• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMA N 3 Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMA N 3 Bogor"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN GIZI DAN PENGETAHUAN TENTANG

MASALAH GIZI

STUNTING

PADA SISWA

SMAN 3 BOGOR

TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Titis Susiloyanti Agumelar

NIM I14124035

(4)
(5)

ABSTRAK

TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR. Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada siswa SMA 3 Bogor kelas X dan XI yang berusia 14-16 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan subjek sebanyak 90 orang terdiri dari 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Tempat dan subjek penelitian dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki pengetahuan gizi baik (68.9%), sikap gizi positif (57.8%), perilaku gizi sedang (85.6%) dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting kurang (64.4%). Hasil uji menunjukkan adanya hubungan siginifikan (p<0.05) antara keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar jurusan IPA dengan pengetahuan gizi serta adanya hubungan signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan siginifikan (p>0.05) pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah stunting antara tingkatan kelas subjek namun tidak terdapat perbedaan siginifikan (p>0.05) pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah stunting antara subjek laki-laki dan perempuan. Kata kunci: pengetahuan gizi, pengetahuan masalah gizi stunting

ABSTRACT

TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR. Nutrition and Stunting Problem Knowledge of Students 3 High School Bogor. Supervised by FAISAL ANWAR

This research aimed to analyze the nutritional knowledge and knowledge of stunting nutritional problems in 3 high school students of class X and XI Bogor aged 14-16 years. Design used for this study was a cross-sectional with 90 subject consisted of 45 boys and 45 girls. Places, and subjects were selected purposively. The results showed that majority of subject had good nutritional knowledge(68.9%), positive nutrition attitude (57.8%), moderate nutritional behavior (85.6%) and knowledge of stunting nutritional problems less (64.4%). The test results showed a significant relationship (p<0.05) between extracurricular activity participation and achievement of learning science majors with a knowledge of nutrition as well as a significant correlation (p<0.05) between nutritional knowledge with knowledge of stunting nutritional problems. Difference test showed a significant differences (p<0.05) nutrition knowledge, nutrition attitudes, behavior nutritional and knowledge of stunting Nutritional Problems among grade level but no significant difference (p>0.05), nutrition knowledge, nutrition attitudes, behavior and knowledge of the nutritional problems of stunting among the subject of boys and girls.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGETAHUAN GIZI DAN PENGETAHUAN TENTANG

MASALAH GIZI

STUNTING

PADA SISWA

SMAN 3 BOGOR

TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting

pada Siswa SMA N 3 Bogor Nama : Titis Susiloyanti Agumelar NIM : I14124035

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor” dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan karya ilmiah ini, serta Ibu Dr Ir Cecilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada Kepala Sekolah dan Bapak Nanang selaku Humas SMA Negeri 3 Bogor yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran pengambilan data di sekolah tersebut.

Terima kasih yang teramat tulus terutama kepada Bapak, Ibu dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang tak henti diberikan untuk penulis. Terima kasih kepada adik-adik SMA Negeri 3 Bogor. Terima kasih kepada teman diskusi paling setia Wahyudin, teman-teman “Hebat” (Irma, Astri, Cicit, Kak Nida, Mba Liris, Kak fajar, Geng Infotainment: Reren, Sefi, Hening, Sari) dan teman pengumpulan data (Kak Dila, Kak Tita, Teh Pina, Kak Ipah) atas perhatian, semangat dan doa yang diberikan. Terima kasih juga kepada teman-teman alih jenis angkatan 6 (Nutrigenomic) dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 6

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 6

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Gambaran Umum SMAN 3 Bogor 13

Karakteristik Keluarga 13

Karakteristik Subjek 16

Sumber Informasi 20

Pengetahuan Gizi 21

Sikap Gizi 24

Perilaku Gizi 26

Pengetahuan Masalah Gizi Stunting 29

Hubungan antar Variabel 31

SIMPULAN DAN SARAN 36

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 41

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel dan cara pengumpulan data primer dan sekunder 8 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga 9 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik subjek 10

4 Pengkategorian variabel penelitian 12

5 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik keluarga 14

6 Sebaran subjek berdasarkan usia 16

7 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi 17 8 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler 18 9 Sebaran subjek berdasarkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti 19 10 Sebaran subjek berdasarkan prestasi belajar 20 11 Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi 21 12 Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek

berdasarkan jenis kelamin 22

13 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan jenis kelamin 22 14 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas 23 15 Sebaran pernyataan sikap gizi yang dijawab benar oleh subjek sesuai

jenis pernyataan 24

16 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan jenis kelamin 25 17 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas 26 18 Sebaran pertanyaan tentang perilaku gizi yang dijawab benar subjek

berdasarkan jenis kelamin 26

19 Sebaran perilaku subjek berdasarkan jenis kelamin 27 20 Sebaran perilaku subjek berdasarkan tingkatan kelas 28 21 Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang masalah stunting yang

dijawab benar subjek berdasarkan jenis kelamin 29 22 Sebaran pengetahuan tentang stunting berdasarkanjenis kelamin 30 23 Sebaran pengetahuan tentang stunting berdasarkan tingkatan kelas 31 24 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan

pengetahuan gizi 31

25 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan sikap gizi 33 26 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan perilaku

gizi 34

27 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan

pengetahuan tentang masalah stunting 35

28 Hubungan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dengan

pengetahaun masalah stunting 36

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Kerangka Pemikiran 5

2 Proses penarikan subjek 7

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini negara berkembang dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang yang berakibat tidak optimalnya pertumbuhan dan kecerdasan dan masalah gizi lebih yang berakibat timbulnya penyakit degeneratif (Devi 2010). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kekurangan gizi pada masa-masa emas akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Kurangnya gizi pada masa penting tersebut dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan otak yang juga berdampak pada rendahnya kecerdasan, kemampuan belajar, kreativitas dan produktivitas anak (Syarief et al. 2007).

Stunting merupakan kondisi yang menunjukkan tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2SD, nilai di bawah -3SD menunjukkan kondisi yang parah (Gibney et al. 2009). Indikator tinggi badan menurut usia (TB/U) menggambarkan status gizi yang bersifat kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik (Riskesdas 2007). Pola data status gizi stunting (TB/U) berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, 2010 dan 2013 berturut-turut sebesar 36.8%, 35.6% dan 37.2%. Pada Riskesdas (2013) masalah kesehatan masyarakat (stunting) dianggap berat bila prevalensinya sebesar 30-39% dan serius bila prevalensinya ≥40%. Pola kejadian stunting dari tahun 2007 hingga 2013 masih termasuk dalam kategori berat yang harus diselesaikan.

Remaja pada umumnya dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoadmodjo 2007). Masa remaja adalah masa transisi fase kehidupan dari anak menjadi dewasa, dimana periode percepatan pertumbuhan dengan peningkatan pesat mulai dari peningkatan tinggi badan, berat badan, psikologis dan kematangan seksual. Kebutuhan gizi remaja meningkat sesuai dengan pertumbuhan, kebutuhan gizi remaja sampai dengan 50% dari berat badan dan massa tulang serta lebih dari 20% dari tinggi badan remaja (Spear 2002 dalam Rao et al. 2007).

Menurut Hurlock (1999) hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Sedangkan ukuran tubuh, usia dan status kesehatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi status bayi yang akan dilahirkannya (Senderowitz 1995). Menurut Shrimptom et al. (2001), peningkatan status gizi remaja putri sebelum kehamilan sampai memiliki anak berusia dua tahun memerlukan biaya lebih kecil dibandingkan jika sudah terjadi kerusakan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan pembentukan modal manusia.

(16)

2

direncanakan maupun tidak direncanakan menyebabkan persiapan menikah sebagai tugas perkembangan yang paling penting pada masa remaja.

Remaja khususunya remaja putri merupakan generasi yang akan menjadi calon ibu, kesiapan pengetahuan terhadap tumbuh kembang balita sangat diperlukan bagi seorang calon ibu karena seorang calon ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap dan tindakan sehingga dimasa yang akan datang dapat menghasilkan tumbuh-kembang balita yang baik pula, khususnya pada periode usia tiga tahun pertama, karena kurun usia tersebut merupakan periode pertumbuhan otak yang cepat. Mempersiapkan remaja sebagai calon ibu yang terdidik pada saatnya menjadi seorang ibu, dapat memberikan dampak baik pada perkembangan emosi, intelektual dan kognitif anaknya (Nedra

et al. 2006).

Remaja putra juga memiliki peran tersendiri sebagai calon ayah. Remaja putra nantinya dapat ikut menunjang istrinya untuk melakukan kegiatan yang mampu mencegah permasalahan gizi dikeluarganya. Sebagai calon seorang ayah apabila memiliki pengetahuan tentang gizi maka akan nantinya dapat memberikan dukungan baik moril maupun materil pada istri dan anaknya untuk hidup lebih sehat. Siswa SMA merupakan remaja yang merupakan sumber daya yang akan mampu meningkatkan status gizi keturunananya di masa yang akan datang apabila memiliki pengetahuan yang baik. SMAN 3 Bogor merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Bogor dengan prestasi akademik dan non akademik yang telah banyak dicapai sekolah tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada siswa SMAN 3 Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting?

2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting?

3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, sikap gizi dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting?

4. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan masalah gizi stunting antar laki-laki dan perempuan.

5. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan masalah gizi stunting antar kelas pada subjek?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

(17)

3 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga subjek serta karakteristik subjek. 2. Mengidentifikasi sumber informasi (media massa dan sumber daya manusia). 3. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, perilaku gizi dan pengetahuan stunting

subjek.

4. Menganalisis hubungan karakteristik subjek, sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting serta menganalisis hubungan pengetahuan gizi, sikap gizi, dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting.

5. Menganalisis perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting antar jenis kelamin dan antar kelas subjek.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada remaja putra dan putri. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan remaja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gizi. Persiapan sebelum menjadi ibu atau ayah yang pada akhirnya akan memberikan efek jangka panjang terhadap status gizi generasi yang dihasilkan oleh remaja tersebut dan menambah wawasan tentang masalah gizi yang terjadi terutama masalah gizi berdasarkan TB/U (stunting).

KERANGKA PEMIKIRAN

Gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, aktivitas dan daya tahan tubuh termasuk bagi anak-anak. Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U), menunjukkan kondisi masa lampau yang dapat berdampak pada kondisi saat ini. Masalah gizi yang terjadi di Indonesia khususnya stunting

perlu mendapat perhatian yang sangat serius karena masalah stunting masih dalam prevalensi yang tinggi. Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak memiliki tinggi badan menurut umur yang kurang dari -2SD. Stunting yang terjadi pada anak dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan serta perkembangan otak yang tidak optimal. Selain itu anak stunting dapat memiliki keterbatasan dalam melaukan aktivitas fisiknya.

(18)

4

baik pula perilaku gizi remaja tersebut. Apabila pengetahuan, sikap dan perilaku gizi dari remaja sudah baik diduga dapat berpengaruh juga terhadap pengetahuan tentang masalah gizi ataupun sebaliknya. Peran keluarga, sumber informasi dan keikutsertaan kegiatan seminar tentang gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap serta perilaku dari remaja. Saat ini banyak gerakan sadar gizi yang terus mencoba memberikan informasi pada remaja tentang gizi dan permasalahannya.

(19)

5

Keterangan Gambar :

: Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti

: Hubungan diteliti : Hubungan tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengetahuan gizi dan pengetahuan

stunting pada siswa SMAN 3 Bogor

Karakteristik Subjek: - Usia

- Jenis kelamin - Pestasi belajar

- Keikutsertaan ekstrakurikuler - Keikutsertaan

seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan

Karakteristik Keluarga: - Besar keluarga - Pendidikan orang

tua

- Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang

tua

Sumber Informasi: - Media massa - Sumber daya

manusia

Status gizi anak Sikap gizi

Perilaku gizi Pengetahuan

gizi

Pengetahuan tentang

(20)

6

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan desain cross-sectional study

atau metode survei yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dari subjek dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bogor. Pemilihan SMAN ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa SMAN 3 Bogor termasuk sekolah unggulan dan favorit di Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April – Mei 2014.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI dari SMA Negeri 3 Bogor yang terpilih dan bersedia menjadi subjek penelitian. Pemilihan subjek dilakukan pada kelas yang sedang tidak ada guru dikelas atau sedang istirahat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Penentuan jumlah subjek minimal didasarkan pada rumus perhitungan Slovin (Siregar 2011) yaitu sebagai berikut:

� = �

(1 +��2)

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

D = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih di tafsir atau diinginkan (diambil 10%).

Populasi pada penelitian ini sebanyak 600 orang siswa kelas X dan XI SMA Negeri 3 Bogor. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin didapatkan subjek penelitian sebanyak 90 orang yang kemudian dikondisikan berdasarkan jenis kelamin serta kelas yaitu 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan serta 45 orang kelas X dan 45 orang kelas XI. Sebelum penarikan subjek penelitian, peneliti memiliki data absensi siswa kelas X dan XI.

(21)

7

nb: * lk= laki-laki, pr= perempuan

Gambar 2 Proses penarikan subjek

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang diisi setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, keikutsertaan penyuluhan/seminar, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler, prestasi belajar), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua), sumber informasi (media massa dan sumber daya manusia), pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku terkait gizi serta pengetahuan tentang stunting. Data sekunder yang dapat mendukung penelitian ini diperoleh dari pihak sekolah meliputi profil sekolah, jumlah siswa, prestasi belajar siswa. Cara pengumpulan data secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Kelas X &XI (N=600)

90 orang

45 orang

MIPA1= 4 orang (1lk,3pr)* MIPA2= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA3= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA4= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA5= 6 orang(3lk, 3pr) * MIPA6= 5 orang(3lk, 2pr) * MIPA7= 6 orang(3lk, 3pr) * Sosial= 6 orang(3lk, 3pr) *

(22)

8

Tabel 1 Variabel dan cara pengumpulan data primer dan sekunder No Variabel Cara Pengumpulan Data 1 Karakteristik subjek

- Usia - Prestasi belajar

- Pengisian kuesioner oleh siswa

- Buku rapor

2

Karakteristik keluarga - Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua

- Pengisian kuesioner siswa dan orang tua dirumah

3 Sumber informasi - Pengisian kuesioner oleh siswa

4 Pengetahuan gizi - Pengisian kuesioner oleh siswa

5 Sikap gizi - Pengisian kuesioner oleh siswa

6 Perilaku konsumsi - Pengisian kuesioner oleh siswa

7 Pengetahuan tentang stunting - Pengisian kuesioner oleh siswa

8 Data sekolah - Lokasi

- Jumlah guru dan siswa - Sarana dan prasarana

- Wawancara dengan pihak sekolah

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, dan cleaning dan analisis data. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh isi kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Coding dilakukan sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode untuk masig-masing variabel. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang tidak sesuai dengan jawaban kuesioner atau jawaban diluar kewajaran. Cleaning ini dugunakan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Selanjutnya, data yang sudah benar kemudian diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 16.0 for windows.

(23)

9 tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua.

Besar keluarga subjek diketahui dengan menanyakan kepada subjek menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1999) menjadi beberapa kriteria yaitu keluarga kecil <4 orang, keluarga sedang 5-6 orang dan keluarga besar >7 orang. Pendidikan ibu dan ayah dibagi menjadi lima kategori yaitu 1)SD, 2)SMP/sederajat, 3)SMA/sederajat, 4)Perguruan Tinggi. Pekerjaan ayah dan ibu dibagi menjadi empat kategori 1) tidak bekerja/IRT, 2) wiraswasta , 3) PNS, 4) pegawai swasta. Pendapatan orang tua merupakan pendapatan yang diperoleh dari ayah atau ibu saja dan bisa juga gabungan dari pendapatan ayah dan ibu apabila ibu bekerja. Berdasarkan data yang didapat pendapatan orang tua dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1) pendapatan tinggi > Rp.4.000.000, 2) pendapatan cukup Rp. 2.500.000 – 4.000.000, 3) pendapatan rendah <Rp. 2.500.000.

Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga No Variabel Kategori 1. Besar Keluarga 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang)

2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang)

2. Pendidikan orang tua 1. Tamat SD atau sederajat 2. Tamat SMP atau sederajat 3. Tamat SMA atau sederajat 4. Tamat akademi/PT

5. Pendapatan keluarga 1. Pendapatan tinggi (> Rp. 4.000.000) 2. Pendapatan cukup

(Rp.2.500.000-Rp.4.000.000)

3. Pendapatan rendah <Rp. 2.500.000

(24)

10

kali mengikuti seminar/penyuluhan tersebut. Berdasarkan data, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dikategorikan menjadi tiga yaitu 1) tidak pernah mengikuti, 2) 1-2 kali, 3) >2 kali. Data keikutsertaan ekstakurikuler juga didapat dengan meminta subjek menuliskan ekstrakurikuler yang diikuti. Berdasarkan data, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dikategorikan menjadi empat yaitu 1) tidak mengikuti, 2) 1 kegiatan, 2) 2 kegiatan dan 3) 3 kegiatan.

Data prestasi belajar diperoleh dengan melihat nilai rapor dan wawancara dengan subjek secara langsung. Prestasi belajar adalah nilai rapor subjek pada setiap mata pelajaran yang diikutsertakan pada Ujian Nasional sesuai jurusan Nilai rapor subjek kelas X adalah nilai semester 1 dan kelas XI adalah nilai semester 1 hingga 3 yang dirata-rata. Mata pelajaran yang termasuk dalam jurusan IPA yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, biologi, fisika dan kimia. Sedangkan mata pelajarann yang termasuk dalam jurusan IPS yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi dan ekonomi. Nilai enam mata pelajaran sesuai jurusan tersebut dijumlah dan dirata-ratakan lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu sangat baik dan baik. Dikatakan sangat baik apabila subjek mendapatkan skor kumulatif > 3.33 dan baik apabila skor < 3.33. Cut off point prestasi belajar ini mengacu pada standar yang dimiliki oleh SMA Negeri 3 Bogor.

Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik subjek No Variabel Kategori

1. Usia 14- 17 tahun

2. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Keikutsertaan seminar/penyuluhan terkait gizi dan kesehatan

1. Tidak pernah mengikuti 2. 1-2 kali

3. >2 kali

4. Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler

1. Tidak ikut 2. 1 kegiatan 3. 2 kegiatan 4. 3 kegiatan

5. Prestasi belajar 1. Sangat baik (skor >3.33) 2. Baik (skor < 3.33)

(25)

11 diperoleh dari setiap jawaban dan dikalikan dengan lima sehingga total nilai apabila menjawab semua pertanyaan dengan benar adalah 100. Berdasarkan Khomsan (2000) pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan baik skor >80, pengetahuan sedang skor 60-80 dan pengetahuan kurang skor <60.

Sikap dapat diukur dengan suatu alat yang dinamakan skala sikap. Skala sikap ini berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang diberikan pada responden. Pada setiap pernyataan responden diberikan skor sesuai dengan kategori pernyataannya positif atau negatif (Azwar 2010). Terdapat 20 pernyataan dengan proporsi 10 pernyaatan positif dan 10 negatif. Pilihan jawaban untuk sikap terdiri dari empat pilihan yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju) dan SS (sangat setuju). Suatu pernyataan yang bersifat positif maka jawaban STS diberi nilai 1, jawaban TS diberi nilai2, jawaban S diberi nilai 3 dan jawabn SS diberi nilai 4, begitu juga sebaliknya untuk pernyataan negatif STS diberi nilai 4, jawaban TS diberi nilai 3, jawaban S diberi nilai 2 dan jawabn SS diberi nilai 1 (Azwar 2010). Skor masing-masing pernyataannya dijumlahkan lalu ditambah dengan skor 20 hingga nilai maksimal skor adalah 100. Data sikap gizi dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu sikap positif (baik) > median data (83.0) dan negatif (tidak baik) < median data (83.0).

Selanjutnya data perilaku gizi, terdapat dua puluh pertanyaan perilaku gizi pada penelitian ini. Sepuluh pertanyaan adalah pertanyaan dengan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak. Sepuluh pertanyaan lainnya berupa pertanyaan terbuka yang harus diisi subjek sesuai dengan kebiasaan atau perilakunya sehari-hari. Pertanyaan terbuka dimaksudkan untuk mencocokkan jawaban padapertanyaan pilihan yang diberikan sebelumnya. Jawaban ya dan uraian benar mendapat nilai 3, jawaban kadang-kadang dan uraian benar diberi nilai 2, jawaban tidak atau memilih ya/kadang-kadang dengan uraian salah diberi nilai 1.

Data perilaku gizi berdasarkan Slamet (1993) dalam Jayanti (2011) dibedakan menjadi tiga kategori yaitu 1)Perilaku baik (total skor 24-30), 2)Perilaku sedang (total skor 17-23), 3)Perilaku rendah (total skor 10-16). Pengetahuan tentang masalah stunting dengan menggunakan kuesioner yang berupa multiple choice. Terdapat dua puluh pertanyaan yang diberikan pada subjek untuk mengetahui pengetahuan subjek tentang masalah stunting. Skor 1 diberikan untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik pengetahuan subjek tentang masalah stunting. Data pengetahuan tentang masalah giz stunting

berdasarkan Khomsan (2000) dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan baik skor >80, pengetahuan sedang skor 60-80 dan pengetahuan kurang skor <60.

(26)

12

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori

1. Sumber informasi 1. Sumber daya manusia 2. Media Massa 2. Tidak baik (negatif)< median (83.0)

(Azwar 2010)

4. Perilaku gizi 1. Baik (total skor 24-30) 2. Sedang (total skor 17-23) 3. Rendah (total skor 10-16)

(Slamet 1993) 5. Pengetahuan Stunting 1. Baik >80%

2. Sedang 60-80% 3. Kurang <60%

(Khomsan 2000)

Definisi Operasional

Subjek adalah sejumlah siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Bogor

Karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi , keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar

Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga kandung subjek beserta subjek. Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh

orang tua subjek.

Pekerjaan orang tua adalah mata pencaharian orang tua subjek.

Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan per bulan dalam bentuk uang yang didapatkan orang tua subjek dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan.

Sumber informasi adalah asal pengetahuan subjek tentang pertanyaan di kuesioner pengetahuan gizi dan kesehatan serta pengetahuan stunting.

Prestasi belajar adalah nilai rapor mata pelajaran subjek yang spesifik untuk ujian nasional sesuai jurusan kelas X dan kelas XI.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan remaja untuk menjawab pertanyaan tentang aspek yang berkaitan dengan gizi.

Sikap gizi adalah tahapan lanjut dari pengetahuan gizi dan mengarah pada perilaku terkait gizi.

Perilaku gizi adalah aktivitas nyata yang telah dilakukan terkait gizi.

(27)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum SMAN 3 Bogor

SMA Negeri 3 Bogor merupakan sekolah negeri unggulan di kota Bogor, didirikan tanggal 1 juli 1981 dan terletak di Jalan Pakuan nomor 4 Bogor. Sejak tahun 2002 SMA Negeri 3 Bogor telah menjadi sekolah negeri yang dipercaya Pemda Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk melaksanakan program akselerasi. SMA Negeri 3 Bogor saat ini dikepalai oleh H. Fahrudi, S.Pd. Tenaga pengajar di sekolah ini terdiri dari 67 guru. Keseluruhan siswa sekolah ini berjumah 900 orang dimana jumlah siswa kelas 10 dan 11 berjumlah kurang lebih 600 siswa. Kelas 10 memiliki 7 kelas MIPA dan 1 kelas sosial yang berada di lantai satu, sedangkan kelas 11 terdiri atas 6 kelas IPA dan 2 kelas IPS di lantai dua sekolah ini.

Kegiatan belajar mengajar dimulai dari hari senin hingga sabtu. Waktu belajar mengajar di SMA Negeri 3 Bogor dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Sekolah ini memiliki ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha di lantai satu lalu ruang guru dan ruang kelas di lantai 2. Sekolah ini juga dilengkapi dengan ruangan penunjang seperti perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, mushola, kantin dan kamar mandi.

Pada sekolah ini terdapat lapangan yang cukup luas untuk menunjang para siswa dalam melaksanakan kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler. Setelah pulang sekolah para siswa biasa melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Visi sekolah ini yaitu SMA Negeri 3 Bogor menjadi yang terbaik dan mampu berkompetensi di dunia Internasional. Sedangkan Misi sekolah adalah membentuk manusia Indonesia menjadi warga Negara yang baik dan mampu bersaing di forum Internasional.

Sekolah ini merupakan sekolah dengan progam yang tidak hanya mengedepankan akademik tapi juga non akademik. Sekolah ini disamping memiliki kelas IPA dan IPS juga memiliki kelas akselerasi. Ekstrakurikuler dan OSIS di sekolah ini berjalan dengan baik tanpa mengganggu kegiatan belajar mengajar. Prestasi sekolah juga sangat membanggakan baik dalam bidang akademis dan non akademis. Pada tahun 2011 prestasi akademis yang dicapai sekolah yaitu Olimpiade Matematika meraih mendali perunggu dan pada tahun 2013 prestasi yang dicapai dari bidang non akademis yaitu taekwondo, badminton dan nasyid.

Karakteristik Keluarga

(28)

14

Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik keluarga

Variabel n %

Besar keluarga

Kecil (<5 orang) 1 1.1

Sedang (5-6 orang) 46 51.1

Besar (>7 orang) 43 47.8

Total 90 100.0

Pendidikan Ayah

Perguruan Tinggi 66 73.3

SMA/sederajat 19 21.1

SMP/ sederajat 3 3.3

SD/sederajat 2 2.2

Total 90 100.0

Pendidikan Ibu

Perguruan Tinggi 63 70.0

SMA/sederajat 21 23.3

SMP/ sederajat 4 4.4

SD/sederajat 2 2.2

Total 90 100.0

Pekerjaan Ayah

Tidak bekerja 5 5.6

Wiraswasta 18 20.0

PNS 28 31.1

Pegawai swasta 39 43.3

Total 90 100.0

Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja 52 57.8

Wiraswasta 7 7.7

PNS 23 25.6

Pegawai swasta 8 8.9

Total 90 100.0

Pendapatan Orang Tua

Tinggi (>4.000.000) 70 77.8

Cukup (2.500.000 - 4.000.000) 14 15.6

Rendah (<2.500.000) 6 6.6

(29)

15 Besar Keluarga

Besar keluarga merupakan gambaran keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terdapat pada kartu keluarga. Besar keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin besar keluarga maka semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu. Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa sebesar 51.1% keluarga subjek termasuk ke dalam keluarga sedang dan hanya sebesar 1.1% memiliki keluarga kecil. Keluarga berperan dalam membentuk perilaku makan remaja. Perhatian orang tua terhadap makanan yang dipilih dan dikonsumsi oleh remaja berperan dalam membentuk pola makan remaja (Brich & Fisher 1998).

Pendidikan Orang Tua

Salah satu sumber daya yang penting dalam mendukung pengetahuan seseorang adalah pendidikan. Orang tua sebagai media yang mampu menambah pengetahuan anak hingga membentuk perilakunya di keluarga. Menurut Rahmawati (2006) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Orang tua yang berpendidikan akan memperhatikan serta mendorong semangat belajar anak. Semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Agustina 2003). Pendidikan orang tua merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh orang tua subjek. Pendidikan orang tua dibedakan antara pendidikan ayah dan ibu. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dapat dilihat pada Tabel 5 diatas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pendidikan ayah (73.0%) dan pendidikan ibu (70.0%) mencapai pendidikan perguruan tinggi, sedangkan hanya sebesar 2.2% ayah dan ibu memiliki pendidikan SD/sederajat.

Menurut Semba et al. (2008), pendidikan ayah dan ibu merupakan penentu kuat dari kejadian stunting pada anak dalam keluarga di Indonesia dan Bangladesh. Pendidikan formal ayah dan ibu dapat menurunkan resiko stunting di Indonesia. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap (Andariah 2013). Selain itu, status gizi anak dapat dipengaruhi oleh pendidikan ibu, ibu yang memiliki pendidikan baik cenderung dapat menangkap informasi lebih baik sehingga perkembangan anaknya juga menjadi baik (Kristianti 2013). Pendidikan orang tua subjek yang tinggi juga dapat menunjukkan akses pendidikan yang sudah terjangkau.

Pekerjaan Orang Tua

(30)

16

untuk anak sehingga membantu anak dalam belajar dan mendapat prestasi belajar yang lebih baik.

Pendapatan Orang Tua

Pada penelitian ini pendapatan orang tua dilihat dari pendapatan ibu dan ayah. Berdasarkan Tabel 5 diatas, sebesar 77.8% orang tua subjek memiliki pendapatan tinggi (>4.000.000). Tingginya pendapatan orang tua ini dapat disebabkan oleh kedua orang tua (ayah dan ibu) yang sama-sama bekerja, selain itu juga disebabkan jenis pekerjaan yang dimilki orang subjek. Menurut Yusuf (2000) dalam Agustina (2003), keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan jasmani, fisik dan kebendaan anak. Adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya akan lebih luas, juga orang tua akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anak-anaknya jika orang tua tersebut tidak disulitkan oleh pemenuhan kebutuhan primer keluarga.

Karakteristik Subjek

Karakteristik subjek dibedakan menjadi karakteristik subjek laki-laki dan perempuan. Karakteristik subjek menggambarkan kondisi subjek pada saat penelitian berlangsung. Karakteristik subjek terdiri atas beberapa variabel yaitu usia, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler dan prestasi belajar.

Usia

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas 10 dan 11 SMA yang berusia 14-18 tahun. Remaja pada umumnya dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoadmodjo 2007). Pada Tabel 6 sebaran usia subjek dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebagian besar subjek memiliki usia 15-16 tahun. Persentase subjek yang berusia 16 tahun, pada subjek laki-laki sebesar 48.9%, sedangkan subjek perempuan sebesar 64.4%. Usia akan memengaruhi kemampuan pengetahuan seseorang. Menurut penelitian Kersting et al. (2008), pengetahuan gizi remaja putri meningkat dengan semakin meningkatnya usia.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan usia

Usia Laki-laki Perempuan

n % n %

14 1 2.2 0 0

15 13 28.9 10 22

16 22 48.9 29 64.4

17 9 20.0 6 13.3

(31)

17 Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan

Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan pada penelitian ini dilihat dengan kuesioner. Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan ini dapat menggambarkan seberapa besar motivasi dan rasa ingin tahu yang nantinya dapat mengembangkan pengetahuan seseorang terhadap gizi dan kesehatan. Berdasarkan Tabel 7, subjek laki-laki sebesar 73.3% dan subjek perempuan sebesar 84.4% tidak pernah mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, sedangkan hanya sebesar 4.4% baik laki-laki maupun perempuan yang mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan sebanyak 3 kali.

Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi

Keikutsertaan seminar/penyuluhan Laki-laki Perempuan

n % n %

Tidak pernah ikut 33 73.3 38 84.4

1 – 2 kali 10 22.2 5 11.1

>2 kali 2 4.4 2 4.4

Total 45 100.0 45 100.0

Masih banyaknya subjek yang tidak mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan memberi gambaran bahwa masih rendahnya motivasi remaja untuk menambah wawasan terkait gizi. Pemberian penyuluhan pada remaja mengenai gizi dan kesehatan serta masalah gizi yang dialami saat ini diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang agar remaja nantinya dapat memberi perawatan yang lebih baik pada keturunan mereka. Menurut Dewan et al. (2002), salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang ASI adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI.

Berdasarkan kuesioner, penyuluhan yang pernah diikuti oleh subjek antara lain penyuluhan yang berkaitan dengan metabolisme tubuh dan makanan yang berpengaruh terhadap berat badan, konsumsi makanan sehari-hari, porsi makan yang baik, kandungan zat gizi makanan dan menu 4 sehat 5 sempurna. Dilihat dari materi seminar/penyuluhan yang pernah diikuti subjek, tidak ada materi seminar/penyuluhan mengenai masalah gizi stunting.

Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler

(32)

18

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler

Keikutsertaan ekstrakurikuler Laki-laki Perempuan

N % n %

Berdasarkan Tabel 8, subjek berjenis kelamin laki-laki (53.3%) dan berjenis kelamin perempuan (64.4%) mengikuti satu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan subjek yang mengikuti tiga jenis kegiatan ekstrakurikuler untuk laki-laki sebesar 6.7% dan perempuan sebesar 4.4%. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa bermacam-macam bergantung pada minat siswa, motivasi dan ketersediaan jenis ekstrakurikuler di sekolah.

Terdapat beberapa ektrakurikuler di SMA Negeri 3 Bogor yang diikuti oleh subjek dalam penelitian ini. Tabel 9 diatas menunjukkan sebaran kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti subjek. Menurut Hapsari (2010), keikutsertaan siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler disebabkan beberapa alasan, diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan banyak manfaat seperti menambah pengalaman, menambah teman, menambah keterampilan, dan menjadi populer. Selain itu, mungkin dengan megikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat menggambarkan motivasi untuk hidup lebih sehat dan juga menambah kepercayaan diri akan tampilan tubuh.

Berdasarkan Tabel 9, kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti subjek laki-laki adalah futsal sebesar 17.7% dan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti subjek perempuan adalah badminton sebesar 11.1%. Banyaknya kegiatan yang berkaitan dengan olah raga yang diikuti subjek, baik subjek laki-laki maupun perempuan menunjukkan adanya keinginan untuk hidup sehat. Subjek laki-laki dibandingkan dengan subjek perempuan dapat dilihat bahwa subjek laki-laki lebih banyak memilih mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan olahraga seperti futsal, basket, badminton dan karate. Subjek perempuan meskipun lebih sedikit mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan olah raga, namun mereka mengikuti cheerleader dan dance yang mungkin dapat membantu meningkatkan perilaku hidup sehat karena dua kegiatan tersebut memiliki aktivitas gerak yang cukup banyak.

(33)

19

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti

Jenis kegiatan ekstrakurikuler Laki-laki Perempuan

n % n %

Teater 2 4.4 4 8.8

Futsal 8 17.7 0 0.0

Basket 5 11.1 1 2.2

Badminton 7 15.5 5 11.1

Pramuka 3 6.6 4 8.8

Astronomi 2 4.4 3 6.6

Rohis 6 13.3 4 8.8

Paskibra 4 8.8 1 2.2

TIK 1 2.2 1 2.2

Karate/merpati putih 4 8.8 3 6.6

Pecinta alam 3 6.6 1 2.2

KIR 1 2.2 2 4.4

Cheerleader 1 2.2 4 8.8

Majalah sekolah 1 2.2 2 4.4

Kempo 1 2.2 0 0.0

Desain grafis 1 2.2 2 4.4

Dance 0 0.0 1 2.2

Band 0 0.0 1 2.2

Softball 1 2.2 3 6.6

Rokris 0 0.0 2 4.4

PMR 0 0.0 2 4.4

Taekwondo 0 0.0 1 2.2

Paduan suara 0 0.0 1 2.2

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa. Prestasi belajar merupakan gambaran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Prestasi belajar dalam penelitian ini terdiri dari 6 mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional baik jurusan IPA atau IPS. Mata pelajaran jurusan IPA yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, biologi, fisika dan kimia. Sedangkan jurusan IPS yaitu mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi dan ekonomi.

(34)

20

baik apabila mendapatkan skor kumulatif > 3.33 dan baik apabila <3.33. Cut off point prestasi belajar mengacu pada standar kompetensi di SMA Negeri 3 Bogor. Prestasi belajar pada pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris sebanyak 90 orang subjek mendapatkan mata pelajaran tersebut. Mata pelajaran biologi, fisika dan kimia yang termasuk kedalam mata pelajaran jurusan IPA diikuti oleh 73 subjek terdiri dari 37 subjek laki-laki dan 36 subjek perempuan. Mata pelajaran ekonomi, sosiologi dan geografi yang termasuk kedalam mata pelajaran jurusan IPS yang diikuti oleh 17 subjek terdiri dari 8 subjek laki-laki dan 9 subjek perempuan.

Tabel 10 merupakan sebaran prestasi belajar berdasarkan jurusan yang terdiri dari IPA atau IPS dengan jenis kelamin subjek laki-laki dan perempuan. Prestasi belajar dengan kategori sangat baik lebih tinggi pada jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS. Jurusan IPA adalah jurusan yang lebih menekankan pada kemampuan kognitif (matematika dan sains) sehingga menuntut siswa untuk lebih serius dan konsentrasi dalam mempelajarinya. Sedangkan jurusan IPS lebih menekankan pada kehidupan sosial, mata pelajaran IPS lebih mengembangkan kemampuan sosial (Setiawati 2007). Pada jurusan IPA prestasi belajar kategori sangat baik lebih tinggi pada subjek perempuan (38.9%) daripada laki-laki (29.7%). Sedangkan pada jurusan IPS prestasi belajar kategori sangat baik tidak terlalu berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada subjek laki-laki sebesar 25.0% dan subjek perempuan sebesar 22.0%.

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan prestasi belajar

Variabel Laki-laki Perempuan

n % n %

Prestasi belajar (IPA)

Sangat baik 11 29.7 14 38.9

Baik 26 70.3 22 61.1

Total 37 100.0 36 100.0

Prestasi belajar (IPS)

Sangat baik 2 25.0 2 22.2

Baik 6 75.0 7 77.8

Total 8 100.0 9 100.0

Sumber Informasi

(35)

21

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi

Sumber informasi Laki-laki Perempuan

n % n %

Media massa 22 48.9 18 40.0

Sumber daya manusia 23 51.1 27 60.0

Total 45 100.0 45 100.0

Media merupakan alat bantu seseorang untuk lebih mudah mengerti mengenai satu hal. Lingkungan sosial adalah orang-orang yang berada disekitar subjek yang dapat mempengaruhinya dalam menilai sesuatu (Praposowati 2006). Berdasarkan Tabel 11, subjek sebagian besar mendapatkan informasi dari sumber daya manusia. Data yang diambil dari kuesioner menunjukkan bahwa subjek yang tinggal bersama orang tua mendapatkan informasi lebih banyak berasal dari sumber daya manusia, sedangkan subjek yang tinggal tidak bersama orang tua atau kost lebih banyak mendapatkan informasi yang berasal dari media massa.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan gizi pada penelitian ini merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman responden tentang sumber zat gizi, fungzi zat gizi serta dan masalah gizi secara umum. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan (Notoadmodjo 2007).

Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoadmodjo 2003). Pertanyaan pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga. Pertanyaan nomor 1,4,7,9,10,13,15 merupakan kelompok pertanyaan tentang sumber zat gizi. Kemudian pertanyaan nomor 2,3,6,11,19 merupakan kelompok pertanyaan tentang fungsi zat gizi dan nomor 5,8,12,14,16,17,18,20 merupakan kelompok pertanyaan tentang masalah gizi.

Tabel 12 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan seluruhnya (100%) menjawab pertanyaan dengan benar adalah pada pertanyaan nomor dua mengenai sumber utama energi, pertanyaan nomor enam mengenai kalsium, pertanyaan nomor sepuluh mengenai sumber vitamin C, lalu pertanyaan nomor dua belas mengenai akibat yang disebabkan oleh kekurangan iodium dan nomor tujuh belas mengenai pembatasan gula pada penderita diabetes.

(36)

22

Tabel 12 Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek berdasarkan jenis kelamin

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % 1 Jenis zat gizi yang diperlukan tubuh 44 97.8 43 95.6 87 96.7

2 Zat gizi sumber energi utama 45 100.0 45 100.0 90 100.0

3 Bentuk lain apabila energi berlebih 40 88.9 44 97.8 84 93.3

4 Subjek protein nabati 33 73.3 37 82.2 70 77.8

5 Pemberian ASI eksklusif 29 64.4 32 71.1 61 67.8

6 Fungsi kalsium 45 100.0 45 100.0 90 100.0

7 Sumber kalsium 44 97.8 45 100.0 89 98.9

8 Istilah lain kekurangan zat besi 34 75.6 32 71.1 66 73.3

9 Sumber zat besi 35 77.8 35 77.8 70 77.8

10 Sumber vitamin C 45 100.0 45 100.0 90 100.0

11 Fungsi zat mikro seng 27 60.0 28 62.2 55 61.1

12 Akibat kekurangan iodium 45 100.0 45 100.0 90 100.0

13 Zat gizi untuk wanita hamil 38 84.4 39 86.7 77 85.6

14 Akibat kekurangan vitamin B1 36 80.0 43 95.6 79 87.8

15 Subjek vitamin larut lemak 23 51.1 28 62.2 51 56.7

16 Penyebab kaki bentuk O dan X 39 86.7 41 91.1 80 88.9

17 Pembatasan konsumsi gula 45 100.0 45 100.0 90 100.0

18 Kebutuhan ibu hamil 41 91.1 45 100.0 86 95.6

19 Fungsi DHA dan omega 3 42 93.3 45 100.0 87 96.7

20 Akibat obesitas 31 68.9 33 73.3 64 71.1

Tabel 13 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan jenis kelamin

Pengetahuan gizi Laki-laki Perempuan

n % n %

Baik 29 64.4 34 75.6

Sedang 16 35.6 11 24.4

Kurang 0 0.0 0 0.0

Total 45 100.0 45 100.0

(37)

23 pengetahuan gizi baik pada subjek perempuan lebih tinggi dari subjek laki-laki. Sejalan dengan Kresting et al. (2008) bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pengetahuan gizi dan ada kecenderungan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu, menurut Lin (2011) pengetahuan gizi, sikap serta perilaku kecuali emosional dan perilaku makan eksternal pada perempuan lebih baik daripada laki-laki.

Berdasarkan Tabel 14, tidak ada subjek yang memiliki pengetahuan gizi kurang. Subjek yang memiliki pengetahuan gizi baik tertinggi merupakan subjek kelas 11 sebesar 75.6%. Sedangkan subjek yang memiliki pengetahuan gizi sedang terbanyak (37.8%) merupakan subjek kelas 10. Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkatan kelas subjek (p<0.05). Hal ini dapat disebabkan oleh siswa kelas 11 yang sudah mendapat informasi lebih banyak pada semester 1, 2 dan 3 sedangkan kelas 10 baru mendapatkan informasi pada semester 1. Menurut Emilia (2009) bahwa latar belakang pendidikan remaja memengaruhi pengetahuan gizi remaja.

Tabel 14 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas

Pengetahuan gizi Kelas 10 Kelas 11

Pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi pada kelas 11 dapat disebabkan juga karena kelas 11 memiliki usia yang lebih tua dibandingkan kelas 10, usia ini dapat mempengaruhi pengetahuan gizi seseorang. Menurut Siagian (1993) usia mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin meningkat umur seseorang maka akan meningkat pula pengetahuan, motivasi dan aktivitas kerjanya dan pada usia tertentu pula seseorang meningkat produktivitasnya.

SMA Negeri 3 Bogor merupakan sekolah unggulan, pengetahuan gizi subjek secara keseluruhan memiliki pengetahuan gizi baik. Data yang didapatkan menunjukkkan 53.2% subjek memiliki pengetahuan gizi baik berasal dari keluarga kecil. Besar keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dalam keluarga.Semakin besar keluarga maka semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu. Pengetahuan gizi baik juga didukung oleh Hal karena subjek bersekolah disekolah unggulan dengan akreditas A dan prestasi yang baik sehingga banyak informasi yang mungkin diberikan dari guru dan sekolah. Selain itu subjek juga memiliki orang tua dengan pendidikan yang tinggi yaitu perguruan tinggi dan pendapatan orang tua yang tinggi yaitu >Rp.4.000.000 yang dapat menunjang fasilitas belajar.

(38)

24

Selanjutnya, subjek memiliki pengetahuan gizi baik memiliki orang tua dengan pendapatan tinggi 75.8%.

Sikap Gizi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki empat tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoadmodjo 2007). Pernyataan sikap secara keseluruhan berjumlah 20 pernyataan yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok pernyataan yaitu kelompok sumber zat gizi, fungsi zat gizi dan masalah gizi.

Tabel 15 Sebaran pernyataan tentang sikap gizi yang dijawab benar subjek sesuai jenis pernyataan

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 Konsumsi susu baik untuk pertumbuhan

tulang (p*) 39 86.7 36 80.0 75 83.3

2 Hati ayam sumber zat besi (p*) 19 42.2 21 46.7 40 44.4

3 Ayam sumber protein nabati (n*) 31 68.9 33 73.3 64 71.1

4 Sayur dan buah sumber serat alami (p*) 36 80.0 37 82.2 73 81.1

5 ASI eksklusif dibarengi madu (n*) 4 8.9 2 4.4 6 6.7

6 Sarapan untuk konsentrasi (p*) 22 48.9 32 71.1 54 60.0

7 Sayur melancarkan BAB (p*) 36 80.0 31 68.9 67 74.4

8 Garam beriodium gunakan setiap hari (p*) 8 17.8 9 20.0 17 18.9

9 Hindari konsumsi mi dan nasi

berbarengan (p*) 20 44.4 17 37.8 37 41.1

10 Teh tawar baik untuk penderita diabetes

(p*) 24 53.3 26 57.8 50 55.6

11 Protein nabati tidak perlu dalam menu

makan sehari-hari (n*) 9 20.0 21 46.7 30 33.3

12 Kentang bukan sumber lemak (p*) 6 13.3 7 15.6 13 14.4

13 Ikan saja baik untuk kesehatan (n*) 5 11.1 6 13.3 11 12.2

14 Makan telur setiap hari baik untuk

kesehatan (n*) 1 2.2 1 2.2 2 2.2

15 Kurang iodium menyebabkan gondok (p*) 29 64.4 30 66.7 59 65.6

16 Tidak perlu perhatikan berat badan saat

remaja (n*) 8 17.8 11 24.4 19 21.1

17 Vitamin C untuk kesehatan mata (n*) 20 44.4 17 37.8 37 41.1

18 Subjek sumber protein nabati (n*) 4 8.9 4 8.9 16 8.9

19 Makan daging lebih baik dari ikan (n*) 3 6.7 6 13.3 9 10.0

20 ASI eksklusif diberikan sampai usia 4

bulan (n*) 4 8.9 13 28.9 17 18.9

(39)

25 Berdasarkan Tabel 15, subjek sebesar 83.3% dari jumlah subjek yang ada, menjawab dengan sesuai pernyataan positif (sangat setuju) pada pernyataan nomor satu yaitu pernyataan mengenai konsumsi susu baik untuk pertumbuhan yang termasuk dalam kelompok pernyataan fungsi zat gizi, sedangkan 71.1 % yang menjawab dengan sesuai pernyataan negatif (sangat tidak setuju) pada pertanyaan nomor ke empat yaitu ayam merupakan sumber protein nabati yang termasuk dalam kelompok pernyataan sumber zat gizi. Subjek laki-laki paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan positif yaitu pada pernyataan sikap nomor 1 sebesar 86.7%, sedangkan perempuan paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan positif yaitu pada pernyataan sikap nomor 4 sebesar 82.2%. Subjek laki-laki dan perempuan paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan negatif yaitu pada pernyataan sikap nomor 3, subjek perempuan (73.3%) lebih unggul menjawab sesuai pernyataan nomor 3 dibanding subjek laki-laki (68.9%).

Tabel 16 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan jenis kelamin

Sikap gizi Laki-laki Perempuan

n % n %

Positif 24 53.3 28 62.2

Negatif 21 46.7 17 37.8

Total 45 100.0 45 100.0

Dapat dilihat pada Tabel 16, sikap gizi subjek berada pada dua kategori yaitu positif dan negatif. Sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang baik, yaitu memberikan jawaban yang sesuai pada pernyatan positif maupun pernyataan negatif. Sedangkan sikap negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang tidak baik, yaitu memberikan jawaban yang kurang sesuai pada pernyatan positif maupun pernyataan negatif. Lebih dari separuh subjek memiliki sikap positif (baik). Subjek perempuan (62.2%) memiliki sikap gizi positif lebih tinggi dibandingkan subjek laki-laki (64.4%). Hasil uji beda Mann Whitney sikap gizi berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Namun data menunjukkan adanya kecenderungan sikap gizi positif pada subjek perempuan lebih tinggi dari subjek laki-laki.

Tabel 17 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas

Sikap gizi Kelas 10 Kelas 11

n % n %

Positif 22 48.9 30 66.7

Negatif 23 51.1 15 33.3

Total 45 100.0 45 100.0

Berdasarkan Tabel 17, subjek yang memiliki sikap gizi positif terbanyak merupakan subjek kelas 11 sebesar 66.7%. Sedangkan subjek yang memiliki sikap gizi negatif terbanyak sebesar 51.1% merupakan subjek kelas 10. Hasil uji beda

(40)

26

Namun dilihat dari data ada kecenderungan kelas 11 memiliki sikap positif lebih tinggi dari kelas 10. Pada subjek kelas 11 lebih banyak mendapat paparan informasi sehingga memiliki sikap gizi positif lebih tinggi dari subjek kelas 10.

Perilaku Gizi

Perilaku gizi merupakan tindakan responden terkait gizi yang dilihat menggunakan kuesioner semi terbuka dengan pilihan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak serta pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Fungsi pertanyaan terbuka yang harus diisi responden adalah untuk mencocokan jawaban pada soal sebelumnya. Perilaku manusia pada hakikatnya tindakan manusia itu sendiri (Fitriani 2011).

Perilaku gizi individu meliputi segala sesuatau yang menjadi pengetahuannya, sikapnya dan tindakannya. Perilaku gizi individu merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya (Slamet 1975 dalam Khomsan 1993). Tabel 18 yang merupakan sebaran jawaban dari 10 pertanyaan tertutup yang menggambarkan perilaku gizi subjek. Pertanyaan pertama subjek laki-laki lebih tinggi melakukan sarapan setiap hari sebesar 66.7% daripada subjek perempuan 64.4%. Menurut Khomsan (2005) sarapan adalah suatu kegiatan makan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Menurut Fitriana (2011), beberapa alasan remaja tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan supaya cepat turun. Sarapan yang biasa dikonsumsi subjek adalah nasi dan lauk atau roti dan susu.

Tabel 18 Sebaran pertanyaan tentang perilaku gizi yang dijawab benar subjek berdasarkan jenis kelamin

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % 1 Sarapan setiap hari? 30 66.7 29 64.4 59 65.6

2 Konsumsi nasi, lauk pauk, sayur

dan buah? 25 55.6 26 57.8 51 56.7

3 Apakah suka mengkonsumsi susu? 34 75.6 30 66.7 64 71.1

4 Frekuensi melakukan olahraga? 16 35.6 5 11.1 21 23.3

5 Apakah melakukan diet

pengontrolan berat badan? 33 73.3 31 68.9 64 71.1

6 Sering mengkonsumsi makanan

sumber zat besi? 16 35.6 18 40.0 34 37.8

7 Sering membawa bekal? 21 46.7 22 48.9 43 47.8

8 Selalu membeli jajanan/cemilan? 6 13.3 2 4.4 8 8.9

9 Frekuensi mengkonsumsi sayur? 2 4.4 3 6.7 5 5.6

(41)

27 Pertanyaan kedua sebesar 57.8% subjek perempuan mengkonsumsi makanan lengkap lima sampai tujuh kali dalam seminggu. Aktivitas disekolah yang mungkin lebih sedikit pada perempuan menyebabkan dapat sering mengkonsumsi makanan di rumah yang mungkin lebih bergizi. Pertanyaan ketiga sebesar 75.6% subjek laki-laki suka mengkonsumsi susu dengan frekuensi tujuh sampai empat belas kali dalam seminggu. Sedangkan pada pertanyaan keempat sebesar 35.6% subjek laki-laki melakukan olah raga > 3 kali seminggu. jenis olahraga yang biasa dilakukan adalah badminton.

Selanjutnya pada pertanyaan kelima sebesar 73.3% subjek laki-laki tidak melakukan diet pengontrolan berat badan. Keikutsertaan ekstrakurikuler dan banyaknya olah raga yang dilakukan dapat memotivasi subjek laki-laki mengkonsumsi susu lebih sering dari perempuan. Remaja putra lebih condong ingin memiliki tubuh berotot, sedangkan perempuan lebih memperhatikan penampilan ingin langsing dan takut gemuk (Sudirman dan Jahari 2012). Pertanyaan keenam sebesar 40.0% subjek perempuan mengkonsumsi makanan sumber zat besi seperti hati ayam dan bayam. Pertanyaan ketujuh sebesar 48.9% subjek perempuan sering membawa bekal ke sekolah dan 13.3% subjek laki-laki selalu membeli jajanan/cemilan. Pertanyaan kesembilan dan kesepuluh sebesar 6.7% dan 4.4% subjek perempuan mengkonsumsi sayur an buah dengan frekuensi >4x sehari.

Pertanyaan pada pengetahuan dan perilaku gizi serta pernyataan pada sikap dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok sumber zat gizi, fungsi gizi dan masalah gizi. Pada kelompok sumber zat gizi subjek perempuan memiliki pengetahuan baik, sikap positif dan perilaku gizi baik lebih tinggi dari laki-laki, hal ini berarti ada kecenderungan perempuan memiliki pengetahuan baik sehingga menimbulkan sikap positif yang juga akan berdampak pada perilaku gizi untuk kelompok pertanyaan/penyataan sumber zat gizi. Kelompok pertanyaan/pernyataan fungsi zat gizi, juga menunjukan pengetahuan baik dan sikap gizi positif pada perempuan. Namun, perilaku gizi terkait fungsi gizi lebih tinggi pada laki-laki. Selanjutnya pada kelompok masalah zat gizi, pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada perempuan daripada lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini berarti perilaku tidak hanya didasari pengetahuan dan sikap.

Tabel 19 Sebaran perilaku gizi subjek berdasarkan jenis kelamin

Perilaku gizi Laki-laki Perempuan

n % n %

Baik 8 17.8 4 8.9

Sedang 36 80.0 41 91.1

Kurang 1 2.2 0 0.0

Total 45 100.0 45 100.0

(42)

28

pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki perilaku gizi baik lebih tinggi (17.8%) daripada subjek dengan jenis kelamin perempuan (8.9%).

Perilaku gizi seseorang dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya. Faktor tersebut berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern mencakup lingkungan sekitar, baik fisik atau non fisik, seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Notoadmodjo 2003).

Pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada subjek perempuan namun untuk perilaku gizi baik, subjek laki-laki lebih tinggi persentasenya dari subjek perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif pada subjek perempuan belum mendorong terbentuknya perilaku gizi baik. Sikap berkaitan dengan ranah afektif manusia (Sudjono 2006). Sikap mengandung komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi dan kecenderungan bertindak. Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap.

Menurut Blaylock et al. (1999) yang mengungkapkan bahwa bagaimanapun, pengetahuan saja tidak akan mempengaruhi praktik, terkecuali bila ada motivasi. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan. Pertama, perilaku tidak ditentukan dengan sikap umum tapi oleh sikap positif. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya dengan sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan untuk melakukan sesuatu. Ketiga, sikap terhadap perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk niat untuk berperilaku tertentu. Meskipun subjek laki-laki memiliki pengetahuan baik dan sikap gizi positif lebih rendah dari subjek perempuan, namun dari data dapat dilihat subjek laki-laki banyak mengikuti ekstrakurikuler seperti badminton dan basket yang mungkin juga dapat sebagai pendorong atau memotivasi mereka untuk hidup sehat sehingga menimbulkan perilaku gizi baik yang lebih tinggi dari perempuan.

Tabel 20 Sebaran perilaku gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas

Perilaku gizi Kelas 10 Kelas 11

(43)

29 sikap dan perilaku tentang gizi. Data yang tersedia menunjukkan adanya kecenderungan pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada subjek kelas 11 namun kedua hal tersebut tidak membuat perbedaan perilaku gizi kelas 10 dan 11. Perilaku mungkin tidak hanya ditentukan dengan kelas atau usia, perilaku hanya akan menjadi indikator yang baik bagi sikap hanya apabila berada dalam posisi ekstrim, perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan (Azwar 2010).

Pengetahuan Masalah Gizi Stunting

Pengetahuan masalah gizi stunting pada penelitian ini meliputi beberapa pemahaman tentang stunting yaitu pengertian stunting, zat gizi yang berhubungan dengan kejadian stunting, penyebab terjadinya stunting, akibat stunting dan pencegahan stunting.

Tabel 21 Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang masalah stunting yang dijawab benar oleh subjek berdasarkan jenis kelamin

No

Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 Pengertian stunting 24 53.3 22 48.9 46 51.1

2 Kondisi kronis stunting 14 31.1 6 13.3 20 22.2

3 Zat gizi utama pertumbuhan anak

stunting 42 93.3 39 86.7 81 90.0

4 Makanan untuk pertumbuhan tulang 42 93.3 41 91.1 83 92.2

5 Penyebab stunting 36 80.0 38 84.4 74 82.2

6 Masa emas pertumbuhan anak 13 28.9 9 20.0 22 24.4

7 Akibat stunting 20 44.4 22 48.9 42 46.7

8 Upaya pencegahan stunting 11 24.4 11 24.4 22 24.4

9 Status gizi anak stunting 5 11.1 4 8.9 9 10.0

10 Kekurangan zat gizi seng 37 82.2 38 84.4 75 83.3

11 Faktor genetik penyebab stunting 23 51.1 26 57.8 49 54.4

12 Masalah terkait stunting balita 38 84.4 37 82.2 75 83.3

13 Akibat kekurangan iodium 35 77.8 40 88.9 75 83.3

14 Faktor penyebab stunting 28 62.2 24 53.3 52 57.8

15 Kekurangan zat gizi apa yang

menyebabkan stunting 15 33.3 26 57.8 41 45.6

16 Akibat terburuk kondisi stunting 9 20.0 7 15.6 16 17.8

17 Meningkatkan asupan gizi balita 11 24.4 11 25.0 22 24.7

18 Pengaruh langsung status gizi 11 24.4 14 31.1 25 27.8

19 Vitamin untuk pertumbuhan 41 91.1 42 93.3 83 92.2

(44)

30

Pertanyaan pengetahuan pengetahuan stunting dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu pengertian stunting nomor 1,2,9,13. Kelompok kedua yaitu sumber zat gizi nomor 3,4,15,17,19,20. Kelompok ketiga yaitu penyebab stunting nomor 5,6,10,14,18,11. Kelompok keempat yaitu akibat

stunting nomor 7,8,12,16.

Tabel 21 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan paling tinggi menjawab benar pada pertanyaan nomor 4 makanan untuk pertumbuhan dan 19 pengaruh langsung yang mempengaruhi status gizi (92.2%). Pada pertanyaan nomor 4 subjek laki-laki persentase menjawab benar lebih tinggi (93.3%) dari subjek perempuan (91.1%). Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh subjek adalah pertanyaan nomor 9 tentang status gizi anak stunting. Pertanyaan nomor 9 subjek yang menjawab benar hanya sebesar 10.0%. Subjek laki-laki persentase menjawab benar pertanyaan nomor 9 lebih tinggi (11.1%) dibandingkan subjek perempuan (8.9%). Banyaknya subjek yang masih menjawab salah pada pertanyaan kelompok pengertian stunting menunjukkan bahwa masalah stunting masih belum banyak diketahui.

Dibawah ini terdapat Tabel 22 yang menjelaskan pengetahuan tentang masalah stunting berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel 21 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan memiliki pengetahuan masalah gizi stunting yang kurang.

Tabel 22 Sebaran pengetahuan tentang masalah gizi stunting subjek berdasarkan jenis kelamin

Pengetahuan stunting Laki-laki Perempuan

n % n %

Baik 0 0.0 1 2.2

Sedang 16 35.6 15 33.4

Kurang 29 64.4 29 64.4

Total 45 100.0 45 100.0

Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan tentang masalah gizi stunting

berdasarkan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Tidak terdapatnya perbedaan tersebut dapat dilihat juga pada Tabel 22 yaitu keseluruhan subjek memiliki pengetahuan kurang. Subjek dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki pengetahuan kurang persentasenya sama yaitu sebesar 64.4%. Banyaknya subjek yang masih memiliki pengetahuan masalah stunting yang kurang dikarenakan informasi tentang gizi dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah stunting belum banyak di ketahui.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengetahuan gizi dan pengetahuan   stunting pada siswa SMAN 3 Bogor
Gambar 2  Proses penarikan subjek
Tabel 2  Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga
Tabel 3  Pengkategorian variabel penelitian karakteristik subjek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disertasi dengan judul Makna Tradisi Gusjigang Pada Rumah Kaum Santri Pedagang di Kota Lama Kudus ini merupakan penelitian tentang kebudayaan masyarakat pada suatu

Hingga saat ini, Kelas Inspirasi telah diselenggarakan oleh ribuan relawan di 119 kota di Indonesia dan menjadi salah satu pilar gerakan Indonesia Mengajar yaitu keterlibatan

Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas

Untuk konteks pendekatan rasional, pada saat seorang pemilih merasa tidak mendapat faedah dengan memilih salah satu partai atau kandidat calon walikota dalam pemilihan walikota,

Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Dalam kajian ini, pengkaji telah membangunkan satu bahan pengajaran (ABBM) berapa Modul Pengajaran Berbantu Komputer (MPBK) bagi mata pelajaran Teknologi Elektrik I (El 063)..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham perusahaan Food and Beverages yang go public yang terdaftar di BEJ

Hasil wawancara data yang diperoleh sebagai berikut: 28 informan dari 30 orang memberikan.. jawaban bahwa PGMB memiliki