• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Minyak Biji Gandum (Triticum vulgare) Terhadap Nilai Sun Protection Factor (SPF) Krim Tabir Surya Dari Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Minyak Biji Gandum (Triticum vulgare) Terhadap Nilai Sun Protection Factor (SPF) Krim Tabir Surya Dari Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

48 Lampiran 1. Bahan yang digunakan

Minyak biji gandum 1,3-butilen glikol

Oktil metoksisinamat

Oksibenzon

Lampiran 2. Sediaan krim tabir surya setelah pembuatan

(2)

Lampiran 3. Hasil pengujian tipe emulsi sediaan

Lampiran 4. Hasil pengujian homogenitas

Lampiran 5. Hasil pengujian pH sediaan

Lampiran 6. Pengujian iritasi

F1 F2 F3 F4 F5

F0

F1 F2 F3 F4 F5

F0

F1 F2 F3 F4 F5

F0

F1 F2 F3 F4 F5

(3)

50

Lampiran 7. Hasil pengujian stabilitas sediaan selama 12 minggu

Sediaan setelah pembuatan

Sediaan setelah penyimpanan 12 minggu

Lampiran 8. Alat yang digunakan

F1 F2 F3 F4 F5

F0

F1 F2 F3 F4 F5

F0

(4)

pH meter Neraca analitis

Spektrofotometer UV-Vis

Lampiran 9. Tabel data pengukuran pH

Tabel data pengukuran pH sediaan selama 1 minggu

(5)

52

Tabel data pengukuran pH selama 4 minggu

Pengulangan Formula

Tabel data pengukuran pH selama 8 minggu

Pengulangan Formula

Tabel data pengukuran pH selama 12 minggu

(6)
(7)

54 Lampiran 10. (Lanjutan)

(8)
(9)

56 Lampiran 10. (Lanjutan)

(10)
(11)

58 Lampiran 10. (Lanjutan)

(12)

Lampiran 11. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 0

Formula 0, pengulangan 1 Formula 0, pengulangan 4

Formula 0, pengulangan 2 Formula 0, pengulangan 5

(13)

60

Lampiran 12. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 1

Formula 1, pengulangan 1 Formula 1, pengulangan 4

Formula 1, pengulangan 2 Formula 1, pengulangan 5

Formula 1, pengulangan 3 Formula 1, pengulangan 6

(14)

Lampiran 13. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 2

Formula 2, pengulangan 1 Formula 2, pengulangan 4

Formula 2, pengulangan 2 Formula 2, pengulangan 5

Formula 2, pengulangan 3

(15)

62

Lampiran 14. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 3

Formula 3, pengulangan 1 Formula 3, pengulangan 4

Formula 3, pengulangan 2 Formula 3, pengulangan 5

Formula 3, pengulangan 3 Formula 3, pengulangan 6

(16)

Lampiran 15. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 4

Formula 4, pengulangan 1 Formula 4, Pengulangan 4

Formula 4, Pengulangan 2 Formula 4, Pengulangan 5

(17)

64

Lampiran 16. Data serapan sediaan krim tabir surya Formula 5

Formula 5, Pengulangan 1 Formula 5, Pengulangan 4

Formula 5, Pengulangan 2 Formula 5, Pengulangan 5

Formula 5, Pengulangan 3 Formula 5, Pengulangan 6

(18)

Lampiran 17. Bagan alir pembuatan sediaan tabir surya

Ditimbang

Bahan ( Butilen Glikol, Disodium edetat, TEA, Oksibenzon, Oktil metoksisinamat, Petrolatum, Setil alkohol, Asam stearat,

Gliseril monostearat, Natrium metabisulfit, Nipagin

Fase air:

(19)

66

Lampiran 18. Bagan alir pengujian nilai SPF krim tabir surya

*

Ditimbang sebanyak 1 gram Dilarutkan dengan Etanol 96%

Dimasukkan ke dalam Labu tentukur 100 ml Dicukupkan dengan Etanol 96% hingga garis tanda Disaring

Dibuang 10 ml pertama Lalu dipipet lagi 5 ml filtrat Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml

Dicukupkan dengan Etanol 96% hingga garis tanda

Dipipet 5 ml aliquot dari labu tentukur 50 ml

Dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml

Dicukupkan dengan etanol 96% hingga garis tanda

Larutan dengan konsentrasi 200 ppm

Didapatkan Serapan dan Dihitung Nilai SPF

(20)

Lampiran 19. Surat pernyataan pengujian iritasi

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai prosedur dan manfaat dari penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Mega Sari dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Minyak Biji Gandum (Triticum vulgare) terhadap Nilai Sun Protection Factor (SPF) Krim Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat” dalam menguji efek iritasi dari sediaan krim tabir surya yang dihasilkan. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Maret 2016

Peneliti, Sukarelawan,

(21)

68 Lampiran 20. Cara perhitungan

Perhitungan konsentrasi kuvet 0,02% (200 ppm)

Ditimbang 1 gram krim ke dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan etanol p.a sampai batas tanda sehingga didapatkan konsentrasi larutan:

1 ����

100 �� = 1% (����)

Dipipet 5 ml dari LIB 1 ke dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan etanol 96% sampai batas tanda sehingga didapatkan konsentrasi larutan :

5 ��

50 �� � 1% = 0,1% (�����)

Dipipet 5 ml dari LIB 2 ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerka dengan etanol p.a sampai batas tanda sehingga didapatkan konsentrasi larutan uji :

5 ��

25 �� � 0,1% = 0,02% = 200 ���

Perhitungan nilai SPF dengan metode Mansur et al., (1986) untuk formula 1 pengulangan 1.

SPF = CF ∑320290 Abs x EE x I

SPF = 10 x { (1,073 × 0,0150) + (1,088 × 0,0817) + (1,086 × 0,2874) + (1,093 × 0,3278) + (1,12 × 0,1864) + (1,073 × 0,0839) + (0,953 × 0,0180) } = 10,90817

Perhitungan peningkatan persen tiap formula

Formula 1 & Formula 2 Formula 3 dan Formula 4 = 14,32−11,04

11,04 � 100% = 29,71% =

15,58−14,78

14,78 � 100% = 5,41%

Formula 2 dan Formula 3 Formula 4 dan Formula 5

(22)

= 14,78−14,32

14,32 � 100% = 3,21% =

17,91−15,58

15,58 � 100% = 14,96%

Lampiran 21. Hasil data statistik

Tests of Normality

Minyak Biji Gandum 5%

.172 6 .200* .977 6 .935

Minyak Biji Gandum 7,5%

.287 6 .133 .806 6 .066

Minyak Biji Gandum 10%

.289 6 .127 .867 6 .213

Minyak Biji Gandum 12,5%

.262 6 .200* .907 6 .415

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

ANOVA

Minyak Biji Gandum 5%

6 14.3217

Minyak Biji Gandum 7,5%

6 14.7783

Minyak Biji Gandum 10%

6 15.5867

Minyak Biji Gandum 12,5%

6 17.9100

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

(23)

70

Bound Upper Bound Blanko Oksibenzon +

Oktil

Minyak Biji Gandum 5%

Minyak Biji Gandum 7,5%

Minyak Biji Gandum 10%

Minyak Biji Gandum 12,5%

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

(24)
(25)

72 Lampiran 23. Sertifikat analisis oksibenzon

(26)
(27)

44

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., dan Adhe, S.R.A. (2013). Uji Stabilitas Formula Krim Tabir SuryaEkstrak Umbi Bawang Dayak (Eleutherine Americana L. Merr.). Journal Trop. Pharm. Chem.2(3): 159-165

Amnuaikit, T., dan Prapaporn, B. (2013). Formulation and characterization of sunscreen creams with synergistic efficacy on SPF by combination of UV filters. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 3(8): 1-5

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Halaman 389.

Arjona, D.J., Lopez, P.G., Dominguez, M.M., dan Looken, S.C.V. (2015). Study of Sunscreen Lotions, a Modular Chemistry Project. Journal of Laboratory Chemical Education. 3(3): 44-52.

Atlantic Ultraviolet Corporation. (2015). Wavelengths Diakses tanggal 2 Juni 2016.

Barel, A.O., Marc, P., dan Howard, I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi III. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Halaman 316-318.

Chandra, R. (2015). Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon Dan Oktilmetoksinamat dalam Basis Vanishing Cream. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 32.

Diniyanti, S.N. (2015). Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia x mangostana L.) terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzon dan Oktil Metoksisinamat. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 38.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 33, 39.

Ditjen POM RI. (1985). Formularium KosmetikaIndonesia. Cetakan I.Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 103.

Dutra, E.A., Daniella, A.G.C.O., Erika, R.M.K., dan Maria, I.R.M.S. (2004). Determinatio7n of Sun Protection Factor (SPF) of Sunscreens by Ultraviolet Spectrophotometry. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 40(3): 381-385.

FDA. (2015). Sunburn Protection Factor (SPF). http://www.fda.gov/ aboutfda/centersoffices/officeofmedicalproductsandtobacco/cder/ucm1063 51.htm.Diakses pada tanggal 3 Juni 2016.

(28)

Gadri, A., Sasanti, T.D., Rachmat, M., dan Maria, I.I. (2011). Formulasi Sediaan Tabir Surya dengan Bahan Aktif Nanopartikel Cangkang Telur Ayam Broiler.Jurnal Matematika & Sains.17(3): 89-97.

Gomez, A.M., dan De La Ossa, E.M. (2000). Quality of Wheat Germ Oil Extracted by Liquid and Supercritical Carbon Dioxide. Journal of American Oil Chemists’ Society. 77(1): 969-974.

Harry, R.G. (2000). Harry’s Cosmetology. 8th Edition.London: Leonard Hill Books. Halaman 421-422.

Ho, T.Y. (2001). Sunscreens: Is Looking At Sun Protection Factor Enough?. Hong Kong Dermatology & Venereology Bulletin. 9(3): 100-108.

Khairan, M. (2015). Pengaruh Variasi Konsentrasi Minyak Zaitun (Olea europeae) Terhadap Nilai Sun Protection Factor (SPF) Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzon dan Oktil Metoksisinamat Secara In Vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 23.

Mahmoud, M., Hassaneın, M., dan Abedel-Razek, A.G. (2009). Chromatographic Quantitation Of Some Bioactive Minor Components in Oils of Wheat Germ and Grape Seeds Produced as By-Products. Journal of Oleo Science. 58(1): 227–233.

Mansur, M.C.P.P.R., Suzana, G.L., Cristal, C.C., Alane, B.V., Ronald, S.S., Octavio, A.F.P., Alvaro, A.C.L., Gilda, G.L., Eduardo, R.J., dan Elisabete, P.S. (2016). In Vitro and In Vivo Evaluation of Efficacy and Safety of Photoprotective Formulations Containing Antioxidant Extracts. Revista Brasileira de Farmacognosia. 26(1): 251-258.

Mayawati, E., Liza, P., dan Bambang, W. (2014). Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Dalam Formulasi Krim Terhadap Dpph (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazil).Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Halaman 8.

Megahed, M.G. (2011). Study on Stability of Wheat Germ Oil and Lipase Activity of Wheat Germ during Periodical Storage. Agriculture and Biology Journal of North America. 2(1):163-168.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi I. Amsterdam : Elsevier Science B.V. Halaman 460.

Mokodompit, A.N., Hosea, J.E., dan Weny,W. (2013). Penentuan Nilai Sun Protective Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Alpukat. Skripsi. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Halaman 84. Ozcan, M.M., Antonella, R., Maria, A.D., Bruno, M., Alessandra, P., dan Fahad,

(29)

46

Parish, J.A., Margaret, L.K., dan Warwick, L.M. (1983). Photoimmunology. New York: Plenum Medical Book Company. Halaman 9.

Purwaningsih, S., Ella, S., dan Nur, A. (2014). Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya Dengan Penambahan Karaginan Dan Buah Bakau Hitam (Rhizopora mucronataLamk.).Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 7(1):1-14.

Rosita, N., Tutiek, P., dan Agustin. (2010). Stabilitas Fisik dan Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktil Metoksisinamat dengan Penambahan Asam Glikolat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 7(2): 16-26.

Sachdeva, S. (2009). Fitzpatrick Skin Typing: Applications in Dermatology. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 75(1): 93-96.

Sayre, R.M., Agin, P.P., Levee, G.J., dan Marlowe, E. (1979).Comparison of In Vivo and In Vitro Testing of Sunscreening Formulas. Journal ofPhotochemical and Photobiology. Halaman 133-143.

Shai, A., Howard, I.M., dan Robert, B. (2009). Cosmetic Skincare. Edisi II. United Kingdom: Informa Healthcare. Halaman 84-85.

Sukma, H. (2015). Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil metoksisinamat dan Avobenzon. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 15-17.

Suryawansih, J.A.S. (2016). In Vitro Determination of Sun Protection Factor and Evaluation of Herbal Oils. International Journal of Pharmacology Research. 6(1): 37-43.

Standar Nasional Indonesia. (1996). Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-1996. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 1-7.

Tabor, A., dan Robert, B. (2009). Nutritional Cosmetics Beauty from Within. Burlington: USA. Halaman 6-7.

Theresia, S. (2010). Pengaruh Penambahan Zinc Oksida (ZnO) Terhadap Efektifitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat dalam Basis Vanishing Cream. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 4-5.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 3, 47, 58-59, 81-83.

Walters, K.A. (2007). Dermatological and Transdermal Formulations. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Halaman 2, 11-12.

(30)

Walters, K.A., dan Michael, S.R. (2008). Dermatologic, Cosmeceutic and Cosmetic Development: Therapeutic and Novel Approaches. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Halaman 62.

Wang, T., dan Johnson, L.A. (2001). Refining High-Free Fatty Acid Wheat Germ Oil. Journal of the American Oil Chemists’ Society. 78(1):71–76.

Wasitaatmadja. S.M.(1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. Halaman 101, 117-120.

Yildirim, K., dan Kostem, A.M. (2014). A Technical Glance on Some Cosmetic Oils. European Scientific Journal. 2(1): 425-435.

(31)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara ekperimental, yang dilakukan untuk melihat pengaruh minyak biji gandum (wheat germ oil) terhadap peningkatan nilai Sun Protector Factor (SPF) krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat. Formulasi krim tabir surya dengan minyak biji gandum dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi yaitu F2 (5%), F3 (7,5%), F4 (10%) dan F5 (12,5%). Kemudian ditentukan nilai Sun Protection Factor (SPF) dari krim tabir surya. Pemeriksaan terhadap sediaan meliputi uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit dan uji stabilitas sediaan yang dilakukan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar.

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan sejak Februari sampai Mei 2016 di Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumpang, alu, neraca analitik (Ohaus) , penangas air, batang pengaduk, cawan penguap, labu tentukur, pipet tetes, pipet ukur, bola penghisap, erlenmeyer, gelas ukur, gelas arloji, gelas objek, pH meter (Eutech Instrument) , Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV 1800).

(32)

3.3 Bahan

1,3-butilen glikol, Disodium Edetat, Trietanolamin, Oktil metoksisinamat, Oksibenzon, Petrolatum, Asam stearat, Setil alkohol, Gliseril monostearat, Natrium metabisulfit, Nipagin, Air suling , Alkohol 96% dan Minyak biji gandum.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Formulasi sediaan krim

Sediaan basis krim berdasarkan formula standar yang dimodifikasi. 3.4.1.1 Formula standar

Menurut Mitsui (1997) :

R/ 1,3-butilen glikol 7% Titanium Dioksida 5% Disodium Edetat 0,05%

Trietanolamin 1% Disodium edetat 0,05%

Trietanolamin 1%

Oktilmetoksisinamat 5%

Oksibenzon 2%

Petrolatum 5%

Setil alkohol 3%

Asam stearat 3%

(33)

26

Natrium metabisulfit 0,1%

Nipagin 0,1%

Air suling ad 100%

Pada formula modifikasi, Titanium dioksida, Squalane dan Etil poliakrilat dihilangkan. Titanium dioksida merupakan tabir surya fisik untuk memantulkan sinar matahari. Peneliti hanya menggunakan tabir surya kimia oksibenzon dan oktil metoksisinamat.

Squalane merupakan antioksidan pada formula di atas, peneliti mengganti squalane dengan minyak biji gandum sebagai antioksidan. Etil poliakrilat berfungsi sebagai pembentuk film stabilisator pada emulsi serta zat pengemulsi. Polimer dari akrilat ini pada dasarnya tidak sensitif terhadap sinar ultraviolet, sehingga bahan ini tidak digunakan.

3.4.1.3 Formula dengan variasi konsentrasi minyak biji gandum Tabel 3.1 Komposisi formula 0 sampai formula 5

Bahan Konsentrasi (%)

F0 F1 F2 F3 F4 F5

Konsentrasi minyak biji gandum yang digunakan adalah 5%, 7,5%, 10% dan 12,5%. Dibuat juga dasar krim saja dan juga blanko formula dasar tanpa penambahan minyak biji gandum.

3.4.1.4 Pembuatan sediaan krim tabir surya

Basis krim yang akan di buat adalah tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Bahan yang diperlukan meliputi fase air dan fase minyak. Fase air

(34)

terdiri dari 1,3-butilen glikol, disodium edetat, nipagin, natrium metabisulfit, trietanolamin, air suling. Sedangkan fase minyak terdiri dari asam stearat, gliseril monostearat, setil alkohol, oksibenzon dan petrolatum. Bahan ditimbang terlebih dahulu, lalu fase minyak dilebur di atas penangas air menggunakan cawan penguap pada suhu ± 70-75oC (massa I). Fase air dilarutkan pada air suling yang sudah dipanaskan (massa II). Massa II dimasukkan ke lumpang yang sudah dipanaskan kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan massa I ke dalamnya sambil digerus konstan pada suhu ± 70oC sampai diperoleh massa krim dan dimasukkan oktilmetoksisinamat, digerus hingga homogen lalu dimasukkan minyak biji gandum dan gerus krim hingga homogen (Mitsui, 1997).

3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan 3.4.2.1 Pengujian homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

3.4.2.2 Pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan setelah sediaan selesai dibuat, dimana sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya. Penyimpanan dilakukan selama 12 minggu pada suhu kamar, bagian yang diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau sediaan (Ansel, 2005).

3.4.2.3 Pengukuran pH sediaan

(35)

28

Alat terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar standar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dengan air suling sampai 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan .

Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu yang ditentukan saat selesai dibuat, minggu ke- 1, 4, 8 dan 12 dalam kondisi suhu ruangan saat penyimpanan.

3.4.2.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe krim dilakukan dengan cara sejumlah tertentu diletakkan di kaca objek, ditambahkan satu tetes metilen biru, diaduk dengan batang pengaduk, bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biru, berarti sediaan tipe air dalam minyak (Ditjen POM RI, 1985).

3.4.3 Pengujian iritasi pada sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM RI., 1985) :

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

(36)

Pengujian iritasi dilakukan oleh 12 orang dengan menggunakan krim tabir surya dengan konsentrasi tertinggi yaitu Formula 5 dimana mengandung minyak biji gandum sebanyak 12,5%.

Lokasi uji tempel adalah bagian kulit di belakang telinga dimana dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada lokasi pengujian, dibiarkan terbuka selama ±24 jam, lalu amati reaksi kulit yang terjadi (Ditjen POM., 1985). Krim tabir surya yang dipakai adalah 2 mg/cm2 dan seluas area belakang telinga. Reaksi yang diamati adalah terjadinya ekzem khas pada daerah uji atau terjadinya gatal-gatal pada daerah uji. Gejala ini tampak seperti terjadi edema pada daerah kulit yang merah.

Tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada reaksi 0

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++

5. Edema dan gelembung ++++

3.4.4 Penentuan nilai SPF sediaan 3.4.4.1 Penyiapan sampel

(37)

30

alkohol 96% sampai garis tanda, akan memperoleh konsentrasi 200 ppm (Dutra, et al., 2004). Cara perhitungan konsentrasi kuvet 200 ppm dapat dilihat padaLampiran 20, halaman 65.

3.4.4.2 Penentuan nilai SPF

Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur karena khusus menghitung absorbansi pada panjang gelombang UVB, seperti kita ketahui bahwa SPF hanya menunjukkan perlindungan terhadap sinar UVB, namun pada saat pengukuran dilakukan hingga panjang gelombang 400 nm sebagai informasi tambahan mengenai serapan sampel hingga panjang gelombang tersebut. Spektrum serapan sampel diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm dengan alkohol 96% sebagai blanko, nilai serapan dicatat setiap interval 5 nm pada panjang gelombang 290-320 nm dan interval 10 nm panjang gelombang 320-400 nm. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan EE x I untuk masing-masing interval. Nilai EE x I tiap interval dapat dilihat pada Tabel 2.2. Jumlah EE x I yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi akhirnya diperoleh nilai SPF dari sampel yang diuji.

SPF = CF x ∑320290x Abs x EE x I

Keterangan:

CF = Faktor koreksi

EE = Spektrum Efek Erytemal

I = Spektrum Intensitas dari Matahari Abs= Absorbansi dari sampel

(38)

Tabel 3.2 Nilai EE x I (Spektrum efek erytemal x spektrum intensitas dari matahari)

Nilai EE x I dan faktor koreksi adalah suatu konstanta dimana nilai EE x I dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap selisih 5 nm dan faktor koreksi 10 telah ditentukan oleh Sayre dan kawan-kawan (1979), seperti pada Tabel 2.2 di atas.

Pengukuran dilakukan dengan perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula. Untuk mengetahui adanya perbedaan nilai SPF yang bermakna antar formula dilakukan uji statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) dengan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) dengan taraf tingkat kepercayaan 95%.

Panjang gelombang ( nm ) EE x I

290 0,0150

295 0,0817

300 0,2874

305 0,3278

310 0,1864

315 0,0839

320 0,0180

(39)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Sediaan Krim Tabir Surya

Sediaan krim tabir surya dibuat dengan menggunakan formula standar krim tabir surya Mitsui (1997), formula tersebut dimodifikasi dengan tanpa menggunakan titanium dioksida, dan penambahan minyak biji gandum sebagai bahan aktif. Konsentrasi minyak biji gandum yang digunakan adalah 5%, 7,5%, 10% dan 12,5%.

Warna krim tabir surya yang dihasilkan pada Formula 0 (basis krim) adalah putih, sedangkan Formula 1 (basis krim + oksibenzon + oktil metoksisinamat), Formula 2 ( minyak biji gandum 5%), Formula 3 (minyak biji gandum 7,5%), Formula 4 (minyak biji gandum 10%) dan Formula 5 (minyak biji gandum 12,5%) berwarna putih kekuningan, yang jika semakin tinggi konsentrasi minyak biji gandum semakin kuning juga warna krim yang dihasilkan dan memiliki wangi khas dari minyak tersebut. Hasil sediaan dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 46.

4.2 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pengujian homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sejumlah tertentu sediaan yang jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, maka sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

(40)

Pada sediaan krim tabir surya yang diformulasikan, tidak ditemukan adanya butiran kasar pada kaca objekdari berbagai konsentrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sediaan krim tabir surya adalah homogen. Hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 46.

4.2.2 Pengamatan stabilitas sediaan

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap stabilitas sediaan krim tabir surya

No Formula

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

F2 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 5% F3 :Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 7,5% F4 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 10% F5 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 12,5% X: Perubahan warna

Y: Perubahan bau Z : Pecahnya emulsi - :Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan

(41)

34

perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi (Ansel, 2005).

Perubahan bau dapat disebabkan karena pengaruh kimia maupun biologis. Oksidasi oleh oksigen yang ada di udara terhadap lemak atau minyak merupakan salah satu reaksi kimia yang sering menyebabkan perubahan bau atau ketengikan. Sedangkan perubahan bau pada krim karena pengaruh biologis oleh mikroba ataupun jamur (Diniyanti, 2015).

Hasil pengamatan stabilitas sediaan krim tabir surya setelah penyimpanan 1, 4, 8, 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Berdasarkan hasil pengamatan stabilitas sediaan yang diperoleh pada Tabel 3.1 di atas maka menunjukkan seluruh sediaan dari setiap formula tidak mengalami perubahan warna, bau, pemecahan emulsi pada minggu ke- 1, 4, 8 dan 12. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.

4.2.3 Pengukuran pH sediaan

Tabel 4.2 Hasil pH awal sediaan krim tabir surya saat selesai dibuat

Formula pH Rata-rata

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

F2 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 5% F3 :Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 7,5% F4 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 10% F5 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 12,5%

(42)

Pengukuran pH sediaan krim tabir surya diukur menggunakan pH meter dimana dilakukan pengulangan tiga kali setiap sediaan. Hasil pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan hasil setelah penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil pH sediaan krim tabir surya setelah penyimpanan 12 minggu

Formula Waktu (minggu)

1 4 8 12

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

F2 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 5% F3 :Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 7,5% F4 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 10% F5 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 12,5%

Derajat keasaman atau pH sediaan terjadi pada krim tabir surya yaitu seluruh sediaan mengalami penurunan pH setelah penyimpanan 12 minggu. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan seperti udara selama penyimpanan dimana oksigen dapat mempengaruhi kestabilan dari zat-zat yang mudah teroksidasi seperti halnya minyak (Khairan, 2015).

(43)

36

baik harus masuk ke dalam rentang pH normal kulit yaitu 5,0-6,8. Jika pH krim tidak sesuai dengan pH kulit maka akan menyebabkan iritasi kulit. Akan tetapi nilai pH produk kulit berdasarkan SNI 16-4399-1996 syarat mutu sediaan krim tabir surya yaitu 4,5-8 dan sediaan kosmetik krim/lotion komersial yaitu 7,2-8,4.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH krim tabir surya masih tergolong aman karena pH krim yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan untuk pH krim yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering(Ahmad, dkk., 2013; Amnuaikit dan Prapaporn, 2013; Mayawati, dkk., 2014; Purwaningsih, dkk., 2015; SNI,1996).

4.2.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe krim dilakukan dengan cara sejumlah tertentu diletakkan di kaca objek, ditambahkan satu tetes metilen biru, diaduk dengan batang pengaduk, bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biru, berarti sediaan tipe air dalam minyak (Ditjen POM RI, 1985).

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, sediaan tabir surya mempunyai tipe minyak dalam air (m/a) karena metilen biru dapat terlarut dan memberikan warna biru yang homogen. Hasil penentuan tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada Lampiran 3,halaman 46.

4.3 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan

Untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi iritasi maka dilakukan uji iritasi terhadap kulit yaitu uji tempel. Uji tempel adalah uji iritasi yang dilakukan untuk tujuan mengetahui apakah sediaan uji itu menimbulkan iritasi atau tidak (Ditjen POM RI, 1985). Uji tempel dilakukan selama ± 24 jam lalu diamati reaksi

(44)

yang terjadi. Uji tempel merupakan uji dimana sediaan yang hendak diuji dioleskan pada kulit.

Tabel 4.4 Data pengujian iritasi terhadap kulit sukarelawan

Sukarelawan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

Respon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : Tidak ada reaksi 0

Eritema +

Eritema dan papula ++

Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++

Edema dan gelembung ++++

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap sukarelawan di atas Formula 5 tidak memberikan reaksi iritasi sehingga aman digunakan. Maka dapat disimpulkan bahwa F0, F1, F2, F3, dan F4 juga tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat dikatakan seluruh sediaan krim tabir surya aman untuk digunakan.

4.4 Penentuan Nilai SPF Tabel 4.5 Hasil pengukuran SPF

No Formula Nilai Sun Protection Factor (SPF) Rata-rata

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

(45)

38

Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan cara sediaan krim dilarutkan pada pelarutnya lalu diukur dan diperoleh absorbansi. Absorbansi dari setiap sediaan kemudian dimasukkan ke perhitungan persamaan Mansur. Hasil perhitungan persamaan Mansur dapat di lihat pada Lampiran 10, halaman 50. Hasil SPF dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik pengaruh konsentrasi minyak biji gandum terhadap nilai SPF sediaan krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat.

Keterangan:

F0 : Blanko (basis krim)

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

F2 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 5% F3 :Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 7,5% F4 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 10% F5 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 12,5%

Berdasarkan hasil penentuan nilai SPF sediaan yang menggunakan perhitungan metode Mansur maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak biji gandum semakin tinggi SPF yang diperoleh.

(46)

Efektivitas sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF yang diberikan sebagai faktor perlindungan terhadap sinar matahari.

Menurut Wasitaatmadja (1997), kategori adalah sebagai berikut: 1. Minimal, bila SPF antara 2-4

2. Sedang, bila SPF antara 4-6 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8 4. Maksimal, bila SPF antara 8-15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15

Berdasarkan pembagian nilai SPF yang baru disampaikan maka dapat diperoleh kategori untuk masing-masing sediaan krim tabir surya dengan nilai SPF yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 4.6 Kategori efektivitas sediaan krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat

No Formula Nilai SPF Rata-Rata Kategori Efektivitas

1. F0 0,06 Tidak ada efektivitas

F1 : Basis krim + Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5%

F2 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 5% F3 :Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 7,5% F4 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 10% F5 : Oksibenzon 2% + Oktil metoksisinamat 5% + Minyak biji gandum 12,5%

(47)

UV-40

B karena nilai SPF minimal adalah 2, sedangkan F1, F2, F3 memberikan efek perlindungan maksimal dan F4, F5 memberikan perlindungan ultra.

Tokoferol merupakan salah satu antioksidan alami larut lemak yang kuat. Tokoferol dapat melindungi kulit dari polutan serta radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Sifat alami tokoferol yang mudah larut dalam lemak menjadikan tokoferol mudah terabsorbsi pada penggunaan secara topikal pada kulit (Chandra, 2015). Penggunaan secara topikal vitamin E dapat mengurangi eritema, resiko kanker kulit, serta penuaan dini kulit pada kulit tikus yang diradiasikan dengan sinar ultraviolet Penggunaan secara topikal vitamin E juga mencegah kerusakan DNA yang memicu terjadinya kanker kulit akibat radiasi sinar ultraviolet pada kulit tikus. Sifat fotoprotektif vitamin E juga terbukti menghambat terjadinya melanogenesis pada kulit (Chandra, 2015).

Setelah dilakukan uji statistik terhadap nilai SPF sediaan menggunakan One Way Anova, diperoleh nilai sig. 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 antara masing-masing formula dengan adanya perbedaan konsentrasi minyak biji gandum yang ditambahkan. Berdasarkan hasil pengujian Post-Hoc menggunakan metode Tukey, terdapat perbedaan nilai SPF yang signifikan antara masing-masing formula dengan penambahan minyak biji gandum dalam konsentrasi yang berbeda-beda. F5 dengan konsentrasi minyak biji anggur sebesar 12,5% memberikan nilai rata-rata SPF paling tinggi bila dibandingkan dengan fomula lainnya yaitu sebesar 17,91. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi minyak biji gandum yang ditambahkan, maka semakin besar nilai SPF yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa minyak biji gandum

(48)
(49)

42 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Minyak biji gandum dapat meningkatkan nilai SPF krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat. Nilai SPF maksimal yang diperoleh adalah 17,91 dengan penambahan minyak biji gandum sebesar 12,5%.

b. Sediaan krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat dengan penambahan biji gandum secara fisik stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar yang ditandai dengan tidak adanya perubahan bau, warna ataupun pemisahan fase. Sediaan krim tabir surya juga tidak menimbulkan iritasi.

5.2 Saran

a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan pengujian nilai SPF secara in vivo untuk dibandingkan dengan hasil secara in vitro sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat.

b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membuat sediaan tabir surya dengan tipe emulsi a/m agar dapat tahan terhadap air.

c. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode lain untuk memperoleh nilai SPF.

(50)
(51)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.1.1 Struktur kulit

Secara mikroskopik, lapisan kulit terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Epidermis adalah lapisan paling luar kulit yang kontak langsung dengan lingkungan (Tabor dan Robert, 2009).

Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu: 1. Stratum corneum (lapisan tanduk)

Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin (protein yang tidak larut dalam air). Secara alami, sel-sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung yang lembab, tipis, dan bersifat asam disebut mantel asam kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Umumnya, pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5. Mantel asam kulit memilikifungsi yang cukup penting bagi perlindungan kulit sehingga

(52)

disebut “the first line barrier of the skin” (perlindungan kulit yang pertama).

Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok, yaitu:

1) Sebagai penyangga (buffer) untuk menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.

2) Dengan sifat asamnya, dapat membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya bagi kulit.

3) Dengan sifat lembabnya, dapat mencegah kekeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Stratum lucidum

Lapisan ini terletak tepat di bawah stratum corneum. Lapisan ini mengandung eleidin, dan tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

3. Stratum granulosum

Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk poligonal, berbutir kasar. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).

4. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

(53)

7

5. Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalamnya terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan melalui dendrit diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel keratinosit disebut unit melanin epidermal (Tranggono dan Latifah,

2007).

Gambar 2.1 Struktur epidermis (Walters dan Michael, 2008) 2. Dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang merupakan struktur dari kulit

dan dasar dari organ tubuh (Tabor dan Robert, 2009). Lapisan dermis termasuk bagian terpenting pada tubuh, bukan hanya menyediakan gizi, memberi kekebalan dan menyangga epidermis, tetapi juga berperan dalam mengatur suhu, tekanan dan rasa sakit. Lapisan dermis memiliki tebal 0,5-1,0 cm dan terdiri dari serat-serat kolagen (70%) yang memberikan elastisitas dan menjadi bantalan di dalam matriks semigel dari mukopolisakarida. Sel utama dalam lapisan dermis adalah fibroblast, yang menghasilkan kolagen, laminin, fibronectin dan vitronectin, sel mast yang terlibat dalam reaksi imun dan

(54)

inflamasi, dan melanosit yang terlibat dalam produksi pigmen melanin (Walters, 2007).

3. Hipodermis adalah lapisan di bawah dermis, tersusun dari lapisan sel adiposa dan sebagai lambang “bantalan” dari lemak antara kulit dan organ yang berada di bawahnya (Tabor dan Robert, 2009). Biasa disebut dengan lapisan subkutis, berperan sebagai isolator panas, menyerap getaran dan untuk penyimpanan energi. Lapisan ini merupakan jaringan sel lemak yang langsung berhubungan dengan dermis melalui hubungan kolagen dan serat elastin. Selain sel lemak, lapisan ini terdiri dari fibroblas dan makrofag. Peran utama dari hipodermis adalah menopang pembuluh darah dan sistem saraf

(Walters, 2007).

(55)

9 2.1.2 Fungsi kulit

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin. gangguan sinar radiasi atau ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).

2. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit ini tergantung pada tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang menempel di kulit. Penyerapan melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut (Wasitaatmadja, 1997).

3. Fungsi pengindera (sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan krause. Badan taktil meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan,

demikian pula badan Merkel-renvier yang terletak di epidermis (Wasitaatmadja, 1997).

(56)

4. Fungsi pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin (Wasitaatmadja, 1997).

5. Pengeluaran (ekskresi)

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea dan zat lainnya seperti asam urat, amonia dan sedikit lemak (Wasitaatmadja, 1997).

6. Fungsi pembentukan pigmen (melanogenesis)

Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen, dihasilkan oleh sel melanosit di dalam melanosom. Paparan sinar matahari dapat mempengaruhi produksi melanin (Wasitaatmadja, 1997).

7. Fungsi keratinisasi

(57)

11

kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk ini akan secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak dibawahnya (Wasitaatmadja, 1997).

8. Sintesis vitamin D

Kulit dapat membentuk Vitamin D dari bahan baku 7-dehidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melalui makanan (Wasitaatmadja, 1997). Vitamin D dapat diperoleh dari susu, keju, telur, tahu, kedelai, minyak hati ikan kod, ikan salmon dan jamur.

2.2 Sinar Matahari dan Efeknya Terhadap Kulit

Radiasi ultraviolet adalah bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari (Sukma, 2015). Radiasi ultraviolet memiliki panjang gelombang di antara 200-400 nm. Panjang gelombang di bawah 290 nm diserap oleh ozon di stratosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Pembagian panjang gelombang berdasarkan reaksi kulit pada manusia terbagi menjadi UV A, UV B dan UV C. UV A (320-400 nm) tidak banyak terserap oleh protein dan asam nukleat dan tidak menyebabkan eritema pada kulit normal dengan dosis sedang tanpa adanya perlindungan kimia. UV B (290-320 nm) dapat menyebabkan eritema. UV B juga dapat menyebabkan kulit terbakar atau sunburn. UV C (200-290 nm) secara biologi sangat aktif, tetapi tidak mencapai

permukaan bumi. Dari ketiga jenis sinar UV, semuanya dapat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Namun, dalam penelitian atau percobaan, banyak

(58)

digunakan lampu merkuri tekanan rendah dengan panjang gelombang 254 nm sebagai sumber sinar UV (Parish, et al., 1983).

Gambar 2.3 Pembagian panjang gelombang sinar UV(www.ultraviolet.com) Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang (Ditjen POM RI, 1985). Efek yang ditimbulkan oleh sinar matahari:

1. Efek yang bermanfaat

(59)

13 2. Efek yang merugikan

Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah. Umumnya eritema tersebut terjadi 2-3 jam setelah sengatan surya, gejala tersebut akan berkembang dalam 10-24 jam. Sengatan surya akan merusak lapisan bertaju, mungkin karena proses denaturasi protein. Kerusakan sel tersebut menyebabkan terlepasnya mediator seperti histamin, sehingga terjadinya pelebaran pembuluh darah dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan merangsang sel basal untuk berproliferasi. Lukar bakar ringan dapat sembuh dalam waktu 24-36 jam, luka bakar lebih parah dapat sembuh dalam 4-8 hari. Jika inflamasi berkurang maka terjadi pengelupasan kulit. Sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit dari dermatitis ringan yang hanya bersifat gatal dan kemerahan hingga kanker kulit. Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan orang kulit hitam (Ditjen POM RI, 1985).

Gambar 2.4 Penetrasi sinar UV pada kulit

(60)

Radiasi UV yang berperan dalam kesehatan manusia terdiri dari UV A dan UV B. Sebanyak 95-98% radiasi UV yang mencapai permukaan bumi terdiri dari UV A, sedangkan sisanya sekitar 2-5% adalah sinar UV B. Intensitas UV A dalam sinar matahari mencapai 500-1000 kali lebih besar dibandingkan UV B (Sukma, 2015). UV B merupakan sinar ultraviolet yang efektif menembus bumi dan mengakibatkan kerusakan pada kulit manusia. Kerusakan yang terjadi oleh karena radiasi UV B adalah lebih pada kerusakan DNA sel yang merupakan kromofornya. Gejala kerusakan yang terjadi akibat penyerapan UV B ke epidermis berupa eritema. Panjang gelombang dari ultraviolet yang paling efektif menyebabkan eritema yaitu 250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan bertambahnya panjang gelombang (Sukma, 2015). UV A dapat menyebabkan inflamasi, pigmentasi, photoaging, imunosupresi dan kanker (Ho, 2001).

2.3 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit

Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan kulit terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran UVB akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM RI, 1985).

(61)

15

besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap membutuhkan perlindungan tambahan (Theresia, 2010).

2.4 Tabir Surya

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memantulkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM RI, 1985).

Tabir surya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Tabir surya fisik

Tabir surya fisik mencegah sinar matahari agar sampai ke kulit dengan cara memantulkan dan menghamburkan sinar, seperti cermin yang memantulkan cahaya. Komponen utama dari tabir surya fisik ini adalah bahan seperti talk, yaitu titanium dioksida dan zink oksida (Shai, et al., 2009). Titanium dioksida dan zink oksida memiliki sifat innert dan dapat memberi efek pada seluruh panjang gelombang UV (Barel, et al., 2009). Kadar maksimum yang dapat digunakan adalah 25% (Arjona, et al., 2015).

2. Tabir surya kimia

Tabir surya kimia menyerap sinar ultraviolet, dimana bekerja dengan cara mencegah agar sinar ultraviolet masuk ke kulit. Kemampuan untuk menyerap tergantung pada konsentrasi dan ukuran partikel dari bahan aktif yang digunakan. Bahan yang digunakan adalah oksibenzon, benzofenon dan asam

(62)

aminobenzoat (Shai, et al., 2009). Biasanya merupakan senyawa aromatik terkonjugasi dengan ikatan rangkap C=C (Arjona, et al., 2015).

Gambar 2.5 Mekanisme kerja dari tabir surya (Shai, et al., 2009) Tabir surya kimia menghalangi 95% dari sinar UV B dan kebanyakan tidak dapat menghalangi UV A. Tabir surya kimia golongan benzofenon dan tabir surya fisik lebih efektif dalam menghalangi sinar UV dengan SPF >15. Kombinasi tabir surya yang ideal adalah dengan mencampurkan bahan aktif tabir surya kimia dan fisik (Shai, et al., 2009).

Beberapa syarat tabir surya diantaranya:

1. Efektif dalam menyerap sinar eritemogenik pada rentang panjang gelombang 290-320 nm tanpa mengalami gangguan yang akan mengurangi efisiensinya atau yang akan menimbulkan toksik atau iritasi

2. Tidak mudah menguap

(63)

17

5. Tidak memberikan noda pada pakaian (Ditjen POM RI, 1985).

2.5 Sun Protection Factor (SPF)

Sun Protection Factor (SPF) adalah perbandingan antara jumlah sinar

UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan kulit terbakar atau sunburn pada kulit yang dilindungi sediaan tabir surya dengan jumlah sinar UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan kulit terbakar atau sunburn pada kulit yang tidak dilindungi sediaan tabir surya. Sun Protection Factor (SPF) adalah ukuran perlindungan sediaan krim tabir surya terhadap sinar UV B Semakin meningkat nilai SPF, maka efek proteksi terhadap kulit terbakar semakin meningkat juga (FDA, 2015).

FDA merekomendasikan menggunakan tabir suryadengan nilai SPF minimal 15 atau lebih untuk mendapatkan efek perlindungan terhadap sinar UV yang lebih baik. Nilai SPF mengacu kepada kemampuan suatu produk tabir surya untuk menyaring atau memblokir sinar matahari yang berbahaya. Misalnya, untuk tabir surya dengan SPF 15 memiliki kemampuan menyerap 93% dari sinar matahari selama 150 menit. Jumlah radiasi ultraviolet yang diteruskan dan dengan yang diserap oleh produk tabir surya pada berbagai nilai SPF dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Hubungan antara transmitan dan absorban nilai SPF

(64)

Pengukuran SPF suatu sediaan dapat dilakukan secara in vitro dan in vivo. Secara in vitro, nilai SPF dapat dilakukan dengan cara sampel diencerkan dan diukur pada spektrofotometer pada panjang gelombang sesuai dengan persamaan Mansur dengan prosedur seperti pada halaman 28-29. Uji in vitro dilakukan untuk memperkirakan hasil pada in vivo. Uji untuk UV A Protection Factor (UVA-PF) secara in vitro adalah menggunakan Ultraviolettransmittance

analyzer pada plat kuarsa dengan luas 25 cm2. Plat dilapisi dengan plester kertas (TransporeTM) pada salah satu permukaan, ditetesi sampel sebanyak 2 mg/cm2 untuk setiap formula dan diratakan. Plat didiamkan selama 15 menit, lalu diukur pada Ultraviolettransmittance analyzer (Mansur, et al., 2016).

Tipe kulit setiap orang tergantung pada gen dan merupakan satu dari banyak aspek penting dalam penampilan, termasuk warna mata dan rambut. Dengan mengetahui tipe kulit, maka kita dapat mengetahui reaksi kulit terhadap paparan sinar matahari. Tipe kulit menurut Fitzpatrick adalah klasifikasi warna kulit, reaksi terhadap paparan sinar matahari dan kemampuan kulit untuk terbakar atau tidak. Pembagian tipe kulit Fitzpatrick terdiri dari 6 jenis kulit yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(65)

19

Dari tabel di atas, tipe kulit I-III memiliki MED yang lebih rendah dibandingkan tipe IV-VI. Dan tipe I-III memiliki resiko yang lebih tinggi dalam kerusakan kulit, photoaging dan kemungkinan kanker kulit (Sachdeva, 2009).

Sedangkan secara in vivo, metode untuk mendapatkan nilai SPF adalah menurut Colipa (2006), dimana SPF artinya perbandingan antara jumlah energi ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema (Minimal Erythemal Dose) pada kulit yang dilindungi tabir surya dan dengan kulit yang tidak dilindungi tabir surya. Minimal Erythemal Dose (MED) adalah dosis yang diperlukan untuk menghasilkan eritema pada kulit (Mansur, et al., 2016).

Sepuluh wanita dengan umur 18-42 tahun dengan tipe kulit I,II dan III yang telah mengetahui tujuan dari pengujian dan telah setuju untuk ikut serta dalam pengujian ini. Punggung dari sukarelawan diradiasi dengan simulator sinar ultraviolet yang memancarkan radiasi ultraviolet. Pada hari kedua, sukarelawan diradiasi lagi dan diperoleh Minimal Erythemal Dose (MED) tanpa perlindungan tabir surya, lalu digunakan tabir surya sebanyak 2 mg/cm2 pada punggung sukarelawan dan didiamkan 15 menit sebelum diradiasi. Setelah itu akan diperoleh Minimal Erythemal Dose (MED) dengan perlindungan tabir surya, maka akan diperoleh hasil Sun Protection Factor (SPF) (Mansur, et al., 2016).

���= ������������������������������

�����������������������������������

Perlindungan terhadap UV B. SPF pertama digunakan untuk mengindikasi tingkat perlindungan yang ditawarkan oleh sediaan tabir surya dalam menghadapi sunburn. Tabir surya yang digunakan sebanyak 2 mg/cm2. Walaupun SPF pada tabir surya sangat tinggi, namun tidak menjamin dapat menghadapi efek dari UV A (Ho, 2001).

(66)

Perlindungan terhadap UV A. Terdapat banyak kendala dalam menyatakan indikator perlindungan untuk UV A, bahkan FDA tidak dapat memberikan jawaban dari kendala ini. Maka, dilakukan metode ini sebagai indikator pada UV A, yaitu MED, Immediate Pigment Darkening (IPD) dan Persistent Pigment Darkening (PPD). Pada metode MED, untuk memperoleh

faktor proteksi akan UV A dengan cara menggunakan radiasi pada 100 mW/cm2 dan radiasi 8-metoksipsoralen plus UV A (PUVA). Biasanya faktor proteksi radiasi PUVA lebih tinggi daripada radiasi biasa karena 8-MOP menginduksi secara maksimal pada panjang gelombang 320-340 nm, maka akan mudah terdeteksi hasilnya. Hasil akan diperoleh jika serapan diterima oleh sensitizer pada alat (Ho, 2001).

Immediate Pigment Darkening (IPD), merupakan salah satu indikator

dalam menentukan nilai proteksi UV A. IPD mengarah pada warna kulit yang menjadi kecoklatan akibat dari paparan sinar ultraviolet khususnya UV A. Perubahan warna kulit diyakini dapat terjadi karena fotooksidasi dari prekursor melanin. Tetapi metode IPD ini sulit dilakukan, karena kulit kecoklatan sangat cepat menghilang, sehingga susah diperoleh hasil yang akurat (Ho, 2001).

Persistent Pigment Darkening (PPD) mengarah pada lanjutan hasil IPD

(67)

21

2-4, PA++ antara 4-6 dan PA+++ untuk faktor perlindungan yang lebih besar dari 8 (Ho, 2001).

2.6 Oksibenzon

Oksibenzon secara efisien menyerap UV B, tetapi dapat menyerap dengan baik pada UV A-I (320-340 nm), sehingga lebih sering digunakan untuk menyerap UV A. Oksibenzon dapat meningkatkan SPF jika dikombinasikan dengan bahan yang menyerap UV B. Oksibenzon berbentuk padat dan sukar larut (Barel, et al., 2009; Harry, 2000).

Gambar 2.7 Rumus bangun oksibenzon Nama kimia : 2-hidroksi-4-metoksifenil-fenilmetanon

Nama dagang : oksibenzon, benzofenon-3, 2-hidroksi-4-metoksibenzofenon Berat Molekul : 228.25 g/mol

Rumus bangun : C14H12O3

Deskripsi : serbuk kristal berwarna kuning dan bau aromatis lemah

2.7 Oktil Metoksisinamat

Oktil metoksisinamat merupakan penyerap UV B yang bagus, dimana memiliki panjang gelombang maksimum 311 nm. Merupakan bahan yang paling banyak digunakan pada sediaan tabir surya di seluruh dunia. Oktil metoksisinamat

(68)

termasuk pada turunan sinamat, yang sekarang ini merupakan pengganti dari golongan asam p-aminobenzoat Oktil metoksisinamat memiliki kelarutan yang bagus pada minyak dan paling efektif meningkatkan SPF jika dikombinasikan dengan bahan lainnya (Harry, 2000).

Gambar 2.8 Rumus bangun oktil metoksisinamat Nama kimia : 2-ethilheksil-3-(4-metoksifenil)-2-propenoat

Nama dagang : Eusolex 2292, Escalol 557, NeoHolipan, Parsol MCX Rumus bangun : C18H26O3

Berat Molekul : 290,40 g/mol

Deskripsi : berwarna bening berupa cairan

2.8 Minyak Biji Gandum (Wheat Germ Oil)

Minyak biji gandum diperoleh dari bagian lembaga dari gandum. Gandum terdiri dari endosperm (81-84%), kulit (14-16%) dan inti (2-3%). Kulit dan inti memiliki nutrisi yang sangat baik untuk kesehatan. Minyak biji gandum biasanya digunakan untuk meningkatkan nutrisi karena memiliki vitamin E yang sangat tinggi. Minyak ini dapat digunakan dalam kosmetik, sediaan mandi dan farmaseutikal. Rentang konsentrasi minyak biji gandum yang digunakan pada produk kosmetik adalah 0,1-50%. Minyak biji gandum dapat diekstraksi melalui beberapa teknik seperti, ekstraksi secara mekanik, ekstraksi dengan pelarut organik dan ekstraksi cairan superkritikal dengan CO2. Minyak biji gandum yang

(69)

23

secara mekanik, dimana hasil asam lemaknya lebih sedikit. Biji gandum mengandung 15% minyak. Komposisi asam lemaknya tergantung pada jenis gandum, keadaan pertumbuhan, metode ekstraksi dan kondisi penyimpanan. Biji gandum terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Yildirim dan Kostem, 2014).

Gambar 2.9 Anatomi gandum

Gambar 2.10 Perbandingan anatomi gandum, beras dan jagung

(70)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sinar matahari menghasilkan radiasi yang tersusun dari sinar inframerah dan cahaya tampak, serta sinar ultraviolet A dan B. Radiasi ultraviolet atau UV dapat menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar serta menyebabkannoda-noda cokelat serta penebalan dan keringnya kulit. Untuk mencegah efek buruk pajanan sinar matahari dapat dilakukan dengan cara menghindari pajanan berlebihan sinar matahari, yaitu tidak berada di luar rumah pada jam 10.00-16.00, memakai pelindung kimia seperti tabir surya topikal apabila memang kegiatan mengharuskan berada di bawah terik matahari (Zulkarnain, dkk., 2013).

Sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah UV A dengan rentang panjang gelombang 320-400 nm dan daerah UVB pada rentang 290-320 nm. Pemaparan sinar matahari berlebihan dapat membahayakan kulit manusia, karena kerusakan kulit dapat terjadi segera setelah pemaparan, yaitu berupa eritema atau kulit terbakar yang merupakan gejalaterjadinya degradasi sel dan jaringan. Kerusakan kulit yang terjadi dalam pemaparan jangka panjang akan memberikan efek yang bersifat kumulatif akibat pemaparan sinar matahari berlebihan dalam jangka waktu tertentu, antara lain adalah penuaan dini kulit dan kemungkinan kanker kulit (Gadri, dkk., 2011).

(71)

2

1997).Kulit manusia sesungguhnya telah memilikisistem perlindungan alamiah terhadap efek sinar matahari yang merugikan dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Namun tidak efektif untuk menahan kontak dengan sinar matahari yang berlebih (Ditjen POM., 1985). Penyinaran matahari yang berlebihan menyebabkan jaringan epidermis kulit tidak cukup mampu melawan efek negatif seperti kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan sampai kanker kulit, sehingga diperlukan perlindungan baik secara fisik dengan menutupi tubuh misalnya menggunakan payung, topi, atau jaket dan secara kimia dengan menggunakan kosmetika tabir surya (Mokodompit, dkk., 2013).

Sediaan tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang biasanya diaplikasikan pada permukaan kulit. Sediaan tabir surya umumnya mengandung bahan aktif fotoprotektor. Bahan ini berfungsi menyerap atau menyebarkan sinar matahari sehingga intensitas sinar yang mampu mencapai kulit jauh lebih sedikit dari yang seharusnya (Wasitaatmadja, 1997). Oksibenzon dan oktil metoksisinamat adalah bahan aktif yang sering digunakan dalam sediaan krim tabir surya. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan pada penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM., 1995).Oksibenzon adalah bahan yang efektif menyerap UV A dan UV B, maka disebut broad spectrum. Sedangkan oktil metoksisinamat adalah bahan yang efektif menyerap UV B (Rosita, dkk., 2010).

Sun Protection Factor (SPF) adalah perbandingan antara jumlah sinar UV

yang dibutuhkan untuk menghasilkan kulit terbakar atau sunburn pada kulit yang dilindungi sediaan tabir surya dengan jumlah sinar UV yang dibutuhkan untuk

(72)

menghasilkan kulit terbakar atau sunburn pada kulit yang tidak dilindungi sediaan tabir surya. SPF adalah ukuran perlindungan sediaan krim tabir surya terhadap sinar UV B. Semakin meningkat nilai SPF, maka efek proteksi terhadap kulit terbakar semakin meningkat juga (FDA, 2015).

Wheat germ oil ( minyak biji gandum) adalah sumber yang kaya akan

asam lemak tak jenuh ganda dan vitamin E, dimana merupakan bahan alami yang

memiliki kandungan tertinggi dari α-tokoferol dengan aktivitas vitamin E

tertinggi. Wheat germ oil telah dinyatakan dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan menunda penuaan (Megahed, 2011). Menurut Gomez dan De La Ossa (2000), telah ditentukan dalam minyak biji gandum terkandung 166,0-319,2 mg/g α -tokoferol dan 66,6-121,0 mg/g β-tokoferol. Menurut Wang dan Johnson (2001), di dalam minyak biji gandum crude terkandung 1817 mg/kg α-tokoferol dan 864

mg/kg β-tokoferol. Sedangkan menurut Mahmoud dan kawan-kawan (2009),

minyak biji gandum mengandung 70% α-tokoferol, 19% β-tokoferol, 7% γ

-tokoferol, 2% α-tocotrienol dan 2% γ-tocotrienol (Ozcan, dkk., 2013).

Menurut penelitian dari Suryawansih (2016), telah dibuktikan bahwa minyak biji gandum dapat menjadi kandidat bahan aktif dari krim tabir surya karena miningkatkan nilai SPF dan sebagai bahan untuk mencegah penuaan dini. Dengan peningkatan konsentrasi minyak biji gandum, nilai SPF yang diperoleh pun semakin tinggi.

(73)

4 1.2Perumusan Masalah

1. Apakah denganperbedaan konsentrasi minyak biji gandum pada sediaan krim tabir surya akan memberikan perubahan nilai SPF?

2. Formula manakah yang memiliki nilai SPF paling tinggi?

1.3Hipotesis

1. Minyak biji gandum dapat meningkatkan nilai SPF sediaan krim tabir surya

2. Formula dengan konsentrasi minyak biji gandum yang lebih tinggi akan memberikan nilai SPF yang lebih tinggi pula

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak biji gandum terhadap nilai SPF krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat 2. Untuk mengetahui kestabilan secara fisik sediaan krim tabir surya

kombinasi oksibenzon, oktil metoksisinamat dan minyak biji gandum

1.5Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada orang lain tentang formulasi penambahan minyak biji gandum pada sediaan krim tabir surya dapat meningkatkan nilai SPF pada krim tersebut dan minyak biji gandum juga sebagai antioksidan yang dapat mengurangi efek samping krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat.

(74)

PENGARUH KONSENTRASI MINYAK BIJI GANDUM

(Triticum vulgare) TERHADAP NILAI SUN PROTECTION

FACTOR (SPF) KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI

OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSISINAMAT

ABSTRAK

Latar Belakang: Sinar matahari menghasilkan radiasi salah satunya adalah radiasi ultraviolet. Radiasi ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar serta menyebabkan noda-noda cokelat serta penebalan dan keringnya kulit. Untuk mencegah efek buruk dari radiasi ultraviolet tersebut, dapat digunakan sediaan tabir surya untuk perlindungan fisik. Minyak biji gandum(wheat germ oil)merupakan minyak nabati yang kaya akan asam linoleat dan juga vitamin E yang berperan sebagai antioksidan.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh dan kestabilan secara fisik penambahan minyak biji gandum terhadap nilai SPF krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat.

Metode: Sediaan krim tabir surya dibuat dalam 6 formula yaitu Formula 0 (basis krim, yaitu butilen glikol, disodium edetat, trietanolamin, petrolatum, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, natrium metabisulfit, nipagin dan air suling), Formula 1 (blanko), Formula 2 (minyak biji gandum 5%), Formula 3 (minyak biji gandum 7,5%), Formula 4 (minyak biji gandum 10%) dan Formula 5 (minyak biji gandum 12,5%), yang setiap formula mengandung oksibenzon 2% dan oktil metoksisinamat 5%.Evaluasi sediaan krim meliputiuji homogenitas, penentuan tipe emulsi, uji pH, uji stabilitas (warna dan bau), uji iritasi kulit, dan efektivitas SPF sediaan secara in vitro menggunakan spektrofotometer UV. Uji statistik menggunakan metode One Way Anova.

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa seluruh sediaan krim homogen, tipe emulsi m/a, pH 6,47-7,90, tidak mengiritasi, dan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Penelitian juga menunjukkan semakin meningkatnya konsentrasi minyak biji gandum yang ditambahkan pada sediaan krim, semakin tinggi nilai SPF pada sediaan krim. Nilai SPF dari Formula 1 (blanko) adalah 11,04, Formula 2,3,4 dan 5 adalah14,32, 14,77, 15,58, dan 17,91 dengan masing-masing peningkatan dimulai dari Formula 2 adalah sebesar 3,21%, 5,41% dan 14,96%.

Kesimpulan: Penambahan minyak biji gandum pada sediaan krim tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktil metoksisinamat dapat meningkatkan nilai SPF dari sediaan tersebut dan juga memiliki sifat fisik yang baik.

Gambar

Tabel data pengukuran pH sediaan selama 1 minggu
Tabel data pengukuran pH selama 4 minggu
Tabel 3.1 Komposisi formula 0 sampai formula 5
Tabel 3.2 Nilai EE x I (Spektrum efek erytemal x spektrum intensitas dari matahari)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Nailul

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Lisberia Sinambela

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Mitra Nugraha Sembiring dengan judul

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian ULLA DWI MUGHNY dengan judul “FORMULASI DAN UJI

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian RAHMADIAH FITRI dengan judul

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Cut Putri

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Lisberia Sinambela

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian DARA YUNITA dengan judul “FORMULASI SEDIAAN