• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui differentlated teaching

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui differentlated teaching"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Denden P. Sidik NIM: 104017000541

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Denden P. Sidik (104017000541), “Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Melalui Differentiated Teaching” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dalam suatu kelas yang memiliki kemampuan beragam, serta untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dari berbagai tingkat kemampuan. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas (PTK) yang berlangsung selama dua siklus. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian strategi instruksional Differentiated teaching yang digunakan adalah Cooperative learning, dimana subjek penelitian dikelompokan secara heterogen. Pengumpulan data aktivitas belajar matematika siswa menggunakan instrumen aktivitas belajar matematika siswa, catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan wawancara terhadap subjek penelitian. Sedangkan pengukuran hasil belajar matematika siswa menggunakan instrumen tes formatif akhir siklus.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa.

Kata kunci: Differentiated teaching, aktivitas belajar matematika.

(5)

iv

Denden P. Sidik (104017000541), “Improving Students’ Learning Mathematics Activities through Differentiated Teaching” a Paper of Mathematics Education Departement Faculty of Tarbiya and Teaching Science, ‘Syarif Hidayatullah’ State Islamic University Jakarta, September 2010.

The purpose of this research are to find a solution in increasing student mathematics learning activities in a diversity classroom, and to increase student mathematics learning outcome in various level. The research have been done October until December 2009 at Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta school year 2009/2010.

The methodology of this research was classroom action research (CAR) have been done for two cycles. Instructional strategy used in Differentiated teaching

was Cooperative learning, where research subject grouped heterogeneously. The collecting student mathematics learning activities data used mathematics learning activities instrument, observation note of mathematics learning activities, and interview research subject. While measuring student mathematics learning outcome used formative test instrument.

The result research reveals that in Differentiated teaching model with

Cooperative learning instruction strategy could improve student mathematics learning activities and student mathematics learning outcome.

(6)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap siswa merupakan individu unik yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Ketika para siswa bersekolah dan ditempatkan pada kelas yang sama, tidak dapat dipungkiri bahwa akan timbul berbagai keragaman karakteristik yang terjadi diantara siswa, baik itu keragaman latar belakang, minat, gaya belajar, ataupun keragaman kemampuan siswa dalam menyerap informasi materi pelajaran.

Keragaman yang terjadi dalam suatu kelas merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari bagi guru sebagai fasilitator pembelajaran, terlebih dalam memutuskan strategi apa yang harus digunakan dalam pembelajaran bagi siswanya. Seiring dengan berkembangnya zaman, guru masa kini dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran. Tujuannya adalah agar pembelajaran yang dihasilkan berlangsung efektif,

memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan memaksimalkan potensi belajar siswa. “Guru merupakan fasilitator pembelajaran yang membimbing penelusuran siswa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memperluas pemahaman mereka, dan mendorong siswa untuk menyampaikan pemikiran mereka itu.”1 Pernyataan tersebut mengisyaratkan sebuah tantangan yang harus dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran, terlebih subjek pembelajarannya adalah siswa yang memiliki kemampuan beragam. Hanya mengandalkan kegiatan pembelajaran yang seragam bukanlah merupakan pilihan yang tepat yang harus dipilih guru dalam menghadapi siswanya yang memiliki kemampuan beragam.

“Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian peserta didik perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini

1

(7)

membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional.”2 Pernyataan tersebut merupakan salah satu alasan bahwa matematika merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap siswa sekolah dasar maupun menengah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN), sehingga turut berpengaruh dalam kelulusan siswa di satuan pendidikannya. Ironisnya, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian siswa. Tidak sedikit siswa yang menyatakan bahwa matematika merupakan mata pelajaran sulit dan susah untuk dipahami. Terlontarnya pernyataan negatif siswa tentang matematika mencerminkan sikap penolakan siswa terhadap matematika. Jika sikapnya saja menolak, maka dapat kita prediksikan prestasi belajar matematikanya pun akan rendah. Hal ini merupakan masalah bagi guru matematika dalam menyampaikan ilmu

matematika.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh banyak faktor yang menentukan. Guru disinyalir menjadi salah satu faktor dari sebab tersebut. Misalnya, guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika kurang memberikan makna dalam kehidupan siswa, akibatnya siswa menganggap matematika sebagai pelajaran abstrak yang sulit untuk dipahami, dan tidak ada kaitan dengan kehidupannya. Guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika hanya berorientasi pada latihan/pembahasan soal bukan pada proses pengembangan konsep matematika. Indikatornya jika ada siswa yang dapat mengerjakan latihan soal maka dianggap pembelajaran yang dilakukannya telah berhasil.

Faktor lain dari masalah tersebut adalah strategi pembelajaran matematika yang digunakan guru membosankan bagi siswa. Guru kurang kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran, seringkali pembelajaran tradisional yang menjadi pilihan guru dalam pembelajaran. “Pembelajaran tradisional

2

(8)

mengakibatkan siswa tumbuh dan berkembang menjadi kurang kreatif.”3 Guru merupakan pengendali dari aktivitas siswa dalam belajarnya.

Senada dengan pendapatnya Subekti bahwa “... Proses pembelajaran saat ini kebanyakan masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, upaya guru kearah peningkatan kualitas proses belajar mengajar belum optimal, metode, dan pendekatan dan evaluasi yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah.”4

“Pembelajaran matematika di Indonesia selama ini masih berpusat pada guru. Banyak guru dalam kegiatan mengajar belajar matematika di kelas kurang menekankan pada aspek kemampuan siswa dalam menemukan kembali konsep-konsep dan struktur-struktur matematika berdasar pengalaman siswa sendiri.” Pada bagian lain dalam Rochmad, Ratumanan berpendapat bahwa “... Pembelajaran matematika di Indonesia bersifat behavioristik dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan, kurang memperhatikan aktivitas aktif siswa, interaksi siswa, negosiasi makna, dan konstruksi pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika beracuan behaviorisme berorientasi pada hasil dan latihan yang diberikan berbasis tujuan. Perancang pembelajaran matematika beracuan behaviorisme mendefinisikan pembelajaran dalam tujuan-tujuan yang berupa tingkah laku dan ukuran penampilan tingkah laku.”5

Keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Melibatkan siswa secara maksimal dalam aktivitas pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan aktivitas belajar pula, siswa dapat terkembangkan potensi belajarnya. Guru yang baik semestinya memprioritaskan aspek keaktifan siswanya dalam belajar. Guru dituntut untuk dapat memancing dan marangsang siswanya aktif dalam pembelajaran. Jadi, selama pembelajaran aktivitas siswa tidak hanya sebatas memperhatikan dan mendengarkan saja, tetapi juga mengemukakan pendapat, menganalisis, menyimpulkan, dan manaruh minat yang tinggi terhadap belajarnya.

3

Kadir, Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open Ended, dalam Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.1 No.1, (Jakarta: CeMED, 2006), h. 3.

4

Kadir, Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open Ended, … , h. 3. 5

(9)

Masalahnya adalah dalam setiap kali pembelajaran matematika, siswa datang ke kelas dan siap menerima materi yang akan disampaikan oleh guru. Guru kurang mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Akibatnya aktivitas siswa terbatas hanya mendengarkan, mencatat, latihan soal, dan cenderung menuruti doktrin dari gurunya. Siswa dianggap sebagai objek pasif yang tidak memiliki dasar pengetahuan apa-apa atas materi yang disampaikan, sehinga materi dirasa asing bagi siswa. Siswa kurang dilibatkan secara maksimal dalam aktivitas pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa cenderung pasif, akibatnya pembelajaran yang terjadi adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya. Berangkat dari masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk mengatasi dan memecahkan permasalahan tersebut. Masalah tentang siswa dengan kemampuan beragamnya dan bagaimana meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, penulis menduga salah satu solusinyanya adalah dengan menggunakan

Differentiated teaching dalam pembelajaran matematika. Differentiated teaching

(mendiferensiasikan pengajaran) adalah praktik mengadaptasikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswa tertentu. Berikut adalah ciri-ciri

Differentiated teaching:

• Perhatian yang cermat terhadap perbedaan-perbedaan siswa.

• Memodifikasi isi (content), proses, dan produk pembelajaran berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.

• Kegiatan-kegiatan yang dibedakan dan meragamkan tugas-tugas yang

disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa yang beragam.

• Kegiatan dan tugas-tugas pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi tingkat

kesukaran untuk menantang siswa pada tingkat kesiapan yang berbeda.

• Tugas dan pekerjaan siswa didiferensiasikan agar pas dengan kebutuhan dan kesiapan siswa-siswa tertentu.

• Banyak perhatian pada mengajari individu-individu secara sendiri-sendiri

(10)

adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil yang sejati.”6

Siswa akan berkembang potensi belajarnya jika mereka larut dan menikmati aktivitas belajarnya. Dengan demikian, melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran berdampak positif terhadap perkembangan potensi belajarnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk memecahkan permasalahan tersebut, sehingga penulis memberi judul dalam skripsi ini, yaitu:

“MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI DIFFERENTIATED TEACHING”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengajarkan matematika pada siswa yang memiliki kemampuan beragam?

2. Rendahnya prestasi belajar siswa.

3. Potensi belajar siswa yang belum terkembangkan secara maksimal.

4. Keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran matematika sangat rendah. 5. Apakah Differentiated teaching dapat meningkatkan aktivitas belajar

matematika siswa? Dan seberapa besar peningkatannya?

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui Differentiated teaching.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Karena terlalu luasnya cakupan variabel Differentiated teaching dan aktivitas belajar matematika, maka penulis membatasi variabel-variabel yang akan diteliti agar tidak melebarnya permasalahan dan memberi arah yang jelas bagi penulis dalam menguraikan pembahasan selanjutnya. Adapun batasan-batasan tersebut

adalah:

6

(11)

1. Aktivitas belajar matematika adalah kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan siswa selama dalam proses pembelajaran matematika berlangsung.

2. Differentiated teaching adalah mendiferensiasikan pengajaran dengan cara memodifikasi proses pembelajaran berdasarkan kesiapan/kemampuan belajar siswa. Strategi instruksional yang digunakan dalam Differentiated teaching

ini adalah Cooperative learning. Cooperative learning dibatasi hanya pada konsep-konsep dasar Cooperative learning yaitu siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu.

D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah utama yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah apakah

Differentiated teaching dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dan seberapa besar peningkatannya, yang diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

2. Apakah Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menemukan solusi dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dalam suatu kelas yang memiliki kemampuan beragam.

b. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dari berbagai tingkat kemampuan.

(12)

d. Untuk mengembangkan Differentiated teaching dalam pembelajaran matematika.

2. Manfaat Penelitian

a. Mengetahui implementasi Differentiated teaching dalam pembelajaran matematika.

b. Membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika. c. Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran matematika.

d. Membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan belajar dan memaksimalkan potensi belajarnya.

(13)
(14)

TINDAKAN

A.Kajian Teori

1. Pengertian Differentiated teaching

Dalam suatu kelas dimana siswa belajar disadari atau tidak setiap siswa memiliki karakteristik yang pastinya berbeda dengan siswa lainnya, dan sangatlah beragam. Dengan demikian latar belakang, minat, gaya belajar, inteligensi, dan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran akan sangat beragam, mulai dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, atau pun rendah. Dengan melihat kenyataan seperti itu, guru dituntut mendesain pembelajaran yang memperhatikan keragaman-keragaman siswa, agar pembelajaran yang dihasilkan berhasil memenuhi kebutuhan potensi belajar siswa. Karena mengajar pada hakikatnya adalah mengajarkan bagaimana siswa belajar.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar

seluruh siswa yang memiliki kemampuan beragam adalah Differentiated teaching

atau mendiferensiasikan pengajaran. Istilah lain dari Differentiated teaching

adalah Differentiated instruction atau Differentiated learning yang dicetuskan oleh Carol Ann Tomlinson.

Carol Ann Tomlinson mengartikan Diferensiasi (Differentiated) adalah praktik mengadaptasikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswa tertentu.1 Pada buku lain, Carol Ann Tomlinson juga mengartikan Differentiated teaching adalah pengajaran atau kurikulum yang telah dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswa tertentu.2

Tomlinson mengungkapkan:

“Ways to Differentiated instruction:

Three element of the curriculum can be differentiated: the content, the proses, and product.

1

Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 110.

2

Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku satu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 60.

(15)

1. Differentiating the Content

The content refers to the knowledge and skill that students are to learn.

2. Differentiating the Proses

The process is the performance task that enables students to practice and make sense of the content. Differentiating the process provides students with alternative paths to explore the concepts. Students may, for example, creat a graphic organizer to illustrate their comprehension of a particular concept. By modifying the complexity of the graphic organizer for certain students, the teacher can provide multiple levels of cognitive processing for those with varying abilities.

3. Differentiating the Product

The product is the outcome of the lesson-an assessment or project.”3

Penulis mengintisarikan dari pendapatnya Tomlinson tersebut bahwa:

Dalam Differentiated instruction terdapat tiga elemen yang dapat didiferensiasikan yaitu isi (content), proses, dan produk.

1. Diferensiasi isi (content)

Isi (content) merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari siswa.

2. Diferensiasi proses

Proses merupakan tugas yang dapat memungkinkan siswa untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Dalam diferensiasi proses:

• Menyediakan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep materi. • Mengilustrasikan konsep materi agar mudah dipahami.

• Memodifikasi kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kognitif

siswa.

3. Diferensiasi produk

Produk merupakan hasil dari suatu pelajaran, dapat berupa sebuah penilaian atau proyek.

ASCD (Association of Supervision and Curriculum Development)

mengartikan Differentiated teaching sebagai suatu bentuk pengajaran yang berusaha memaksimalkan pertumbuhan belajar siswa dengan berusaha mengerti siswa itu sampai di tingkat mana kemampuan belajarnya, kemudian membantunya untuk lebih berkembang dan lebih maju. Dalam praktiknya, Differentiated

3

(16)

teaching membedakan pengalaman-pengalaman belajar siswa sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya. Aktivitas belajar dan materi pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi kesukaran untuk menantang siswa pada tingkat kesiapan yang berbeda.4 Siswa akan belajar dengan enjoy jika siswa diberikan pengalaman/aktivitas belajar yang menantang dan tidak merasa tertekan.

Menurut Ametembun dalam mendiferensiasikan pengajaran/pembelajaran menghendaki:

• Mempelajari diferensi-diferensi (perbedaan-perbedaan) perserta didik dalam pemahaman, gaya-gaya pembelajaran, dan minat-minat.

• Merencanakan pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan pembelajaran

yang berbeda-beda.

• Menstruktur tugas-tugas untuk menganekaragamkan kompleksitas.5

Di bagian lain, Ametembun memandang diferensiasi sebagai solusi atas permasalahan guru-guru yang mengajar siswa-siswa di sebuah kelas yang “ mixed-ability” (kemampuan yang beragam) termasuk yang berbakat dan berabilitas. Dalam praktik diferensiasi, guru seyogyanya harus memberikan suatu varietas

opsi-opsi pembelajaran. Guru dapat mendiferensiasikan kurikulum melalui

content, proses, dan produk.

Diferensiasi content artinya memberikan siswa-siswa bahan-bahan ajaran yang

berbeda untuk dipelajari. Diferensiasi proses adalah memadatkan kurikulum, artinya membedah kurikulum ke dalam esensial-esensial, sehingga siswa-siswa berbakat dapat bergerak lebih cepat ke bahan yang lebih sesuai bakat. Diferensiasi produk terjadi bila guru memperbolehkan murid-murid mendemonstrasikan pembelajarannya melalui format-format asesmen yang diferen (berbeda).

Dari pengertian-pengertian Differentiated teaching yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Differentiated teaching merupakan model pembelajaran yang memperhatikan keragaman karakteristik siswa. Dalam melaksanakan Differentiated teaching content (isi), proses, dan produk pembelajaran dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang

4

Martha Kaufeldt, Wahai Para Guru, Ubahlah Cara mengajarmu!, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 2.

5

(17)

memiliki kemampuan tinggi (gifted dan talented) diberikan pengalaman/aktivitas belajar yang menantang sesuai dengan kemampuannya, tujuannya adalah agar proses pembelajaran tidak membosankannya. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah (disabilitas) diberikan pengalaman/aktivitas belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat belajar tanpa merasa tertekan. Dengan strategi pembelajaran Differentiated teaching diharapkan siswa dapat belajar sesuai dengan potensinya, sehingga potensi belajar siswa termaksimalkan dengan baik.

2. Latar belakang Differentiated teaching

Sebelum dilakukannya Differentiated teaching dalam pembelajaran, guru semestinya memperhatikan latar belakang yang menyebabkan dilakukannya

Differentiated teaching dalam pembelajaran. Diantara latar belakang tersebut adalah:

a. Kemampuan dan inteligensi siswa

Secara tidak langsung seorang guru mampu memahami perbedaan

kemampuan siswa dalam belajar di kelasnya. Tentunya terdapat siswa dengan kemampuan belajar tinggi, sedang, atau pun rendah. Namun, secara ilmiah terdapat instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa dalam belajar. Salah satu instrumen tersebut adalah dengan tes IQ (Intelligence Quotient). Hasil yang diperoleh dari tes IQ adalah skor IQ yang menggambarkan perbandingan antara umur mental terhadap umur kronologis siswa dikalikan 100. Semakin tinggi skor IQ siswa semakin tinggi pula kemampuan belajarnya.

(18)

b. Perbedaan dalam gaya kognitif dan gaya belajar

Hal lain yang perlu diperhatikan guru adalah keragaman gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif didasarkan pada perbedaan tiap individu dalam mempersepsi dan memproses informasi. Sebagian siswa bersifat field dependent, karakteristiknya adalah mempersepsi situasi secara keseluruhan dan bukan sebagian-sebagian, people-oriented (hubungan sosial lebih penting bagi mereka, dan dapat bekerja dengan baik dalam kelompok), lebih senang mengerjakan tugas-tugas jangka panjang dan berbasis masalah. Sebagian siswa yang lain bersifat

field independent, karakteristiknya adalah mereka cenderung melihat bagian-bagian terpisah dari keseluruhan dan bukan keseluruhan itu sendiri, memiliki kemampuan analitik yang kuat dan lebih banyak memantau pemrosesan informasi dari pada hubungan mereka dengan orang lain, senang bekerja sendirian.

Gaya belajar dibedakan atas gaya belajar in-context, artinya siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan pada titik yang keterampilan dan pengetahuan itu dibutuhkan dalam situasi kehidupan nyata. Misalnya siswa belajar mengalikan bilangan bulat, manfaat dalam kehidupan nyatanya adalah

untuk menggandakan jumlah barang. Gaya belajar out-of-context, artinya bahwa pembelajaran itu tidak ada hubungannya dengan kebutuhan nyata dan segera/langsung. Misalnya ketika matematika dipecah menjadi algoritma-algoritma yang diskrit, masing-masing diajarkan secara terpisah sebelum diterapkan pada masalah-masalah nyata/riil.

c. Preferensi/pilihan belajar

Siswa berbeda dalam hal preferensi lingkungan dan modalitas belajar.

Preferensi lingkungan belajar meliputi suara, cahaya, pola pengaturan tempat duduk, banyaknya dukungan emosional yang dibutuhkan, dan derajat struktur dan interaksi sebaya. Siswa juga memiliki preferensi dalam hal modalitas belajar, sebagian siswa dalam mendapatkan informasi lebih berorientasi visual, sebagian lain cenderung audio.

d. Keluarbiasaan

(19)

Siswa yang memiliki disabilitas memiliki karakteristik:

(a) Fungsi mental dan kemampuan kognitif yang secara signifikan berada di bawah rata-rata.

(b) Disfungsi dalam memproses informasi, intelegensi rata-rata, mengalami masalah dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung.

(c) Kesulitan dibidang sosial, dan emosional; mengalami masalah dibidang sosial.

Sedangkan siswa yang gifted dan talented memiliki karakteristik:

(d) Inteligensi umum di atas rata-rata, dapat menangkap konsep-konsep yang kompleks abstrak secara mudah.

(e) Memiliki informasi dan keterampilan dalam subjek akademik tertentu yang jauh lebih tinggi dibanding teman sebayanya.

(f) Memiliki pemikiran yang produktif dan kreatif. (g) Memiliki kemampuan dalam memimpin.

3. Perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisional/konvensional dengan pembelajaran di kelas Differentiated teaching

Di kelas tradisional/konvensional guru mengajarkan materi pelajaran yang sama dengan cara yang sama dan untuk semua siswa. Tetapi di kelas

Differentiated teaching guru memulai pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan, dan kesiapan siswa (di mana posisi siswa). Kemudian guru menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa setiap siswa meraih potensinya.

Menurut Carol Ann Tomlinson dalam Richard I. Arends6 terdapat beberapa perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisional/konvensional dengan pembelajaran di kelas Differentiated teaching. Berikut adalah tabel perbandingan antara pembelajaran di kelas konvensional/tradisional dengan pembelajaran di kelas Differentiated teaching.

6

(20)

Tabel 1

Perbandingan Antara Pembelajaran di Kelas Tradisional/Konvensional Dengan Pembelajaran di Kelas Differentiated Teaching

No Kelas tradisional Kelas Differentiated teaching

1 Perbedaan siswa ditutupi. Perbedaan siswa dikaji sebagai dasar untuk merencanakan.

2 Asesmen paling sering

dilaksanakan pada akhir episode pembelajaran.

Asesmen dilakukan terus menerus dan bersifat diagnostik.

3 Pengertian yang sempit tentang inteligensilah yang berlaku.

Fokus pada multiple inteligensi-lah yang tampak menonjol.

4 Ada definisi tunggal tentang keunggulan.

Keunggulan didefinisikan dalam ukuran luas berdasarkan pertumbuhan individu mulai dari sebuah titik awal. 5 Minat siswa jarang diperhatikan. Siswa didorong untuk membuat

pilihan-pilihan belajar berbasis minat. 6 Pengajaran seluruh kelas

mendominasi.

Digunakan banyak penataan instruksional.

7 Cakupan teks dan kurikulum memandu pengajaran.

Kesiapan, minat, dan profil belajar siswa menentukan bentuk pengajaran. 8 Norma yang berlaku adalah

tugas-tugas dengan opsi tunggal.

Tugas-tugas multi-opsi (multitugas) sering digunakan.

9 Waktu relatif tidak fleksibel. Waktu digunakan secara fleksibel sesuai kebutuhan siswa.

10 Disebagian waktu, guru mengarahkan perilaku siswa.

Guru memfasilitasi keterampilan siswa agar dapat menjadi pelajar-pelajar yang otonom/mandiri.

11 Guru mengatasi sebagian besar masalah.

Siswa membantu guru dan siswa-siswa lain dalam mengatasi berbagai masalah.

12 Guru menyediakan standar pemberian nilai yang berlaku untuk seluruh kelas.

Siswa bekerja bersama dengan guru dalam menetapkan tujuan belajar seluruh kelas maupun individual.

13 Yang digunakan adalah sebuah bentuk asesmen tunggal.

Siswa diases/dinilai dengan banyak cara.

4. Melaksanakan Differentiated teaching

Guru profesional sebelum melaksanakan sebuah pengajarannya, mempertimbangkan: Apa yang akan diajarkannya? Bagaimana cara mengajarkannya? Siapa yang akan diajarinya? Pertanyan-pertanyaan tersebut menjadi dasar dalam melaksanakan Differentiated teaching.

Melaksanakan Differentiated teaching guru memulainya dengan

(21)

diajarkan (memfokuskan pada standar kompetensi dan tujuan pembelajaran), selanjutnya guru memodifikasi apa yang akan diajarkan, dan menggunakan berbagai model pembelajaran dan strategi instruksional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan para siswa.

Sebelum melaksanakan Differentiated teaching, guru harus memperhatikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam Differentiated teaching. Carol Ann Tomlinson mengidentifikasi beberapa elemen penting dalam Differentiated teaching. Elemen-elemen tersebut adalah:

a. Guru memfokuskan pada hal-hal yang esensial

Guru memfokuskan pada pemahaman dan keterampilan-keterampilan pokok, daripada mencakup banyak materi tetapi hanya sekilas dan sambil lalu. Hal ini bahwa pembelajaran harus sesuai dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

b. Guru memperhatikan perbedaan-perbedaan siswa

Siswa datang ke sekolah dengan kesiapan, minat, kebutuhan yang beragam. Guru senantiasa menyadari keberagaman tersebut dan membantu setiap siswa untuk

belajar sesuai potensinya.

c. Guru melihat asesmen dan pengajaran sebagai hal yang tak dapat

dipisahkan, siswa dianalisis dengan banyak cara

Agar diferensiasi efektif, asesmen harus menjadi bagian integral dalam pembelajaran. Asesmen memberikan informasi dari hari ke hari tentang apa yang sudah dipelajari oleh siswa, dan kapan beralih ke materi dan ketarampilan baru.

d. Guru berusaha menemukan cara bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi

dalam pekerjaan yang terhormat

Agar siswa dapat memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran yang esensial, guru harus mendiferensiasikan tugas dan pekerjaan siswa sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan siswa. Tujuannya adalah agar siswa merasa tertantang dalam mengerjakan pekerjaannya.

e. Guru dan siswa berkolaborasi dalam pembelajaran

(22)

f. Guru menyeimbangkan antara norma-norma kelompok dan individual

g. Guru dan siswa bekerja bersama-sama secara fleksibel

h. Guru memodifikasi isi, proses, dan produk

Guru dapat memodifikasi isi, proses, dan produk berdasarkan kesiapan siswa untuk belajar, minat, dan profil belajar siswa.

Isi (content) terdiri atas kemampuan dan keterampilan-keterampilan esensial yang dinginkan oleh guru untuk dipelajari siswa.

Proses mendeskripsikan strategi dan kegiatan yang digunakan untuk menuntaskan pembelajaran.

Produk merupakan asesmen atau artefak yang dihasilkan siswa untuk mendemonstrasikan hasil pembelajarannya.

Kesiapan siswa untuk belajar terdiri atas tingkat pemahaman tentang content

materi dan kesiapan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Minat (interest) timbul dari rasa ingin tahu pada topik materi yang akan dipelajari. Profil belajar mengacu pada multiple intelligences, maupun gaya belajar siswa.

Guru dapat memodifikasi pengajarannya pada salah satu atau lebih dari satu

elemen kurikulum (isi, proses, dan produk) atau karaktersitik siswa (kesiapan, minat, dan profil belajar siswa).7

5. Strategi-strategi instruksional dalam melaksanakan Differentiated teaching

Terdapat berbagai strategi-strategi instruksional dalam melaksanakan

Differentiated teaching, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Differentiated teaching yang didasarkan atas multiple-intelligences

Penerapan teori multiple-inteligences menjadi dasar dalam Differentiated teaching. Hal ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan siswa. Juga membantu guru dalam mempersonalisasikan pendidikan dengan mengenali berbagai macam perbedaan siswa. Menurut Richard I. Arends terdapat strategi instruksional dalam pembelajaran Differentiated teaching atas dasar

7

(23)

intelligences.8 Berikut adalah tabel strategi instruksional dalam pembelajaran

Differentiated teaching atas dasar multiple-intelligences. Tabel 2

Strategi Instruksional Dalam Pembelajaran Differentiated Teaching Atas Dasar Multiple-Intelligences

Intelligensi Strategi instruksional

Logis-matematis • Memainkan permainan logika.

• Memilih situasi-situasi yang menginspirasi siswa untuk memikirkan tentang dan mengkonstruksikan pemahaman tentang angka-angka.

• Membawa siswa ke laboratorium komputer, museum sains, dan pameran elektronik.

• Mengerjakan kegiatan-kegiatan matematika bersama siswa.

Linguistik • Membacakan untuk siswa dan meminta siswa

membacakan untuk anda.

• Mendiskusikan pengarang-pengarang buku dengan anak-anak.

• Mengajak siswa ke perpustakaan dan toko buku. • Meminta siswa untuk membuat catatan harian.

Musikal • Menyediakan tape recorder bagi siswa.

• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memainkan alat musik.

• Menciptakan peluang kepada siswa untuk menggubah musik.

• Mengajak siswa ke konser musik.

Spasial • Memiliki bahan-bahan kreatif untuk digunakan siswa. • Memerintahkan siswa untuk melacak maze dan membuat

grafik.

• Mengajak siswa ke museum seni.

• Memerintahkan siswa untuk memvisualisasikan tempat mereka berada, menggambar peta berdasarkan pengalamannya.

Bodily-kinesthetic

• Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan kegaitan fisik.

• Memberikan area tempat siswa dapat bermain.

• Mengajak siswa ke even olahraga atau pertunjukkan balet. • Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan

menari.

Interpersonal • Mendorong siswa untuk bekerja berkelompok.

• Membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi.

8

(24)

• Menyediakan permainan-permainan kelompok untuk dimainkan siswa.

Intrapersonal • Mendorong siswa untuk memiliki hobi dan minat. • Mendorong siswa untuk menggunakan imajinasinya.

• Menyimak perasaan siswa dan memberikan umpan balik sensitif kepada siswa.

• Memerintahkan siswa untuk membuat catatan hadiah dan buku tempel untuk menyimpan berbagai ide dan pengalaman.

Naturalis • Mengajak siswa ke museum sains. • Membangun pusat belajar alam di kelas.

• Melibatkan siswa dalam kegiatan alam outdoor.

• Memerintahkan siswa untuk membuat koleksi flora dan fauna.

b. Diferensiasi kurikulum

Differentiated teaching dapat berjalan efektif jika materi kurikulumnya didiferensiasikan. Maksudnya, siswa dengan tingkat kemampuan, minat, dan kesiapan belajar yang berbeda materi pelajarannyapun harus dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini dapat berarti memadatkan materi kurikulum bagi sebagian siswa dan memperluas materi kurikulum bagi sebagian siswa lainnya.

c. Memadatkan kurikulum dan pengajaran

Guru dapat memadatkan kurikulum bagi siswa yang mempunyai tingkat pemahaman yang baik tentang pengetahuan dan kemampuan terkait dengan pelajaran tersebut. Hal ini berarti mereview isi pelajaran tersebut dengan cepat kemudian memberikan kesempatan kepada sebagian siswa untuk melanjutkan ke ide, konsep, dan kemampuan yang lebih tinggi dan lebih komplek lagi.

d. Tiered activities

Dalam melaksanakan Differentiated teaching, guru dapat menggunakan

Tiered activities (kegiatan yang dibuat bertingkat-tingkat), tujuannya agar seluruh

siswa dapat memfokuskan pada pemahaman dan kemampuan yang sama tetapi dengan tingkat abstraksi dan kompleksitas yang berbeda-beda.

(25)

e. Problem-Based learning

Problem-Based learning menjadikan siswa berperan aktif dalam menginvestigasi masalah yang membingungkan mereka, serta masalah-masalah yang tidak jelas penyelesaiannya. Dengan menerapkan Problem-Based learning

dalam pembelajaran siswa dapat menyelidiki permasalahan tersebut dan menentukan solusinya dengan banyak cara. Problem-Based learning

memungkinkan siswa kratif dalam memecahkan masalah dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing, mengidentifikasi berbagai masalah, maupun merancang proyek yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

f. Cooperative learning

Cooperative learning merupakan salah satu strategi penting dalam

Differentiated teaching. Dalam Cooperative learning siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian guru menyediakan tugas-tugas terdiferensi di berbagai kelompok. Kelompok yang tersusun dari berbagai tingkat kemampuan, memungkinkan siswa saling bekerja sama, menggunakan kemampuan belajar siswa yang bervariasi, dan saling memberikan kontribusi kepada kelompok lain

secara keseluruhan sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. “Cooperative learning sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan.”9

Pembelajaran Cooperative learning menuntut siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Tujuannya adalah untuk mengasah kemampuan yang telah dikuasai siswa dan meminimalisir kesenjangan kemampuan diantara anggota kelompoknya.

6. Mengimplementasikan lingkungan belajar yang kondusif untuk Differentiated teaching

Salah satu praktik untuk mendiferensiasikan pengajaran adalah penggunaan

flexible grouping (pengelompokkan fleksibel). Flexible grouping adalah praktik menempatkan siswa di kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk subjek-subjek

9

(26)

tertentu tetapi tetap berada dalam kelas yang sama. Flexible grouping disusun dari berbagai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah. Di kelas Differentiated teaching guru menggunakan beragam strategi instruksional dalam pembelajaran, menyesuaikan manajemen kelas, serta menilai dan mengevaluasi pekerjaan siswa.

a. Manajemen kelas

Di kelas yang terdiferensiasi penting bagi guru dalam mengelola kelas, tujuannya adalah untuk menjaga agar pembelajaran berlangsung efektif, dan untuk menangani kegiatan yang tidak diharapkan selama pembelajaran dengan cepat dan tepat.

Berikut ini diuraikan pengelolaan/manajemen kelas yang terdiferensiasi: 1. Mengelola lingkungan multitugas

Di kelas yang terdiferensiasi, tugas belajar multitugas akan berjalan secara simultan. Beberapa kelompok siswa mungkin mengerjakannya di kelas, sementara kelompok lain di perpustakaan, atau menggunakan internet. Siswa mungkin bekerja sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil dengan tugas-tugas

belajar yang disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan mereka. Agar lingkungan multitugas bekerja, siswa harus diajari cara bekerja secara mandiri dan bekerja bersama orang lain. Siswa harus paham bahwa mereka perlu bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri tanpa pengawasan dari guru, dan guru selalu mengharapkan hasil kerja yang berkualitas dari mereka.

2. Menyesuaikan tingkat penyelesaian yang berbeda

Siswa yang mengerjakan berbagai kegiatan pembelajaran kemungkinan besar akan selesai pada waktu yang berbeda. Sebagian siswa mungkin selesai lebih awal, yang lain mungkin tertinggal dari teman-temannya. Aturan khusus perlu dilakukan dalam menghadapi siswa yang selesai lebih awal dan memiliki kelebihan waktu. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan seperti menyediakan bahan-bahan belajar khusus, permainan edukatif yang dapat mereka kerjakan sendiri, mengerjakan tugas/proyek yang lain, atau membantu teman-temannya yang memiliki kesulitan.

(27)

awal. Sebagai alternatifnya, guru memberikan waktu tambahan saat pulang sekolah atau diakhir pekan.

Kunci dari semua ini adalah bagaimana merancang tugas dan kegiatan belajar yang dapat memberikan tantangan dengan tingkat yang sesuai masing-masing siswa.

3. Memantau pekerjaan siswa dan mengelola sumber daya

Berbeda dengan metode pembelajaran lain yang semua siswanya mengerjakan tugas yang sama diwaktu yang sama, di kelas Differentiated teaching menghasilkan banyak tugas, banyak produk, dan seringkali waktu penyelesaiannya beragam. Akibatnya, teknik-teknik yang efektif dibutuhkan untuk memantau dan mengelola pekerjaan siswa. Tiga tugas manajerial penting agar akuntabilitas siswa dapat terjaga dan guru dapat mempertahankan momentum di semua proses pengajaran adalah: (1) persyaratan tugas untuk semua siswa harus diterangkan dengan jelas, (2) pekerjaan siswa harus dipantau dan umpan balik diberikan atas kemajuan pekerjaan, dan (3) catatan yang seksama harus dibuat. Guru dapat mengelola ketiga tugas ini melalui penggunaan student project form,

task cards, dan filling system khusus yang dibuat oleh siswa sendiri.

b. Menilai dan mengevaluasi pekerjaan siswa

Penilaian dirancang untuk memberikan informasi diagnostik, hal ini penting bagi guru dalam mengetahui kesiapan siswa dan informasi tentang cara memodifikasi isi dan cara memilih model dan strategi instruksional tertentu. Berbagai bentuk penilaian digunakan untuk memastikan bahwa seluruh aspek belajar siswa dinilai. Dalam kelas Differentiated teaching, siswa diberi pekerjaan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, dalam situasi ini guru tertarik dengan pertumbuhan siswa-siswa tertentu dan bukan perbandingan-perbandingan normatif.

Berdasarkan teori-teori dan pembatasan masalah Differentiated teaching

maka peneliti menentukan langkah-langkah operasional dalam melaksanakan penelitian ini, yakni:

a. Strategi instruksional yang digunakan dalam model pembelajaran

(28)

kelompok-kelompok kecil sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Berdasarkan tinjauan ini maka kegiatan operasional ini adalah peneliti mengelompokkan subjek penelitian ke dalam beberapa kelompok heterogen.

b. Penelitian ini membatasi Differentiated teaching hanya pada diferensiasi proses, yakni tugas yang dapat memungkinkan siswa untuk berlatih dalam memahami isi (content) materi. Kegiatan operasional diferensiasi proses adalah penyediaan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep materi, pengilustrasian konsep materi agar mudah dipahami, modifikasi kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kemampuan kognitif siswa.

c. Kegiatan dan tugas-tugas pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi tingkat kesukaran untuk menantang siswa pada tingkatan kesiapan yang berbeda. Bentuk operasional kegiatan ini adalah peneliti menyediakan lembar tantangan untuk menantang siswa memecahkannya, dan hal-hal minimal yang harus dikuasi siswa.

7. Aktivitas belajar

Ahamad Rohani mengungkapkan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.10 Aktivitas belajar yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah segala kegiatan siswa selama berada di dalam kelas dalam proses pembelajaran.

Diedrich menyimpulkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Visual activities, meliputi aktivitas: membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan.

10

(29)

2. Oral activities, meliputi aktivitas: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, meliputi aktivitas: mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, meliputi aktivitas: menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin.

5. Drawing activities, meliputi aktivitas: menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola.

6. Motor activities, meliputi aktivitas: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain.

7. Mental activities, meliputi aktivitas: menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, meliputi aktivitas: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup.11

Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif dalam pembelajaran,

dengan demikian peran guru hanyalah sebagai fasilitator, merangsang keaktifan siswa dalam belajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing siswa.

Dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, guru perlu: 1. Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi siswa.

2. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah, menganalisis, mengambil keputusan.

3. Menyelenggarakan berbagai percobaan dalam menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat.

Indikator tercapainya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran adalah:

1. Pada kegiatan awal pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya respons siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang diajukan guru pada siswa diawal pembelajaran, terpusatnya perhatian siswa

11

(30)

kepada pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

2. Pada kegiatan inti pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam menjawab, merespons, menanggapi pertanyaan-pertanyaan guru, aktif mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru baik dalam bentuk inquiry, problem solving, dan mengulang membaca pelajaran, konsentrasi dan penuh perhatian dalam mengikuti penyampaian materi pelajaran, rajin mencatat pelajaran yang diberikan guru.

3. Pada kegiatan akhir pembelajaran, indikatornya adalah siswa secara aktif membuat rumusan/kesimpulan pelajaran bersama-sama dengan guru, dan mencatatnya dengan bahasa sendiri.

Nurdin membedakan aktivitas belajar siswa berdasarkan atas kemampuannya, yaitu siswa dengan kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Indikator aktivitas belajar siswa dengan kemampuan tinggi ditandai dengan: (1) Aktif dalam mencari bahan/materi pelajaran dari sumber lain yang relevan. (2) Berkembangnya cara belajar self learning ke arah diskusi dan tanya jawab dan

pembahasan soal latihan/tugas. (3) Bebas dan tidak terikatnya siswa dalam memilih cara belajar yang mereka sukai, misalnya siswa belajar sambil lesehan di karpet. Sedangkan pada kelompok rendah, aktivitas belajar ditandai dengan munculnya rasa senang dan gembira dalam belajar. Indikatornya adalah: (1) Meningkatnya frekuensi keterlibatan siswa dalam merespons tanya jawab yang dikembangkan guru karena sudah memiliki rasa percaya diri. (2) Keseriusan dan kesungguhan dalam mengerjakan latihan/tugas yang diberikan. (3) Tidak canggung lagi untuk ikut bergabung dengan kelompok siswa dengan kemampuan tinggi dalam proses tanya jawab dan diskusi yang dikembangkan guru dalam pembelajaran.12

Berdasarkan teori aktivitas belajar penulis menyimpulkan indikator aktivitas belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, mental

activities, dan emotional activities.

12

(31)

B.Hasil Penelitian yang Relevan

1. Menurut penelitian Johnsen dengan judul “Adapting instruction with heterogenous groups. Gifted Child today” tahun 2003 menyimpulkan bahwa penggunaan teknik differentiated dalam pembelajaran dapat merangsang minat siswa.13

2. Menurut penelitian McAdamis dengan judul “Teachers tailor their instruction to meet a variety of student needs” tahun 2001 menyimpulkan bahwa dengan differentiated instruction siswa lebih termotivasi dan lebih antusias dalam belajar.14

C.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning

dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

2. Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

13

Pearl Subban, A Research Basis Supporting Differentiated Instruction,

http://www.aare.edu.au/06pap/sub06080.pdf [13 Oktober 2009]. 14

Pearl Subban, A Research Basis Supporting Differentiated Instruction,

(32)
(33)

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat di Komplek dosen

UIN Jakarta Jl. Ibnu Taimia IV Ciputat Tangerang kelas XA tahun pelajaran

2009/2010.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan

dari guru yang dilakukan oleh siswa.1 PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal

yang terjadi di dalam kelas. Istilah kelas dalam PTK mengandung makna

sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Tujuan PTK adalah untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah

pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya

akademik.2

Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari rangkaian beberapa siklus yang

berulang. “Siklus adalah satu putaran kegiatan yang beruntun yang kembali ke

langkah semula.”3 Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu

perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi

(observation), dan refleksi (reflection). Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan kerja. Keempat

tahapan dari suatu siklus dalam sebuah PTK digambarkan dalam sebuah gambar

berikut:

1

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR), dalam Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 3.

2

Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, dalam Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 61.

3

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, ..., h. 20.

(34)

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

[image:34.595.111.504.92.506.2]

Siklus selanjutnya

Gambar 1: Siklus Dalam PTK

(Sumber: Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 16)

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat tahap

kegiatan. Berikut deskripsi dari empat tahap kegiatan tersebut:

a. Perencanaan (planning)

Setelah mengamati kondisi real pembelajaran yang terjadi di kelas, kemudian

peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi. Selanjutnya

peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dikenakan terhadap subjek

penelitian. Pada tahap perencanaan, meliputi kegiatan:

1. Mengembangkan perangkat pembelajaran, merancang skenario pembelajaran,

merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Merancang instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan tindakan (action)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan penelitian

(35)

c. Pengamatan/observasi (observation)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap

ini peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator. Guru kolaborator melakukan

pengamatan dan mendokumentasikan semua proses yang terjadi dalam tindakan

pembelajaran, baik kelemahan metode pembelajarannya, ketidaksesuaian antara

tindakan dengan skenario pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang

berbeda dengan yang diharapkan. Selain itu guru kolaborator memberikan

penilaian terhadap instrumen penelitian (aktivitas belajar matematika).

d. Refleksi (reflection)

Peneliti beserta guru kolaborator mengevaluasi tindakan penelitian yang telah

dilakukan, baik itu kelemahan metode pembelajaran, ketidaksesuaian antara

tindakan dengan skenario pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang

berbeda dengan yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dalam siklus ini

dibandingkan dengan indikator keberhasilan kinerja, apakah sudah mencapai

keberhasilan kinerja yang diharapkan atau belum, jika belum hasil evaluasi ini

menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan hal apa saja yang perlu

diperbaiki dalam tindakan siklus selanjutnya.

C. Indikator keberhasilan kinerja

Terdapat dua indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian tindakan ini,

yaitu: (1) Persentase aktivitas belajar matematika siswa selama satu siklus

mencapai 75%, yang diperoleh dari rata-rata skor aktivitas dalam instrumen

aktivitas belajar matematika siswa. Peneliti mengembangkan kategori-kategori

aktivitas belajar matematika siswa sebagai ukuran dalam menggambarkan

bagaimana aktivitas belajar matematika siswa yang dicapai. Kategori-kategori

[image:35.595.110.506.401.482.2]

tersebut tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Kategori Aktivitas Belajar Siswa Kategori Deskripsi

Kurang aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai ≤ 60%.

Cukup aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 60% – 74%.

Aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 75% – 99%.

(36)

Indikator keberhasilan kinerja aktivitas belajar matematika siswa yang ditetapkan

yakni sebesar 75%. Hal ini jika dibandingkan dengan tabel kategori aktivitas

belajar maka berada pada rentang batas bawah kategori aktif.

Panduan penyelenggaraan pembelajaran tuntas (Mastery Learning) Depdiknas

menyatakan bahwa skor batas pencapaian ketuntasan belajar (Mastery Learning)

adalah 75%.4

(2) Hasil belajar matematika siswa berupa nilai tes formatif akhir siklus

menunjukkan 60% siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh MA Pembangunan UIN Jakarta

yakni 6,5.

Jika kedua indikator kinerja tersebut terpenuhi maka penelitian tindakan ini

berhasil dan tindakan penelitian dihentikan. Sebaliknya, jika salah satu atau kedua

indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian ini harus

dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikan-perbaikan

yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya.

D. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian tindakan ini adalah siswa-siswi kelas XA

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2009/2010, dengan

jumlah siswa putra 20 orang dan putri 15 orang sebagai subjek penelitian, dua

orang guru kolaborator, dan peneliti.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana tindakan

penelitian dan pewawancara terhadap subjek penelitian. Peneliti bekerja sama

dengan dua orang guru kolaborator, guru kolaborator pertama bertugas: (a)

Mengamati aktivitas belajar matematika siswa dan menulisnya dalam instrumen

catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, serta memberikan skor pada

instrumen aktivitas belajar matematika siswa. (b) Mengamati pelaksanaan

tindakan penelitian dan menuangkannya dalam lembar catatan evaluasi tindakan

4

Akhmad Sudrajat, Pembelajaran Tuntas (Mastery learning) dalam KTSP, http://akhmad sudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/

(37)

penelitian. (c) Bersama peneliti mengevaluasi tindakan penelitian yang telah

dilakukan pada suatu siklus tertentu dalam tahap refleksi.

Sedangkan guru kolaborator kedua bertugas mendokumentasikan aktivitas

pembelajaran dalam bentuk foto-foto selama penelitian berlangsung.

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian ini diawali dengan mengamati kondisi real pembelajaran yang

terjadi di kelas, mencari akar masalahnya, kemudian peneliti mengidentifikasi dan

merumuskan masalah yang terjadi. Setelah itu, peneliti merencanakan tindakan

apa yang akan dikenakan terhadap subjek penelitian tindakan. Hasil perencanaan

ini akan dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I. Setelah

semua rangkaian tahapan siklus I dilalui, hasilnya dianalisis dan dibandingkan

dengan indikator keberhasilan kinerja. Jika hasil siklus I sudah memenuhi

indikator kinerja, maka untuk lebih meyakinkan lagi peneliti akan mengulangi

pelaksanaan tindakan siklus I dalam siklus II. Sebaliknya, jika hasil siklus I belum

memenuhi indikator kinerja, maka penelitian tindakan dilanjutkan dengan

siklus II. Jika hasil siklus II sudah memenuhi indikator kinerja, maka penelitian

tindakan ini dihentikan. Sebaliknya, jika hasil siklus II belum memenuhi indikator

kinerja, maka penelitian tindakan dilanjutkan dengan siklus III dan seterusnya

hingga memenuhi indikator keberhasilan kinerja.

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini adalah

meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika

siswa sesuai dengan indikator keberhasilan kinerja.

H. Data dan Sumber Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data kuantitatif, data ini berbentuk: a. Nilai tes formatif akhir siklus.

b. Persentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus tertentu.

2. Data kualitatif, data ini berbentuk:

(38)

b. Catatan evaluasi tindakan penelitian.

c. Catatan tindakan penelitian.

d. Hasil wawancara terhadap subjek penelitian.

e. Foto-foto dokumentasi aktivitas belajar matematika siswa yang diambil saat

pelaksanaan tindakan berlangsung.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seluruh siswa kelas XA

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2009/2010 sebagai

subjek penelitian, guru kolaborator, dan peneliti.

I. Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Instrumen tes

Instrumen tes berbentuk tes formatif akhir siklus. Tes ini dilaksanakan pada setiap

akhir siklus. Tes formatif akhir siklus ini bertujuan untuk memperoleh data

pencapaian hasil belajar subjek penelitian pada siklus tersebut.

2. Instrumen non tes

Instrumen non tes terdiri dari:

a. Instrumen aktivitas belajar matematika siswa untuk mengukur aktivitas

belajar matematika siswa saat tindakan dikenakan terhadap subjek penelitian

tindakan.

Berikut adalah tabel kisi-kisi penskoran instrumen aktivitas belajar

[image:38.595.112.512.85.568.2]

matematika siswa dan kisi-kisi instrumen aktivitas belajar matematika siswa:

Tabel 4

Kisi-kisi Penskoran Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa Alternatif pengamatan Skor

Tidak pernah 1

Kadang-kadang 2

(39)
[image:39.595.108.514.124.650.2]

Tabel 5

Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa No Indikator aktivitas

belajar

Butir-butir pernyataan Nomor butir 1 Visual activities •Memperhatikan penjelasan teman/guru 1

•Menanyakan materi yang belum

dipahami kepada teman/guru

3

•Menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan teman/guru

2

•Terlibat melakukan diskusi kelompok 4

2 Oral activities

•Merespon/ Menjawab pertanyaan

teman/guru

5

•Mengerjakan tugas pembelajaran 8

3 Writing activities

•Menyalin/mencatat materi pembelajaran

6

4 Drawing activities •Menggambar grafik 7

•Menganalisis permasalahan/persoalan 9

5 Mental activities

•Memecahkan/menjawab

permasalahan/persoalan

10

b. Instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, berupa data

objektif yang tidak tercantum dalam lembar instrumen aktivitas belajar

matematika siswa.

c. Catatan evaluasi tindakan penelitian, bertujuan untuk mengevaluasi apakah

pelaksanaan tindakan penelitian telah sesuai dengan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan, dan hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan

tindakan penelitian berlangsung. Sehingga dapat memperbaiki tindakan

selanjutnya.

d. Pedoman wawancara, wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian.

Tujuannya adalah untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa pada

indikator listening activities dan emotional activities serta hal-hal lain

menyangkut Differentiated teaching.

(40)
[image:40.595.108.509.133.517.2]

Tabel 6

Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Indikator aktivitas belajar

Butir-butir pertanyaan Nomor butir

Listening activities Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru?

1

Emotional activities Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran?

2

Differentited teaching

Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai?

3

Apakah dengan adanya lembar tantangan membuat anda merasa lebih bersemangat dalam belajar?

4

Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami kesulitan?

5

Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan?

6

Apakah hand out yang disediakan oleh guru membantu memudahkan anda dalam belajar?

7

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan ini data-data yang dikumpulkan berupa informasi

tentang:

1. Data aktivitas belajar matematika siswa

Data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari instrumen aktivitas belajar

matematika siswa, instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa

yang diisi oleh guru kolaborator, catatan tindakan penelitian yang diisi oleh

peneliti, hasil wawancara terhadap subjek penelitian, serta foto-foto aktivitas

pembelajaran saat tindakan berlangsung.

2. Data hasil belajar matematika siswa

Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes formatif akhir siklus.

K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

Instrumen yang akan mengukur hasil belajar siswa adalah tes formatif akhir

siklus, untuk memvalidasi validitas instrumen tes formatif akhir siklus digunakan

(41)

Instrumen yang akan mengukur aktivitas belajar matematika siswa adalah

instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi

aktivitas belajar matematika siswa dan pedoman wawancara terhadap subjek

penelitian. Teknik pemeriksaan kepercayaan yang digunakan terhadap data

aktivitas belajar matematika siswa ini adalah dengan menggunakan metode

triangulasi. Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a fix) dari

berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi untuk meningkatkan ketajaman

hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Metode

triangulasi terhadap data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari data

yang dihasilkan dari instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen

catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan hasil wawancara

terhadap subjek penelitian. Sehingga hasil dari ketiga data tersebut semuanya

mengarah dan memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa.

L. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Setelah data-data penelitian yang dihasilkan terkumpul, peneliti memeriksa

kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah

menganalisis data-data tersebut.

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif berupa data skor aktivitas belajar matematika siswa dan nilai tes

formatif akhir siklus. Data-data tersebut penulis sajikan ke dalam bentuk tabel,

diagram batang (grafik), serta mengelompokkannya ke dalam tabel distribusi

frekuensi dengan menggunakan aturan sturgess. Kemudian data dianalisis dengan

menggunakan analisis statistik deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata (ukuran

pemusatan data), nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi (ukuran

penyebaran data). Statistik deskriptif merupakan statistik yang berkenaan dengan

pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian sebagian atau seluruh

data (pengamatan) tanpa pengambilan keputusan.5

5

(42)

Rumus persentase yang digunakan adalah6:

Keterangan:

p = Angka persentase.

f = Frekuensi yang akan dicari persentasenya.

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu).

Menganalisis data dengan standar deviasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana

variabilitas atau sebaran/penyebaran data-data tersebut. Jika semakin besar nilai

standar deviasi maka kualitas data semakin tidak baik. Sebaliknya semakin kecil

nilai standar deviasi maka kualitas data semakin baik pula.

Rumus standar deviasi yang digunakan adalah7:

Keterangan:

= Standar deviasi

xi = Data ke-i

f = Frekuensi

n = banyaknya individu

Setelah menganalisis data-data, selanjutnya adalah memberikan interpretasi

terhadap nilai persentase, rata-rata, dan standar deviasi sehingga diperoleh suatu

kesimpulan yang tepat.

2. Data kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas belajar matematika siswa yang diperoleh dari

instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, catatan evaluasi

tindakan penelitian, catatan tindakan penelitian, dan hasil wawancara peneliti

terhadap subjek penelitian. Dianalisis secara kualitatif dengan proses koding untuk

mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data dan

6

AnasSudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 43.

7

(43)

mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu

kesimpulan.

M. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan

Differentiated teaching merupakan model pembelajaran yang memperhatikan

keragaman siswa, dan memiliki banyak strategi instruksional dalam

melaksanakannya. Berdasarkan teori yang diuraikan bahwa Differentiated

teaching merupakan model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar

setiap siswa dan membantu dalam mengembangkan potensi belajar semua siswa.

Zaman selalu berubah dan kompetitif berdasarkan perkembangan teknologi

informasi, untuk itu guru yang ideal harus merancang model pembelajaran bagi

siswanya demi kesuksesan siswa dalam menghadapi perkembangan zaman.

Sejalan dengan alasan tersebut penulis mengharapkan bahwa tindak lanjut

tindakan penelitian ini tidak berhenti sampai penelitian ini berakhir, tetapi juga

dikembangkan secara maksimal sesuai dengan teori Differentiated teaching.

Dalam Differentiated teaching terdapat banyak strategi instruksional dalam

melaksanakannya, diantaranya tiered activities, cooperative learning, dan

problem based learning. Penulis menawarkan kepada pihak lain untuk

meneliti/mengembangkan Differentiated teaching berdasarkan strategi

instruksional yang lainnya dalam aplikasi pembelajaran, demi terciptanya kualitas

pembelajaran yang maksimal dan memperhatikan kebutuhan belajar siswa.

Sebagai bahan referensi penulis menyediakan contoh format instrumen-instrumen

penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand out pembelajaran yang dapat

(44)

A. Pemeriksaan Keabsahan Data

Data-data yang diperoleh baik data aktivitas belajar matematika siswa

maupun data hasil belajar matematika siswa diperiksa kembali kelengkapan dan

keabsahannya dari berbagai instrumen yang dihasilkan. Untuk memperoleh

keabsahan data aktivitas belajar matematika siswa maka digunakan metode

triangulasi. Metode triangulasi merupakan metode yang dapat meningkatkan

tingkat keakuratan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sudut

pandang/instrumen penelitian sehingga menghasilkan penelitian yang benar-benar

valid/absah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen yang akan

menunjang keakuratan data hasil aktivitas belajar matematika siswa. Tiga

instrumen tersebut adalah instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen

catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan hasil wawancara

terhadap subjek penelitian. Selanjutnya data-data tersebut diorganisir dan

diklasifikasikan berdasarkan urutan waktu tindakan penelitian, tujuannya adalah

untuk memudahkan dalam mendeskripsikan data sehingga diperoleh kesimpulan

yang tepat. Selain itu, untuk memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa

penulis mengambil data lain berupa foto-foto dokumentasi tindakan penelitian,

catatan tindakan penelitian, data hasil isian hand out-hand out pembelajaran, hasil

isian lembar tantangan, dan data hasil isian tes formatif akhir siklus.

Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes f

Gambar

Gambar 1: Siklus Dalam PTK
Tabel 3 Kategori Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Study to examine the growth of local breed pigs and Verenigde Deutsch Lanvarken (VDL) pigs supplemented with Corypha gebanga pith and maize have been conducted for 14 weeks..

karet berumur empat, lima, enam dan tujuh bulan disajikan pada Tabel

On the hands, compared to hospital belong to govern- ment public company owned hospitals, hospital belong to Ministry of Health, Provincial government, Municipal/ district, and

Pengelolaan sampah di TPA Ngadirojo dilakukan dengan 3 proses, yaitu pemilahan sampah oleh pemulung, pengomposan yang menggunakan EM4 dan tetes tebu sebagai

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I, II dan III, maka dapat disimpulkan bahwa penggu- naan pendekatan Sains Teknologi

Dengan menggunakan analisis QFD dapat diketahui atribut-atribut pelayanan jasa yang diinginkan pelanggan, tingkat kepentingan, kinerja Lembaga pelayanan jasa kesehatan,

Selain itu koefisien tanaman dan komponen neraca air dapat ditentukan dengan metode yang disajikan dengan menggunakan data pemantauan.. Semua data pemantauan ini dapat

(1982) menggunakan panjang femur , panjang tibia , panjang tarsometatarsus , lebar tarsometatarsus , panjang tulang jari ketiga, panjang sayap, panjang maxilla atas