Imas Suliyanah
Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atau pengelolaan. Karakteristik organisasi pengelola zakat bisa dikategorikan sebagai organisasi nirlaba dan bisa menggunakan standar akuntansi keuangan untuk nirlaba yaitu PSAK No. 45. Namun, karakteristik Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak bisa disamakan persis dengan organisasi nirlaba lainnya. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian dalam pelaporan keuangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem laporan keuangan pada Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika; dan mengetahui apakah pelaporan keuangan Lembaga Zakat Dompet Dhuafa Republika telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 tentang akuntansi zakat. Metode penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Data-data berupa laporan keuangan dan hasil wawancara dari manajer akuntansi dan keuangan, dianalisis dengan menggunakan PSAK No. 45 dengan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109. Analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan data hasil dokumentasi dan wawancara, menjabarkan proses sistem laporan keuangan, menganalisa proses, menyimpulkan hasil analisisnya.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sistem laporan keuangan Dompet Dhuafa Republika diawali dengan pencatatan, penggolongan, penjurnalan, pemostingan. Dari buku besar (ledger) kemudian dimasukkan ke sistem akuntansi sehingga menghasilkan laporan keuangan, penerapan akuntansi pada Dompet Dhuafa Republika menggunakan konsep akuntansi dana (fund accounting) dan disajikan dengan modified cash basis. Ada lima laporan keuangan pokok, yaitu: laporan posisi keuangan, laporan sumber dan penggunaan dana, laporan arus kas, laporan perubahan dana termanfaatkan, serta catatan atas laporan keuangan. Disamping laporan pokok, Dompet Dhuafa Republika juga juga menyusun laporan keuangan per jenis dana yang ada enam jenis yaitu: dana infaq/sedekah, dana pengelola, dana zakat, dana solidaritas kemanusiaan, dana jasa giro dan dana wakaf.
Secara teori pelaporan keuangan Dompet Dhuafa Republika telah sesuai dengan Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109. Dompet Dhuafa Republika melaksanakan akuntansi dengan baik, namun alangkah baiknya jika gain and loss, dan prinsip-prinsip konsolidasi dana juga diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Untuk IAI, hendaknya untuk pembuatan standar akuntansi untuk organisasi pengelola zakat.
Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokaatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan penuh ketekunan dan kesabaran.
Sholawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia istimewa baginda Nabi Muhammmad SAW, yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia menuju jalan rahmatan lil ‘alamin.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit mengalami hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi mulai dari waktu, curahan tenaga dan pikiran serta usaha dalam mendapatkan, mengumpulkan dan mengelola data dari nara sumber yang lakukan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat sadar bahwa kehadiran skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak sekali kekurangan. Dan berdasarkan perasaan tersebut pula penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Hasan Ibnu Hibbab MA, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah
(MD).
3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
4. Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si, selaku Dosen sekaligus Pembimbing yang telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Penguji I Drs. H. Hasan Ibnu Hibban MA. dan penguji II Drs. Sugiharto MA. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis dengan penuh dedikasi dan
ketekunan.
telah memberikan bantuannya dan data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh keluarga terutama ayahanda H. M. Nasip dan Ibunda Siti Haninnah yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tiada hentinya mendoakan dan mendidik penulis dimasa kecil hingga saat ini, penulis sangat sadar bahwa kebaikan mereka tidak dapat terbayar dengan apapun, namun semoga penyelesaian penulisan skripsi ini dapat mewakili niat penulis untuk membuat mereka tersenyum semoga Allah SWT menempatkan mereka pada tempat yang mulia, memberikan mereka ketenangan dan kebahagiaan selama-lamanya.
9. Teman seperjuangan jurusan MD angkatan 2006 yang telah membantu memberikan motivasi dalam rangka penyusuan skripsi ini, khususnya kepada Rohayati, Beti, Siti Aminah, Umay dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal baik rekan-rekan.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Penulis
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
D. Tinjauan Pustaka ... 12
E. Metodologi Penelitian... 14
F. Sistematika Penulisan ... 16
2. Karakteristik Laporan Keuangan ... 24
3. Fungsi dan Tujuan... 26
4. Unsur-unsur Laporan keuangan ... 28
5. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 29
6. Pentingnya Laporan Keuangan ... 32
C. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) 1. Pengertian... 34
2. Lembaga Amil Zakat ... 35
3. Urgensi Lembaga Amil Zakat... 36
4. Karakteristik Lembaga Amil Zakat... 39
5. Akuntansi dan Pelaporan Lembaga Amil Zakat . ... 40
v
A. Sejarah Berdiri Dompet Dhuafa Republika ... 42
B. Prinsip Dasar ... 46
C. Visi, Misi dan Tujuan ... 46
D. Struktur Organisasi ... 47
E. Program-program Dompet Dhuafa Republika... 49
BAB IV : ANALISIS SISTEM LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA A. Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika ... 62
B. Pelaporan Keuangan pada LAZ Dompet Dhuafa Sesuai dengan PSAK NO.45 dengan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah ... 82
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 90
B. Saran-saran ... 92
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang
zaman. Islam adalah agama yang datang dengan serangkaian pemahaman
tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup dengan segala
problematika kehidupan manusia, baik dari sisi vertikal maupun horizontal.1
Ajaran Islam sangat luas cakupan dan manfaatnya terhadap keberlangsungan
kehidupan penganutnya. Dari sifat ajaran yang begitu luas, Islam juga
mengatur hal-hal yang umum maupun yang bersifat detail dan sangat teknis.
Untuk mengaplikasikan kepedulian sosial, Islam memberikan sebuah
media yang dikenal dengan sebutan "zakat", melalui media inilah Islam
mengharuskan kepada umatnya yang sudah memenuhi syarat berzakat untuk
merealisasikan kepedulian sosialnya. Selain itu, zakat dapat direalisasikan
apabila sudah tersedia empat unsur penting yang berkaitan langsung dengan
ajaran zakat. Keempat unsur tersebut adalah muzaki (orang yang wajib zakat),
mustahik (orang yang berhak menerima zakat), harta, dan amil (orang/
lembaga pengelola zakat). Untuk yang disebut terakhir ini dituntut harus
tanggungjawab (accountable) dan transparan. Selain itu, institusi amil zakat
1
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), h. 2
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa lembaga amil zakat memiliki arti
penting dalam pengelolaan dana zakat, sebagaimana yang dijelaskan dalam
Surat at-Taubah: 60 berikut:
☺ ☺
☺
⌧ ⌧ ☺
Artinya :”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang miskin, amil zakat, yang dilunakan hatinya (mu”alaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.
Salah satu dari delapan ashnaf (golongan) penerima zakat adalah amil,
sehingga peran serta amil sebagai orang yang bekerja untuk segala yang
berurusan dengan zakat menjadi penting. Untuk itu seorang amil dituntut untuk
melaksanakan tugasnya secara professional dan amanah, sehingga optimalisasi
penghimpunan dan penyaluran dana zakat dapat tercapai.
Pengelolaan zakat bukan semata-mata dilakukan secara individual dari
muzakki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan zakat
lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat,
yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang disebut dengan amil zakat.
masyarakat untuk melakukan penagihan dan pengambilan serta
mendistribusikannya secara tetap dan benar.2
Di Indonesia, keberadaan petugas zakat untuk pertama kali diangkat
oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Agama No.4 Tahun
1986 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, yang diikuti dengan Instruksi
Menteri Agama No.16 Tahun 1968 tentang Pedoman Pelaksanaan, dan
Penjelasan Peraturan Menteri Agama No.4 Tahun 1968. Saat ini pengelolaan
zakat diatur dalam UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.3
Kurangnya pemahaman dan keutamaan dalam penyaluran zakat melalui
lembaga amil zakat oleh para muzakki, sehingga pemilihan penyalurannya
secara langsung merupakan dampak buruk bagi pertumbuhan lembaga amil
zakat. Proses pendidikan ini seharusnya didorong oleh dua pihak yaitu muzakki
yang sejak dini dapat memberikan kepercayaan pengelolaan dana zakatnya
kepada lembaga amil zakat dan mustahik yang bersedia diberdayakan dari
dana zakat namun tidak hanya untuk menjadi mustahik selamanya tapi siap
menjalankan perubahan menjadi mustahik yang produktif.
Terdapat dua faktor yang mendasari alasan muzakki tidak menyalurkan
dana zakatnya melalui lembaga amil zakat, yaitu:
1. Faktor kebiasaan turun temurun. Pemberian dana zakat secara langsung
kepada mustahik sudah menjadi kebiasaan sebagian besar muslim di tanah
2
Didin Hafidudin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 52 cet 1
3
air. Contohnya adalah tragedi penyaluran zakat oleh H. Syaichon
Pengusaha Sarang Walet Pasuruan. Adapun kebiasaan keluarga besar H.
Syaichon setiap tahunnya sulit untuk dirubah karena menurutnya akan ada
konsekuensi sosial yang harus ditanggung.4
2. Faktor ketidakpercayaan. Yaitu muzakki memiliki kekhawatiran terhadap
kinerja kerja lembaga amil zakat yang masih bercorak konvensional dan
tidak professional. Hal tersebut dikarenakan adanya citra negatif terhadap
suatu lembaga pengelola zakat yang terbukti kurang amanah dalam
pengelolaannya sehingga muzakki memilih cara sendiri dalam menunaikan
zakatnya.
Di satu sisi bahwa kesadaran masyarakat terhadap zakat masih sangat
terbatas, kalaupun jumlah umat Islam yang berzakat bertambah namun tidak
diikuti dengan kesadaran untuk berzakat melalui lembaga. Secara umum ada
beberapa kelemahan yang cukup mendasar yang terjadi dilembaga-lembaga
pengelola zakat dilihat dari aspek keamanahan, professionalisme dan sumber
daya manusia.
Salah satu sebab belum begitu terlihatnya kesadaran umat Islam
menyalurkan zakat melalui lembaga karena dianggap lembaga-lembaga zakat
tidak amanah dalam menyalurkan dana zakat. Asumsi sebagaian besar
masyarakat mengatakan bahwa dana zakat lebih banyak tersalur kepada
pengurus dibanding kepada mustahik.5
Untuk menjadikan sebuah lembaga amil zakat yang selalu menjunjung
tinggi professional dalam bekerja. Didin Hafidudin menjelaskan lima (5)
keunggulan penyaluran zakat melalui Lembaga Amil Zakat, yaitu6:
1. Lebih sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.
3. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
4. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
pendayagunaan zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.
5. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah yang Islami.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin kritis, kini
terjadi seleksi alam atas keberadaan yayasan atau lembaga nirlaba. Masyarakat
menuntut diterapkannya good governance atau tata kelola organisasi yang baik
pada yayasan. Pada pelaksanaaannya prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas harus dapat dibuktikan.7
Lembaga amil zakat sebagaimana lembaga nirlaba, tidak berorientasi
pada profit laba operasionalnya. Namun hal tersebut tidak berarti tidak akan
5
Haryono, Tinjauan Kritis Terhadap Lembaga Pengelola Zakat , artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2010 dari Http/www/dsim.or.id 193.
6
Didin Hafidudin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) cet 1, h. 54
7
ada perputaran arus kas dan tidak ada pencatatan keuangannya. Lembaga amil
zakat akan mendapatkan kepercayaan masyarakat lebih khususnya muzakki
jika memiliki laporan keuangan yang accountable dan transparan. Disinilah
pentingnya laporan keuangan sebagai alat komunikasi bagi manajemen untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pihak-pihak yang berkepentingan,
penyedia informasi dan penilaian kinerja manajemen.8
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang melayani
kepentingan publik dalam penghimpunan dan penyaluran dana umat. Sebagai
organisasi sektor publik tentu saja Lembaga Amil Zakat memiliki stakeholders
(Pihak yang berkepentingan) yang sangat luas. Konsekwensinya Lembaga
Amil Zakat dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan
kepada semua fihak yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan
informasi yang terbuka, seimbang dan merata kepada stakeholders terutama
mengenai pengelolaan keuangan adalah salah satu kreteria yang menentukan
tingkat akuntabilitas dan aksesibilitas lembaga. Jika keterpercayaan publik
kepada lembaga tetap terjaga, maka pada akhirnya masyarakat akan terus
menyalurkan dananya lewat lembaga.9
Akuntabilitas lembaga amil zakat berkaitan erat dengan pengelolaan
keuangan yang baik. Be g itu pula, pengelolaan keuangan yang baik berkaitan
erat hubungannya dengan pemberlakuan akuntansi dalam pengelolaan
8 Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h. 56 9
keuangan tersebut. Bagi para pihak ingin mengetahui pengelolaan keuangan
yang baik dari sebuah lembaga amil zakat. Salah satunya dapat dilihat dari
laporan keuangan yang dibuat oleh lembaga tersebut.
Salah satu unsur penting dalam kinerja lembaga zakat adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu
proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atau
pengelolaan perusahaan.10
Laporan keuangan Lembaga Amil Zakat harus berbasis pada standar
laporan keuangan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Laporan tersebut meliputi; Laporan pelaksanaan tugas per tahun Lembaga
Amil Zakat berupa laporan keuangan yang telah diaudit kantor akuntan publik
dan disampaikan selambat-lambatnya setelah tahun buku berakhir, Laporan
Keuangan sekurang-kurangnya terdiri atas Neraca (Laporan Posisi Keuangan),
Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, Laporan Keuangan disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45
dinyatakan bahwa tujua n utama dari pembuatan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para
penyumbang, anggota lembaga, kreditur dan pihak lain yang menyediakan
10
sumber daya bagi lembaga nirlaba.11 Dan dijelaskan juga bahwa laporan
keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan, pada akhir
periode, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
dan catatan atas laporan keuangan.12
Salah satu lembaga nirlaba yang mengelola zakat itu diantaranya adalah
Do mp e t Dhuafa Republika. Dompet Dhuafa Republika merupakan salah satu
lembaga pengelola zakat yang dikelola secara profesional dan menggunakan
manajemen yang cukup baik, keberadaan Dompet Dhuafa Republika
merupakan wujud dan keinginan atau empati kolektif komunitas jurnalis untuk
mengamalkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh. Selain itu, Dompet
Dhuafa Republika juga adalah lembaga pelopor dalam bentuk kelembagaan
maupun program yang telah banyak dijadikan prototipe oleh lembaga-lembaga
sejenis, dan dari berbagai kekurangan, kelemahan serta keterbatasan kini
sering dijadikan sebagai rujukan oleh Badan dan Lembaga zakat lainnya di
Indonesia dalam mengurus soal zakat, baik pengambilan maupun
pendistribusiannya.
Dompet Dhuafa Republika yang disingkat DD Republika me mp e ro le h
peringkat kedua dalam kategori pendayagunaan dana dan peringkat pertama
untuk kategori transparansi dalam Zakat Award 2004. Berdasarkan laporan
keuangan periode Ramadhan 1430 H. yang telah diaudit pengumpulan dana
11
Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h. 58
12
zakat mencapai Rp 24.9378.644.734,67 besarnya dana yang berhasil
dihimpun,13 menunjukan DD Republika merupakan salah satu lambaga amil
zakat di Indonesia yang mendapat tempat dan dukungan yang besar dari
masyarakat, tentunya masyarakat Indonesia menaruh harapan besar pada
lembaga tersebut guna berperan serta membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Sebagai sebuah lembaga nirlaba yang cukup besar Dompet Dhuafa
Re p ub lika mempunyai tanggungjawab yang besar pula terhadap tugas yang
diembannya. Bidang layanan yang dimasuki merupakan bidang yang
berhubungan dengan umat sehingga lingkungan yang dihadapi juga lebih luas
dan komplek, manajemen yang dituntut untuk selalu meningkatkan
pelayanannya dengan efektif dan efisien, tentunya bukan perkara yang mudah.
Begitu pula untuk terus mendapat dukungan masyarakat, lembaga juga dituntut
untuk dapat menciptakan good governance, sebagai bentuk penciptaan
akuntabilitas publik.
Namun demikian dapat dimungkinkan lembaga-lembaga amil zakat
belum menerapkan secara penuh sistem pelaporan keuangan sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan
keuangan organisasi nirlaba. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang
lembaga amil zakat yang accountable dan kepatuhan lembaga amil dalam
penyusunan laporan dana zakat yang terhimpun dan tersalurkan secara benar
13
dan syariah, maka peneliti ingin menganalisa sistem laporan keuangan
lembaga amil zakat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka penulis
ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan. Oleh sebab itu, skripsi ini penulis
beri judul : “Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet
Dhuafa Republika”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan
batasan-batasan mana dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah
ini berguna untuk mengidentifikasi, faktor mana saja yang tidak termasuk
dalam ruang lingkup masalah penelitian14. Untuk memperjelas dan
memberi arah yang tepat dalam pembahasan dan tidak terjadi
kesalafahaman dalam memahami isi, maka penulis memberikan batasan
yaitu mengenai sistem penyusunan laporan keuangan Lembaga Amil
Zakat.
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem laporan keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Dompet Dhuafa Republika?
14
2. Apakah pelaporan keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet
Dhuafa Republika sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi
Zakat, Infak/sedekah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian
a. Untuk mengetahui secara langsung sistem laporan keuangan
Lembaga Amil Zakat pada Dompet Dhuafa Republika.
b. Untuk mengetahui pelaporan keuangan Dompet Dhuafa Republika
telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan
memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat,
Infak/sedekah.
2. Manfaat dari penelitian
a. Dari segi Akademis
1) Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan.
2) Acuan teoritis bagi akademis yang hendak melakukan riset
b. Dari segi praktis
1) Dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang
sistem laporan keuangan lembaga zakat.
2) Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lebih
meningkatkan profesionalitas dalam penerapan laporan
keuangan pada lembaga zakat khususnya LAZ Dompet Dhuafa
Republika.
3) Dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk
menyalurkan dana zakat melalui lembaga zakat.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan penulis mengadakan penelitian
kebeberapa karya ilmiah diantaranya:
1. Hukum Islam Terhadap Akuntansi dan Laporan Keuangan Lembaga
Pengelola Zakat ( Studi laporan keuangan pada Pos Keadilan Peduli
Umat), oleh Wiwi Hawilah, Program Studi Manajemen Ekonomi Islam
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2003. Pada penelitian tersebut penulis memaparkan pembahasan
tentang pelaksanaan akuntansi dan laporan keuangan lembaga amil
zakat yang ditinjau dari hukum Islam dan Undang-undang No.38 tahun
2. Efektivitas Pengelolaan Zakat Melalui Lembaga Amil Zakat ( Studi
kasus Baitul Maal Mu’amalat Jakarta), oleh Jamalulail, Program Studi
Manajemen Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukuk UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2003. Membahas tentang perkembangan
LAZ di Indonesia dan peran serta Baitul Maal Mu’amalat dalam
menjalankan program penghimpunan dan penyaluran dana zakat dalam
upaya memperdayakan ekonomi masyarakat.
3. Zakat dan Wirausaha. Ditulis oleh Lili Bariadi, Muhammad Zen, M.
Hudri. Berisi tentang zakat dan wirausaha serta dilengkapi pula profil
Bazis DKI dan Dompet Dhuafa Republika.
4. Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis. Ditulis
oleh Pahala Nainggolan. Buku ini berisi tentang pelaksanaan akuntansi
dan penyusunan laporan keuangan untuk yayasan dan lembaga nirlaba.
Berbeda dengan tulisan-tulisan diatas, skripsi yang penulis susun ini
dengan judul “Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet
Dhuafa Republika” dengan materi pembahasan tentang sistem laporan
keuangan lembaga zakat yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat
Dompet Dhuafa Republika dan pelaporan keuangannya sudah sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang
pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft
E. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara
memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari penelitian.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan studi lapangan atau penelitian
lapangan dan studi pustaka dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Subjek dan Objek penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah lembaga amil
zakat Dompet Dhuafa Republika yang dapat dijadikan sumber
informasi dalam penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah sistem laporan keuangan.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Maret 2010 sampai dengan
tanggal 11 Mei 2010. Adapun lokasi penelitian yaitu di kantor Lembaga
Amil Zakat Dompet Dhuafa Rebulika : Jl. Ir. H. Juanda No.50 Ciputat
Indah Permai Blok C. 28 - 29 Ciputat. 15419 Telp. 021 741 6050
(hunting) Fax. 021 741 6070
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu yang sangat penting untuk digunakan
dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian.
a. Data Primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung dari
responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara serta
dokumentasi.
b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara:
a. Wawancara
Adalah tanya jawab dengan seseorang yang dipelukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai satu hal untuk dimuat disurat
kabar, disiarkan melalui radio atau ditanyangkan pada televisi.15
b. Observasi
Pengumpulan data dengan teknik observasi ini dilakukan dengan
cara mengandalkan pengamatan secara langsung terhadap objek
permasalahan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan
kepada pihak-pihak yang berkaitan yang ada kaitannya dengan
masalah yang diteliti.
c. Dokumentasi
Pemberian atau pengumpulan bukti keterangan seperti gambar,
kutipan, guntingan Koran dan bahan referensi lain.16 Data-data
15
tersebut bersumber dari lembaga, berguna sebagai data pelengkap
dalam penulisan skripsi.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data terhadap analisis laporan keuangan Lembaga Amil
Zakat langkah-langkahnya:
a. Mengumpulkan data hasil dokumentasi dan wawancara.
b. Menjabarkan proses sistem laporan keuangan.
c. Menganalisa proses
d. Menyimpulkan hasil analisisnya.
7. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi” yang diterbitkan
oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta Press,
tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, terlebih dahulu penulis membuat
suatu gambaran dasar terhadap materi-materi yang akan dibahas,
gambaran tersebut antara lain:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan penelitian, tujuan dan
16
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini mencakup kejelasan secara
teoritis yang menjadikan landasan bagi penulis untuk melaksanakan
penelitian yaitu mengenai sistem yang terdiri dari : pengertian sistem,
unsur-unsur sistem, selanjutnya tentang laporan keuangan dengan uraian
tentang : pengertian laporan keuangan, karakteristik laporan keuangan,
fungsi dan tujuan laporan keuangan, unsur-unsur laporan keuangan,
jenis-jenis laporan keuangan, pentingnya laporan keuangan, Bab II ini diakhiri
dengan uraian tentang Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) yang terdiri
dari : pengertian organisasi pengelola zakat, lembaga amil zakat, urgensi
lembaga amil zakat, karakteristik lembaga amil zakat, akuntansi dan
pelaporan keuangan lembaga amil zakat.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET
DHUAFA. Bab ini menjelaskan tentang Lembaga Amil Zakat Dompet
Dhuafa Republika yang diteliti oleh penulis mengenai : Sejarah berdiri
Dompet Dhuafa Republika, Prinsip dasar, Visi, Misi dan Tujuan Dompet
Dhuafa Republika, Struktur organisasi, Program-program Dompet Dhuafa
Republika.
BAB IV ANALISA SISTEM LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA
AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA. Bab ini menguraikan hasil
laporan keuangan bagi Dompet Dhuafa Republika, alur pencatatan
penerimaan dan pengeluaran dana, klasifikasi kode rekening, sistem
akuntansi, komponen laporan keuangan dan pelaporan keuangan lembaga
amil zakat Dompet Dhuafa Republika .
BAB V PENUTUP. Bab ini penulis memberikan kesimpulan atas
seluruh pembahasan dan mengemukakan saran-saran yang mungkin
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem
1. Pengertian Sistem
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) kata system berasal dari istilah
Yunani ”systema” yang mengandung arti keseluruhan (a Whole) yang tersusun
dari sekian banyak bagian-bagian yang berlangsung diantara satuan-satuan
atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem bisa juga dikatakan
sebagai kumpulan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan suatu keseluruhan.1
Kata sistem mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang
saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem
merupakan suatu jaringan kerjasama antara beberapa unsur yang akhirnya
harus menghasilkan tujuan yang direncanakan.2
Penulis kutipkan beberapa terminology yang didefinisikan para ahli,
beberapa diantaranya adalah:
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan mengartikan sistem adalah perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas.3
1
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-7, h. 15
2
Philosof Astrid Susanto, Komunikasi Kontemporer ( Bandung: Bina Cipta, 1998) cet ke- 2, h. 147
3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi ke-3, h. 1076
b. Gordon B. Davis dalam bukunya “Kerangka Dasar Sistem Informasi
Manajemen” mendefinisikan sistem adalah bagian-bagian yang saling
berkaitan yang saling beroperasi bersama untuk mencapai beberapa
sasaran dan maksud.4
c. Sistem menurut H. Therry seperti yang dikutip Karhil Nisjar dan Winardi,
yaitu suatu keseluruhan elemen-elemen yang saling mempengaruhi, teratur
menurut rencana tertentu guna mencapai tujuan.5
d. Raymond MC. Leod dalam bukunya “Sistem Informasi Manajemen”
mendefinisikan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi
dengan maksud sama untuk mencapai suatu tujuan.6
e. Sementara itu menurut Onong Uchyana dalam bukunya menjelaskan
bahwa sistem ialah suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama
lain berinteraksi dan sama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu
didalam satu lingkungan.7
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
suatu komponen (unsur-unsur) yang saling berkaitan dan saling mendukung
satu sama lain dengan satu tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai suatu
sasaran dan maksud yang telah ditetapkan bersama. Banyak
ungkapan-ungkapan dari beberapa ahli tentang sistem, namun berbagai ungkapan-ungkapan yang
diterangkan memiliki arti yang sama akan maksud dan tujuan.
4
Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen (Yogyakarta: PPM, 1999) cet ke 11, h. 68
5
Karhil Nisjar dan Winardi, Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Manajemem, (Bandung: PT Mandar Maju, 1997) cet ke-1, h. 63
6
Raymond MC. Leod, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: PT Prehalindo, 1996) h. 6 7
2. Unsur-unsur Sistem
Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan
(input), pengolahan (procces) dan keluaran (output). Disamping itu sistem
senantiasa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka umpan balik
(feedback) dapat berasal dari output tetapi juga berasal dari lingkungan sistem
yang dimaksud. Organisasi dipandang suatu sistem yang tentunya akan
memiliki semua unsur-unsur ini.8
a. Masukan (Input)
Masukan adalah proses dimana segala macam data atau bahan yang
dibutuhkan dikemukakan, kemudian data-data yang terkumpul mengalami
sebuah proses untuk dapat menghasilkan output (keluaran) sistem yang
dimaksud.
b. Proses (procces)
Proses (procces) adalah dimana segala macam kegiatan dikelola atau
dijalankan sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satunya adalah proses
pelatihan, agar suatu proses dapat berjalan dengan baik, maka perlu
adanya suatu media baik lisan maupun tulisan, ataupun metode yang
digunakan dalam proses sebuah pelatihan serta materi pelatihan yang
digunakan untuk diproses agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
8
c. Keluaran (output)
Keluaran (output) adalah hasil dari input dan proses yang telah dilakukan
apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah sistem.
Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan dapat
dijadikan sebagai suatu evaluasi mendatang yang merupakan bagian dari
input selanjutnya.
Dalam sistem masing-masing unsur atau unit dalam keseluruhannya
sebagai satu kesatuan, saling bergantung, saling menentukan dan saling
membutuhkan. Sistem sering kali dibedakan dalam dua unsur kelompok yaitu:
a. Sistem Tertutup (closed system) adalah suatu sistem yang melakukan
kontrol atau modifikasi pelaksanaan secara otomatis dengan bereaksi dari
data yang dihasilkan oleh sistem itu sendiri. Sistem tertutup merupakan
sistem yang serba lengkap dan dapat berdiri sendiri, misalnya: mobil,
sepeda, motor dan sebagainya.
b. Sistem Terbuka (open System) adalah sistem yang tidak melakukan
pengawasan atau modifikasi sendiri, tetapi memerlukan adanya suatu
pengaruh dari luar lingkungan, misalnya: sistem pendidikan, pelayanan
rumah sakit dan sebagainya. Sistem terbuka memilki cirri tertentu yaitu
prinsip umpan balik (prinsip cybernetic).9
9
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi
kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya serta hasil
yang dicapai selama periode tertentu.10 Menurut Mayer dalam bukunya
“Financial Statement Analysis” menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
laporan keuangan adalah:11
Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan, kedua daftar ini adalah daftar neraca dan daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu
akhir-akhir sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga daftar surflus atau daftar laba yang tak
dibagikan (laba yang ditahan).
Sedangkan dalam Prinsip-prinsip Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala
keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain
laporan sumber dan penggunaan dana-dananya. Untuk perusahaan besar yang
banyak pemegang sahamnya, maka disamping laporan keuangan (financial)
termasuk diatas sebaiknya ditambahkan keterangan-keterangan tentang:12
- Kondisi dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
- Usaha-usaha yang lalu, sekarang maupun yang akan datang
- Luasnya produksi
10
Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 18 11
Munawir, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty, 2004) h. 5 12
- Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan
- Penelitian pembangunan
- Marketing dan advertising
- Kebijakan mengenai deviden dan sebagainya.
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).13
Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi. laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan
atau sebagai laporan pertanggung jawaban manajemen atau pengelolaan
perusahaan.14
2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat (4)
karakteristik kualitatif pokok yaitu:15
13
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), h. 7 14
Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 38
15
a. Dapat dipahami
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus mudah dipahami
oleh pemakai. Untuk menunjang pemahaman pemakai atas
laporan keuangan, pemakai harus memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaianya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Agar lebih bermanfaat laporan keuangan perusahaan memiliki sifat dapat
diperbandingkan. Perbandingan dapat dilakukan antar periode untuk
mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan
perusahaan. Perbandingan dapat pula dilakukan antar perusahaan sejenis
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
3. Fungsi dan Tujuan
Sebuah laporan keuangan yang disajikan secara tepat dapat dipahami
dan andal serta dapat diperbandingkan akan sangat bermanfaat. Berbagai
manfaat yang sangat berguna bagi keputusan manajemen dapat diperoleh dari
sebuah laporan keuangan terkait dengan manfaat laporan keuangan. Maka
tujuan dan fungsi laporan keuangan itu sendiri adalah:16
a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan
b. Menilai prospek arus kas
c. Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi
d. Kepatuhan lembaga terhadap prinsip syariah
e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi
pemenuhan tanggungjawab lembaga terhadap amanah dalam
mengamankan dana, mengiventasikannya pada tingkat keuntungan yang
layak.
f. Pemenuhan fungsi sosial laporan keuangan memberikan informasi
mengenai pemenuhan fungsi sosial lembaga termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat.
Pengertian lain tentang tujuan laporan keuangan organisasi pengelola
zakat adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan aktivitas, pengumpulan dan penyaluran
zakat yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan
16
bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan.17
Tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan organisasi nirlaba yang
diuraikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45
tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba adalah menyediakan informasi
yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur dan pihak yang menyediakan sumber daya bagi organisasi
nirlaba termasuk disini yayasan/lembaga.18
Secara rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan
keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai:19
a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban dan aktiva bersih suatu lembaga.
b. Pengaruh transaksi keuangan, peristiwa dan situasi lainnya yang
mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.
c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya
d. Cara suatu lembaga mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman dan factor lainnya yang berpengaruh
pada likuiditasnya.
e. Usaha jasa suatu lembaga
17
Tim Penyusun, Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat. (Jakarta: Forum Zakat,2005) h.8
18
Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h. 58
19
4. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan
unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi
adalah penghasilan dan beban.
Definisi dari setiap unsur laporan keuangan tersebut adalah sebagai
berikut :20
1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan.
2. Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
4. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
5. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
20Pengakuan-unsur-unsur-laporan-keuangan, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2010
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
5. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dijelaskan bahwa laporan keuangan
organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan, pada akhir periode,
laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan
catatan atas laporan keuangan.21 Jenis-jenis laporan keuangan organisasi
nirlaba, yaitu:
a. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position)
Laporan posisi keuangan identik dengan neraca (balance sheet) pada
perusahaan komersial. Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk
menyediakan informasi mengenai aktiva (harta), kewajiban (utang) dan
aktiva bersih lembaga pada satu titik waktu tertentu dan menyajikan
hubungan diantara unsur-unsur yang membentuknya.22
Laporan posisi keuangan diharapkan dapat memberi informasi guna
menilai:
1) Kemampuan lembaga untuk memberi jasa secara berkelanjutan.
2) Likuiditas, dilihat dari aktiva lancar yang dimilikinya.
21
Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, 1998 h. 12
22
3) Fleksibilitas keuangan, dilihat dari utang serta aset yang dimilikinya.
4) Kemampuan memenuhi kewajibannya, dilihat dari jumlah utang serta
harta lancar yang dapat digunakan untuk melakukan pelunasan utang
tersebut.
5) Kebutuhan pendanaan dari luar (eksternal)
b. Laporan Aktivitas ( Statement of Activities)
Laporan aktivitas terdiri atas dua bagian besar yaitu pendapatan dan beban
biaya lembaga.23 Tujuan utama dari laporan aktivitas adalah menyediakan
informasi mengenai:
1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
aktiva bersih.
2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain.
3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program atau jasa
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu
para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:
a) Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
b) Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa.
c) Menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja manajer.
23
c. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas
organisasi nirlaba disajikan sesuai dengan laporan arus kas organisasi bisnis
merujuk pada PSAK No 2 tentang laporan arus kas.
Laporan arus kas menyajikan sumber aliran kas dari tiga golongan besar
sebagai berikut:24
1) Kelompok Operasi (operasional)
Dalam kelompok ini penambahan dan pengurangan arus kas yang
terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga.
2) Kelompok Investasi
Termasuk dalam kelompok investasi adalah semua transaksi yang
terkait dengan investasi lembaga berupa pembelian aktiva tetap dan
aktiva lainnya.
3) Kelompok Pendanaan
Termasuk dalam kelompok ini perkiraan yang terkait dengan transaksi
penciptaan utang lembaga dan aktiva bersih. Tambahan yang ada di
laporan arus kas lembaga nirlaba pada aktivitas pendanaan yaitu:25
a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang.
24
Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h. 65
25
b) Penerimaaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunand dan
pemeliharaan aktiva tetap atau peningkatan dana abadi.
c) Bunga dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
d) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas; sumbangan berupa bangunan atau aktivitas investasi.
d. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)
Tujuan catatan atas laporan keuangan adalah memberikan informasi
tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan
keuangan. Isi catatan ini yaitu memuat rincian dan penjelasan yang detail
dari laporan keuangan sebelumnya. Catatan atas laporan keuangan juga
digunakan untuk memberi informasi mengenai kebijakan akuntansi yang
dilakukan.26
6. Pentingnya Laporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan telah dijelaskan diatas sebagai bahan untuk
memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan agar dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan ekonomi.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sebuah perusahaan
sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Dan
26
dalam hal ini dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Pada awalnya laporan keuangan hanyalah sebagai alat penguji
dari pekerjaan bagian pembukuan. Akan tetapi, pada perkembangan
selanjutnya laporan keuangan telah dijadikan sebagai dasar untuk menganalisa,
menilai dan menentukan posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil
analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu
keputusan.
Beberapa pihak yang berkepentingan terhadap informasi laporan
keuangan perusahaan adalah; pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang
bersangkutan, para kreditur, banker, para investor, dan juga pemerintah serta
buruh atau pihak-pihak lannya.
Bagi pihak investor sendiri memiliki kepentingan atas laporan
keuangan untuk memutuskan dimana mereka akan menanamkan modalnya.
Kepentingan tersebut terkait dengan prospek keuntungan dimasa mendatang
serta perkembangan perusahaan selanjutnya. Selain itu, jaminan investasi dan
kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil analisa laporan keuangan tersebut pihak investor akan dapat
menentukan langkah yang tepat yang harus ditempuhnya. Pihak kreditur dan
banker memiliki kepentingan atau laporan keuangan dalam hal memutuskan
untuk menolak atau memberikan permohonan kredit atau pembiayaan suatu
perusahaan. Pihak ini perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dapat
memberikan manfaat yang sangat berarti dalam berbagai hal terkait dengan
perusahaan yang bersangkutan. Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, efektivitas
penggunaan aktiva, hasil usaha atau perolehan laba dan lainnya.
C. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) 1. Pengertian
Organisasi pengelola zakat adalah institusi yang bergerak dibidang
pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan menurut
Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, definisi pengelolaan
zakat diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta
pendayagunaan zakat.27
Keberadaan organisasi pengelola zakat di Indonesia diatur oleh
beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu: UU No.38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat, Keputusan Menteri Agama No.581 tahun 1999 tentang
pelaksanaan UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
27
Dalam peraturan perundang-undangan diatas, diakui adanya dua jenis
organisasi pengelola zakat, yaitu:
a. Badan Amil Zakat
Adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah.
b. Lembaga Amil Zakat
Adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh
masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.
2. Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah organisasi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat dan
dikukuhkan oleh pemerintah, lembaga zakat memiliki berbagai tingkatan,
yaitu:
a. Nasional, dikukuhkan oleh Menteri Agama
b. Daerah Propinsi, dikukuhkan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama Propinsi
c. Daerah Kabupaten atau Kota, dikukuhkan oleh Bupati atau Walikota atas
usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota.
d. Kecamatan, dikukuhkan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan.
Setelah mendapatkan pengukuhan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
memiliki kewajiban sebagai berikut:
b. Menyusun laporan termasuk laporan keuangan
c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media
massa
d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.
Jika sebuah lembaga amil zakat tidak lagi memenuhi persyaratan
pengukuhan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatas maka
pengukuhannya dapat ditinjau ulang bahkan sampai di cabut. Hanya Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan oleh Pemerintah saja yang diakui
bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki
yang membayarkan dananya.
Bentuk badan hukum diatas tidak dijelaskan secara eksplisit. Namun,
badan hukum yang cocok untuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk saat ini
adalah yayasan. Hal ini dikarenakan lembaga amil zakat termasuk kategori
organisasi nirlaba (organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan) dan
badan hukum yayasan dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk
memupuk laba.28
3. Urgensi Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa lembaga amil zakat memiliki arti
penting dalam pengelolaan dana zakat, sebagaimana yang dijelaskan dalam
Surat at-Taubah: 60 berikut:
☺ ☺
28
Artinya :”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakan hatinya (mu”alaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.
Terdapat juga dalam surat at-Taubah:103, yaitu:
⌦ ☺
Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam surat at-Taubah ayat 60 tersebut, dikemukakan bahwa salah satu
golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang
yang bertugas mengurus urusan zakat (‘amilina ‘alaiha). Sedangkan dalam
at-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari
orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan
kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). Yang mengambil dan
yang menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil). Diambilnya zakat dari
muzakki (orang yang memiliki kewajiban berzakat) melalui amil zakat untuk
semata-mata bersifat amal karitatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu
kewajiban yang juga bersifat otoratif (ijbari).
Pengelolaan zakat oleh organisasi pengelola zakat, apalagi memiliki
kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan dan untuk
menjadikan sebuah lembaga amil zakat yang selalu menjunjung tinggi
professional dalam bekerja. Didin Hafidudin menjelaskan lima (5) keunggulan
penyaluran zakat melaui Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu29:
a. Lebih sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.
c. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzaki.
d. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
pendayagunaan zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.
e. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah yang Islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada
mustahik, hal-hal tersebut diatas akan terabaikan serta hikmah dan fungsi zakat
yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.
29
4. Karakteristik Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Zakat merupakan satu-satunya rukun Islam yang berdimensi sosial
langsung, penunaian zakat oleh orang yang wajib menunaikan (muzakki) tidak
akan sah apabila tidak melibatkan orang yang berhak menerima zakat
(mustahik). Zakat juga merupakan satu-satunya ibadah yang petugasnya diatur
dalam al-Qur’an, petugas zakat (amil zakat) harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:30
a. Muslim yang jujur dan amanah
b. Mukallaf
c. Memahami hukum-hukum zakat
d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
Organisasi pengelola zakat yang terdiri atas BAZ dan LAZ merupakan
institusi amil zakat yang diatur dalam UU No.38 tahun 1999, kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat yang dilakukan
organisasi pengelola zakat, salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ)
harus sesuai dengan ketentuan agama, antara lain sebagai berikut:31
a. Tidak menerima dana yang tidak halal
b. Setiap dana yang diterima harus dapat dibedakan apakah zakat atau
kewajiban harta lainnya (infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, waris, kafarat)
serta harus jelas bentuk akadnya apakah mutlaq atau muqoyyad.
30
Devi Nurmaliza, “Penyusunan Sistem Akuntansi LAZ DPU. Darut Tauhid (berdasarkan Sistem Akuntansi Rumusan Forum Zakat dan PSAK No 45”, (Skripsi S1 Fakultas Manajemen Ekonomi SEBI, Jakarta,2008), h. 41
31
c. Menyalurkan dana hanya kepada mustahik serta menggolongkan seorang
mustahik dalam salah satu asnaf mustahik.
d. Tidak menyalurkan dana dalam bentuk kegiatan yang bertentangan dengan
syariah Islam
e. Tidak mendzolimi hak masing-masing asnaf mustahik
f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan, merubah kondisi atau
menyelesaikan permasalahan mustahik
g. Setiap dana yang disalurkan harus dapat dibedakan apakah berasal dari
zakat atau kewajiban harta lainnya (infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, waris,
kafarat)
h. Wajib mencatat, melaporkan dan mempublikasikan laporan penerimaan
dan penyaluran dana.
5. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Saat ini, ilmu akuntansi berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat
dari berkembangnya cabang-cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri, salah satu
cabangnya adalah akuntansi keuangan. Khusus akuntansi keuangan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:32
a. Akuntansi Komersial
Jenis akuntansi ini biasanya dipergunakan untuk organisasi yang
berorientasi mencari keuntungan (profit organization), seperti
perusahaan-perusahaan bisnis.
32
b. Akuntansi Dana
Jenis akuntansi ini digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi mencari
keuntungan atau sering disebut dengan organisasi nirlaba, seperti
pemerintahan, yayasan-yayasan sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
organisasi keagamaan, partai politik dan termasuk organisasi pengelola zakat
yang terdiri dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Akuntansi dana adalah proses menganalisa, mancatat, mengklasifikasikan dan
melaporkantransaksi-transaksi keuangan organisasi sebagai suatu kesatuan dan
untuk masing-masing dana serta penafsiran atas hasil aktivitasnya.33
Akuntansi merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan oleh semua
organisasi, baik organisasi bisnis maupun yang bersifat nirlaba. Dengan
diterapkannya akuntansi yang baik, maka organisasi dapat dikatakan telah
melaksanakan akuntabilitas dan trasparansi yang baik. Hal ini karena dengan
akuntansi, organisasi dapat mengetahui kinerja keuangannya dengan
disusunnya laporan keuangan. Terlebih lagi jika laporan keuangan yang telah
dibuat itu dipublikasikan secara luas.
Kewajiban melaksanakan akuntabilitas dan transparansi bagi organisasi
pengelola zakat juga dituntut oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini
tercantum dalam Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat dan Keputusan Menteri Agama No.373 tahun 2003tentang Pelaksanaan
UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
33
Masyarakat Islam Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat.
Saat ini Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba. Jenis akuntansi yang digunakan oleh organisasi
nirlaba (organisasi yang tidak berorientasi mencari keuntungan) seperti:
pemerintahan, yayasan-yayasan sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
organisasi keagamaan, partai politik dan termasuk organisasi pengelola zakat
adalah akuntansi dana, walaupun tidak secara tegas dinyatakan didalam PSAK
BAB III
GAMBARAN UMUM DOMPET DHUAFA
Dompet Dhuafa Republikaadalah lembaga nirlaba yang berkhidmat
mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana zakat, infak,
sedekah dan wakaf (ZISWAF). Organisasi ini lahir dari empati kolektif komunitas
jurnalis yang sering berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa
dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun
yang berkepedulian kepada kaum dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni
Hadi, Haidar Bagir, S. Sinansari Ecip dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan
Pendiri lembaga independen DOMPET DHUAFA REPUBLIKA.1
A. Sejarah Berdiri Dompet Dhuafa Republika
Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan
menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa.
Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin.
Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan Republika
kemudian terdorong untuk dikembangkan. Apalagi kala itu, masyarakat luas
pun telah terlibat menyalurkan ZIS-nya (zakat, infak dan sedekah) melalui
Dompet Dhuafa Republika (disingkat DD Republika) yang dipublikasikan
pada kolom Dompet Dhuafa di Harian Umum Republika.
1
Profil Dompet Dhuafa Republika dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal 25 Maret 2010
Kebersamaan adalah kekuatan, sekelompok wartawan merasa terpanggil
menyaksikan kemiskinan kian menumpuk disekeliling. Dimulai dari diskusi
kemudian menjadi aksi. Cita-cita ringkas zakat ditarik dari penghasilan. tanpa
perantara dana kemudian disalurkan langsung kepada dhuafa. Dana kemudian
disalurkan kepada simiskin saat jumpa dalam tugas dengan manajemen waktu
sisa.2
Gunung Kidul lekat dengan legenda kemiskinan. Tanahnya tandus,
kering dan gersang. Di musim kemarau, tetanahan gunung Kidul retak,
pecah-pecah seperti bibir penduduknya yang hampir tak pernah mencicipi panganan
bergizi. Inilah salah satu agenda keprihatinan Corp Dakwah Pedesaan (CDP)
dan Harian Umum Republika, dalam silaturahmi di Yogyakarta, 23 Juni 1993.
Mendukung gerakan CDP, terhimpunlah zakat karyawan Republika melalui
Ikatan Silaturrahmi Republika (ISR). Setelah melibatkan masyarakat , mulai 2
Juli 1993 ISR menyandang nama Dompet Dhuafa (DD) Republika.
Maka atas pertimbangan profesional Dompet Dhuafa Republika
diformalkan sebagai lembaga pada tanggal 2 Juli 1993. Momentum ini
ditetapkan sebagai hari lahir Dompet Dhuafa Republika. Dari aspek legal
formal, untuk memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa
Republika mendaftarkan diri ke Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang
berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H
2
Abu Yusuf SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara
RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PN JAKSEL.3
Sejak Harian Umum REPUBLIKA lahir awal 1993, wartawan media ini
memotori segenap kerabat kerja untuk menyalurkan zakat sebesar 2,5% dari
penghasilan. Dana tersebut dikumpulkan kemudian didayagunakan langsung
kepada dhuafa yang berhak. Karena dilakukan pada waktu-waktu sisa, tentu
saja dana yang terkumpul maupun pendayagunaannya tidak dapat maksimal.4
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang
dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik
Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang
Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ)
tingkat nasional.
Seiring waktu berjalan, Dompet Dhuafa menekuni kekhidmatannya.
Sejak awal beroperasi Dompet Dhuafa Republika mendedikasikan dan
mempertanggungjawabkan aktivitasnya kepada public. Pertanggungjawaban
diantaranya dilakukan dengan publikasi perolehan dana dan artikel-artikel
pendayagunaan dana melalui Harian Umum Republika. Laporan keuangan
yang telah diaudit oleh akuntan public setiap tahun, dipublikasiakan pula
melalui berbagai media massa ternama.5
3
Profil Dompet Dhuafa dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal 25 Maret 2010
4
Forum Zakat, Organisai Pengelola Zakat, (Jakarta, 2001), h. 1 5
B. Prinsip Dasar
Dompet Dhuafa memiliki prinsip dasar yang khas meliputi:6
1. Moral
Jujur, amanah dan ihsan.
2. Kedudukan lembaga
Non-politik, netral-objektif, independen, non-rasial.
3. Manajemen
Transparan, dapat dipertanggungjawabkan, profesional, berdayaguna,
berhasilguna, berorientasi pada perbaikan terus menerus.
4. Pengembangan
Inovatif, kreatif, berorientasi pada social entrepreneurship dan investasi
sosial.
5. Fiqh
Bukan semata ibadah ritual, meraup sekaligus tiga unsur yaitu muzaki,
amil dan mustahik.
C. Visi, Misi dan Tujuan 1. Visi
Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal
melalui sistem yang berkeadilan. 2. Misi
a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian.
6Profil Dompet Dhuafa dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal
b. Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat.
c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan
masyarakat global.
d. Mengembangkan zakat sebagai alternative dalam pengentasan
kemiskinan.
e. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan asset masyarakat melalui
ekonomi berkeadilan.
3. Tujuan
a. Meningkatkan efektivitas kinerja lembaga.
b. Meningkatkan otonomi jaringan lembaga melalui devolusi,
desentralisasi dan pelimpahan wewenang.
c. Meluasnya pemahaman, penerimaan dan pelaksanaan ekonomi
berkeadilan.
d. Meningkatkan pendayagunaan asset masyarakat melalui pengelolaan
Ziswat dan derma.
e. Tercapainya kemandirian komunitas sasaran.
C. Struktur Organisasi
Komposisi pengurus Dompet Dhuafa Republika sebagai berikut:7
1. Dewan Pembina
Parni Hadi (ketua), Haidar Bagir, Ecip S. Sinansari, Eri Sudewo, MDM,
KH DR Didin Hafidhuddin, MSc., Houtman Z. Arifin, MBA
7
2. Dewan Pengawas
KH DR Didin Hafidhuddin, MSc.(ketua)
Rahmad Riyadi
Erry Riyana Hardjapamekas
3. Dewan Syariah
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma
Bobby Herwibowo, Lc.
Izzudin Abdul Manaf, Lc
4. President Director Ismail A. Said
5. Executive Director
Ahmad Juwaini
6. Internal Audit
Tri Estriani
7. Communication & Remo Director
Yuli Pujihardi
8. Program Director M Arifin Purwakananta
9. Business Director Kusnandar
10. Finance Director