• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS DAN ORGANOLEPTIK

SOSIS FERMENTASI DAGING DOMBA DENGAN STARTER

KULTUR PROBIOTIK

Lactobacillus plantarum

2C12

HENDRAWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HENDRAWAN. Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12. Dibimbing oleh IRMA ISNAFIA ARIEF dan EDIT LESA ADITIA.

Sosis fermentasi pada penelitian ini dibuat dari daging domba. Bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum 2C12 digunakan sebagai starter kultur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi daging domba. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), menggunakan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah: P0 sebagai kontrol (tanpa penambahan starter kultur), dan P1 dengan penambahan 2% starter kultur Lactobacillus plantarum 2C12. Analisa karakteristik mikrobiologis sampel sosis fermentasi daging domba terdiri dari total BAL (bakteri asam laktat), Eschericia coli, dan Salmonella sp.. Adapun peubah dari karakteristik organoleptik yang dievaluasi adalah warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hasil analisa menunjukkan bahwa penambahan 2% Lactobacillus plantarum 2C12 sangat nyata (P<0.01) meningkatkan populasi BAL sampai 2.89 log cfu/g, menekan populasi Eschericia coli secara nyata (P<0.05) sampai 0.86 log cu/g, dan populasi Salmonella sp. adalah negatif. Hasil analisa karakteristik organoleptik menunjukkan bahwa penambahan 2% Lactabacillus plantarum 2C12 tidak berpengaruh terhadap masing-masing peubah.

Kata kunci: Daging domba, Lactobacillus plantarum 2C12, sosis fermentasi.

ABSTRACT

HENDRAWAN. Microbiological and Sensory Characteristic of Fermented Mutton Sausage With Probiotic Culture Starter Lactobacillus plantarum 2C12. Supervised by IRMA ISNAFIA ARIEF and EDIT LESA ADITIA.

In this research, the fermented sausages was made from mutton meat. The lactid acid bacteria Lactobacillus plantarum 2C12 was used as culture starter. The aim of this research was to evaluate microbiological and sensory characteristics of fermented mutton sausages. This research was used completely randomized design as experimental design, with 3 replications. The treatments used were: P0 as control (without culture starter addition), and P1 with addition 2% culture starter Lactobacillus plantarum 2C12. The analized microbiological characteristics of fermented mutton sausage samples were the total of LAB (lactid acid bacteria), Eschericia coli, and Salmonella sp.. Whereas, the sensory properties were evaluated for color, aroma, texture, and taste. The result showed that the addition 2% Lactobacillus plantarum 2C12 had increased LAB significantly (P<0.01) to 2.89 log cfu/g, pressed Eschericia coli (P<0.05) to 0.86 log cfu/g, and the population of Salmonella sp. was negative. The sensory evaluation showed that the addition 2% Lactobacillus plantarum 2C12 did not significantly differences for every properties.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS DAN ORGANOLEPTIK

SOSIS FERMENTASI DAGING DOMBA DENGAN STARTER

KULTUR PROBIOTIK

Lactobacillus plantarum

2C12

HENDRAWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12

Nama : Hendrawan NIM : D14090128

Disetujui oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi Pembimbing I

Edit Lesa Aditia, SPt MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Bismillahirrahmaanirrahiim. alhamdulillah wasyukurillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi yang berjudul Karakteristik Mikrobiologis dan Organoleptik Sosis Fermentasi Daging Domba dengan Starter Kultur Probiotik Lactobacillus plantarum 2C12. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulluh SAW, sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi dan Bapak Edit Lesa Aditia, SPt MSc sebagai dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan perhatian dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Ir. Anita Tjakradijaja S, MRurSc dan Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc sebagai dosen penguji sidang, kepada Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi sebagai panita sidang, dan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi sebagai dosen pembimbing akademik.

Penulis selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada Noraimah binti Sulaiman sebagai rekan satu penelitian, serta kepada sahabat Rini Septiani, A. Cakra Adityawarman, dan Widigdo Hadi P atas kebersamaan dan kerjasama selama menempuh masa studi. Terakhir penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Dede Suardi dan Ibu Yayat Nurhayati, serta kepada saudara kandung terkasih Siti Mardiana SHut yang senantiasa menguatkan, serta memberikan do’a dan dukungan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pembiakan Kultur 6

Karakteristik Mikrobiologis Daging Segar 6

Karakteristik Mikrobiolois Sosis Fermentasi 7

Karakteristik Organoleptik 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji mikrobiologis daging domba segar 6

2 Hasil uji mikrobiologis sosis fermentasi daging domba 8 3 Nilai rataan uji hedonik sosis fermentasi daging domba 11

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram metode pembiakan starter kultur 3

2 Pembuatan sosis fermentasi 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar sosis fermentasi daging domba 14

2 Hasil uji Tukey jumlah bakteri asam laktat sosis fermentasi daging domba 15 3 Hasil uji Tukey jumlah E. coli sosis fermentasi daging domba 15

4 Hasiluji.Tukey jumlah Salmonella.sp. sosis fermentasi daging domba 15

5 Hasil uji Kruskal-Wallis warna sosis fermentasi daging domba 15

6 Hasil uji Kruskal-Wallis aroma sosis fermentasi daging domba 16

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi, dan hasil olahannya memiliki palatabilitas serta akseptabilitas yang baik. Sampai saat ini, teknik pengolahan daging terus berkembang, diantaranya adalah dengan pemanfaatan bakteri asam laktat untuk melakukan fermentasi. Proses fermentasi dalam pengolahan daging adalah proses mengubah karbohidrat menjadi asam laktat sehingga menghasilkan produk yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Salah satu produk hasil olahan daging dengan proses fermentasi adalah sosis fermentasi.

Sosis fermentasi dapat dibuat dari daging sapi atau domba. Pengolahan daging domba menjadi sosis fermentasi memiliki kelebihan, diantaranya adalah menghilangkan bau prengus daging domba. Hal ini tentu akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap daging domba dalam bentuk sosis fermentasi. Arief et al. (2008) telah melakukan penelitian terhadap kualitas mikrobiologis sosis fermentasi daging sapi dan domba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa populasi bakteri asam laktat cenderung lebih besar pada sosis fermentasi daging sapi dibandingkan pada sosis fermentasi daging domba. Hal ini disebabkan kultur yang diisolasi dari daging sapi memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik pada jenis daging yang sama.

Lactobacillus (L. plantarum) 2C12 merupakan bakteri asam laktat probiotik yang telah diisolasi dari daging sapi lokal di Indonesia (Arief et al. 2006). Hasil penelitian Susilawati (2012) menunjukkan bahwa penggunaan L. plantarum 2C12 sebagai starter kultur pada pembuatan sosis fermentasi daging sapi mampu menurunkan populasi bakteri patogen, yaitu Eschericia (E. coli) dan Staphylococcus (S. aureus). Selanjutnya, penggunaan L. plantarum 2C12 sebagai kultur pada proses pembuatan sosis fermentasi daging domba diharapkan mampu menghasilkan produk berkualitas baik, yaitu memiliki aroma dan rasa yang khas, aman bagi kesehatan, dan dapat diterima oleh konsumen. Berdasarkan keterangan diatas, penelitian untuk mengevaluasi karakteristik mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi daging domba dengan penggunaan starter kultur L. plantarum 2C12 sangat bermanfaat untuk pengembangan industri pengolahan daging, dan memberikan informasi kepada masyarakat terkait manfaat dan jaminan keamanan produk ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan L. plantarum 2C12 sebagai starter kultur probiotik terhadap sifat mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi daging domba.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

tahun. Pengujian awal terdiri dari pembiakan kultur dan analisa karakteristik mikrobiologis daging domba segar. Penelitian utama adalah analisa karakteristik mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi daging domba. Peubah yang diamati pada analisa karakteristik mikrobiologis adalah jumlah kuantitatif total bakteri asam laktat (BAL), uji kuantitatif E. coli, dan pengujian bakteri Salmonella sp.. Adapun karakteristik organoleptik ditentukan dengan uji hedonik (uji kesukaan) terhadap peubah warna, aroma, tekstur, dan rasa.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan April sampai Mei 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia Besar, Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Ternak Terpadu, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daging domba garut betina berumur 24 bulan, gula, garam, jahe, pala halus, lada putih halus, lada hitam halus, kultur L. plantarum 2C12, susu skim, de Man Rogosa Sharp Broth (MRS-B), de Man Rogosa Sharp Agar (MRS-A), aquades, Buffer Pepton Water (BPW), Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), Xylose Lysine Deoxycholate (XLD), air minum, dan panelis.

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung raksi, cawan petri, jarum ose, inkubator, bunsen, ruang inokulasi, bowl cutter, freezer, stuffer, selongsong sosis edible, alat penggantung sosis, ruang pengasapan, vortex, blender, neraca analitik, labu Erlenmeyer, gelas piala, pipet steril, cawan petri, wadah pengujian organoleptik, ruang organoleptik, peralatan tulis, dan formulir uji organoleptik.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 tahap, tahap pertama adalah pembiakan starter kultur. Tahap kedua adalah penelitian utama, yaitu pembuatan sosis fermentasi daging domba, dan analisis karakteristik mikrobiologis dan organoleptik.

Pembiakan Starter Kultur

(14)

3 kultur induk diinokulasi pada larutan susu skim steril untuk dijadikan kultur antara. Sebanyak 2% kultur antara diinokulasi kembali sebagai kultur kerja. Kultur kerja ditumbuhkan pada media de Man Rogosa Sharp Agar (MRS-A) dan dihitung populasinya. Kultur yang memenuhi syarat untuk siap dijadikan starter kultur untuk sosis fermentasi adalah dengan populasi ≥ 108 cfu/g (Arief 2000). Diagram metode pembiakan kulturs starter disajikan pada Gambar 1.

Kultur murni L. plantarum 2C12

Ditumbuhkan 2% dari kultur induk ke larutan susu skim steril 10%

Ditumbuhkan 2% dari kultur induk ke larutan susu skim steril 10%

Populasi ≥ 108 cfu/g Populasi ≤ 108 cfu/g

Kultur kerja

Gambar 1 Diagram metode pembiaka starter kultur (Arief 2000) Penyegaran pada media MRS-B

2% kultur diinokulasikan pada 10% larutan susu skim steril

Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam (hasilnya disebut kultur induk)

Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam (hasilnya disebut kultur antara)

Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam (hasilnya

disebut kultur kerja)

Ditumbuhkan pada media MRS-A, diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam

(15)

4

Pembuatan Sosis Fermentasi Daging Domba

Proses pembuatan sosis fermentasi diawali dengan daging domba segar digiling dan dibekukan pada suhu 2 °C selama 24 jam, selanjutnya daging domba di thawing dalam refrigerator bersuhu 10-14 °C selama 3 jam, kemudian digiling di dalam bowl cutter, dicampurkan dengan garam, jahe halus, pala halus, lada putih, gula pasir 0.5%, dan 2% starter kultur L. plantarum 2C12 atau tanpa starter kultur dari total adonan. Temperatur akhir proses pencampuran ini sebaiknya tidak melebihi 2 oC. Adonan yang telah jadi kira-kira sebesar butiran beras, lalu dimasukkan ke dalam stuffer, dan dimasukkan ke dalam selongsong kemudian dipadatkan tetap pada temperatur kurang dari 2 oC, lalu dilakukan conditioning atau pemeraman selama 24 jam pada suhu ruang (±27 oC), dan dilakukan pengasapan dingin selama 3 hari dengan suhu 28-30 oC selama 4 jam/hari (Arief 2000, dimodifikasi). Diagram proses pembuatan sosis fermentasi disajikan pada Gambar 2.

Daging Domba Segar

Digiling ¼ bagian

Dibekukan pada suhu 2 oC, selama 24 jam

Digiling di dalam bowl cutter Ditambah bumbu, dan kultur L. plantarum 2 %

Dimasukkan kedalam selongsong sosis

Proses fermentasi selama tiga hari, diselingi pengasapan dingin selama 4 jam/hari pada suhu 28-30 °C

Diiris ¾ bagian

Sosis fermentasi

Gambar 2 Pembuatan sosis fermentasi (Arief 2000, dimodifikasi) Thawing pada suhu 10-14 °C, selama 3 jam

(16)

5 Analisis Sifat Mikrobiologis

Analisa karakteristik mikrobiologis sosis fermentasi daging domba meliputi jumlah kuantitatif bakteri asam laktat (BAL), E. coli, dan Salmonella sp.. Metode pengujian setiap jenis bakteri adalah sebagai berikut:

Total Bakteri Asam Laktat. Sebanyak 25 g sampel yang telah disiapkan diencerkan menggunakan 225 ml NaCl. Sampel ini kemudian diencerkan dengan NaCl 0.85% hingga pengenceran kelima (10-6). Sampel dipipet secara aseptik pada pengenceran 10-4sampai 10-6dan sebanyak 1 ml dipipet ke dalam cawan petri steril secara duplo dan tuang media de Man Ragosa Agar (MRS-A). Inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 37 °C. Koloni yang berwarna putih atau kekuning-kuningan merupakan koloni bakteri asam laktat (APHA 1992).

Analisis Kuantitatif E. coli. Sebanyak 25 gram sampel yang telah disiapkan diencerkan menggunakan 225 ml NaCl. Sampel ini kemudian diencerkan dengan NaCl 0.85% hingga pengenceran kelima (10-6). Sampel dipipet secara aseptik pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 dan sebanyak 1 ml dipipet ke dalam cawan petri steril secara duplo dan tuang media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 37 °C. Koloni E. coli yang tumbuh berwarna biru keunguan (APHA 1992).

Analisis Kuantitatif Salmonella sp. Sebanyak 25 gram sampel yang telah disiapkan diencerkan menggunakan 225 ml NaCl. Sampel ini kemudian diencerkan dengan NaCl 0.85% hingga pengenceran kelima (10-6). Sampel dipipet secara aseptik pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 dan sebanyak 1 ml dipipet ke dalam cawan petri steril secara duplo dan tuang media Xylose Lysine Deoxycholate (XLD). Inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 37 oC. Koloni Salmonella sp. yang tumbuh berwarna biru keunguan. Koloni yang tumbuh berwarna kuning keruh dengan titik hitam ditengah hitungan (APHA 1992). Penilaian Organoleptik

Penilaian organoleptik dilakukan dengan uji hedonik (Meilgaard 1999). Peubah yang diamati adalah warna, aroma, tekstur, dan rasa sosis fermentasi. Uji hedonik dilakukan terhadap sampel sosis fermentasi daging domba kontrol dan perlakuan penambahan 2% L. plantarum 2C12. Skala penilaian yang digunakan adalah 1 sampai 5, masing-masing sampel diberi kode 123 dan 231, dan diletakkan pada wadah yang mirip. Pengujian dilakukan oleh panelis agak terlatih sebanyak 75 orang. Di ruang pengujian organoleptik, selain disediakan sampel yang akan diuji, disediakan juga air minum dan form untuk penilaian panelis. Rancangan Percobaan

(17)

6

Yij = µ + Pi + εij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan karakteristik mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi

pada perlakuan ke- i dan ulangan ke-j

µ : Nilai rata-rata karakteristik mikrobiologis dan organoleptik sosis fermentasi Pi : Pengaruh perlakuan ke-i terhadap karakteristik mikrobiologis dan organoleptik

sosis fermentasi

εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j.

Analisis Data

Data hasil uji mikribiologis diolah secara statistik, yaitu dengan uji Tukey. Adapun data hasil uji hedonik diolah secara nonparametrik, yaitu dengan uji Kruskal-Wallis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembiakan Kultur

Pembiakan kultur adalah tahap untuk memperbanyak populasi bakteri. Starter kultur yang digunakan untuk proses fermentasi adalah bakteri asam laktat L. plantarum 2C12. Karakteristik morfologi dari bakteri L. plantarum 2C12 adalah berbentuk batang, memiliki susunan tunggal atau pendek, dan Gram positif (Firmansyah 2009). Hasil pembiakan kultur kerja L. plantarum 2C12 pada penelitian pendahuluan adalah 1.34 × 109 cfu/g atau 9.13 log cfu/g. Jumlah populasi kultur L. plantarum 2C12 tersebut lebih besar dari 108 cfu/g, maka dapat digunakan sebagai starter kultur dalam pembuatan sosis fermentasi (Arief 2000).

Karakteristik Mikrobiologis Daging Segar

Pengujian karakteristik mikrobiolois daging domba segar dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kelayakan bahan baku secara mikrobiologis untuk diolah menjadi produk sosis fermentasi. Populasi bakteri pada daging domba segar akan menentukan karakteristik mikrobiologis produk akhir sosis fermentasi. Bakteri yang dianalisis terdiri dari bakteri asam laktat (BAL), E. coli, dan Salmonella sp.. Hasil pengujian mikrobiologis daging domba segar disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil uji mikrobiologis daging domba segar

Jenis Bakteri Jumlah (log cfu/g) Standar SNI ( log cfu/g)

Bakteri Asam Laktat 3.61 *

E. coli 1.94 1.70

Salmonella sp. Negatif Negatif

Keterangan: *= tidak dicantumkan dalam SNI

(18)

7 Lactococcus, Micrococcus, Pediococcus sp., dan Leuconostoc (Hui et al. 2001). Menurut Landeta et al. (2013), bakteri asam laktat berperan penting dalam pembentukan asam laktat dengan memfermentasi karbohidrat, sehingga mampu berkontribusi untuk keamanan selama proses pembuatan produk olahan serta dalam pembentukan tekstur dan rasa asam produk akhir.

Berdasarkan tabel 1, jumlah bakteri Salmonella sp. adalah negatif. Daging domba segar tidak terkontaminasi bakteri Salmonella sp., dan memenuhi syarat keamanan pangan menurut SNI No. 01-6366-2000, yaitu tidak terdapat cemaran bakteri Salmonella sp. pada daging segar. Adapun jumlah bakteri E. coli pada daging domba segar adalah 1.94 log cfu/g atau 8.70 × 101 cfu/g, sedikit melebihi batas cemaran mikroba daging segar menurut SNI No. 01-6366-2000, yaitu sebanyak 1.70 log cfu/g atau 5 × 101 cfu/g. Kontaminasi E. coli terhadap daging domba segar dapat terjadi saat pemotongan domba. Kontaminasi disebabkan oleh sanitasi personal dan peralatan yang kurang baik, lantai dan alas tempat peletakan daging hasil deboning yang kurang higienis, dan isi saluran pencernaan domba yang kurang terjaga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1998) bahwa kontaminasi bakteri patogen terhadap daging dapat terjadi sejak penyembelihan ternak hingga daging dikonsumsi. Sumber kontaminasi atau infeksi dapat berasal dari tanah dan sekitarnya, kulit (kotoran pada kulit), isi saluran pencernaan, air, alat-alat yang digunakan selama persiapan karkas (pisau, gergaji, katrol pengait, dan alat tempat jeroan), kotoran, udara, dan pekerja.

Bakteri E. coli dan Salmonella sp. merupakan bakteri patogen yang dapat merusak bahan pangan, dan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menurut Buckle et al. (2007) gangguan kesehatan yang disebabkan oleh cemaran bakteri Salmonella sp. adalah gastroenteritis, yaitu gangguan kesehatan yang ditandai dengan gejala diare, sakit kepala, muntah-muntah, dan demam hingga berdampak kematian dengan tingkat kurang dari 1%. Selain itu, Salmonella sp. juga dapat menyebabkan penyakit tipus dengan tingkat kematian sebesar 10%. Dampak dari pencemaran bakteri E. coli pada bahan pangan menyebabkan keracunan dan gangguan pencernaan seperti disentri.

Karakteristik Mikrobiologis Sosis Fermentasi

(19)

8

Tabel 2 Hasil uji mikrobiologis sosis fermentasi daging domba Parameter Uji menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05), adapun huruf kapital yang tidak sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01).

Total Bakteri Asam Laktat

Berdasarkan Tabel 2, total bakteri asam laktat adalah 6.43 ± 0.06 log cfu/g pada sosis fermentasi kontrol, dan 9.32 ± 0.06 log cfu/g pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% kultur L. plantarum 2C12. Adapun berdasarkan hasil penelitian Arief et al. (2008), rataan populasi BAL pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan bakteri L. plantarum 1B1 adalah 3.76 log cfu/g. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam pembuatan sosis fermentasi daging domba, kultur L. plantarum 2C12 merupakan starter yang lebih baik untuk meningkatkan populasi BAL dibandingkan dengan kultur L. plantarum 1B1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan BAL baik pada sosis fermentasi kontrol ataupun dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12, lebih besar dibandingkan dengan kandungan BAL pada daging domba segar, yaitu 3.61 log cfu/g (pada Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa bakteri asam laktat yang secara alami terdapat pada daging domba segar mampu tumbuh dengan baik, dan bakteri L. plantarum 2C12 yang ditambahkan sebagai starter kultur memiliki kemampuan beradaptasi yang baik untuk tumbuh meningkatkan populasinya selama proses pembuatan sosis fermentasi daging domba. Menurut Jati (2012), selama masa pembiakan, L. plantarum 2C12 mampu mengalami perkembangan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan L. plantarum 1A5, 1B1, dan 2B2. Bakteri asam laktat L. plantarum 2C12 mencapai populasi tertinggi pada waktu inkubasi jam ke-12. Adapun L. plantarum 1A5, 1B1, dan 2B2 mencapai populasi tertinggi pada waktu inkubasi jam ke-23, 19, dan 19.

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) antara total BAL pada kontrol (tanpa penambahan starter kultur) dengan sosis fermentasi daging domba yang ditambahkan 2% L. plantarum 2C12. Penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter kultur sangat berpengaruh terhadap peningkatkan populasi BAL pada sosis fermentasi daging domba. Peningkatkan populasi BAL pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 adalah sebesar 2.89 log cfu/g.

(20)

9 Positif ataupun gram Negatif. Mekanisme senyawa antimikroba dalam menghambat bakteri patogen dan pembusuk yaitu dengan cara merusak dinding sel mikroba sehingga sel yang sedang tumbuh akan terurai, protein selanjutnya akan terdenaturasi, dan terjadi perusakan sistem metabolisme di dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler (Plezer dan Chan 2007).

Berdasarkan pengujian pH, nilai pH sosis fermentasi daging domba kontrol adalah 4.39, sedangkan pH sosis fermentasi daging domba dengan penambaan 2% L. plantarum 2C12 adalah 4.13. Hasil pengujian pH tersebut menunjukkan bahwa penambahan kultur L. plantarum 2C12 dapat menurunkan pH sosis fermentasi daging domba. Selain mampu menurunkan pH sebagai hasil dari pemanfaatan karbohidrat dan produksi asam organik, bakteri asam laktat juga berperan penting untuk pencapaian tekstur, warna, dan rasa yang diinginkan, serta menentukan higienitas dan keamanan sosis (Kunz 1989).

Analisis Kuantitatif E. coli

Berdasarkan Tabel 2, jumlah total bakteri E. coli adalah 3.58 ± 0.51 log cfu/g pada kontrol, dan 2.72 ± 0.04 log cfu/g pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter. Populasi E. coli pada produk sosis fermentasi daging domba lebih tinggi dibandingkan pada daging domba segar. Peningkatan populasi E. coli disebabkan sanitasi lingkungan dan peralatan yang kurang terjaga pada saat proses pembuatan sosis fermentasi daging domba. Jumlah populasi bakteri E. coli pada sosis fermentasi daging domba kontrol (tanpa penambahan starter kultur) lebih tinggi dan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) dibandingkan dengan sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter.

Selain mampu meningkatkan populasi BAL, penambahan 2% starter kultur L. plantarum 2C12 secara nyata mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Berdasarkan selisih dengan populasi bakteri E. coli pada kontrol (tanpa penambahan starter kultur), penambahan 2% L. plantarum 2C12 mampu menekan populasi E. coli sebesar 0.86 log cfu/g. Adapun hasil penelitian Susilawati (2012) menunjukkan bahwa dengan penggunaan starter kultur yang sama, tidak terdapat bakteri E. coli pada sosis fermentasi daging sapi dengan lama postmortem 24 jam. Hal ini dikarenakan L. plantarum mampu menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH substrat untuk menghambat mikroorganisme patogen dan penghasil racun. Bakteri asam laktat juga menghasilkan hidrogen peroksida sebagai antibakteri, dan bakteriosin yang berfungsi sebagai zat antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus (Jenie dan Rini 1995). Proses antimikroba dari senyawa hidrogen peroksida melibatkan peroksidase lipid membran dan meningkatkan permeabilitas membran sehingga menghasilkan efek bakterisidal dari metabolit oksigen yang mengakibatkan terjadinya oksidasi sel bakteri, dan akhirnya merusak asam nukleat dan protein sel (Naidu dan Clemens 2000).

(21)

10

yang dihasilkan oleh galur L. plantarum 1A5, 1B1, dan 2B2. Rataan diameter zona hambat plantarisin yang dihasilkan L. plantarum 2C12 selama penyimpanan pada suhu dingin (10 °C) terhadap bakteri E. coli ATCC 25922 adalah sebesar 10.67 mm. Sementara Fuziawan (2012) menyatakan bahwa bakteriosin yang dihasilkan L. plantarum 2C12 mampu menghambat pertumbuhan E. coli dengan diameter zona hambat 9.02 mm.

Pengujian Bakteri Salmonella sp.

Berdasarkan Tabel 2, jumlah Salmonella sp. adalah 2.44 ± 0.37 log cfu/g pada kontrol (tanpa penambahan starter kultur), sedangkan pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan kultur 2% L. plantarum 2C12 adalah negatif (tidak terdapat bakteri Salmonella sp.). Hasil ini menunjukkan bahwa Penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter dalam pembuatan sosis fermentasi daging domba sangat berpengaruh terhadap penghambatan bakteri Salmonella sp. Hasil penelitian ini sejalan dengan Arief et al. (2008) yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. di dalam sosis fermentasi daging sapi dan domba dengan penggunaan kultur kering Lactobacillus plantarum 1B1, dan hasil penelitian Susilawati (2012) yang menyatakan bahwa tidak ditemukan Salmonella sp. pada sosis fermentasi daging sapi dengan penambahan 2% starter kultur probiotik L. plantarum 2C12 atau Lactobacillus (L. acidophilus) 2B4.

Kontaminasi Salmonella sp. pada kontrol diduga terjadi pada saat proses pembuatan. Meskipun bahan dan peralatan, prosedur pembuatan, upaya sanitasi dan higienis, serta kondisi lingkungan telah diupayakan sama, namun hanya sosis fermentasi kontrol yang terkontaminasi Salmonella sp.. Hasil ini mengindikasikan bahwa penambahan 2% kultur L. plantarum 2C12 menghasilkan sosis fermentasi daging domba yang memiliki karakteristik mikrobiologis lebih baik. Hal ini disebabkan L. plantarum 2C12 mampu menghasilkan zat antimikroba yang sangat baik untuk menghambat atau membunuh Salmonella sp., sehingga hasil pengujian Salmonella sp. adalah negatif. Berdasarkan hasil uji antagonistik, aktivitas antimikroba L. plantarum 2C12 mampu melakukan penghambatan yang kuat terhadap bakteri Salmonella sp. (Bariyah 2012; Septiani 2012). Menurut Bariyah (2012), L. plantarum 2C12 menghasilkan plantarisin yang memiliki aktivitas penghambatan paling kuat dan efektif terhadap bakteri Salmonella enteritidis ser. Typhimurium ATCC 14028 dibandingkan dengan plantarisin yang dihasilkan oleh galur L. plantarum 1A5, 1B1, dan 2B2. Rataan diameter zona hambat plantarisin yang dihasilkan L. plantarum 2C12 selama penyimpanan pada suhu dingin (10 °C) terhadap bakteri Salmonella enteritidis ser. Typhimurium ATCC 14028 adalah sebesar 10.71 mm. Hasil ini juga diperkuat oleh Fuziawan (2012) yang menyatakan bahwa antimikroba bakteriosin kasar yang dihasilkan L. plantarum 2C12 mampu menghambat pertumbuhan Salmonella enterica ser. Thypimurium dengan diameter zona hambat 9.34 mm.

Karakteristik Organoleptik

(22)

11 (tanpa penambahan starter kultur), dan sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12. Parameter yang diuji meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Uji hedonik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap parameter-parameter yang diujikan. Hasil uji hedonik sosis fermentasi daging domba disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai rataan uji hedonik sosis fermentasi daging domba Parameter Uji

Sampel

Kontrol Penambahan L. plantarum 2C12

Warna 3.19 ± 0.77a 3.00 ± 0.77a

Aroma 2.89 ± 1.05a 3.15 ± 0.87a

Tekstur 2.96 ± 0.92a 3.16 ± 0.81a

Rasa - 2.49 ± 0.98

Keterangan: Skor: 1= sangat tidak disukai, 2=tidak disukai, 3=agak suka, 4= suka, 5= sangat suka. Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Warna

Hasil uji statistik nonparametrik terhadap parameter warna menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna sosis fermentasi daging domba kontrol, dan sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 tidak berbeda nyata. Panelis memberikan respon agak suka terhadap warna produk sosis fermentasi daging domba.

Penambahan 2% L. plantarum 2C12 tidak berpengaruh terhadap warna sosis fermentasi daging domba. Warna produk dipengaruhi oleh proses pengasapan. Menurut Wibowo (1996), senyawa asam organik dari asap memberikan warna pada makanan yang diserap. Senyawa lain yang terkandung dalam asap yaitu fenoldehid dan fenol membentuk suatu lapisan damar pada bagian permukaan makanan yang diserap, sehingga tampak mengkilap.

Aroma

Berdasarkan respon panelis, dapat diketahui bahwa penambahan 2% L. plantarum 2C12 tidak mempengaruhi aroma produk sosis fermentasi daging domba. Panelis memberikan respon agak suka terhadap aroma produk sosis fermentasi daging domba. Berdasarkan taraf uji 5% (uji Kruskal-Wallis), terdapat kecenderungan bahwa panelis lebih menyukai aroma sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter dibandingkan dengan sosis fermentasi daging domba kontrol (P=0.118).

(23)

12 Tekstur

Berdasarkan respon panelis, dapat diketahui bahwa penambahan 2% L. plantarum 2C12 tidak berpengaruh terhadap tekstur sosis fermentasi daging domba. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa panelis memberikan respon agak suka terhadap tekstur produk sosis fermentasi daging domba.

Berdasarkan taraf uji 5% (uji Kruskal-Wallis), terdapat kecenderungan bahwa panelis lebih menyukai tekstur sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12 sebagai starter dibandingkan dengan sosis fermentasi daging domba kontrol (P=0.118). Menurut Fardiaz et al. (1992), tekstur suatu bahan makanan dapat dipengaruhi oleh kadar air, kandungan lemak, serta jenis dan jumlah karbohidrat atau protein.

Rasa

Hasil uji hedonik terhadap parameter rasa menunjukkan bahwa panelis cenderung tidak menyukai rasa sosis fermentasi daging domba dengan perlakuan penambahan 2% L. plantarum 2C12. Rasa sosis fermentasi daging domba dipengaruhi oleh penambahan bumbu, dan proses fermentasi yang menyebabkan peningkatan rasa asam karena menghasilkan asam-asam organik.

Pengujian tingkat kesukaan panelis terhadap parameter rasa tidak dilakukan untuk perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan terjadi kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada sosis fermentasi daging domba dengan perlakuan kontrol. Pengambilan keputusan ini untuk menjamin kesehatan panelis terkait kemanan produk berdasarkan karakteristik mikrobiologis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan bakteri probiotik L. plantarum 2C12 sebagai starter kultur dapat meningkatkan karakteristik mikrobiologis sosis fermentasi daging domba. Penambahan 2% L. plantarum 2C12 meningkatkan populasi bakteri asam laktat sebesar 2.89 log cfu/g, dan mampu menekan populasi bakteri E. coli sebesar 0.86 log cfu/g. Adapun bakteri Salmonella sp. tidak ditemukan pada sosis fermentasi daging domba dengan penambahan 2% L. plantarum 2C12, sedangkan pada kontrol (tanpa penambahan starter kultur L. plantarum 2C12) jumlah bakteri Salmonella sp. adalah 2.44 log cfu/g. Berdasarkan hasil uji hedonik, penambahan 2% L. plantarum 2C12 tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap karakterisitik warna, aroma, tekstur, dan rasa produk sosis fermentasi daging domba. Panelis memberikan respon agak suka terhadap warna, aroma, dan tekstur, sementara untuk peubah rasa, panelis cenderung memberikan respon tidak suka.

Saran

(24)

13 penggunaan starter kultur jenis bakteri probiotik lain hasil isolasi dari daging sapi atau domba.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association (US). 1992. Standard Method for the Examination of Dairy Products. Ed Ke-16. Washington DC (US): Porth City Pr.

Arief II. 2000. Pengaruh aplikasi kultur kering dengan beberapa kombinasi mikroba terhadap kualitas fisiko-kimia dan mikrobiologi sosis fermentasi. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arief II, Maheswari RRA, Hidayati N. 2006. Karakteristik Lactobacillus sp. yang diisolasi dari daging sapi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Pertanian.

Arief II, Maheswari RRA, Suryati T, Komariah, Rahayu S. 2008. Kualitas mikrobiologi sosis fermentasi daging sapi dan domba yang menggunakan kultur kering lactobacillus plantarum 1B1 dengan umur yang berbeda. Media Peternakan, 31(1), 36-43. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Aro AJM, Nyam-Osor P, Tsuji K, Shimada KI, Fukushima M, Sikikawa M. 2010. The effect of starter culture on proteolytic changes and amino acid content in fermented sausages. Food Chemistry, 119(1), 279–285.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-0366-2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Pangan Makanan Asal Ternak Hewan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Bariyah K. 2012. Aktivitas antimikroba bakteriosin asal Lactobacillus plantarum terhadap berbagai bakteri patogen selama penyimpanan dingin. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 2007. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Davidson PMJ, Sofos N. Branen AL. 2005. Antimicrobials In Food 3th. Taylor and Francis, New York (US).

Fardiaz D, Andarwulan N, Wijaya H, Puspitasari NL. 1992. Petunjuk Laboratorium Teknik Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.

Firmansyah D. 2009. Profil fenotipik isolat bakteri asam laktat yang berasal dari daging sapi . [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Flores J, Bermell S. 1996. Dry-cured sausages: Factors influencing souring and their consequences. Fleischwirtschaft, 76(2), 163–165.

Fuziawan A. 2012. Aplikasi bakteriosin dari Lactobacillus plantarum 2C12 sebagai bahan pengawet pada produk bakso. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

14

Jati AUP. 2012. Produksi bakteriosin kasar Lactobacillus plantarum 2C12, 1A5, 1B1, dan 2B2 asal daging sapi serta aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jenie BSL, Rini SE. 1995. Aktivitas antimikoroba dari beberapa spesies Lactobacillus terhadap mikroba patogen dan perusak makanan. Bul. Tek. dan Industri Pangan. 6:46-51.

Kunz B. 1989. Aspects in the use of starter cultures in meat products. Co MST-89 (pp. 176–180).

Kunz B. 1994. Grundriss der Lebensmittel-Mikrobiologie (2. Überarbeitete und erweiterte Auflage). Hamburg (DE): Behr's Verlag.

Landeta G, Curiel JA, Carrascosa AV, Muñoz R, de las BR. 2013. Technological and safety properties of lactic acid bacteria solated from Spanish dry-cured sausages. Meat Sci, 95, 272–280.

Luecke FK. 1997. Fermented sausages. In B. J. B. Wood (Ed.), Microbiology of ermented foods (pp. 441–483). London (GB): Blackie Academic & Professional.

Meilgaard M, Civile GV, Carr BT. Sensory Evaluation Techniques. Ed ke-3. Washington DC (US): CRC Pr.

Naidu AS, Clemens RA. 2000. Probiotics. In: Natural Food Antimicrobial Systems. A.S. Naidu (Eds). Florida (US): CRC Pr.

Ouwehand AC. 1998. The health effect milk product with viable and non-viable bacteria. Journal of International Dairy. 8:749-776.

Plezer MJ, Chan ECS. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Septiani I. 2012. Nilai penghambatan terkecil plantarisin empat galur Lactobacillus plantarum terhadap bakteri patogen gram negatif. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Ed Ke-2. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Gramedia. Susilawati S. 2012. Kualitas mikrobiologis sosis fermentasi yang diberi probiotik

Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus 2B4. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wibowo S. 1996. Industri Pengasapan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

LAMPIRAN

(26)

15

aNilai P<0,01 menunjukkan perbedaan sangat nyata

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

P1 3 9.32 A

P0 3 6.43 B

Lampiran 3 Hasil uji Tukey jumlah E. coli sosis fermentasi daging domba Sumber

aNilai P<0,05 menunjukkan perbedaan nyata

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

P0 3 3.58 A

P1 3 2.72 B

Lampiran 4 Hasil uji Tukey jumlah Salmonella sp. sosis fermentasi daging domba Sumber

aNilai P<0,01 menunjukkan perbedaan sangat nyata

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

P0 3 2.44 A

P1 3 0.00 B

Lampiran 5 Hasil uji Kruskal Wallis warna sosis fermentasi daging domba

Perlakuan Jumlah Rataan Rataan Ranking Z

P0 75 3.0 79.9 1.23

P1 75 3.0 71.1 -1.23

Total 150 75.5

(27)

16

Lampiran 6 Hasil uji Kruskal-Wallis aroma sosis fermentasi daging domba

Perlakuan Jumlah Rataan Rataan Ranking Z

P0 75 3.0 70.0 -1.56

P1 75 3.0 81.0 1.56

Total 150 75.5

H= 2.44 DF= 1 P= 0.118

Lampiran 7 Hasil uji Kruskal-Wallis tekstur sosis fermentasi daging domba

Perlakuan Jumlah Rataan Rataan Ranking Z

P0 75 3.0 70.8 -1.32

P1 75 3.0 81.2 1.32

Total 150 75.5

H= 1.73 DF= 1 P= 0.118

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, tanggal 12 Februari 1990 dari pasangan Bapak Dede Suardi dan Ibu Yayat Nurhayati. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan dasar di SD Negeri Sukaharja 1 pada tahun 1996-2002, selanjutnya sekolah menengah di SMP Negeri 1 Tamansari tahun 2002-2005, dan SMA Negeri 1 Tamansari tahun 2005-2008.

Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, penulis pun berkesempatan menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor. Melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Penulis merupakan penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) dari tahun 2009-2013. Selama menempuh masa studi di IPB, penulis menjadi juara pertama presentasi lomba judging sapi perah Himaproter tahun 2012. Penulis pun aktif dalam lembaga kemahasiswaan Fapet. Tahun 2010-2011, penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fapet sebagai staf komisi Internal. Selanjutnya pada tahun 2011-2012, penulis menjadi ketua komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fapet, dan juga aktif sebagai anggota Badan Pengawas Himaproter (Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan).

Gambar

Gambar 1  Diagram metode pembiaka starter kultur (Arief  2000)
Gambar 2.
Tabel 1  Hasil uji mikrobiologis daging domba segar
Tabel 2  Hasil uji mikrobiologis sosis fermentasi daging domba
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan tugasnya tanggung jawab seorang akuntan tidak hanya memenuhi kebutuhan klien, namun akuntan harus mengikuti standar profesi yang belandaskan pada

Peranan Statistik Dalam Pengembangan Alat Pengambilan datacomp Sebelum seseorang menggunakan suatu alat pengambil data, dia harus mempunyai kepastian bahwa alat yang

Akan tetapi, kita harus mengamalkan sikap para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari antara lain rela berkorban untuk kepentingan orang lain, mau menolong orang lain meskipun

Findings, generalisations and criticism s of the research.” Journal for Research inMathematics Education.Diakses pada 4/11/2014..

Hal penting yang perlu diperhatikan bahwa dalam perkembangan anak, sebagian stimulasi lebih banyak diberikan oleh ibu dari pada ayah atau anggota keluarga lainnya

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari Kebakkramat, Karanganyar. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu. dengan membandingkan strategi

Selain itu, organisasi perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan, dalam hal ini diperlukan adanya peran organisasi

Melihat-lihat kondisi lingkungan rumah Bapak Kadek Somenada sekaligus menanyakan permasalahan yang dihadapi