• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpuscommunis)Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpuscommunis)Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS PADA

TANAMAN SUKUN (

Artocarpuscommunis

)di DAERAH

TANGKAPAN AIR DANAU TOBA KECAMATAN

HARANGGAOL HORISON KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh:

RACHEL C.M SIREGAR 111201149/BUDIDAYA HUTAN

PRORGAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpus communis) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecematan Harang Gaol

Nama : Rachel C.M Siregar

NIM : 111201149

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Affifuddin Dalimunthe, SP., MP

Ketua Anggota

Dr. Budi Utomo, SP., MP

Mengetahui

(3)

ABSTRACT

RACHEL CORRY MARINI SIREGAR. The Using of Various Doses of Compost for Breadfruit Plant (Artocarpus communis) in Lake Toba Catchment Area District of Haranggaol Horison Simalungun. Under Academic Supervision of

AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

The condition of critical land in Lake Toba Catchment Area is the cause of the soil unfertility and impact on crops. Breadfruit plant that can grow in all types of soil and improving productivity and useful in the greening. Compost is one of the organic fertilizer which can improve soil structure that can support plant growth.

This study aims to determine the dosage of compost on seedling growth breadfruit plant (Artocarpus communis), and improve the ability of growth of crops in the field. This research was conducted in the Village District of Haranggaol Horison, Simalungun North Sumatra, which begins in September 2014 to November 2014 by using a non factorial randomized block design with treatment are 0 g, 100 g, 200 g, 300 g, 400 g , 500 g, 600 g, 700 g, 800 g, 900 g, 1000 g with four replications. The results showed that the addition and using compost did not significantly affect to the height, diameter, number of leaves, leaf area, and the vast canopy water content on plant. However, the viability of the plant reaches 97.73% indicates breadfruit plant can grow. Giving compost at a dose of 700 grams gives the best growth of the plants of breadfruit plant (Artocarpus communis). And C / N ratio showed good results in the amount of 12.47; 13.83; 13.68 as equal to the C / N ratio that allows the plants to absorb soil nutrients.

(4)

ABSTRAK

RACHEL CORRY MARINI SIREGAR. Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (ArtocarpusCommunis) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.Di bawah bimbingan akademikoleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.

Kondisi lahan kritis di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba merupakan penyebab turunnya kesuburan tanah dan berdampak terhadap tanaman. Tanaman sukun yang dapat tumbuh di segala jenis tanah dan membantu dalam meningkatkan produkvifitas dan bermanfaat dalam penghijauan. Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dapat memperbaiki struktur tanah yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian kompos pada pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis), dan meningkatkan daya tumbuh tanaman di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan November 2014 dengan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial (RAK) dengan perlakuan 0 g, 100 g, 200 g, 300 g, 400 g, 500 g, 600 g, 700 g, 800 g, 900 g, 1000 g dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun dan kadar air. Namun, kemampuan hidup tanaman mencapai 97,73 % menunjukkan sukun dapat tumbuh. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 700 gram memberikan pertumbuhan terbaik terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis). Dan rasio C/N menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 12,47; 13,83; 13,68 karena sama dengan rasio C/N tanah yang memudahkan tanaman menyerap unsur hara.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Januari 1993 dari ayah Udeman Siregar dan ibu Rosemary C.D Sihombing Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini adalah Pendidikan Dasar di SD Negeri 087981 Sibolga (1999 – 2005). Pendidikan Lanjutan di SMP Negeri 5 Sibolga (2005 – 2008), Pendidikan Menengah di SMA N 1 MATAULI Pandan (2008 – 2011) dan pada tahun yang 2011 penulis diterima masuk di Fakultas Pertanian USU melalui jalur UMB. Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis aktif sebagai anggota Komunitas Mahasiswa Kristen (KMK) USU periode 2011 - 2015. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan Tongkoh pada tahun 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur (02 Februari-03 Maret 2015).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (ArtocarpusCommunis) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis kompos pada pertumbuhan bibit sukun

(Artocarpus communis), dan meningkatkan daya tumbuh tanaman di lapangan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada komisi pembimbing penulis yaitu Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Budi Utomo, SP., MP. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai, juga kepada Dr. Muhdi., S.Hut., M.Si dan Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P sebagai dosen penguji dalam skripsi penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayah Udeman dan ibu Rosemary C.D Sihombing dan keluarga Daniel D.P Siregar (abang), Ronald G.H Siregar (abang) dan Nobelia L.M Siregar (adik) sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Sahabat-sahabat terkasih Frieda Sitepu, Ricky Halomoan Gea, Darmanto Ambarita, Frisco Panahatan Simanjuntak, Meita Endasura Ginting, Nico Christian dan Frisca Sitorus yang selalu menemani dalam penelitian ini.

(7)

Ariansyah Siregar dan Jordy. Dan juga kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Teman-teman di program studi kehutanan khususnya stambuk 2011, serta seluruh pegawai di program studi Kehutanan.

(8)

DAFTAR ISI

Parameter Pengamatan ... 16

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.

Peta Lokasi Penelitian ... 13

2.

Grafik Pertambahan Tinggi Sukun (Artocarpus communis) ... 20

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.

Hasil Pengamatan Sukun dengan Berbagai Perlakuan ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm) Sukun .... 36

2.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Diameter (cm) Sukun ... 36

3.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Jumlah Daun Sukun .. 37

4.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Luas Daun Sukun ... 37

5.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Luas Tajuk Sukun ... 38

6.

Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Kadar Air Sukun ... 39

7. Informasi Curah Hujan Haranggaol dan Sekitarnya Tahun 2014 ... 39

8.

Tanaman Sukun yang mengalami Kematian pada Pengukuran Ke - IX ... 40

9. Rasio C/N Kompos Bernas ... 40

10.

Warna Daun Sukun ... 41

(13)

ABSTRACT

RACHEL CORRY MARINI SIREGAR. The Using of Various Doses of Compost for Breadfruit Plant (Artocarpus communis) in Lake Toba Catchment Area District of Haranggaol Horison Simalungun. Under Academic Supervision of

AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

The condition of critical land in Lake Toba Catchment Area is the cause of the soil unfertility and impact on crops. Breadfruit plant that can grow in all types of soil and improving productivity and useful in the greening. Compost is one of the organic fertilizer which can improve soil structure that can support plant growth.

This study aims to determine the dosage of compost on seedling growth breadfruit plant (Artocarpus communis), and improve the ability of growth of crops in the field. This research was conducted in the Village District of Haranggaol Horison, Simalungun North Sumatra, which begins in September 2014 to November 2014 by using a non factorial randomized block design with treatment are 0 g, 100 g, 200 g, 300 g, 400 g , 500 g, 600 g, 700 g, 800 g, 900 g, 1000 g with four replications. The results showed that the addition and using compost did not significantly affect to the height, diameter, number of leaves, leaf area, and the vast canopy water content on plant. However, the viability of the plant reaches 97.73% indicates breadfruit plant can grow. Giving compost at a dose of 700 grams gives the best growth of the plants of breadfruit plant (Artocarpus communis). And C / N ratio showed good results in the amount of 12.47; 13.83; 13.68 as equal to the C / N ratio that allows the plants to absorb soil nutrients.

(14)

ABSTRAK

RACHEL CORRY MARINI SIREGAR. Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (ArtocarpusCommunis) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.Di bawah bimbingan akademikoleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.

Kondisi lahan kritis di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba merupakan penyebab turunnya kesuburan tanah dan berdampak terhadap tanaman. Tanaman sukun yang dapat tumbuh di segala jenis tanah dan membantu dalam meningkatkan produkvifitas dan bermanfaat dalam penghijauan. Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dapat memperbaiki struktur tanah yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian kompos pada pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis), dan meningkatkan daya tumbuh tanaman di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan November 2014 dengan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial (RAK) dengan perlakuan 0 g, 100 g, 200 g, 300 g, 400 g, 500 g, 600 g, 700 g, 800 g, 900 g, 1000 g dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun dan kadar air. Namun, kemampuan hidup tanaman mencapai 97,73 % menunjukkan sukun dapat tumbuh. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 700 gram memberikan pertumbuhan terbaik terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis). Dan rasio C/N menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 12,47; 13,83; 13,68 karena sama dengan rasio C/N tanah yang memudahkan tanaman menyerap unsur hara.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau Toba merupakan salah satu objek wisata yang berada di Sumatera Utara yang fungsi ekologinya sangat penting diperhatikan karena berpengaruh terhadap kawasan hutan disekitarnya. Fungsi ekologi yang tidak seimbang menyebabkan kawasan hutan membentuk lahan kritis yang sangat berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman yang berada didalamnya.

Lahan kritis merupakan tanah yang mengalami atau dalam proses kerusakan kimia, fisik dan biologi yang dapat mengganggu atau kehilangan fungsinya di dalam lingkungan. Lahan kritis adalah lahan/tanah yang saat ini tidak produktif karena pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak/kurang memperhatikan syarat-syarat konservasi tanah dan air sehingga menimbulkan erosi, kerusakan-kerusakan kimia, fisik, tata air dan lingkungannya (Soedarjanto dan Syaiful, 2003).

Sosok pohon sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam tetapi cukup kokoh sehingga cocok untuk tanaman penghijauan. Tanaman sukun juga membantu meningkatkan produktivitas lahan kering dan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan untuk mencegah erosi (Ismail, 1979).

Pohon sukun dapat tumbuh hampir di segala jenis tanah, kecuali tanah berkadar garam tinggi. Namun pertumbuhan sukun akan lebih baik pada tanah aluvial yang dalam dengan drainase yang cukup, lembab dan kaya humus (Alrasjid, 1993).

(16)

berlebihan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan juga dapat mencuci unsur hara yang terdapat dalam tanah atau bahan organik buatan seperti kompos yang sudah ditambahkan didalam tanah yang sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan sebuah tanaman. Begitu juga halnya dengan kekurangan air dapat juga menurunkan fungsi morfologis dan juga fisiologis pada tanaman. Persediaan air yang cukup akan membantu menjaga kestabilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan juga menjaga keseimbangan kebutuhan tanaman untuk metabolismenya.

Selain fungsi morfologi dan fisiologi tanaman, salah satu yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bahan organik yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti kompos. Kompos merupakan salah satu bahan organik yang dapat memenuhi kebutuhan sebuah tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kompos adalah pupuk organik yang terbentuk melalui proses dekomposisi atau fermentasi sisa-sisa bahan organik yang berasal dari tanaman maupun hewan.

(17)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian dosis kompospada pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis), dan meningkatkan daya tumbuh tanaman di lapangan.

Hipotesis Penelitian

Dosis kompos yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit sukun (A. communis) di lapangan.

Manfaat Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Sukun (Artocarpus communis)

Sukun merupakan jenis tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia dan mudah dibudidayakan masyarakat. Tanaman sukun memiliki bunga yang relatif besar dan memiliki tandan bunga. Adapun klasifikasi Sukun A. communis

menurut Triwiyatno (2003) adalah :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Urticales

Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis

Sukun dapat tumbuh baik pada daerah tropis basah, cocok pada iklim yang panas (suhu 20o-40o) dan lembab (curah hujan 2000-3000mm). Batas letak lintangnya kira-kira antara 170o LU dan LS. Pohon sukun lebih cocok di dataran rendah sekitar ekuator (dibawah mdpl). Iklim makro yang sangat ideal untuk pertumbuhan sukun adalah tempat terbuka dan banyak menerima sinar matahari. Didaerah yang ternaung atau daerah yang sering berkabut kurang cocok untuk pertumbuhan sukun. Sebagai indikator kesesuaian iklim adalah apabila tanaman kluwih dapat tumbuh makan sukun juga dapat tumbuh (Dephut, 2003).

(19)

hidup baik namun untuk menghasilkan pertumbuhan terbaik menghendaki kondisi tanah subur, gembur, bersolum dalam dan banyak mengandung humus, serta air tanahnya dangkal, pohon sukun tidak cocok dikembangkan pada tanah berkadar garam (NaCl) tinggi (Dephut, 1995).

Deskripsi Sukun (Artocarpus communis)

Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 m, kulit batangnya hijau kecoklatan, daun berbentuk oval memanjang, dan tulang daun menyirip simetris, ujung daun meruncing dan tepi daun bercangap simetris dan kadang-kadang siripnya bercabang (Dephut, 1995).

(20)

Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar menyebar di dekat permukaan tanah. Pada tanaman yang sudah tua, sebagian akar tersebut menyembul ke permukaan tanah (Triwiyatno, 2003).

Kompos

Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatasan-pembatasan tanah untuk pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah yang berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Konsep kesuburan tanah menekankan telaah pada faktor tanah, khususnya pada segi-segi yang terkait dengan penyediaan anasir hara bagi tanaman. Kemampuan menyediakan anasir hara ini melibatkan berbagai proses yang dikendalikan oleh faktor tanah dan lingkungannya (Damanik et al, 2010).

(21)

Kemampuan tanah menyediakan unsur hara, ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah (BOT) dan kelengasan tanah. Tanah-tanah entisol biasanya bertekstur pasir atau pasir berlempung dan kandungan BOT-nya rendah, sehingga kemampuannya menyimpan air tersedia juga rendah. Struktur, tekstur, dan ruang pori tanah juga mempengaruhi daya simpan air-tersedia (Zurkanain et al, 2013).

Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Sedangkan pemupukan merupakan pemberian/penambahan bahan-bahan/zat-zat kepada kompleks tanah-tanaman untuk memperlengkapi keadaan makanan/unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya (Mulyani, 2002).

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Salah satu jenis pupuk organik yaitu kompos. Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal manjur untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium (Lingga dan Marsono, 2005).

(22)

porositas, aerasi, komposisi mikro-organisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, mencegah lapisan kering pada tanah, menghemat pemakaian pupuk kimia menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia bersifat multiguna dan multilahan (Murbandono, 2000).

Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung dan sabut kelapa. Beberapa kegunaan kompos adalah:

• Memperbaiki struktur tanah.

• Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.

• Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.

• Memperbaiki drainase dan pori-pori tanah dalam tanah. • Menambah dan mengaktifkan unsur hara

(Susetya, 2010).

Pembuatan kompos pada hakikatnya ialah menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah digunakan sebagai pupuk. Tumpukan bahan-bahan mentah (serasah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dll.) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian atau dengan lain perkataan telah terjadi perubahan-perubahan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos) (Mulyani, 2002).

(23)

tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Cara membuat kompos bervariasi. Namun, pada dasarnya cara pembuatannya sama, yaitu mengubah bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik atau siap diserap tanaman. Terjadinya perubahan pada bahan kompos tersebut disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau bakteri pembusuk. Oleh karena itu, salah satu kunci agar didapat kompos yang berkualitas baik adalah cara merangsang dan mengembangkan bakteri-bakteri pembusuk (Marsono dan Sigit, 2005).

Rasio C/N

Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau atau berbau seperti tanah, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Rasio C/N menentukan keberhasilan proses pengomposan karena prinsip pengomposan adalah menurunkan rasio C/N bahan organik menjadi sama dengan rasio C/N tanah. Agar dapat diaplikasikan ke tanah, rasio C/N kompos harus sesuai dengan rasio C/N tanah yakni antara 8-15 atau rata-rata 10-12 (Indriani, 2011).

Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga menjadi 12 – 15 dan dianggap kompos yang berkualitas baik karena unsur hara yang terikat pada humus telah dilepaskan melalui proses mineralisasi sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut:

 Nitrogen 0,1-0,6%

(24)

 Kalium 0,8-1,5%

 Kalsium 0,8-1,5%

Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara. Dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman (Novizan, 2005).

Ketersediaan hara dalam tanah yangcukup dapat mendukung pertumbuhan danproduksi tanaman yang tinggi. Serapan haraoleh tanaman tergantung pada konsentrasi haradalam tanah. Ketersediaan hara N dalam tanahdipengaruhi oleh laju mineralisasi bahanorganik, sehingga perlu dipelajari hubunganantara parameter kinetika mineralisasi Ndengan ketersediaan hara N dan serapan N oleh tanaman (Wijanarko, et al. 2012).

Peran Air Bagi Suatu Tanaman

Tanaman untuk pertumbuhannya memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman, udara, dalam hal ini CO2, dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan

karbohidrat yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Agar proses fisiologi tanaman dapat berlangsung dengan baik diperlukan keadaan fisik, dalam hal ini suhu dan udara, dan kimia yang cocok (Islami dan Utomo, 1995).

(25)

tanaman supaya konstan, evaporasi air (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan (Gardner, et al., 1991).

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerusakan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1991).

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Islami dan Utomo, 1995).

(26)

Kondisi Iklim dan Letak Geografis

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854 Ha, terdiri dari 190.3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 Ha daratan Pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 Ha berupa perairan Danau Toba (luas permukaan) (ITB, 2001).

Sebagian perairan Danau Toba di sebelah utaranya termasuk kedalam wilayah Kabupaten Simalungun dengan kota di tepi danaunya adalah Haranggaol dan Parapat. Sebelah barat laut Danau Toba termasuk wilayah Kabupaten Tanah Karo dengan kota di tepi danau adalah Tongging. Sedangkan di sebelah barat Danau Toba adalah wilayah Kabupaten Dairi dengan kota di tepi danau adalah Silalahi (Sagala, 2012).

Wilayah daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba merupakan bagian daribentang alam Rangkaian Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang arah barat laut -tenggara dengan punggung dan lembah-lembah yang tidak teratur, yang memilikipuncak dengan ketinggian antara 2000-3000 mdpl. Wilayah DTAToba didominasi olehkelas kemiringan lereng landai (3% – 8%) dengan luas area 30% dari seluruh luas DTAToba, kelas kemiringan kedua ditempati oleh kelas agak miring (8 – 15%) yangmencapai 20,5%, dan daerah dengan kemiringan sangat curam hampir dijumpai disekeliling danau yang mencapai 4,5% dari luas DTA.Tutupan lahan merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perairan danau.Pola penggunaanlahan dapat menimbulkan kerusakan/pencemaran lingkungan apabila dipergunakanmelampui batas (Lukman

(27)

Kawasan Danau Toba Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara memiliki luas 9,75 km2, secara administratif terletak pada 2° 69’ LU dan 98° 92’ BT. Secara fisik, kawasan Danau Toba memiliki tipe iklim A berdasarkan Schmidt Fergusson, yaitu kondisi bulan basah (curah hujan ≥ 200 mm/bulan) terjadi 3 -9 bulan,sedangkan bulan kering (curah hujan ≤ 100 mm/bulan) terjadi 2-3 bulan per tahun. Suhu udara rata-rata selama tahun 1992-1996 (selama 5 tahun) berkisar 20,63-21,46ºC sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79-95 %. Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horison berada pada ketinggian ± 1000 mdpl. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya kawasan Danau Toba memiliki topografi datar, bergelombang dan terjal (Taringan, 2013).

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba di Desa Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan November 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun(A.communis), kompos bernas, media top soil dan kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, timbangan, camera digital, alat tulis, kalkulator, penggaris, jangka sorong, pisau cutter danprogramImage J.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non – Faktorial dengan 11 perlakuan yaitu:

(29)

A9 = Dosis 900 gr untuk setiap bibit A10 = Dosis 1000 gr untuk setiap bibit

Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali sehingga didapat jumlah bibit sukun sebanyak 44 bibit. Model linier Rancangan Acak Kelompok yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

���=�+��+��+���

Keterangan :

Yij = Respon yang diamati pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i

βj = Pengaruh kelompok pada taraf ke-j

εij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan pengaruh kelompok ke-j

Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Bibit Sukun

Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang berasal dari daerah daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan dengan tinggi rata-rata yaitu 47,93 cm.

2. Penyiapan Lubang Tanam

(30)

3. Penanaman Bibit Sukun

Bibit sukun kemudian ditanam sesuai dengan lubang tanam yang telah dibuat dan diberi label sesuai dengan perlakuan pada setiap bibit yang telah ditanam.

4. Pemberian Dosis Kompos

Kompos yang digunakan dapat diperoleh dari toko. Disekitar bibit tanaman sukun (A. communis) diberi lubang dengan kedalaman 5–10cm.

Parameter Pengamatan

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter yang dikurangi terhadap data awal.Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011). Parameter yang diamati antara lain adalah: a. Pertambahan tinggi (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal sampai titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan benang dan penggaris. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.

b. Diameter batang (cm)

(31)

c. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung di akhir penelitian. Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang paling bawah hingga daun yang berada disekitar pucuk tanaman yang sudah terbuka sempurna. Menghitung daun dilakukan dua minggu sekali.

d. Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terakhir dari setiap bibit sukun. Daun terlebih dahulu difoto, kemudian di-scan untuk mendapatkan pengukuran luas daun dengan menggunakan programsoftware komputerImage J.

e. Luas Tajuk (cm2)

Pengamatan luas tajuk dilakukan di akhir pengambilan data. Tajuk terlebih dahulu difoto, lalu discan ke komputer, selanjutnya dihitung dengan menggunakan program software komputer Image J.

f. Warna Daun

Warna daun, diamati pada satu helai daun pertanaman yang berbeda. Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian

g. Persen hidup bibit

(32)

Pi = ni N

x100%

(Sumber: Wahyudi, 2012) Keterangan:

Pi = Persen tumbuh bibit ni = Jumlah bibit yang hidup N = Jumlah bibit yang ditanam h. Rasio C/N

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sukun (Artocarpus communis), yang dilakukan selama 90 hari menunjukkan perbedaan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, tajuk daun dan kadar air daun yang dapat dilihat dibawah ini: Tabel 1. Hasil Pengamatan Sukun dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Tinggi

(*) : Perlakuan Kompos (11) : Skor Tertimggi (1) : Skor Terendah

1. Tinggi Bibit Sukun

Dari pengamatan yang dilakukan selama 90 hari diperoleh hasil pengukuran tinggi tanaman sukun (A. communis) yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda. Tanaman sukun (A. communis) yang yang diberi beberapa perlakuan kompos memiliki pertumbuhan tinggi yang lebih tinggi dan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Tabel 1). Tanaman sukun (A.

communis) yang memiliki pertambahan tinggi yang paling tinggi adalah perlakuan

(34)

yang terendah terdapat pada tanaman sukun dengan perlakuan pemberian kompos 100 gram (A1) sebesar 5,9 cm.Grafik pertambahan tinggi setiap minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pertambahan Tinggi Sukun (Artocarpus communis)

2. Diameter Bibit Sukun

(35)

Gambar 3. Grafik Pertambahan Diameter Sukun (Artocarpus communis)

3. Jumlah Daun

Pengamatan terhadap jumlah daun sukun(A. communis) menunjukkan perubahan jumlah daun pada semua perlakuan (Lampiran 3). Jumlah daun tertingggi terdapat pada perlakuan 700 gram (A7) dan perlakuan 1000 gram sebanyak 5 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan 0 gram, 100 gram, 400 gram, 600 gram dan 800 gram yaitu sebanyak 4 helai

Gambar 4. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Sukun (Artocarpus communis)

(36)

4. Luas Daun

Pengamatan dan pengukuran terhadap pertambahan luas daun sukun(A.

communis) menunjukkan perubahan luas daun pada semua perlakuan (Lampiran

4). Luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan 700 gram (A7) sebesar 67,93 cm2, sedangkan luas daun terendah terdapat pada perlakuan 0 gram (A0) sebesar 18,80 cm2.

Gambar 5. Grafik Pertambahan Luas Daun Sukun (Artocarpus communis)

5. Luas Tajuk

Pengamatan dan pengukuran terhadap pertambahan luas tajuksukun(A.

communis) menunjukkan perubahan luas tajukpada semua perlakuan (Lampiran

(37)

Gambar 6. Grafik Pertambahan Luas Tajuk Sukun (Artocarpus communis)

6. Kadar Air

Pengamatan yang dilakukan selama 90 hari diperoleh hasil pengukuran kadar air tanaman sukun (A. communis) yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda. Tanaman sukun (A. communis) yang memiliki kadar air tertinggi terdapat pada 700 gram (A7) sebesar 87,11%, sedangkan yang terendah terdapat pada tanaman sukun tanpa perlakuan (A0) sebesar 78,37%. Grafik kadar air sukun dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Persentase Kadar Air Sukun (Artocarpus communis)

(38)

7. Warna Daun

Tabel 2. Hasil Pengamatan Warna Daun Sukun

Perlakuan Warna Daun Luas Daun (cm2) Ranking

A0 (kontrol) 18,29 11

A1 (100gr) 51,78 3

A2 (200gr) 59,16 2

A3 (300gr) 34,66 7

A4 (400gr) 27,82 9

A5 (500gr) 35,50 5

A6 (600gr) 23,47 10

A7 (700gr) 67,92 1

A8 (800gr) 35,39 6

A9 (900gr) 31,64 8

A10 (1000gr) 50,53 4

(39)

Pembahasan

Aplikasi kompos terhadap tanaman sukun (A. communis) menunjukkan perbedaan hasil pada setiap perlakuan, yang dapat diamati melalui parameter tinggi. Hasil sidik ragam pada parameter tinggi tanaman sukun (A. communis) menunjukkan bahwa aplikasi kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman sukun. Begitu juga hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kompos pada tanaman sukun (A. communis) menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter sukun dan juga terhadap jumlah daun sukun. Pertambahan tinggi, diameter dan juga jumlah daun tanaman sukun yang tidak berpengaruh nyata diduga karena ketersediaan air pada tanah yang cukup. Ketersediaan air yang cukup untuk kebutuhan tanaman sukun merupakan hal yang dibutuhkan tanaman dalam melaksanakan aktifitas morfologis atau fisiologis seperti proses fotosintensis. Menurut Islami dan Utomo (1995), bahwa unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman, udara, dalam hal ini CO2, dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan

karbohidrat yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman agar proses fisiologi tanaman dapat berlangsung dengan baik.

(40)

seperti tinggi, diameter maupun buah yang akan dihasilkan. Peningkatan pada luas daun dapat dipengaruhi oleh ketersediaan air pada tanah, unsur hara dan sifat genetik tanaman.

Pertumbuhan tanaman seringkali dinyatakan berdasarkan luas daun karena permukaan daun merupakan organ utama tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik yang dihasilkan kompos dalam memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman. Selain itu bahan organik dapat mensuplai unsur hara terutama N, P dan K. Semua unsur-unsur tersebut memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme tanaman (Pujisiswanto dan Pangaribuan, 2008).

Menurut Nurkhasanah (2013),selain intensitas cahaya matahari, ketersediaan air juga penting terhadap daya tumbuh tanaman untuk menghasilkan luas daun dan berat kering total tanaman yang optimum. Doorenbos dan Kassam (1979) menyatakan bahwa ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman, diantaranya untuk peningkatan luas daun. Kondisi lapangan yang menunjukkan ketersediaan air yang cukup bagi pertumbuhan tanaman sukun. Kemampuan tanaman dalam menyerap air berbeda-beda sehingga menimbulkan luas daun yang berberbeda-beda-berbeda-beda antar setiap perlakuan.

(41)

udara.Berdasarkan uji lanjutan DMRT 5% menunjukkan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan rataan luas tajuk antar perlakuan (Lampiran 5) tidak berbeda secara signifikan.

Kadar air sukun (A. communis) beragam pada setiap perlakuan, tanaman sukun (A. communis) yang memiliki kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A7 sedangkan yang terendah terdapat pada tanaman sukun tanpa perlakuan. Namun, pemberian kompos terhadap tanaman sukun tidak berpengaruh nyata. Tingginya kadar air dalam tanaman merupakan komponen penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan merupakan komponen yang terlibat dalam proses fotosintesis. Berdasarkan pernyataan Kramer (1963) bahwa air berfungsi sebagaipenyusun utama jaringan yang aktif mengadakan kegiatanfisiologis, juga berperan penting dalam memelihara turgiditasyang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan sel. Dan hal ini juga dipengaruhi karena adanya pengaruh dari kompos yang dapat mengikat air.

(42)

Padakeadaan yang cukup air perkembangan akar akanlebih baik dan dapat menyerap unsur hara yangtersedia. Hal ini dijelaskan oleh Jasminarni (2008) adanya air yang cukup akan menyebabkanlebih banyak tersedia unsur hara dalam larutan airtanah, akibatnya proses penyerapan unsur hara danfotosintesis berjalan dengan lancar sehinggapertumbuhan tanaman menjadi meningkat.

Persentase hidup tanaman sukun (A. communis) selama 90 hari diperoleh sebesar 97,73 %. Tanaman yang mengalami kematian berada pada perlakuan A6 ulangan ke – 2. Persentase hidup yang tinggi menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan faktor lainnya telah memberikan berbagai sarana yang cukup bagi tanaman tersebut, seperti kebutuhan terhadap air, hara, dan udara yang dapat membantu aktifitas morfologis maupun fisiologis tanaman tersebut. Menurut Murbandono, (2000), pupuk merupakan segala bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan kompos dapat meningkatkan porositas, aerasi, komposisi mikro-organisme tanah dan meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.

(43)

Rasio C/N yang diperoleh mendapatkan kategori baik, karena tanaman dapat menyerap unsur hara yang terdapat didalam kompos dan juga tidak membuat tanaman sukun bersaing untuk memperebutkan kompos yang belum terurai dengan sempurna dengan mikroorganisme tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Novizan (2005) jika C/N rasio telah mencapai angka 12 – 20 berarti unsur hara yang terikata telah dilepaskan melalui proses mineralisasi sehingga dapat digunakan oleh tanaman.

Hasil pengukuran dan pengamatan menunjukkan bahwa pemberiam kompos dengan dosis 700 gram memberikan pertumbuhan tanaman sukun yang paling bagus hal ini diduga karena kompos memiliki peranan sangat penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya. Penambahan kompos ke dalam tanah dapat memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air, serta berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Djuarnani dkk, 2005). Selain itu, kompos juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan aktifitas biologi tanah (peningkatan jumlah mikroorganisme tanah), meningkatkan pH pada tanah asam, dan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan (Yuwono, 2005).

(44)

pada bulan basah yaitu bulan September, Oktober dan November. Sehingga tanaman yang diberi perlakuan seperti kompos, tidak berpengaruh secara nyata.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951) kondisi iklim daerah Haranggaol dan sekitarnya termasuk tipe iklim A (sangat basah). Hal ini diperoleh dari data BMKG 2014, yang menyatakan bahwa bulan kering sebesar 26,4 mm/tahun dan bulan basah sebesar 2084,8 mm/tahun. Dan hasil pengukuran diperoleh curah hujan rata-rata tahunan berkisar 1,266 mm/tahun (Lampiran 7). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kebutuhan air didalam tanah tetap tersedia, sehingga pemberian kompos tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Selain pengaruh air, faktor genotip tanamanjuga merupakan salah satu hal yang paling menentukan terhadap besar kecilnya hasil suatutanaman disamping faktor lingkungan. Hal inisesuai dengan pendapat Jasminarni (2008) yang menyatakan bahwa hasildari suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetikyang meliputi ketahanan terhadap suhu,ketersediaan air, cahaya matahari dan komposisitanah.

Selain faktor genetik dan media tanam, tanaman sukun juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak mendukung akan memberikan pengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Berdasarkan Lampiran 7. menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang memberikan pengaruh besar terhadap tanaman sukun (A. communis) yaitu curah hujan dengan nilai 0,87088 (α > 0,8), sedangkan suhu udara rata-rata memberikan pengaruh sebesar

(45)
(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ada pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman sukun (A. communis) yaitu luas tajuk.Pemberian pupuk kompos dengan dosis 700 gram memberikan pertumbuhan terbaik terhadap tanaman sukun (A. communis).

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H. 1993. Pedoman Penanaman Tanaman Sukun (Atthocarpus altillis

Fosberg). Informasi Teknis No.42. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.

Departemen Kehutanan. 1995. Budidaya Pohon Serbaguna (MPTS) Tanaman

Artocarpus communis Forst (Sukun). Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Yogyakarta.

Djuarnani, N., Kristian., dan B.S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Doorenbos, J. and A. N. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. Roma.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mithcell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. Hal 98, 350. Indriani, Y.H. 2011.Membuat Kompos Secara Kilat, Penerbit PenebarSwadaya. Islami, T dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP

Semarang Press. Semarang.

Ismail, G. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. UNAND. Padang.

ITB. 2001. Kajian Teknis Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Kawasan Danau Toba. Bandung, Jawa Barat.

Jasminarni. 2008. Pengaruh jumlah pemberian air terhadap pertumbuhan dan Hasil selada (lactuca sativa l) di polybagJurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jurnal Agronomi Vol. 12 No. 1, Januari - Juni 2008.

Kramer, P.J. 1963. Water stress and plant growth. Agronomic Journal 55: 31-35. Lingga, Pinus dan Marono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar Swadaya.

(48)

Lukman. 2012. Evaluasi Keseimbangan Fosfor Di Danau Toba.Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012.Pusat Penelitian Limnologi-LIPI.

Mansur, I. dan Surahman. 2011. Respon Tanaman Jabon (Anthocepalus cadamba) terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK). JurnalSilvikulturTropika: 3(1): 71-77.Murbandono, H.L. 2008.Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurkhasanah, N. 2013. Studi Pemberian Air Dan Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper Retrofractum Vahl.). Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 4 September-2013 ISSN: 2338-3976. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Pugnaire, F.I., and J. Pardos. 1999. Constrains by water stress on plantgrowth. In

Passarakli, M. (ed.) Hand Book of Plant and Crop Stress.New York: John Wiley & Sons.

Pujisiswanto, H danD. Pangaribuan. 2008. Pengaruh Dosis Kompos Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Tomat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008 ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-11. Sagala, E. P. 2012. Komparasi Indeks Keanekaragaman Dan Indeks Saprobik

Plakton Untuk Menilai Kualitas Perairan Danau Toba Propinsi Sumatera Utara. UNSRI. Palembang.

Sianturi, Tumiar. 2004. Degradasi Danau Toba. Repository USU. Medan Sinartani. 2009. Kompos Proses dan Manfaatnya. Hal:3 (Kolom 1).

Soedarjanto, S dan Syaiful. A. 2003. Informasi Geospasial Lahan Kritis untuk Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai. Geo- Informatika 10(2).

Susetya, D. 2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta.

Taringan, N.W. 2013. Struktur Dan Produktivitas Rerumputan Di Kawasan Danau Toba Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. USU Press. Medan.

(49)

Wahyudi. 2012. Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jabon(Anthocephallus

Cadamba). Jurnal Perennial, 2012Vol. 8 No. 1: 19-24ISSN: 1412-7784.

Wijanarko A, B.H. Purwanto., D. Shiddieq, dan D. Indradewa. 2012. Pengaruh Kualitas Bahan Organik dan Kesuburan Tanah terhadap Mineralisasi Nitrogen dan Serapan N oleh Tanaman Ubikayu di Ultisol. Jurnal Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2 Desember 2012.

Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar swadaya. Jakarta.

Van Bemmelenm, R.W., 1949. The Geology of Indonesia Volume I.A. General Geologu of Indonesia and Archipelagos Government Printing Office, the Hagul.

Zurkanain M., B. Prasetya, dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri). Indonesian Green TechnologyVol. 2 No. 1, Journal E-ISSN.2338-1787.

(50)

Data rataan selisih pertumbuhan tinggi sukun

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter (cm) sukun Data rataan selisih pertumbuhan diameter sukun

(51)

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan jumlah daun sukun Data rataan selisihjumlah daun sukun

Perlakuan

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan pertambahan luas daun sukun Data rataan selisih pertumbuhan luas daun sukun

(52)

Keterangan:

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan pertambahan luas tajuk sukun Data rataan selisih pertumbuhan luas tajuk sukun

Perlakuan

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Uji Nyata DMRT 5%

Perlakuan Rata-rata

Luas Tajuk Notasi

(53)

Lampiran 6. Analisis rancangan percobaan pengukuran kadar air sukun Data rataan selisih pertumbuhan pengukuran kadar air sukun

Perlakuan I II III IV Total Rata-rata

* = berpengaruh nyata tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 7. Informasi Curah Hujan Haranggaol dan sekitarnya Tahun 2014

Bulan

(54)

��= 26,4/1 ��= 2084,8/1 Q = ( Md/Mw)(100%) Q = (26,4/2084,8)(100%) Q = 1,266 mm/tahun

Lampiran 8. Tanaman sukun yang mengalami kematian pada pengukuran ke-IX

Perlakuan Ulangan

Lampiran 9. Rasio C/N Kompos Bernas

(55)

Lampiran 10. Warna Daun Sukun

Perlakuan 0 gram (A0) Perlakuan 100 gram (A1)

Perlakuan 200 gram (A2) Perlakuan 300 gram (A3)

(56)

Perlakuan 600 gram (A6) Perlakuan 700 gram (A7)

Perlakuan 800 gram (A8) Perlakuan 900 gram (A9)

(57)

Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan

Kompos Bernas Pengukuran Kompos

(58)

Pengukuran Luas Tajuk Pengukuran Luas Daun

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sukun dengan Berbagai Perlakuan
Gambar 2. Grafik Pertambahan Tinggi Sukun  (Artocarpus communis)
Gambar 4. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Sukun  (Artocarpus communis)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku hidup tidak sehat salah satunya tidak mencuci tangan sebelum makan dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pemulung tentang personal hygiene

Menganjurkan ibu cara merawat bayi yang baik yaitu bayi dimandikan 2x sehari dengan air hangat dan sabun , membungkus tali pusat dengan kasa steril dan kering, mengimunisasi bayi

Menurut hukum Islam penentuan nasab kepada kedua orang tua biologisnya adalah anak yang lahir lebih dari enam bulan sejak berlangsungnya akad nikah.. Hal ini

The Location of Semantic Reference is aggregated by the Semantic Reference Object, which is realized by the Semantic Absolute Location with information of a Semantic

Pengadaan, antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan identitas yang

BerdasarkanPenetapanPengadaanLangsung nomor: TGL.UGM/PP/PenEL/05/YLI/20L2 tanggal 26 Juli 2Ol2 untuk pekerjaan Pengadaan Peralatan Elektronik Untuk Juntsan Teknik Geologi

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017, dengan ini kami

Data yang diambil adalah data pasien yang berkunjung ke bagian penerimaan pasien BPJS Poliklinik RSUP H Adam Malik Medan. 1.4