• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Penilaian Autentik untuk Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Penilaian Autentik untuk Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK UNTUK HASIL

BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Studi Kasus Penerapan Penilaian Autentik di SMA IZADA Pondok Aren Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: M. Fajar Mahbub NIM 109011000184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTARAK

M. FAJAR MAHBUB (109011000184), Penerapan Penilaian Autentik Untuk Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi Kasus Penerapan Penilaian Autentik di SMA IZADA Pondok Aren Tangerang Selatan).

Kata Kunci: Penilaian Autentik, Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan penilaian autentik terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, seberapa besar kontribusi yang diberikan dan apakah dengan adanya penerapan penilaian autentik yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik ini hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi kasus. Yaitu dengan melakukan teknik pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Obyek penelitian disini ialah siswa kelas X IPA-1, kelas X IPA-2 dan kelas X IPS di SMA IZADA Pondok Aren Tangerang Selatan.

(6)

ii

rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya memberikan nikmat yang sungguh sangat tak ternilai harganya, memberikan kelancaran dan kemudahan untuk menghantarkan penulis pada tahap akhir untuk memperopleh gelar strarta 1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT melimpahkan ilmu yang bermanfaat dan berkah kepada penulis.

Shalawat dan salam teruntuk baginda Nabi Muhammad SAW. Beliaulah penuntun kita yang paling hak di bumi ini sebagai Uswatun Hasanah. Yang telah menujukkan kita minaddzulumaatil jahli ilannuuril’ilmi yakni dengan agama Islam.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas. Namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Drs. H. Syamsul Hadi, M.Si dan Ibu Hj. Kholiswatin yang telah merawat, mendidik, membesarkan, mengarahkan, mendukung dan mendoakan penulis dengan seluruh kasih sayangnya. Tertalu besar kasih sayang dan pengorbanan yang Bapak dan Ibu berikan kepada Penulis, sehingga penulis merasa tidak cukup hanya sekedar mengucapkan lewat tulisan ini.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. beserta para Wakil Rektor dan jajarannya.

(7)

iii

4. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Abd. Majid Khon, M.A., dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Marhamah, LC., M.A., serta Staf Administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Faza Amri, S.Th.I.

5. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. H. Masan AF, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulisan skripsi ini dapat selesei dengan baik.

6. Dosen Penasehat Akademi, Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D. yang banyak memberi masukan kepada penulis selama studi. Seluruh dosen di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang pernah memberikan ilmu kepada penulis, dan seluruh dosen yang ada di naungan UIN Syarif Hidayatullah.

7. Kepala sekolah SMA IZADA, Ibu Ulies, S.Pd., MM., beserta jajarannya, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Bapak Abdul Hakim, S.Ag., yang telah banyak mengarahkan, membantu dan memberikan informasi dalam melakukan penelitian.

8. Para siswa dan siswi kelas X IPA-1, X IPA-2, dan X IPS yang bersedia menjadi obyek dalam penelitian ini.

9. Adikku tercinta dan tersayang, Yuyun Rizkiyatul Ilmiyah, yang telah memberikan doa dan dukungan.

10. Teman-teman PAI E 2009 yang telah memberikan warna dan kebersamaan selama studi empat tahun.

11. Keluarga besar Albarkah Institut, H. Muhammad Fathur Rohman, Kurnia Aswaja, Moch. Abd. Rohim, Habibullah Siregar, Kurnia Majid, Imam Fitri Rahmadi, Aris Nurrohman, Ajid, Uwes, Yusuf Hamdani, Ais, Kamal, Samsul, Iman Firmansyah, Ihsan dan masih banyak lagi.

(8)

iv

memberikan pelajaran dalam menempa organisasi sampai sekarang.

14. Wakil Rekor UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A., Bapak Kepala Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Dr. Abd. Rozak A. Sastra, M.A. dan Ibu Dr. Sururin, M.A., yang telah banyak memberikan kepercayaan, pengarahan dan nasehat seputar kegiatan-kegiatan kemahasiswaan selama penulis menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

15. Ibunya Anak-anak, Noriska Silviana, S.Pd.I. yang senantiasa mendoakan, membantu, dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis. 16. Semua orang yang telah penulis temui, baik sengaja maupun tidak, yang

memberi ilmu dan pelajaran yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga semua amal baiknya diterima Allah SWT.

Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi semua orang pada umumnya. Amiin Ya Rabb.

Jakarta, 21 Agustus 2014 Penulis,

(9)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Penilaian Autentik ... 7

a. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi ... 7

b. Pengertian Penilaian Autentik ... 9

c. Ciri-ciri Penilaian Autentik ... 10

d. Karakteristik Penilaian Autentik ... 11

e. Hal-hal yang bisa Digunakan sebagai Dasar Menilai Peserta Didik dalam Penilaian Autentik ... 12

f. Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik ... 13

(10)

vi

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti .... 20

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 20

b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 20

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 21

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 21

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Latar Penelitian ... 27

1. Sejarah Pendirian Sekolah ... 27

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 29

3. Gambaran Umum Penerapan Penilaian Autentik ... 30

C. Metode Penelitian ... 31

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

1. Observasi ... 34

2. Wawancara ... 34

3. Dokumentasi ... 36

4. Pemerikasaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 36

5. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi Data ... 38

1. Hasil Observasi ... 38

a. Alamat Lengkap dan Profil Singkat SMA IZADA ... 38

(11)

vii

c. Kegiatan Pembelajaran SMA IZADA ... 42

d. Kalender Pendidikan SMA IZADA ... 43

e. Struktur dan Muatan Kurikulum SMA IZADA ... 47

f. Hasil Belajar Siswa ... 56

2. Hasil Wawancara ... 59

3. Hasil Dokumentasi ... 62

B. Temuan Penelitian ... 70

C. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 72

1. Penentuan Jenis Penilaian ... 72

2. Keterkaitan dengan Temuan Penelitian yang Relevan ... 73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

C. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii

Tabel 4.2 Kalender Pendidikan Bulan Februari 2014 ... 44

Tabel 4.3 Kalender Pendidikan Bulan Maret 2014 ... 45

Tabel 4.4 Kalender Pendidikan Bulan April 2014 ... 45

Tabel 4.5 Kalender Pendidikan Bulan Mei 2014 ... 46

Tabel 4.6 Kalender Pendidikan Bulan Juni 2014 ... 46

Tabel 4.7 Cakupan Mata Pelajaran SMA IZADA ... 49

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum 2013 SMA IZADA untuk Mapel Wajib ... 52

Tabel 4.9 Struktur Kurikulum 2013 SMA IZADA untuk Mapel Peminatan .. 53

Tabel 4.10 Daftar Nilai Afektif Siswa Kelas X Smt 2 TP 2013-2014 ... 57

Tabel 4.11 Daftar Nilai Kogniif Siswa Kelas X Smt 2 TP 2013-2014 ... 58

[image:12.595.114.502.146.583.2]
(13)

ix

[image:13.595.116.502.147.572.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Situasi Sosial ... 32

Gambar 4.1 Gerbang Masuk SMA IZADA ... 63

Gambar 4.2 Pos Keamanan dan Parkiran SMA IZADA ... 63

Gambar 4.3 Lapangan dan Gedung SMA IZADA ... 64

Gambar 4.4 Mushalla dan Auditorium SMA IZADA ... 64

Gambar 4.5 Perpustakaan dan Ruang Guru SMA IZADA ... 65

Gambar 4.6 LAB bahasa dan LAB komputer SMA IZADA ... 65

Gambar 4.7 Suasana Belajar Kelas X SMA IZADA ... 66

Gambar 4.8 Lembar Observasi Penilaian Sikap ... 67

Gambar 4.9 Lembar Portofolio Penilaian Pengetahuan ... 68

(14)

x

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4. Nilai Raport Narasi Siswa Kelas X Semester 2 5. Struktur Organisasi SMA IZADA

6. Jumlah Guru SMA IZADA

7. Jumlah Siswa dan Siswi SMA IZADA 8. Pedoman Wawancara Sekolah

9. Hasil Wawancara Kepala Sekolah

10. Hasil Wawancara Guru PAI dan Budi Pekerti 11. Hasil Wawancara Siswa Kelas X

12. Lembar Format Penilaian Guru 13. Sertifikat Akreditasi SMA IZADA

14. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah 15. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang urgen bagi manusia. Pendidikan diakui sebagai salah satu jalan yang dapat menambah pengetahuan seseorang. Karena pendidikan merupakan suatu bidang yang dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terdidik dan mampu menjadi manusia yang berpikir. Serta dengan dibantu pendidikan seseorang dapat lebih berkembang dan berproduktif.

Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik atau tidak. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru dan siswa. Interaksi komunikasi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media, dimana sebelumnya telah menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan.

“Guru bukan hanya dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan mengajar dengan kompleksitas peranan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya, tetapi juga harus kreatif. Upaya dalam melaksanakan tugasnya meningkatkan kualitas hasil pendidikan amat tergantung pada kemampuan guru untuk mengembangkan kreativitasnya”.1

1

(16)

Profesi guru kini semakin banyak tuntutan seiring dengan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu. Semenjak ditetapkan sebagai profesi tanggal 2 Desember 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono, profesi guru mengalami berbagai pembenahan-pembenahan baik secara regulasi maupun administrasi termasuk peningkatan kesejaheraan. Kini guru setiap tahun dinilai kinerjanya melalui Penilaian Kinerja Guru (PKG) dengan pendekatan 360 derajat. Disamping itu guru juga harus mampu melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).2

Dengan memahami dan melaksanakan tugas pokok guru dengan baik, maka secara otomatis guru tersebut telah melaksanakan kinerja dengan baik. “Tugas pokok guru dalam pembelajaran meliputi : (1) menyusun program pembelajaran, (2) melaksanakan program pembelajaran, (3) melaksanakan penilaian hasil belajar, (4) melakukan analisis hasil belajar, (5) melakukan program tindak lanjut”.3

Banyak kita jumpai di seolah-sekolah, bahwa guru tidak melaksanakan fungsinya dengan baik. Metode-metode yang dialakukan oleh guru masih sangan minim, yaitu guru masih sangat sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Ini membuat suasana belajar siswa di kelas menjadi sangat menjenukan dan membosankan. Sehingga semangat belajar siswa menjadi hilang. Tugas pokok guru yang lain dalam pembelajaran salah satunya adalah melaksanakan penialain hasil belajar. Penialain hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar itu sesuatu yang sangat penting, karena dengan penilaian guru bisa melakukan reflkeksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam hal ini kalau diibaratkan suatu pohon, penilaian yang dilakukan oleh guru jangan hanya mengukur rindangnya daun dan rantingnya saja, tetapi juga harus mengukur akar dan batang pohonnya juga. Dengan demikian, penilaian hasil belajar yang dilakukan guru harus mencerminkan kompetensi peserta didik secara empiris (nyata).

2

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 1

3

(17)

3

Di dalam Al-Qur‟an terdapat beberapa ayat yang dapat dikaitkan dalam pengertian dan teknik penilaian yang tersebar di beberapa surat, diantaranya pada surat al-baqarah ayat 31-33, Allah berfirman:































































































































































Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (31) Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (32) Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda ini. Allah berfirman: “Bukankah sudah ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (33)(QS. Al-Baqarah ayat 31-34)4

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa penilaian pertama ditujukan kepada Malaikat dengan firman Allah : anbiuni bi asmai ha ulai in kuntum shadiqin, untuk menguji argumentasi yang dikemukakan oleh malaikat yang meragukan eksistensi Adam sebagai khalifah dengan membanggakan keutamaan yang dimilikinya yaitu senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Allah. Apakah Tuhan hendak menjadikan seseorang yang sifatnya sedemikian itu sebagai khalifah?. Sedangkan kami (para malaikat) adalah makhluk-Mu yang

ma‟shum (terpelihara dari kesalahan). Namun ternyata pengetahuan tasbih, tahmid

dan taqdis yang dimiliki Malaikat tidak dapat dikembangkan sebagaimana kemampuan Adam, karena mereka tidak dapat menjabarkan pada keadaan sekitarnya. Sedang pada diri manusia telah disediakan alat untuk bisa meraih

4

(18)

kemampuan secara sempurna di bidang ilmu pengetahuan, lebih jauh jangkauannya di banding Malaikat. Ini merupakan penilaian dalam bentuk dialog atau tes lisan yang membutuhkan pengembangan dalam jawaban. Hal ini dimiliki manusia (Adam) tetapi tidak dimiliki oleh Malaikat. Kemudian Allah mengarahkan penilaian kepada Adam untuk menguji kemampuannya terhadap ilmu yang telah diajarkan kepadanya dan ternyata Adam dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Karena kemampuan Adam dalam menyelesaikan seluruh pertanyaan dalam penilaian tersebut, maka Allah memberikan penghargaan kepadanya dengan memerintahkan kepada Malaikat supaya bersujud (memberikan penghormatan) kepada Adam. Tes ini sama dengan placement test, atau test untuk menentukan penempatan peserta didik apakah di kelas A atau di kelas B dan seterusnya.

Berkaitan dengan hal ini, maka pendekatan penilaian yang tepat digunakan oleh guru adalah penilaian autentik (authentic assesment). Karena dengan penilaian autentiklah hasil belajar dari peserta didik dapat terukur dan ternilai secara keseluruhan, baik dari aspek, afektif, kognitif maupun psikomotorik.

Hal ini sejalan dengan isu yang sedang hangat dalam dunia pendidikan yakni mengenai kurikulum 2013, dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Yaitu melalui penilaian autentik. Autentik berarti keadaan yang nyata/sebenarnya.

(19)

5

menggunakan metode ceramah saja, serta guru menggunakan pola penilaian hasil belajar tradisional yang hanya berpaku pada aspek kognitif dan hasilnya saja. Guru masih jarang bahkan mungkin belum menerapkan secara keseluruhan dari penilaian autentik ini, padahal kita tahu dengan menggunakan penilaian autentik inilah, hasil belajar siswa dapat terukur secara keseluruhan dan sesuai dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “PENERAPAN PENILAIAN

AUTENTIK UNTUK HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI (Studi Kasus Penerapan Penilaian Autentik di SMA IZADA Pondok Aren Tangerang Selatan)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah berikut ini :

1. Hasil belajar siswa yang rendah.

2. Penilaian yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran belum menyentuh secara keseluruhan, dari aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.

3. Dalam kegiatan pembelajaan guru masih lebih banyak menggunkan metode ceramah.

4. Masih terdapat kesenjangan antara nilai yang tercantum dalam rapor dengan prilaku siswa sehari-hari.

5. Siswa yang memiliki kecenderungan pada aspek afektif dan psikomotorik kurang termotivasi untuk belajar karena perhatian guru hanya terfokus pada kognitif siswa.

6. Kurang adanya kesadaran dari guru tentang pentingnya penilaian secara nyata

dan menyeluruh (autentiik).

7. Metode yang digunakan guru masih berupa metode yang konvensional, sehingga tidak memungkinkan adanya penilaian secara autentik.

(20)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada permasalahan yang berkaitan dengan penerapan penilaian autentik untuk hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA IZADA.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah penerapan penilaian autentik untuk hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA IZADA?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajara Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X melalui penerapan penilaian autentik.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut:

a. Bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang penerapan penilaian autentik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X Semester genap dan dapat mengembangkan dalam proses pembelajaran selanjutnya.

b. Bagi guru sebagai wawasan pengetahuan baru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

(21)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Penilaian Autentik

a. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Dari dua kalimat ini kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu : evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sebagian orang yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut.

Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat

bandingan panjang antar kedua pensil tersebut. Dapatlah kita mengatakan “ini pensil panjang, dan ini pensil pendek”. Mana pensil yang lebih panjang, itulah

yang kita ambil. Secara ringkasnya dapat kita simpulkan:

- Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif.

(22)

- Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.1

“Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.2 Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.3

Dari berbagai definisi penilaian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis, akurat dan berkesinambungan dengan menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti soal dan lembar pengamatan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pencapaian kompetensi peserta didik.

Sejalan dengan pengertian diatas maka menurut Nana Sujana penilaian berfungsi sebagai:

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka peilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan in struksional.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll.

1

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 3

2

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 3

3

(23)

9

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.4

Adapun tujuan hasil belajar peserta didik menurut Kunandar yaitu “pertama, melacak kemajuan peserta didik. Kedua, mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik. Ketiga, mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik. Keempat, menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik”.5

Sedangkan manfaat penilaian hasil belajar menurut Kunanadar adalah:

1) Mengetahui tingkat pencapaian kompetisi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik.

4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegaiatn dan sumber belajar yang digunakan.

5) Memberikan pilihan alternatif penilaain kepada guru.

6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan sekolah.6

b. Pengertian Penilaian Autentik

Pada umumnya sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa dengan menggunakan tes tulis. Padahal sebaik apa pun tes tulis tidak akan pernah mampu menilai seluruh kompetensi siswa pada suatu mata pelajaran. Oleh sebab itu, penggunaan teknik penilaian selain tes tulis mutlak perlu dikuasai oleh guru-guru.

Menurut Komentar Ismet basuki dan Hariyanto, dalam hubungannya dengan penilaian, dikenal istilah penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan cermin nyata dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian autentik, disebut demikian karena unik berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman langsung didunia nyata setiap siswa. Penilaian autentik disebut pula dengan penilaian alternatif, penilaian kinerja, penilaian informal, dan penilaian berlandaskan situsi. Penilaian autentik didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang

4

Nana Sudjana, Op.cit, h. 4 5

Kunandar, Op. Cit, h. 70 6

(24)

menunjukkan aplikasi yang bermakna dari suatu pengetahuan atau keterampilan esensial.7

Secara ringkas penelitian autentik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan.

“Hakikat penilaain pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa”.8 Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.

Penilaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional. “Dalam Penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respons yang tersedia, sedangkan dalam penilaian autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu tugas

atau proyek”.9

Pada penilaian tradisional kemampuan berfikir yang dinilai cenderung pada level memahami dan fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik kemampuan brfikir yang dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi serta fokusnya pada peserta didik. Dalam penialaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.

c. Ciri-ciri Penilaian Autentik

Menurut Kunandar, ciri-ciri penilaian autentik antara lain:

1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik.

7

Ismet Basuki & Hariyanto, Asesmen Penelitian, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 168

8

Ibid, h. 169 9

(25)

11

2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

3) Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.

4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. 5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan

bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

6) Penialain harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitasnya). Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.10

d. Karakteristik Penilaian Autentik

Menurut Ismet Basuki dan Hariyanto, ada 10 ciri-ciri penilaian autentik yang terkait dengan aktivitas autentik meliputi:

1) Aktivitas autentik memiliki relevansi dengan dunia nyata.

2) Kegiatan autentik sengaja didefinisikan secara kabur, tidak jelas (ill-defined) menuntut peserta didik mendefinisikan sendiri tugas-tugas dan sub-tugasnya untuk menyelesaikan atau menuntaskan kegiatannya.

3) Kegiaatn autentik mencakup tugas-tugas kompleks yang harus diselidiki dan dikerjakan oleh siswa dalam suatu periode waktu yang berkesinambungan.

4) Kegiatan autentik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati tugas-tugas dari perspektif yang berbeda, serta menggunakan berbagai sumber.

5) Kegiatan autentik memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi diri. 6) Aktifitas autentik memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam satu

tim.

7) Aktivitas autentik dapat dipadukan dan diterapkan dalam berbagai bidang studi yang berlainan.

10

(26)

8) Aktivitas autentik terjalin erat berkesinambungan dan terpadu dengan assesmen.

9) Aktifitas autentik menciptakan hasil karya yang bernilai dan bermutu. 10) Aktivitas autentik memungkinkan cara pemecahan masalah yang kompetitif

dan menghasilkan berbagai jenis luaran.11

Sejumlah karakteristik penilaian autentik menurut Ismet Basuki dan Hariyanto adalah sebagai berikut :

1) Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience). 2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 3) Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi.

4) Yang diukur keterampilan dan permormansi, bukan mengingat fakta 5) Berkesinambungan.

6) Terintegrasi.

7) Dapat digunakan sebagai umpan balik.

8) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas.

9) Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

10) Bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.12

e. Hal-hal yang Bisa Digunakan sebagai Dasar Menilai Peserta Didik dalam Penilaian Autentik

Menurut Kunandar, dalam penilaian autentik ini, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar oleh guru dalam menilai peserta didik antara lain:

1) Proyek atau penugasan dan laporannya. Proyek atau penugasan adalah tugas yang diberikan oleh guru kepada peserta didik dalam waktu tertentu sebagai implementasi dan pendalaman dari pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran.

2) Hasil tes tulis. Penialaian autentik dapat dilakukan dengan menggunakan hasil tes tulis sebagai salah satu cara atau alat untuk mengukur pencapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu.

3) Portofolio (kumpulan karya peserta didik) selama satu semester atau satu tahun.

4) Pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah yang dikerjakan peserta didik sebagai pendalaman penguasaan kompetensi yang diperoleh dalam pembelajaran merupakan salah satu penilaian autentik.

11

Ismet Basuki & Hariyanto, Op. Cit, h.170 12

(27)

13

5) Kuis. Kuis adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik.

6) Karya peserta didik. Seluruh karya peserta didik secara individual maupun kelompok, seperti laporan diskusi kelompok, eksperimen, pengamatan, proyek dan lain sebagainya dapat dijadikan dasar penilaain autentik.

7) Presentasi atau penampilan peserta didik. Presentasi atau penampilan peserta didik dikelas ketika melaporkan proyek atau tugas yang diberikan oleh guru dapat menajdi bahan dalam melakukan penilaian autentik.

8) Demonstrasi. Penampilan peserta didik dalam mendemonstrasikan atau mensimulasikan suatu alat atau aktivitas tertentu yang berkaitan dengan materi pembelajaran dapat dijadikan bahan penilaian autentik.

9) Laporan. Laporan suatu kegiatan atau aktivitas peserta didik yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti laporan proyek atau tugas menghitung pertumbuhan dan kepadatan penduduk ditempat tinggal peserta didik dapat dijadikan bahan penilaian autentik.

10) Jurnal. Catatan-catatan perkembangan peserta didik yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan peserta didik berkaitan dengan pembelajaran dapat menjadi bahan penilaian autentik.

11) Karya tulis. Karya tulis peserta didik baik kelompok maupun individu yang berkaitan dengan materi pembelajaran suatu bidang studi.

12) Kelompok diskusi. Kelompok-kelompok diskusi peserta didik, baik yang dibentuk oleh sekolah atau guru maupun oleh peserta didik secara mandiri dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian autentik.

13) Wawancara. Wawancara yang dilakukan guru terhadap peserta didik bekaitan dengan pembelajaran dan penguasaan terhadap kompetensi tertentu dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian autentik.13

f. Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik

Teknik dan instrumen dalam penilaian autentik adalah mencakup:

1) Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa cacatan pendidik.

2) Penilaian kompetensi pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan tes penugasan. isntrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

13

(28)

3) Penilaian kompetensi keterampilan. Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.14

g. Perbedaan Penilaian Autentik dengan Penilaian Tradisional

John Mueller dalam Assesment Toolbox membandingkan perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik, yakni sebagai berikut:

1) Pada asesmen tradisional, peserta didik diberikan sejumlah pilihan dalam bentuk soal pilihan ganda atau benar-salah, serta diminta untuk memilih jawaban yang benar. Sebaliknya dalam penilaian autentik, siswa diminta mendemonstrasikan pemahamannya dengan melaksanakan tugas-tugas yang lebih kompleks.

2) Tes tradisonal buatan guru tidak mencerminkan dunia nyata, terbatas pada pengujian terhadap apa yang dipelajari didalam kelas, berbeda dengan penilaian autentik yang mencoba mengaitkan bahan ajar dengan dunia nyata.

3) Penilaian tradisional yang dirancang baik dapat secara efektif menentukan apakah siswa telah mendapatkan suatu pengetahuan atau belum, sedangkan penilaian autentik sering meminta siswa untuk menganalisis, membuat sintesis, dan menerapkan apa yang telah dipelajarinya serta diminta menciptakan makna baru dari apa yang telah dipelajarinya.

4) Dalam penilian tradisional apa yang dapat dan akan ditunjukkan oleh siswa secara cermat telah dibuat strukturnya oleh guru. Sebaliknya dalam penilaian autentik peserta didik diizinkan untuk memilih dan mengonstruksikan bukti-bukti kemahirannya. Misalnya memilih dokumen portofolio sendiri, memilih judul dan tema makalahnya sendiri, dan sebagainya.

5) Dalam penilaian tradisional, misalnya dalam uji pilihan ganda, bagaimana cara kita menyakini bahwa pilihan jawaban siswa yang benar betul-betul karena pemahamannya dan bukan sekedar untung karena memilih jawaban yang benar. Jadi ini bukan merupakan bukti langsung kecerdasan atau kompetisi siswa. Penilaian autentik sebaliknya sering memberi bukti nyata dan langsung.15

h. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Autentik

Keunggulan penilaian autentik menurut Ismet Basuki dan Hariyanto, yaitu:

1) Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan.

14

Ibid, h. 52 15

(29)

15

2) Meningkatkan kretivitas.

3) Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata. 4) Mendorong kerja kolaboratif.

5) Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis.

6) Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran dan tujuan pembelajaran.

7) Menekankan kepada keterampilan keterpaduan pembelajaran disepanjang waktu.16

Sedangkan kelemahan dari penilaian autentik antara lain:

1) Memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola, memantau dan melakukan koordinasi.

2) Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal.

3) Menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang konsisten. 4) Sifat subjektif dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias.

5) Sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa.

6) Bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa.

7) Hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan berbagai kisaran tujuan pembelajaran.17

Dari berbagai penjelasan diatas tentang penilaian autentik dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan penilaian autentik ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru, yakni:

a) Autentik dari instrumen yang digunakan. Artinya dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi (tidak hanya satu instrumen) yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada dikurikulum.

b) Autentik dari aspek yang diukur. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.

c) Autentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar).18

16

Ibid, h. 176 17

Ibid, h. 177 18

(30)

2. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Hakikat Belajar

“Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik”.19

Dalam buku teori-teori belajar, Ratna Wilis dahar mengatakan, “menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebaagi suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.20“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan proses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam proses penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.21 “Belajar merupakan suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman. Keterampilan dan nilai sikap.”22

Berdasarkan beberapa definisi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan sesuatu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto adalah sebagai berikut:

1) Faktor-faktor intern

Faktor-faktor intern yang mempenagruhi belajar antara lain:

a) Faktor jasmaniah

Yang termasuk dalam faktor jasmaniah adalah: Faktor kesehatan dan Cacat tubuh.

b) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor tersebut diantaranya: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c) Faktor kelelahan

19

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2013), h.1

20

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1989), h.11 21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010), h.87

22

(31)

17

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetap dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak / kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan da kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara, yaitu: tidur, istirahat, mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja, menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok, rekreasi dan ibadah yang teratur, olahraga secara teratur, dan mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna. Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seseorang ahli, misalnya dokter, psikister, konselor dan lain-lain.23

2) Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi ssiwa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat itu antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.24

23

Slameto, Op. Cit, h. 55-60 24

(32)

b. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan keterampilan, (c) sikap dan cita-cita”. 25

Menurut Sardiman, “hasil belajar merupakan bentuk dan hasil pencarian tujuan belajar. Sardiman menambahkan bahwa hasil belajar itu meliputi tiga hal antara lain : a) hal ihwal pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) hal ihwal personal, kepribadian dan sikap (afektif), c) hal ikhwal tentang kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik)”.26

Hasil belajar adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta ddiik. Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yakni : 1) peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan, 2) mereka mendapatkan perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarng-sekarang dengan perilaku yang diinginkan. Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.27

Gagne membagi lima macam hasil belajar, yaitu:

1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi disekolah.

2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mngatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar mengingat, dan berfikir.

3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubugan dengan otot.

5) Sikap, yaitu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari emosi, kepercayaan serta faktor intelektual.28

25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h.22

26

Ahmad Nurcholis, Jusuf Bahtiar, Strategi Pengembangan Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa, (Ta‟allum, Jurnal Pendidikan Islam, 2012), h.30

27

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), h.208

28

(33)

19

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh atau dicapai oleh siswa yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar, hasil belajar diperoleh dari kegiatan penilaian dan yang diharapkan adanya perubahan tingkah laku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain:29

1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

b) Faktor Psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Beberapa faktor psikologis diantara meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif. Motivasi, kognitif dan daya nalar. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Yaitu seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.

Menurut Muhibbin Syah, keberhasilan dari proses hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, “faktor yang pertama yaitu faktor dalam (intern), yakni keadaan atau kondisi jasmani; yang kedua faktor dari luar diri individu (ekstern), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa; dan yang ketiga pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.30

29

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : PT. Gaung Persada Press, 2008), h. 32

30

(34)

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a. Pengertian Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas dan sederajat). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pelajaran yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, ketrampilan dan sifat kebangsaan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam.

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menetapkan aqidah yang berisi tentang ke-Maha-Esaan Tuhan sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber utama lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah. Selain itu akhlak juga merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa indonesia”.31

Dengan demikian, karakter bangsa indonesia didasarkan kepada nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan inti dari sila-sila lain yang ada dalam Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan dan permusyawaratan yang, serta keadilan sosial bagi bagi seluruh Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara Iman, Islam dan Ihsan yang diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Pencipta, hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan lingkungan alam. Sehingga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti penting untuk di ajarkan di sekolah.

b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diajarkan di SMA bertujuan untuk:

31

(35)

21

1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

2. mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia, berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, santun, disiplin, toleransi dan mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah.

3. Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan, pemahaman dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang yang Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan secara harmonis.

4. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.32

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti meliputi aspek-aspek“Al-Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Tarikh dan Kebudayaan Islam”.33

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

[image:35.595.113.517.117.550.2]

Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti (KI dan KD) SMA kelas X dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 KI dan KD Kelas X

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Malaikat-malaikat Allah SWT

1.2 Berpegang teguh kepada Al-Quran, Hadits

32

Ibid, h. 17 33

(36)

dan Ijtihad sebagai pedoman hidup 1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam

1.4 Berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 8, dan Q.S. At-Taubah (9): 119 dan hadits terkait

2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai

implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17): 23 dan hadits terkait

2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits yang terkait

2.4 Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra‟ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits yang terkait

2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9): 122 dan hadits terkait 2.6 Menunjukkan sikap keluhuran budi, kokoh

(37)

23

pemahaman Asmaul Husna Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al -„Adl, dan al-Akhiir

2.7 Menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Nabi di Mekah

2.8 Menunjukkan sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Nabi di Madinah

3. Memahami, menerapkan dan menganalisis

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) 3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupan 3.3 Menganalisis Q.S. Al-Isra‟ (17) : 32, dan

Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina. 3.4 Memahami manfaat dan hikmah larangan

pergaulan bebas dan perbuatan zina.

3.5 Memahami makna Asmaul Husna: al-Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami‟, al

-„Adl, dan al-Akhiir;

3.6 Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT

(38)

hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama;

3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam

3.9 Memahami pengelolaan wakaf

3.10.1. Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah saw. di Mekah

3.10.2. Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah

4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

4.1.1 Membaca Q.S. Anfal (8): 72); Q.S. Al-Hujurat (49): 12; dan Q.S. Al-Al-Hujurat (49) : 10, sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.

4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Hujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10 dengan lancar.

4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra‟ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.

4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra‟ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 dengan lancar.

4.3 Berperilaku yang mencontohkan keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai

(39)

25

4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT

4.5 Menceritakan tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu

4.6 Menyajikan macam-macam sumber hukum

Islam

4.7.1 Menyajikan dalil tentang ketentuan wakaf 4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf

4.8.1 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah 4.8.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi

dakwah Rasulullah SAW di Madinah

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Belum ada penelitian studi kasus yang secara khusus membahas tentang penerapan penialaian autentik untuk hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti di SMA. Belum banyak memang yang mengkaji tentang penerapan penialaian autentik yang di aplikasikan dalam pembelajaran SMA. Mungkin karena penialain autentik ini terhitung baru yang belakangan ini baru diterapkan di sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Pada saat melakukan pencarian referensi, penulis bersusah payah mencari beberapa rujukan yang berkaitan dengan penilaian autentik, guna melakukan komparasi dengan temuan-temuan penelitian yang sebelumnya tentang hal-hal penting yang menjadi kelebihan dan kelemahan peneliti sebelumnya.

(40)

1. Linda Puspitaningrum dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penilaian Autentik melalui Pendekatan Kontekstual pada Materi Larutan Elektrolit

dan Nonelektrolit”. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode studi kasus, bahwa penilaian autentik bisa dikembangkan dengan berdasarkan SK dan KD yang kemudian dikembangkan melalui indikator dan dibuat rubrik penilaian autentik. Itu menunjukkan bahwa penilaian autentik dapat diterapkan pada materi tersebut.

2. Tuti alawiyah dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Penilaian

Autentik untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa”.

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Penelitian Tindak Kelas menunjukkan bahwa penerapan penilaian autentik dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika.

3. Hartati Mukhtar dalam karyanya yang berjudul “Penerapan Penilaian

Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan” yang dimuat pada

Jurnal Pendidikan Penabur. Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa penilaian autentik sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi bukan hanya merupakan konsep dan bahkan slogan. Dibutuhkan guru yang profesional yang menguasai metode penilaian tersebut, dan mempunyai kedarana, serta kemauan dan kemampuan dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(41)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA IZADA Pondok Aren Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Agustus 2014.

B. Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mulai tanggal 08 April 2014 hingga 14 Agustus 2014. adapun sekolah tempat penelitian adalah SMA IZADA yang berlokasi di jalan Jombang Raya No. 25 A Kel. Pondok Kacang Timur Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. Yang akan diteliti disini adalah aktivitas belajar siswa, bagaimana proses penerapan penilaian autentik terhadap hasil belajar siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Adapun yang berperan dalam penelitian ini, meliputi: peneliti sendiri, Kepala Sekolah SMA IZADA, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dan siswa. Adapun profil SMA IZADA dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejarah Pendirian Sekolah

(42)

tingkah lakunya. Kehidupan masyarakat ternyata telah menyimpang jauh dari norma dan aqidah agama. Penyimpangan tersebut merupakan kelemahan yang perlu mendapat perhatian semua pihak untuk diluruskan.

Mengingat keadaan tersebut sudah dalam kondisi yang cukup memprihatinkan bahkan dapat membahayakan masa depan bangsa, maka diperlukan upaya pembenahan bersama yang dapat menata akhlaq bangsa ini menjadi cerdas dan bernurani.

Untuk mengantisipasi dan mencegah kesinambungan kondisi yang memprihatinkan tersebut, Yayasan Pendidikan Islam Ibuku (YPII) merasa terpanggil untuk turut membantu Pemerintah menyiapkan generasi muda agar dapat menjadi generasi penerus yang lurus dan menjadi calon Pemimpin Bangsa yang sanggup mengemban amanah rahmatan lil „alamin.

Dengan niat tulus membangun generasi baru yang lebih baik, maka YPII mendirikan Sekolah An-Nisaa’ pada tahun 1995, dimulai pendirian TK An-Nisaa’ hingga level SMP dan level Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bernama SMA IZADA didirikan sejak tahun 2008.

Teknologi yang berkembang sangat pesat telah mengubah kehidupan dalam kecepatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Pola hubungan dunia yang semakin global dengan meretas batas-batas negara semakin membuat persaingan hari ini dan terutama esok hari menjadi bertambah ketat. Jika kita hadapkan putra-putri kita pada persaingan global dimasa mendatang tanpa persiapan yang matang, maka mereka akan sulit berkompetisi dan akan menjadi orang-orang yang "terpinggirkan".

Jika selama ini dianggap modal utama kesuksesan dan menuju persaingan global adalah IQ semata, Kecerdasan Fisik (Physical Quotien), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotien), dan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotien). Modal tersebut disamping diperoleh siswa melalui pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah dan lingkungan siswa berada.

(43)

29

memiliki target pencapaian yang jelas dan berjenjang. Hal ini akan memberikan bekal kemampuan teknologi bagi siswa untuk dipergunakan baik untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah maupun untuk kebutuhan pribadinya.1

2. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi SMA IZADA adalah dengan berlandaskan Q.S. An-Nisaa ayat : 9 "Hendaklah mereka merasa takut (kepada Allah) jika meninggalkan anak-anak (generasi) yang lemah di belakang mereka, … ". Maka Yayasan Pendidikan Islam Ibuku dalam unit satuan pendidikan SMA IZADA sebagai “Sekolah yang menjadi oase bagi banyak perubahan positif seluruh warga sekolah/The Oasis for Changes”. Berupaya mencapai visi: "terwujudnya generasi penerus yang berintekletualitas tinggi, berkarakter kuat dan amanah serta berakhlak mulia" Adapun Misi SMA IZADA adalah “Menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang nyaman, aman dan kondusif, menyelenggarakan pendidikan berkualitas, dan membuka kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuhnya potensi, kreativitas, dan kematangan seluruh warga sekolah, agar dapat berkontirbusi positif bagi bangsa”.

Sedangkan Tujuan didirikannya SMA IZADA adalah:

1. SMA IZADA memenuhi dan berada di atas standar nasional pendidikan yang ditetapkan BSNP.

2. Kelulusan 100 % pada Ujian Nasional dengan nilai rata-rata UN >8. 3. Memperoleh rata-rata nilai Ujian Sekolah > 8.

4. Memiliki tim olimpiade MIPA yang dapat meraih juara tingkat nasional. 5. Memiliki tim basket dan tim futsal yang mampu memperoleh juara.

6. Menanamkan nilai-nilai kejujuran, rasa percaya diri, kemandirian dan nasionalisme norma-norma keislaman.

7. Menanamkan sikap kepedulian, kewirausahaan dan orientasi masa depan. 8. Memiliki silabus dan rencana program pengajaran yang lengkap dan

berkesinambungan yang di kembangkan oleh tenaga pendidik.

1

(44)

9. Memiliki program muatan lokal yang ajeg.

10. Memiliki program pengembangan kecakapan hidup, wawasan lingkungan, living value dan pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual yang terintegrasi dalam pembelajaran.

11. Diterapkannya strategi pembelajaran active learning dengan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dalam proses belajar mengajar.

12. Melaksanakan program remedial dan pengayaan yang terprogram.

13. Guru berpendidikan minimal S1 dan memiliki keahlian sesuai dengan mata

pelajaran yang diajarkan dan memiliki kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial dan professional.

14. Guru mampu berprestasi di tingkat provinsi maupun tingkat nasional.

15. Meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang proses belajar mengajar, termasuk meningkatkan jumlah koleksi buku perpustakaan dan kelengkapan alat laboratorium.

16. Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang komprehensif.

17. Mampu mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien dan akuntabel sesuai prinsip MBS

18. Memiliki data base siswa terkomputerisasi yang lengkap dan terkini.

19. Memiliki tim Litbang untuk pengembangan sekolah yang lebih terarah dan komprehensif.

20. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga instansi usaha yang mendukung pengembangan keterampilan siswa.

3. Gambaran Umum Penerapan Penilaian Autentik di SMA IZADA

Penilaian autentik merupakan metode yang menekankan pada penilaian proses. Kemajuan siswa untuk kompetensi inti maupun kompetensi dasar yang ingin dimunculkan.

(45)

31

Kurikulum 2013 sangat membantu karena pedoman yang dibuat sangat detail dalam implementasi metode belajar Scientific approach.

Dengan sudah diterapkannya Kurikulum 2013 pada sekolah SMA

Gambar

Tabel 2.1 KI dan KD Kelas X ..........................................................................
Gambar 3.1 Situasi Sosial ................................................................................
Tabel 2.1 KI dan KD Kelas X
Gambar 3.1 Situasi Sosial (Social Situation)7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa di RSUD Sragen pada tahun 2008, usia ibu

menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan adalah praktis yaitu hasil lembar observasi keterlaksanaan pada saat proses pembelajaran dengan bahan ajar yang

PENDAMPINGAN PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (PSDSK) MELALUI SEKOLAH LAPANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG (SL-ASP) DI KALIMANTAN BARAT (2.. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM

Faktor penyebab penurunan muka tanah di Kota Semarang dilakukan per zona dimana ada 4 zona yang dibagi berdasarkan wilayah. Tiap - tiap zona diwakili oleh beberapa titik pengamatan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa story-reading memberikan beberapa pengaruh positif terhadap peningkatan kecerdasan linguistik yaitu : (1) anak usia dini

Dimaknai sebagai perbedaan yang bersifat sosial budaya dan merupakan nilai yang mengacu pada hubungan sosial yang memberikan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan

Guru menyampaikan penugasan yang dikerjakan di Google Classroom Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Tugas Kelas 7) dengan harapan peserta didik bisa

mengurutkan aktivitas dengan cara yang berbeda yang membuat pembelajaran terlihat lebih sistematis. 5) Mengganti, dengan cara mengganti materi yang sudah ada dengan