PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN
PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
Oleh :
RUSYDI IRAWAN 090304069 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN
PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
Oleh :
RUSYDI IRAWAN 090304069 AGRIBISNIS
Skripsisebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program StudiAgribisnisFakultasPertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujuioleh: KomisiPembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.) (Ir. AT. Hutajulu, MS) NIP :196206241986031001 NIP : 194606181980032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Rusydi Irawan (090304069/Agribisnis-PKP). Dengan judul penelitian Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian pada Agustus – Desember 2014 dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi dan Ibu Ir AT Hutajulu MS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari instasi terkait dan data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu kuisioner atau daftar pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 meningkatsebesar 181,5 ha dan faktor pengeluaran keluarga petani, produktifitas padi sawah, dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan.
RUSYDI IRAWAN, lahir di Kota Pekanbaru pada tanggal 8 Oktober 1990, anak pertama dari lima bersaudara dari ayahanda H. Bustari dan ibunda Hj. Ratna Willis.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut :
1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-kanak Islam Agung Al-Annur tamat tahun 1997.
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar 013 Kecamatan Tampan Pekanbaru tamat tahun 2003.
3. Tahun 2003 masuk Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru tamat tahun 2006.
4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Plus Provinsi Riau tamat tahun 2009
5. Tahun 2009 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Kata Pengantar
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori ... 8
2.3 Kerangka Pemikiran ... 13
2.4 Hipotesis Penelitian ... 14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 15
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16
3.4 Metode Analisis Data ... 17
3.5 Defenisi dan Batasan Penelitian ... 18
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Wilayah Kecamatan Pegajahan ... 20
4.2 Keadaan Kependudukan Kecamatan Pegajahan ... 22
4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Pegajahan ... 25
4.4 Karakteristik Sampel ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Pegajahan ... 29
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan... 32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Sawah dan Sawit Rakyat Kabupaten Serdang
Bedagai Menurut Tahun 2009-2013 ... 4 Tabel 3.1 Perkembangan Luas Lahan Sawah Kabupaten Serdang Bedagai dari
tahun 2009-2013 Menurut Kecamatan ... 15 Tabel 4.1 Luas Kecamatan Pegajahan Menurut Desa/Kelurahan ... 21 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut
Desa/Kelurahan... 22 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut Umur ... 23 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut Pekerjaan ... 24 Tabel 4.5Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut
Pendidikan ... 24 Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 ... 25 Tabel 4.7 Karakteristik Petani Sampel ... 26 Tabel 5.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, Produktifitas, dan Pertumbuhan
Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun
2009-2013 ... 29 Tabel 5.2 Perkembangan Produksi, Luas Lahan, Produktifitas, dan Pertumbuhan
Luas Lahan Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut
Tahun 2009-2013 ... 30 Tabel 5.3 Perbandingan Perkembangan Luas Panen Padi Sawah dengan Luas
Lahan Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun
2009-2013 ... 31 Tabel 5.4Karakteristik Variabel Penelitian ... 33 Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat ... 38 Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinieritas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih
DAFTAR GAMBAR
Rusydi Irawan (090304069/Agribisnis-PKP). Dengan judul penelitian Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian pada Agustus – Desember 2014 dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi dan Ibu Ir AT Hutajulu MS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari instasi terkait dan data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu kuisioner atau daftar pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 meningkatsebesar 181,5 ha dan faktor pengeluaran keluarga petani, produktifitas padi sawah, dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah krusial. Fenomena alih
fungsi lahan pertanian merupakan ancaman ketahanan pangan. Alih fungsi lahan
pertanian terus terjadi sampai tingkat mencemaskan dan mengganggu. Secara umum,
faktor eksternal dan internal mendorong konversi lahan pertanian. (Lubis,A,E, 2005).
Padi merupakan bahan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia karena 95%
penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Tingginya kebutuhan konsumsi beras
disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras
merupakan bahan makanan pokok yang belum dapat digantikan keberadaannya. Apabila
kegiatan usahatani dikelola dengan baik dan benar seharusnya petani akan memiliki
pendapatan yang cukup tinggi (Ashari, 1994).
Alih fungsi lahan juga dapat terjadi oleh karena kurangnya insentif pada usahatani
lahan sawah yang diduga akan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman
pertanian lainnya.Permasalahan tersebut diperkirakan akan mengancam kesinambungan
produksi beras nasional. Isu alih fungsi lahan sawah perlu mendapat perhatian karena
beras merupakan bahan pangan utama. Ketergantungan pada impor beras akan semakin
meningkat apabila isu alih fungsi lahan sawah diabaikan. Pasar beras internasional
bersifat thin market, artinya ketergantungan terhadap impor sifatnya tidak stabil dan akan
menimbulkan kerawanan pangan yang pada gilirannya akan mengancam kestabilan
nasional (Ilham, dkk, 2003).
manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama kali
dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (Iqbal dan Sumaryanto,
2007). Lahan juga dapat dikelola untuk pertanian padi sawah. Untuk keberhasilan
produksi pertanian seperti tanaman padi-padian, ketersediaan air sangat penting. Tanpa
penyediaan air secara terus-menerus produktivitas sulit ditingkatkan. Secara alamiah
ketersediaan air adalah terikat keadaan ruang dan waktu seperti pada musim hujan air
dapat melimpah dan bahkan menimbulkan banjir, sedangkan sewaktu musim kemarau
sebahagian daerah sangat kekurangan air sehingga tidak dapat ditanami. Oleh karena itu
pemerintah membangun berbagai proyek irigasi yang tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan pengairan pertanian juga sekaligus sebagai sarana untuk mencegah adanya
banjir. Sebelum adanya irigasi, sistem pertanian yang dikerjakan masyarakat adalah
sistem tadah hujan sehingga penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam
setahun dan jika banjir datang kegiatan masyarakat maupun ekonomi wilayah itu menjadi
terganggu.
Sawah digunakan para petani untuk menanam padi yang merupakan makanan pokok
sebagian besar masyarakat Indonesia Akan tetapi sawah di Indonesia terus mengalami
penurunan luas lahan yang berdampak pada penurunan produksi padi. Pengalih fungsian
lahan pertanian terutama sawah akan menimbulkan dampak yang buruk bagi
perekonomian Indonesia. Dimana akibat luas lahan sawah yang semakin sempit yang
berdampak pada produksi padi dapat mengancam tingkat ketahanan pangan di Indonesia
(Anonimus,2006).
Penurunan kapasitas produksi beras telah menyebabkan kemampuan negara di dalam
penyediaan pangan menurun diakibatkan dari pengalihan fungsi lahan sawah yang
berdampak buruk bagi tingkat konsumsi di Indonesia yang makin tinggi. Hal ini di
sebabkan menurunnya produktifitas dari lahan di karenakan pengalih fungsian. Hal ini
di cegah di ramalkan indonesia dapat mengalami krisis pangan yang berkepanjangan.
Peramalan ini dapat menjadi nyata apa bila pemerintah tidak mencegah dengan membuat
lahan sawah baru untuk mengganti lahan sawah yang telah beralih fungsi (Maulana,
2008).
Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan
manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat
sosial. Lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan manfaat
langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat bawaan. Manfaat langsung berhubungan
dengan perihal penyediaan pangan, penyediaan kesempatan kerja, penyediaan sumber
pendapatan bagi masyarakat dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong
royong), sarana pelestarian kebudayaan tradisional, sarana pencegahan urbanisasi, serta
sarana pariwisata. Manfaat tidak langsung terkait dengan fungsinya sebagai salah satu
wahana pelestari lingkungan. Manfaat bawaan terkait dengan fungsinya sebagai sarana
pendidikan, dan sarana untuk mempertahankan keragaman hayati (Rahmanto, dkk, 2002).
Kabupaten serdang bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Daerah
ini sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari
hasil pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan
segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian
tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Sawah dan Sawit Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Tahun2009 - 2013
Tahun
Padi Sawah Sawit Rakyat
Luas (ha) Produksi
(ton) Luas (ha) Produksi (ton)
2009 72.044 347.473 11.865,86 148.815,38
2010 73.534 364.876 12.075,49 149.260,00
2011 63.584 328.344 12.281,74 146.620,00
2012 68.355 369.190 12.485,47 156.720,96
2013 71.748 394.793 12.573,93 160.333,74
Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka, 2014
Dilihat dari Tabel 1.1, luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai pada periode 2009 – 2013 mengalami perkembangan yang fluktatif, dimana pada tahun
2009 luas lahan sawah yakni 72.044 hakemudian turun secara signifikan pada
tahun 2011 menjadi 63.584 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat
semakin bertambah dari tahun 2009 luas kelapa sawit rakyat seluas 11.865,86 ha
menjadi 12.573,93 ha Berkurangnya luas panen padi sawah di Kabupaten Serdang
Bedagai disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian pangan ke
penggunaan lainnya seperti pemukiman, atau pertanian lainya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa masalah
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian ?
2. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan persawahan
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian.
2. Untuk Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan
persawahan menjadi perkebunan kelapa sawitdi daerah penelitian
1.4 Kegunaan penelitian
1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu untuk pihak –
pihak yang membutuhkan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dan kebijakan dalam
rangka peningkatan produksi usaha padi sawah, pendapatan petani, dan
kinerja kelembagaan pertanian.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam pengembangan wawasan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai
konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih
fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan,
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Dampak negatif dari alih fungsi lahan adalah hilangnya peluang memproduksi
hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya berbanding lurus
dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup pertanian dan nilainya,
pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada usahatani. Selain itu juga
hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada kegiatan ekonomi yang tercipta
maupun ke belakang (backward linkage) dari kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi. (Sumaryanto,dkk,1994).
Konversi lahan pertanian menjadi bentuk penggunaan lainnya tidak terlepas
dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan
sektor tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan tersebut
letaknya dekat dengan sumber pertumbuhan ekonomi maka akan bergeser
penggunaannya ke bentuk lain. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas
yang diperoleh dari aktifitas baru lebih tinggi dari pada yang dihasilkan pertanian
(Anwar. Effendi, 1993).
Selama 1999 – 2003, sebanyak 423.000 petani mengkonversikan lahan
sawahnya ke dalam berbagai bentuk. Dalam masa itu 64.718 ha lahan sawah
hilang dan berubah fungsinya sebagai pemasok produk pangan. Daya tarik dari
pertanian persawahan menurun dan kemiskinan yang menjerat petani mendorong
mereka mengalih fungsikan lahan padi sawahny.(Anonimus 2006)
Upaya revitalisasi dan perlindungan lahan dilakukan dengan melindungi dan
menjamin ketersediaan lahan dengan menindaklanjuti UU 41/2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah
pendukungnya. Sekarang sudah terbit PP No. 1/2011 tentang Penetapan dan alih
fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, PP No 12/2012 tentang Insentif
Perlindngan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, PP No. 25/2012 tentang
Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan PP No. 30/2012
Peraturan Menteri Pertanian No 07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman
Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Selanjutnya Kementerian Pertanian ikut secara aktif dalam
pelaksanaan Rencana Tata Ruang dan Wilayah baik Nasional, Propinsi maupun
Kabupaten/Kota (Deptan, 2014).
Pada Permentan no 81 tahun 2013 dijelaskan alih fungsi lahan harus
memperhatikan luas lahan yang akan dialihkan, potensi kehilangan hasil pangan
akibat konversi, nilai resiko akibat konversi, dampak pada penurunan penyerapan
tenaga kerja pertanian, dan perkiraan perubahan pada sosio kultural masyarakat
(kekerabatan, pemukiman dll).
2.3 Landasan Teori
Ada beberapa penyebab tingginya alih fungsi lahan diantaranya rendahnya
tingkat keuntungan bertani padi sawah, tidak dipatuhinya peraturan tata ruang
(lemahnya penegakkan hukum tentang tata ruang), keinginan mendapatkan
keuntungan jangka pendek dari pengalihfungsian lahan sawah, dan rendahnya
koordinasi antara lembaga dan departemen terkait dengan perencanaan
penggunaan lahan (Nasoetion dan Winoto. 1996).
Pada berbagai daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras, lahan
sawah para petani telah banyak dialih fungsikan dikarenakan areal persawahan
sudah sulit mendapatkan air. Hal ini disebabkan oleh telah banyaknya
saluran-saluran air irigasi yang rusak dan telah berkurangnya perhatian pemerintah
terhadap sector pertanian khususnya penanganan sarana irigasi dan partisipasi
masyarakat dalam menjaga saluran irigasi yang telah ada sudah berkurang. Pada
jauh dari saluran pintu-pintu utama saluran irigasi sehingga akibat pemakaian dan
pengaturan air yang sembarangan menyebabkan pada sawah-sawah hilir tidak
mendapatkan pasokan air yang memadai.(Kurdianto. 2011)
Pada usaha tani tanaman padi pendapatan yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan dengan usaha tani kelapa sawit. Produktifitas tanaman padi hanya
3.74 ton/Ha (BPS, 2007), sedangkan biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan
tananman tersebut dibutuhkan biaya yang sangat tinggi sehingga pendapat yang
diperoleh sangat rendah. Juga dipengaruhi oleh harga yang sangat rendah dan
berfluktuatif. Berbeda dengan kelapa sawit, produktifitas kelapa sawit cukup
tinggi yaitu 24 ton/Ha/tahun (Yan Fauzi,2005). Sedangkan biaya yang dibutuhkan
cukup rendah.
Penelitian Pewista (2012) di Kabupaten Bantul, pada luas lahan pertanian <
1.000 m2, dimana sebelum terjadi alih fungsi berjumlah 10 orang atau 14,29%,
tetapi kini meningkat menjadi 42 orang atau 60%. Untuk kepemilikan lahan 1.000
– 2.000 m2 sebelum alih fungsi lahan ada 45 orang atau 64,29% tetapi setelah alih
fungsi mengalami penurunan menjadi 22 orang atau 31,43%. Sedangkan pemilik
lahan > 2.000 m2 juga mengalami penurunan kepemilikan lahan dari 15 orang
atau 21,42% menjadi 6 orang atau 8,57%. Penurunan kepemilikan lahan pertanian
yang cukup drastis terjadi pada luasan 1.000 – 2.000 m2, dimana sebagian besar
telah menyusut menjadi < 1.000 m2. Oleh sebab itulah kepemilikan lahan dengan
luas < 1.000 m2 mengalami peningkatan yang drastis pula.
Rahmanto dkk, (2008), menyatakan karakteristik rumahtangga memiliki
antaranya mencakup peubah-peubah berikut: (1) usia responden; (2) tingkat
pendidikan; (3) jumlah anggota keluarga tertanggung; (4) luas garapan sawah; (5)
proporsi pendapatan rumahtangga dari lahan sawah. Peubah-peubah tersebut
diasumsikan memiliki keterkaitan yang nyata terhadap kemampuan berfikir,
tingkat pengetahuan serta wawasan petani terhadap multifungsi lahan, dan
kepeduliannya terhadap kelestarian lahan sawah.
Karakteristik penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang
mendominasi keluarga pemilik lahan pada ketiga desa. Hal ini mengindikasikan
bahwa penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang yang paling
banyak melakukan alih fungsi lahan pertaniannya. Telah kita ketahui bahwa
semakin banyaknya tanggungan keluarga tentunya pengeluaran keluarga juga
semakin besar. Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang besar
tentunya akan dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki lahan
pertanian akan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan
tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.(Harini, dan
Pewista. 2011)
Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi pada
lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi akibat
pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka
infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah
kering
Keluarga hidup defisit/tekor artinya pengeluaran keluarga selalu lebih besar
mencari hutang dan akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan. Dalam
keadaan yang parah, pembayaran utang ditutup dengan mencari sumber hutang
baru. Pola seperti ini disebut "gali lobang tutup lobang", akhirnya dililit hutang.
Keluarga yang telah hidup defisit, biasanya tidak akan dapat memenuhi kewajiban
untuk pembayaran hutang dan biasanya terpaksa minta bantuan orang
lain.(Deptan. 2012)
Hasil temuan Rusastra et al. (1997) di Kalimantan Selatan, alasan utama
petani melakukan alih fungsi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang
tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan akibat rendahnya harga
padi sawah, rendahnya produktivitas tanaman padi sawah. Akibat rendahnya
harga padi sawah di pasaran maka petani lebih memilih untuk mengalihkan lahan
padi sawahnya menjadi lahan pertanian non padi sawah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ilham, dkk (2003) diketahui faktor
penyebab alih fungsi dari sisi eksternal dan internal petani, yakni tekanan
ekonomi pada saat krisis ekonomi. Hal tersebut menyebabkan banyak petani
menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak
meningkatkan alih fungsi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan
pada pihak-pihak pemilik modal. Sawah tadah hujan paling banyak mengalami
alih fungsi (319 ribu Ha) secara nasional. Lahan sawah di Jawa dengan berbagai
jenis irigasi mengalami alih fungsi, masing-masing sawah tadah hujan 310 ribu
Ha, sawah irigasi teknis 234 ribu Ha, sawah irigasi semi teknis 194 ribu Ha dan
sawah irigasi sederhana 167 ribu Ha. Sementara itu di Luar Jawa alih fungsi
fungsi lahan sawah beririgasi di Jawa makin menguatkan indikasi bahwa
kebijakan pengendalian alih fungsi lahan sawah yang ada tidak efektif.
Panen di perkebunan sawit berbeda dengan panen di sawah yang bisa
dirasakan tiap 4 bulan sekali. Panen di perkebunan sawit itu dilakukan setiap 2
minggu sekali sehingga penjualan panen dapat diakumulasi tiap bulannya. Karena
itu petani di sawah kerap merasa rugi sebab sekali panen bisa jadi profitnya dapat
dirasakan pada bulan itu saja. (Rijalul. 2013)
Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso
hal ini dapat disebabkan olehhama dan penyakit juga faktor alam. Pada beberapa
tempat serangan yang paling berat diantaranya seranganhamatikus,
seranganhamawereng dan penyakit tunggro dimana serangan tersebut kadang kala
tidak bisa dikendalikan lagi sehingga bukan mendapat keuntungan malah kerugian
yang diterima. Sedangkan pada tanaman kelapa sawit resiko kegagalan panen dan
harga relatip stabil sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa sawit tersebut
sangat kecil.(Kurdianto. 2011)
Banyak faktor – faktor yang dapat mempengaruhi alih fungsi lahan
persawahan menjadi lahan perkebunan sawit akan tetapi yang menjadi faktor –
faktor yang diduga berpengaruh terhadap kegiatan pengalih fungsian lahan
persawahan menjadi lahan perkebunan sawit di daerah penelitian yakni : jumlah
tanggungan petani, biaya usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga
2.4 Kerangka Pemikiran
Luas lahan padi sawah yang pada awalnya cukup luas akhir-akhir ini makin
menyusut. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil
produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan yang terjadi
maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Selain itu terdapat beberapa
kerugian yang harus diperhitungkan sebagai dampak negatif Alih fungsi sawah,
seperti hilangnya potensi produksi beras, hilangnya kesempatan kerja, dan
semakin rusaknya lingkungan hidup. Muara dari semua itu adalah kesejahteraan
masyarakat yang sulit meningkat.
Perubahan dari penggunaan lahan yang awalnya dipergunakan untuk
pertanian padi sawah yang berubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit
disebabkan oleh beberapa faktor – faktor yang dipertimbangkan oleh petani.
Faktor – faktor yang mempengaruhi petani yang mengalih fungsikan lahan
sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit yakni : jumlah tanggungan petani,
biaya usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga petani, produktifitas,
dan luas kepemilikkan lahan. Secara sistematis dibuat dalam skema berikut:
Keterangan
: Pengaruh
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Petani
Faktor – faktor yang
mempengaruhi
2.5 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dengan landasan teori ini, maka dapat diuraikan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi petani yang mengalih fungsikan lahan
sawahnya ke perkebunan sawit yakni : jumlah tanggungan petani, biaya
usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga petani, produktifitas, dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja, dengan memilih Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai dipilih
dengan alasan bahwa Kabupaten Serdang ini adalah merupakan salah satu
Kabupaten yang menjadi sentra produksi padi sawah di Sumatera Utara.
Tabel 3.1 Perkembangan Luas Lahan Sawah Kabupaten Serdang Bedagai dari Tahun 2009 - 2013 Menurut Kecamatan
Kecamatan Pegajahan termasuk kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
yang mengalami alih fungsi lahan padi sawah secara fluktatif dari tahun 2009
hingga tahun 2013 dan fenomena alih fungsi lahan di kecamatan sesuai dengan
tujuan penelitian ini.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Snowball sampling.
Teknik snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mana teknik
pengambilan sampel paling bermanfaat ketika ada suatu kebutuhan untuk
mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tidak dikenal . menghubungkan
anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain. Suatu prosedur yang layak
untuk mengidentifikasi semua anggota menyangkut populasi itu
(Kenneth dan Ermman. 1977).
Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah dari petani padi
sawah yang berada di Kecamatan Pegajahan yang mengalami alih fungsi lahan.
Adapun jumlah petani yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 30
petani yang berada di Kecamatan Pegajahan.Penentuan ukuran sampel didasarkan
atas pertimbangan Roscoe yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak
digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel;
kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap
kategori minimal 30 (Sugiono, 2003).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
mengalih fungsikan lahan persawahannya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit
dan data sekunder diperoleh dari instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara, Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Kantor Badan Penyuluhan
Pertanian Dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai, dan lain
– lain serta buku yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Masalah 1 diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan melihat keadaan yang terjadi di daerah penelitian khususnya mengenai kedaaan
alih fungsi lahan.
Masalah 2 mengenai menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani mengalih fungsi lahannya diuji dengan metode analisis regresi linier
berganda .
Dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan lahan akibat
alih fungsi lahan pertanian digunakan model analisis regresi linear berganda.
Analisis regresi adalah sebuah alat analisis statistik yang memberikan penjelasan
tentang pola hubungan (antara dua variabel atau lebih). Tujuan dari analisis
regresi ini adalah meramalkan nilai rata-rata satu variabel. Metode ini sebenarnya
menggambarkan hubungan antara peubah bebas atau independent (Y) dengan
peubah tak bebas atau dependent (X).
Persamaan model regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan adalah sebagai berikut:
Dimana :
Y
= Penurunan Lahan Persawahan Menjadi Lahan Perkebunan Sawit (ha)
� = Konstanta
�� = Koefisien Regresi
X1 = Jumlah Tanggungan Petani sebelum alih fungsi (orang)
X2 = Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X3 = Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X4 = Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X5 = Produktifitas Padi Sawah sebelum Alih Fungsi (ton/ha)
X6 = Luas Kepemilikan Lahan (ha)
�
= Error3.5 Definisi dan Batasan Operasional Defenisi
1. Alih fungsi lahan pertanian adalah peralihan fungsi lahan dari subsektor
pertanian pangan (padi sawah) menjadi subsektor pertanian perkebunan
(Kelapa sawit).
2. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya
alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang diteliti adalah lahan
sawah
3. Jumlah tanggungan petani adalah jumlah anggota keluarga yang
ditanggungjawabi kehidupannya oleh petani baik itu suami/istri, anak,
saudara,dll.
4. Biaya usahatani yakni biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani yang
5. Pendapatan total petani adalah sejumlah uang yang didapat petani dalam
sebulan baik dari kegiatan pertanian maupun non pertanian diukur dalam
bentuk rupiah (Rp).
6. Pengeluaran keluarga petani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam
sebulan untuk menghidupi keluarganya seperti biaya makan, sekolah anak,
tranportasi, kebutuhan rumah tangga lainnya dan termasuk didalamnya biaya yang
dikeluarkan petani untuk membayar utang dan biaya rumah sakit.
Batasan Operasional
1. Responden adalah petani yang mengalih fungsikan lahan persawahannya
menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian.
2. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai,
Propinsi Sumatera Utara.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Wilayah Kecamatan Pegajaahan
Kecamatan pegajahan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Serdang Bedagai yang memiliki luas ± 93,12 Km2, sebagian besar merupakan
daratan rendah. Kecamatan Pegajahan memiliki 12 Desa dan 1 kelurahan .
Kecamatan Pegajahan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Perbaungan
Sebelah Selatan : Kecamatan Serba Jadi
Sebelah Timur : Kecamatan Sei Rampah
Sebelah Barat : Kecamatan Galang (Kabupaten Deli Serdang)
Jarak tempuh dari Kecamatan Pegajahan ke pusat Pemerintaha Kabupaten
Serdang Bedagai adalah sekitar 30 Km, sedangkan jarak tempuh ke Propinsi
sekitar 54 Km.
Kecamatan Pegajahan terdiri dari atas 12 desa/kelurahan dengan persebaran
Tabel 4.1 Luas Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut
Sumber : Pegajahan Dalam Angka,2014
Dapat dilihat Desa Melati Kebun merupakan desa yang paling luas di
Kecamatan Pegajahan dengan luas 19,76 km2 melingkupi 21,22 % luas
Kecamatan Pegajahan sedangkan desa yang memiliki luas paling rendah yakni
Desa Petuaran Hulu dengan luas 0,25 km. Berikut peta Kecamatan Pegajahan :
4.2 Keadaan Kependudukan Kecamatan Pegajahan
Jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan pada tahun 2013 adalah sebanyak
29.299 jiwa dan 6.886 Kepala rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah
Kecamatan Pegajahan.
a. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Jumlah Kepala Rumah Tangga
Keadaan penduduk kecamatan Pegajahan terbagi 13 desa / kelurahan, jumlah
penduduk terbanyak di Kecamatan Pegajahan pada tahun 2013 yaitu di Desa
Bingkat dengan jumlah penduduk 6.104 jiwa dan 1.375 Kepala keluarga
yakni 20,8% dari jumlah seluruh penduduk di Kecamatan Pegajahan
sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu Desa Sennah dengan jumlah
penduduk 654 atau hanya 2,2 % dari jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan.
Selanjutnya untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Desa/ Kelurahan
b. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Umur
Keadaan penduduk Kecamatan Pegajahan terdiri 5 kelompok umur ,yaitu
kelompok umur 17 – 59 yaitu 16.39 (55,08 %) sedangkan kelompok umur
terkecil yaitu kelompok umur 0-5 proporsi 9,06%. Hal ini menandakan bahwa
penduduk di Kecamatan Pegajahan sebagian besar adalah usia pekerja.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Kelompok Umur
Sumber : Pegajahan Dalam Angka,2014
c. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pekerjaan
Pada paparan sebelumnya dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan
Pegajahan 16.139 Jiwa atau 55,08% Penduduk Kecamatan Pegajahan
merupakan usia angkatan kerja. Dapat dilihat tabel dibawah ini bahwa
penduduk pegajahan paling banyak bermata pencaharian di pertanian yakni
sebanyak 3.722 Jiwa (25,28%) kemudian penduduk yang bekerja sebagai
buruh sebesar 23,20% dan penduduk Kecamatan Pegajahan sedikit yang
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Pekerjaan
Sumber : Pegajahan Dalam Angka, 2014 (Diolah)
d. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pendidikan
Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan menurut pendidikan dapat dibagi
dengan 9 tingkatan pendidikan , berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat
bahwa penduduk dengan pendididkan SD yang paling banyak bila
dibandingkan dengan kategori lainnya yakni sebanyak dengan jumlah 6.791
jiwa (44,05%) sedangkan dengan tingkat pendidikan S2 menempati jumlah
terkecil yakni 2 Jiwa dengan persentase 0,01%.
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pendidikan
S
umber : Pegajahan Dalam Angka, 2014 (Diolah)
No Pekerjaan (Jiwa) Jumlah
4.3 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan
Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembangunan. Sarana yang merupakan segala sesuatu yang dipakai
sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana yang
merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang menunjang pelaksanaan
pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada
Tabel, dimana sarana dan prasarana di Kecamatan Pegajahan meliputi sarana dan
prasarana bidang peribadatan, pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan tabel jika
dibandingkang dengan jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan maka Sarana dan
prasarana di Kecamatan Pegajahan masih belum memadai untuk seluruh
penduduk di Kecamatan Pegajahan, sementara peran sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi perkembangan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan
Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Peribadatan
-Puskesmas Pembantu 4
-Puskesdes 5
-Posyandu 45
4.4Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani sawah yang mengalihfungsikan
lahan sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit pada tahun 2008 – 2010 atau
dengan kata lain petani padi sawah pada 5 tahun yang lalu yang mana sekarang
lahannya menjadi lahan sawit yang menghasilkan di Kecamatan Pegajahan.
Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas lahan,
luas lahan yang dialih fungsikan, umur, pengalaman bertani, dan jumlah
tanggungan. Adapun karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Pegajahan
No Karakteristik Petani Range Rata - rata
1 Luas Lahan (m2) 1200 - 10000 4126,67
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014
Luas Lahan
Luas lahan petani sampel yang saat ini yang sedang digunakan dalam
usahataninya dalam penelitian ini luas lahan dibagi menjadi 2 kategori yakni
lahan basah dan lahan kering. Dilihat dari Tabel 4.7luas lahan petani secara keseluruhan rata-rata 4.126,67 m2 dengan range 1.200-10.000 m2. Pada lahan
basah rata-rata petani memiliki lahan basah 1.846,67 m2 dengan range
0-6.600 m2 sedangkan lahan kering rata-rata memiliki luas 2.280 m2 dengan
Luas Lahan Konversi
Luas lahan konversi adalah luas lahan padi sawah yang dialihfungsikan oleh
petani sampel menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat range luas lahan yang dialihfungsikan 1.200-3.200 m2 dengan
rata-rata lahan sawah yang dialihfungsikan 1706,67 m2.
Umur
Umur adalah usia petani yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat
dilakukan kuesioner (tahun). Berdasarkan Tabel 4.7 rata-rata petani sampel adalah 45,07 tahun dengan range 28-67 tahun. Dari data yang diolah dapat
dilihat bahwa petani sampel tergolong masih usia produktif.
Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani adalah lama petani telah bekerja dan bermata pencaharian
sebagai petani. Dalam penelitian ini pengalaman dibagi 2 yakni pengalaman
bertani padi sawah dan pengalaman berkebun kelapa sawit.berdasarkan data
yang diolah rata-rata pengalamanan petani sampel dalan bidang pertanian
(sawah dan sawit) 14,5 tahun dengan range 5-30 tahun kemudian rata-rata
pengalaman bertani sawah petani sampel 10,46 tahun dengan range 5-25
tahun sedangkan rata-rata pengalaman petani dalam berkebun kelapa sawit
4,03 tahun dengan range 0-10 tahun. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan pengalaman sampel di bidang pertanian cukup lama terutama
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi
tanggung jawab petani sampel secara ekonomi. Berdasarkan Tabel 4.7 , rata-rata jumlah tanggungan petani sampel yakni 3,63 orang dengan range 1-9
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Pegajahan
5.1.1 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Pegajahan
Perkembangan luas lahan dan produksi tanaman padi selama tahun 2008-
2013 di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, Produktifitas dan Pertumbuhan Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013
Tahun
Sumber : Diolah dari BPS Serdang Bedagai, 2009-2014
Pada Tabel 5.1 terlihat di Kecamatan Pegajahan luas panen padi sawah mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2009 hingga tahun 2011, pada
tahun 2009 luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan penurunan yang
signifikan yakni sebesar 58,23% atau sebesar 1.651 ha. Penurunan luas panen padi
sawah ini berturut-turut dari tahun 2010 luas panen padi sawah berkurang sebesar
875 ha kemudian pada tahun 2011 berkurang sebanyak 776 ha hingga luas panen
Penurunan luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan sebagian besar
disebabkan adanya terjadi alih fungsi lahan padi sawah, baik alih fungsi lahan
sawah ke komoditi lain seperti menjadi lahan kelapa sawit dan alih fungsi lahan
sawah menjadi permukiman, selain itu penurunan luas panen padi sawah ini ada
disebabkan oleh gagal panen.
Penurunan luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan berdampak
langsung dengan penurunan produksi gabah basah yang terjadi pada tahun 2009
hingga tahun 2011 sebesar 54% dari produksi gabah basah 13.928 ton pada tahun
2009 berkurang drastis menjadi 6.394 ton pada tahun 2011. Penurunan produksi
gabah basah ini terjadi secara bertahap yakni pada tahun 2010 produksi gabah
basah turun sebesar 4.176 ton kemudian pada tahun 2011 produksi gabah basah
sebesar 3.358 ton.
5.1.2 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kecamatan Pegajahan
Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kecamatan
Pegajahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2 Perkembangan Produksi, Luas Lahan, Produktifitas, dan Pertumbuhan Luas Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013
Tahun
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat luas lahan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013
yakni sebesar 40,72 % dari luas lahan kelapa sawit rakyat sebesar 181,5 ha
meningkat pada tahun 2013 menjadi 254 ha, dengan kata lain luas lahan kelapa
sawit rakyat bertambah sebesar 73,5 ha. Peningkatan luas lahan kelapa sawit
rakyat terjadi secara bertahap yakni pada tahun 2011 luas lahan sawit rakyat
meningkat sebesar 1 ha, pada tahun 2012 luas lahan kelapa sawit bertambah
sebesar 65,5 ha, kemudian pada tahun 2013 bertambah sebesar 7 ha.
Pertumbuhan luas panen kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan dari
tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yang signifikan dengan
rata – rata 13,6 %/tahun dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada tahun
2012 yakni sebesar 36,09%.
5.1.3 Perbandingan Antara Luas Panen Padi Sawah dengan Luas Panen Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan
Tabel 5.3 Perbandingan Perkembangan Luas Panen Padi Sawah dengan Luas Lahan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013
Tahun
Padi Sawah Kelapa Sawit Rakyat Luas
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan akan tetapi luas lahan kelapa sawit
rakyat mengalami peningkatan pada tahun 2010 hingga tahun 2013 sehingga ada
kemungkinan penurunan luas panen sawah pada tahun 2009 hingga tahun 2011
disebabkan adanya alih fungsi lahan dari lahan persawahan menjadi lahan
perkebunan sawit rakyat, untuk mengetahui jumlah luas yang beralih fungsi
tersebut tidak dapat diketahui pasti karena tidak adanya data sekunder mengenai
luas lahan persawahan yang beralih fungsi di Kecamatan Pegajahan.
5.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan Alih Fungsi Lahan merupakan suatu kegiatan yang merubah secara permanen
fungsi dan kegiatan dari lahan pertanian ke bidang lainnya . dalam penelitian ini
yang ditelitili yakni alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan kelapa sawit
rakyat yang terjadi antara tahun 2009 - 2011 pada di Kecamatan Pegajahan
Kabupaten Serdang Bedagai. Melalui metode snowball sampling ditemukan 30
petani sampel yang mengalihkan areal sawahnya menjadi perkebunan sawit rakyat
yang tersebar di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Alih fungsi
lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan sawit rakyat dipengaruhi berbagai
faktor yang akan dijelaskan pada subbab selajutnya.
5.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dari padi sawah menjadi
lahan sawit di Kecamatan Pegajahan dianalisis dengan metode regresi berganda .
Luas lahan yang dialih fungsikan (Y) diduga dipengaruhi oleh jumlah tanggungan
sebelum alih fungsi lahan (X3), pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi
lahan (X4), produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan (X5) dan luas
kepemilikkan lahan (X6). Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yakni data primer yang didapat dengan cara mewawancara petani sampel.
Tabel 5.4 Karakteristik Variabel Penelitian
No Karakteristik Variabel Range Rata - rata 1 Luas Alih Fungsi Lahan (ha) 0,12 - 0,32 0,170
2 Jumlah Tanggungan (orang) 1 – 9 3,63
3 Biaya Usahatani (Rp / bulan) 41.667 - 1.250.000 372.916 4 Pendapatan Total Sebelum Alih
Fungsi Lahan (Rp / bulan) 1.092.500 - 2.860.833 1.833.755 5 Pengeluaran Keluarga Petani
Sebelum Alih Fungsi (Rp / bulan) 1.500.000 - 3.000.000 2.116.666 6 Produktifitas Padi Sawah (ton/ha) 3,10 - 6,25 4,61
7 Luas Kepemilikan Lahan
Sebelum Alih Fungsi (ha) 0,12 - 1,0 0,4065
Sumber : Diolah dari Data Lampiran 2, 2014
Luas Alih Fungsi Lahan
Luas alih fungsi lahan adalah luas lahan padi sawah yang dialihfungsikan
oleh petani sampel menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan
Tabel 5.4 dapat dilihat range luas lahan yang dialihfungsikan 1.200-3.200 m2 dengan rata-rata lahan sawah yang dialihfungsikan 1.706,67 m2.
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi
tanggung jawab petani sampel secara ekonomi seperti istri, anak dan saudara
Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi
Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi adalah biaya yang harus dikeluarkan
petani dalam menjalankan usahataninya baik dalam usahatani padi sawah
maupun usahatani tanaman lainnya yang diusahan petani di lahannya seperti
kedelai dalam satu bulan. Biaya usahatani ini melingkupi : bibit, pupuk,
pestisida, upah mengolah lahan, upah penanaman,dan lain-lain. Berdasarkan
Tabel 5.4 dilihat biaya usahatani rata-rata Rp 358.020 / bulan dengan range Rp 41.666 – Rp 1.250.000 / bulan.
Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi Lahan
Pendapatan total petani sebelum alih fungsi lahan adalah keseluruhan
pendapatan yang terima petani dalam sebulan termasuk didalamnya
pendapatan dari hasil usahataninya maupun pendatan dari perkerjaan lainnya
mengingat responden ada yang menjadikan petani merupakan pekerjan
sampingannya. Pekerjaan responden selain bertani yakni : karyawan, buruh,
pedagang, tukang dan PNS. Pendapatan dari bidang pertanian bukan hanya
dari padi sawah saja karena dalam setahun lahan sawah juga digunakan untuk
mengusahakan komoditi lain seperti kacang kedelai, kacang tanah, dan ubi.
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata pendapat total petani responden yakni Rp 1.877.802 / bulan dengan range Rp 607.070 – Rp 2.989.899 / bulan.
Pengeluaran Kelurga Petani Sebelum Alih Fungsi
Pengeluaran kelurga petani sebelum alih fungsi adalah biaya yang
dikeluarkan petani responden dalam sebulan untuk menghidupi keluarganya
lainnya dan termasuk didalamnya biaya yang dikeluarkan petani untuk
membayar utang dan biaya rumah sakit. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata pengeluaran petani responden yakni Rp 2.116.666 dengan range Rp
1.500.000 – Rp 3.000.000 / bulan.
Produktifitas Padi Sawah
Produktifitas padi sawah adalah kemampuan tanah untuk memproduksi
sesuatu spesies tanam atau suatu sistem pertanaman pada suatu pengelolan
tertentu. Produktifitas ini merupakan tingkat kemampuan produksi lahan
petani responden dalam usahatani padi sawah. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata produktifitas lahan sawah petani responden yakni 5,94 ton/ha
dengan range 4,50 – 8,75 ton/ha.
Luas Kepemilikkan Lahan
Luas Kepemilikkan adalah jumlah keseluruhan luas lahan yang dimiliki
petani baik itu lahan basah maupun lahan kering pada saat sebelum petani
mengalihfungsikan lahannya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Lahan
basah bukan hanya digunakan untuk padi sawah akan tetapi juga diusahakan
komoditi lainnya seperti kacang kedelai, ubi, dan kacang tanah, sedangkan
lahan kering ada juga yang sudah digunakan untuk perkebunan kelapa sawit
5.2.2 Pengaruh Variabel Penelitian Terhadap Alih Fungsi Lahan Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi lahan perkebunan sawit rakyat karena jumlah tanggungan
menentukan biaya kebutuhan pribadi keluarga petani, sehingga semakin
banyak jumlah tanggungan petani maka pengeluaran keluarga petani semakin
tinggi dan membuat petani untuk meningkatkan pendapatannya, secara
langsung dan tidak langsung mendorong petani untuk mengalih fungsikan
lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
Pengaruh Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena biaya produksi
meliputi biaya yang dikeluarkan petani untuk pemeliharaan, pemupukan bibit,
pestisida, upah buruh tani dan lain-lain untuk menunjang usahataninya di
lahannya sehingga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk
mengalihfungsikan lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit
rakyat.
Pengaruh Pendapatan Total Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena pendapatan yang
didapatkan petani baik dari usahatani padi sawahnya dan diluar itu untuk
mengalihfungsikan lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit
rakyat..
Pengaruh Pengeluaran Keluarga Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena pengeluaran yang
harus dibayar petani dalam menghidupi keluarganya termasuk didalamnya
hutang petani, dll. Faktor pengeluaran petani dapat mempengaruhi keputusan
petani dalam mengalihfungsikan lahannya.
Pengaruh Produktifitas Padi Sawah Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena tingkat produktifitas
padi sawah dilahannya menunjukkan tingkat kemampuan lahannya dalam
mempengaruhi produksi padi sawah petani sehingga dapat mempengaruhi
keputusan petani dalam mengalihfungsikan lahannya.
Pengaruh Luas Kepemilikan Lahan Terhadap Alih Fungsi Lahan
Faktor ini dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan karena
besar luas lahan yang dimiliki petani dapat mempengaruhi keputusan petani
untuk mengalihfungsikan lahannya.
5.2.3 Interpretasi Model Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk pemaparan mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi alih
fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan
Data primer yang didapatkan melalui kuesioner ditabulasi kemudian dianalisis
menggunakan SPSS 16 sehingga menghasilkan Lampiran dan dirangkum dalam
Tabel 5.5 :
Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Faktor - faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Padi Sawah Menjadi Pekebunan Kelapa Sawit Rakyat
Penduga Koefisien
Regresi Sig T Sig
Konstanta 0,213 7,758 0
Jumlah Tanggungan -0,001 -0,326 0,747
Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi -0,000000032 -1,588 0,126 Pendapatan Total Petani Sebelum Alih
Fungsi -0,0000000003 -0,024 0,981
Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum
Alih Fungsi 0,000000044 3,96 0,001
Produktifitas Padi Sawah -0,032 -5,346 0
Luas Kepemilikan Lahan 0,073 2,594 0,016
R2 0,685
Fhit 8,335
Sumber : Diolah dari Data Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dibuat model persamaan sebagai berikut :
Dimana :
Y = Luas Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Lahan Perkebunan Sawit Rakyat (ha)
X1 = Jumlah Tanggungan Petani sebelum alih fungsi (orang)
X2 = Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X3 = Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X4 = Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)
X5 = Produktifitas Padi Sawah sebelum Alih Fungsi (ton/ha)
Model persamaan yang dilampirkan diatas menjelaskan faktor yang paling
mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit di
Kecamatan Pegajahan yakni luas kepemilikkan lahan selanjutnya produktifitas
padi sawah, jumlah tanggungan petani, pengeluaran keluarga petani sebelum alih
fungsi, pendapatan total petani sebelum alih fungsi, dan biaya usahatani sebelum
alih fungsi.
Kemudian hasil estimasi diatas dapat dilihat bahwa R2 = 0,685 yang
bermakna bahwa variabel penelitian seperti jumlah tanggungan petani, biaya
usahatani padi sawah sebelum alih fungsi, pendapatan total petani sebelum alih
fungsi, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi, produktifitas padi sawah
dan luas kepemilikkan lahan mampu menjelaskan variasi variabel alih fungsi
lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 68,5% sisanya
sebesar 31,5% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
estimasi.
Dari hasil uji simultan (serempak) yang dilakukan melihat signifikansi secara
bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat
(dependentvariable), dari estimasi tersebut diperoleh nilai Fhit sebesar 8,355 lebih
besar dari Ftabel 2,53. Dan nilai Signifikasi uji F pada Tabel 5.5 sebesar 0,000 lebih
kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yangberarti oleh jumlah tanggungan petani
(X1), biaya usahatani sebelum alih fungsi (X2), pendapatan total petani sebelum
alih fungsi (X3), pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4),
sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan secara
signifikan dengan tingkat keyakinan 95%.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhit dengan Ftabel.Untuk
Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = (k-1) = 7-1= 6) dan v2 = (n-k)= (30 - 7 = 23), dijumpai F-tabel; pada á = 0,05 sebesar 2,53.
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian
secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai thit dengan nilai ttabel. Selain
itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi (sig) pada hasil estimasi.
Berdasarkan uji parsial (Uji t-statistik) dapat diketahui variabel-variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap luas alih fungsi lahan (Y). Pada jumlah
sampel (n) = 30, variabel bebas (k) = 6. Koutsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan demikian k = 7
dijumpai Degree of Freedom (df) = 30 - 7 = 23. Pada df dan jumlah parameter 7 dijumpai ttabelpada pengujian α = 0,05 sebesar 2,064.
Kemudian dari hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial dan elastisitas
setiapvariabel sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 0,213, nilai ini menunjukkan bahwa luas alih fungsi
lahan padi sawah di Kecamatan Pegajahan adalah sebesar 0,213 ha apabila
tidak dipengaruhi oleh jumlah tanggungan petani (X1), biaya usahatani
sebelum alih fungsi (X2), pendapatan total petani sebelum alih fungsi (X3),
pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4), produktifitas padi
sawah sebelum alih fungsi (X5) dan luas kepemilikkan lahan (X6).
2. Jumlah tanggungan petani (X1) memiliki thit sebesar -0,326 lebih kecil dari
0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel jumlah tanggungan petani
sebelum alih fungsi tidak berpengaruh secara parsial terhadap luas alih
fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan
Pegajahan. Koefisien jumlah tanggungan petani sebelum alih fungsi
bernilai 0,001, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan
jumlah tanggungan petani sebanyak 1 orang maka akan terjadi penurunan
luas alih fungsi lahan sebanyak 0,001 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan peningkatan jumlah tanggungan petani mempengaruhi biaya
usahatani karena peningkatan jumlah tanggungan menambah tenaga kerja
dalam keluarga di dalam usahataninya.
3. Biaya usahatani sebelum alih fungsi (X2) memiliki thit sebesar 1,588 lebih
kecil dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,126) lebih besar dari nilai α
sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel biaya usahatani sebelum
alih fungsi tidak berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan
padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan.
Koefisien biaya usahatani sebelum alih fungsi bernilai 0,000000032,
angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan biaya usahatani
sebelum alih fungsi sebanyak Rp 1 maka akan terjadi penurunan luas alih
fungsi lahan sebanyak 0,000000032 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan biaya usahatani yang ditanggung petani di Kecamatan
kerja dalam keluarga yang dicurahkan dalam usahatani dan adanya pupuk
subsidi dari pemerintah.
4. Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (X3) memiliki thit sebesar
0,024 lebih kecil dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,981) lebih besar
dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1
ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel
pendapatan total petani sebelum alih fungsi tidak berpengaruh secara
parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan
kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien pendapatan total petani
sebelum alih fungsi bernilai 0,0000000003, angka ini menunjukkan bahwa
jika terjadi peningkatan peningkatan total petani sebelum alih fungsi
sebanyak Rp 1 maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan
sebanyak 0,0000000003 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan pendapatan yang diterima petani bukan hanya dari pekerjaan di bidang
pertanian saja akan tetapi pekerjaan utama sebagian besar responden tidak
sebagai petani padi sawah akan tetapi pekerjaan diluar bidang pertanian
seperti buruh, karyawaan, PNS, pedagang, dan lain-lain.
5. Pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4) memiliki thit sebesar
3,96 lebih besar dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,001) lebih kecil
dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini bermakna bahwa variabel pengeluaran keluarga petani
sebelum alih fungsi berpengaruh signifikan pada α sebesar 0,05 (5%)
terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan sawit rakyat di
pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi berpengaruh secara
parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan
kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien pengeluaran keluarga
petani sebelum alih fungsi bernilai 0,0000000443, angka ini menunjukkan
bahwa jika terjadi peningkatan biaya usahatani sebelum alih fungsi
sebanyak Rp 1 maka akan terjadi peningkatan luas alih fungsi lahan
sebanyak 0,0000000443 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan biaya kehidupan yang semakin meningkat dengan jumlah keluarga cukup
banyak yakni responden rata-rata 4 sesuai dengan hasil penelitian oleh
Pewista (2011) di Kabupaten Bantul yakni penduduk dengan jumlah
tanggungan keluarga 4-6 orang yang paling banyak melakukan alih fungsi
lahan pertaniannya. Telah kita ketahui bahwa semakin banyaknya
tanggungan keluarga tentunya pengeluaran keluarga juga semakin besar.
Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang besar tentunya akan
dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki lahan
pertanian akan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan
tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, dan juga
mendukung pernyataan Rahmanto dkk (bahwa karakteristik rumahtangga
memiliki hubungan kuat terhadap keragaman persepsi multi fungsi lahan
sawah di antaranya mencakup peubah-peubah berikut: (1) usia responden;
(2) tingkat pendidikan; (3) jumlah anggota keluarga tertanggung; (4) luas
garapan sawah; (5) proporsi pendapatan rumahtangga dari lahan sawah.
6. Produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi (X5) memiliki thit sebesar
dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini bermakna bahwa variabel produktifitas padi sawah
sebelum alih fungsi berpengaruh signifikan pada α sebesar 0,05 (5%)
terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan sawit rakyat di
Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel
produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi berpengaruh secara parsial
terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa
sawit di Kecamatan Pegajahan. Hasil ini mendukung hasil temuan
Rusastra et al. (1997) di Kalimantan Selatan, alasan utama petani
melakukan alih fungsi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan
yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan akibat
rendahnya harga padi sawah, rendahnya produktivitas tanaman padi
sawah. Akibat rendahnya harga padi sawah di pasaran maka petani lebih
memilih untuk mengalihkan lahan padi sawahnya menjadi lahan pertanian
non padi sawah. Koefisien produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi
bernilai 0,032, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan
tingkat produktifitas pdi sawah sebelum alih fungsi sebanyak 1ton/ha
maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,032 ha
ceteris paribus.
7. Luas kepemilikkan lahan petani (X6) memiliki thit sebesar 2,594 lebih
besar dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,016) lebih kecil dari nilai α
sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
bermakna bahwa variabel Luas kepemilikkan lahan petani berpengaruh
menjadi perkebunan sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan
hipotesis awal yakni variabel Luas kepemilikkan lahan petani
berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah
menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Hasil ini
mendukung hasil penelitian Pewista (2012) di Kabupaten Bantul, pada
luas lahan pertanian < 1.000 m2, dimana sebelum terjadi alih fungsi
berjumlah 10 orang atau 14,29%, tetapi kini meningkat menjadi 42 orang
atau 60%. Untuk kepemilikan lahan 1.000 – 2.000 m2 sebelum alih fungsi
lahan ada 45 orang atau 64,29% tetapi setelah alih fungsi mengalami
penurunan menjadi 22 orang atau 31,43%. Sedangkan pemilik lahan >
2.000 m2 juga mengalami penurunan kepemilikan lahan dari 15 orang atau
21,42% menjadi 6 orang atau 8,57%. Penurunan kepemilikan lahan
pertanian yang cukup drastis terjadi pada luasan 1.000 – 2.000 m2, dimana
sebagian besar telah menyusut menjadi < 1.000 m2. Oleh sebab itulah
kepemilikan lahan dengan luas < 1.000 m2 mengalami peningkatan yang
drastis pula. Koefisien luas kepemilikkan lahan sebelum alih fungsi
bernilai 0,073, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan luas
kepemilikkan lhan sebelum alih fungsi sebanyak 1ha maka akan terjadi
peningkatan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,073 ha ceteris paribus.
5.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa
terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan
dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk.
Uji Multikolinearitas
Menurut Ragner Frish dalam Surapto (2005) untuk mendeteksi adanya
multikolineritas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :
1. Nilai toleransi lebih besar dari 0,1
2. Nilai VIF lebih kecil dari 10
3. R2 = 1
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Faktor - faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Padi Sawah Menjadi Pekebunan Kelapa Sawit Rakyat
Penduga Toleance VIF
Konstanta
Jumlah Tanggungan 0,716 1,397
Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi 0,381 2,628 Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi 0,776 1,288 Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi 0,597 1,675
Produktifitas Padi Sawah 0,658 1,519
Luas Kepemilikan Lahan 0,346 2,893
Sumber : Diolah dari Data Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 5.6dapat disimpulkan dari masing-masing variabel berada diatas 0,1. Nilai toleransi jumlah tanggungan petani yakni 0,716, biaya usahatani
sebelum alih fungsi 0,381, pendapataan total petani sebelum alih fungsi 0,776,
pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi 0,597, produktifitas padi sawah
0,658, dan luas kepemilikkan lahan 0,346. Nilai VIF semua variabel dibawah 10.
Nilai VIF jumlah tanggungan petani yakni 1,397, biaya usahatani sebelum alih
fungsi 2,628, pendapatan total petani sebelum alih fungsi 1,288, pengeluaran
keluarga petani sebelum alih fungsi 1,675, produktifitas padi sawah 1,519 dan
luas kepemilikkan lahan 2,893 sehingga semua variabel di dalam model tidak
Uji Normalitas
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak
menjadi valid untuk sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal, yaitu dengan cara:
a.Analisis Grafik:
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan dengan cara:
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak