i
SKRIPSI
AGUSTIN RAFIKAYANTI
STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI
FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA
PASIEN GAGAL JANTUNG
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID -
SPIRONOLAkTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2012
Oleh:
AGUSTIN RAFIKAYANTI 08040049
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID -
SPIRONOLAkTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 23 Juli 2012
Oleh:
AGUSTIN RAFIKAYANTI 08040049
Tim Penguji
Penguji I Penguji II
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS Drs. Didik Hasmono, MS.,Apt. NIP. UMM 114.0704.0450
Penguji III Penguji IV
iv
LEMBARAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Studi Penggunaan Kombinasi Furosemid-Spironolakton pada Pasien Gagal Jantung (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang) oleh Agustin Rafikayanti (NIM 08040049) yang telah diuji dan disetujui. Malang, 28 Juli 2012
Mengetahui,
Wadir Pendidikan dan Ka. Bidang Rekam Medik dan Pengembangan Profesi Evapor
Dr. dr. Budi Siswanto, Sp.OG (K) Sri Erna Utami, SKM, M.Kes (MARS)
Pembina Utama Muda Pembina
v
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan kasih sayang kepada setiap hambaNya karena hanya dengan pertolonganNya skripsi yang berjudul “Studi Penggunaan Kombinasi Furosemid -Spironolakton pada Pasien Gagal Jantung (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr.
Saiful Anwar Malang)” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di
Program Studi Farmasi Fakulatas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan tepat waktu dan sebaik-baiknya.
Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu dosen serta rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelasian skripsi ini. Terimakasih kepada:
1. Ibu Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. DR. Dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U selaku Direktur RSU Dr. Saiful
Anwar Malang.
3. Prof. Dr. Dr. M. Istiadjid ES, SpS, Sp.BS, M.Hum selaku Ketua Komisi
Etik Penelitian Kesehatan yang telah memberikan izin dan kelayakan etik
sehingga penulis bisa melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar
Malang.
4. Dr. dr. Budi Siswanto, Sp.OG (K) selaku Wadir Pendidikan dan Pengembangan Profesi.
5. Sri Erna Utami, SKM,. M.Kes (MARS) selaku Kepala Bidang Rekam
Medik dan Evaluasi Pelaporan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang
6. drg. Asri Kusuma Djadi, MMR selaku Kepala Bidang Pendidikan dan
Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
7. Bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt., selaku staf ahli farmasi yang telah
memberikan pengarahan dan motivasi kepada setiap mahasiswa.
8. Ibu Uswatun Chasanah selaku Pembantu Dekan II dan Ketua Program
Studi farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
vi
9. Ahmad Sobrun Jamil, S.Si,MP selaku Sekretaris Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motifasi penulis
belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
10. Dr. Puji Rahayu, Sp.THT selaku penilai dari RSU. Dr. Saiful Anwar
Malang yang telah memberikan arahan dan nasehat yang sangat bermanfaat.
11. Mbak Ria selaku staff Bagian Pendidikan dan Penelitian RSU. Dr. Saiful
Anwar Malang yang telah banyak membantu dalam kelancaran proses
perizinan penelitian.
12. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS., selaku pembimbing I dan Dosen
Wali yang telah meluangkan sebagian waktunya untuk membimbing,
mengarahkan dan memberi semangat kepada penulis selama mengikuti
pendidikan di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
13. Bapak Drs. Didik Hasmono, MS., Apt., selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Ibu Nailis Syifa’, S. Farm., M.Sc., Apt. dan Ibu Annisa Farida Muti, S. Farm., Apt., M.Sc. selaku penguji yang telah memberikan masukan dan
saran dalam penyelesaian tugas akhir ini.
15. Seluruh dosen, laboran dan staff Tata Usaha Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak membantu penulis.
16. Rekan-rekan farmasi angkatan 2008 merupakan teman belajar yang
menyenangkan.
17. Rekan seperjuangan penelitian di RSU. Dr. Saiful Anwar Malang, Damas,
norma, reni, ephen dan Maria yang selalu memberikan yang terbaik dalam
perjalanan di Farmasi UMM sebagai teman dekat.
18. Keluarga tercinta, Ayahanda Hariyanto, Ibunda Kartini dan Adinda Puput
Wijayanti, terimakasih atas segala doa, dukungan, perhatian, dan kasih
sayang yang berlimpah untuk saya.
Akhir kata, penulis menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak
vii
dengan penulis dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Dengan
keterbatasan, baik pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga, penulis memohon
maaf atas ketidaksempurnaan penulisan skripsi ini dan dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi klinik baik bagi penulis maupun pembaca.
Wassalammualaikum wr. wb.
Malang, Juli 2012
viii
RINGKASAN
Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan kemudian didorong dengan tekanan yang tinggi saat sistol. Gagal jantung muncul ketika jantung tidak mampu memompa darah pada jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure), atau mampu melakukannya hanya saja apabila tekanan pengisian jantung diatas normal (backward failure), atau karena keduanya (Chatterjee & Fijer, 2011).
Disfungsi sistolik dengan manifestasi penurunan cardiac output yang diikuti oleh mekanisme kompensasi untuk mempertahankan cardiac output dan ini mengakibatkan hipertrofi dan peningkatan volume ventrikel. Disfungsi sistolik dapat berkembang menjadi disfungsi diastolik dengan adanya hipertrofi dan kerusakan myocite yang mengakibatkan penurunan kemampuan ventrikel untuk relaksasi dan elastisitas rekoilnya, serta peningkatan kekakuan ventrikel. Disfungsi sistolik dan diastolik bertanggung jawab pada munculnya gejala gagal jantung (McPhee & Ganong, 2006). Faktor resiko ekternal meliputi riwayat penyakit kardiovaskular dan life style dan faktor internal (usia dan jenis kelamin) merupakan faktor yang dapat mempercepat perkembangan gagal jantung. Tujuan dari terapi gagal jantung adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, meredakan dan mengurangi gejala, mencegah dan meminimalkan masuk rumah sakit, memperlambat perkembangan penyakit dan memperlama kelangsungan hidup pasien (Schwinghammer, 2009).
Diuretik berperan penting dalam gagal jantung kongestif dengan mengurangi volume cairan melalui penghambatan reabsorbsi garam dan air, menurunkan tekanan pengisian jantung sehingga menurunkan tekanan dinding jantung, edema pulmonar, kongestif perifer, dan aktivasi neurohormonal (Wilson Tang & Young, 2007). Fusoremid merupakan diuretik loop yang paling sering digunakan pada pengobatan gagal jantung. Namun, efek terapi jangka panjang penggunaan furosemid dapat mempengaruhi aktivitas neurohormonal yang menimbulkan aktivasi RAAS yang mempercepat proses remodeling jantung (Ahmed et al, 2006). Sehingga diperlukan tambahan suatu penghambat aldosteron untuk memperbaiki kerja penghambatan RAAS.
Antagonis aldosteron direkomendasikan pada terapi dengan ACE-Inhibitor dan diuretik loop pada gagal jantung lanjut (NYHA kelas III-IV) dengan disfungsi
sistolik (fraksi ejeksi ≤ 35%) untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas
(terbukti untuk spironolakton) (Setiawati dan Nafrialdi, 2007). Randomized Aldactone Evaluation Study (RALES) mengevaluasi penambahan spironolakton pada furosemid dan hasilnya Spironolakton menurunkan 30% total kematian, frekuensi hospitalisasi lebih rendah 35%, dan kondisi pasien membaik secara signifikan pada kelas fungsional NYHA dengan mekanisme pencegahan remodeling matriks ekstraselular (Mann, 2008) dan efek terapi pada gagal jantung dimediasi oleh penghambatan aldosteron daripada diuresis langsung (Hauptman & Swedberg, 2010).
ix
lama pemakaian pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang. Studi penggunaan obat pada penelitian ini akan difokuskan pada penggunaan kombinasi furosemid – spironolakton pada pasien gagal jantung. Kombinasi furosemid – spironolakton memiliki keuntungan yaitu menurunkan volume overload dengan cara meningkatkan diuresis dan penghambatan efek dari peningkatan aldosteron pada gagal jantung. Metode penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah merode observasional retrospektif, dengan penyajian data secara deskriptif dari data rekam medik kesehatan (RMK) pasien gagal jantung rawat inap pada periode Agustus 2011 – Januari 2012.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa furosemid-spironolakton digunakan secara kombinasi pada terapi gagal jantung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas gagal jantung dapat diketahui bahwa dari 90 pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang terdapat 48% pasien termasuk dalam gagal jantung tahap C kelas NYHA III. Terkait dengan pola penggunaan obat pada pasien tersebut diketahui bahwa penggunaan kombinasi furosemid-spironolakton dengan vasodilator ACE inhibitor merupakan kombinasi yang sering digunakan dalam penanganan gagal jantung (26%).
Pengamatan terhadap dosis, aturan pemakaian, rute pemakaian, dan lama pemakaian diperoleh data bahwa furosemid digunakan dalam dosis 20mg hingga 120mg per hari untuk rute pemakaian peroral dengan frekuensi 1-3 kali sehari, rute pemakaian intravena dosis yang digunakan adalah 10mg hingga 120mg per hari dengan frekuensi 1-3 kali sehari, intravena bolus 20mg hingga 60mg per hari, dan pada rute drip intravena furosemid diberikan pada dosis 5-10mg habis dalam 10 jam. Sedangkan penggunaan spironolakton diberikan dalam dosis 12,5mg hingga 200mg pada rute pemakaian peroral, dengan frekuensi 1-3 kali sehari pada waktu pagi, pagi – siang, dan pagi – siang – malam. Pola pemakaian kombinasi furosemid-spironolakton yang paling banyak adalah furosemid 1x40mg secara iv dan ditambah spironolakton dengan dosis 1x25mg peroral.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa furosemid dan spironolakton digunakan secara kombinasi dalam terapi gagal jantung. Furosemid-spironolakton merupakan diuretik yang diindikasikan pada pasien yang terbukti secara klinik mengalami retensi cairan bersama terapi konvensional gagal jantung (ACE inhibitor/ARB, diuretik, dan β blocker). Pola penggunaan obat pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang sesuai dengan guideline terapi gagal jantung yaitu menggunakan obat ACE inhibitor/ARB, diuretik, β blocker, vasodilator nitrat, dan inotropik positif. Penambahan spironolakton sebagai antagonis aldosteron dilakukan pada pasien yang menerima terapi furosemid dan ACE-Inhibitor untuk memberikan efek sinergis dalam penghambatan RAAS yaitu peniadaan efek RAAS terhadap sistem kardiovaskular diantaranya remodeling ventrikel kiri, vasokonstriksi/ hipertensi, dan hipertrofi ventrikel.
x
xi
ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI
FUROSEMID-SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Diuretik berperan penting dalam gagal jantung kongestif dengan mengurangi volume cairan melalui penghambatan reabsorbsi air dan garam, menurunkan tekanan pengisian jantung, edema pulmonar, kongestif perifer, dan aktivasi neurohormonal. Kombinasi furosemid – spironolakton menurunkan volume overload dengan cara meningkatkan ekskresi urin dan penghambatan aldosteron.
Tujuan penelitian ini adalah mengamati pola penggunaan obat dan profil penggunaan kombinasi furosemid-spironolakton pada pasien gagal jantung. metode penelitian observasional retrospektif, dengan penyajian data secara deskriptif dari data RMK pasien gagal jantung rawat inap di RSSA Malang pada periode Agustus 2011 – Januari 2012.
Hasil penelitian menujukkan bahwa furosemid dan spironolakton digunakan secara kombinasi dalam terapi gagal jantung. Dari 90 pasien yang mendapatkan furosemid-spironolakton terdapat 48% pasien termasuk dalam gagal jantung tahap C kelas NYHA III. Kombinasi furosemid-spironolakton dengan vasodilator yang banyak digunakan dalam penanganan gagal jantung adalah furosemid-spironolakton dengan ACE inhibitor (26%).
Kesimpulan penelitian ini adalah pola penggunaan obat pasien gagal jantung di instalasi rawat inap RSSA Malang sesuai dengan guideline terapi gagal jantung yaitu menggunakan obat ACE inhibitor/ARB, diuretik, β blocker, vasodilator nitrat, dan inotropik positif. Penambahan spironolakton pada pasien yang menerima terapi furosemid dan ACE-Inhibitor bertujuan untuk memberikan efek sinergis dalam penghambatan RAAS yaitu peniadaan efek RAAS terhadap sistem kardiovaskular diantaranya remodeling ventrikel kiri, vasokonstriksi/ hipertensi, dan hipertrofi ventrikel.
xii
ABSTRACT
THE STUDY OF FUROSEMIDE-SPIRONOLACTONE
COMBINATION UTILIZATION INPATIENT WITH HEART
FAILURE
(The Study was conducted at RSU Dr. Saiful Anwar Malang
)
Diuretics have an important role in congestive heart failure by reducing fluid volume through inhibition of water and salt reabsorption, reducing cardiac filling pressure, pulmonary edema, congestive peripheral and neurohormonal activation. The combination of furosemide-spironolactone reduce volume overload by increasing urinary excretion and aldosterone inhibition.
The objective of this study was to analyze the drugs patterns utilization of furosemide-spironolactone combination inpatient with heart failure. This study was an observational retrospective method with presentation data in descriptive statistics based on medical records of inpatient with heart failure at RSSA Malang in period August 2011-January 2012.
The results of this study showed that furosemide and spironolactone used as combination in heart failure therapy. There were 90 patients received furosemide-spironolactone, which in 48% included in stage C heart failure NYHA class III. The most widely used in combination of furosemide-spironolactone is ACE inhibitors (26%).
In conclusion, the medication pattern of heart failure inpatient at RSSA Malang in appropriate with the guidelines of heart failure therapy that using ACE
inhibitors / ARBs, diuretics, β blockers, nitrate vasodilators, and inotropic
positive. The addition of spironolactone in patients receiving furosemide and ACE-inhibitors have a purpose to provides a synergistic effect in inhibiting RAAS on the cardiovascular system including left ventricular remodeling, vasoconstriction / hypertension and ventricular hypertrophy.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... v
RINGKASAN ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Definisi Gagal Jantung ... 6
2.2. Epidemiologi Gagal Jantung... 6
2.3. Etiologi Gagal Jantung ... 7
2.4. Faktor Resiko Gagal Jantung ... 8
2.5. Patogenesis Gagal Jantung ... 9
2.6. Bentuk-Bentuk Gagal Jantung ... 12
2.7. Gejala Klinis Gagal Jantung ... 17
2.8. Penatalaksanaan Terapi ... 20
2.9 Diuretik ... 23
2.10. ACE Inhibitor ... 34
2.11. β-Blocker ... 34
2.12. Penghambat Reseptor Angiotensin II ... 35
2.13. Digoksin ... 35
2.14. Agen Inotropik Positif ... 36
2.15. Vasodilator ... 37
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN ... 42
4.1. Rancangan Penelitian... 42
4.2. Populasi dan Sampel ... 42
4.3. Kriteria Data Inklusi ... 42
4.4. Kriteria Data Eksklusi ... 43
4.5. Bahan Penelitian ... 43
4.6. Instrumen Penelitian ... 43
4.7. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
4.8. Metode Pengumpulan Data... 43
4.9. Analisa Data... 44
4.10. Definisi Operasional ... 44
BAB V HASIL PENELITIAN ... 46
BAB VI PEMBAHASAN ... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Penyebab Gagal Jantung... 7
II.2 Gejala Multiorgan Pada Gagal Jantung ... 8
II.3 Perbandingan Gagal Jantung Akut Dan Kronik ... 15
II.4 Gejala Klinis Gagal Jantung ... 19
II.5 Tahap Perkembangan Gagal Jantung/ Rekomendasi Terapi Berdasarkan Tahap ... 22
II.6 Mekanisme Kerja Diuretik ... 25
II.7 Diuretik Loop yang Digunakan pada Gagal Jantung ... 27
II.8 Dosis ACE – Inhibitor yang Rutin Digunakan pada Gagal Jantung .... 34
II.9 β-Blocker pada Terapi Gagal Jantung ... 35
V.1 Usia Pasien ... 47
V.2 Status Pasien ... 48
V.3 Faktor Resiko Gagal Jantung ... 48
V.4 Life Style Pasien Gagal Jantung... 49
V.5 Riwayat Pengobatan Pasien Sebelum MRS ... 49
V.6 Gejala Klinis Gagal Jantung ... 50
V.7 Data Pemeriksaan Penunjang Pasien Gagal Jantung... 51
V.8 Profil Klasifikasi Tahap dan Kelas Fungsional Gagal Jantung ... 51
V.9 Penyakit Penyerta Gagal Jantung ... 52
V.10 Terapi Utama Pasien Gagal Jantung ... 54
V.11 Kombinasi Furosemid-Spironolaktondengan Vasodilator, Inotropik, dan Diuretik Lain ... 55
V.12 Profil Kombinasi Furosemid-Spironolakton ... 58
V.13 Terapi Penunjang Penyakit Kardiovaskular ... 61
V.14 Terapi Penyerta Pasien Gagal Jantung ... 61
V.15 Serum Natrium ... 62
V.16 Serum Kalium ... 62
V.17 Serum Klorida ... 63
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Progres Remodeling Ventrikel Kiri pada Gagal Jantung ... 10
2.2 Progres Penyakit Gagal Jantung... 10
2.3 Aktivasi RAAS pada gagal jantung ... 11
2.4 Aktivasi Mekansme Kompensasi Disfungsi Ventrikel Kiri ... 12
2.5 Patofisiologi Gagal Jantung Sistolik ... 13
2.6 Kegagalan Ventrikel Kiri ... 16
2.7 Perembesan Cairan ke Alveolus pada Keadaan Dispnea ... 16
2.8 Kegagalan Ventrikel Kanan ... 17
2.9 Tahap Terapi Gagal Jantung ... 23
2.10 Sistem Transport Tubulus dan site of action Diuretik ... 25
2.11 Struktur Kimia Hidroklorothiazid ... 26
2.12 Struktur Kimi Metolazon ... 27
2.13 Struktur Kimia Furosemid ... 29
2.14 Struktur Kimia Spironolakton ... 31
3.1 Kerangka Konseptual Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung ... 40
3.2 Kerangka Operasional Penelitian pada Pasien Gagal Jantung ... 41
5.1 Skema Inklusi dan Ekslusi Penelitian Pada Pasien Gagal Jantung ... 46
5.2 Jenis Kelamin Pasien Gagal Jantung... 47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Daftar Riwayat Hidup ... 912.
Surat Pernyataan ... 923.
Surat Penghadapan Penelitian... 93xviii
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, A., Husain, A., Love, T.E., Gambassi, G., Dell'Italia, L.J., Francis, G.S., Gheorghiade, M., Allman, R.M., Meleth, S., and Bourge, R.C., 2006. Heart Failure, Chronic Diuretic Use, and Increase in Mortality and Hospitalization: An Observational Study Using Propensity Score Methods. Eur Heart J., 27(12), pp. 1431–1439.
Akbulut, M., Ozbay, Y., Ilkay, E., Karaca, I., and Arsland N., 2003. Effects of Spironolactone and Metoprolol on QT Dispersion in Heart Failure. Jpn Heart J.
Allen, L.A. and O’Connor, C.M., 2007. Management of acute decompensated heart failure. CMAJ., 176(6), pp. 797.
Al-Salman, J., 2002. Hyponatremia. West J Med., 176, pp. 173-176.
Ashley, E.A. and Niebauer, J., 2004. Heart Failure. Cardiolog explained. USA: Remedica., pp. 93 – 94.
Braunwald, E., 2005. Heart Failure and Cor Pulmonale. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L. (Eds). Harrison’s Principles Of Internal Medicine. 16 Edition. New York: McGraw-Hill Companies Inc., pp. 1367 – 1370.
Biswas, M. and Davies, J.S., 2007. Hyponatraemia in clinical practice. Postgrad Med J., 83, pp. 373–378.
Bucca C.B., Brussino L., Battisti A., Mutani R., Rolla G., Mangiardi L. and Cicolin A., 2007. Diuretics in Obstructive Sleep Apnea With Diastolic Heart Failure. Chest Official Publication the American Collage of Chest Physicians.
Chan, K.E., Lazarus, J.M., and Hakim, R.M., 2010. Digoxin Associates with Mortality in ESRD. J Am Soc Nephrol., 21(9), pp. 1550–1559.
Chatterjee, N.A. and Fijer, M.A., 2011. Heart Failure. In: Lilly, L.S. (Eds). Pathophysiology of Heart Disease. Fifth Edition. Philadelphia: Lippintcott Williams & wilkins.
xix
DiDomenico, R.J., 2005. Nitrates. In: Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G. (Eds). Handbook of Clinical Drug Data. Tenth Edition. New York: McGraw-Hill. Medical Publishing Division. pp. 397.
Dunlay, S.M., Weston, S.A., Jacobsen, S.J., and Roger, V.L., 2009. Risk Factors for Heart Failure: A Population-Based Case-Control Study. Am J Med., 122 (11), pp. 1023–1028.
Felker, G.M., Lee, K.L., Bull, D.A., Redfield, M.M., Stevenson, L.W., Goldsmith S.R., LeWinter, M.M., Deswal, A., Rouleau, J.L., Ofili, E.O., Anstrom, K.J., Hernandez, A.F., McNulty, S.E., Velazquez, E.J., Kfoury, A.G., Chen, H.H., Givertz, M.M., Semigran, M.J., Bart, B.A., Mascette, A.M., Braunwald, E., and O’Connor, C.M., 2011. Diuretic Strategies in Patients with Acute Decompensated Heart Failure. N Engl J Med., 364, pp. 797-805.
Francis, G.S., 2007. Pathophysiology of the Heart Failure Clinical Syndrome. In: Topol, E.J. (Eds). Textbook of Cardiovascular Medicine. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins., pp.1340-1350.
Friedman, P.A. and Berndt, W.O., 2003. Diuretic Drugs. In: Craig, C.R., Stitzel,R.E., Modern Pharmacology With Clinical Application. 6th Edition.
Goldberg, R.J, Ismailov, R.M., Patlolla, V., Lessard, D., and Spencer, F.A., 2008. Therapies for Acute Heart Failure in Patients With Reduced Kidney Function: A Community-Based Perspective. Am J Kidney Dis., 51(4), pp. 594–602.
Hauptman, P.J. and Swedberg, K., 2010. Management of Overt Heart Failure. In: Salim, Y., John, A.C., Camm, A.J., Fallen, E.L., and Gersh, B.J. (Eds). Evidence-Based Cardiology Third Edition. UK: Blackwell Publishing Ltd. Hess, O.M. and Carroll, J.D., 2007. Clinical Assessment of Heart Failure. In:
Libby, P., Bonow, R.O., Mann, D.L., and Zipes, D.P. (Eds). Braunwald's Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. Eighth Edition. Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
Ives, H.E., 2007. Diuretic Agents. In: Katzung, B.G. (Eds).
Pharmacology. Tenth Edition. New York: McGraw-Hill Medical.
Iyengar, S., Haas, G.J., and Young, J.B., 2007. Acute Heart Failure. In: Topol, E. J. (Eds). Textbook of Cardiovascular Medicine. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins., pp.1353.
xx
Kasama, S., Toyama, T., Hatori, T., Sumino, H., Kumakura, H., Takayama, Y., Ichikawa, S., Suzuki, T., Kurabayashi, M., 2006. Effects of torasemide on cardiac sympathetic nerve activity and left ventricular remodelling in patients with congestive heart failure. Heart., 92, pp.1434–1440.
Macdonald, J.E, Kennedy, N., Struthers, A.D., 2004. Effects of Spironolactone on Endothelial Function, Vascular Angiotensin Converting Enzyme Activity, and Other Prognostic Markers in Patients with Mild Heart Failure Already Taking Optimal Treatment. Heart., 90, pp.765–770.
Madron, E.D., King, J.N., Srtehlau, G., and White, R.V., 2011. Survival and echocardiographic data in dogs with congestive heart failure caused by mitral valve disease and treated by multiple drugs: A retrospective study of 21 cases. The Canadian Veterinary Journal., 52(11), pp.1219-1225. Mann, D.L., 2008. Management of Heart Failure Patients with Reduced Ejection Fraction. In:
Libby, P., Bonow, R.O., Mann, D.L., and Zipes, D.P. (Eds). Braunwald's Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. Eighth Edition. Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
Mann, D. L., 2008. Pathophysiology of Heart Failure. In: Libby, P., Bonow, R.O., Mann, D.L., and Zipes, D.P. (Eds). Braunwald's Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. Eighth Edition. Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
McMurray, J.J.V., 2010. Clinical Practice, Systolic Heart Failure. N Engl J Med., 362, pp.228-38.
McPhee, S.J. and Ganong, W.F., 2006. Cardiovascular Disorders: Heart Disease. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine. Fifth Edition. San Francisco: The McGraw-Hill Companies.
Mosterd, A. and Hoes, A.W., 2007. Clinical Epidemiology of Heart Failure. Heart., Vol. 93, pp. 1137–1146.
Nan Hou, Chui, M.A., Eckert, G.J., Oldridge, N.B., Murray, M.D., and Bennett, S.J., 2004. Relationship of Age and Sex to Health-Related Quality of Life in Patients With Heart Failure. American Journal of Critical Care., 13, pp.153-161
Nappi, J.M. and Sieg, A., 2011. Aldosterone and aldosterone receptor antagonists in patients with chronic heart failure. Dove Press Journal. Vascular Health and Risk Management. 7, pp.353–363.
xxi
Norcross, W.A. and Hermann, D.D. 2005. Heart Failure. In: Taylor R.B., Taylor’s Cardiovascular Diseases. USA: Springer Science Business Media, Inc. pp. 115 – 144.
Olson, T.P. and Johnson, B.D., 2011. Influence of cardiomegaly on disordered breathing during exercise in chronic heart failure. European Journal of Heart Failure 13, pp. 311–318.
Opie, L.H. and Kaplan, N.M., 2008. Diuretics. In: Opie, L.H., Gersh, B.J. (Eds). Drugs for The Hearts. 6th Edition.
Organdha, P.Y., 2011. Studi Penggunaan Asetosal Pada Pasien Infark Miokard Akut (Penelitian di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang). Parker, R.B., Rodgers, J.E., and Cavallari, L.H., 2008. Heart Failure. In: Dipiro,
J.T., Talbert, R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Weels, B.G., and Posey, L.M. (Eds). Pharmacotherapy. Seventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc., pp. 173 – 216.
Phibbs, B. 2007. Heart Failure. Human Heart, The: A Basic Guide to Heart Disease. 2nd Edition. Tucson: Lippincott Williams & Wilkins., pp. 21-24. Poole-Wilson, P.A. and Opie, L.H., 2008. Digitalis, Acute Inotropes, and
Inotropic Dilators. Acute and Chronic Heart Failure. In: Opie, L.H., Gersh, B.J. (Eds). Drugs for The Hearts. 6th Edition.
Rastergar, A. and Soleimani, M., 2001. Hypokalaemia and hyperkalaemia. Postgrad Med J.,77, pp. 759–764.
Reynolds, R.M., Padfield, P.L., and Seckl, J.R., 2006. Disorders of sodium balance. BMJ.,332, pp. 702–5
Rodeheffer, R.J. and Redfield, M.M., 2007. Heart Failure: Diagnosis and Evaluation. In: Murphy, J.G. and Lloyd, M.A. (Eds)., Mayo Clinic Cardiology. Third Edition. Usa : Mayo Foundation for Medical Education and Research., pp. 1101 – 1102.
Roger, V.L., 2010. The Heart Failure Epidemic. Int. J. Environ. Res. Public Health., 7, pp. 1807-1830.
xxii
Sanoski, C.A., Schoen, M.D., and Bauman, J.L., 2008. The Arrhythmias. In: Dipiro, J.T., Talbert, R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Weels, B.G., and Posey, L.M. (Eds). Pharmacotherapy. Seventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc., pp. 173 – 216.
Schoen, F.J., 2005. The Heart. In: Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders., pp. 560.
Schwinghammer, T.L., 2009. Cardiovascular Disorders. In: Weels, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., and Dipiro, C.V. (Eds). Pharmacotherapy. Seventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc.
Setiawati, A dan Nafrialdi, 2007. Obat Kardivaskular. Obat-Obat Obat Gagal Jantung. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedkteran Universitas Indonesia., pp. 299 – 313.
Starling, R.C., 2007. Global Pandemic of Heart Failure. In: Topol, E.J. Textbook of Cardiovascular Medicine. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Sweetman, S.C., 2007. Cardiovascular Drugs. Martindale: The Complete Drug
Reference. 5th Edition. London: Pharmaceutical Press. Electronic version.
Uemura, K., Kamiya, A., Hidaka, I., Kawada, T., Shimizu, S., Shishido, T., Yoshizawa, M., Sugimachi, M., and Sunagawa, K., 2005. Automated Drug Delivery System to Control Systemic Arterial Pressure, Cardiac Output, and Left Heart Filling Pressure in Acute Decompensated Heart Failure. Journal of Applied Physiology., Vol. 100 No. 4, pp. 1278-1286.
World Health Organization, 2008. The Global Burden of Disease: 2004 Update. WHO Press.
Yasmin, D.K., 2009. Hubungan Antara Gagal Jantung dengan Hipertensi. Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia. Diakses tanggal 7 Juli 2012. Zeitoun, A., Zeineddine, M., and Dimassi, H., 2011. Stress ulcer prophylaxis
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan kemudian didorong dengan tekanan yang tinggi saat sistol. Gagal jantung muncul ketika jantung tidak mampu memompa darah pada jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure), atau mampu melakukannya hanya saja apabila tekanan pengisian jantung diatas normal (backward failure), atau karena keduanya (Chatterjee & Fijer, 2011).
Gagal jantung merupakan manifestasi akhir dari setiap bentuk penyakit jantung termasuk aterosklerosis koroner, infark miokard, penyakit katup jantung, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan cardiomyopathy (Chatterjee & Fijer, 2011). Berdasarkan laporan WHO (2008) cardiovascular diseases merupakan penyebab utama kematian di dunia, khususnya pada wanita yaitu 32% dari seluruh kematian wanita dan 27% pada pria di tahun 2004; dengan penyebab utama adalah ischemic heart disease yang merupakan faktor pemicu kemunculan gagal jantung. Selain itu gagal jantung juga penyebab paling sering hospitalisasi pada seseorang berusia 65 tahun atau lebih, dan tepatnya 4,9 juta penduduk Amerika terdiagnosa gagal jantung (Roger, 2010).
Secara etiologi, studi yang dilakukan oleh Dunlay et al tentang faktor resiko gagal jantung menggambarkan bahwa hipertensi merupakan faktor resiko paling sering pada kasus gagal jantung, terjadi pada 66% pasien. Berdasarkan
Framingham Heart Study, hipertensi mendahului gagal jantung pada 91% kasus, begitu juga berdasarkan Cardiovascular Health Study bahwa kecepatan prevalensi juga hampir sama dengan hasil penelitian tersebut (Dunlay et al, 2009).
2
nyaman dengan istirahat tetapi terdapat gejala dengan aktivitas yang lebih rendah; dan kelas IV pasien mengalami gejala pada saat istirahat (Norcross & Hermann, 2005).
Sedangkan berdasarkan ACC/AHA progres penyakit (perubahan struktur jantung dan gejala) diklasifikasikan menjadi empat tahap sebagai berikut: tahap A pasien tidak mempunyai kelainan pada struktur jantung atau gejala gagal jantung tetapi beresiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung; tahap B pasien mempunyai kelainan srtuktur jantung, tetapi tidak mengalami gejala gagal jantung; tahap C pasien dengan kelainan struktur jantung dengan gejala gagal jantung; tahap D pasien dengan gejala pada saat istirahat yang sulit disembuhkan meskipun dengan terapi yang maksimal (Parker et al, 2008).
Tujuan dari terapi gagal jantung adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, meredakan dan mengurangi gejala, mencegah dan meminimalkan masuk rumah sakit, memperlambat perkembangan penyakit dan memperlama kelangsungan hidup pasien (Schwinghammer, 2009). Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan gagal jantung antara lain ACE-Inhibitor/ARB, diuretik, β-blocker, dan inotropik positif (Neal, 2005).
3
Fusoremid merupakan diuretik loop yang paling sering digunakan pada pengobatan gagal jantung. Namun, efek terapi jangka panjang penggunaan furosemid tanpa diuretik hemat kalium dilaporkan lebih meningkatkan resiko kematian pada pasien gagal jantung baik asimtomatik maupun simtomatik. Hal ini dihubungan dengan furosemid yang dapat mempengaruhi aktivitas neurohormonal yang menimbulkan aktivasi RAAS yang mempercepat proses remodeling jantung (Ahmed et al, 2006). Dan juga telah dilaporkan bahwa Torsemid mampu melawan aktivitas neurohormonal dan memberikan outcome yang lebih baik pada pasien gagal jantung, meliputi fungsi jantung, volume pengisian ventrikel kiri, plasma BNP, dan fungsi saraf simpatik jantung (Kasama et al, 2006). Namun pemilihan torsemid sebagai terapi gagal jantung masih mahal jika dibandingkan dengan furosemid (Ahmed et al, 2006).
Antagonis aldosteron direkomendasikan pada terapi dengan ACE-Inhibitor dan diuretik loop pada gagal jantung lanjut (NYHA kelas III-IV) dengan disfungsi sistolik (fraksi ejeksi ≤ 35%) untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas (terbukti untuk spironolakton) (Setiawati dan Nafrialdi, 2007). Randomized Aldactone Evaluation Study (RALES) mengevaluasi penambahan spironolakton pada furosemid dan hasilnya Spironolakton menurunkan 30% total kematian, frekuensi hospitalisasi lebih rendah 35%, dan kondisi pasien membaik secara signifikan pada kelas fungsional NYHA dengan mekanisme pencegahan
remodeling matriks ekstraselular (Mann, 2008) dan efek terapi pada gagal jantung dimediasi oleh penghambatan aldosteron daripada diuresis langsung (Hauptman & Swedberg, 2010).
4
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang di karenakan rumah sakit umum daerah terbesar di Kota Malang dengan pasien dari berbagai kelas sosial-ekonomi sehingga diharapkan data yang ada dapat memenuhi jumlah sampel pada penelitian ini.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pola penggunaan obat pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang?
2. Bagaimanakah profil penggunaan kombinasi furosemid-spironolakton pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui pola penggunaan obat pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui pola penggunaan obat pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Mengetahui profil penggunaan kombinasi furosemid – spironolakton, meliputi dosis, aturan pemakaian, rute pemakaian, dan lama pemakaian pada pasien gagal jantung yang dirawat di instalasi rawat inap RSU. Dr. Saiful Anwar Malang.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui outcome terapi pasien gagal jantung sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
5
3. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan baik klinisi maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik.
4. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik Farmasi dan Terapi dalam merekomendasikan penggunaan obat di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 5. Sebagai dasar untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dari SMF Jantung