum
NIM : 20120320192
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 18 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :
Orangtua tercinta Bapak M. Sabirin, SIP dan Mama Dwi Rahayati Adikku Widyanti dan Yunita
Keluarga besar Alm. H. Imah Yusuf dan keluarga Alm H. Nurahman Lalu Bayu Dirgantara
Wisseso Setyo Kuntoro Ratna sari, Sita tiari, Rya Sabrina Gugun, Izmi, Winardi, Rizal, Erna, Chandra
Teman-teman skill lab 12 B Teman-teman Lombok Teman-teman PSIK 2012
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW .
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, khususnya kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Moh. Afandi, S.Kep.,Ns,MAN.,HNC., selaku mentor atau dosen pembimbing yang telah membimbing kami hingga menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Novita Kurnia Sari S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
vi
6. Keluarga tercinta, teman dekat, teman seperjuangan dan sahabat yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
7. Seluruh Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca semoga Allah SWT memberikan ilmu yang berkah untuk kita semua.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 18 Juni 2016
vii DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
viii
1. Deskripsi Wilayah Penelitian... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Karakteristik Responden... Error! Bookmark not defined. 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat .. Error! Bookmark not defined.
4. Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien dengan Karakteristik Perawat ... Error! Bookmark not defined. 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi
Pasien... Error! Bookmark not defined. B.Pembahasan... Error! Bookmark not defined. 1. Data Demografi Responden ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien ...Error! Bookmark not defined.
3. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien ... Error! Bookmark not defined.
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 30 Tabel 3.2 Distribusi Pertanyaan Instrumen Penelitian……… 31 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat………. 40 Tabel 4.2Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi
Pasien………... 41 Tabel 4.3 Gambaran Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien……….. 42 Tabel 4.4 Crosstab Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien dan
Karakteristik Responden………. 43 Tabel 4.5 Crosstab Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien dan Karakteristik Responden………. 44 Tabel 4.6 Hubungan tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Permohonan izin Uji Validitas Lampiran 3. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Lampiran 5. Surat Permohonan izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian RS PKU Muhammadiyah Bantul Lampiran 7. SPO Identifikasi Pasien
Lampiran 8. Lembar Content Validity Index
Lampiran 9. Lembar Permohonan menjadi responden Lampiran 10. Lembar Persetujuan menjadi responden Lampiran 11. Kuesioner Penelitian
xii Advisor:
Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN., HNC
ABSTRACT
Background: Nursing error is the failure to plan action to be complete as expected or incorrect use of nursing plans to achieve goals. Adherence nurses in the identification of patient is expected to reduce the occurrence of nursing errors. Adherence person can be influenced by the level of knowledge. The purpose of this research is to know the correlation of level of knowledge with patient identifications adherence by Nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital.
Methods:This research was descriptif analytic design with cross sectional. Sample research of 60 people with a samping method use accidental sampling. Data analysis method used the fisher exact test.
Results: 93,3% nurses had high knowledge about patient identification and 71,7% nurses do not adherence to implementation patient identification. Correlation test results fisher exact test p = 0,570.
Conclusion: There is no correlation between level of knowledge with patient identifications adherence by nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Suggestion for nurses more adherence t in the implementation patient identification and the hospital can increase the motivation of nurses in the implementation patient identification.
1
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan mampu mengatasi masalah–masalah yang timbul akibat dari kesalahan dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam mematuhi prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi bertujuan untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang diberikan terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2007).
Menurut Kozier at al. (1995) Nursing Error meliputi kegagalan mengidentifikasi label obat, kesalahan membaca dan menghitung dosis, kesalahan mengidentifikasi klien, kesalahan dalam mengencerkan konsentrasi obat, kesalahan rute atau cara pemberian obat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulawi (2006) tentang tujuh kriteria yang disebut Nursing error meliputi kesalahan memberikan obat, atau menghitung dosis atau pasien atau waktu atau cara pemberian, pasien jatuh, cairan infuse kehabisan, salah mempersiapkan pasien untuk suatu tindakan, tidak melakukan suatu pengobatan atau tindakan sesuai yang direncanakan , mengambil sampel pemeriksaan salah pasien, melakukan pengobatan atau tindakan salah pasien.
Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar menimbulkan masalah dan ancaman keselamatan pasien. Ancaman tersebut jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara berkelanjutan seperti terjadinya adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (KNC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Depkes RI, 2011).
yang dapat membahayakan pasien tetapi tidak terjadi bahaya disebabkan kerena keberuntungan, dibatalkan, dan peringanan (Aspen, et al. 2004 cited in Wagner, et al 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), kejadian nyaris cidera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatau tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cidera tidak serius terjadi karena: (1) Keberuntungan, misalnya perawat memberikan obat kepada pasien tanpa mengidentifikasi pasien dan obat terlebih dahulu. pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak reaksi obat. (2) Pencegahan, misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan oleh perawat, tetapi perawat lain sempat mengidentifikasi dan membatalkan pemberian obat tersebut. (3) peringanan, misalnya perawat tanpa melakukan identifikasi memberikan obat dengan overdosis lethal, setelah dan diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya.
Kota Yogyakarta menempati urutan ke-3 dari insiden tersebut dengan prosentase sekitar 13% setelah DKI Jakarta dan Jawa Tengah (Depkes RI, 2011).
Kebijakan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi pasien seperti nama pasien, nomor identitas menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012).
tetapi dari 10 perawat ada 4 perawat yang mengatakan bahwa nomor kamar dan lokasi pasien masih bisa digunakan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2015, peneliti masih menemukan 7 perawat ketika akan memberikan tindakan kepada pasien masih ada yang tidak melakukan identifikasi pasien. Alasannya masih juga sama dengan observasi sebelumnya yaitu karena kebiasaan dan bisa menggunakan nomer kamar, padahal terkait pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien, rumah sakit sudah melakukan penyuluhan kepada perawat terkait patient safety termasuk juga identifikasi pasien sehingga perawat sudah mengetahui tentang identifikasi pasien. Akan tetapi dalam pelaksanaannya perawat masih ada yang tidak melakukan tindakan identifikasi pasien.
Hasil penelitian yang dilakukan Azim (2014) tentang gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap KPU Muhammadiyah Bantul yaitu menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien yang dilakukan perawat 92% dalam kategori kurang, dan 7,9% cukup, sedangkan yang baik tidak ada. Penelitian yang juga memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk menghubungkan pengetahuan perawat terkait identifikasi pasien dengan pelaksanaan identifikasi yang dilakukan perawat.
pengetahuan juga mempunyai peran dalam melakukan tindakan Identifikasi pasien. Seseorang bisa mematuhi suatu aturan atau rekomendasi apabila dia sudah mengetahui apa maksud dan tujuan dari aturan tersebut. Pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien bisa mempengaruhi kepatuhan kinerja perawat dalam melakukan identifikasi pasien.
Alquran Surat An-Nahl Ayat 93
هنلأْستل ءاشي ْنم يدْ ي ءاشي ْنم ُلضي ْنكل ًةدحا ًةهمأ ْمكلعجل هَ ءاش ْول ول ْعت ْمتْنك اه ع
( 39 )
Artinya:
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
Maksud dari ayat diatas yaitu Allah SWT memberikan manusia kesempatan untuk menentukan pilihan dan mereka juga bebas memilih jalan hidupnya masing-masing termasuk dalam hal pekerjaan.Tetapi Allah SWT juga akan meminta pertanggung jawaban atas semua pilihan dan pekerjaan yang lakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu “bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien b. Mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan identifikasi
pasien D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Rumah sakit bagi upaya peningkatan keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien
b. Manfaat bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perawat agar dapat menambah kepatuhan terhadap keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien
c. Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan, keamanan, kenyamanan dan kepuasan masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan
d. Manfaat bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu ataupun teori pada waktu masa perkuliahan yang digunakan untuk penelitian ini. Selain itu peneliti juga dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan identifikasi pasien
e. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait identifikasi pasien yaitu:
1. Azim (2014),gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 38 perawat di Bangsal Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan checklist. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul 92,1% dalam kategori kurang. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama–sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi perbedaannya penelitian ini meneliti tentang gambaran pelaksanaan identifikasi pasien sedangkan penelitian selanjutnya akan meneliti identifikasi pasien dengan menghubungkan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien.
penelitian kualitatif dengan desain deskriptif studi kasus, di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel di tentukan dan dipilih secara acidental sampling, purposive sampling, serta proporsi sampling. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama – sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi bedanya penelitian ini tentang evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien, sedangkan penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.
12 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011). b. Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) : 1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
4) Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
c. Standar Keselamatan Pasien
Pentingnya akan keselamatan pasien dirumah sakit, maka dibuatlah standar keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan kepada pasien. Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
d. Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)
diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint Commission International (JCI).
Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu:
1) Identifikasi pasien dengan benar 2) Meningkatkan komunikasi yang efektif
3) Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai 4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi 5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 6) Pengurangan risiko pasien jatuh.
2. Identifikasi Pasien
a. Definisi Identifikasi Pasien
digunakan dalam meningkatkan proses identifikasi (Joint Commission International, 2007).
b. Maksud dan Tujuan Identifikasi Pasien
Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan identifikasi pasien. Sasaran keselamatan pasien (SKP) bertujuan untuk mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien, menjadi salah satu area bermasalah dalam pemberian pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas permasalahan ini. Adapun usaha yang dilakukan yaitu dengan menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien.
Identifikasi pasien menjadi salah satu bagian dari enam sasaran keselamatan pasien yang sangat penting dalam keberhasilan serta dalam mencegah masalah-masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan, pemberian obat, dan pelayanan yang diberikan.
c. Elemen Identifikasi Pasien
Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara lain:
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur
5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.
d. Strategi dalam Identifikasi Pasien
Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien akan mengarah kepada tindakan dalam pemberian obat, pelaksanaan prosedur, pemeriksaan klinis pada orang yang salah. Dalam rangka meminimalkan risiko tersebut WHO Collaborating Center for Patient Safety Solusions menerbitkan Sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit (World Health Organization, 2007), dimana pada solusi ke dua adalah identifikasi pasien. Strategi yang ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu:
1) Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki sistem identifikasi pasien
b) Mendorong penggunaan setidaknya dua identitas (nama dan tanggal lahir)
c) Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas yang berbeda dalam sistem perawatan kesehatan d) Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi
pasien dan untuk membedakan identitas pasien dengan nama yang sama
e) Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam semua tahapan proses perawatan di rumah sakit
f) Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk pengambilan darah dan specimen lainnya
g) Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien pada pra- analitis, analitis dan proses pasca analitis.
h) Menyediakan protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil laboratorium atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten dengan riwayat klinis pasien
i) Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk mencegah multiplikasi otomatis dari kesalahan entry pada computer.
e. Akibat Kesalahan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya ketidakcocokan antara pasien yang terkait dengan identifikasi pasien yang akan mendapatkan pelayanan atau perawatan. Kesalahan identifikasi memiliki potensi untu menimbulkan kejadian adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), near miss atau kejadian nyaris cidera (KNC), kejdian potensi cidera(KPC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Australian on Safety and Quality in Health Care, 2008). 3. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan. Notoadmojo (2010) membagi Pengetahuan berdasarkan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu inimerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi masih didalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapatdilihatdari penggunaan katakerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang pernah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian dari materi-materi yang telah diperoleh. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan karena pendidikann adalah salah satu upaya untuk mencari pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
Tingkah laku individu atau kelompok manusia dalam memenihi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami oleh seorang individu bisa menambah pengetahuan
d. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan wawancara atau memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pada pengisian angket pengetahuan yang dinilai hanyalah pengetahuan pada tingkat dua yaitu memahami (Notoatmodjo, 2010). Selain itu pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk jawaban lisan maupun tulisan. Menurut Arikunto (2010) pertanyaan tes yang biasa digunakan dalam pengukuran pengetahuan ada dua bentuk yaitu: 1) Bentuk Objektif
Bentuk objektif ini adalah tes yang menjawabnya dapat diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi ragam objektif yaitu
c) Tes pelengkap melengkapi 2) Bentuk Subjektif
Tes subjektif adalah alat pengukur pengetahuan yang menjawabnya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti seperti tes objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para responden.
Pengetahuan atau penilaian pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi apabila pertanyaaan
dijawab dengan benar oleh responden ≥75%,cukup apabila
pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden 56%-74% dan rendah apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden <56%.
4. Kepatuhan
a. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada pemerintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam memberikan asuhan sesuai prosedur juga berpengaruh dalam keselamatan pasien.
(Feldman, 2003 dalam Kusumadewi, 2012) Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum, 2013).
b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Milgram (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain: 1) Status lokasi, dimana semakin penting tempat diberikan instruksi
maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan.
2) Tanggung jawab personal, dimana semakin besarnya tanggung jawab personal maka tingkat kepatuhan akan semakin yinggi
3) Legitimasi dari figure otoritas. Legimasi dari hal ini dapat diartikan sebagai seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan, atau kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin. Menurut Milgram, sekelompok orang cenderung untuk memenuhi perintah dariorang lain jika mereka mengenal otoritas mereka dengan baik secara moral maupun hukum yang berlaku dalam berbagai situasi.
kepatuhan menjadi berkurang. Sehingga dia menyimpulkan bahwa statusa dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan.
5) Dukungan rekan, dimana jika seseorang memiliki dukungan sosial dari teman mereka untuk tidak patuh, maka ketaatan mungkin bisa berkurang.selain itu kehadiran orang lain yang terlihat tidak mematuhi figure otoritas dapat mengurangi tingkat ketaatan.
B. Kerangka Konsep
2
Keterangan
: Diteliti : Tidak diteliti : Mempengaruhi : Berhubungan Pengetahuan perawat Kepatuhan perawat Identifikasi pasien Patient Safety Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. pengalaman
komunikasi yang efektif
keamanan obat yang perlu diwaspadai
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
Pengurangan risiko infeksi
Pengurangan risiko pasien jatuh
Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan 1. status lokasi 2.tanggung jawab 3. legitimasi dari figure
otoritas 4. status dari figure
C. Hipotesis
28
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel indenpenden dan dependen hanya satu kali pada satu saat.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul berjumlah 70 orang.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Dengan jumlah sampel penelitian 60 orang yang telah dihitung menggunakan rumus Slovin. Kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ini adalah
a. Kriteria Inklusi
1) Perawat pelaksana yang sudah mendapat pelatihan/sosialisasi terkait patient safety
2) Pendidikan minimal D3
4) Perawat yang bersedia menjadi responden b. Kriteria Ekslusi
1) Perawat yang sedang cuti
2) Perawat yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan 3) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada April – Mei 2016
D. Variabel penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen, antara lain:
Variabel Independen :Tingkat pengetahuan
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur 1. Pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien 2. Kepatuhan identifikasi pasien Pemahaman
perawat terkait
bagaimana memastikan
identitas pasien agar tidak terjadi
kesalahan dalam
pemberian tindakan
Ketaatan perawat
dalam melakukan
identifikasi pasien sebelum
memberikan
tindakan kepada
pasien
Kuesioner
Lembar observasi
Tinggi ≥75% Rendah ≤75%
Patuh ≥ 3,13 (cutting point mean)
Tidak patuh < 3,13 (cutting point mean)
Ordinal
Ordinal
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Identifikasi pasien kuesioner dan lembar observasi.
1. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
jawaban salah adalah (0) sedangkan untuk pernyataan unfavourable jawaban benar mendapat nilai (0) dan jawaban salah mendapat nilai (1). Kuesioner ini telah di dilakukan uji validitas, reliabilitas dan uji konten sehingga bisa digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.2 Distribusi Pernyataan Instrumen Penelitian
No Sub–Skala
Tingkat Pengetahuan
Nomor
Item Favourable Unfavourable
Jumlah Pernyataan
1. Definisi identifikasi pasien 1,2,3,4 ,5,9 4 (1,2,4,5) 2 (3,9) 6
2. Tujuan identifikasi pasien 6,8,10, 14,16, 23 3 (8,10, 23) 3 (6,14,16) 6
3. Elemen
identifikasi pasien 7,11,1 2,13,1 7,20 4 (7,11,12,13 , 20) 1 (11,17) 6
4. Akibat kesalahan identifikasi pasien 15,18, 19,21, 22, 24 5 (15,18,21, 22,24) 1 (19) 6
Jumlah Total 24
2. Lembar observasi/ Checklist
tingkat kemampuan perawat dalam menerapkan identifikasi pasien dengan jawaban “tidak” mendapat skor 0 dan jawaban “iya” mendapat skor 1.
Hasil ukur dari lembar observasi ini akan dihitung total dari semua responden dan mencari nilai rata-rata untuk mengetahuai apakah perawat dikatakan patuh atau tidak dalam mengidentifikasi pasien.
F. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Melakukan observasi langsung tindakan identifikasi pasien yang dilakukan oleh perawat menggunakan checklist observasi
2. Memberikan kuesioner tingkat pengetahuan tentang identifikasi kepada perawat yang sudah diobservasi oleh peneliti
3. Setelah kuesioner terisi seluruhnya, kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti kemudian peneliti mengecek kelengkapan kuesioner
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
dan kemudian dilakukan uji konten didapatkan hasil 0,875 dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitan. Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan alpha cronbach didapatkan hasil sebesar 0,917 dan instrumen dikatakan reliabel dan dapat digunakan.
H. Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah – langkah sebagai berikut : a. Editing ( Pemeriksaan data)
Setelah kuesioner dan lembar observasi terisi pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian identitas maupun jawaban pada kuesioner perawat dan checklist observasi peneliti.
b. Scoring
di poin identifikasi pasien dan nilai (0) diberikan apabila perawat tidak melakukan tindakan yang ada di poin identifikasi pasien.
c. Coding
Setelah memberikan penilaian pada tahap ini peneliti memberikan kode numeric terhadap setiap jawaban yang akan dimasukkan kedalam komputer baik karakteristik responden yaitu contohnya jenis kelamin kode (1) untuk laki-laki dan kode (2) untuk perempuan. Pada variabel dalam penelitian yaitu contohnya pada level pengetahuan (1) untuk pengetahuan tinggi dan (2) untuk pengetahuan sedang.
d. Input data (Pemasukan data)
Setelah memberikan kode pada tahap ini peneliti mulai memasukan data kedalam program komputer untuk diolah lebih lanjut. e. Tabulating (Tabulasi)
Setelah dilakukan pengolahan pada program komputer, pada tahap ini peneliti menyusun hasil dari pengolahan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa dan diinterpretasikan.
2. Teknik Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja) dan variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien yang ditampilkan dalam bentuk distribusi dan frekuensi.
b. Bivariat
Analisis bivariat digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur korelasi terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi adalah. Fisher exact test. Bila pada uji Fisher exact test perhitungan nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien.
I. Etika Penelitian
1. Memberikan Informed Concent
Pada prinsip informed concent, responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Prinsip ini diterapkan peneliti dengan cara ketika akan melakukan penelitian. Peneliti menyerahkan lembar pernyataan menjadi responden untuk dibaca dan diisi terlebih dahulu oleh responden serta memberikan tanda tangan sebagai bukti kesediaan untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah menyetujui bersedia menjadi responden, peneliti memberikan kuesioner untuk diisi.
2. Tanpa Nama (Anonim)
Dalam penelitian ini, peneliti dalam penggunaaan subyek penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur tetapi peneliti menggunakan kode responden untuk bisa membedakan responden satu dengan yang lain.
3. Kerahasiaan
37 A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah Sakit PKU ini awalnya merupakan sebuah klinik dan rumah bersalin yang diberi nama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul yang kemudian diresmikan menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun 2001 berdasarkan keputusan Ijin Kanwil Depkes Provinsi DIY no 503/1009/PK/IV/1995 dan dengan diterbitkannya izin operasional dari Dinas Kesehatan No : 445/4318/2001.
macam kelas sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimiliki oleh pasien jenis ruang rawat inap yang ditawarkan yaitu ruang perawatan VIP, ruang perawatan kelas 1, ruang perawatan kelas II dan ruang perawatan kelas III. Fasilitas perawatan yang diterima berbeda-bedasesuai ruang perawatan yang dipilih. Ruang rawat inap yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Bantul yaitu bangsal umum dewasa (Al Insan, Al A’raf,
Al Kautsar), bangsal bedah (Al Kahfi), bangsal anak (Al Ikhlas), Bangsal perawatan bayi dan nifas (An Nuur-An Nisaa). Peneliti melakukan penelitian pada semua bangsal rawat inap yang tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.
Pelatihan terkait keselamatan pasien di rumah sakit dilakukan setiap tahun. Pelatihan ini merupakan salah satu program dari keselamatan pasien. Program keselamatan pasien didalamnya terdapat 6 sasaran keselamatan pasien yaitu salah satunya identifikasi pasien. Di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sudah terdapat SPO terkait identifikasi pasien. SPO identifikasi pasien dibuat oleh tim keselamatan pasien yang ada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
2. Gambaran Karakteristik Responden
1 Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 36 23 1 60 38,3 1,7
2 Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 7 53 11,7 88,3
3 Pendidikan
DIII S1 49 11 81,7 18,3
4 Lama Kerja
1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 41 15 3 1 68,3 25 5 1,7 Sumber : Data Primer 2016
[image:57.612.163.528.174.389.2]dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien pada April – Mei 2012 (n=60)
No Tingkat Pengetahuan F (n) Prosentase (%)
1 2
Tinggi Rendah
56 4
93,3 6,7
Total 60 100
Sumber :Data primer 2016
Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 56 (93,3%) responden memiliki pengetahuan tinggi.
Tabel 4.3 Gambaran Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60)
No Kepatuhan Perawat F (n) Prosentase (%)
1 2
Patuh Tidak Patuh
17 43
28,3 71,7
Total 60 100
Sumber : Data Primer 2016
[image:58.612.163.524.483.535.2]Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien dan Karakteristik Perawat pada April – Mei 2016 (n= 60)
No Karakteristik Responden
Tingkat Pengetahuan
Tinggi Rendah
n % N %
1. Usia Responden
21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 32 23 1 53,3 38,3 1,7
4 6,7
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 6 50 10 83,3 1 3 1,7 5
3. Pendidikan
DIII S1 46 3 76,7 5 10 1 16,7 1,7
4. Lama Kerja
1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 37 15 3 1 61,7 25 5 1,7
4 6,7
Sumber :Data Primer 2016
[image:59.612.172.533.222.471.2]No Karakteristik
Responden Patuh Tidak patuh
N % N %
1. Usia Responden
21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 10 7 16,7 11,7 26 16 1 43,3 26,7 1,7
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 4 13 6,7 21,7 3 40 5 66,7
3. Pendidikan
DIII S1 14 3 23,3 5 35 8 58,3 13,3
4. Lama Kerja
1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 11 5 1 18,3 3 1,7 31 10 1 1 51,7 16,7 1,7 1,7 Sumber : Data Primer 2016
[image:60.612.173.528.170.416.2]identifikasi pasien disajikan dalam tabel 4.6 dibawah ini
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60)
Variabel Kepatuhan perawat Total P
Pengetahuan perawat
Patuh Tidak patuh
F % F % F %
Tinggi 17 28,3 39 65,0 56 84,3 0,570
Rendah 4 6,7 4 6,7
Total 17 28,3 43 71,7 60 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien didominasi oleh perawat yang tidak patuh dan memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 39 (65%) dan didapatkan nilai p = 0,570.
B. Pembahasan
1. Data Demografi Responden a. Usia
[image:61.612.172.541.290.388.2]perubahan dari segi fisik maupun psikologi. Pertambahan usiapun bisa berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang termasuk pengetahuan dan kepatuhan. Akan tetapi hal tersebut tidak lepas dari faktor lain juga yang mempengaruhi (Nursalam,2012).
Perawat dengan usia dewasa dini lebih cenderung memiliki komitmen yang bisa berubah, memiliki ketergantungan, masa perubahan nilai, masa kreatif serta masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Segala tindakan yang dilakukan perawat dengan usia dewasa dini lebih tergantung dari komitmen yang mereka miliki dan membutuhkan keberadaan seseorang yang bisa merubah sifat ketergantungannnya. Selain itu, usia dewasa dini lebih dituntut untuk menjalani peran baru ditempat kerja, rumah dan masyarakat, serta mengembangkan minat, nilai-nilai, sikap dengan peran tersebut sehinnga membutuhkan waktu beradaptasi (Kozier dkk, 2010).
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Banyak perawat yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak patuh terhadap identifikasi pasien juga didominasi oleh perempuan. Peneliti berasumsi hal tersebut bisa terjadi karena jumlah perawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki sehingga membuat kesempatan perawat laki-laki untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam menerapkan pengetahuan dan kepatuhan identifikasi pasien lebih sedikit dibandingkan perawat perempuan. Selain itu berdasarkan survei dan informasi kepala keperawatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul didominasi oleh perawat perempuan yang tersebar diseluruh ruangan rawat inap maupun rawat jalan.
kelamin perempuan, hal ini terjadi karena sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan .
c. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi DIII. Banyaknya perawat berpendidikan DIII dalam penelitian dipengaruhi oleh mayoritas perawat yang ada di daerah sekitar Bantul masih didominasi oleh lulusan DIII. Perawat dengan pendidikan DIII ini tersebar diseluruh ruangan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sedangkan perawat dengan lulusan S1 masih berjumlah sedikit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Azim, 2014) yang mengatakan perawat dengan latar belakang pendidikan DIII jauh lebih banyak dibandingkan dengan latar belakang pendidikan S1 sehingga membuka peluang yang jauh lebih besar pada perawat DIII untuk memberikan hasil yang berbeda. Sesuai dengan hasil penelitian perawat tidak patuh dalam identifikasi pasien didominasi oleh pendidikan DIII karena jumlah perawat DIII lebih banyak sehinnga berpeluang lebih besar tidak patuh dalam identifikasi pasien.
kurun waktu atau lama waktu yang telah dilalui seseorang seorang sejak mulai menekuni pekerjaannya. Lama kerja perawat di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul rata-rata 5 tahun. Pengalaman kerja yang rata-rata 5 tahun ini ternyata belum bisa membuat perawat patuh terhadap tindakan identifikasi pasien. Hal ini bisa terjadi karena tidak hanya faktor pengalaman kerja yang bisa menjamin seseorang menjadi patuh melainkan masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi tentang identifikasi pasien. Tingginya pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien terjadi karena perawat sebelumnya sudah mendapatkan pelatihan terkait identifikasi pasien. Hal ini juga disampaikan oleh kepala bagian keperawatan yang mengatakan bahwa sudah dilaksanakannya pelatihan terkait keselamatan pasien kepada perawat yang bekerja di rumah sakait PKU Muhammadiyah Bantul.
Selain itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibuat berdasarkan poin identifikasi pasien menurut Departemen Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dimana rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul juga menggunakan peraturan tersebut. Didalam kuesioner membahas mulai dari definisi identifikasi pasien, tujuan identifikasi pasien, elemen identifikasi pasien dan akibat jika tidak dilakukan identifikasi pasien. beberapa poin tersebut kemudian dikembangkan menjadi 24 pernyataan yang kemudian bisa digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien.
juga memiliki peran dimana seperti yang diungkapkan oleh perawat dan kepala ruangan yang ada di bangsal rawat inap rumah sakit bahwasannya sebagian besar perawat pernah mencari informasi terkait keselamatan pasien baik itu di media cetak maupun media elektronik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh El-Jardali, Sheikh, Jamal dan Abdo (2014) yang mengatakan bahwa adanya tenaga profesional perlu mengedukasi stafnya tentang pentingnya keselamatan pasien berdasarkan standar nasional maupun internasiaonal dan diusahakan menjadi salah satu budaya dalam melaksanakan prosedur yang berlaku. Maksudnya yaitu perlu diberikan edukasi dalam hal ini pelatihan maupun penyuluhan kepada perawat terkait keselamatan pasien agar perawat dapat melaksanakan atau patuh terhadap tindakan yang mengacu pada keselamatan pasien.
identifiasi pasien. Penilaian kepatuhan perawat dilihat dari Checklist observasi mulai dari memastikan identitas, perkenalan diri, tujuan pelayanan dan meminta persetujuan sebelum tindakan sudah sesuai dengan isi kuesioner, yang harapannya ketika pengetahuan tinggi maka bisa membuat perawat menjadi patuh.
data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program statistik menggunakan Fisher’s Exact Test. Setalah itu dianalisa dan didapatkan hasil p yaitu
0,570 dimana p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.
Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan identifikasi perawat yaitu tanggung jawab personal dan kurangnya dukungan rekan kerja. Dimana dalam tanggung jawab personal terlihat perawat kurang termotivasi sehingga perawat tidak patuh melakukan tanggung jawabnya dalam melakukan identifikasi pasien tersebut. Menurut teori motivasi Douglas Mc Gregor bahwa motivasi itu penting untuk mendorong seseorang dalam bekerja karena motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan menurut Hakcman dan Oldham (1989) menyebutkan bahwa pencapai tujuan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pekerjaan yang dilakukan (Suryanto, 2009).
Selain itu perawat akan melakukan suatu tindakan apabila mereka termotivasi dalam menerapkan sebuah prosedur ketika mereka dievaluasi secara individu atau sesuai keadilan dengan penghargaan yang perawat terima seimbang terhadap sesuatu yang mereka kerjakan. Maksudnya perawat yang menerima penghargaan sesuai akan perannya akan meningkatkan motivasi kerja perawat untuk lebih cenderung melakukan prosedur tersebut secara benar dan berkelanjutan (Nursalam, 2012). Pemberian penghargaan terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan identifikasi pasien tersebut belum terlihat di bangsal rawat inap RS. PKU Muhammadiyah Bantul.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widaningrum (2015) dimana didapatkan hasil p = 0,930 dimana p> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat. dimana perilaku perawat yang dapat diobservasi dan dapat langsung diukur merupakan kepatuhan perawat (Praptianingsih, 2007).
mereka justru menunjukkan sebaliknya.
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung untuk melihat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien sehingga perawat tidak dapat memanipulasi perilaku yang telah mereka lakukan sehari-hari.
2. Kelemahan penelitian
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Identifikasi pasien di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul dapat ditarik kesimpulan :
1. Mayoritas perawat memiliki Tingkat pengetahuan tinggi tentang identifikasi pasien
2. Mayoritas perawat tidak patuh terhadap tindakan identifikasi pasien 3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang direkomendasikan terkait topic penelitian, antara lain yaitu :
1. Bagi perawat
58 2. Bagi Rumah Sakit
Setelah dilakukan penenlitian ini, harapannya rumah sakit dapat meningkatkan kepatuhan perawat dan motivasi dalam pelaksanaan identifikasi pasien agar lebih terlaksananya program keselamatan pasien (patient safety).
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan Institusi keperawatan dapat menanamkan atau mengutamakan program keselamatan pasien salah satunya yaitu tindakan identifikasi pasien. Hal ini dilakukan harapannya bisa membiasakan peserta didik agar ketika berada di Rumah sakit sudah terbiasa dalam melakukan identifikasi pasien.
4. Bagi peneiti selanjutnya
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya bisa meneliti lebih dalam terkait faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA Alquran
Ariani, D. (2014). Evaluasi Identifikasi Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis, Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Yogyakarta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Bima Aksara.
___________ (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.
Aulawi, Khudazi. (2007). Perbedaan terjadinya Nursing Error pada Shift Jaga Perawat. Tesis. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Naskah Publikas Azim, M.S (2014). Gambaran Penerapan Identifikasi Pasien di Bangsal Rawat Inap
PKU Muhammadiyah Bantul. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Yogyakarta.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta :Pustaka Belajar
Bawelle. S., Cintya, dkk. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perwat dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1.
Agustus 2013. Diakses pada 27 Mei 2016 dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2237/1794 ejournal keperawatan (e-Kp)
Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Edisi KKP-RS.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1691/MENKES/PER/VIII/2011. Tentang Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit.
http://202.70.136.86/bprs/uploads/pdffiles/21%20PMK%20No.%201691%20t tg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf
Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Prakter dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
assessment, comparative analysis and apportunities for improvement. Diakses
27 Mei 2016 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3975247/pdf/1472-6963-14-122.pdf
Hamzah, A. (2008). Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hidayat,A.A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Selemba Medika
Joint Commission International. (2013). Joint Commission International Acredditation Standards for Hospital.
Joint Commission Acreditation. (2015). Hospital National Patient Safety Goals. Diakses pada kamis, 4 Juni 2015 pukul 21.12 WIB. Dalam
http://www.jointcommission.org/assets/1/6/2015_HAP_NPSG_ER.pdf.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. (2008). Jakarta. PT Gramedia Pustaka.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi 2012. Edisi 1 tahun 2012.
Kozier, B., Erb, G., Olivery, R. (1995). Fundamental of Nursing Conceps Prosess and Practice ed.5. Addison Wesley. Publishing Company.
__________. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC
Lestari, D. (2015). pelaksanaan Identifikasi Pasien Berdasarkan Standart Akreditasi JCI guna Meningkatkan Program Patient Safety. Tesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Martin Doll Associates. (2008, oktober). Australian commission on safety and quality in health care. Technology Solutions to Patient Misidentification. Report of review, final. Artikel pdf. Diakses 5 Juni 2015, dari
http://www.safetyandquality.gov.au/wpcontent/uploads/2012/01/19794-TechnologyReview1.pdf.
Milgram R. (2007). Simply Psychology; Milgram Experiment. Dalam
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. (2010). Promosi Kesehatan;Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta.: Selemba Medika
__________. (2011). Menajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (3th ed.). Jakarta: Selemba Medika
__________.(2011). penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan (2thed. ). Jakarta: Selemba Medika.
__________.(2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis (3thed.). Jakarta: Selemba Medika.
Nursalam. Effendy, Ferry. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pamuji, T., Asrin.,Kamaludin, R. (2008). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan di Instalansi Rawat Inap RSUD Purbalingga. The Soedirman Journal of Nursing. Diakses 27 Mei 2016, dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=10522&val=715
Praptianingsih, S. (2007). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta : Raja Grafindo
Ranupayono, H., Saud, H. (2005). Manajemen Personalia Edisi ke-4. Yogyakarta.:BPFE
Riyanto, B. A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Selemba Medika.
Silveira, Carol. (2008). A Study to Identifi Evidence based Strategies For the Prevention of Nursing Errors. Massachusetts Board of Registration Nursing Board News. 3(1). http://documents.mx/documents/massachusetts-board-of-
registration-in-nursing-a-study-of-selected-complaint-cases-to-identify-evidence-based-strategies-to-prevent-the-occurrence-of-nursing.html silveira carol. 2008
Sunaryo. (2009). Malpraktik dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Suyanto. (2009). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Snowball, K. (2010). Western Australian Patient Identification Policy. http://www.health.wa.gov.au/circularsnew/pdfs/13052.pdf
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta _______ (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Ulum, M & Wulandari, R. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan berdasarkan Teori Kepatuhan Milgram. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, volume 1 nomor 3 Juli-
Agustus 2013. Surabaya
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jakibb00df4eebabs.pdf
Wagner, et al. (2006). Reporting near-miss events in nursing homes. Available at : Science Direct-Nursing outlook. http://www.ScienceDirect.com
Wawan, A & Dewi, M. (2011). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika
WHO. (2007).Patient Identification: Patient Safety Solutions. Diakses pada K4 Juni
2015 pukul 21.05 WIB. Dalam
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS- Solution2.pdf?ua=1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yogyakarta, April 2016
Kepada Yth. Saudara/i Responden
Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yenita Diah Rahmaningrum Nim : 20120320192
Adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners Fakultas kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap RS. PKU Muhammadiyah Bantul”.
Peneliti memohon dengan hormat kepada saudara/I untukbersedia menjadi respondden dan mau mengisi data serta memberikan tanggapan yang layak dengan sejujur – jujurnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat apapun bagi semua responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan kesediaannya,saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUANMENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia untukmenjadi responden pada penelitianyang akan dilakukan oleh Yenita Diah Rahmaningrum Mahasiswa Program Studi Ilmu
KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul” dan saya akan mengikuti proses penelitian serta menjawab kuisioner sejujur-jujurnya.
Oleh karena itu,saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi
responden pada penelitianini dengan suka rela dantanpa paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta. April 2016 Responden
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap RS PKU
Muhammadiyah Bantul
Tanggal pengisian Kuesioner :
No responden :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Lama bekerja :
Budaya / suku :
Mendapat Informasi :
……… 1. Apakah Rumah sakit tempat anda bekerja mempunyai
kebijakan untuk mekakukan identifikasi pasien? 2. Apakah anda merasa tidakan identifikasi pasien
adalah tanggung jawab anda?
3.Apakah anda menerima kebijakan rumah sakit tentang identifikasi pasien?
4. Apakah teman kerja anda mendukung untuk melakukan tindakan identifikasi pasien?
pelatihan
internet
Lainnya
YA TIDAK
TIDAK YA
TIDAK YA
KUESIONER
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG IDENTIFIKASI PASIEN
Petunjuk pengisian
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dan berikan jawaban sesuai yang anda ketahui
2. Isilah dengan menggunakan tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedian sesuai pilihan anda
3. Semua pernyataan harus diisi
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah 1. Identifikasi pasien merupakan prosedur yang dilakukan
sebelum pemberian tindakan kepada pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan mengenali pasien 2. Identifikasi pasien dengan benar merupakan salah satu
sasaran keselamatan pasien (Patient Safety) yang harus dilakukan sebelum pemberian tindakan kepada pasien 3 Waktu yang tidak tepat melaksanakan identifikasi
pasien adalah sebelum pengambilan produk darah atau specimen lain untuk pemeriksaan klinis
4 Identifikasi pasien merupakan cara menentukan ciri-ciri/identitas pasien yang dilakukan untuk memastikan tindakan yang akan diberikan
5 Waktu yang tepat untuk melakukan identifi