• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan nutrien dan produktivitas primer Perairan Muara Angke, Teluk Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan nutrien dan produktivitas primer Perairan Muara Angke, Teluk Jakarta"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN

NUTRIEN

DAN

PRODUKTMTAS PRIMER

.

PERAIRAN

i)lllARA ANGKE,

TeLUK JAKARTA

PROGRAM !STUD1 ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILIMU

KELAUTAN

(2)

APRILIA RIKSAWATL Kandnngan Notrim dan F'mdnktivitaJ Primer Perairan M- Angkc, T d u k Jakarta Dibimbing oleb : HARPASIS

SLAnfET SANUSl dan RICHARDUS KASWADJL

Penelian i~ dildmmkan mulai bulan Mare sampai Juni 2007 di perairan Muara Angke, Tetuk Jakarta S t a s ~ n penelitian berjumlah 3 masing-masing

dengan 2 kedalaman, yakni kedalaman 1.5 m yang mewaldli permukaan pgairao dan kedalaman 3 m yang mewakili dasar perairan P e n g a m b i contoh dilakulian sebanyak 2 kali pada tanggal 28 Maret 2007

dan

27 Mei 2007. Pada pengambilan contoh pertam, perairan dalam kondisi pasang, dangkan pada pengambilan contoh kedua, perairan

dalam

kondisi nmrt Parameter hgbngan

yang

dkmti meliputi dm, salinitas, k e c a a h n , kekeruhaq pH, oksigen terland, fmfat, nitrat, silikat ammonia klorotil. oroduktivitas orimer dan olankton

&il peneli&n m ~ j u k k a n bahwa' semua k e rLingkungan di perairan Muara Angke mengalami variasi aniar stasiun maupm antar bulan pertgamatan.

Nilai ki- parameter ihghgan Perairno Muara

Angke,

Teh& J& pada kedua waktu peagambilan contoh yang diperoleh adalah suhu pmnuhaan 29 - 32 OC, salinitas 4 - 29 ?&, kecerahan perairan 8,52 - 30,69 %, kekeruhan perairan 0,6

- 35,O NTU, pH 7 - 8, oksigen terlanrt 0,82 - 2,45 mgll, %andungao fosfat antara 0,0087 - 0,1583

U&

kdmgaJI nitrat 0,0458 - 0,1857

U&

kambgm s i l i 0.01 56 - 0,9828 @, kandungan ammonia 0.208 1 - 4,2755 u& total klorofd 0.01 28 - 0,1394 mglm3,nilai produldivitas primer 0,7288 - 7,271 7 mg

karbonlm21hari, kelimpahan Moplankton 7613 -95380

indn

dan kelimpabau mopladcon 1248 - 1593 1 indn.

Nilai parameter linglcungan (fisika, kimia dan biologi) pada kedua walrtu pengambilan wntoh berada dalam kisaran yang m a d dapai mermnjang kebutuhan organisme 1- ( k h s m y a Moplankton) mtuk pablmbuhan dm perkembangamp Nilai indeks keawkaragaman (H), k e s e p ~ i (E)

dan

dominansi (C) Moplankton pada kedua waldu pengambilan contoh menun-

bahwa perairan Muara we,Tetuk Jakarta mempunyai tingkat keawkaragamao jenis fitopladcon yang sedang, cukup banyak jenis Moplankton yang ditemukan,

hampir tidak ada jenis yadg mendominasi populasi

dan

individu riap jenis cenderung mema. Berdasarkan dai bdmgan numen, total klorofil dan

produktivitas primer, maka Perairno Muara me,Teluk Jakarta temrasulr dalam perairan

yang

L Csubur. Hal ini disebabkan karena d a i kdmgaJI mrmen, total klorofil dan produktivitas primer

yang

cukup rendah merupakan War pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan Moplankton
(3)

PERNYATAAN

MENGENAl SKRIF'SI

DAN

SUMBER

I N F O R M S 1

Dengan ini saya meoyatakan bahwa Skripsi yang bejudul :

KANIUNGAN

NUTRIEN

DAN

PRODUKTIVITAS PRIMER

PERAIRAN

NZUARA

ANGKE,

TELUK JAKARTA

adalah

benar merupakan hasil karya sendiri

dan

belum diajukao dalam beotuk apa
(4)

KANDUNGAN NUTRIEN DAN PRODUKTIMTAS PRIMER

PERAIRAN MUARA ANGKE, TELUK JAKARTA

Sebagai salah satu syarat ontuk mrmperoleh gdar Sa jana Perilcanan Pa& Fakuttas Perikanan &n Umn Kdaotan

Institot Pertaaian Bogor

PROGRAM

STUD1

ILNlli KELAUTAN

FAKULTAS

PERIKANAN DAN

ILMU

KELAUTAiN

(5)

Jndnl Slrripsi : KANDUNGAH \'i\'UIWEN DAY P R O D U K T l \ ' l T 6 PRlMIER PERAIRAN MUARA AiiCKE.

TELUK JAKARTA Nama h l a h a s i i a : Aprilia Ril;sa\vati Nomor Pokok : C61103065

Departemen : Ilmn dan Telinologi Kelantan

Pembimbing I Pembimbing I I

-

Pmf. Dr.lr. H a m i s S Sannsi. inSc Dr. Ir. Richardus Kanvadii. h1:k \ ' J . 130 536 669

NIP.

130 367 095
(6)

KATA

PENGANTAR

segala puji dan syukur permlis panjatkao kepada Tuhao Yang Maha Esa

karena atas berkat, mhmat dan hunk-Nya s e w penulis

dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul "Kandungan Nutrien dan Produb?ivitas Primer Perairan

k4uara Angke, Teiuk Jab.artan.

Skripsi ini rneaupakan has11 penelitian yang dilahvkan di perairan Muluara

Angke, TeM: Jakarta pada bulan Mar& sanrpai JUN 2007 sebagai salah s a h

syarat unruk memperoleh gelar sarjana pada Fakuhas

Perikaoan

dan Llrnu Kelautan,

Innitut

Pertanh Bogor.
(7)

UCAPAN TERIMA

KASM

P d s mengucapkan terima kas'i kepada ;

1. Bapk

Prof.

Dr. Ir.

Harpasis

S. Samsi,

M.Sc.,

selaku pembimbing I atas kesabarannya membimbiog pemlis d a m menyelesaikan &psi.

2. Bapat Dr. Ir.

Richardus

Kaswadji, MSc., selaku pembimbing ll atas kritik

dan sarao

yang

diberikan

3. Bapak Dr.

Ir. Tri

Pmrtono, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Nyoman

N.

Naljh, M-Si

yang telah bersedia menjadi dosen penguji tamu dan wakil program smdi

sehingga banyak memberikan masukan

dan

saran Mtulr m e n y e n p u n d m

penulisan skripsi ini.

4. Bapak,

Ibu

(Almarhumah) dan Mama yang telah m e m k r h n kasii sayang, doa, kesabaraq pengalaman dan d u h n g a o untuk segala ha].

5. S e h h k e l w yang telah membehikan motivasi, terutama adik-adik ha, Rhi,

Rio

dan Anggi.

6. Setunth temao dan sahabat yang menemaniku dalarn harChari yang indah,

terutama Lalu Atikdar F

i

Hakim, Anggie Ayuningtyas S.Pi.,

dan

I Made

Royn

S. P.

S.Pi.

7. S e h h t m lTK 40, terima kasih atas doa dan duhungannya.

8. S e w pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penyusunan skripsi.

(8)

...

2 TIh'JAUAN PUSTAKA 3

-.

2.1

.

Komlisi umum Peraban Teluk Jakarta ... 2

2.2.Karalitexistik Peraban Muara Angke ... 3

2.3.Karakte1istik k d i t a s perahan ... 4

2.3.1.

Suhu

... 4

2.3.2. Salinitas ... 5

2.3.3. Derajat keasaman ... 6

2.3.4.

K&&

... 7

2.3.5. Kecerahan ... 7

2.3.6. Oksigen terianrt ... 8

... 2.3.7. Pasangarnrt 8 2.4. Kandmgm nutrim ... 9

2.4.1. FosEu ... 10

2.4.2.

N i

... 10

2.4.3. Ammonia ... 11

2.4.4. S i... 11

2.5. Produktivitas primer ... 12

2.6. Planh-ton ... 14

2.6.1. Fitoplankton ... 14

2.6.2. Zooplankton ... 16

3

.

BAHAN DAN hfETODE ... 17

3.1. Wabrtu dan lokasi penelitian ... 17

. . 3.2. Pewntuao stasiun penelrban ... 17

3.3. Alat dan balm ... 19

3.4. Pengambilan dan penanganan contob air ... 19

3.5. Identifikasi plankton ... 20

3.6. . A d isa

data

... 21
(9)

...

3.6.3.

Indeks

kesgdgaman plankton Q 2 2 ... 3.6.4.

lndeks

dominansi plankton

(D)

23

3.6.5. Analisa pengukYran klomiii a, b, dan c ... 23

... 3.6.6. Analisa penghnn pd&Iivitas primer 24 3.6.7. Hubungan ' primerdengaIl

...

kmhgan=fat, nhd, ammonia

dan

saltat) 24 ... 4

.

W I L DAN PEiMBAHASAN 26 ... 4.1.Ka~akteristikkualitasperairao 26 ... 4.1.1.Suhu 26 ... 4.1.2. Kedalaman 28 ... 4.1.3. Salinitas 30 4.1.4. Demjat keasaman ... 34

... 4.1.5. Kekeruhan 36 ... 4.1.6. Kesaahan 40 ... 4.1.7. Oksigen

terlarut

42 4.1.8.Pasaagsunrt ... 46

... 4.2. Kandungan mrbien 48 4.2.1 . Fosfai ... 48

... 4.2.2.

-.

N i 52 4.2.~. A . n m o ~ a ... 55

4.2.4. Silikat ... 5 8 4.3. Nilai produlaivitas primer ... 61

4.4. Kelimpahan plankton ... 67

4.4.1. Kelimpahan fitoplankton ... 67

4.4.2. Kelimpahaa zooplankton . . . . ... 69

4.5. Kompos~a Jerus plankIon ... 71

4.5.1. Komposisi jeNs titoplankton ... 71

4.5.2. Komposisi jenis zooplankton ... 73

4.6.

Indeks

-

k

(H'), keseragaman (E) dan dominansi (C) fitoplankton dan zooplankton ... 74

4.7. Hubungan produktivitas primer dengan kadungao nurrien ... 81

... 5

.

K E S W U L A N DAN SARAN 85 5.1. Kesirnpulan ... 85

5.2. Saian ... 86

(10)

2. Parameter fisika-kimia-biologi perairan yang diuhvr beserta

...

(11)

Peta

lokasi pewlitian dan titik stasiun p g a m b i l a o contob pada ...

Perairan

Muara Angke, TeM: Jakarta 18

N

i

a

i

rerata suhu penrmkaao (T)

Perairan

M u m Angke, T e r n Jakarta menunrl wakIu pengamatan (28 Mare4 2007

dan

27 Mei 2007) ... 26

N

i

a

i

rerata kedalaman (m) Peaairan Muara Angke, Teluk Jabarta

m e m i waldu pengamataa (28 Marel 2007

dan

27 Mei 2007) ... . . . . 2 9

N i

rerata salinitas (%D)

Perairan

Muara

Angke, TeM: Jakarta

mermnrt kedalaman pada

tanggal

28 Maret 2007 ... 30

N

i

a

i

rerata dinitas (%)

Perairan

Muara Angke, Teluk Jakarta

m e m kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 32

N i

rerata pH

Peaairan

Muara Angke, Teluk Jakarta

... m e m kedalamao pada

tanggal

28 Marel 2007 35

Nilai

rerata pH

Peaairan

Muara Angke, Teluk Jakarta

mermnrt kedalaman pada tanggal 27 Mei 2007 ... 36 Nilai rerata kekeruhan

0

Perairan

M u m Angke, Teluk Jalcarta m e m kedalaman pada tanggal 28 Maret 2007 ... 36

N

i

a

i

rerata kderuhan

0

Perairan

Muara Angke, Tduk Jab-arta

... m e m kedalamao pada

tanggal

27 Mei 2007 38

N

i

a

i

rerata kecemhan (Oh)

Peaairan

Muara w e , T e M Jakarta

... mermnrt walctu (28 W 2007 dan 27 Mei 2007) 40

Nilai

rerata oksigen tdam: (mgfi)

Perairan

Muara Angke,

TeM: Jakarta meaurut kedalaman pada tanggal 28 Mare 2007 ... 43

N

i

a

i

rerata oksigen tertamt (@)

Peaairan

Muara Angke,

TeM: Jakarta memvut kedalamao pada tanggal 27 Mei 2007 ... 44

Ramalan pasang stnut

Peaairan

Muara Angke, Teluk Jakarta

...

pada

tanggal

28 Marel 2007 47

Ramalao pasang stnut

Peaairan

Muara w e , Teluk Jakarta

...

(12)

Nilai rerata fosfai

(qJ)

Perairan Muara Angke, Tetuk Jakarta

memmd kedalaman pada

tanggal

28

Ma&

2007 ... 48 N i rerata fosfat (@) Perairan Muara Angke, Tetuk Jakarta

mermnrt kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 50

N i rerata

oitm

(@) Perairan h4mra Angke, Tetuk Jakarta

... meourut kedalaman pada

tanggal

28 Mare! 2007 52

Nilai rerata

oitm

(mg/l) Perairao Muara Angke, Tetuk Jakarta

... me-t kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 53

Nilai rema ammonia (mgll) Perairan Muara Angke, Tetuk Jakarta

meuurut kedalaman pada

tanggal

28 Maret 2007 ... 56 Niai rerata ammonia (@I) Perairan Muam Angke, Tetuk Jakarta

memrnrt kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 57 Niai rerata silikat

(qJ)

Perairao Muara Anglre, Tetuk Jakarta

meourut kedalaman pada

tanggal

28 Mare! 2007 ... 58 N~lai rerata silibrat (@) Perairao Muara Angke., Tetuk Jakarta

m e m t kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 60 Mlai rerata total klorofil (mglm3 Peaairan Muara Angke,

Tetuk

... Jakarta menunrt kedalaman pada tanggal 28 h4am 2007 62 Nilai rerata produktivitas primer (mg~/m2/hari) Perairan Muara

Angke, Teluk Jakarta m m kedalamao pada

tanggal

28 Mare 2007 ... 62

Nlai rerata total klorofl (mglm3 Perairan Mum Angke, Tehk

Jakarta m e w kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 65

Mlai reFata produbrtivitas primer (mg~/m2/hari) Perairan h4uara Angke, Tehk Jakarta m e w kedalaman pada tanggal

...

27 h4ei 2007 65

Histogram kelimpahan titoplankton (id) Perairan Muara Angke, ... Teluk Jakarta meouru! kedalaman pada tanggal 28 Marei 2007 68 Hisrog~am kelimpahan titoplanktoo ( i d ) Perairan Muara Aogke,

Tetuk Jakarta meourut kedalaman pada tanggal 27 Mei 2007 ... 68

Histogram kelimpahan zooplankton

( i i )

Peraimn Muara Aogke,
(13)

Histogram kelimpahan moplankton (d)

Pgairan

Muara Angke,

...

Teluk Jakarta mertrut kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 70

Perrentase

kelimpahan kelas frtoplanldon

(Oh)

PPaairao

Muara

Augke, Teluk Jakarta mermrut kedalaman pada

tanggal

28 Maret 2007 ... 72

Persentase

keiimpahan kelas frtoplankton (%)

Perairan

Muara

Angke, Teluk Jakarta memrrut kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 72

Perrentase

kelimpahan kelas tooplankton

(Oh)

PPerairan

Muara

Angke, Teluk Jakarta mermnrt kedalaman pada taggal

28 Mar& 2007 ... 74

Persentase

kelirnpahan kelas tooplankton

(?A)

Perairan

Muara

Angke, Teluk Jakarta mermrut kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 74

Histogram keawkaragaman

W),

k ~ ~ e ~ ~ g a m a n (EX

dominansi

(C)

6toplanktoo

Perairan

M mAngke, T e h k Jakarta ... me- kedalaman pada

tanggal

28 Mar& 2007 75

=wP"'

keanekaragaman

W),

keseragaman (EX dan

dominansi

(C)

titoplankton

Perairan

Muara Angke, T e . Jakarta

m e m kedalaman pada

tanggal

27 Mei 2007 ... 76

Histogram keanekaragaman

W),

k w(EX dan - dominansi

(C)

tooplankton Pemiran Muara Angke, T e h k Jakarta

memtnrt kedalaman pada tanggal 28 Maret 2007 ... 78

keawkaragaman (H'). k w(EX dan

(14)

Data pengamatao parameter kuabs

Perairan

Mwa Angke,

Teluk Jakarta pada pengambilan coutoh pertama (28 Maret 2007) ... 91 Data pengamatao parameter hvalitas

Perairan

Muara Angke,

Teh& Jakarta pada pengambilan coatoh pertama (27 Mei 2007) ... 92

Data

dan

tabel komponen pasut Perairan Muam Angbre,

Teluk Jakarta ... 93 Jenis dan jumlab (unit) masing-masing frtoplanbaon Perairan

Muara Angke, Teluk Jakarta pada pengambilan contob patama

(28 Maret 2007) ... 95

Kelimpahan titoplankton (id)

Perairan

Muara Angke,

...

Tduk Jakarta pada pengambilan contoh pertama (28 Maret 2007) % Jenis dan jumlab (unit) masing-masing titoplankton Perairan

Muara Angke, T& Jakarta pada pengambilan contoh kedua

(27 Mei 2007) ... 97

Kelimpahan titoplankton (indn)

Perairan

Muara Angke,

Teluk Jakarta pada pengambilan contoh kedua (27 Mei 2007) ... 98 Jenis dan jumlah (unit) masing-masing zooplankton Pemimo

Muara Angke, Teluk Jakarta pada pengambilan contoh pertama

(28 Wet 2007) ... 99

Kelimpahan zoopwon (id)

Perairan

Muara Angke,

Teluk Jakarta pada pengambilan contoh pertama (28 Maret 2007) ... 100

J e ~ s dan jumlah (unit) masing-masing zoophnkcon Perairan Muara Angke, Teluk Jakarta pada pengambilan contoh kedua

(27 Mei 2007) ... 10 1 Kelimpahan zooplankton (indn)

Perairan

Muara Angke,

Teluk Jakarta pada pengambilan contoh kedua (27 Mei 2007) ... 102

Alat yang diguoakan dalam pengarnbilan daia dan

-3

analisa contoh air ... 102

Prosedur analisa contoh air ... 104

(15)
(16)

1.1 Latar bdakang

Muara

arngai

adalah salah satu wilayah pesisir yang mempunyai bbungan

bebas

dengan laut t e h k a

dan

menerima m a s d m air tawar dari daratan.

Sebagian besar rrmara s u e d i d o m h i oleh substrat bertumplrr yang merupakan

endapan material dibawa oleb air tawar dan air laut (Bengen. 2001).

Muara Angke me& contoh peratran yang menggambarkan dengan baik

adanya pausatan behagai macam kegiatan pernanfaatan 5umbe.r daya

alam

seperti kegiatan perilcanan, jalur transportasi pelabuhan d m kawasan indumi

Bahkan bantaran Muara Angke juga diguMkao oleb penduduk sebagai tempat

Oleh karena itu terfihat sangat jelas bahwa Muam Angke juga menjadi tempat pembuangan limbab ~ m a h tangga, samph-sampah kota dan limbah industri yang beaasal dari sekitar jalur Kali Angke. Akan tetapi ekosistem ini memilibri

kemampuan terbatas yang smga tergmhmg pada vohune dan jenis limbah yaug

mask Apabila limbah teasebut melampaui kemampuan asimilasi wilayah ekosistem terseht, maka

akan

timbul be&@ macam permasalahao lingkungan

yang akan menyebabkan kemsakan ekosistem.

Salah satu pennasalahan lingkungan yang

akan

timbul adalah aneamnnya

Lualitas lingkungan yang selanjutnya

akan

mempengaruhi kebemdaan sumber . .

daya alam hayati di peraira0 tersebut. Jadi walaupun pemanfsatan sumber daya

(17)

Penilaian kualitas perairan

seam

biologis dapat didekati melalui analisis

strubhtr

komunitas biota pengtru~nya Biota yang urrmm di- sebagai

indimor biologis sum perahan

adalah

Moplankton Hal

ini

d i m m n l r a n

karma frtoplankton rnerupakan pangkal rantai nrakaMn pada ekosistem peFairaq dimam frtopladton bexpan sebagai produsen primer zat

o@

yang dapat rnengambil secara langsung rmtrien dan eaergi surya melalui proses fotosintesis.

. Laju produbrsi zat-zat organ& melalui proses fotosimesis inilah yang lazim d i k e d

sebagai produlctivitas primer.

Nutrien merupakan salah satu uosur

yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup Moplankton

Kesuburan

perairan menrpakan deslnipsi

kualhatif yang menyatakan kandungan h e n dan produldrvrtas . . perairaoyang terdapat dalam s u m peaairan.

1.2 Tojnan

Penelitian ini.bertujuan untuk :

a. Menduga kualitas perairan berdasarkan kondisi fisika-kimia-biologi dari

parameter Lingkungan yang diularr.

b. Menduga kesuburan perahan berdasarkan lrandungan nutrieq total klorofil

dan

produbavdas

. . -.-

-.

primer.
(18)

2-1 Kondisi umam

Pcrairao

Teluk Jakarta

Secara geografis, TeM: Jakarta b e d a

di

antara S048'30"

LS

-

6°10'30"

LS

dao

106*33' - 107O03 ' BT, dengan batas di sebelah Barat adalah Tanjung Pasir

dao

di sebelah Timur adalab Tanjung Karawang. Luas perairan Tetuk Jakarta

selritar 514 h2

dao

panjaog

garis

paotainya lebii Lmaog 80 km dimana 32 km

mmpakao

garis

pantai Daerah

Khusus

Ibukota @KI) Jakarta (S&pemma

dan

Nontji 1980).

TeIuk Jakarta merupakao perairan dangkal yang pada umumnya memilib

kedalaman hmaog dari 30 meter (SeriapennaM dan Nootji, 1980). Dasar p;erairan

melandai ke arah Utara mermju Laut Jam. Perairao Teluk Jakarta &pat dibagi dalam tiga zona yaitu zona barat, timur dan targah. Zona barat dipenganrhi oleh

surigai-sungai

yang

sebelum bermuara di perairan tehdc, melalui kota meb-opolitao Jakarta. Zooa tengah selain mendapat peapub

dari

sungai-sungai teasebut juga dipengaruhi oleh alrtivitas bebgapa buah pelahban. Sementara itu, zooa timur mendapai pengaruh dari Sungai Citarum

dao

beberapa sungai kecil

yang

melalui

daerah induscri dan pemukimao Bekasi.

23 Karakterfstik

Perairan

Muara

Aogke

Di kawasan perairan Muara Angke terdapat hktuasi perubahan saliniias yang bedangsung

-

taap yang berhubungan dengan gerakan air pasang h4assa air Sang masuk ke dalam daerah

estuaria

pada saat surut berasal dari

air

tawar,
(19)

inassa

air masub:

ke dalam estuaria dari lam bercampur dengao air di daerah

tsmaria sehingga salinitasnya meningkat.

Peiairan

tsmaria

di Muara A&e

dapat

dilrategorikan sebaga~ e .positif; yaitu perairan estuaria yartg lapisan bawahnya memilib salinitas yang lebih ti- dibandingkan salinitas kolom

air

permukaan dan penguapan yang tidak t d u

t i e sewpercampuran dapat tejadi terus meoerus sampai terbenruk

campuran yang homogen (Nybakken, 1992).

Pengaruh

f l u k c i d i n i t a s yang

disebabkan oleh air pasang, juga teijadi suatu permrunan salinitas secara bertahap ketika

air

dari

arah

hulu sungai bergerak ke

arah

hilir sungai.

2 3 Karakteristik knalitas perairan

23.1 Soho

Suhu laut adalah d a b s a h ~ fal,-or yang amat pentiog bagi kehidupan

organisme lautan, h e m suhu mempengaruhi baik ah-vitas metabolisme maupun

pertrembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Suhu

dapat

mempengaruhi fotosintesis di laut, baik secara langarng maupun secara tidak

langsung Pengaruh langsung karena rraksi bmia enzimatilr yang berperan dalam

proses fotosintesis d i k e n d a l i h oleh suhu, sedan&n pengaruh secara tidab:

langsung

adalah

karena suhu akan menemukan shuktur hidrologis suahl perairan

Suhu dan salinitas mempengaruhi demitas air. Semakin dalam perahn, malra suhunya akan semakin rendah dan salinitasnya semakin meningkat sehingga densitas air juga meningkat yang selanjutnya akan mengurangi laju

penenggelaman fitoplankton (Nontji, 1984).

Menurut Weyl(1970). suhu

air

laut terutama di lapisan permukaan sangat
(20)

paling baoyak menesima panas matahari adalah daerah tropis (daerab

rn

t d e t a k pada tintang 00).

Suhu

air

penrmkaan biasanya berkisar antara 27 - 7 9 OC untuk damah tropis

dan

15 - 20 OC untuk damah subtmpis. Suku ini mernrrun

secara

tersdur sesuai dengan kedalaman. Memtnrt

dan

Birowo (1975), suhu lapisan

perrrmkaao di perairan Indonesia berkisar antara 26 - 30 OC, lapisan termoklin

berkisaraotara9-260Cdanpadalapisaodalamberkisaramara2-80C.

2-32 Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah gram seluruh zat yang larut dalam 1 kg air hut, dengan a q p p n bahwa seluruh karbonat tehh diubah menjadi oksida, semua bmm

dan

iod d@i dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempurna (Forch el d , 1902 in Sverdrup el d , 1960).

Salinitas perrrmkaan air laut sangat erat kaitannya deogan proses penguapan

dirnana garam-garam

akan

terkonsentrasi dan mengemlap. D a d yang

mengalami penguapan cubvp ti&

akan

mengakibatkan salinitas yang tinggi. Besbeda dengan keadaan sebaran suhu y m g reiatifkecil variasinya, salinitas air

laut clapat berbeda secara geografi akibat pengaruh

arrah

hujan l o w banyaknya air yang mas& ke lam, penguapan dan edaran massa air (King 1%)).

Perubahan salinitas pa& perairan bebas (laut bebas) adalah relatif lebih kecil

d i b a n d i i perairan pantai. Hal ini disebabkan karena perairan pamai banyak memperoleh masukan air tawar dari muara-muara atngai terutama pada uak-

musim hujan (Hela

dan

Lae- 1970).

Sebaran salinitas

air

laut

secara

verthl meningkat seiring bertambahnya
(21)

eksternal

seperti

presipitasi dan

arrah

kujan, sedan@ dinitas

di

perairno dalam cendenrng konaan ksrena tidah dipengaruhi fakror ekstemal. Salinitas air laut semakin ke arah laut lepas maka a k a semakin tinggi. Hal ini karena pada d a d litoral mengalami nrn off dari

arngai.

Kehidupan behagii jenis Moplankton berganhmg pada salinitas perairan. Kemudian karena

d

i

n

i

t

a

s

besama-sama dengan stdm

akan

men- densitas air, maka dinitas ikut mempenpdi penenggelaman fitoplankton.

Me-t Nonrji (1993), sebaran verdkal salinitas di but d a p ! tejadi Lrarena

adanya pengadukan lapisan atas air taut (sq&ace m u inyer) ddengan penpub augin di perairan lepas pantai yang dalam se- terberrhtk lapisan pennukaan d- salinitas dan suhu bomogen setebal50 - 70 m tergantung pada intensitas pen@uhn Akibat teajadi lapisan kedua d e w gmdasi densitas yang tajam, hal ini me-bat tercampuroya Lapisan air di perrnukaan dengao lapisan air di

bawahn ya.

2 3 3 Derajat keasarnao

h4cCormaughey (1974) menyatakao bahwa perairan laut memiliki pH yang

relatif ko- yaitu a m7,6 - 8,3. Pada umumnya lin&ngan perairan laut memiliki siaem penyangga yang mampu meacegab terjadinya perubahan pH secara drastis. Nilai pH perairan dipengaruhi oleb proses fotosintesis

dan

respirasi organisme.

Memrnrt Pescod (1973), selain oleh proses fotasintesis dan respirasii nilai pH j u g dipengarubj oleh a r b dan kkebemdaaan ion-ion di perairan terrebui.

Nybakken (1992) menyatakan bahwa pH adalah jumlah ion hidrogen dalam suatu

(22)

Odum (1993) juga menambahkan bahwa nilai kisaran pH yang layak unhlk kehidupan fitopknldon adalah sebesar 6 - 9. Diatom mulai bertanang

perkembmgaanya pada nilai pH antara 4,6 - 7,5, m ndemikian pada kisaran

pH tenebut masih didapatkao berbagai jenis diatom.

23.4 Kekwnhan

Kek& adalah gunbaran sifat opt& suatu perairan yang diteohrkan

berdasartcan sinar (cahaya) yang dipanearlran dan duesap oleh &el-&el

yang ada di dalamnya Kekerubao tendama

disebabkan

oleh bahan-bahan tenuspenri dan senyawa koloid dalam perairao

seperti

l u m p , pasir, bahan

organik dan anorganik serta organisme mikroskopik nabati dan hewani (Mason, 1981). Kekeauhan air merupakan salab sam fiktor penting untuk mengont~ol produktivitas. Kekeruhan

mempeugamhi

penetrasi cahaya m;rtahari dan oleh

karena itu dapat membatasi proses fotosintesis dan p d u b v i t a s primer pemiran

(Wardoyo, 198 1).

23.5 Kecmhan

Kecerahan perairan memnjukkao kemampuan cahaya unhlk d u s lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahao

penting karena erat bitannya dengan aktivitas f o t d e s i s (Parson dan Takahashi,

1977 in Idris, 2003). Kecerahan suatu perairan

dipeagaruhi

oleh padatan

terruspensi dan air.

J-h

kecgahan tiilggi maka tinggi pula daya m i

cahaya matahari sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung dalam lapisan

(23)

intensitas cahaya. Hampir semua paygapan cahaya tampak di laut dipengaruhi oleh partilrel-partikel t m n s i daripada zat-zat terlanrt.

2.3.6 Oksigen terlarnt

Kehidupan dalam perairan dapat bertahan jika ada oksigen t- minimal 5 mg/L ( b w i j a y a , 1991 in Yovi, 2003). Konsentrasi oksigen relatiflebih

tinggi pada lapisan p e n d a m , karena di samping teajadi penambahan oksigen

lewat difusi dari atmosfer, juga tajadi penambahan oksigen melalui proses fotosintesis pada waktu siang hari. Deagan bertambahnya kedalaman, proses

fotosintesis akan semakin kurang efektif maka akan tajadi pemrrunao konsentrasi oksigen.

Lapisan atas pemrukaan hut

dalam

keadaan normal mengandung oksigen terknrt sebesar 4.5

-

9,O mgn. Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut yang dikeluarlran oleb Keputusan Menteri Negara Lirgkungan Hidup Nomor 5 1

T a h n 2004 in S i a n (2006), oksigen terlarut di dalam

air

harus lebii dari 5 m@. Selain s u b dan salinitas, kelarutan oksigen juga dipengamhi oleh tekanan

hidrosiatik. Ekbaapa faktm yang mempengaruhi distn'busi vertikal olcsigen dalam

laut adalah

suh;l,

salinitas, tekanan hidrostarik, fotosintesis dan respirasi

biodegradasi dan transport massa air bawah laut.

2.3.7 Pasaogsnmt

Pasang smut yang teriihat di pa& adalah merupakan hasil rambatan pasang

smut dari laut.

Proses

perambatan ini menyebabkan tejadinya pergemkan massa

air

laut secara mend* yang disebut arus pasang smut yang memungkinkan
(24)

Arus pasut ini dapat menyebabkan hnbulensi dalam air. Jika kedalaman suatu pgairao tidak terlalu besar maka kehlntan arus pasut makin besar dan

berpengaruh terhadap proses percampuran (mhn'ng).

Kandungan h e n di estuaria mengalami perubahan seiring

dan tempat &bat pengaruh kehman dan pemasukao massa air dari aliran air

t a w dan laut @asut).

Davis (1991) menyatakan babwa p e r a ~ n pasang surut terhadap proses-proses

di estuaria ada tiga, y a h :

a. Menyebabkan tefjadimya pexampuran massa air.

b. Mempengamhi proses sedimentasi.

c. Menrpakan zona interaksi antara daerah lautao dan

sungai

secara

tuas khususnya

secara

horizontal.

2 4 Kandungan outrim

Organisme laut (kbsusnya titoplankton) dalam perhrmbuhan dan

perkembangannya membutuhkan nutrien Bebempa

unsur

dibutuhkan dalam

jumlah relatif besar dan disebut sebagai macnwnmkni, misalnya . C,

H,

0,

P,

N,

Si, M g K dan

Ca

Diantara unsur-unsur ini P, N dan Si adalah yang paling sering

dijumpai sebagai W o r pembatas perhunbuhan titoplankton Unsur P dan N

diperlukan oleh semua jenis titoplankton, d a r g k a n unsur Si terutama

dibutuhkan oleh jenis-jenis yang dinding selnya mengandung Si, misalnya diatom

dan silicoflagellata Senyawa nitrogen laimya yang diburuhkan oleh f i t ~ p l a ~ o n adalah ammonia. Ammonia menrpalran produk reduksi oibit oleh baktai

dan

(25)

14.1 Fosfat

Cadangan fo* terdapat pada bm-bm

U

endapanendapan

m

texbamk pada ja&m dahdu. -ndapan t d u t pertahart-lahan hanyut aau mengalami peugikkan dan melepaskan ~OD-ion fix5 ke ekodsiem

Konse.abasi fosfat

akan

bertambah dengan rneningkalnya kedalaman Sebaran

vertilral fosfat

di

laut secara umum rendah pada permukaan perairan dan men@ maksiium pada kedalarnan 50 - 2000 m (Spencer, 1956 in Riley dan Skirmw,

1975).

F o s h yang dapat diseaap oleh jasad nabati perairan adalah dalam bentuk orihofo*

sedangkan

total hsfat berperan sebagai

Sumber

tefiedianya

orthofosfat. Uusur fosfor (F') yang terdapat dalam berduk h s 5 maupun zat hara anorganik m p a k a n uusur utama yang dipertukan fiioplankton urdulr hrmbuh

d m berlrembartg-biak Zat-zat lain rnungkin dipertukan, namun jumlahnya relatif lebii kecil dibandingkan dengan fosfat (Nybkkeu, 1992).

Kadar fosfat yang optimal untuk permmbuhan titoplankion adalah 0,27 - 5.5 1

mgn dan fosfat merupakan faktor pembatas di bawah 0,22 mgfl ~ e n t u m , 1 %9 in Ariyanii, 2003).

2-42 N i t

Senyawanitrogendalamairlautterdapatdalamtigaberdukutamayang

berada dalam keseimbangan yaim ammonia, nib3

dan

nitrat. Adany-a

keseirnbangan tersebut dipengaruhi oleh kandungan oksigen teriarul dalam air, dimana pada saat kadar oksigen rendah maka

akan

bergerak menuju ammonia, dangkan pada saat lradar oksigen ti@ keseimbangan

alran

bergerak rnenuju
(26)

merupakao zat-zat hara aoorganik utama yang d i moleh pemrmbuhan

fitoplanlaon. Senyawa

N w

dan NC?I- di perairan alami garam-garam

tehnn, terjuspensi dan

endapan

Memtnrt Pariwono el d(1990) in Arjanti (2003), kandungan nitrat pada Tetuk Jakarta berkisar antara tidak terdeteksi hingga 0,O 13 mgfl.

2.43 Ammonia

Boyd (1982) rneoy;dakan bahwa ammonia di perairao memiliki konsentrasi

yang rendah. Keberadaan ammonia di perairan mermnjukkan adanya p g u i a h bahan organik, tendama pmteip Ammonia yang terukur di perairan ummnya

dalam benruk NH3

Ntt.

N H 3 omqakan be& senyawa ammonia yang

tidak terionisasi, sedangkan NI-L,

benbuk

seoyawa ammonia yang terionisasi.

h m 0 ~ a mempunyai keuutungan dilihat dari segi peinanf&mmya oleb

fttoplank~on karena langsung dapa! digunakan

dalam

sirdesis asam amino,

sedaogkan nitrat dan nitrit pertu direduksi dub menjadi e ~ r n nitrat redukrase dan

ntritreddame.

Sumber ammonia di perairan adalah basil pemecahan w e n organik

(protei~ urea) dan nitrogen anorganik yang tadapat

dalam

tanah dan air s e m berasal dari dekomposisi bahan organik meldui proses ammonifikasi (GoMman

dan Home, 1983).

2.4.4 S&t

S i M di laut m p a k a n salah satu &en yang d i

dan

mempunyai
(27)

salah satu komponen pentiog flora laut selain membutuhkan nitrat

dan

fosfat, juga membutuhkan silikat &lam jurnlah yang banyak pertlrmbuhan

dan

pakembangannya (Lund, 1950 in Mudrtar, 1980).

Memrnrt Sverdrup el

4.

(I960), silikat di permukaan b e m d dari diran

sungai dan kandungan silikat rendah diemukan di lapisan pemnhan Hal ini dib-arenakan adanya aktivitas biologi dan tenggelamnya organisme yang mati

dan

sisa k e m & a

akan

membentuk endapan di dasar lam. Konsentrasi silikat semakin

tinggi seiring dengan bertambahnya kedalaman.

Kadar silikat di laut berbeda texpnhmg pada lolrasi maupun kedalaman Pada umumnya di pemiran pantai kadar silikat tin&. ha1 ini dikarenakan adanya pengaruh dari daratan. Sumber silikat di laut sebagian besar merupa%an h i 1

pelapulran yang terbawa oleh diran sungai dan angin meldui arus laut (hrlillero dan Sohn, 1991).

2 5 Prodaldivitas primer

ProWvitas primer dalam pengertian umurn addah laju pembenhllran zat organik dari bahan anorganik meldui proses fotosintesis. Produsen primer yang

tespenting di laut adalah d p a plankton&. Reaksi fotosintesis adalab reaksi yang

sangat rumit, tetapi secara keseluruhan dapai disederhanakan

sebagai

berikut :

n C & + n H t O

+

(CH20A + n Ch

Dalam proses ini energi sinar diserap oleh pigmen fotosimetik, tendama klorofil,

dan dengan adanya CCh, air dan nutrien akan d i h a s i h senyawa organik yang

mempunyai potensi energi kimiawi yang tinggi dan disimpan dalam sel. Potensi

energi ini kelak dapat diguMkan oleh tumbuhan untuk respimii pextumbuhan dan

(28)

sel tumbuhan ini dapat dialihkan ke behagai hewan melalui jarinpan pakan, dan . .

dengan demikian akan menimbulkan p- M e r , t&er dan

setemsaya & dengan possinya dalam trophic i d

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mmgdm produkrrvitas primer di taut, yaitu m o d e oksigen, m o d e C- 14 dan metode penddcalzm klorofil. Metode oksigen yang dipexkenalkan oleh Gaader dan Gran (1927)

(Fogg, 1963 in Riley dan Skirrow, 1975) menguhvr peruhahan kandungan olcsigen dalam botoUmtol bening dan gelap

yang

berisi wntoh air setelah disinari dalam

jangka waktu teatentu. Dalam botol bening terjadi proses fotosintesis dan respirasi sedangkan dalam botol gelap hanya terjadi respirasii d e w asumsi babwa respirasi yang terjadi dalam kedua botol itu sama Kelemahan utama teknik olisigen ini adalah karena kepekaannya yang hmmg h i n g q hanya dapat digunakan pada perairao yang produktivitasnya tinggi. Pada perairan samudra

yang umumoya memiliki produktivitas yang rendah, teknik oksigen ini tepal ditaaplran (Smckland, 1960 in Gushing 1975).

Metode pengukuran produtctivitas primer berihmya adalah d e w

rnenggullakan teknik isotop C-14 Telnik ini pertama kali di@eMUran oleh

Steana~-Nielsen pada tahun 1952 (Fogg, 1963 in Riley dan Skirrow. 1975). Dalam t&k ini C-14 dalam bentuk larutan natrium bikarbonat (NaH14C&)

dengan atrtivitas yang diketahui dimaatkkan ke dalam botol permbaan

@ening

dan gelap) berisi titopladson dan diinkubasikan dengan penyinaran hi- jaogka

naktu tertentu. Dalam proses fisiologi yang terjadi pada titoplankton di dalam

(29)

Moplankton Pada al&ir penobaao s e l m h fitoplanlcton disaring dengan saringan . .

milipor dm aldrvrtasnya dapai

diukur

d e w "Scintilation Counter".

Metode pedekatan klorofil didasarkan pada peagukuran jumlah klorofil

yang

dikaedung oleh titoplankton Teknik secara kimia

dapai

dilakukan secam tepat baik secara spedrtrofotometrik maupun

secam

fluorom&.

Selain itu karena klorofil menrpakan reseptor energi surya dalarn proses

fotosintesis maka data klorofil besama-sama dengan data cahaya dapat digunalran untuk memperkirakan produkrivitas primer di lautan (Ryther and Yeutsch, 1957 in

Hill, 1%3).

2.6 Plankton

Plankton adalah o r p i s m e yang melayang dan umgapng serta hidup bebas

di peminn, berg& tehtas, pergerahmya dipeugaruhi a!au terganhmg oleh arus (Odum, 1993). Memmrt Nybakken (1992), plankton tabagi menjadi dua golongan yakni :

26.1 Fitoplankton

Fitopla&on adahh plankton tumbuhan yang berubvran sangat kecil yang

terdiri dari sejumlah besar kelas yang berbeda Mereka memiliki peranan yang sama peatinpya baik di sistem pelagik maupun s e p d yang diperankan juga oleh tumbub-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatnya di ekosistem daratan;

mereka adalah produsen utama @rimmypakers) zat-zat o r g a d . Sepati

tumbuhm hijau

yang

lain, titoplankton membuat ikatao-ikatan organ& yang

kompleks dari bahao-bahan anorgad yang s e d m Fotosintesis adalah suatu

(30)

W o s a

-hidrat) dari ikatan-ib-aran amrganik karbon dioksida (C@) dan air

(H20). Kebanyakan tumbubdtmbuhan k e m u d i i meogubah @osa menjadi susunan b h i d r a t

yang

lebib kompleks seperti tepung yang kemudian didmpan sebagai cad- malaam. Energi dibutuhkan untuk melalrulran proses

fotodntesis. Sumber energi yang digunakan adalah sinar matahari yang

dibsorpsi oleb klorofil (pigmen hijau

yang

terdapat dalam tumbubdrmbuhan).

Tumbubdlmbuhan juga rnampu membuat dntesa ikatan-ikatan o r g a d lainnya termasuk protein dan lemak selama slrplai uubien terjamin ( h i a b m l

dan

Evans,

1984). M-t PtyWdcen (1992), firtoplankton yang biasaoya tertangkap oleh jaring plankton terdiri dari

dua

kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagelata

Dalam kondisi sangat baik, produksi firtoplankton sangat baik, walaupun tiap u n i t - sangat kecil. Wm, dinitas dan cahaya me& faktor yang penting selain suplai d e n yang jugs sangat dipertukan. Suhu mempengamhi

m b u h a n dan reproduksi yang secara umum m-n sejalan dengan

permrunan s u h . Ketika suhu meninggi akan m e q p m g i viskositas air laut dan densitas- membuat plankton susah untuk melay- di Lapisan permukaan

(King, 1963).

W e d ( 1970) jugs men- bahwa bahan o w k 6 t o p ~ t o n mengardung 25 - 65 % protein, 2 - 10 % lemak, dan 0 - 35 % kiubohidrat. Werial

ini

mengandung elemen Karbon (C), O w e n (0) dao Hidrogen

0.

Sebagai

t a m m bahan organik frtopladton juga mengadung sejumlah tetap elernen

(31)

26.2 Zooplaoktoo

Raymond (1984) membedakan zooplankton menjadi dua kelompok

berdasarkan daur hidupnya yaitu holoplmtkon dan m e r o p h n h i ~ Holophhon

adalab

zooplankton yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik

seperti

Copepoda, Rotatoria dan Chaetognata;

sedangkao

m e r o p ~ m

organisme yang sebagian daur hidupnya benrpa planldon

seperti

larva ikan, larva CrustaceadanlarvaMohma.

Zoopwon sangat beraneka ragam

dan

terdiri dari berbagai macam larva dan b e d dewasa yang rnewakili h a q i u seluruh filum hewan (Nybakken, 1992). Hutabarat dan Evans (1984) menambahkan bahwa zooplankton sebagai kelompok

hewan sangat banyak macamnya tennasuk kelompok Protoma, Went- Motudra. Annelida clan Crustacea. Secara menyeluruh zooplankton didominasi oleh jenis-jenis Crustama, baik jumlah individu maupun jumlah spesiesqa

Zooplanhmn memeg;lIlg peranan penting dalam jaring makanan di p m h n

(32)

111.

BAHAN DAN

METODE

3.1 Waktu dao lokasi penelitiaa

Penelitiao ini dilakoakan selama 4 bulan dengan 2 kali pengambilan data,

yaitu mulai bulan Maret

sampai

Juni 2007

yang

meliputi kegialan di lapmgm

dan

di laboratorium. Pengambilaa comoh pertama diiakukan pada Ian&@ 28 Marel

2007 yang dimaksudkan sebagai awal bulan peralihan 1 dan pengambilan comoh

kedua dilakukan pada tanggal 27 Mei 2007 yang dimaksudkan sebagai

akhir

bulan peralihan I. Lokasi penelitian terletak di sektar Perairan Muara Anglre, Teh&

Jakarta (Gambar 1). Pengukuran tahadap bebe.rapa parameter kualitas perairan dilabvkan langsung di l o k i penelitian, sedangkan analisis contoh air diiakukan

. .

di Laboratorium ProduldMtas Linghngan Departemen Manajemem Su-ya

P

& Fakultas Perilcaoan dan flmu Kelautan, tnstitut Pertanian Bogor dan

analisis plankton dilabvkan di Laboratorium BioMkro m e m e n h j e m e n

Sumberdaya Peiakan, Fahvltas P d a n a n

dan

Ilmu Kelautaq L n s t i ~ Pertanian

Bogor.

3.2 Pmentnan stasinn penditian

Penemuan stasiun penelitian dilahvkan dengan melihat salinitas perrrmkaan Salinitas penrmkaan pada Stasiun 1 memiliki kisaran sebesar 4 - 6 %o, salinitas penrmkaan pada S t a s ~ n 2 memiliki lrisaran sebesar 14 - 16 %o, dan salinitas

permulraan pada Stasiun 3 memiliki kisaran sebesar 24 - 27 %o. Stasiun 1

merupakan daerah dengan pengaruh limbah

indusai

yang

maksimal, pengiruh
(33)

dilakukan pada dua kedalaman pada setiap stasiunnja ).aim kedalaman I j m

jang dimaksudkan mewakili permukaan perairrm dan kedalaman 3 m yaog

~mewakilidasarperairanPadasetiapstasiunpengamatandilakukan

peng&nm berbagai parameter

oseawgrafi.

Berikut adalab data posiSi siasiun peuelitian (Tabel I) beserta peta lokasi peuelitian (Gambar 1) : [image:33.527.39.473.7.758.2]
(34)
[image:34.523.37.465.66.771.2]

Alat dan bahm yang digunakan pada peoelitian Kitampilkan dalam Tabel 2 : Tabel 2. Parameter fisikakimia-biologi pgairan yang d i b beserta alat dan

metode peo_mrEruran

3.4 Peogambilan dan pcnanganao contob air

Pengarnbilan contoh air dilakukan dengan menggunakan Botol Van Dom. Botol Van Dom diturunkan pada kedalaman yang diginkao, kemudian messenger yang telah dikaitkan dengan botol melalui sartas tali dijatuhkan ke

dalarn perairan mermju botol sebingga memicu memrtup kedua sisi botol yang akan menyimpan air contoh. Seianjutnya setelah botol oukup pemh dengan air

contoh, botol ditarik ke pemrukaan unruk mernindahkan air contoh ke botol

contoh. Botol contoh yang digunakan untuk menyimpan air conrob untuk d i s a Primer d v

Metode Klorofil Bioiopj

Kelimpahan Plankton

kandungan mtrien dan produlrtivitas primer adalah botol polietilen

yang

telah

Iodn

Spektrofotometer, Sentrifuge

Botol sampel, Ember, Plankton net, Lamtan

Lugol

(35)

dibilas dengan tipol dan alcuades. Botol yang b&i air contoh ini kemudian

dimasukkao ke dalam

cod

bm.

Pengambilan contoh plankton dilakukan dengan m m g g m a h plankton net

nomor 25 yang ujungnya diberi botol c o m h yang diibat kencang, kemudian dilakukan penyariogan

air

laut dengan menggunakan ember berukuran 10 liter

&yak

10 kali. Air contoh basil dari penyaringaa dipiiodahkan ke dalam botol film (volume 30 ml). Kemudian ditambahkan Lugol bahan pengawet sebanyak 3 tetes unhlk menghentikan aktivitas mikroosganisme dalam botol.

3.5 I d m W W plankton

Identifilrasi plankton dilakukan di Laboratoiium BiohGkm Departemen

k j e m e n Sumberdaya Pemban, FahItas Peiikman

dan

Ilmu Kelmtan, LmtiM Pertanian Bogor. Air contoh diambil sebanyak 1 ml kemudian dituangkao

kedalam Sedwick-Roflm C&ng CelL Ukuran kiwi&-Rafier C&ng Cell

adalah 50 mm x 20 mm x 1 mm, maka mempunyai volume sebesar 1000 mm3. Proses i d m a s i dan pencacahan sel plankton dilahkan di bawah m k o s k o p dengan perbesaran 10 x 10 (10 x lema obyekrif dan 10 x lensa okuler) dengan spesifikasi ukuran diameter dalam satu lapang pandang yaitu 1.75 mm, m k a volume total petali

yang

diamati adalah 3,14 x (0,8753 x 10

(jumlah

petak) x 1 mm = 24,04063 mm3. Pemacahm plankton dilakvkan dengan 10 lapang pan- Idedlikasi plankton dilakukan sampai tingkat germs d e w bantuan
(36)

3.6 Analisa data

3.6.1 Kdimpahan plankton OY)

Kelimpahan plankton dihitung berdasarkan metode 10 pandang di atas gelas obyek. Nilai kelimpahan d i n g dengan nrmus sebagai beribvt :

A C 1

N

= nr-r-r-

B D E

Dimana :

N = Kelim-jumlah total plankton C i d i )

n = Jumlah individu plankton

yang

tercacah

A = Volume Sedgwick-&.hr

Counting

Cell (1000 mm3 B = Volume total petak yang diamati (24,04063 mm3

C = Volume contoh yang tenariilg (100 ml) D = Volume d n g cell (1 ml)

E = Volume contoh yang disaring (100 L)

3.63 Lodeks keanekaragaman plankton

(H')

Indeks k- (H') mermnjukkan dishibusi i n d ~ d u - i i d i v i d u antar . spesies

yang

menggambarkan keseimbangan biologi dari organisme dalarn

komunitasnya. Jika Nlai indeks keawkaragamannya ti@, memtnjukkan

keseimbangan yang semakin baik. Keanekaragaman plankton dihitung dengan

me- indeks keanekaragaman Shanon - W~ener in Odum (1993) yaitu

Dimana :

H' = LndekskeanekaragamanShanon- Wiener Pi = niM

N = jumlah individu gewra ke-i

N

= jumlah total individu seluruh genera
(37)

3.63 Indeks keseragaman plankton Q

Keseragaman dapat d h t a k a n sebagai keseimbangan, yaitu komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam suah~ komunitas. Keseragaman

merupakan perbandingan antara indeks - k dan k e a n e h q a m a n maksimurn. Nilai keseragaman (Odum, 1993) dihitung dengan menggunalran

D i i :

E = Indekskesgagaman

H' = Indeks k- Shanon

-

Wiener

Hmax = N~lai keaoekaragaman maksimum =

Ins

S = Jumlah genus yang diternukan

Xlai indeks keseragaman suah~ populasi akan M s a r antara 0 - 1, pembagiao nilai terrebut memnjukkan keadaan kornunitas sebagai berikut :

(38)

Dari kiiarao nilai tenebut dapat kita lihat bahwa semakin kecil nilai

E,

semakio kecil juga keseragaman populasi yang b e r h penyebaran jumlab

individu

setiap

jenis tidak sama dan ada kecenderungm populasi terrebut .

.

didominasi oleh jenis spesies teatentu. Dermloan sehlhya, semakin besar nilai E maka populasi tenebut mermnjukkan keseragaman

yang

tinggi, yaitu jumlab

individu setiap jenis sama atau tidak beheda jauh @.egendre dan L.egendre, 1983).

3.6.4 Ind& dorninansi plankton @)

Dominansi jenis ditentukao dengan menggunakan indeks dominami Simpson in(Mum(1993)sebagai beribvt :

Dimam :

D = Indeksdominansi Pi = niM

ni = Jumlab individu g e m ke-i

N = Jumlah total individu seturuh gertera

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 - I. J i i nilainya mendekati 0,

baarti hampir tidak ada individu yang mendominami

dan

biasaoya diikvti d e w

nilai keseragaman

yang

besar. Sebaliknya, jika nilainya mendekati I, bexarti ada salah satu genera yang mendominmi dan nilai kya- semakin kecil.
(39)

V o l m ckmlbi MomJiI b (mg l m ' ) = ( ( 2 5 0 3 ~ ,5647) -(5,43x E664)-(2.666~ E630)) r

Volume air disaring

V o h c ctmatn' Momfl c (mglm') = ((24.52~ E630)-(7.60~ E647)-(567~ E664)) x

V o h c air mmsa7ing

Dimana :

M 3 0 = Niai absorbansi pada panjaog gelombang 630 nm

€647 = Niai absohansi pada panjaog gelombang 647 nm E664 = Niai absorbansi pada panjang gelombang 664 nm Volume Ekstralrsi = Votume larutan -on yang digunakan (L) Volume Air disaring = Volume air contob yang disaring ( m 3

3.6.6 Analisa pmgakoran prodoktivitas primer

Niai konsentrasi klorofil ini kemudian dikonvenikan untuk memperoleh nilai . .

laju produkrrvrtas primer menggunakan r u m Ryther

dan

Yentsch (1957) (Fogg. 1%3 in Riley dan Skirrow, 1975), dengan asumsi bahwa rumus w v i t a s primer, koefisien ekstingsi dan

graM:

f o t h e s i s relatif kedalaman bertahv juga

Dimana:

Klo =

Total

Klorofil (mglm3 3.7 = Koefisien asimilasi

k = Koefisien

chi+

(Riley, 1956 in Hill, 1%3) = 0,04

+

0,0088klo + 0,054klom

R

= Fotosintesis relarifkedalaman yang diukur

3.6.7 Hobongan p r o d o h i v h s primer d m g a n kandnngan nntrim (fosfat,

nitrat, ammonia dan silikat)

Untuk mengetahi pengaruh nyata atau tidak nyatanya kandungan numen

(40)

rrgresi Linear berganda Secara sistematjs p e ~ m a a n regresi linear berganda

dapat d i l i i seperti di bawah ini (Steel dan Tomie, 1989)

Dimana :

Y

=

Patbah

tak bebas Oaju produldivitas primer)

bo

= Koefisien konstaata

bl,

b,

hr

= Koefisien regresi

Xl,X2,

X L X

= Peubabbebas(kanduuganmrtrien) (fodat, nitrat, ammonia

dan

dikat )

Dari penamaan regresi linear bergamla ini dapat d i k e hubungan keeratao

kedua

peubah antara laju p r x & b w k i

. .

primer (peubah tidak bebas) dengan

kandungan mrbien W b a h bebas) deugan mmghhmg nilai koefisien korelasi (r). Jika semakin besar nilai koefisien ko&i (mendekati nilai 1)

oraka

a h

semakin
(41)

IV.

HASlL DAN PEMBAHASAN

4.1 ffirakteristik kuaIitas perairan

4.1.1 Sobu

Sub permulraan perairan

Muara

Angke pada pengmbilan wntoh pertama

memiliki kisaran antara 29 - 30,S°C dengan rata-rata pada Stasiun 1 sebesar 29,joC, pada Stasiun 2

sebesar

30,S°C dan pada Stasiun 3

sebesar

3O,O"C,

kemudian pada pengambilan wntoh keduq

suhu

penrmkaan perairan merniliki

kisaran antara 29 - 32OC dengan rala-izta pada Stasiun 1 sebesar 29, 7OC, pada

Stasiun 2 sebesar 3 1,3OC, dan pada Stasiun 3 sebesar 3 1, T C (Lampiran 1 dan 2). Nilai maia suhu permukaan dapat dilihat pada h b a r 2, dimana terlihai

f l d c i nilai rgata suhu penrmkaan pada pengambilan cornoh pertama dan kedua. 32.0 31.5 x 31.0 0

a 20.5 a

-

f

g

30.0 00

29.5

-

29.0

z

-

a 28.5

-

-

28.0

1 2 3

[image:41.530.59.444.42.775.2]

Stasiun

Gambar 2. Nilai rema suhu permukaan ("c) Perairan Muara w e , Teluk

Jalrarta

m e m t d m pengamatan (28 h4aret 2007 dan
(42)

Gambar 2 mehperlihatlrao bahwd terjadi perbedaan nilai mats suhu antar

stasiun pada kedua waktu pengambilan data. N i rersta suhu pmukaan perairan

Muara

Angke pada pengambilan contoh pwtama mengalami fikhlasi pada ketiga stasiun yang nda, dimana nilai rersta suhu penrmkaan pada Stasiun 2 lebih t h g i dibandingkan pada Stasiun I dan kemudian mengalami pemrnrnan

pada Stasiun 3. Nlai rera~a suhu p e a m h a n perairan Muara Angke pada

pengambilan contoh kedua mengalami kenaikan pada k d g a

stasiun

yang ada dari

arab

muara ke 11111. N~lai rerata suhu pada pengambilan wntoh kedua ini

menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan nilai suhu dari

arab

rrmara ke laut. Hal ini disebabkan oleh beberapa -or, seperti kondisi

-

dan waktu

pengambilan data suhu tersebut, mengin* pengambilan data ini dilaksanakan pada puhvl 10:00 - 14:00 WIB d i m intemitas matabari pada saat itu sangat

ting$.

Nilai rerata suhu permukaan pada pengambilan wntoh pertama lebih rendah dibandingkan dengan suhu pennukaan pada pengambilan contoh kedua.

D i w-or

cuaca

menyebabkan turunnya intensitas pams yang diterima di permukaan, akibatnya jumlah panas yang diserap juga sedikit bila dibandingkan dengan bulan pengamatan lainnya. Pehedaan nilai suhu pmukaan perairan yang ada kemungkinan disebabkan juga oleh keadaan awan yang menutup langit sehingga menghalangi jatllhnya sinar matahari ke arah penrmkaan perairaq &pun cuaca pada saat kedua walrtu pengambilan contoh d . w p panas.

Selain itu, pengambilan contoh pertama

yang

dilakukao saat perairan

mengalami pasang juga menyebabkan lebih derasnya arus laut sehingga terjadi

(43)

itu, nilai rrrata sutru permulraan perairan pada pengambilan contoh pertama

mengalami tluktuasi pada keiiga stasiun yang

ada

dari

arah

muara ke arah laut.

Pada

pengambilan contoh kedua, perairan sedang mengalami sum sehingga

arus

laut yang

ada

sangat keal

dan

nilai s u h pmukaan perairan menjadi heterogen. Hal ini dapat d i m dari kenaikan nilai rerata suhu pemnrkaao perairan pada ketiga siasiun yang ada dari arah muara ke

arah

hut. Akan tetapi perbedam

wakm pengambilan contoh (pasang

dan

m i ) tidak m e m b e d a hasil yang

berbeda jauh bagi nilai rerata suhu penrmkaan perairan. Hal ini dapat dilihai dari nilai kisaran suhu pemdaan yang tidak berbeda jauh, dimana nilai k i s m pada pengambilan contoh pertama antam 29 - 3 0 . m dan d a i kisaran pada

pengambilan contoh kedua antara 29 - 32OC.

Pada

a ddan akhir bulan p d i h a n I, tertihat dari Gambar 2 bahwa s u h

permukaan perairan mengalami kenailran

dari

tiap pengambilan data. Mermnrt Soegiarto

dan

B i o w o (19751 suhu lapisan permukaan di perairan Indonesia berkisar antam 26 - 30 OC.

Pada

data hasil penguhman, terdapai beberapa hasil

p e a g h m i suln~ yang nilainya lebih

dari

30°C. Selain oleh panas m t a h i , variasi suhu penrmkaan perairan juga disebablran oleh adanya faktor lain yaitu keadaan a- iklirn, angin, p e q p q m q amah hujan, arus

lauf

dan pertulraran massa air, baik mendatar maupun meaegak.

4.13 Kadalaman

Hasii pengukvran kedalaman di sekitar lokasi penelitian menunjuklran L-isaran

kedalarnan pada pengambilan contoh pertama antam 3,86 - 7,95 m dan pada

peagambilan contoh kedua bertjsar antam 3,97 - 8,09 m (Lampiran I dan 2).

(44)

bahua Nlai kedalaman terendah terletak pada Stasiun I dan nilai kedalaman tertinggi terletak pada Stasiun 3, baik pada pengambilan contoh pertama maupun kedua. Semakin ke arah laut, maka Nlai kedalaman

a h

se&n

rim.

Hal ini didulrung oleh tipe dasar perairan Tetuk Jakarta, dimana dasar perairan akan

semakin melandai ke arah Utara mermju Laut Jawa.

[image:44.530.59.443.29.784.2]

I

I

Gambar 3. Nilai kedalaman (m) Perairan ~Muara Angke, Teh& Jakarta menurut v . a h pengamatan (28 h4am 2007

dan

27 h4ei 2007) Pengamatan kedalaman perairan Muara Angke pada Stasiun 1.2, dan 3 seharusnya mermnjukkan adanya variasi lrarena perbedaan kondisi pasang dan

surut pada wal,?~ pengambilan data. Akan tetapi dari data yang ada, perbedaan kondisi pasang

dan

m i ini tidak mermnjukkan nilai kedalaman yang babeda. Selain karena Fah?or alat tabawa arus (kemiringan tali sampai ke dasar pemimn), perubahan muka laut &bat tingginya gelombang saat pengamatan bisa juga

menjadi penyebab meningkatnya atau memrrunnya tiq@ kedalaman

rn

(45)

4.13 Salinitas

Nilai d i n i t a s pada pengambilan contoh pertama berkisar anlam 4- 29 %

dan

pada pengambilan contoh kedua berkisar

antara

4 - 29 %. d i n i t a s

perrnukaan pgairan mengalami flu- baik pada biap stasiun maupun pada tiap 4.- pengambilan data, sedangkan nilai salinitas perairan pada kedalaman 1,5 m

dan

3 m tidak mengalami fluktuasi yang sangat besar karena dangkahya perairan tenebut yang menyebabkan perairan menjadi homogen. Ruhhlasi nilai rrrata

salinitas perairan Muara Angke pada pengambilan c o m h pertama dapat dilihat pada Gambar 4.

[image:45.527.54.445.239.769.2]

Garnbar 4. S l a i rerata d i n i t a s (%) Peiairan h4uara Anglte, T e M Jakarta menurut kedalaman pada tanggal 28 Mares 2007

Gambar 4 memperlihatkan bahwa nilai salinitas penrmkaan S t a s ~ n 1 pada pengambilan contoh pertama M s a r antara 4 - 6 % dengan nilai rerata salinitasnya adalah 5 % (Lampiran 1 dan 2). Mlai salinitas yang rendah ini disebabkan larena masih hvatnya pengaruh air tawar yang dibawa oleh arus

sungai dan juga disebabkan oleh p e n g e m akibat pengaruh dari air sullpai.

(46)

Nilai dinitas Stasiun 1 kedalaman 1.5 m berkisar antara 21 - 23 % d a g p nilai

rerata 2%. Rerata nilai salinitas pada Stasiun I kedalaman 3 m juga tidak

berbeda jauh d e w kedalaman 1.5 m, yaitu sebesar 23 %. Hal ini mermnjukkan bahwa salinii rnemiliki fluktuasi yang tidak tdalu besar dengan kedalaman

yangdaogkal-

N'ai dinitas permukaan Stasiun 2 pada pengambilan coutoh pertama berkisar antara 14 - 16 % dengao nilai remta 15 % (Gambar 4). D e q p ~ nilai rerata salinitas sebesar 15 %, maka Stasiun 2 masih termasuk pada perairan p a p . Kisaran dan mata nilai salinitas StasNn 2 kedalaman 1.5 m memiliki nilai

yang sama d e w Stasiun 2 kedalaman 3 m, yaitu sebesar 28

-

29 %o dan 28 %. Menurut lllahude (1980). nilai dinitas di Teluk Jakarta berkisar antara 28 - 32

%, yang mermnjukkan bahwa pada Stasiun 2 dengan kedalaman 1,s m dan 3 m ini sudah menrhkung unruk kehidupan f i t ~ p l ~ o n .

Nlai kisaran dinitas penmhan Stasiun 3 pada pengambilan coutoh pertama menrpakan nilai salinitas penrmkaan tertinggi dari seluruh stasiun karena letaknya berada paling j a b dari pa& atau muara dan memperoleh pengaruh laut yang dominan dibandingkan d mstasiun lainnya. Nilai dinitas permukaan pada

s t a s ~ n ini M s a r antara 24 - 27 %o dmgan nilai mata 25 %. N~lai dinitas

pada Stasiun 3 kedalaman

1,s

m berkisar

antara

28 - 29 % dengan nilai m t a

sebesar 29 %, dan oilai salinitas pada StasNn 3 kedalaman 3 m berkisar antara 28

- 2 9 % d ~ ~ l a i r e m t a ~ e b e s a r 2 8 % .

Gambar 4 mermnjukkan bahwa nilai salinitas pemrukaan pada pengambilan cordoh pertarna meogalami kenaikan pada keiiga stasiun yang ada dari arab muara

(47)

di d a d muara atau pa& sehingga stasiun pada d a d tersebut memiliki nil&

salinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun yang terleiak pada d a d

hut. dinitas pada kedalaman 1,5

m

dan 3 m tidak rnemnjukkan adanya

variasi yang besar, ha1 ini mermnjukkan bahwa dinitas pada kedalaman 1.5 m dan 3 m rnemiliki fluktuasi yang tidak terlalu besar deogan pgairan yang dangttal.

Hal ini disebabkan karena peraimn pada kedalaman 1.5 m

dan

3 rn bersifd heterogen dan massa air pada pgairan ini telab tercampur dengan baik.

1 2 3

[image:47.523.33.453.26.617.2]

Stasiun

Gambar 5. Nilai rerata dinitas (%o) Peaaitan X4ua1a Angke, Teluk Jakarta m e m t kedalaman pada tanggal 27 Mei 2007

Flulrtuasi nilai rerata salinitas pemimn lMuaFa Anglie pada pengambilan contoh kedm dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 mempdihatlran bahwa nilai d i n i t a s pemrukaan Stasiun 1 pada penpnbilan contoh kedm berkisar

antara 4 - 6 %o dengan nilai rerata sebesar 5 %o (Lampiran

I

dan

2). Nilai rerata salinitas penrmkaan ini sedikit lebih tinggi dibandillgkan dengan nilai dinitas
(48)

pengambilan wntoh pertama Pada

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi pewlitian dan titik stasiun pengambih contoh pada
Tabel 2. Parameter fisikakimia-biologi pgairan yang d i b  beserta alat dan
Gambar 2. Nilai rema suhu permukaan ("c) Perairan Muara w
Gambar 3. Nilai
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah dibuat, pemain yang berada di dua kota yang berbeda yakni setengah pemainnya latihan di Kota Bandung dan setengahnya lagi latihan di Kota Sukabumi, pelatih

Pada tahun 2015, Fakultas Syariah berhasil mendirikan jurusan Hukum Tata Negara (siyasah) yang pengesahannya mendasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor :

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Banjarbaru mempunyai maksud sebagai dokumen perencanaan pembangunan yang memberikan rumusan strategi, arah kebijakan

Sebagai gambaran interaksi pelaksanaan tugas berbasis teknologi informasi dan komunikasi maka pelaksanaan tugas pada Bagian Rumah Tangga Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian

Kedua, Pola Interaksi Decesional Yaitu Pola pertentangan yang berlangsung pada perumusan (KUA) dan (PPAS) sehingga mengakibatkan keterlamabatan penetapan APBD, pola

3.5.1 Pemohon daftar masuk ke dalam sistem ePermit dan melengkapkan semua maklumat permohonan yang diperlukan. 3.5.2 Pemohon memilih item yang hendak

–Dokumen/maklumat/bahan rasmi yang mesti diberi perlindungan untuk kepentingan keselamatan dan bertanda dengan suatu peringkat keselamatan Buangan Terperingkat... –Semua

Dita, Sonia, Aldia, Ipul, Aya, Fahrul, Arsiadi Finalisasi konsep pengelolaan dan pembiayaan kawasan Ruang Studio Gedung PWK Undip 36 4 Juni 2012. Asistensi final konsep