• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Bibit dan Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan California.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Bibit dan Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan California."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP BIBIT

DAN PERTUMBUHAN AWAL PEPAYA (

Carica papaya

L.)

TIPE BANGKOK DAN CALIFORNIA

NAILI LUTFI NUGRAHANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Bibit dan Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan California adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Naili Lutfi Nugrahani

(4)
(5)

ABSTRAK

NAILI LUTFI NUGRAHANI. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Bibit dan Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan California. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan WINARSO DRAJAD WIDODO.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis komposisi media tanam yang ringan dan berpengaruh baik terhadap bibit dan pertumbuhan awal dua tipe pepaya. Percobaan dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2013 di Kebun Percobaan Cikabayan Darmaga, Bogor. Percobaan menggunakan 2 tipe pepaya yaitu Bangkok dan California dan disusun berdasarkan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor dan tiga ulangan. Perlakuan berupa komposisi media tanam yang terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang sapi, dan arang sekam dengan perbandingan volume berbeda: M1 (2:1:1) sebagai kontrol, M2 (1:1:1), M3 (1:1:2), M4 (1:2:1), M5 (1:2:2), M6 (2:1:2), dan M7 (2:2:1). Hasil percobaan menunjukkan bahwa perbandingan komposisi media tanam mempengaruhi bobot bibit per polybag dan diameter batang baik pada tipe Bangkok maupun California di fase pembibitan pada 5 Minggu Setelah Tanam (MST), serta tinggi tanaman tipe Bangkok pada 1 dan 2 MST. Komposisi media yang ringan dan dapat mendukung pertumbuhan bibit secara optimal untuk tipe Bangkok dan tipe California yaitu media M3, M4, dan M5, sedangkan media yang paling ekonomis adalah media M3. Komposisi tanah dapat dikurangi hingga hanya 1/5 bagian dari keseluruhan volume media tanpa menghambat pertumbuhan bibit. Komposisi media tanam tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, waktu munculnya bunga pertama, dan tinggi kedudukan bunga pertama di lapangan pada kedua tipe pepaya.

Kata kunci: arang sekam, ekonomis, media tanam ringan, pupuk kandang sapi

ABSTRACT

NAILI LUTFI NUGRAHANI. The Effect of Growing Media Composition to Seedling and Initial Growth of Bangkok and California Types of Papaya (Carica papaya L.). Supervised by KETTY SUKETI and WINARSO DRAJAD WIDODO.

(6)

and diameter of stem by the polybag of both types in the seedling phase at 5 Weeks After Planting (WAP), and also affected the height of plant at 1 and 2 WAP of Bangkok type. Growing media thas has light weight and was able to support the seedling’s growth was media M3, M4, and M5 for both Bangkok and California types, while the most economical was media M3. The composition of soil in the growing media can be reduced to only 1/5 part from the total volume of the media without inhibit the growth of the seedling. Growing media composition did not affected the height, number of leaf, diameter of stem, time of first flowering and height of the first flower bud in both Bangkok and California types in the field.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

NAILI LUTFI NUGRAHANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP BIBIT

DAN PERTUMBUHAN AWAL PEPAYA (

Carica papaya

L.)

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian dengan judul Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Bibit dan Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan California telah dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Oktober 2013.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan dukungan moral, bimbingan, dan pengarahan selama penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Dr Ir Suwarto, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih penulis ucapkan pula kepada Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB yang telah membantu pelaksanaan percobaan. Tak lupa, ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan teman-teman khususnya Septi, Ai, Desi, Ikhsan, Dwi, Hardian, Erick, Agus, Abe, serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan percobaan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Botani Pepaya 3

Syarat Tumbuh Pepaya 3

Cara Perbanyakan Pepaya 4

Media Tanam 4

BAHAN DAN METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Bahan dan Alat 6

Metode Percobaan 6

Pelaksanaan Percobaan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Pertumbuhan Bibit di Polybag 9

Pertumbuhan Awal Tanaman di Lapangan 12

Fase Generatif 16

KESIMPULAN DAN SARAN 18

Kesimpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(14)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nitrogen, fosfor, kalium, serta pH pada beberapa

komposisi media tanam 9

2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit

pepaya tipe Bangkok dan California di polybag 10 3 Bobot bibit per polybag, tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter

batang pepaya tipe Bangkok dan California pada 5 MST 11 4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan

tanaman pepaya tipe Bangkok dan California dilapangan 13 5 Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang

tanaman pepaya tipe Bangkok dan California di lapangan 14 6 Waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak tunas bunga

pertama tipe Bangkok dan California di lapangan 17

DAFTAR GAMBAR

1 Keragaan bibit pepaya di polybag (5 MST) pada berbagai komposisi

media tanam 12

2 Laju pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangan 15 3 Tanaman pepaya tipe Bangkok dan California di lapangan pada 11

MST 15

4 Laju pertambahan jumlah daun tanaman pepaya di lapangan 16

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah tropika yang telah dibudidayakan dan dikembangkan secara intensif di Indonesia. Buah ini memiliki nilai nutrisi yang baik dan dapat dikonsumsi baik sebagai buah segar maupun produk olahan. Berdasarkan penelitian Suketi (2011) dalam 100 g bagian yang dapat dimakan dari buah pepaya tipe California terkandung 86.28% air, 1.380% lemak, 4.58% protein, 0.040% fosfor, 1.57% kalium, 23 mg kalsium, serta 215.00 ppm Fe.

Chaerningrum (2010) menyatakan bahwa tipe pepaya yang banyak dibudidayakan oleh petani di daerah Bogor adalah tipe Bangkok dan California. Keduanya merupakan tipe pepaya yang paling banyak diminati oleh konsumen. Menurut Suketi (2011) pepaya Bangkok yang banyak ditanam petani di Jawa Barat sama dengan pepaya tipe Dampit yang banyak ditanam oleh petani di Jawa Timur. Tipe ini memiliki bentuk buah oval dengan permukaan buah tidak rata, daging buah jingga kemerahan, keras, dan manis ( 10.9±0.1 oBrix). Pepaya Bangkok memiliki ukuran buah yang besar dengan bobot rata-rata 2.5 kg/buah dan dapat mencapai 3.5 kg/buah. Menurut PKHT (2009) tipe California merupakan tipe pepaya berumur genjah, termasuk dalam buah ukuran sedang dengan berat rata-rata 1.2 kg, memiliki bentuk buah silindris, dan daging buah yang tebal.

Data Ditjen Hortikultura (2015) menunjukkan bahwa produktivitas pepaya tahun 2010 hingga 2013 sebesar 73.26 ton/ha, 86.68 ton/ha, 77.45 ton/ha, dan 79,26 ton/ha. Data tersebut cukup fluktuatif dan masih berpotensi untuk ditingkatkan. Menurut Tim Inisiator Revolusi Orange (2013) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pepaya diperlukan perbaikan teknik budi daya. Salah satu tahap penting dalam budi daya tersebut adalah teknologi produksi bibit guna menghasilkan bibit pepaya berkualitas baik.

(16)

2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis komposisi media tanam yang ringan sehingga memudahkan transportasi bibit dan berpengaruh baik terhadap bibit dan pertumbuhan awal pepaya tipe Bangkok dan California.

Hipotesis

1. Terdapat komposisi media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap bibit dan pertumbuhan awal kedua tipe pepaya.

(17)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropika. Tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropika dan sub-tropika hangat seperti Karibia dan Asia Tenggara pada abad ke-16 selama masa ekspansi Spanyol (Villegas 1991). Dalam klasifikasi tanaman, pepaya termasuk dalam famili Caricaceae, genus Carica, dan spesies Carica papaya L. (Kalie 1999)

Pepaya merupakan tanaman herba yang pada umumnya tidak bercabang dan mengandung getah di semua bagiannya. Daunnya memiliki petiol yang panjang dan tersusun spiral. Tanaman ini pada umumnya bersifat dioecious, yaitu bunga jantan, bunga betina, maupun bunga sempurna terletak pada tanaman yang berbeda (Samson 1980). Pohon jantan memiliki malai bunga bercabang banyak yang menggantung dengan bunga-bunga jantan yang lebat. Pohon betina memiliki inflorensia dengan 3‒5 bunga betina yang bertangkai pendek, bahkan sering hanya dengan sebuah bunga betina yang duduk pada ketiak daun. Pohon sempurna memiliki inflorensia yang terdiri dari beberapa bunga sempurna dan 1‒4 bunga jantan. Masing-masing bunga tersebut bertangkai pendek. Berdasarkan bentuk bakal buah dan jumlah benang sarinya, bunga sempurna dibedakan menjadi bunga sempurna elongata, pentandria, dan antara (Kalie 1999).

Biji pepaya berwarna hitam atau keabu-abuan, menempel di lapisan rongga dalam daging buah dan diselubungi oleh lapisan sarcotesta (Villegas 1991). Menurut Sari et al. (2007) sarcotesta merupakan lapisan berair yang menyelimuti biji dan mampu menghambat perkecambahan. Biji pepaya harus dibersihkan dari

sarcotesta yang menyelimutinya dan dikeringkan sampai batas kadar air tertentu untuk mendapatkan benih dengan viabilitas yang tinggi.

Pepaya Bangkok merupakan tipe pepaya yang berasal dari daerah asal eksplorasi/introduksi Bogor, Jawa Barat (Suketi et al. 2012). Pepaya ini memiliki ukuran buah yang besar dengan bobot lebih kurang 3.5 kg/buah, kulit luar kasar dan tidak rata, daging buah berwarna jingga bersemu merah, dan tekstur keras sehingga tahan dalam angkutan (Kalie 1999).

Syarat Tumbuh Pepaya

Tanaman pepaya dapat tumbuh optimal di elevasi 200‒500 m dpl dengan kisaran suhu antara 25‒30 °C. Pertumbuhan pepaya menjadi lambat dan rasa buahnya menjadi kurang manis jika ditanam pada elevasi di atas 500 m dpl, sehingga tidak disarankan melakukan budi daya pepaya di dataran tinggi (Sujiprihati dan Suketi 2009). Pepaya tumbuh dengan baik pada tanah yang kaya akan bahan-bahan organik, dengan pH tanah berkisar antara 5.0‒6.5 dan diupayakan agar tanah dalam keadaan tidak kering maupun terendam. Drainase buruk mengakibatkan pembusukan pada akar (Villegas 1991).

(18)

4

ditandai oleh kandungan gula, dihasilkan dibawah cahaya penuh pada 4‒5 hari terakhir sebelum fase matang sempurna di pohon, dengan pemanenan buah yang dilakukan hampir setiap minggu maka tanaman pepaya memerlukan cahaya penuh sepanjang tahun (Storey 1972).

Cara Perbanyakan Pepaya

Perbanyakan tanaman pepaya dengan biji merupakan alternatif termudah untuk mengembangbiakkan tanaman buah ini. Biji untuk benih harus diambil dari buah yang telah tua atau masak mengkal di pohon. Biji sebaiknya diambil dari bagian buah yang tengah (1/3 bagian tengah) karena bagian ini mengandung biji sempurna dua kali jumlah biji lainnya (Kalie 1999). Benih pepaya yang dikeringkan tanpa sarcotesta (lapisan pada kulit luar benih yang mengandung senyawa fenolik) mempunyai viabilitas sama tinggi, baik dikeringkan hingga kadar air 11‒12% maupun 6‒7%. Keberadaan sarcotesta pada benih selama proses pengeringan tidak menyebabkan hilangnya viabilitas benih, tetapi dapat menyebabkan terjadinya induksi dormansi (Sari et al. 2007).

Benih pepaya dapat disemai terlebih dahulu di persemaian, ditanam dalam

polybag, ataupun ditanam langsung di lahan (Nakasone dan Paull 1999). Menurut Villegas (1997) perkecambahan pepaya bersifat epigeal dan memerlukan waktu sekitar 2‒3 minggu untuk berkecambah. Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan bahwa pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang baik.

Media Tanam

Media tanam merupakan media perakaran, tempat berpegang dan bertumpu untuk tegaknya tanaman, memberikan air dan melayaninya sebagai tempat penyimpanan air, serta sumber unsur-unsur hara mineral yang dibutuhkan (Suwarto 2013). Menurut Hartmann dan Kester (1990) media tumbuh yang ideal untuk tanaman secara umum adalah memiliki struktur yang gembur, aerasi dan drainase yang baik, kelembaban cukup, bebas organisme pengganggu, cukup hara mineral, dan bobotnya ringan.

Tanah

Tanah merupakan media tanam yang sering digunakan untuk tempat tumbuh kembangnya akar tanaman (Hardjowigeno 2007). Tanah memberikan tempat berpegang bagi akar tanaman, menyediakan air dan juga unsur hara esensial seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, potasium, sulfur, kalsium, dan lain sebagainya (Donahue 1964).

(19)

5

Pupuk kandang (kotoran sapi)

Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran (feces), air seni, dan sisa-sisa pakan ternak. Komposisi pupuk kandang akan bergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah dan kualitas pakan, metode dan lama penyimpanan pupuk, serta cara penanganannya. Pada umumnya, pupuk kandang mengandung 75% air, 0.30‒0.60% N, 0.20‒0.35% P2O5, dan 0.15‒0.70% K2O, juga beberapa unsur non-esensial seperti besi, tembaga, boron, dan mangan (Kalpage 1967).

Pupuk kandang sapi sebagai salah satu pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu pupuk kandang juga dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air, meningkatkan kapasitas tukar kation dan memacu aktivitas mikroorganisme yang terlibat dalam proses perombakan (Hadisumitro 2002).

Sudarsono et al. (2013) menyatakan bahwa penambahan pupuk kandang sapi dengan dosis 7.5 ton/ha menghasilkan pertumbuhan dan serapan hara tanaman kedelai yang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk. Hasil percobaan Ridwan et al. (2014) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga, bobot basah dan bobot kering batang, daun dan bobot total tanaman jintan hitam.

Arang sekam

Arang sekam merupakan hasil produk sampingan dari proses pengolahan beras yang banyak tersedia di sekitar kita. Arang sekam mengandung banyak bahan-bahan alkali (pH 8.9), dengan kandungan karbon 16%, dan kapasitas tukar kation 17 cmol/kg tanah (Theeba et al. 2012).

(20)

6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2013 di

greenhouse dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor (elevasi 250 m dpl).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih pepaya; tipe Bangkok dan California yang diperoleh dari petani di daerah Rancabungur Bogor, dan media tanam berupa tanah, pupuk kandang (kotoran sapi), dan arang sekam. Pupuk yang digunakan adalah campuran pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran kambing), sedangkan untuk non-organik berupa Urea, KCl, dan SP-36. Alat-alat yang digunakan antara lain tray semai, polybag

ukuran 10 cm x 15 cm, ember, alat-alat pertanian, hand sprayer, alat tulis, jangka sorong digital, label, dan timbangan.

Metode Percobaan

Percobaan diberikan pada 2 tipe pepaya yaitu Bangkok dan California dan disusun berdasarkan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal berupa komposisi media tanam. Media tanam terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (v/v). Perbandingan komposisi tanah, pupuk kandang, dan arang sekam tersebut yaitu: M1 (2:1:1) sebagai kontrol, M2 (1:1:1), M3 (1:1:2), M4 (1:2:1), M5 (1:2:2), M6 (2:1:2), dan M7 (2:2:1). Media M1 merupakan komposisi media terbaik pada penelitian Suketi dan Imanda (2011) sehingga dijadikan sebagai perlakuan pembanding.

Percobaan terdiri atas 7 perlakuan dengan 3 kelompok ulangan sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Saat pembibitan di dalam greenhouse, setiap satuan percobaan terdiri atas 5 bibit pepaya sehingga total tanaman yang diamati sebanyak 105 bibit untuk setiap tipe. Pengamatan tanaman di lapangan hanya dilakukan pada 4 tanaman untuk setiap satuan percobaan, sehingga total tanaman yang diamati untuk setiap tipe sebanyak 84 tanaman. Pengamatan dilakukan pada semua tanaman untuk setiap perlakuan.

Model linier yang digunakan adalah :

Yij = µ + αi + βj + εijk Keterangan :

Yij : nilai pengamatan media tanam i dan kelompok ke-j µ : rataan umum

αi : pengaruh komposisi media tanam i (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)

βj : pengaruh ulangan ke-j (j = 1, 2, 3)

εijk : galat percobaan

(21)

7

Pelaksanaan Percobaan Persiapan benih, bibit dan media tanam

Benih didapatkan melalui proses ekstraksi yang dilakukan sendiri. Buah yang digunakan untuk ekstraksi diperoleh dari petani di daerah Rancabungur, Bogor. Buah dipanen pada stadia II (pada saat warna kuning pada kulit buah 25‒49%) dan diperam hingga keseluruhan kulit buah berwarna kuning kemudian dibelah dan diambil bijinya dari sepertiga bagian tengahnya. Biji pepaya tersebut kemudian direndam dalam air selama 24 jam agar memudahkan proses pemisahan biji dari lapisan sarcotesta.

Penyemaian benih merupakan proses awal yang dilakukan untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat dan seragam sebelum dipindahkan ke

polybag. Benih disemai dalam tray semai dengan media tanam berupa kompos. Kecambah benih pepaya muncul secara berangsur sampai siap tanam ke polybag

pada 4 minggu setelah tanam. Kecambah pertama muncul pada 10 HSS (Hari Setelah Semai) dengan DB (Daya Berkecambah) mencapai 91.5% untuk tipe Bangkok dan 93.9% untuk tipe California.

Persiapan media tanam untuk pembibitan yaitu dengan mencampurkan bahan media tanam berupa tanah, pupuk kandang, dan arang sekam sesuai dengan perbandingan volume pada tiap-tiap perlakuan yang diberikan. Perbandingan volume dilakukan dengan menggunakan ember. Setelah bahan-bahan media tanam tercampur rata kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 10 cm x 15 cm. Media tanam kemudian dianalisis kandungan hara utamanya yang berupa nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), serta nilai pH di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penanaman dan pemeliharaan Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang media tanam beserta bibit pepaya per polybag.

Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 5 MST. Bibit dipindahkan bersama media tanamnya ke dalam lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m. Karena keterbatasan lahan yang tersedia, jumlah tanaman yang bisa ditanam di lapangan untuk setiap perlakuan sebanyak 4 tanaman per satuan percobaan.

(22)

8

Pengamatan

Pengamatan terdiri atas pengamatan bibit di polybag dan pengamatan tanaman di lapangan. Peubah yang diamati pada pengamatan bibit antara lain: 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan media tanam hingga titik tumbuh

pada 1‒5 MST.

2. Jumlah daun yang telah membuka sempurna (helai) pada 1‒5 MST.

3. Diameter batang (mm), diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan media tanam pada 5 MST.

4. Bobot bibit per polybag (g) pada 5 MST.

Peubah yang diamati pada pengamatan tanaman di lapang antara lain: 1. Pertumbuhan vegetatif tanaman

a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh pada 6‒11 MST.

b. Jumlah daun yang telah membuka sempurna (helai) pada 6‒11 MST.

c. Diameter batang (mm) pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah pada 11 MST.

2. Pertumbuhan generatif tanaman

a. Waktu munculnya bunga pertama (MST)

(23)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Bibit di Polybag

Pembibitan di polybag menggunakan jenis media yang sama yaitu campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam, namun dengan perbandingan komposisi yang berbeda. Media tersebut telah dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lingkungan IPB. Kandungan hara dan kemasaman yang terdapat dalam setiap media tanam disajikan pada Tabel 1. Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Nilai kandungan P dan K yang tertera pada Tabel 1 merupakan nilai kandungan nutrisi yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Harjadi (1989) media penanaman harus mengandung satu atau lebih unsur esensial untuk pertumbuhan tanaman dan unsur esensial tersebut berada dalam bentuk yang dapat diserap tanaman dan digunakannya.

Komposisi media tanam M1 hingga M7 memiliki kandungan hara yang baik dan sesuai untuk mendukung pertumbuhan bibit yang optimum. Kandungan nitrogen total pada media tanam cukup tinggi yaitu berkisar antara 0.58% pada M6 hingga 0.98% pada M5, kandungan P dapat diserap berkisar antara 75‒206 ppm, kandungan K dapat diserap berkisar antara 38.75‒92.27 ppm. Nilai pH berkisar antara 5.1‒6.2, sehingga hampir seluruh komposisi media memiliki nilai pH yang optimum untuk pertumbuhan bibit pepaya kecuali pada media M2. Penelitian Suketi dan Imanda (2011) menunjukkan bahwa komposisi media tanam berupa tanah, pupuk kandang (kotoran sapi), dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1 mengandung 0.37% N, serta P dan K tersedia masing-masing sebesar 153 ppm dan 794 ppm. Menurut Nakasone dan Paull (1999) kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan bibit pepaya yaitu sebesar 5.0‒7.0 dengan nilai pH optimum sebesar 5.5‒6.5.

Tabel 1 Kandungan nitrogen, fosfor, kalium, serta pH pada beberapa komposisi media tanam

berbagai perbandingan, bmedia pembanding.

Pertumbuhan vegetatif bibit pepaya di polybag diukur berdasarkan beberapa variabel yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Bobot bibit per

(24)

10

ragam pertumbuhan bibit di polybag (Tabel 2) menunjukkan bahwa komposisi media tanam mempengaruhi bobot bibit per polybag dan diameter batan pada tipe Bangkok dan tipe California pada 5 MST, serta mempengaruhi tinggi tanaman tipe Bangkok pada 1 dan 2 MST.

Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit pepaya tipe Bangkok dan California di polybag

Peubah Waktu

a**: berpengaruh sangat nyata (α:5%), tn: tidak berpengaruh nyata; bKK: koefisien keragaman.

(25)

11

Tabel 3 Bobot bibit per polybag, tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang pepaya tipe Bangkok dan California pada 5 MSTa

Komposisi

taraf 5%; bsama dengan keterangan Tabel 1; cmedia pembanding.

Komposisi media tanam tidak mempengaruhi peubah tinggi tanaman dan jumlah daun, dan hanya mempengaruhi diameter batang pada kedua tipe pepaya. Tinggi tanaman berkisar antara 19.55‒22.78 cm pada tipe Bangkok, dan 17.44‒22.36 cm pada tipe California. Jumlah daun berkisar antara 6.03‒6.87 helai pada tipe Bangkok, dan 5.96‒6.98 helai pada tipe California. Hasil ini berbeda dengan penelitian Dewi dan Suketi (2004) yang menunjukkan bahwa perlakuan terbaik media tanam campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 memberikan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang tunas, dan volume akar yang lebih besar pada bibit mangga.

Diameter batang terbesar pada tipe Bangkok dihasilkan dari M2 dan M5, namun tidak berbeda dengan media pembanding M1, serta media M3, M4 dan M6. Diameter batang terkecil dihasilkan dari media M7. Diameter batang terbesar pada tipe California dihasilkan dari media M5, namun tidak berbeda dibandingkan dengan media pembanding M1, serta media M2, M3, dan M4. Menurut Sumartuti (2004) diameter batang bibit pepaya memiliki arti yang cukup penting bagi kelanjutan pertumbuhan bibit. Bibit dengan diameter batang yang lebih besar akan memiliki kekuatan yang lebih baik sehingga mampu menghadapi keadaan lapangan yang tidak menguntungkan.

(26)

12

yang sehat dan baik yaitu memiliki tinggi tanaman sekitar 9‒11 cm, jumlah daun sebanyak 8‒9 helai, dan diameter batang 2‒3 mm.

(a)

(b)

Gambar 1 Keragaan bibit pepaya di polybag (5 MST) pada berbagai komposisi media tanam; (a) tipe Bangkok dan (b) tipe California.

Komposisi media tanam yang diharapkan dari percobaan ini yaitu memiliki bobot bibit per polybag yang ringan sehingga memudahkan dalam proses pemindahan bibit dari lokasi pembibitan ke lapangan atau transportasi dan distribusi bibit ke tempat lain. Kriteria lain yang diharapkan adalah media tanam tersebut mampu memberikan pengaruh pertumbuhan yang baik dan optimum bagi bibit dan tanaman di awal penanaman di lapangan. Berdasarkan hal tersebut, media tanam yang paling sesuai dan diinginkan untuk tipe Bangkok maupun tipe California adalah media M3 (1:1:2), M4 (1:2:1) dan M5 (1:2:2).

Ketersediaan bahan media tanam berupa tanah, pupuk kandang, dan arang sekam banyak di pasar dan mudah ditemukan. Namun berdasarkan analisis ekonomi (Lampiran 1) ketiga jenis komposisi terbaik (M3, M4, dan M5) pada kedua tipe pepaya, diketahui bahwa media tanam M3 merupakan media yang paling ekonomis. Total biaya produksi media M3 menghasilkan harga bibit/polybag senilai Rp 1 111,‒ dengan harga bibit pepaya/polybag di pasar pada tahun 2015 senilai Rp 3 000,‒ maka nilai R/C rasio media M3 sebesar 2.70. Suatu usaha dinilai layak apabila memiliki nilai R/C rasio lebih dari 1.

Pertumbuhan Awal Tanaman di Lapangan

(27)

13

Perlakuan komposisi media tanam tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, waktu tunas bunga pertama muncul, dan tinggi letak tunas bunga pertama pada tipe pepaya Bangkok dan tipe pepaya California di lapangan (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman pepaya tipe Bangkok dan California dilapangan

Peubah Waktu

Pertumbuhan tanaman di lapangan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tanaman (genetik), namun juga oleh faktor eksternal (lingkungan) seperti cuaca, curah hujan, serta hama dan penyakit. Menurut Harjadi (1996) faktor lingkungan yang primer adalah tanah (pendukung secara mekanik, memberikan air, hara dan kelembaban), energi penyinaran (cahaya), dan udara (menyediakan karbondioksida dan oksigen). Jika salah satu faktor tersebut menjadi kurang optimum maka akan membatasi pertumbuhan tanaman.

(28)

14

Tabel 5 Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman pepaya tipe Bangkok dan California di lapangan

Komposisi

aSama dengan keterangan Tabel 1.

Pertumbuhan merujuk pada penambahan ukuran yang tidak dapat balik, yang mencerminkan pertambahan protoplasma (Harjadi 1996). Namun tinggi tanaman pada beberapa jenis komposisi media pada kedua tipe pepaya di minggu pertama setelah pemindahan ke lapangan (6 MST) menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tinggi tanaman pada saat 5 MST (pembibitan). Hal ini dapat terjadi diduga karena saat pemindahan ke lapang, penanaman bibit pepaya terlalu dalam dan tanaman masih beradaptasi terhadap lingkungan yang baru sehingga pertambahan tinggi tanaman masih lambat yang berakibat pada saat pengukuran tinggi pada minggu berikutnya, tinggi yang terukur menjadi lebih rendah.

(29)

15

(a)

(b)

Gambar 2 Laju pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangan; (a) tipe Bangkok, (b) tipe California

(a) (b)

Gambar 3 Tanaman pepaya tipe Bangkok (a) dan California (b) di lapangan pada 11 MST

(30)

16

Menurut Nakasone dan Paull (1999), di daerah tropika daun pepaya baru muncul sekitar 2‒3 helai daun tiap minggunya.

Gambar 4 Laju pertambahan jumlah daun tanaman pepaya di lapangan; (a) tipe Bangkok, (b) tipe California

Fase Generatif

Masa pembungaan pada tanaman merupakan masa transisi dari fase vegetatif ke fase generatif. Pengamatan pada fase ini meliputi waktu munculnya tunas bunga pertama dan tinggi letak tunas bunga pertama. Komposisi media tanam tidak mempengaruhi waktu munculnya tunas bunga pertama dan tinggi letak tunas bunga pertama pada tipe Bangkok dan tipe California (Tabel 6).

Tunas bunga pertama pada tipe Bangkok rata-rata muncul pada 12.83 MST dengan rata-rata tinggi letak tunas bunga pertama yaitu pada ketinggian 45.14 cm. Hasil ini lebih baik daripada hasil penelitian Utami et al. (2013) yang menunjukkan bahwa waktu bunga pertama muncul pada tipe Sukma yang ditanam pada Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika Ciomas Bogor (250 m dpl) adalah pada 13‒14 MST dengan rata-rata tinggi letak tunas bunga pertama pada ketinggian 47.95 cm dari permukaan tanah.

(a)

(31)

17

Tabel 6 Waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak tunas bunga pertama tipe Bangkok dan California di lapangan

Komposisi media MST. Tinggi letak tunas bunga pertama pada tipe California lebih rendah daripada tipe Bangkok dengan nilai rata 40.50 cm dari permukaan tanah. Tinggi rata-rata letak tunas bunga pertama pada percobaan ini tidak jauh berbeda dengan hasil percobaan Suketi et al. (2011), namun tunas bunga pertama muncul lebih cepat. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa tinggi letak bunga pertama pada genotipe pepaya IPB 9, yang merupakan tipe pepaya California, yang ditanam pada Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika Tajur Bogor (250 m dpl) adalah 38.20 cm dari permukaan tanah dengan waktu munculnya tunas bunga pertama yaitu pada 15.33 MST.

(32)

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komposisi media tanam mempengaruhi bobot bibit per polybag dan diameter batang pada tipe Bangkok dan tipe California pada 5 MST, serta tinggi tanaman tipe Bangkok pada 1 dan 2 MST. Komposisi tanah, pupuk kandang (kotoran sapi), dan arang sekam yang ringan dan dapat mendukung pertumbuhan bibit secara optimal pada tipe Bangkok dan tipe California yaitu media M3 (1:1:2), M4 (1:2:1), dan M5 (1:2:2). Kandungan tanah pada media pembibitan dapat dikurangi hingga hanya 1/5 bagian dari volume media tanpa menghambat pertumbuhan bibit. Menurut analisis ekonomi ketiga jenis media terbaik, media yang paling ekonomis adalah media M3. Komposisi media tanam tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif, waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak bunga pertama tipe Bangkok dan California di lapangan.

Saran

(33)

19

DAFTAR PUSTAKA

Chaerningrum R. 2010. Analisis usahatani pepaya California (kasus : Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dewi K, Suketi K. 2004. Respon pertumbuhan bibit stum mangga (Mangifera indica L.) varietas Kelapa Arum dan Arum Manis pada komposisi media dan ukuran wadah berbeda. Di dalam: Darda E, Surahman M, Hadad M, Suhartanto MR, Sujiprihati S,Subandriyo, Trikoesoemaningtyas, editor.

Simposium Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia; Menuju Indonesia Berswasembada Varietas Unggul; 2004 Aug 5‒7; Bogor, Indonesia. Bogor

(ID). hlm 428‒437.

Donahue RL. 1964. Soils: an Introduction to Soils and Plant Growth. New Jersey (US): Prentice-Hall Inc.

[FFTCTAPG] Food and Fertilizer Technology Center for The Asian and Pacific Region. 2001. Practical technologies: application of rice husk charcoal.

FFTC Leaflet For Agriculture. 2001:4.

Gunawan E, Sujiprihati S, Sumaraw IO. 2007. Acuan Standar Operasional Produksi Pepaya. Bogor (ID): Pusat Kajian Buah-buahan Tropika-LPPM IPB.

Hadisumitro LM. 2002. Membuat Kompos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Presindo. Harjadi SS. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr.

Harjadi SS. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Hartmann HT, Kester DE. 1990. Plant Propagation, Principles and Practices. New Jersey (US): Prentice-Hall Inc.

Kalie MB. 1999. Bertanam Pepaya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kalpage FSCP. 1967. Soils and Fertilizers. Ceylon (CO): The Colombo Apothecaries Co Ltd.

[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Rata-rata hasil tanaman buah di Indonesia periode 2009‒2013 [Internet]. [diunduh 17 Agustus 2015]. Tersedia pada http://horti.pertanian.go.id/node/259

Milla OV, Rivera EB, Huang WJ, Chien CC, Wang YM. 2013. Agronomic properties and characterization of rice husk and wood biochars and their effect on the growth of water spinach in a field test. Journal of Soil Science and Plant Nutrition. 13(2):251‒266.

Nakasone HY, Paull RE. 1998. Tropical Fruits. Wallingford (US): CAB International.

[PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2009. Pengembangan Buah Unggulan. Bogor (ID): LPPM IPB.

(34)

20

Samson JA. 1980. Tropical Fruits. New York (US): Longman Inc.

Sari M, Suhartanto MR, Murniati E. 2007. Pengaruh sarcotesta dan kadar air benih terhadap kandungan total fenol dan daya simpan benih pepaya (Carica papaya L.). Bul Agron. 35:44‒49

Storey WB. 1972. Why Papaya Trees Fail to Fruit. Honolulu (US): University of Hawaii.

Sudarsono WA, Melati M, Aziz SA. 2013. Pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai organik melalui aplikasi pupuk kandang sapi. J. Agron Indonesia.

41(3): 202‒208.

Sujiprihati S, Suketi K. 2009. Budi Daya Pepaya Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Suketi K. 2011. Studi morfologi bunga, penyerbukan dan perkembangan buah sebagai dasar pengendalian mutu buah pepaya IPB [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suketi K, Imanda N. 2011. Pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit pepaya (Carica papaya L.). Di dalam: Roedhy P, Susanto S, Susila AD, Khumaida N, Sukma D, Suketi K, Ardie SW, editor. Kemandirian Produk Hortikultura untuk Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor dan Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia; 2011 Nov 23‒24; Lembang, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura. hlm 777‒790.

Suketi K, Suhartanto MR, Fariyanti A. 2012. Optimalisasi technology services

pada wirausaha benih dan bibit pepaya Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) LLPM Institut Pertanian Bogor. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor, Buku 1: Bidang Pangan, Bidang Biologi dan Kesehatan; 2012 Des 10‒11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): LPPM IPB. hlm 84‒96.

Suketi K, Yunianti R, Chairunnissa VO. 2011. Pengujian pertumbuhan beberapa bibit pepaya hibrida (Carica papaya L.). Di dalam: Roedhy P, Susanto S, Susila AD, Khumaida N, Sukma D, Suketi K, Ardie SW, editor.

Kemandirian Produk Hortikultura untuk Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor dan Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia; 2011 Nov 23‒24; Lembang, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura. hlm 1065‒1075.

Sumartuti H. 2004. Pengaruh cara ekstraksi dan pengeringan benih terhadap viabilitas benih dan vigor bibit pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suwarto. 2013. Lada. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Theeba M, Bachmann RT, Illani ZI, Zulkefli M, Husni MHA, Samsuri AW. 2012. Characterization of local mill rice husk charcoal and its effect on compost properties. Malaysian Journal of Soil Science. 16:89-102.

(35)

21

Utami RD, Widodo WD, Suketi K. 2013. Pertumbuhan bibit pepaya pada berbagai komposisi media tanam. Di dalam: Juang GK, Suwarno WB, Ardhie SW, Sanura CPE, Fitriana FN, editor. Prosiding Seminar Ilmiah PERHORTI; Membangun Sistem Baru Agribisnis Hortikultura Indonesia pada Era Pasar Global; 2013 Okt 9; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura. hlm 80‒88.

(36)
(37)

19

Lampiran 1 Analisis ekonomi komposisi media tanam M3, M4 dan M5

No. Uraian Volume Satuan biaya (Rp) M3 (Rp) M4 (Rp) M5 (Rp)

1. Biaya produksi

a. Benih Pepaya 3 buah pepaya 10 000 30 000 30 000 30 000

b. Tray semai 3 buah (72 lubang) 16 000 48 000 48 000 48 000

c. Media Tanam (kompos) 1 pak (5 kg) 15 000 15 000 15 000 15 000

d. Polybag (10 x 15 cm) 1 pak (200 buah) 8 000 8 000 8 000 8 000

e. Tanah 1 karung 5 000 5 000 5 000 5 000

f. Pupuk kandang (kotoran sapi) 1 karung 22 000 11 000 22 000 22 000

g. Arang sekam 1 karung 8 000 8 000 4 000 8 000

h. Tenaga kerjaa

- Penyemaian 0.42 HOK 30 000 12 600 12 600 12 600

- Persiapan media tanam dan

pemindahan bibit ke polybag 0.42 HOK 30 000 12 600 12 600 12 600

- Pemeliharaan 2.5 HOK 30 000 75 000 75 000 75 000

Total 200 polybagb 222 200 229 200 233 200

2. Harga bibit/polybagc 1 111 1 146 1 166

aHOK (hari orang kerja), 1 HOK= 1 orang dengan 7 jam kerja, penyemaian dibutuhkan waktu 3 jam, HOK= jam kerja x jumlah pekerja x

(1 HOK/7 jam), HOK= 3 x 1 x (1/7)= 0.42 HOK, persiapan media tanam dan pemindahan bibit ke polybag dibutuhkan waktu 3 jam dengan menghasilkan 200 bibit per polybag, HOK= 3 x 1 x (1/7)= 0.42 HOK, pemeliharaan dibutuhkan waktu 17 menit/hari x 7 hari x 9 minggu= 17.6 jam, HOK= 17.6 x 1 x (1/7)= 2.5 HOK; b1 karung media= 60 l, 1 polybag= 0.3 l, maka 1 karung media= 200 polybag; cHarga bibit pepaya di pasar tahun

2015: Rp 3000 (informasi dari PKHT IPB), nilai R/C rasio media M3: 2.70; M4: 2.61; M5: 2.57, nilai R/C rasio media >1 maka layak untuk dikembangkan.

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 11 Mei 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rokhim dan Ibu Sri Wartiningsih. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Majenang dan pada tahun yang sama penulis diterima di departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Penulis merupakan anggota dari IAAS (International Association of Student in Agricultural and Related Sciences) IPB sejak tahun 2009. Kegiatan kepanitiaan yang penulis ikuti antara lain IAAS Orientation Program pada tahun 2011, SUIJI (Six University of Japan-Indonesia) Student Forum tahun 2012, SWU (Seoul Women University) Student Visit to IPB pada tahun 2012 dan 2014, Kader Tani Muda TNI Angkatan Darat Jawa Barat tahun 2012, serta The 19th TRI-University International Joint Seminar and Symposium di IPB pada Oktober 2012. Penulis juga merupakan penerima beasiswa pertukaran pelajar selama 1 semester dari DIKTI ke Universiti Putra Malaysia pada tahun 2010, dan mengikuti acara The 20th TRI-University International Joint Seminar and Symposium di Mie

Gambar

Tabel 1   Kandungan nitrogen, fosfor, kalium, serta pH pada beberapa komposisi media tanam
Tabel 2  Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit pepaya tipe Bangkok dan California di polybag
Tabel 3  Bobot bibit per polybag, tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter   batang pepaya tipe Bangkok dan California pada 5 MSTa
Gambar 1 Keragaan bibit pepaya di polybag (5 MST) pada berbagai komposisi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 8 : Data umur muncul tunas (hari) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek... Lampiran 10 : Data Panjang tunas 60 HST dengan perlakuam komposisi

Interaksi sumber zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun. Taraf kombinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh tunas 1 minggu setelah tanam (MST), tinggi tanaman dan diameter

Pada tabel 5 bahwa kombinasi perlakuan penggunaan “mata tunas pucuk dan komposisi media tanam”: tanah (1): Pupuk kandang (2) (T 1 P 2 ), menghasilkan rerata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun,

Parameter yang diamati ialah tinggi tanaman, saat muncul tunas cabang, panjang cabang, diameter batang, jumlah daun, luas daun, saat muncul bunga, saat bunga

Perlakuan komposisi media tanam yang berbeda, memberikan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tumbuh tunas 1minggu setelah tanam (MST), tinggi tanaman 6 MST, diameter batang 6 MST, jumlah daun 4 dan 6 MST, luas daun 8