UJI ANTAGONISME BEBERAPA JAMUR SAPROFIT DAN ENDOFIT DARI TANAMAN PISANG TERHADAP Fusarium oxysporum f. sp. cubens
DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
MENAWATI HUTABALIAN 100301158
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UJI ANTAGONISME BEBERAPA JAMUR SAPROFIT DAN ENDOFIT DARI TANAMAN PISANG TERHADAP Fusarium oxysporum f. sp. cubens
DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
MENAWATI HUTABALIAN 100301158
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Uji Antagonisme Beberapa Jamur Saprofit dan Endofit dari Tanaman Pisang terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium
Nama : Menawati Hutabalian NIM : 100301158
Departemen : Agroekoteknologi
Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr) (Ir. Syahrial Oemry, MS)
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
Menawati Hutabalian, “ Uji Antagonisme beberapa jamur saprofit dan endofit dari tanaman pisang terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Syahrial Oemry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur saprofit dan endofit dalam mengendalikan Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni sampai September 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan tujubelas perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan semua jamur yang digunakan yaitu jamur saprofit (Gliocladium sp. dan Acrostalagmus sp. ) dan endofit (Cephalosporium sp., Pullularia sp., Aspergillus sp., Penicilium sp., Trichoderma sp., dan
Hormiscium sp.) berpotensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan
F. oxysporum f. sp. cubens secara in vitro.
Hasil terbaik didapat pada Pullularia sp. dengan kemampuan menghambat
60,577% dan Hormiscium sp. memiliki pertumbuhan paling cepat , diameter pertumbuhan 9,000 cm, dan luas pertumbuhan 63,585 cm2. Interaksi antara jamur
saprofit dan endofit terhadap F. oxysporum f. sp. cubens menyebabkan hifa
F. oxysporum f. sp. cubens mengalami malformasi dan lisis.
ABSTRACT
Menawati Hutabalian, “The antagonism test some saprophyte fungi and endophytic fungi of banana plants against Fusarium oxysporum f. sp. cubens in Laboratory”, supervised by Mukhtar Iskandar Pinem and Syahrial Oemry. This research aims to determine the effectiveness of saprophyte and endophytic fungi in controlling Fusarium oxysporum f. sp. cubens in Laboratory. The research was conducted at Plant Disease Laboratory, Agroecotechnology Program Study, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara Medan from June to September 2014. It was done by using Completely Randomized Design (CRD) Non Factorial with seventeen treatments and three replications. The results showed all the endophytic fungi used saprophyte fungi (Gliocladium sp. and Acrostalagmus sp.) and endophytic fungi (Cephalosporium sp,. Pullularia sp., Aspergillus sp., Penicilium sp., Trichoderma sp., dan Hormiscium sp.) potential as biological agents to control F. oxysporum f. sp. cubens in vitro.
The best results obtained on Pullularia sp. with percentage area 60.577% and Hormiscium sp. had growth diameter 9.000 cm and wide growth 63.585 cm2. Interactions between saprophytic and endophytic fungi against F. oxysporum f. sp. cubens causing the hyphae of F. oxysporum f. sp. cubens malformations and lysis.
RIWAYAT HIDUP
Menawati Hutabalian, dilahirkan di Janjimaria, Samosir, Sumatera Utara,
pada tanggal 10 Agustus 1991 dari pasangan Ayahanda Katner Hutabalian dan
Ibunda Berliana Situmorang. Penulis merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara.
Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Simanindo dan
pada tahun yang sama diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota
HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) USU, Selain itu
penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai Koordinasi di Unit
Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas
Pertanian (UKM KMK UP FP USU). Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tanah
Itam Ulu di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Tahun
2014 penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Penyakit Tumbuhan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi berjudul “Uji Antagonisme beberapa Jamur Saprofit dan Endofit dari Tanaman Pisang terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubens di
Laboratorium” merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr selaku ketua dan Ir. Syahrial Oemry, MS,
selaku Anggota yang telah memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan
skripsi ini dan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Laboratorium
Penyakit Tumbuhan yang telah memberikan tempat dan fasilitas untuk penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2014
DAFTAR ISI
Hlm.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Patogen Fusarium oxysporum f. sp. cubens ... 4
Biologi Patogen Fusarium oxysporum f. sp. cubens ... 4
Siklus Penyakit ... 5
Gejala Serangan ... 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 7
Pengendalian Penyakit ... 9
Jamur Endofit ... 9
Jamur Saprofit ... 10
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat Penelitian ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Isolasi Jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubens ... 13
Isolasi Jamur Saprofit ... 14
Isolasi Jamur Endofit ... 14
Uji Antagonisme Jamur Saprofit dengan Patogen ... 15
Uji Antagonisme Jamur Endofit dengan Patogen... 16
Peubah Amatan ... 17
Diameter Koloni Isolat ... 17
Luas Pertumbuhan ... 17
Interaksi ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Saprofit dan Endofit ... 20
Persentase Daerah Hambatan (Inhibiting Zone) ... 25
Diameter Koloni Isolat ... 29
Luas Pertumbuhan Koloni Isolat... 32
Bentuk Interaksi ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hlm.
1. Hasil identifikasi jamur saprofit dan endofit asal tanaman pisang ... 20
2. Daerah hambatan pemberian jamur saprofit dan endofit terhadap Foc di Laboratorium (%) ... 26
3. Diameter jamur saprofit dan endofit yang diaplikasikan bersama Foc di Laboratorium (cm) ... 30
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hlm.
1. Gambar mikroskopis F. oxysporum f.sp. cubens ... 5
2. Gejala Serangan F. oxysporum f.sp. cubens ... 7
3. Uji antagonisme jamur saprofit terhadap Foc ... 15
4. Uji antagonisme jamur endofit terhadap Foc ... 16
5. Interaksi Jamursaprofit dan endofit terhadap Foc ... 18
6. Pengujian inhibiting zone ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hlm.
1. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 1 Hsi ... 41
2. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 2 Hsi ... 43
3. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 3 Hsi ... 44
4. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 4 Hsi ... 45
5. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 5 Hsi ... 47
6. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 6 Hsi ... 48
7. Data Daerah Hambatan (Inhibiting zone) 7 Hsi ... 50
8. Data Diameter Pertumbuhan 1 Hsi ... 52
9. Data Diameter Pertumbuhan 2 Hsi ... 54
10. Data Diameter Pertumbuhan 3 Hsi ... 56
11. Data Diameter Pertumbuhan 4 Hsi ... 58
12. Data Diameter Pertumbuhan 5 Hsi ... 60
13. Data Diameter Pertumbuhan 6 Hsi ... 62
14. Data Diameter Pertumbuhan 7 Hsi ... 64
15. Data Luas Pertumbuhan 1 Hsi ... 66
16. Data Luas Pertumbuhan 2 Hsi ... 68
17. Data Luas Pertumbuhan 3 Hsi ... 70
18. Data Luas Pertumbuhan 4 Hsi ... 72
19. Data Luas Pertumbuhan 5 Hsi ... 74
20. Data Luas Pertumbuhan 6 Hsi ... 76
ABSTRAK
Menawati Hutabalian, “ Uji Antagonisme beberapa jamur saprofit dan endofit dari tanaman pisang terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Syahrial Oemry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur saprofit dan endofit dalam mengendalikan Fusarium oxysporum f. sp. cubens di Laboratorium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni sampai September 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan tujubelas perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan semua jamur yang digunakan yaitu jamur saprofit (Gliocladium sp. dan Acrostalagmus sp. ) dan endofit (Cephalosporium sp., Pullularia sp., Aspergillus sp., Penicilium sp., Trichoderma sp., dan
Hormiscium sp.) berpotensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan
F. oxysporum f. sp. cubens secara in vitro.
Hasil terbaik didapat pada Pullularia sp. dengan kemampuan menghambat
60,577% dan Hormiscium sp. memiliki pertumbuhan paling cepat , diameter pertumbuhan 9,000 cm, dan luas pertumbuhan 63,585 cm2. Interaksi antara jamur
saprofit dan endofit terhadap F. oxysporum f. sp. cubens menyebabkan hifa
F. oxysporum f. sp. cubens mengalami malformasi dan lisis.
ABSTRACT
Menawati Hutabalian, “The antagonism test some saprophyte fungi and endophytic fungi of banana plants against Fusarium oxysporum f. sp. cubens in Laboratory”, supervised by Mukhtar Iskandar Pinem and Syahrial Oemry. This research aims to determine the effectiveness of saprophyte and endophytic fungi in controlling Fusarium oxysporum f. sp. cubens in Laboratory. The research was conducted at Plant Disease Laboratory, Agroecotechnology Program Study, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara Medan from June to September 2014. It was done by using Completely Randomized Design (CRD) Non Factorial with seventeen treatments and three replications. The results showed all the endophytic fungi used saprophyte fungi (Gliocladium sp. and Acrostalagmus sp.) and endophytic fungi (Cephalosporium sp,. Pullularia sp., Aspergillus sp., Penicilium sp., Trichoderma sp., dan Hormiscium sp.) potential as biological agents to control F. oxysporum f. sp. cubens in vitro.
The best results obtained on Pullularia sp. with percentage area 60.577% and Hormiscium sp. had growth diameter 9.000 cm and wide growth 63.585 cm2. Interactions between saprophytic and endophytic fungi against F. oxysporum f. sp. cubens causing the hyphae of F. oxysporum f. sp. cubens malformations and lysis.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Buah pisang merupakan sumber vitamin A, Vitamin C, dan B2
(Riboflavin). Buah pisang merupakan sumber mineral seperti magnesium,
sodium, potassium, dan posfor dam merupakan sumber kalsium dan zat besi.
Buah pisang terdiri dari 70% air, 27% karbohidrat, crude fiber 0,5%, lemak 0,3%,
dan protein 1,2% (Bal, 2001).
Produksi pisang Indonesia menempati urutan keenam setelah India,
Ekuador, Brazil, Filippina, dan Cina. Dari produksi pisang yang dihasilkan di
Indonesia , 90% untuk konsumsi dalam negeri, sedangkan untuk ekspor hanya
10%. Penigkatan jumlah penduduk, pendapatan, kesadara akan gizi dan kemajuan
teknologi transportasi menciptakan peluang pengembangan industri pisang untuk
memenuhi permintaan dalam negeri. Selain itu pisang juga merupakan salah satu
komoditi yang berpeluang sangat tinggi untuk diversifikasi bahan pangan pokok
yang dapat menunjang ketahanan pangan nasional (Suhartanto dkk, 2012)
Sasaran produksi pisang tahun 2005 sebesar 4.707.000 ton, tahun 2009
sebesar 6.125.000 ton dan tahun 2025 ditergetkan sebesar 11.266.000 ton.
Sebagian besar produksi tersebut digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam
negeri, kebutuhan industri pengolahan dan untuk peningkatan ekspor. Seperti
halnya negara maju, konsumsi pisang perkapita dapat ditingkatkan mencapai
20 – 25 kg pertahun (Deptan, 2005).
Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman pisang, diantaranya adalah penyakit layu (layu fusarium dan
disebabkan virus terutama virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV).
Penyakit yang paling berbahaya dan mematikan, yaitu penyakit layu bakteri atau
penyakit darah yang disebabkan oleh bakteri dan penyakit layu Fusarium atau
penyakit panama yang disebabkan oleh cendawan. Kedua penyakit ini sukar
dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka
waktu yang cukup lama (BBPPTP, 2008).
Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. sp.
cubens (Foc) merupakan faktor pembatas utama pada produksi tanaman pisang.
Di Indonesia, penyakit ini dilaporkan teah menyebar hampir di seluruh daerah
pertanaman pisang. Serangan berat dilaporkan terjadi di beberapa daerah sentra
produksi di Sumatera Utara dimana sekitar 1.300 Ha pisang barangan milik petani
rusak berat akibat serangan Foc (Jumjunidang et al., 2005).
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dilakukan
oleh petani umumnya masih menggunakan pestisida sintetik, karena petani
menganggap cara ini yang paling mudah dan efektif. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penggunaan pestisida sintetik yang tidak bijaksana dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia dan lingkungan (Wasilah et al., 2005). Oleh karena itu
perlu dicari alternatif pengendalian OPT yang aman dan ramah lingkungan. Salah
satu diantaranya adalah dengan menggunakan jamur endofit (Sinaga, 2009) dan
jamur saprofit yang mampu mengendalikan penyakit patogen tular tanah
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui efektivitas jamur endofit dan saprofit dalam
mengendalikan Fusarium oxysporum f. sp. cubens .
HipotesisPenelitian
1. Jamur endofit mempunyai daya antagonisme dan mampu menghambat perkembangan
jamur F. oxysporum f. sp. cubens.
2. Jamur Saprofit mempunyai daya antagonisme dan mampu menghambat
perkembangan jamur F. oxysporum f. sp. cubens.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
dan diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk pengendalian
TINJAUAN PUSTAKA Patogen Fusarium oxysporum f. sp. cubens
Biologi patogen
Jamur penyebab layu Fusariumini menurut Semangun (1996) termasuk
dalam forma-ordo Moniliales, dengan klasifikasinya sebagai berikut:
Kingdom : Mycetaceae
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycotyna
Kelas : Deutromycetes
Subkelas : Hyphomycetidae
Familia : Moniales
Genus : Fusarium
Morfologi dari Foc yaitu memiliki struktur yang terdiri dari mikronidium
dan makronidium. Permukaan koloni patogen berwarna ungu, bergerigi,
permukaan kasar berserabut dan bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk
konidium. Konidiofor bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit,
bertangkai kecil, sering kali berpasangan. Miselium terutama terdapat di dalam sel
khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di antara
sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi
(Semangun, 1996). Koloni fusarium biasanya berwarna merah muda sampai biru
violet dengan bagian tengah koloni berwarna lebih gelap dibandingkan dengan
bagian pinggir. Saat konidium terbentuk, tekstur koloni menjadi seperti wol atau
Gambar 1.Gambar mikroskopis F. oxysporum f.sp.cubens Sumber: Ploetz (1994)
Foc merupakan patogen tular tanah (soilborne) yang bersifat penghuni
tanah (soil inhabitant) dan memiliki ras fisiologi yang berbeda. Patogen ini dapat
menimbulkan penyakit yang bersifat monosiklik sehingga strategi pengendalian
yang efektif hingga kini belum ditemukan. Sebagai penghuni tanah, patogen Foc
dapat bertahan dalam berbagai tanah untuk puluhan tahun walaupun tanpa
tanaman inang.
Cendawan membentuk konidium pada suatu badan yang disebut
sporodokium yang dibentuk pada permukaan tangkai atau daun sakit pada tangkai
yang telah tua. Konidiofor bercabang dan rata-rata mempunyai panjang 70 μm,
cabang-cabang samping biasanya bersel satu, panjang sampai 14 μm, konidium
terbentuk pada ujung cabang utama dan pada cabang samping. Mikrokonidium
bersel satu atau dua, hialin, jorong atau agak memanjang, berukuran 5-7 x 2,5-3
μm. Makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel 4,
7-13 x 7-8 μm, terbentuk di tengah hifa atau pada makrokonidium, seringkali
berpasangan (Semangun, 1994). Konidianya biasanya mempunyai 3-5 septa dan
sel apikal yang tipis serta sel dasarnya yang berbentuk kaki. Klamidosporanya
dapat berbentuk tunggal atau berpasangan (Ploetz, 1994).
Siklus penyakit
Penyakit ini terutama menular karena perakaran tanaman sehat
berhubungan dengan spora yang dilepaskan oleh tanaman sakit di dekatnya
(Semangun, 1994). Spora Foc dalam tanah berkecambah dan tumbuh menuju akar
sekitar tanaman pisang. Infeksi terjadi pada akar sekunder yang lebih halus dan
akhirnya menjadi lebih besar dan menginfeksi akar primer melalui pembuluh
xilem sebelum ke rimpang. Akar utama dan rimpang tidak tampak jelas terinfeksi
langsung oleh patogen. Jaringan xilem terdiri dari serangkaian pembuluh individu
dengan ujung berlubang yang mengalirkan getah. Gerakan spora dengan aliran
getah yang tersumbat sementara akan tersangkut di akhir dinding. Spora
kemudian berkecambah dan hifa tumbuh melalui perforasi kedalam pembuluh
selanjutnya. Tanaman ini sering mampu untuk mencegah terjadinya infeksi
gerakan yang memasuki rimpang dengan cara memproduksi gel atau tiloses
(mekanisme resistensi) untuk menutupinfeksi. Namun beberapa infeksi dapat
terjadi selama tanaman hidup dan akan mengarah pada invasi lengkap. Virulensi
pada pada pisang Cavendish ras 4 pada daerah tropis menunjukkan bahwa
mekanisme resistensi yang digunakan terhadap jenis pisang ini tidak seefektif
pada tanaman pisang ras 4 di daerah subtropis.
Penyakit ini pada umumnya menyebabkan kerugian yang sangat serius pada
Gejala serangan
Secara eksternal, tanda-tanda yang jelas terlihat pada sebagian besar
varietas yaitu layu dan berwarna kuning terang pada daun yang lebih rendah dan
yang paling menonjol di sekitar tepi yang akhirnya berubah warna kuning cerah
dengan bagian tepi daun mati. Selanjutnya seluruh daun menjadi kuning dan mati.
Secara internal, gejala pertama terlihat jelas dalam xilem yaitu pembuluh dari akar
dan rimpang. Pembuluh ini berubah warna coklat kemerahan hingga merah marun
yang menandakan bahwa jamur tumbuh melalui jaringan. Kadang-kadang,
perubahan warna yang pertama muncul warna kuning pada tanaman yang
menunjukkan tahap awal infeksi (Daly et al., 2006).
Gejala yang tampak pada tanaman sakit berupa tepi daun-daun bawah
berwarna kuning tua kemudian menjadi coklat dan mengering. Rata-rata lapisan
luar batang palsu terbelah dari permukaan tanah. Pada bagian dalam, apabila
dibelah terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang
(bonggol) ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. Berkas
pembuluh akar tidak berubah warnanya, namun sering akar tanaman sakit
berwarna hitam dan membusuk (akan tampak pada tanaman yang berumur
Gambar 2.Gejala Serangan F. oxysporum f.sp. cubens Sumber: Litbang Deptan (2013)
Layu Fusarium adalah penyakit vaskular khas yang menyebabkan
terganggunya translokasi air, gejala pada daun terjadi secara sistemik dan
menyebabkan robohnya tanaman. Gejala internal ditandai dengan perubahan
warna coklat kemerahan dari jaringan pembuluh darah. Gejala eksternal ditandai
dengan menguningnya daun margin daun yang lebih tua, runtuhnya daun pada
tangkai daun dan pemisahan basis semu. Hasil perkembangan penyakit ini
selanjutnya menebabkan runtuhnya mahkota dan semu, dan akhirnya tanaman
mati (Bentley et al., 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Pada penyebab penyakit yang menular, penyakit dapat berkembang biak
pada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secara
aktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan
daun, atau menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena
Beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh serangga, nematoda atau burung
(Yunasfi, 2002).
Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang
abiotik (mati). Sebagai contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di
sekitar patogen. Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen
yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang
akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung
berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit,
vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis.
Unsur-unsur biotik yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap
patogen. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar
patogen. Interaksi dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi
jasad renik yang menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian
maka unsur-unsur biotik lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak
langsung terhadap perkembangan penyakit pada tanaman (Yunasfi, 2002).
Penyakit ini merupakan patogen tular tanah dan masuk ke jaringan tubuh
tanaman melalui akar. Ini merupakan penyakit yang serius pada tanah-tanah yang
memiliki drainase yang buruk dan selalu ditanami pisang dari tahun ke tahun.
Penyakit ini menyebar cepat di tanah alluvial masam. Temperatur tanah yang
hangat dan drainase yang buruk akan mempercepat penyebaran penyakit ini
(Bal, 2001).
Pengendalian
Beberapa penelitian dalam pengendalian penyakit layu pada tanaman
terpadu berupa kultur teknis dan pengendalian kimiawi. 2). Pemindahan sifat
ketahanan terhadap penyakit dari pisang liar kepada pisang budidaya melalui
persilangan antar jenis, 3). Pembentukan mutan yang tahan tehadap penyakit
melalui induksi mutan dengan iradiasi, 4).Rekayasa genetik, 5). Mencegah
penularan penyakit dengan cara pembungkusan buah sehingga terlindungi dari
serangga pengunjung bunga dan sterilisasi alat-alat pertanian yang akan
digunakan dengan larutan desinfektan, 6). Penggunaan bibit pisang yang sehat dan
bebas penyakit seperti bibit hasil kultur jaringan, 7). Penggunaan agen hayati
(Habazar dan Rivai, 2002).
Jamur Endofit
Jamur endofit adalah jamur yang berasal dari tanaman yang tanpa gejala
pada daun dan batang tanaman sehat dan berada dalam sistem jaringan
tanaman sehat. Jamur ini dapat memproduksi toksin, mikotoksin, serta antibiotik.
Beberapa spesies rumput dapat memproduksi alkaloid dari jamur endofit
(Carrol, 1988: Clay, 1988).
Endofit merupakan mikroorganisme yang berasosiasi dengan jaringan
tanaman sehat yang bersifat netral atau menguntungkan. Hampir setiap tanaman
tingkat tinggi memiliki beberapa mikroorganisme endofit yang mampu
menghasilkan senyawa bioogi atau metabolit sekunder. Bahan aktif yang
dihasilkan mikroorganisme endofit ini diperkirakan memiliki kemampuan yang
sama dengan bahan aktif yang dihasilkan oleh tanaman induknya. Telah banyak
dilakukan penelitian yang dilakukan untuk mengisolasi mikroorganisme endofit
pada beberapa tanaman, misalnya pada tanaman obat dan tanaman budidaya
Trichoderma sp. mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan
sebagai agens hayati dalam pengendalian penyakit tanaman, hal ini dikarenakan
sifat Trichoderma sp. sebagai cendawan antagonis yang dianggap aman bagi
lingkungan karena cendawan ini berasal dari tanah dan dapat berfungsi sebagai
pengurai unsur hara tanaman serta dalam pengendalian penyakit memberikan
hasil yang cukup memuaskan (Ismail dan Tenrirawe, 2012).
Beberapa jamur fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh
Trichoderma antara lain Rhizoctonia solani, Fusarium sp., Lentinus Lepidus,
Phytium sp., Botrytis cinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus
lignosus dan Sclerotium rolfsii yang menyerang tanaman hortikultura, tanaman
pangan, dan tanaman hias (Wijaja, 2002).
Jamur Saprofit
Sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau
bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan-bahan tumbuhan dan
hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Fungi saprofit juga
penting dalam industri fermentasi salah satunya adalah penghasil antibiotik.
Trichoderma sp. merupakan jenis antagonis yang paling banyak mendapat
perhatian karena mudahnya dijumpai di semua tempat. Antagonis ini merupakan
antagonis tanah yang paling berhasil di dalam mengendalikan banyak penyakit
(Soesanto, 2008).
Pengendalian hayati dengan menggunakan agens hayati yang terseleksi
sangatlah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak
negatif dari pemakaian pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat
±25 m dpl pada bulan Mei 2014 sampai September 2014. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah tanaman pisang yang terserang Focf.sp. cubens, tanaman pisang yang sehat, media Potato Dextrose Agar (PDA),
kertas saring, kapas, aluminium foil,cling wrap, kertas stencil, plastik transparan, spiritus, aquades, alkohol 70%, kloroks 1%, tissue, methyl blue dan label nama.
Adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, beaker glass, erlenmeyer, timbangan analitik, hot plate, batang pengaduk, kulkas, bunsen, gunting, cutter, autoclave, oven, inkubator, handsprayer, stopwatch, jarum ose, pinset, jangka sorong, object glass, coke borer, laminar air flow, mikroskop kampaun, kamera dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut:
T1 : Foc
T2 : Gliocladium sp.
T3 : Acrostalagmus sp.
T4 : Cephalosporium sp.
T5 : Pullularia sp.
T6 : Aspergillus sp.
T8 : Trichoderma sp.
T9 : Hormiscium sp.
T10 : Gliocladium sp. + Foc
T11 : Acrostalagmussp. + Foc
T12 : Cephalosporium sp. + Foc
T13 : Pullularia sp. + Foc
T14 : Aspergillus sp. + Foc
T15 : Peniciliumsp. + Foc
T16 : Trichoderma sp. + Foc
T17 : Hormiscium sp. + Foc
Keterangan : (T1: patogen, T2 dan T3 : jamur saprofit, T4-T9 jamur endofit, T10 dan T11 : kombinasi jamur saprofit dengan Foc, T12-T17 : kombinasi jamur endofit dengan Foc)
Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut: t ( r-1) ≥ 15
17 (r -1) ≥ 15
17r ≥ 32
t ≥ 32/17
t ≥ 1.88
Banyak ulangan : 3
Jumlah unit percobaan : 17 x 3 = 51
Model linier yang digunakan adalah :
Yij =
Yij = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i
μ = efek nilai tengah
= efek dari perlakuan taraf ke-i
= efek error
(Sastrosupadi, 2000).
Pelaksanaan Penelitian
Isolasi jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubens
Sumber inokulum diperoleh dari tanaman pisang yang menunjukkan gejala layu fusarium. Bagian yang terinfeksi seperti daun dibersihkan di bawah air mengalir lalu dipotong-potong sebesar1 cm. Lalu disterilkan dengan kloroks 1% selama lebih kurang 3 menit dan dibilas dengan aquades steril sebanyak 2-3 kali. Selanjutnya potongan daun ditanam dalam media PDA dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 minggu. Jamur yang tumbuh kemudian dimurnikan dan diidentifikasi untuk digunakan sebagai sumber inokulum.
Iolasi jamur saprofit
Jamur saprofit diperoleh dengan mengisolasinya dari daerah rhizosfer tanaman pisang yang sehat, Isolasi mikroba dari 10 g tanah dilakukan dengan cara dilarutkan dalam 90 ml akuades diaduk secara merata sehingga volume menjadi
100 ml, selanjutnya diencerkan dua kali lagi dengan mengambil larutan sebanyak
10 ml dari larutan sebelumnya, kemudian ditanam pada media PDA. Koloni yang
tumbuh dimurnikan untuk mengisolasi jamur yang diinginkan kemudian
ditumbuhkan dalam media PDA. Setelah berumur satu minggu diidentifikasi
melalui uji mikroskopis (Sudarma dan Suprapta, 2011).
Jamur endofit diperoleh dengan mengisolasi akar, batang dan daun tanaman pisang yang sehat. Lokasi pengambilan tanaman pisang dilakukan di Simalingkar, Medan pada ketinggian tempat ± 25 mdpl. Tanaman pisang yang digunakan yaitu varietas pisang barangan dan berada pada stadia pertumbuhan vegetatif. Bagian tanaman tersebut dicuci dengan air mengalir selama ± 5 menit setelah itu dipotong ± 2 cm. Sterilisasi permukaan bagian tanaman dilakukan dengan membersihkan bagian tanaman dengan menggunakan alkohol 70% selama ± 5 menit. Sterilisasi selanjutnya dengan menggunakan natrium hipokorit 1% selama ± 1 menit. Kemudian dibilas sebanyak dua kali dengan aquades steril selama 1 menit dan dikeringkan. Bagian tanaman dibelah untuk ditumbuhkan dalam media PDA (Zakaria dkk, 2010).
Uji Antagonisme Jamur Saprofit dengan Patogen
r2 r1
A B
[image:30.595.169.417.81.321.2]1 cm 4,5 cm
Gambar 3. Uji antagonisme jamur saprofit terhadap Foc Keterangan:
A= Jamur saprofit B = Jamur patogen
r1 = jari-jari koloni jamur patogenyang menjauhi jamur saprofit (cm)
r2 = jari-jari koloni jamur patogen yang mendekati jamur saprofit (cm)
Uji Antagonisme Jamur Endofit dengan Patogen
r2 r1
A B
[image:31.595.169.417.81.322.2]1 cm 4,5 cm
Gambar 4. Uji antagonisme jamur endofit terhadap Foc Keterangan:
A= Jamur endofit B = Jamur patogen
r1 = jari-jari koloni jamur patogenyang menjauhi jamur endofit(cm)
r2 = jari-jari koloni jamur patogen yang mendekati jamur endofit (cm)
Peubah Amatan
Daerah Hambatan (Inhibiting Zone)
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan koloni jamur patogen dan adanya zona hambatan di antara dua koloni jamur yang beroposisi. Penghambatan pertumbuhan miselium jamur patogen oleh jamur antagonis dihitung berdasarkan rumus:
Keterangan:
r1 = jari-jari koloni jamur patogenyang menjauhi jamur antagonis(cm)
r2 = jari-jari koloni jamur patogen yang mendekati jamur antagonis (cm)
(Fokkema, 1976 dalam Rahaju, 2007). Diameter Koloni Isolat
Data diperoleh dengan mengamati dan mengukur diameter pertumbuhan
koloni jamur patogendan jamur antagonis yang terbentuk setiap hari sampai 7 hari
setelah inokulasi (hsi).
Luas Pertumbuhan
Pengukuran luas pertumbuhan koloni isolat patogen dan jamur antagonis dilakukan dengan cara menggambar pola luas pertumbuhan jamur keduanya pada plastik transparan, digunting sesuai pertumbuhan dan dihitamkan, dan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
A = berat plastik ukuran cawan petri yang berukuran 9 cm (gr) B = luas lingkaran cawan petri yang berukuran 9 cm (cm2) A’ = berat plastik ukuran cawan petri yang berukuran 9 cm (gr) B’ = luas lingkaran setelah jamur berkembang tiap harinya (cm2) Interaksi jamur Saprofit dan endofit dengan Foc
Pengujian ini dilakukan untuk melihat interaksi jamur endofit dan
Foc dalam satu cawan petri yang berdiameter 7 cm. Foc dan jamur antagonis
(saprofit, endofit) diletakkan berhadapan kemudian dibagian tengah diletakkan
Gambar 5. Uji interaksi jamur saprofit dan endofit terhadap Foc
Keterangan :
X = jamur Foc
y = jamur antagonis (endofit, saprofit)
Pengamatan bentuk interaksi ini dilakukan setelah terjadi pertemuan kedua
ujung jamur dengan cara mengangkat objek glass. Selanjutnya ditetesi dengan
methyl blue dan diamati di bawah mikroskop bentuk interaksi antara patogen dan
jamur antagonis.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi jamur endofit dan saprofit
Dari hasil eksplorasi diperoleh 2 isolat jamur saprofit dari daerah
rhizosfer, 6 isolat jamur endofit dari akar, batang, dan daun tanaman pisang yang
sehat. Sehingga secara keseluruhan didapat 8 isolat yang selanjutnya digunakan
[image:34.595.109.529.258.751.2]dalam penelitian ini.
Tabel 1. Hasil identifikasi jamur saprofit dan endofit asal tanaman pisang
No. Genus Ciri-ciri Asal
Kecepatan isolat memenuhi petridish (Hari) 1 Gliocladium sp. Makroskopis
-Berwarna hijau
muda
-Tepi koloni tidak rata
-Pertumbuhan cepat
Rhizosfer 5
Mikroskopis -iKonidiofor
berwarna hialin,
pada bagian atas
membentuk
cabang-cabang yang
kompak
kecil, tidak
simetris dan
berwarna hijau
cerah
2. Acrostalagmussp. Makroskopis - Berwarna
hialinsampai putih
-Permukaan koloni halus
Rhizosfer 4
Mikroskopis - Konidiofor silindris
denganmpercabang
an vertikal
-iKonidia hialin,
terdiri dari 1 sel
3. Cephalosporium sp. Makroskopis - Koloni berwarna hialin, tepi koloni
rata
-iPermukaan koloni
halus
Mikroskopis - Konidiofor silindris
dan sederhana
-iKonidia hialin,
terdiri dari 1 sel,
diproduksi diujung
dan berkelompok
4. Pullularia sp. Makroskopis
-iMiselium hialin
ketika muda,
kemudian berubah
menjadi hitam
setelah tua
-iPermukaan kasar
dan tepi koloni
tidak rata
Akar 7
Mikroskopis
- Konidia sub hialin
sampai gelap,
terdiri dari 1 sel,
5. Aspergillus sp. Makroskopis
-iKoloni berwarna
hijau dan tepinya
berwarna putih
-iPermukaan koloni
kasar
Batang >7
Mikroskopis
- Konidoifor panjang
- Konidia terdiri dari
satu sel dan bulat
6. Penicilium sp. Mikroskopis - Koloni berwarna
kuning kehijauan
-iTepi koloni tidak
rata dan permukaan
kasar
Batang >7
Mikroskopis
-iKonidia terdiri dari
1 sel dan tumbuh
berantai
- Konidia bulat telur
muncul dari hifa
dan hialin
7. Trichoderma sp. Makroskopis
-iKoloni berwarna
hijau
-iPermukaan kasar,
tepi koloni tidak
rata
Daun 4
Mikroskopis -iKonidiofor hialin,
tegak lurus,
memiliki banyak
cabang
-iKonidia hialin, 1
sel, berbentuk oval
8. Hormiscium sp. Makroskopis
-iKoloni berwarna
hialin, pertumbuhan
sangat cepat
-iTepi koloni tidak
rata
Mikroskopis
-iKonidia terdiri dari
satu sel dan
membentuk rantai
yang rapat
2. Persentase daerah hambatan (Inhibiting Zone)
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai daerah hambatan jamur
Tabel 2. Daerah hambatan pemberian jamur saprofit dan endofit terhadap Foc di Laboratorium (%)
Perlakuan Daerah Hambatan
1 Hsi 2Hsi 3 Hsi 4Hsi 5Hsi 6Hsi 7Hsi
T10 0,000 5,087 25,713 ab 41,460 ab 43,647 ab 51,293 a 58,337 a
T11 5,553 11,917 24,653 ab 33,393 abc 44,793 ab 47,883 a 52,753 a
T12 3,703 12,637 25,203 ab 36,487 ab 41,893 b 47,500 a 51,397 a
T13 0,000 14,567 36,667 a 43,767 a 51,803 a 57,287 a 60,577 a
T14 0,000 9,393 9,393 cd 3,333 d 0,000 d 5,127 c 5,127 c
T15 8,463 6,060 5,553 d 5,127 d 0,000 d 4,440 c 4,303 c
T16 9,523 5,553 26,087 ab 31,140 bc 47,770 ab 45,430 a 50,557 a
T17 11,107 22,167 22,167 bc 22,167 c 22,167 c 22,167 b 22,167 b
Data pengamatan 7 Hsi menunjukkan bahwa Perlakuan T13 (Pullularia sp.
+ Foc) berbeda nyata dengan Perlakuan T 14 (Aspergillus sp. + Foc) dengan T15
(Penicilium sp. + Foc). Hal ini dikarenakan pertumbuhan jamur Pullularia sp.
yang lebih cepat sehingga mampu menghambat pertumbuhan jamur Foc sebesar
60,577%. Hal ini sesuai dengan literatur Soesanto (2008) yang menyatakan
bahwa setiap agen hayati yang berbeda memiliki kemampuan dan mekanisme
penghambatan tersendiri selanjutnya Nurzannah (2014) menyatakan bahwa setiap
agen antagonis memiliki kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda.
Dari gambar yang diamati dapat dilihat terjadi pertemuan antara miselium
jamur Foc dengan jamur saprofit dan endofit. Pada gambar 5 pertumbuhan jamur
saprofit dan endofit mendekati jamur Foc menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan jamur Foc. Penghambatan tersebut bisa terjadi karena adanya
persaingan diantara kedua isolat tersebut yaitu persaingan ruang tumbuh dan
nutrisi yang ada dalam media tumbuh. Hal ini sesuai dengan literatur Soesanto
(2008) yang menyatakan bahwa persaingan akan nutrisi dan persaingan ruang
T10 (a: Foc, b: Gliocladium sp.) T11 (a: Foc, b: Acrostalagmus sp.)
T12 (a: Foc, b: Cephalosporium sp.) T13 (a: Foc, b: Pullularia sp.)
T14 (a: Foc, b: Aspergillus sp.) T15 (a: Foc, b: Penicilium sp.)
[image:42.595.114.501.84.679.2]
T16 (a: Foc, b: Trichoderma sp.) T17 (a: Foc, b: Hormiscium sp.)
Gambar 6. Pengujian inhibiting zone antara : jamur saprofit terhadap jamur patogen (T10 dan T11) dan jamur endofit terhadap jamur patogen (T13-T17)
3. Diameter koloni Isolat
a
b
a
a
a b b
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa diameter endofit berpengaruh
Tabel 3.Diameter jamur saprofit dan endofit yang diaplikasikan bersama Foc di Laboratorium (cm)
Perlakuan Diameter Pertumbuhan
1 Hsi 2Hsi 3 Hsi 4Hsi 5Hsi 6Hsi 7Hsi
T1 1,200 ef 2,183 ef 3,150 f 4,233 e 5,433 c 6,083 c 6,733 c
T2 1,250 de 3,647 c 6,167 c 8,450 b 9,000 a 9,000 a 9,000 a
T3 1,700 c 3,917 b 6,650 b 9,000 a 9,000 a 9,000 a 9,000 a
T4 0,900 i 1,717 g 2,700 h 3,933 f 4,717 d 5,867 e 7,083 b
T5 0,983 h 3,100 d 6,283 c 8,167 c 8,567 b 8,833 b 9,000 a
T6 0,900 i 1,467 h 2,017 j 2,883 i 3,650 g 4,750 e 5,700 e
T7 0,900 i 1,650 g 1,900 j 3,133 h 3,983 e 4,883 e 5,550 e
T8 1,250 de 3,433 c 6,167 c 9,000 a 9,000 a 9,000 a 9,000 a
T9 8,517 a 9,000 a 9,000 a 9,000 a 9,000a 9,000 a 9,000 a
T10 1,183 f 2,133 ef 2,750 gh 3,333 g 3,733 fg 4,117 f 4,517 g
T11 1,150 f 2,067 f 2,817 gh 3,067 hi 3,350 h 3,517 g 3,717 i
T12 1,817 b 3,433 c 4,083 d 4,650 d 5,483 c 5,833 d 6,250 d
T13 1,800 b 3,083 d 3,750 e 4,283 e 4,600 d 4,883f 5,133 f
T14 1,183 f 1,750 g 1,983 j 2,183 k 2,250 j 2,483 i 2,533 k
T15 1,267 d 2,067 f 2,333 i 2,467 j 2,650 i 2,783 h 2,833 j
T16 1,067 g 2,250 e 2,950 fg 3,350 g 3,900 ef 4,183 f 4,350 h
T17 1,150 f 11,450 h 1,450 k 1,450 l 1,450 k 1,450 j 1,450 l
Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa pertumbuhan jamur saprofit
dan beberapa jamur endofit lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan jamur
Foc. Pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan patogen tersebut
menandakan bahwa jamur saprofit dan endofit tersebut dapat digunakan sebagai
agens hayati. Hal ini sesuai dengan literatur Semangun (1996) yang menyatakan
bahwa terdapat jasad renik dalam rhizosfer yang dapat dipakai untuk
pengendalian biologis selanjutnya Carrol (1998) menyatakan bahwa mikroba
yang hidup di tanah, air, bahan organik, dan jaringan tanaman dapat
dikembangkan sebagai agen hayati.
Pengamatan 7 hsi pada perlakuan tunggal yaitu T1 (Foc) berbeda nyata
dengan semua perlakuan kombinasi yaitu perlakuan T10-T17. Hal ini dikarenakan
pada perlakuan T1 tidak ada faktor yang menghambat pertumbuhan Foc
sedangkan pada perlakuan kombinasi pertumbuhan Foc terhambat oleh jamur
endofit dan saprofit. Hal ini sesuai dengan literatur Soesanto (2008) yang
menyatakan bahwa hasil metabolisme sekunder baik berupa antibiotika, toksin,
enzim dan hormon dapat menghambat pertumbuhan patogen.
Pada pengamatan 1 dan 2 hsi diketahui bahwa pada perlakuan T9
(Hormiscium sp.) berbeda nyata dengan seluruh perlakuan. Pada pengamatan 7 hsi
berbeda nyata dengan seluruh perlakuan kecuali pada perlakuan T3
(Acrostalagmus sp.), T5 (Pullularia sp.), dan T8 (Trichoderma sp). Dari data
tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan agen antagonis yang berasal dari
rhizosfer dan jaringan tanaman memiliki pertumbuhan cepat dan dapat digunakan
sebagai agen hayati. Hal ini sesuai dengan literatur Carrol (1998) yang
mikroba alami, baik mikroba yang hidup di tanah, air, bahan organik, dan jaringan
tanaman.
4. Luas pertumbuhan koloni Isolat
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai luas pertumbuhan jamur
Tabel 4. Luas pertumbuhan jamur saprofit dan endofit yang diaplikasikan bersama Foc di Laboratorium (cm2)
Perlakuan Luas Pertumbuhan
1 Hsi 2Hsi 3 Hsi 4Hsi 5Hsi 6Hsi 7Hsi
T1 1,040 c 3,580 ef 7,417 cde 13,597 cd 21,811 cd 27,582 b 34,576 b
T2 1,209 c 9,242 c 29,421 b 56,350 ab 63,585 a 63,585 a 63,585 a
T3 2,158 b 11,323 b 32,648 b 63,585 a 63,585 a 63,585 a 63,585 a
T4 0,653 c 2,131 efg 5,322 cde 11,456 cde 16,423 de 26,419 c 37,805 b
T5 0,822 c 7,645 cd 30,437 b 52,552 b 56,617 b 60,004 a 63,585 a
T6 0,508 c 1,524 g 3,021 de 6,322 de 10,210 fgh 21,122 cd 24,146 d
T7 0,508 c 2,008 efg 2,540 de 6,387 de 13,616 ef 11,976 ef 23,996 d
T8 0,508 c 8,830 cd 27,969 b 63,585 a 63,585 a 63,585 a 63,585 a
T9 51,331a 63,585 a 63,585 a 63,585 a 63,585 a 63,585 a 63,585 a
T10 1,064 c 3,508 efg 5,709 cde 8,395 de 10,282 efgh 11,976 ef 13,379 f
T11 0,992 c 3,193 efg 5,328 cde 7,113 de 8,298 fgh 9,363 fg 10,016 fg
T12 2,516 b 7,452 cd 12,218 c 19,694 c 24,558 c 26,523 b 29,856 c
T13 2 443 b 7,137 d 10,549 cd 13,839 cd 16,210 de 16,912 de 19,395 e
T14 1,064 c 2,371 efg 2,975 de 3,556 de 4,04 hi 4,088 gh 4,282 h
T15 1,185 c 3,266 efg 4,016 cde 4,573 de 5,468 ghi 5,806 gh 6,363 gh
T16 0,967 c 3,871 e 6,532 cde 8,129 de 11,202 efgh 13,700 ef 14,323 f
T17 1,088 c 1,717 f 1,717 e 1,717 e 1,717 i 1,717 h 1,717 h
Berdasarkan hasil uji beda rataan diketahui bahwa luas pertumbuhan pada 1 dan 2 hsi
perlakuan T9 (Hormiscium sp.) berbeda nyata dengan seluruh perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa jamur Hormiscium sp. dapat digunakan sebagai agen hayati untuk
menghambat pertumbuhan Foc karena pertumbuhannya sangat cepat. Pertumbuhan
jamur Hormiscium sp. yang cepat menimbulkan persaingan nutrisi dan ruang hidup
dengan Foc. Hal ini sesuai dengan literatur Soesanto (2008) yang menyatakan bahwa
persaingan akan nutrisi memegang peranan utama pada hampir semua agensi
pengendali hayati. Disamping persaingan akan nutrisi juga persaingan ruang hidup.
Jamur antagonis yang memiliki daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan
jamur patogen memiliki luas pertumbuhan yang lebih besar dibanding dengan jamur
yang mempunyai daya hambat yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan litaratur Soesanto
(2008) yang menyatakan bahwa agen hayati yang berbeda memiliki kemampuan dan
mekanisme penghambatan yang berbeda.
5. Bentuk interaksi
A B
C D
E F
[image:50.595.115.481.126.539.2]G H
Gambar 7. Interaksi antara jamur saprofit dan endofit dengan Foc. (A) hifa jamur saprofit menyebabkan hifa patogen menjadi keriting, (B) hifa jamur saprofit menyebabkan hifa patogen putus-putus dan hancur, (C, D, E, G, dan H) hifa endofit melilit hifa patogen (a: hifa antagonis b: hifa patogen)
Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan adanya kerusakan hifa
patogen yang disebabkan oleh hifa jamur saprofit. Pada gambar 4A dan F terlihat hifa
jamur patogen mengalami perubahan bentuk/malformasi (mengeriting). Hal ini sesuai
dengan literatur Triharso (1996) yang menyatakan bahwa gejala yang disebabkan akibat
infeksi suatu mikroba dapat berupa perubahan warna, serta perubahan bentuk. b
b b
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa interaksi antara jamur saprofit dengan
jamur patogen dapat menyebabkan hifa patogen menjadi terpotong-potong dan hancur
(Gambar 4B). Hal ini sesuai dengan literatur Sunarwati dan Yoza (2010 dalam
Nurzannah 2014) yang menyatakan bahwa cara lain agen hayati dalam menghambat
patogen yaitu dengan lisis yaitu miselium agen hayati mampu menghancurkan atau
memotong-motong miselium patogen dan mengakibatkan kematian.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 4C, E, F, G dan H terlihat hifa
jamur endofit membentuk kait pada hifa patogen. Hal ini sesuai dengan literatur
Dolakatabadi et al., (2012) yang menyatakan bahwa jamur endofit membentuk kait di
sekitar hifa patogen sebelum penetrasi atau kadang-kadang masuk langsung.
Mekanisme kerja senyawa anti mikroba dalam melawan mikroorganisme patogen
dengan cara merusak dinding sel, mengganggu metabolism sel, menghambat sintesis
sel, mengganggu permeabilitas membrane sel, menghambat sintesis protein dan asam
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Jamur Pullularia sp. memiliki persentase daerah hambatan terhadap Foc tertinggi
yaitu 60,577% sedangkan Trichoderma sp. adalah 50,557%.
2. Jamur Hormiscium sp. memiliki pertumbuhan paling cepat dan luas pertumbuhan
paling tinggi yaitu 63,585 cm2.
3. Hasil interaksi antara jamur saprofit dan endofit terhadap Foc menyebabkan hifa
Foc mengalami malformasi, lisis dan akhirnya mati.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut penggunaan isolat jamur saprofit dan endofit
DAFTAR PUSTAKA
Bal, J.S., 2001. Fruit Growing. Kalyani Publishers. Newdelhi.
Barnett, H.L., 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company, West Virginia.
BBPPTP. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jakarta.
Bentley, S., S.V. Brunschot, A. Drenth, L. Gulino, J. Henderson, N. Moore, W. O’Neill, J. Pattemore, K. Pegg, S. Porchun, L. Smith, K. Wilkinson, 2006. FusariumWilt of Banana. Tropical Plant Protection. Australia.
Carrol, G.C., 1988. Fungal Endophytes in Stem and Leaves. From Latent Pathogens to Mutualistic Symbiont. J. Ecology. 69(1):2-9.
Clay, K., 1988. Fungal Endophytes of Grasses : A Devensive Mutualism Between Plants and Fungi. J. Ecology 69(1):10-16.
Daly, A., G. Walduck, and Darwin. 2006. Fusarium Wilt of Bananas (Panama Disease) (Fusarium oxysporum f.sp. cubens). J. Agnote. 151:1-5
Deptan, 2005. Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. http://www.litbang.deptan.go.id/special/rppk/files/L1J3.pdf.
Dolatakabali, H.K., E.M. Goltapeh, N. Mohammadi, M. Rabiey, N. Rohani dan Varma. 2012. Biocontrol Potentia of Root Endophytic Fungi and Trichoderma Species Against Fusarium Wilt of Lentil Under In vitro and Greenhouse Conditions. J. Agr. Sci. 14:407-420.
Fisher, F. and N.B. Cook, 1998. Fundamentals of Diagnostic Mycology. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.
Habazar, T dan F, Rivai, 2002. Dasar – Dasar Bakteri Patogenik Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Ismail, N. dan A. Tenrirawe. 2012. Potensi Agens Hayati Trichoderma spp. sebagai Agens Pengendali Hayati. Dalam Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara.
Lingga, R., 2009. Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Skripsi.USU. Medan.
Kuntarsih, S., 2012. Keragaan Komoditas Pisang Nasional. Diunduh dari
Nurzannah, S. E., 2014. Potensi Jamur Endofit Asal Cabai sebagai Agens Hayati untuk Mengendalikan Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Cabai dan Interaksinya. Skripsi. Fakultas Pertanian USU. Medan
Ploetz, R.C., 1994. Banana: Compendium of Tropical Fruit Disease. Minnesota: The
American Phytopathology Society Press. http://www.plantmanagementnetwork.org pada 1 Maret 2013.
Purwantisari, S., dan Hastuti, R.B., 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phythopthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.
Rahaju, M., 2007. Ragam Patogen Tular Tanah Dan Mikroba Antagonisnya Pada Rizosfer Kacang-Kacangan di Jawa Timur. Prosiding Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. 754 hal.
Sastrosupadi, A., 2010. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Jakarta.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Sinaga M.H
Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Soesanto, L., 2008. Pengantar pengendalian Hayati penyakit Tanaman. Rajawali press. Jakarta.
Sudarma, I.M. dan D.N. Suprapta, 2011. Potensi Jamur Antagonis yang Berasal dari Habitat Tanaman Pisang dengan dan tanpa Gejala Layu Fusarium untuk Mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp. cubense Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali.
Suhartanto, R.M., H. Hartati, dan S.S. Hryadi, 2012. Program Pengembangan Pisang.
Sunarwati, D. dan R. Yoza, 2010. Kemampuan Trichoderma dan Penicilium sp. dalam Menghambat Pertumbuhan Cendawan Penyebab Penyakit Busuk Akar Durian (Phytoptora palmivora) secara In vitro. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Seminar Nasional Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara. Solok, 10 Nopember 2010. Hal. 176-189.
Supriati, L., Rahmawati B.M. dan Yulius L., 2010. Kemampuan Antagonisme Beberapa Isolat Trichoderma sp. Indigenous Terhadap Sclerotium rolfsii Secara In Vitro. J. Agroscientiae 17:119-122.
Triharso, 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Wasilah F., A. Syulasmi, Y. Hamdiyati, 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Secara In Vitro. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Wijaya, S., 2002. Isolasi Kitinase dari Scleroderma Coumnare dan Trichoderma harzianum.http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa.
Yunasfi, 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur. USU digital library.
Lampiran 1, Data Daerah Hambatan 1 His
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
T11 0,00 0,00 16,66 16,66 5553 T12 11,11 0,00 0,00 11,11 3,703
T13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
T14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
T15 11,11 0,00 14,28 25,39 8,463 T16 0,00 28,57 0,00 28,57 9,523 T17 0,00 16,66 16,66 33,32 11,107 Total 22,22 45,23 47,60 115,05 38,35 Rataan 2,777 5,653 5,95 14,381 4,793
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,050 0,010 Ket
Perlakuan 7 603,920 86,274 0,974 2,657 4,026 tn
Galat 16 1417,367 88,585
Total 23 2021,287
Fk 2294,288
kk 0,332%
2 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 83,30 9,090 0,000 17,420 5,807 T11 16,660 9,090 10,000 35,750 11,917 T12 12,500 6,660 18,750 37,910 12,637 T13 18,700 6,250 18,750 43,700 14,567 T14 10,000 0,000 18,180 28,180 9,393 T15 0,000 9,090 9,090 18,180 6,060 T16 0,000 16,660 0,000 16,660 5,553 T17 30,000 14,280 22,220 66,500 22,167 Total 96,190 71,120 96,990 264,300 88,100 Rataan 12,024 8,890 12,124 33,038 11,013
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 16,775 17,547 4,055 38,378 12,793 T11 24,090 17,547 18,435 60,072 20,024 T12 20,705 14,956 25,659 61,319 20,440 T13 25,622 14,478 25,659 65,759 21,920 T14 18,435 4,055 25,238 47,728 15,909 T15 4,055 17,547 17,547 39,150 13,050 T16 4,055 24,090 4,055 32,199 10,733 T17 33,211 22,203 28,124 83,538 27,846 Total 146,947 132,423 148,772 428,142 142,714 Rataan 18,368 16,553 18,596 53,518 17,839 Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 692,844 98,978 1,643 2,657 4,026 tn
Galat 16 964,073 60,255
Total 23 1656,918
Fk 7637,744
kk 0,544%
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
3 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 20,000 28,570 28,570 77,140 25,713 T11 7,140 43,750 23,070 73,960 24,653 T12 23,800 20,000 31,810 75,610 25,203 T13 35,000 40,000 35,000 110,000 36,667 T14 10,000 0,000 18,180 28,180 9,393 T15 0,000 8,330 8,330 16,660 5,553 T16 21,420 20,000 36,840 78,260 26,087 T17 30,000 14,280 22,220 66,500 22,167 Total 147,360 174,930 204,020 526,310 175,437 Rataan 18,420 21,866 25,503 65,789 21,930
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 26,565 32,311 32,311 91,186 30,395 T11 15,498 41,410 28,706 85,614 28,538 T12 29,200 26,565 34,333 90,098 30,033 T13 36,271 39,232 36,271 111,774 37,258 T14 18,435 4,055 25,238 47,728 15,909 T15 4,055 16,775 16,775 37,605 12,535 T16 27,569 26,565 37,370 91,504 30,501 T17 33,211 22,203 28,124 83,538 27,846 Total 190,804 209,115 239,128 639,047 213,016 Rataan 23,850 26,139 29,891 79,881 26,627
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 1417,251 202,464 3,730 2,657 4,026 *
Galat 16 868,586 54,287
Total 23 2285,837
FK 17015,85
KK 0,7%
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
UJD
SY 4,254 7,200 3,981 -8,023 -10,628 -10,463 -1,643 -12,646 -63,961
I 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 2,998 3,144 3,325 3,297 3,465 3,343 3,376 3,402 LSR 0,05 12,753 13,374 14,144 14,025 14,740 24,070 13,441 -27,294
Perlakuan T15 T14 T17 T11 T12 T10 T16 T13
Rataan 5,553 9,393 22,167 24,653 25,203 25,713 26,087 36,667
a
b
c
d
4 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 47,610 47,360 29,410 124,380 41,460 T11 23,520 50,000 26,660 100,180 33,393 T12 34,610 32,000 42,850 109,460 36,487 T13 44,000 43,300 44,000 131,300 43,767 T14 10,000 0,000 0,000 10,000 3,333 T15 0,000 7,690 7,690 15,380 5,127 T16 21,420 20,000 52,000 93,420 31,140 T17 30,000 14,800 22,220 67,020 22,340 Total 211,160 215,150 224,830 651,140 217,047 Rataan 26,395 26,894 28,104 81,393 27,131
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 3264,819 466,403 9,516 2,657 4,026 **
Galat 16 784,197 49,012
Total 23 4049,016
FK 20869,95
KK 0,775%
UJD
SY 4,042 8,785 7,581 -8,900 -17,814 -19,388 -7,119 -15,867 -74,046 I 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 SSR 0,05 2,998 3,144 3,325 3,297 3,465 3,343 3,376 3,402 LSR 0,05 12,118 12,708 13,440 13,326 14,005 29,368 25,593 -30,279
Perlakuan T14 T15 T17 T16 T11 T12 T10 T13
Rataan 3,333 5,127 22,340 31,140 33,393 36,487 41,460 43,767
a
b
c
d
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
5 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 50,000 47,610 33,330 130,940 43,647 T11 40,000 59,090 35,290 134,380 44,793 T12 41,930 40,000 43,750 125,680 41,893 T13 55,550 51,720 48,140 155,410 51,803 T14 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 T15 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 T16 50,000 31,250 62,060 143,310 47,770 T17 30,000 14,280 22,220 66,500 22,167 Total 267,480 243,950 244,790 756,220 252,073 Rataan 33,435 30,494 30,599 94,528 31,509
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 45,000 43,630 35,262 123,892 41,297 T11 39,232 50,237 36,445 125,914 41,971 T12 40,356 39,232 41,410 120,997 40,332 T13 48,186 45,986 43,934 138,106 46,035 T14 4,055 4,055 4,055 12,164 4,055 T15 4,055 4,055 4,055 12,164 4,055 T16 45,000 33,988 51,979 130,967 43,656 T17 33,211 22,203 28,124 83,538 27,846 Total 259,094 243,385 245,264 747,743 249,248 Rata-rata 32,387 30,423 30,658 93,468 31,156
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 6484,702 926,386 37,185 2,657 4,026 **
Galat 16 398,612 24,913
Total 23 6883,313
FK 23296,65
KK 1,118%
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
UJD
SY 2,882 8,639 9,060 -12,585 -32,392 -33,662 -15,911 -17,183 -93,898
I 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 2,998 3,144 3,320 3,297 3,465 3,343 3,376 3,4020 LSR 0,05 8,639 9,060 9,581 9,501 9,985 28,882 30,587 -42,815
Perlakuan T14 T15 T17 T12 T10 T11 T16 T13
Rataan 0,000 0,000 22,167 41,893 43,647 44,793 47,770 51,083
a
b
c
d
6 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 55,550 58,330 40,000 153,880 51,293 T11 47,820 62,500 33,330 143,650 47,883 T12 48,570 45,450 48,480 142,500 47,500 T13 57,140 56,660 58,060 171,860 57,287 T14 0,000 0,000 15,380 15,380 5,127 T15 0,000 6,660 6,660 13,320 4,440 T16 50,000 25,000 61,290 136,290 45,430 T17 30,000 14,280 22,220 66,500 22,167 Total 289,080 268,880 285,420 843,380 281,127 Rataan 36,135 33,610 35,678 105,423 35,141
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 5191,721 741,674 14,188 2,657 4,026 **
Galat 16 836,415 52,276
Total 23 6028,136
FK 28150,92
KK 0,809%
UJD
SY 4,174 8,075 7,997 -8,287 -31,667 -33,036 -20,889 -24,294 -85,480
I 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 2,998 3,144 3,325 3,297 3,465 3,343 3,3760 3,4020 LSR 0,05 12,514 13,124 13,879 13,762 14,464 26,994 26,999 -28,193
Perlakuan T15 T14 T17 T16 T12 T11 T10 T13
Rataan 4,440 5,127 22,167 45,430 47,500 47,883 51,293 57,287
a
b
c
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
7 Hsi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T10 60,000 62,960 52,170 175,130 58,377 T11 52,170 64,000 42,100 158,270 52,757 T12 50,000 52,770 51,420 154,190 51,397 T13 59,370 60,600 61,760 181,730 60,577 T14 0,000 0,000 15,380 15,380 5,127 T15 0,000 6,660 6,250 12,910 4,303 T16 53,570 37,500 60,600 151,670 50,557 T17 30,000 14,280 22,220 66,500 22,167 Total 305,110 298,770 311,900 915,780 305,260 Rataan 38,139 37,346 38,988 114,473 38,158
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 7 6161,517 880,217 24,467 2,657 4,026 **
Galat 16 575,618 35,976
Total 23 6737,135
FK 31120,49
KK 1,00%
UJD
SY 3,463 6,079 5,761 -10,653 -39,140 -39,398 -32,435 -38,929 -96,817
I 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 2,998 3,144 3,325 3,297 3,465 3,343 3,376 3,402
LSR 0,05 10,381 10,887 11,514 11,417 11,999 20,322 19,448 -36,240
Perlakuan T15 T14 T17 T16 T12 T11 T10 T13
Rataan 4,303 5,127 22,167 50,557 51,397 52,757 58,377 60,577
a
b
c
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
1 HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 1,350 1,150 1,100 3,600 1,200 T2 1,250 1,250 1,250 3,750 1,250 T3 1,650 1,800 1,650 5,100 1,700 T4 0,900 0,900 0,900 2,700 0,900 T5 0,850 1,000 1,100 2,950 0,983 T6 0,900 0,900 0,900 2,700 0,900 T7 0,900 0,900 0,900 2,700 0,900 T8 1,250 1,250 1,250 3,750 1,250 T9 8,550 8,700 8,300 25,550 8,517 T10 1,250 1,150 1,150 3,550 1,183 T11 1,150 1,100 1,200 3,450 1,150 T12 1,800 1,750 1,900 5,450 1,817 T13 1,800 1,750 1,850 5,400 1,800 T14 1,050 1,250 1,250 3,550 1,183 T15 1,250 1,200 1,350 3,800 1,267 T16 1,100 1,000 1,100 3,200 1,067 T17 1,200 1,150 1,100 3,450 1,150 Total 28,200 28,200 28,250 84,650 28,217 Rataan 1,567 1,567 1,569 4,703 1,568
Transformasi Data √x + 0,5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 1,360 1,285 1,265 3,910 1,303 T2 1,323 1,323 1,323 3,969 1,323 T3 1,466 1,517 1,466 4,449 1,483 T4 1,183 1,183 1,183 3,550 1,183 T5 1,162 1,225 1,265 3,652 1,217 T6 1,183 1,183 1,183 3,550 1,183 T7 1,183 1,183 1,183 3,550 1,183 T8 1,323 1,323 1,323 3,969 1,323 T9 3,008 3,033 2,966 9,008 3,003 T10 1,323 1,285 1,285 3,892 1,297 T11 1,285 1,265 1,304 3,853 1,284 T12 1,517 1,500 1,549 4,566 1,522 T13 1,517 1,500 1,533 4,550 1,517 T14 1,245 1,323 1,323 3,891 1,297 T15 1,323 1,304 1,360 3,987 1,329 T16 1,265 1,225 1,265 3,755 1,252 T17 1,304 1,285 1,265 3,853 1,284 Total 23,969 23,940 24,041 71,950 23,983 Rataan 1,410 1,408 1,414 4,232 1,411
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT F hit 0,05 0,01 Ket
Perlakuan 16 8,618 0,539 719,276 1,952 2,578 **
Galat 34 0,025 0,001
Total 50 8,643
FK 101,507
KK 0,255%
UJD
SY 0,016 -0,855 -0,852 -0,851 -0,933 -1,015 -1,098 -1,098 -1,130 -1,130 -1,147 -1,196 -1,196 -1,213 -1,646 -1,746 -1,762 -8,462
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
SSR 0,05 2,874 3,021 3,117 3,185 3,283 3,279 3,312 3,339 3,362 3,381 3,398 3,412 3,424 3,434 3,443 3,451 3,458
LSR 0,05 0,045 0,048 0,049 0,050 0,052 0,052 0,052 0,053 0,053 0,053 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,055 0,055
Perlakuan T4 T6 T7 T5 T16 T11 T17 T13 T10 T1 T2 T8 T15 T3 T13 T12 T9
Rataan 0,900 0,900 0,900 0,983 1,067 1,150 1,150 1,183 1,183 1,200 1,250 1,250 1,267 1,700 1,800 1,817 8,517 a b c
d e f