STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN GRIYA BANK
SYARIAH MANDIRI DALAM MENARIK MINAT
MASYARAKAT
(STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PONDOK INDAH)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
Hutri Daeng Mardeka NIM : 205046100612
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 September 2011
RATNAGNEP ATAK
Puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan
limpahan Rahmat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta umat-umatnya, yang Insya Allah kita
merupakan termasuk didalamnya.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis sangant menyadari bahwa dalam proses
tersebut tidaklah lepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suman, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M. Ag., selaku Pembimbing Akademik, Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
selaku Ketua Koordinator Program Non Reguler dan Kak Mufidah, Kak Syafi‘I selaku
staff Koordinator Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, atas waktu, perhatian,
kerjasama dan doanya selama proses bimbingan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
4. Saudari Rima Violeta selaku Coordinator CFE Bank Syariah Mandiri cabang Pondok
Indah, Ibu Fitri dan para pihak yang terkait di Kantor Bank Syariah Mandiri cabang
Pondok Indah yang telah banyak membantu dan menyediakan waktu serta data-data
primer dan sekunder kepada penulis dalam proses penelitian guna menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
5. Kepala beserta seluruh staf Perpustakaan Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas yang sangat membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua yang teramat sangat penulis cintai dan sayangi, yang terhormat Bapak
H. Rappotani Daeng Masenge dan Ibunda Hj. Martina Daeng Kira, dengan restu dan
doanya yang selalu mengiringi, menyertai dan mendampingi penulis dalam setiap
langkah sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.
7. Suami tercinta, yang tersayang Aditya Rachman yang telah dengan setia mendampingi
dan mendukung penulis dalam melalui tahap-tahap pembuatan skripsi sampai dengan
akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.
8. Ananda Kaila Ditria Rachman dan Ananda Fadhil Hukama Rachman yang ikut turut serta
mendukung dan membantu penulis dengan memberikan motivasi untuk segera
menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
9. Kakak-kakak Penulis yang tersayang, Kak Dewi, Mas Obi, Kak Item, Mba Aan, Kak
Ratna, Mas Eko, Kak Fitri, Mas Oji, Kak Yani, Mas Arif, yang juga telah mendukung
penulis dengan doa-doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
10.Keponakan-keponakan penulis yang tersayang, Salsa, Urba, Agna, Naylan, Farel,
11.Keluarga besar mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun angkatan 2005, khususnya program studi dan Konsentrasi Muamalat dan
Perbankan Syraiah. Khususnya anak-anak PS.B : Wiwie,Ayu,Sitrun, Wulan, Maria Ulfa,
Naila, Fatah dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12.Adik dan Kakak KelasMahasiswa/i khususnya yang turut bersama-sama penulis
melakukan tahap-tahap pembuatan skripsi, komprhe, sampai sidang, sehingga bisa lulus
bersama-sama.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikanan kontribusi positif
untuk pihak-pihak terkait dan rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum
khususnya program studi Muamalat dan konsentrasi Perbankan Syariah dan mahasiswa/i
Universigtas Islam Negeri Jakarta pada umumnya serta bagi seluruh mahasiswa/i seluruh
Indonesia.
Penulis sadar bahwa terdapat kekuranganan dalam penulisan skripsi ini karena
manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian pengantar dan ucapan terima kasih
penulis sampaikan. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis sampaikan banyak
terima kasih.
Jakarta, 22 September 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5
D. Kajian Terdahulu... 7
E. Kajian Pustaka... 7
F. Metode Penelitian... 10
G Sistematika Penulisan... 13
BAB II KONSEP KPR SYARIAH DAN PEMASARAN A. Kpr Syariah... 16
1. Pengertian KPR Syariah... 16
2. Dasar Hukum KPR Syariah... 17
3. Rukun dan Syarat KPR Syariah... 20
4. Akad Perjanjian KPR Syariah... 22
5. Manfaat KPR Syariah... 31
6. Mekanisme KPR Syariah... 32
B.Pemasaran... 33
2. Tujuan Dan Kegiatan Pemasaran... 37
3. Konsep Pemasaran ... 38
4. Nilai—Nilai Pemasaran Syariah... 41
5. Strategi Pemasaran... 42
6. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional.. 47
BAB III GAMBARAN UMUM PEMBIAYAAN GRIYA BSM A.Sejarah dan Perkembangan Pembiayaan Griya BSM... 50
B. Produk-Produk Inovatif Bank Syariah Mandiri... 54
C.Efesiensi Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Griya BSM... 56
D.Kemudahan Prosedur Pencairan dan Pengembalian Dana... 59
E. Transparansi Prosedur Persetujuan Calon Nasabah Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri... 61
BAB IV STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI A.Strategi Pemasaran Eksternal dan Internal Pembiayaan Griya BSM.... 62
B.Strategi Pemasaran Pembiayaan Griya BSM dengan Analisis SWOT... ... 89
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 97
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bank Syariah yang semakin banyak bermunculan akhir-akhir ini semakin mengundang
pertanyaan masyarakat akan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.Karena,banyak
segelintir masyarakat yang berpikiran bahwa bank syariah dengan bank konvensioal sama –
sama mengambil keuntungan dari nasabah yang hanya dibedakan dari nama system keuntungan
tersebut di ambil.Bank Konvensional menyebutnya dengan system bunga, dan Bank syariah
menyebutnya dengan Sistem Bagi Hasil.
Peranan bank syariah, pada umumnya, sama dengan perbankan konvensional, yaitu
sebagai perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan (surplus)
dana dengan pihak yang membutuhkan pembiayaan. Dengan peranan perbankan, termasuk juga
perbankan syari‘ah, kelebihan dana tersebut dapat didistribusikan kepada pihak yang
memerlukan pembiayaan dengan tujuan memperoleh kemanfaatan bagi kedua belah pihak.
Dalam konteks ini, yang membedakan antara perbankan syari‘ah dengan perbankan
konvensional adalah dalam hal distribusi keuntungan dan kerugian (transferability risk and
return). Bank-bank konvensional, disamping sebagai lembaga perantara antara pemilik dana
dengan dunia usaha, ternyata justru juga berperan sebagai penyekat antara pemilik dana dengan
dunia usaha karena karena tidak adanya transferability risk and return. Sedangkan bank syari‘ah
berperan sebagai manajer investasi, wakil atau pemegang amanat (custodian) atas investasi di
Perbedaan lain yang juga menonjol apabila diperhatikan dalam hal hubungan antara
pihak bank dengan investor. Konsep yang diterapkan oleh perbankan syari‘ah adalah mutual
investor relationship (hubungan yang saling menguntungkan/harmonis). Sedangkan dalam
perbankan konvensional konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dengan kreditur yang
antagonis (debtor to creditor relationship). Begitu pula perbedaan dalam mengambil
keuntungan, bank syariah menerapkan bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai pengganti dari
bunga yang diklaim haram.
Bank berdasarkan prinsip Syariah atau Bank Syariah atau Bank Islam, seperti halnya bank
konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermedasi (intermediary institution), yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.1
Pada tanggal 16 Juli 2008 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan yang
memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional dan diharapkan mendorong
perkembangan Bank Syariah yang selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh lebih dari 65% per
tahun namun pasarnya (market share) secara nasional masih dibawah 5%. Undang-undang ini
mengatur secara khusus mengenai Perbankan Syariah, baik secara kelembagaan maupun
kegiatan usaha. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU No. 21/2008, antara
lain yakni menyangkut pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela maupun wajib dan
Komite Perbankan Syariah.2
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia cukup menggembirakan. Per Desember 2008,
tercatat ada lima Bank Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah
Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, dan Bank Syariah Bukopin), 28 Unit Usaha Syariah (UUS)
1
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, cetakan III (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,2007) hal.1
2
dan 131 Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum
termasuk jaringan kantor Office Channeling yang jumlahnya hampir mencapai 1.500 (Desember
2008). Dari sisi aset, perkembangan Perbankan Syariah juga menggembirakan. Pada tahun 2002,
jumlah total aset Perbankan Syariah baru sekitar Rp 4 triliyun. Namun per Desember 2008,
asetnya sudah menjadi Rp 49,5 triliyun atau dalam enam tahun mengalami penambahan 10 kali
lipat.3
Berdasarkan data diatas,bank syariah semakin berlomba-lomba mengeluarkan
produk-produk dan jasa-jasa yang sesuai dengan syariat islam yang memberikan kemudahan dan
keuntungan bagi nasabahnya, salah satunya pembiayaan KPR Syariah Salah satu bank yang
mengeluarkan pembiayaan KPR Syariah ini adalah Bank Syariah Mandiri. Namun pembiayaan
KPR Syariah ini dalam Bank Syariah Mandiri dikenal dengan ―Pembiayaan Griya Bank Syariah
Mandiri‖. Pembiayaan ini hampir sama dengan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
milik bank konvensional. Namun Pembiayaan Griya BSM ini tentunya menggunakan
syariat-syariat islam dalam mewujudkan keinginan nasabah untuk memiliki rumah pribadi, ataupun
merenovasi rumah pribadi agar menjadi lebih nyaman untuk di huni dan tetap berada di jalan
Allah.
Namun, hingga kini untuk peminat Pembiayaan Griya BSM ini masih kurang, hal ini banyak
disebabkan kurangnya komunikasi antara Bank yang bersangkutan dengan masyarakat diluar
sana. Masih banyak masyarakat yang memilih menggunakan KPR dari bank konvensional,
begitu pula dengan aspek property yang sangat jarang menggunakan KPR Syariah sebagai
pilihan untuk konsumen membeli rumah secara kredit.
Dalam upaya meningkatkan Pembiayaan Griya BSM tersebut, tentunya perlu di adakan
strategi-strategi khusus agar banyaknya konsumen atau nasabah yang tertarik memilih
3
Pembiayaan Griya BSM ini sebagai jalan keluar atau perantara dalam membeli rumah atau
merenovasi rumah yang nyaman dan layak untuk di huni juga sesuai dengan syariat Islam. Maka
dari itu, penulis berusaha untuk mengkaji lebih lanjut tentang pembiayaan KPR Syariah di Bank
Syariah Mandiri yang di kenal dengan istilah ―Pembiayaan Griya BSM‖ dan bagaimana Strategi
pemasaran Bank Syariah Mandiri dalam menarik minat masyarakat, maka penulis mengajukan
sebuah skripsi yang berjudul : “STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN GRIYA BANK
SYARIAH MANDIRI DALAM MENARIK MINAT MASYARAKAT”. (Studi pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang
akan di bahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan.
Batasan yang dimaksud adalah masalah tentang strategi pemasaran Pembiayaan Griya BSM
dalam menarik minat masyarakat.
Atas dasar inilah, maka di cari jawaban atas masalah pokoknya yaitu strategi pemasaran
dalam menarik minat masyarakat memilih Pembiayaan Griya BSM. Untuk itu perlu
dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan Bank Syariah Mandiri baik secara internal
maupun eksternal untuk menarik minat masyarakat menggunakan Pembiayaan Griya
BSM?
2. Bagaimana Analisis SWOT pada Strategi Pemasaran Pembiayaan Griya Bank Syariah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan diatas, maka tujuan kajian skripsi ini secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi pemasaran Pembiayaan Griya BSM baik secara internal
maupun eksternal dalam menarik minat masyarakat
2. Untuk mengetahui analisis SWOT pada Strategi Pembiayaan Griya BSM.
Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diatas, diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat diperoleh manfaat dan kegunaannya antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Pembiayaan Griya
BSM ini karena penulis telah melakukan penelitian secara langsung ke Bank Syariah
Mandiri dan Masyarakat sekitar. Yang kemudian akan sangat berguna bagi penulis dalam
menggunakan ilmu yang telah di pelajarinya selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
dan mempraktekkannya di bank-bank Syariah yang membutuhkan lulusan Perbankan
Syariah ini untuk membangun Bank Syariah yang busa memenuhi semua keinginan
Masyarakat.
2. Bagi Praktisi, membantu untuk lebih meningkatkan pelayanan serta memperluas usaha ke
berbagai daerah dalam rangka melayani masyarakat serta dapat menentukan strategi yang
akan diambil dalam peningkatan pemasaran produk bank tersebut,
3. Bagi akademisi, sebagai tambahan informasi dan sebagai bahan perbandingan bagi
penelitian lain yang juga meneliti tentang strategi pemasaran lembaga keuangan syariah
serta produk-produknya yang sebelumnya lebih dahulu dikenal lembaga keuangan
4. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan, dalam hal ini dapat
memberikan masukan tentang perbedaan KPR Syariah dan KPR konvensional, serta
memperoleh pengetahuan tentang pembiayaan KPR Syariah yang merupakan salah satu
produk yang ada pada perbankan syariah.
D. Kajian Terdahulu
Selain dari kajian pustaka, peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan di Bank
Syariah Mandiri cabang Pondok Indah guna mengetahui lebih lanjut tentang beberapa
informasi mendasar yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dan hasil
penelitian tersebut lumayan membantu peneliti untuk awal menulis penelitian ini
E. Kajian Pustaka
N0 Nama / Judul Skripsi
/ Tahun
Isi Skripsi Beda Dengan Penulis
1 Rifka Silvia, NIM :
20304601757 /
Strategi Periklanan
Dalam Meningkatkan
Jumlah Penjualan
Produk KPR Syariah
dan Perluasan Pangsa
Pasar Pada PT. Bank
Isi skripsi ini lebih
menunjukkan pada
strategi periklanan
PT.Bank Tabungan
Negara ( PERSERO)
Kantor Cabang Syariah
dalam meningkatkan
penjualan Produk KPR
Penelitian yang dilakukan
penulis jelas berbeda
dengan skripsi Rifka Silvia
karena penulis dalam
penelitian skripsi ini lebih
menekankan kepada
Strategi Pemasaran yang
Tabungan Negara
(PERSERO) Kantor
Cabang Syariah/
2005-2006
Syariah dan Perluasan
Pangsa Pasarnya
Produk Pembiayaan Griya
BSM dalam menarik
Minat Masyarakat baik
Internal Maupun
Eksternal,dan factor
dominan yang
mempengaruhi
meningkatnya
Pembiayaan Griya BSM
ini.
2 Helmi Haris /
Pembiayaan
Kepemilikan Rumah
(Sebuah Inovasi
Pembiayaan
Perbankan Syariah) /
2007
Dalam Jurnal Helmi
Haris ini isina lebih
kepada Pembiayaan
Kepemilikan Rumah
secara umum yang di
miliki bank – bank
Syariah dan lebih
menekankan kepada
akad- akadnya juga
syarat- syarat dan
rukun-rukunnya. Lebih
ke Mekanisme Umum
Beda dengan yang penulis
tulis dalam Skripsi ini,
karena Penulis tidak
terlalu menekankan
kepada akad akad
pembiayaan Kepemilikan
Rumah ataupun
mekanismenya,
melainkan lebih
menekankan pada
Strategi Pemasaran yang
Pembiayaan
Kepemilikan Rumah
yang dimiliki Bank –
Bank Syariah saat ini
menarik minat
masyarakat memilih
Pembiayaan Griya BSM ini
, juga bagaimana dari segi
Masyarakat ang telah
menjadi nasabah
Pembiayaan Griya BSM
ini.
3 Ibnu Hanim / Strategi
Pemasaran
Pembiayaan
Musyarakah Dalam
Upaya Menarik Minat
Masyarakat (Studi
pada BMT Al-Fath
Pamulang) / 2006
Dalam Skripsi Ibnu
Hanim Ini, Beliau lebih
menekankan kepada
tingkat bagi hasil dan
seberapa besar nilai
pembiayaan yang di
berikan kepada
masyarakat dan
melihat hasil
perkembangan
Pembiayaan tersebut.
Skripsi Beliau berbeda
dengan yang Penuis buat
karena penulis lebih
menekankan Strategi
Pemasaran Eksternal
maupun Internal yang
dilakukan BSM dalam
menarik minat
masyarakat memilih
Pembiayaan Griya BSM
sebagai pilihannya
membantu membangun
rumah maupun membeli
F. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian
a. Penelitian Lapangan
Suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu
tempat yang di pilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi
di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.4
Dalam Penelitian ini Peneliti mendatangi langsung Bank Syariah Mandiri Cabang
Pondok Indah untuk mendapatkan keterangan dengan wawancara langsung pada
pihak Bank Syariah Mandiri.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Format desain deskriptif
kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif kuantitatif, karena itu
desain deskriptif kualitatif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kualitatif
semu. Artinya, desain ini belum benar-benar kualitatif karena bentuknya masih
dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang
diperoleh.5
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini pada dasarnya diambil dengan dua cara:
4
Ibid, hal.96 5
a. Primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama, dari individu seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan peneliti.6 Peneliti
dalam hal ini melakukan wawancara langsung kepada pihak Bank Syariah mandiri.
b. Sekunder, yaitu data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data primer yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer atau oleh pihak
lain.7 Peneliti mengambil data Sekunder dari para peneliti-peneliti terdahulu yang
telah melakukan penelitian lebih dahulu yang masih berhubungan dengan apa yang
peneliti teliti saat ini.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah Jakarta,
Komp. Ruko Pondok Indah Kav ll No. ll, Blok UA Jln. Taman Duta 1 Sektor ll, Jakarta
Selatan,12310. Telp.021.7662029, 7662030.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Metode observasi merupakan metode pengamatan yang didukung dengan
pengumpulan dan pencatatan data secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti.
6
Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal.16
7
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan agar pokok permasalahan yang ada
dapat diteliti secara langsung pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah
b. Interview
Metode interview adalah metode pencarian data dengan melakukan wawancara
yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan secara
langsung kepada seorang informan ataupun praktisi. Dalam Penelitian ini Peneliti akan
mengajukan Pertanyaan Wawancara langsung kepada Kepala Cabang Bank Syariah
Mandiri Cabang Pondok Indah.
c. Dokumentasi
Dalam sebuah penelitian lapangan dibutuhkan berbagai data sebagai dokumen
pendukung, sehingga metode dokumentasi sangat perlu untuk mencari data yang terkait
dengan berbagai hubungan atau variabel baik berupa buku-buku, catatan koran,
majalah, makalah dan lain sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat
terhadap hasil observasi dan interview.
6. Teknik Penulisan
Sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku
―Pedoman Penulisan Skripsi‖ Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2005.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih tersusun dan terarah serta memudahkan dalam pembahasan skripsi ini,
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Terdahulu, Metode Penelitian, Kajian
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menguraikan tentang teoritis, meliputi Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah, Dasar Hukum Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah,
Rukun dan Syarat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah, Hukum Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) Syariah dan Dampaknya, Akad Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah,
Manfaat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah, Mekanisme Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) Syariah, Pengertian Pemasaran, Tujuan Pemasaran, Konsep Pemasaran, Sistem
Pemasaran, Nilai-Nilai Pemasaran Syariah, Strategi Pemasaran, Perbandingan Pemasaran
Syariah dan Pemasaran Konvensional.
BAB III : GAMBARAN UMUM PEMBIAYAAN GRIYA BSM
Bab ini menguraikan tentang Sejarah dan Perkembangan Pembiayaan Griya
BSM, Produk-Produk Inovatif Bank Syariah Mandiri, Efesiensi Mekanisme Pengajuan
Pembiayaan Griya BSM, Kemudahan Prosedur Pencairan dan Pengembalian Dana,
Transparansi Prosedur Persetujuan Calon Nasabah Pembiayaan Griya BSM.
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang Konsep dan Strategi Pemasaran Eksternal Pembiayaan
mempengaruhi peningkatan jumlah nasabah Pembiayaan Griya BSM,dan prospek
Pembiayaan Griya BSM dengan Analisa SWOT.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini.
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dilihat dari uraian hasil penelitian dan saran-saran
BAB II
KONSEP KPR SYARIAH DAN PEMASARAN
A. KPR SYARIAH
1. Pengertian KPR Syariah
KPR Syariah merupakan salah satu produk pembiayaan Bank Syariah yang membiayai
kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas.
Nasabah dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah
selama masa perjanjian.
Dalam pandangan islam, KPR yang merupakan salah satu bentuk transaksi usaha yang
perlu di kritisi dari sudut pandang islam. Islam di turunkan oleh Allah SWT untuk segala urusan
di muka bumi. Penerapan aturan islam secara lengkap dapat memberikan petunjuk bagi manusia
untuk semua permasalahan yang terjadi.
Dalam bidang ekonomi, islam telah memberikan petunjuk bagi manusia dalam
melakukan berbagai aktifitas yang terkait di dalam cakupan ekonomi. Islam telah memberikan
arahan bahwa di dalam setiap aktivitas ekonomi, motivasi setiap individu tidak hanya motivasi
untuk hal yang bersifat duniawi, tetapi juga motivasi yang didasari petunjuk islam untuk urusan
akhirat.
2. Dasar Hukum KPR Syariah
a. Landasan Syariah
Prinsip dasar ekonomi konvensional yang berkembang saat ini, motivasi utama
sesungguhnya tidak terbatas. Banyak kegiatan ekonomi yang dilakukan hanya demi urusan
keuntungan duniawi semata. Hal-hal yang telah dilanggar oleh islam pun telah banyak
dilanggar, salah satunya penerapan riba, transaksi yang bersifat gharar, dan transaksi yang
penuh spekulasi (maysir).
Dalam perspektif islam, KPR syariah memiliki skema yang sangat berbeda dengan
KPR Konvensional. Dalam KPR Konvensional sangat jelas terlihat riba telah terjadi dalam
bunga rata-rata 10,5% pertahun untuk 3 bulan cicilan dan setelah melewati waktu 3 bulan,
bunga akan berubah meningkat maupun menurun tanpa bisa di prediksi, yang menurut islam
transaksi tersebut mengandung gharar,yaitu ketidakpastian yang berdampak kepada
terdzaliminya salah satu pihak. Hal tersebut jelas sangat berbeda dengan KPR Syariah, yang
tidak mengandung unsur riba dan gharar didalamnya.
1. Al-Quran
Riba telah dilarang di dalam Al-Quran secara jelas di dalam ayat-ayat sebagai berikut :
(QS Ali-Imran 3:130).
―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan‖.
Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa Riba
nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan
fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba
karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas,
padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat
ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
(QS.Al-Baqarah 2:276).
―Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa‖.
Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan
berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta
yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya. Maksudnya ialah
orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.
2. Hadist
لاق ع ها يضر رباج نع: ( ابرلا لكآ ملسو يلع ها ىلص للا لوسر نعل, ءاوس م :لاقو , يد اشو , بتاكو , لكومو ) ملسم اور
Jabir Radliyallaahu ‗anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‗alaihi wa Sallam melaknat pemakan
riba, pemberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: ―Mereka itu
sama.‖ (H.R. Muslim).
ام يب نم ت خ ناخا ءاف بحاص ام حا ن ي ملام نيك شلا ثلاثانا ىل اعت ها لاق .
Allah SWT telah berfirman (dalam hadits qudsinya) Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat terhadap temannya. Apabila salah
seorang diantara keduanya berkhianat, maka aku keluar dari perserikatan keduanya. (HR.Abu
Daud & Hakim)
Hadits diatas menggambarkan bahwa Allah akan menolong kemajuan perserikatan selama orang
yang berserikat itu tetap ikhas. Tetapi apabila timbul pengkhianatan diantara mereka, maka Allah
akan mencabut kemajuan perserikatan mereka.8
3. Rukun dan Syarat KPR Syariah
1) Rukun KPR Syariah secara umum adalah
- Pihak yang berakad : Penjual dan Pembeli
- Objek yang di akadkan : Barang diperjual belikan dan harga jual / keuntungan
- Akad/Sighat : Serah (ijab) dan Terima (Qabul)
2) Dengan mengacu pada skim murabahah, dapat disimpulkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam transaksi KPR Syari‘ah adalah sebagai berikut:
- Pihak bank harus memberitahukan biaya pembelian rumah kepada nasabah KPR
Syari‘ah.
- Kontrak transaksi KPR Syari‘ah ini haruslah sah.
- Kontrak tersebut harus terbebas dari riba
- Pihak bank syari‗ah harus memberikan kejelasan tentang rumah yang
dijadikan obyek transaksi KPR Syari‗ah.
8
- Penjual harus menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan proses perolehan barang
tersebut.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan oleh Majelis Ulama‘ Indonesia (MUI)
tentang aplikasi murabahah dalam perbankan syari‘ah, yaitu:
- Bank dan nasabah harus mengadakan akad murabahah yang bebas riba.
- Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syari‗at Islam.
- Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pemberian barang yang telah disepakati
kualitasnya.
- Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, bukan atas
nama pembeli atau nasabah dan pembelian ini harus sah dan bebas dari riba.
- Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya,
jika pembelian dilakukan secara hutang.
- Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pesanan) dengan harga
jual senilai harga perolehan (harga beli ditambah dengan pajak pertambahan nilai/
PPN, biaya angkut dan biaya lain yang terkait dengan pembelian) ditambah dengan
keuntungan. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
- Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
- Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
- Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang sendiri dari
pihak ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip milik bank
3) Syarat umum KPR Syariah adalah sebagai berikut :
- WNI
- Usia minimal 21 tahun
- Memiliki penghasilan yang dapat menjamin kelangsungan pembayaran kewajiban
- Tidak memiliki pembiayaan bermasalah dengan bank manapun
- Memiliki NPWP (Nomor Pajak Wajib Pajak)
4. Akad dan Perjanjian KPR Syariah
Dalam islam, pembiayaan untuk membantu masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan rumah pun bias menjadi prioritas dalam mewujudkan keadilan sehingga target
pasarnya pun tidak hanya orang-orang yang memenuhi criteria bank, tidak hanya orang yang
mampu saja yang berhak mendapatkan pinjaman, tetapi juga masyarakat yang tidak mampu pun
berhak untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan KPR Syariah ini.
Sebuah instrument pembiayaan perumahan syariah ini harus memenuhi akad atau
perjanjian yang sesuai dengan aturan syariah. Akad – akad tersebut adalah Ba‘I Bithaman Ajil,
Ijarah Muntahia Bittamlik, Istisna wal Istisna, dan akad Musyarakah Mutanaqisah. Keseluruhan
akad tersebut tidak mengandung riba, maysir dan gharar.
Bai‘ Bithaman Ajil (BBA) secara definisi terdiri dari tiga kata berbeda. Al-Bai‘
berarti jual, thaman berarti harga, dan ajil berarti menunda. Akad Bai‘ Thaman Ajil
merupakan akad transaksi jual beli, dengan melakukan penjualan pada tingkat
keuntungan yang disepakati, dengan pembayaran yang di tunda. Jadi, BBA bukan
merupakan transaksi pinjaman.9 Dengan kata lain, BBA merupakan akad murabahah
dengan pembayaran yang di tunda.
Pada akad BBA ini, pembiayaan syariah dilakukan untuk membantu memfasilitasi
masyarakat agar dapat memiliki rumah yang di inginkan sesuai kemampuan. Akad ini
merupakan akad jual beli,yaitu bank melakukan pembelian rumah terlebih dahulu, dan
menjualnya kepada konsumen dengan keuntungan yang disepakati. Apabila pembeli
rumah tidak memiliki kemampuan untuk membayar penuh, maka bank dapat
memberikan keringanan kepada pembeli rumah. Pembeli rumah berutang kepada bank
untuk nilai uang yang disepakati setelah pembelian rumah dilakukan. Dan dari pinjaman
ini, bank tidak diperbolehkan untuk mengambil riba berupa bunga dari pembeli rumah.
Transaksi BBA ini biasa kita kenal dengan transaksi jual beli murabahah.
Akad Bai‘ Thaman Ajil ini memiliki tahapan sebagai berikut :
1. Konsumen melakukan identifikasi dan memilih rumah yang akan dibeli
2. Bank membeli rumah dari penjual dengan cara tunai
3. Bank menjual rumah kepada konsumen dengan harga jual merupakan penjumlahan
harga beli di tambah besar keuntungan
9
4. Konsumen membayar rumah yang sudah di beli bank dengan cara mencicil.
Dari tahapan-tahapan tersebut, terdapat tiga kontrak perjanjian yang harus
dilakukan agar Bai‘ Bithaman Ajil ini dapat berjalan. Perjanjian pertama adalah
Perjanjian Pembelian Properti (PBP), perjanjian ini melibatkan bank dengan penjual
rumah. Perjanjian kedua adalah Perjanjian Penjualan Properti (PJP), perjanjian ini
melibatkan bank dengan konsumen yaitu Bank menjual rumah kepada konsumen pada
akad yang telah disepakati didalam akad Bai‘ Bithaman Ajil. Perjanjian yang terakhir
adalah Perjanjian Penjaminan (PP), yang melibatkan bank dengan konsumen dalam hal
penjaminan rumah. Konsumen menjaminkan rumahnya kepada bank sampai konsumen
menyelesaikan pembayarannya.
b. Akad Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Akad Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) ini merupakan akad sewa (ijarah) dari
suatu asset riil, yaitu pembeli menyewa rumah yang terlah di beli oleh bank, dan diakhiri
dengan perpindahan kepemilikan dari bank kepada pembeli rumah. Didalam IMBT ini
terdapat dua buah akad, yaitu akad jual-beli (Al-Bai‘) dan akad IMBT sendiri, yang
merupakan akad sewa menyewa yang di akhiri dengan perpindahan kepemilikan diakhir
masa sewa.10
Secara bahasa, IMBT memiliki arti dengan memecah dua kata didalamnya.
Pertama adalah kata al-ijaarah, yang berarti upah, yaitu suatu yang diberikan berupa upah
terhadap pekerjaan. Dan kata kedua adalah at-tamlik, secara bahasa memiliki makna yang
dapat menjadikan orang lain untuk memiliki sesuatu. Sedangkan menurut istilah,
10
tamlik bias berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bias
dengan imbalan atau tidak.11
Akad Ijarah Muntahia Bittamlik ini dikenal juga dengan Ijarah Wa Iqtinah, yaitu
rumah yang disewa telah disepakati di awal akan dibeli pada akhir masa sewa.
Pembayaran yang dilakukan setiap bulan adalah biaya sewa rumah tersebut di tambah
dengan harga rumah yang telah dibagi jangka waktu sewa yang disepakati. Harga rumah
tersebut diperoleh dari harga beli rumah dari bank kepada si penjual rumah, dikurangi
uang muka yang telah di bayar oleh pembeli rumah. Setelah jangka waktu sewa yang
disepakati selesai, bank harus melakukan transfer kepemilikan rumah kepada pembeli.
Akad Ijarah Muntahia Bittamlik ini memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Konsumen melakukan identifikasi dan memilih rumah yang akan dibeli
2. Bank membeli rumah dari penjual dengan cara tunai
3. Bank menyewakan rumah kepada konsumen dengan harga sewa dan jangka waktu
yang disepakati
4. Konsumen membayar harga sewa rumah setiap bulan di akhiri dengan membeli
rumah pada harga yang di sepakati di akhir masa sewa.
Dari tahapan-tahapan tersebut , terdapat tiga kontrak yang harus dilakukan.
Kontrak pertama adalah kontrak antara bank dengan penjual rumah yang mencakup
proses jual-beli rumah dari penjual rumah kepada bank. Kontrak ini diatur di dalam suatu
Perjanjian Pembelian Properti (PBP). Kontrak kedua adalah Perjanjian Sewa Menyewa
11
(PSM), yaitu perjanjian yang melibatkan bank dengan konsumen, yaitu bank
menyewakan rumah kepada konsumen dengan biaya sewa per bulan dan jangka waktu
sewa disepakati dalam kontrak ini. Dan perjanjian terakhir adalah Perjanjian Jual Properti
(PJP), yaitu bank menjual rumah yang disewakan tersebut kepada konsumen setelah masa
sewa yang disepakati di awal berakhir.
c. Akad Istisna wal Istisna
Akad yang ketiga adalah akad istisna yang merupakan salah satu pilihan bagi
produk KPR. Akad istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan permbuatan
barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
dan penjual.12 Pembayaran yang harus dibayarkan pun dapat dilakukan dengan cara
cicilan. Akad istisna ini merupakann akad jual beli yang berbeda dengan murabahah yang
penyerahan barangnya dilakukan pada awal kontrak dilakukan, sementara pada akad
istisna, penyerahan barang dilakukan di akhir periode pembiayaan. Hal ini karena rumah
yang dipesan belum dibangun sehingga pada saat kontrak, bentuk rumah beserta
komponennya perlu disetujui dengan sangat rinci agar di bangun sesuai dengan harga
yang disepakati.
Akad Istisna wal Istisna merupakan gabungan dua akad istisna dalam suatu proses
transaksi. Akad istisna wal istisna ini dapat diterapkan dalam kasus pembiayaan
perumahan.13
Tahapan dari akad Istisna wal Istisna adalah sebagai berikut :
12
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan,(Edisi Ketiga: Rajagrafindo Persada,2006) hal.126
13
1. Konsumen melakukan identifikasi serta memilih lokasi tanah dan menentukan desain
bangunan rumah yang diinginkan
2. Bank melakukan pemesanan untuk membangun rumah kepada developer dengan cara
melakukan pembayaran bertahap sampai rumah selesai dibangun
3. Bank menjual jasa pembangunan rumah dengan mengambil keuntungan dari harga
beli kepada developer
4. Konsumen melakukan pemesanan untuk membangun rumah kepada bank dengan
cara melakukan pembayaran bertahap sampai rumah selesai dibangun.
Dari tahapan- tahapan tersebut, terdapat dua kontrak perjanjian yang harus
dilakukan agar akad Istisna wal Istisna ini dapat berjalan, Perjanjia pertama adalah
Perjanjian antara bank dengan developer untuk memesan rumah yang harus dibangun
terlebih dahulu sesuai pesanan dengan pembayaran bertahap yang diakhiri dengan
perpindahan kepemilikan dari developer kepada Bank. Perjanjian kedua adalah perjanjian
antara bank dengan konsumen, yaitu konsumen memesan rumah yang harus dibangun
terlebih dahulu. Bank akan melakukan pembangunan rumahnya dan konsumen
melakukan pembayaran bertahap yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan dari
bank kepada konsumen.
d. Akad Musyarakah Mutanaqisah
Akad Musyarakah merupakan suatu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk memiliki rumah, dengan membagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan
Mutanaqisah adalah akad yang terbentuk karena adanya kerja sama antara bank dengan
pembeli rumah yang berbagi hak kepemilikann akan sebuah rumah yang diikuti dengan
pembayaran kepemilikan setiap bulannya dan perpindahan kepemilikan sesuai dengan
proporsi yang sudah dibayarkan. Dengan demikian akad ini dikatakan sebagai sebuah
akad dengan konsep kemitraan berkurang.14
Akad Musyarakat Mutanaqisah ini memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Konsumen melakukan identifikasi serta memilih rumah yang diinginkan
2. Konsumen bersama-sama dengan bank melakukan kerja sama kemitraan kepemilikan
rumah sehingga bank dan konsumen sama-sama memiliki rumah dengan proporsi
investasi yang dikeluarkan
3. Konsumen membayar biaya sewa perbulan dan dibayarkan ke bank sesuai dengan
proporsi kepemilikan
4. Konsumen pun melakukan pembayaran kepada bank ataskepemilikan atas rumah
yang dimiliki oleh bank.
Dari tahapan-tahapan tersebut, akad Musyarakah Mutanaqisah memiliki dua
kontrak perjanjian yang harus dilakukan agar akad ini dapat berjalan, perjanjian pertama
adalah perjanjian kemitraan antara bank dengan konsumen untuk bersama-sama memiliki
sebuah rumah. Dan secara bertahap, konsumen akan membayarkan sejumlah dana yang
disepakati untuk membeli status kepemilikan rumah yang dimiliki oleh bank. Perjanjian
yang kedua adalah perjanjian sewa menyewa (ijarah), yaitu konsumen membayar biaya
14
sewa setiap bulannya kepada pemilik rumah. Karena pemilik rumahnya adalah bank dan
konsumen, maka uang sewa tersebut dibagi sesuai proporsi kepemilikan rumah tersebut.
Dan aktifitas ini dilakukan sampai konsumen memiliki proporsi kepemilikan sebesar
seratus persen.
5. Manfaat KPR Syariah
a. Bagi Nasabah
Nasabah dapat memperoleh manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Nasabah tidak perlu memiliki dana besar untuk memiliki rumah. Karena rumah
merupakan asset yang bernilai tinggi dan tidak semua orang mudah menbeli dan
memiliki rumah. Dengan adanya pembiayaan KPR Syariah ini akan memudahkan
masyarakat untuk memiliki rumah, asalkan lulus syarat-syarat KPR Syariah tersebut.
2. Nasabah dapat memiliki rumah dengan mencicil seharga rumah yang di minati tanpa
ada hitungan bunga dan ketidak jelasan cicilan yang berubah-ubah. Pada KPR
Syariah ini, nasabah hanya membayar cicilan sesuai dengan nilai rumah di tambah
keuntungan untuk bank di bagi berapa lama nasabah mencicil, dan cicilan itu bersifat
tetap, sehingga tidak ada yang di rugikan.
3. Nasabah bisa langsung menempati bahkan menyewakan rumah yang di cicilnya
4. Nasabah bisa mencicil rumah selain untuk di tempati, bisa untuk di jadikan investasi.
Karena rumah memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga memberikan keuntungan
yang cukup besar.
b. Bagi Bank
Bank dapat memperoleh manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Bank dapat memprediksi keuntungan yang di dapat dalam jangka waktu yang sudah
disepakati dan keuntungan yang juga sudah disepakati kedua belah pihak
2. Bank dapat memberikan pembiayaan ke semua kalangan sehingga keutungan yang
didapat semakin banyak.
3. Bank dapat memiliki nasabah yang semakin banyak dalam menggunakan jasa
ataupun produk bank Syariah Mandiri
6. Mekanisme KPR Syariah
a. Syarat
Persyaratan bagi nasabah yang ingin mengajukan permohonan Pembiayaan Griya BSM
antara lain:
1) WNI cakap hukum
2) Usia minimal 21 Tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan
3) Maksimum pembiayaan 70% dari harga beli rumah
4) Besar angsuran tidak melebihi 40% dari penghasilan bulanan bersih
b. Tahap analisa permohonan KPR Syariah
d. Tahap pencairan dana dan pengembalian dana
B. PEMASARAN 1. Pengertian Pemasaran
Menurut Indriyo pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan
agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar.15 Menurut Basu
Swastha dan Ibnu Sukotjo pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.16
Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan
distribusi sejumlah ide, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan
tujuan individu dan organisasi.17 Pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai (product of value) dengan
orang atau kelompok lain. Definisi ini bedasarkan konsep-konsep berikut ini: kebutuhan,
keinginan, dan permintaan; produk; nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan; pasar serta pemasaran dan pemasar.18
Asosiasi pemasaran Amerika memberikan definisi formal yaitu pemasaran adalah suatu
fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan
15
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal.1 16
Basu Swastha DH dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, edisi III, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998), hal.179
17
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl McDaniel, Marketing, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.6 18
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamya.19 Menurut pendapat Philip Khotler
menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.20
Kotler dan AB Susanto memberikan definisi pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.21
Swasta dan Irawan menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan – kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan , menentukan harga,
mempromosikan dan mendisribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik
pada pembeli yang ada maupun pada pembeli yang potensial.22
Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang
merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan
dalam rangka memberikan keputusan yang optimal kepada pelanggan.23 Dari pengertian tersebut
diatas dapat diuraikan bahwa pemasaran merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa. Untuk mengetahui kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka setiap perusahaan perlu melakukan riset pemasaran, karena dengan
19
Philip Kotler, Marketing Management, (New Jarsey: Prentice Hall, 2000), hal. 8 20
Philip Kotler, Manajemen pemasaran,edisi Milenium I, Jilid ke satu,(Jakarta: Pehallindo 2002), hal 9 21
Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia, (Jakarta: Salemba empat, 2000), hal.7
22
Basu Swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty,1998), hal.5
23
melakukan riset pemasaran inilah bisa diketahui keinginan dan kebutuhan konsumen yang
sebenarnya.24
Dalam syariah marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata,
namun turut pula berorientasi pada tujuan lainnya yaitu keberkahan. Perpaduan konsep
keuntungan dan keberkahan ini melahirkan konsep maslahah, yaitu suatu perusahaan syariah
akan berorientasi pada pencapaian maslahah yang optimal. Konsep keberkahan bagi sebagian
pihak merupakan konsep yang abstrak karena secara keilmuan tidak dapat dibuktikan secara
ilmiah, namun inilah salah satu konsep inti dari pada syariah marketing yang menjadi landasan
pada suatu perusahaan berorientasi syariah.25
Pemasaran syariah sendiri menurut definisi adalah penerapan suatu disiplin bisnis strategi
yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah. Jadi pemasaran syariah dijalankan berdasarkan
konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Menurut Hermawan Kertajaya,
nilai inti dari pemasaran syariah adalah integritas dan transparansi, sehingga marketer tidak
boleh bohong dan orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan,
bukan karena diskonnya atau iming-iming hadiah belaka.26
Semua definisi diatas, maka secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran bukan hanya merupakan kegiatan menjual saja, melainkan suatu proses atau
rangkaian kegiatan yang terus-menerus dan terpadu, yaitu mulai dari kegiatan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen, menentukan
harga yang sesuai, menentukan cara promosi yang efektif, sampai dengan kegiatan menyalurkan
barang dan jasa tersebut kepada konsumen.
24
Kasmir, Pemasaran Bank, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.53 25
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: CV Alfabeta,2010), hal.19 26
2. Tujuan Dan Kegiatan Pemasaran
Tujuan dari setiap pemasaran ialah untuk meraih calon-calon pembeli agar membeli produk atau
jasa secara memadai, agar penjual mendapatkan keuntungan yang layak serta menimbulkan
kepuasan bagi konsumen.27
Dalam praktiknya tujuan suatu perusahaan dapat bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka pendek biasanya hanya bersifat sementara dan juga dilakukan sebagai
langkah untuk mencapai tujuan jangka panjang. Demikian pula dalam hal menjalankan kegiatan
pemasaran suatu perusahaan memiliki banyak kepentingan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Secara umum tujuan pemasaran bank adalah untuk:28
1). Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi,
sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secar
berulang-ulang.
2). Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah.
Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini
akan ditularkan kepada nasabah lainnya melalui ceritannya.
3). Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis
produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.
4). Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan
menciptakan iklim yang efesien.
27
Firdaus, Kewirausahaan Santri, (Jakarta: PT. Citrayudha Alamanda Perdana, 2000), hal.81 28
3. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah sederhana dan secara intiusi merupakan filosofi yang menarik.
Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu
organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan
sasaran perusahaan.29
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan.30 Menurut Kotler konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tesebut harus menjadi lebih efektif
dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.31
Konsep inti dari kegiatan pemasaran sesuai syariah ialah:32
a. Kebutuhan, keinginan dan permintaan
Sifat dari kebutuhan adalah sunatullah, artinya sudah built-in dalam setiap diri manusia.
Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian
individual. Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli. Keinginan dapat
berubah menjadi permintaan bilamana disertai dengan daya beli.
b. Produk (jasa dan barang)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
dimilki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan.
29
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair dan Carl McDaniel, Marketing, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.8 30 Basu Swastha DH dan Ibnu Sukotjo W, Pengantar Bisnis Modern, Edisi III, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998) hal.181
31
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Millenium, (Jakarta: PT Indeks, 2004), hal.22 32
Produk yang dijual pada industri perbankan adalah produk yang sifatnya jasa, sehingga pemasar
harus mampu melakukan inovasi pemasaran yang cocok untuk pemasaran jasa.
c. Nilai, Biaya dan Kepuasan
Nilai dapat didefenisikan sebagai perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena
memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut. Nilai
disini ada yang diartikan sebagai nilai nominal, yaitu harga dari produk tersebut.
d. Pertukaran, transaksi dan hubungan
Pertukaran yang merupakan konsep inti dari pemasaran, mencakup perolehan produk
yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Sifat pertukaran
merupakan sifat sunatullah dari manusia, terlihat dari bentuk pertukaran yang dilakukan mulai
dari barter –pertukaran barang dengan barang- sampai dengan pertukaran barang dengan uang
yang kita lakukan saat ini dalam transaksi sehari-hari.
e. Pasar
Konsep pertukaran mengarah ke suatu pasar, dimana pasar adalah perangkat pembeli
yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Untuk mencapai pasar sasaran, ada tiga jenis
saluran pemasaran yang dapat digunakan, yaitu saluran komunikasi, saluran distribusi dan
saluran jasa.
f. Pemasaran, Pemasar dan Prospek
Pemasaran berarti mengelola pasar untuk menghasilkan pertukaran dengan tujuan
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah pihak yang memasarkan atau
tersebut. Sementara prospek adalah pihak yang merupakan target pasar potensial dari produk
yang ditawarkan oleh pemasar.
Pada dasarnya pengertian konsep pemasaran mempunyai pemasaran dengan konsep
pemasaran bank. Konsep pemasaran (produksi) berorientasi pada kebutuhan konsumen,
sedangkan konsep pemasaran berorientasi pada konsumen (nasabah). Konsep pemasaran bank
mengandung arti:33
a. Mempunyai falsafah yang mantap dan bertanggung jawab
b. Berorientasi pada nasabah di satu pihak
c. Menguntungkan perusahaan di lain pihak
Menurut Kotler, konsep bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari empat P(4P),
yaitu :34
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
3. Place (Tempat)
4. Promotion (Promosi)
Sedangkan Boom dan Bitner menambah dalam bisnis dan jasa, bauran pemasaran
disamping 4P seperti yang dikemukakan diatas, ada tambahan dengan 3P,yaitu :35
1. People (Orang), yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan
mempengaruhi persepsi pembeli, nama, pribdi pelanggan dan pelanggan-pelanggan lain
yang ada dalam lingkungan pelayanan.
33
Ibid, hal.11 34
Kasmir, Pemasaran Bank Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana,2008), hal.119 35
2. Physical evidence (bukti fisik), adalahh terdiri dari adanya logo atau simbol perusahaan,
moto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan, kartu nama, dan jaminan
perusahaan.
3. Process (Proses), merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa, proses
aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan atau kompleksitas prosedur kerja yang ada di
bank yang bersangkutan.
4. Nilai—Nilai Pemasaran Syariah
Ada beberapa nilai-nilai dalam pemasaran syariah yang mengambil konsep dari
keteladanan sifat Rasulullah SAW, yaitu:36
a. Ishiddiq, artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan
berdasarkan ajaran Islam.
b. Fathanah, berarti mengenai, memahami, dan menghayati secara mendalam segala hal yang
terjadi dalam tugas dan kewajiban.
c. Amanah, memiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban.
d. Tabligh, artinya mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam setiap gerak aktivitas ekonomi yang
dilakukan sehari-hari.
e. Istiqamah, artinya konsisten. Hal ini memberikan makna seorang pemasar syariah dalam
praktik pemasarannya selalu istiqomah dalam penerapan aturan syariah.
36
5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar yang
dijadikan target oleh seorang pengusaha.37 Strategi pemasaran adalah kegiatan menyeleksi dan
penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu bauran
pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar yang dituju.38
Distribusi kadang kala dihubungkan dengan tempat, sehingga memberikan kita 4P dari
bauran pemasaran: Produk (product), tempat (place), promosi (promotion), dan harga (price).
Seorang manajer pemasaran dapat mengontrol tiap komponen dari bauran pemasaran, tetapi
strategi untuk keempat komponen tersebut harus dipadukan untuk mencapai hasil yang optimal.39
a. Strategi Produk, biasanya bauran pemasaran di mulai dari produk ―P‖. Inti dari bauran
pemasaran, yang merupakan langkah awalnya, adalah penawaran produk dan strategi produk.
Sangat sulit untuk mendesain suatu strategi distribusi, memutuskan kampanye promosi, atau
menentukan harga tanpa mengenali produk yang akan dipasarkan.
b. Strategi Distribusi, berkaitan dengan upaya membuat produk tersedia kapan dan dimana konsumen membutuhkannya. Tujuan dari distribusi adalah untuk memastikan bahwa produk tiba
dalam kondisi layak pakai pada tempat yang ditujukan pada saat diperlukan.
c. Strategi Promosi, promosi terdiri dari penjualan perseorangan, periklanan, promosi penjualan, dan humas. Peran promosi dalam bauran promosi adalah menghasilkan pertukaran
yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju melalui penyampaian, informasi mendidik,
membujuk, atau mengingatkan mereka akan manfaat suatu organisasi atau suatu produk .
37
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal.124 38
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair dan Carl McDaniel, Marketing, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.54 39
d. Staregi Harga, harga adalah apa yang harus diberikan oleh pembeli untuk mendapatkan suatu produk. Harga sering merupakan elemen yang paling fleksibel diantara keempat elemen
bauran pemasaran –yaitu elemen yang paling cepat berubah.
Strategi dalam marketing bertujuan untuk mencari atau menciptakan kondisi paling
menguntungkan untuk menjual produk. Beberapa komponen dalam strategi marketing antara
lain:40
a. Menentukan segmen pasar, yaitu menentukan siapa yang paling mungkin dan memastikan menjadi pangsa pasar dari produk yang kita jual.
b. Menetapkan target penjualan, yaitu merencanakan berapa jumlah produk yang paling optimal masuk ke segmen pasar.
c. Memberikan pemahaman pasar terhadap produk, yaitu upaya agar sedapat mungkin keunggulan produk kita mampu membentuk imej di masyarakat, sehingga produk kita mudah
dikenal dan dikenang.
Ada beberapa taktik yang sering dijadikan acuan untuk keberhasilan marketing:41
1) Berani tampil beda terhadap pesaing, membuat konsumen memilih produk kita.
2) Menghasilkan mutu yang terbaik, artinya produk yang dihasilkan benar-benar
memenuhi standar selera pasar.
3) Penetapan harga yang pas, yaitu menetapkan haraga setara dengan kualitas yang barang
dijaminkan.
4) Melakukan promosi, yaitu upaya menyebarkan informasi, agar produk kita dikenal lebih
luas.
40
Firdaus, Kewirausahaan Santri, (Jakarta: PT. Citrayudha Alamanda Perdana, 2000), hal.83 41
Dalam praktiknya strategi pertumbuhan memiliki dua dimensi waktu, yaitu strategi
pertumbuhan saat ini dan strategi pertumbuhan untuk pasar baru. Strategi pertumbuhan pasar
saat ini meliputi hal-hal sebagai berikut:42
d. Stategi Penetrasi Pasar (market penetration strategy), ada tiga pendekatan utama untuk meningkatkan pangsa pasar produk yang ada dalam pasar yang relevan.
e. Strategi Pengembangan Pasar, pertama, Musicale dapat mencari kelompok pemakai potensial dalam daerah pemasarannya yang minatnya dapat dirangsang. Kedua, perusahaan
mungkin mencari saluran distribusi tambahan di lokasinya sekarang.
f. Strategi Pengembangan Produk, selain strategi penetrasi dan strategi pengembangan pasar, manajemen harus mempertimbangkan kemungkinan pada produk baru.
Kemudian strategi pertumbuhan untuk pasar baru, maksudnya pasar yang akan dimasuki
benar-benar baru dan belum pernah dimasuki sebelumnya. Strategi pertumbuhan pasar baru
meliputi 3 macam, yaitu:43
a. Pengembangan Pasar (market development strategy), yaitu strategi menawarkan produk yang sudah ada kepada pasar yang baru. Strategi ini dilakukan apabila pasar yang ada
sudah mengalami stagnan, dimana tingkat persaingan yang demikian tinggi dan sulit untuk
ditembus.
b. Strategi Ekspansi Pasar (market exspansion strategy), yaitu strategi yang dilakukan dengan cara memasuki wilayah atau geografi baru.ekspansi dapat dilakukan secara lokal maupun
secara internasional, seperti multinasional, regional atau global.
42
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, (New Jersey: Prentice Hall,1997), hal.70
43
c. Diversifikasi (diversification strategy), strategi yang dilakukan dengan mengembangkan produk baru untuk memenuhi pasar yang juga masih baru. Strategi ini dilakukan jika pada saat
ini tidak ada lagi peluang untuk pertumbuhan produk pada pasar saat ini.
Kemudian mengembangkan strategi selanjutnya, yaitu strategi konsolidasi yang meliputi
tiga macam:44
1). Strategi Penciutan (retrenchment strategy), merupakan strategi yang dilakukan dengan cara menarik diri terhadap produk-produk yang gagal atau lemah dipasar dan
memelihara serta memfokuskan kepada produk yang lebih memiliki prospek.
2). Strategi Pemangkasan (pruning strategy), merupakan strategi dengan cara mengurangi jumlah produk yang ditawarkan saat ini dalam suatu pasar yang ada. Strategi
ini dilakukan jika suatu produk memiliki segmen yang terlalu kecil dan mahal untuk
dilayani, sementara itu pesaing baru terus masuk ke segmen yang sama, sehingga turut
memperkecil segmen yang ada.
3). Strategi Divestasi (divesment strategy), merupakan strategi dengan cara menjual sebagian bisnis perusahaan kepada perusahaan lainnya untuk menutup unit usaha tertentu
yang dirasakan tidak lagi memiliki prospek.
6. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional
Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan pemasaran
konvensional.45
44
Ibid, hal.74 45
a. Konsep dan Filosofi Dasar
Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional adalah dari
filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran konvensional merupakan pemasaran yang bebas
nilai dan tidak mendasarkan keTuhanan dalam setiap aktivitas pemasarnnya. Dalam pemasaran
syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam setiap aktivitas pemasarannya ia
selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia pun akan sangat berhati-hati dalam memasarkan
produk yang dijualnya.
b. Etika Pemasar
Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan pemasaran
kepada calon konsumennya. Seorang pemasar syariah akan secara jujur menceritakan kelebihan
serta kekurangan produk yang ditawrkannya. Apabila dibandingkan dengan pemasaran
konvensional yang cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala
macam cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan car-cara yang tidak dibenarkan
oleh syariat.
c. Pendekatan Terhadap Konsumen
Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik
perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk pada posisi yang
sama. Perusahaan tidak menganggap konsu