GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT GENERIK DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
KELURAHAN BABURA MEDAN TAHUN 2010
Oleh:
HENRY S. SITINDAON
070100203
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan Tahun 2010
Nama : Henry S. Sitindaon NIM : 070100203
Pembimbing
(dr.Tri Widyawati, M.Si) NIP. 19760709 200312 2 001
Penguji I
(dr.Simon Marpaung,M.Kes) NIP. 19451217 196902 1 001
Penguji II
(dr.Rusdiana,M.Kes) NIP. 19710915 200112 2 002
Medan, 15 Desember2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Obat generik adalah nama obat berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya. Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari 14% menjadi 10% total penggunaan obat Nasional. Penurunan penggunaan obat generik terjadi karena rendahnya sumber informasi yang diperoleh masyarakat, serta kurangnya sosialisasi obat generik oleh pemerintah diberbagai daerah.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling sampel yang digunakan 100 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekaklusi. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (> 75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).
Pada penelitian ini dilakukan dengan uji pertanyaan kepada 100 responden untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Dari total sampel dijumpai bahwa 54 orang (54%) responden adalah tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”.
Kepada para pembuat kebijakan kesehatan sebaiknya untuk terus meningkatkatkan sosialisasi obat generik. Kepada pelayanan kesehatan, agar meningkatkan kinerjanya dalam penyuluhan program promosi obat generik di daerah-daerah.
ABSTRACT
Generic drug is a drug based on nutritious substances they contain. In the last five years 2005-2010. The generic drug market fell from 14% to 10% of total national drug use. Decrease the use of generic drugs due to a low source of information received by the public, and lack of socialization of generic drugs by the government in several areas.
This study is a descriptive design with cross sectional. Sample in this study is the community in Kelurahan Kecamatan Medan Sunggal Babura. Samples taken using stratified random sampling technique used samples of 100 people, who meet the inclusion criteria and eksklusi. Data collected by giving questionnaire, then the results tabulated and made processing at each answer. Scores of each were analyzed, the results generated in the form of a percentage, then interpreted by a qualitative scale with both criteria (> 75%), moderate (40-75%), less (<40%).
In this study conducted with test questions to 100 respondents to assess the level of public knowledge about the description of generic drug. From the total sample found that 54 people (54%) of respondents is the level of knowledge with the category "medium".
To policy makers should continue to increasing socialization generic drugs. To health services, should improve its performance for counseling program promotion of generic drugs in the regions.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan Tahun 2010 “. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr.Tri Widyawati, MSi, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak dr. Simon Marpaung, MSi & Ibu dr. Rusdiana selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
4. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Ir J. Sitindaon dan ibunda saya Linda B. Siregar serta saudara-saudara saya atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
6. Seluruh masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Medan yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, November 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Obat ... 4
2.1.1. Pengertian Obat ... 4
2.1.2. Peran Obat ... 4
2.1.3. Penggolongan Obat ... 4
2.2. Obat Nama Generik ... 7
2.2.1. Pengertian Obat Generik ... 7
2.2.2. Pengenalan Obat Generik ... 7
2.2.3. Manfaat Obat Generik ... 8
2.2.4. Kebijakan Obat Generik ... 8
Generik ... 9
2.3. Konsep Pengetahuan ... 11
2.3.1. Pengertian Pengetahuan ... 11
2.3.2. Tingkat Pengetahuan ... 11
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12
2.3.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 13
2.4. Konsep Masyarakat... 14
2.4.1. Pengertian Masyarakat ... 14
2.4.2. Unsur Pembentuk Masyarakat ... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16
3.1. Kerangka Konsep ... 16
3.2. Defenisi Operasional ... 16
3.2.1. Pengetahuan dan Masyarakat... 16
3.2.2. Obat Generik ... 17
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.1. Desain Penelitian ... 19
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
4.3. Populasi Penelitian ... 19
4.4. Kriteria Penelitian ... 20
4.5. Metode Pengumpulan Data ... 20
4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22
5.1 Hasil Penelitian ... 22
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 22
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 22
5.1.3 Hasil Analisa Data ... 24
5.2 Pembahasan ... 34
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
6.1 Kesimpulan ... 39
6.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Kuesioner Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura
Tahun 2010 ... 18
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilititas Kuesioner Penelitian ... 20
5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 23
5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 23
5.4 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan ... 23
5.5 Distribusi Responden berdasarkan Sumber Informasi ... 24
5.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Generik... 25
5.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur ... 25
5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan ... 26
5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Obat Generik, Logo Obat Generik ... 27
5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Informasi Obat Generik ... 29
5.11 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Obat Generik ... 31
5.12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Faktor Penghambat Obat Generik (Akses Obat)... 32
5.13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Tentang Faktor Penghambat Obat Generik (Ketersediaan Obat) ... 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Kuesioner
ABSTRAK
Obat generik adalah nama obat berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya. Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari 14% menjadi 10% total penggunaan obat Nasional. Penurunan penggunaan obat generik terjadi karena rendahnya sumber informasi yang diperoleh masyarakat, serta kurangnya sosialisasi obat generik oleh pemerintah diberbagai daerah.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling sampel yang digunakan 100 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekaklusi. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (> 75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).
Pada penelitian ini dilakukan dengan uji pertanyaan kepada 100 responden untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Dari total sampel dijumpai bahwa 54 orang (54%) responden adalah tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”.
Kepada para pembuat kebijakan kesehatan sebaiknya untuk terus meningkatkatkan sosialisasi obat generik. Kepada pelayanan kesehatan, agar meningkatkan kinerjanya dalam penyuluhan program promosi obat generik di daerah-daerah.
ABSTRACT
Generic drug is a drug based on nutritious substances they contain. In the last five years 2005-2010. The generic drug market fell from 14% to 10% of total national drug use. Decrease the use of generic drugs due to a low source of information received by the public, and lack of socialization of generic drugs by the government in several areas.
This study is a descriptive design with cross sectional. Sample in this study is the community in Kelurahan Kecamatan Medan Sunggal Babura. Samples taken using stratified random sampling technique used samples of 100 people, who meet the inclusion criteria and eksklusi. Data collected by giving questionnaire, then the results tabulated and made processing at each answer. Scores of each were analyzed, the results generated in the form of a percentage, then interpreted by a qualitative scale with both criteria (> 75%), moderate (40-75%), less (<40%).
In this study conducted with test questions to 100 respondents to assess the level of public knowledge about the description of generic drug. From the total sample found that 54 people (54%) of respondents is the level of knowledge with the category "medium".
To policy makers should continue to increasing socialization generic drugs. To health services, should improve its performance for counseling program promotion of generic drugs in the regions.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya. Obat Generik Berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu
(Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Berdasarkan data Nasional penggunaan obat generik di Indonesia hingga kini masih tergolong rendah, padahal meskipun harganya jauh lebih murah, kualitas dan khasiatnya sama seperti obat bernama dagang (bermerek). Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010), peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik pemerintah saat ini baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49 persen. Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan juga baru 69,7 persen dari target 95 persen, Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari Rp2.525 triliun atau 10 persen dari pasar nasional, menjadi Rp2.372 triliun atau 7.2 persen dari pasar nasional. Sementara, pasar obat nasional meningkat dari Rp23,59 triliun pada 2005 menjadi Rp32,93 triliun pada 2009. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh tingkat penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Handayani (2007), persepsi masyarakat, permintaan dan kebutuhan masyarakat akan obat generik di rumah sakit bukan merupakan faktor rendahnya penggunaan obat generik, tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik itu sendiri.
Selain rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan obat generik, faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya penggunaan obat generik berdasarkan Kebijakan Obat Nasional (2005), adalah akses obat kepada masyarakat, ketersediaan obat di berbagai daerah dan harga obat yang masih mahal.
Jadi alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana gambaran tingkat pengetahuan mesyarakat tentang obat generik itu sendiri baik itu pengertian, penggunaan, manfaat dan penggolongan obat generik. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah masyarakat yang sudah mengenal obat generik akan memakai obat generik sebagai pengobatannya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian deskriptif terhadap pengenalan obat generik untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu sejauh manakah gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang pengertian obat generik. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang informasi obat generik. 3. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang manfaat obat generik. 4. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor penghambat obat
generik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil keputusan/kebijakan kesehatan serta sebagai perbandingan terhadap laporan penggunaan obat generik secara admistratif.
2. Memberikan informasi bagi peneliti sendiri dan peneliti selanjutanya bagi peningkatan pengetahuan tentang obat generik.
3. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengertian, penggunaan, dan manfaat obat generik agar masyarakat tidak bingung membeli obat generik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat
2.1.1. Pengertian Obat
Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
2.1.2. Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut:
1. Penetapan diagnosa
2. Untuk pencegahan penyakit 3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu 6. Penigkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009)
2.1.3. Penggolongan Obat 2.1.3.1. Berdasarkan Jenisnya
1. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung, tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
2. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
3. Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku.
Narkotika adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya kedalam tubuh manusia (Chaerunisaa, dkk, 2009).
2.1.3.2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat Obat digolongkan menjadi lima jenis :
1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum, vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang kurang, contoh: vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection
2.1.3.3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya Obat dibagi dua golongan:
1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen 2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief,
1994).
2.1.3.4. Berdasarkan Cara Pemberiannya
1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk, kapsul, tablet sirup.
2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh supositoria, laksatif.
3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap, hormone.
4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.
5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).
2.1.3.5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya
1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit, telinga, mata (Anief, 1994).
2.1.3.6. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
2.2. Obat Nama Generik 2.2.1. Pengertian Obat Generik
Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal.
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan (Menkes) RI.
Obat generik esensial adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Widodo, 2004).
2.2.2. Pengenalan Obat Generik
2.2.3. Manfaat Obat Generik
Menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara umum adalah :
1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah.
3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan obat yang bermerek dagang (obat paten).
2.2.4. Kebijakan Obat Generik
Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya.
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut :
1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB). Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan. 4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit unit pelayanan kesehatan.
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan.
7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).
2.2.5. Faktor yang Menghambat Masyarakat Terhadap Obat Generik 1. Akses Obat
sejenis. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu:
a) Penggunaan obat yang rasional; b) Harga yang terjangkau;
c) Pembiayaan yang berkelanjutan
d) Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat menjamin ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat (Kebijakan Obat Nasional, 2005)
2. Harga Obat
Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur harga obat tidak transparan. Penelitian WHO menunjukkan perbandingan harga antara satu nama dagang dengan nama dagang yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1 : 2 sampai 1 : 5. Penelitian di atas juga membandingkan harga obat dengan nama dagang dan obat generik menunjukkan obat generik bukan yang termurah. Survai dampak krisis rupiah pada biaya obat dan ketersediaan obat esensial antara 1997 – 2002 menunjukkan bahwa biaya resep rata-rata di sarana kesehatan sektor swasta jauh lebih tinggi dari pada di sektor publik yang menerapkan pengaturan harga dalam sistem suplainya (Kebijakan Obat Nasional, 2005)
3. Tingkat Ketersediaan Obat
Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit pemerintah dapat berimplikasi secara langsung pada akses obat generik, sebagai gantinya pasien membeli obat generik di apotik atau di praktek dokter. Apotik swasta mempunyai obat generik lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan oleh dokter. Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak. Selama banyak obat yang tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar obat (Suryani, dkk, 2008).
4. Informasi Obat
pakai, peringatan-peringatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila perlu informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen (Widodo, 2004).
5. Keterjangkauan Obat
Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis, ekonomi dan sosial politik. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau dimana 5.707 diantaranya sudah bernama. Namun pulau yang telah berpenghuni jumlahnya lebih kecil. Saat ini sebagian masyakat Indonesia tinggal di daerah terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian lagi tinggal di daerah rawan bencana baik bencana alam dan bencana buatan manusia seperti : ketidak-stabilan politik dan tingginya tingkat kemiskinan. Dengan pola penyebaran penduduk seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya perbedaan pengelolaan obat sesuai dengan karateristik masing-masing daerah. Sebagai contoh kita dapat melakukan pengelompokan Provinsi Kepulauan : Riau, NTB, NTT, Maluku dan Maluku Utara lebih memiliki karakteristik geografis kepulauan. Sedangkan propinsi di Kalimantan dan Papua dapat dikategorikan daratan luas dengan hambatan transportasi. Kategori lain adalah Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
2.3. Konsep Pengetahuan 2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: 1. Tahu (know)
kembali (recaal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini merupakan tingkat penetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompnen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1.Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.
3. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang di dapat.
4. Sumber informasi
Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
2.3.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba salah (Trial dan Error)
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba-salah “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan
Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoadmodjo, 2005).
2.4. Konsep Masyarakat 2.4.1. Pengertian Masyarakat
Menurut Soleman B. Taneko (1984), secara sosiologis masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Ringkasnya,masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan.
2.4.2. Unsur Pembentuk Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto (1982), masyarakat mencakup beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritas, angka minimnya adalah dua orang yang
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginankeinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1 Pengetahuan dan Masyarakat
1. Masyarakat adalah beberapa individu yang berkumpul bersama-sama dan menetap di Kelurahan Babura.
2. Pengetahuan adalah segala sesuatu informasi yang diperoleh responden (masyarakat) akan penggunaan, pemanfaatan dan pengertian obat generik.
3. Karakteristik masyarakat a. Umur
Umur adalah usia responden (masyarakat) yang dihitung dari kelahiran sampai ulang tahun terakhir dengan satuan tahun dengan kriteria usia produktif, yaitu 17-64 tahun .
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diselesaikan dengan ditandai ijazah, pada saat dilakukan wawancara, dengan pembagian, yaitu:
• SD • SLTP • SMA
• Perguruan Tinggi Gambaran Tingkat
Pengetahuan Masyarakat
c. Status Pekerjaan
Status pekerjaan/kegiatan yang ditekuni oleh responden dan dapat dijadikan sumber penghasilan.
3.2.2. Obat Generik
Obat Generik adalah obat nama resmi atas zat berkhasiat yaitu zat tunggal yang dikandungnnya.
- Cara Ukur : Wawancara
- Alat ukur : Kuesioner, dengan pertanyaan tertutup sebanyak 20 pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban.
- Hasil ukur : Berdasarkan total nilai dari 20 pertanyaan, maka jumlah total nilai 40.
Dan responden dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu: baik, sedang, kurang. Dengan perincian nilai sebagai berikut :
a. Baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau nilai total 30-40.
b. Sedang : apabila nilai yang diperoleh responden > 40% atau nilai total 16-29.
Tabel 3.1. Tabel Kuesioner Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Tahun 2010
No Pertanyaan Nilai jawaban Nilai Jawaban Nilai jawaban
01. A = 1 B = 2 C = 0
02 A = 2 B = 1 C = 0
03 A = 2 B = 1 C = 0
04 A = 1 B = 2 C = 0
05 A = 1 B = 0 C = 2
06 A = 0 B = 1 C = 2
07 A = 2 B = 1 C = 0
08 A = 1 B = 2 C = 0
09 A = 0 B = 1 C = 2
10 A = 1 B = 2 C = 0
11 A = 2 B = 0 C = 1
12 A = 1 B = 2 C = 0
13 A = 2 B = 0 C = 1
14 A = 1 B = 2 C = 0
15 A = 1 B = 2 C = 0
16 A = 1 B = 2 C = 0
17 A = 1 B = 0 C = 2
18 A = 1 B = 2 C = 0
19 A = 1 B = 2 C = 0
20 A = 1 B = 0 C = 2
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan. Penelitian berlangsung pada bulan Juni-Desember tahun 2010 .
4.3 Populasi Peneltitian 4.3.1 Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat tentang obat generik.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat tentang obat generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan.
Berdasarkan rumus di atas jumlah populasi masyarakat di Kelurahan Babura adalah 11.335 orang, maka sampel yang diambil menjadi 100 orang.
4.4 Kriteria Penelitian 4.4.1 Kriteria Inklusi
• Masyarakat dengan kriteria usia 17-64 tahun.
• Masyarakat di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura 4.4.2 Kriteria Eksklusi
• Masyarakat di luar Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura • Masyarakat dengan kriteria usia <17,dan >64 tahun.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sampling. Data penelitian ini diambil dengan kuesioner secara tulisan dengan memilih masyarakat yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilititas Kuesioner Penelitian
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status
4.6 Pengelolahan dan Analisa Data
Data telah di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuisioner akan di olah dengan langkah-langkah, sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.
3. Entri
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer.
4. Cleaning data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan instrument angket berupa kuisioner yang diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah kecamatan Medan Sunggal Keluraham Babura. Adapun batas – batas wilayah dari Kelurahan Babura :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Kambing Baru • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Selayang Padang Bulan Jumlah penduduk terdiri dari 11.335 orang. Luas wilayah 1.173 Km2
5.1.2 Deskripsi karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di kelurahan babura. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik sosiodemografi responden yang diamati meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan. Distribusi hal-hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pekerjaan Frekuensi Persentase%
Laki-laki 57 57
Perempuan 43 43
Ditinjau dari jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (57 %), sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (43%).
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persentase%
17-40 tahun 52 52
41-64 tahun 48 48
Total 100 100
Responden yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 100 orang dan terdiri dari beberapa kategori umur dengan kategori umur yang paling banyak adalah dewasa muda (17-40 tahun) yaitu 52 orang (52%). Kategori umur yang kedua adalah dewasa tua (41-64 tahun) sebanyak 48 orang (48%).
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD
Ditinjau dari pendidikan, pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SMA, yaitu sebanyak 50 orang (50%). Pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah SD sebanyak 5 orang (5%). Sedangkan responden lainnya sebanyak 37 orang (37%) dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, dan sebanyak 8 orang (8%) yang berpendidikan terakhir SMP.
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ditinjau dari pekerjaan, mayoritas responden merupakan wiraswasta, yaitu sebanyak 56 orang (56%), sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS (pegawai negeri sipil) sebanyak 19 orang (19%), dan responden yang tidak bekerja sebayak 25 orang (25%).
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)
Petugas Kesehatan
Ditinjau dari sumber informasi yang didapat, mayoritas responden mendapat informasi obat berasal dari petugas kesehatan, yaitu sebanyak 54 orang (54%), dari media cetak sebanyak 10 orang (10%), media elektronik sebanyak 12 orang (12%), kegiatan setempat 1 orang (1%), keluarga 11 orang (11%), tetangga 1 orang (1%), lain-lain seperti teman, sekolah, organisasi, penyuluhan kesehatan sebanyak 6 orang (6%), sedangkan yang tidak mendapat informasi tidak ada (5%).
5.1.3 Hasil Analisa Data
5.1.3.1Distribusi Pengetahuan Responden
Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Generik
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 28 28
Sedang 54 54
Kurang 18 18
Total 100 100
Dari tabel 5.6 dapat dilihat tingkat pengetahuan dengan persentase paling tinggi, yaitu 54 orang (54%) adalah tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”. Tingkat pengetahuan dengan kategori “baik” adalah sebanyak 28 orang (28%) dan tingkat pengetahuan dengan kategori “kurang” adalah sebesar 18 orang (18%).
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden terhadap gambaran tingkat pengetahuan tentang obat generik adalah sebagai berikut:
Distribusi frekuensi umur responden terhadap tingkat pengetahuan tentang obat generik adalah sebagai berikut:
Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur
Umur Tingkat pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
N % N % N % N % 17-40 tahun 14 14 30 30 8 8 52 52
41-64 tahun 14 14 24 24 10 10 48 48
Total 28 28 54 54 18 18 100 100
Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Tingkat pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
SD 0 0 2 2 3 3 5 5
SMP 2 2 4 4 2 2 6 6
SMA 14 14 28 28 8 8 49 49
Perguruan Tinggi 12 12 20 20 5 5 40 40
Total 28 28 54 54 18 18 100 100
Berdasarkan tabel 5.9, dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan terakhir SD tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik, 2 orang dengan kategori sedang dan 3 orang dengan kategori kurang. Berpendidikan terakhir SMP 2 orang kategori baik, 4 orang kategori sedang, 3 orang kategori kurang, sedangkan yang berpendidikan terakhir SMA, 14 orang kategori baik, 28 orang kategori sedang dan 8 orang kategori kurang. Kemudian yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 12 orang kategori baik, 20 orang kategori sedang dan 5 orang kategori kurang.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden yang pernah mendengar nama obat generik sebanyak 88 orang, sedangkan yang tidak pernah mendengar sebanyak 12 orang. Responden yang pernah mendengar obat nama dagang hanya 24 orang saja, sedangkan yang tidak pernah mendengar sebanyak 78 orang. Untuk nama obat paten, sebanyak 51 orang saja yang pernah mendengar, sedangkan yang tidak pernah mendengar sebanyak 49 orang.
Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Obat Generik, Logo Obat Generik
No Pertanyaan Keterangan Skor Total
0 1 2 Frek. %
n % n % n %
1. 1 Pengetahuan
tentang pengertian obat generik
9 9 55 55 36 36 100 100
2. 2 Pengetahuan
tentang pengertian obat generik
esensial
14 14 15 15 71 71 100 100
3. 3 Pengetahuan
tentang logo obat generik
38 38 25 25 37 37 100 100
4. 6 Pengetahuan
tentang contoh obat generik
20 20 17 17 53 53 100 100
Pada tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 orang (36%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 55 orang (55%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 9 orang (9%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pengertian obat generik.
Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak 37 orang (37%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 25 orang (25%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 28 orang (28%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang logo obat generik.
Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Informasi Obat
Sebanyak 39 orang (39%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 50 orang (50%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 11 orang (11%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang informasi singkat obat generik.
Sebanyak 51 orang (51%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 22 orang (22%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 27 orang (27%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pedoman penggunaan obat.
Sebanyak 52 orang (52%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 21 orang (21%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 27 orang (27%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pedoman penggunaan obat.
Sebanyak 72 orang (72%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 15 orang (15%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 13 orang (13%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang indikasi obat generik.
Sebanyak 30 orang (30%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 44 orang (44%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 26 orang (26%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang dosis obat generik.
Tabel 5.11 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Obat
Pada tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 45 orang (45%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 38 orang (38%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 17 orang (17%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang manfaat obat generik dengan obat paten.
Sebanyak 58 orang (58%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 23 orang (23%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 9 orang (9%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang alasan memilih obat generik.
Tabel 5.12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Faktor Penghambat Obat Generik (Akses Obat)
No Pertanyaan Keterangan Skor Total
Pada tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 37 orang (37%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 26 orang (26%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 37 orang (37%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang peresepan obat jika berobat ke dokter
Sebanyak 28 orang (28%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 27 orang (27%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 45 orang (45%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang peresepan obat jika tidak berobat ke dokter.
Dan sebanyak 71 orang (71%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 19 orang (19%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 10 orang (10%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang yang meresepkan obat generik.
Tabel 5.13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Faktor Penghambat Obat Generik (Ketersediaan Obat)
No Pertanyaan Keterangan Skor Total
0 1 2 Frek. %
n % n % n %
1. 10 Pengetahuan
tentang obat generik jika tidak
tersedia di toko obat/apotik
9 9 24 24 57 57 100 100
Pada tabel 5.14 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 57 orang (57%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 24 orang (24%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 9 orang (9%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang peresepan obat generik jika tidak tersedia di toko obat/apotik.
Tabel 5.14 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Istilah Nama Obat
No Pertanyaan Keterangan Skor Total
0 1 2 Frek. %
n % n % n %
1. 20 Pengetahuan
tentang penggolongan obat berdasarkan
penamaannya
30 30 17 17 53 53 100 100
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik
Pengetahuan tentang obat generik merupakan hal perlu yang diketahui oleh masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatannya, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Dapat dilihat bahwa dari 100 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 54 orang (54%) memiliki pengetahuan yang sedang dan 18 orang (18%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebaliknya hanya 28 orang (28%) saja yang memiliki pengetahuan yang baik. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tersebut masih tergolong sedang tetapi belum maksimal. Jumlah tingkat pengetahuan responden yang baik seharusnya lebih tinggi dan bisa mencapai angka maksimal yaitu 100%. Hal ini dapat terwujud bila responden mendapat penjelasan mengenai obat generik dari dokter, penyuluhan kesehatan ataupun kebijakan pemerintah serta kerja sama dari pihak farmasi, seluruh petugas kesehatan dan seluruh lapisan masyarakat dalam mensosialisasikan obat generik.
Salah satu yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah mengenai pengertian dari obat generik itu sendiri. Responden yang menjawab benar pertanyaan tentang pengertian obat generik yaitu obat dengan nama resmi berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya hanya 36 orang (36%). Sedangkan 55 orang (55%) menjawab obat yang disubsidi pemerintah yang harganya murah dan hanya 9 orang (9%) tidak tahu. Jawaban ini menunjukkan bahwa mayoritas responden belum mengerti betul tentang pengertian obat generik tersebut. Dengan mengetahui pengertian dari obat generik, maka responden bisa membedakan mana obat generik dan yang bukan obat generik sesuai dengan zat yang dikandung obat tersebut.
Pengertian obat generik essensial adalah obat generik yang paling banyak dibutuhkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Responden yang menjawab benar sebanyak 71 orang (71%), sebanyak 15 orang (15%) menjawab obat yang paling banyak beredar di masyarakat dan 14 orang (14%) menjawab tidak tahu. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden cukup baik, mengingat bahwa pentingnya peredaran obat generik essensial seperti antibiotik, analgetik bisa membantu pelayanan kesehatan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya.
hijau yang membentuk lingkaran. Responden yang menjawab benar hanya 37 orang (37%) saja, sedangkan yang menjawab logo yang bertuliskan GENERIK di dalam lingkaran berwarna hijau sebanyak 25 orang (25%) dan menjawab tidak tahu 38 orang (38%). Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden cukup rendah untuk mengenal logo obat generik. Pentingnya untuk mengenal logo obat generik yang tertera di kemasan obat akan sangat membantu masyarakat untuk membedakan obat generik dengan yang bukan obat generik sehingga mereka tidak bingung untuk membeli obat generik.
Pengetahuan lainnya tentang obat generik yaitu meminta peresepan obat generik kepada dokter, sebanyak 37 orang (37%) menjawab selalu meminta resep obat generik, namun sebaliknya sebanyak 37 orang (37%) tidak pernah untuk memintanya, Pertanyaan peresepan obat generik tanpa resep dokter, 45 orang (45%) menjawab tidak pernah memintanya, sebaliknya hanya 28 orang (28%) selalu meminta obat generik. Dari atas bisa dilihat bahwa masyarakat yang meminta resep obat generik kepada dokter atau tanpa resep dokter masih tergolong rendah padahal kualitas dari obat generik sama bagusnya dengan obat paten. Hal ini disebabkan karena rendahnya minat masyarakat untuk mencari tahu informasi tentang obat generik, jadi para dokter/petugas kesehatan hendaknya lebih meningkatkan sosialisasi obat generik.
Contoh-contoh obat generik adalah Paracetamol, Asetosal, Ibuprofen, sebanyak 53 orang (53%) menjawab dengan benar. dan sebanyak 20 orang (20%) menyebutkan contoh-contoh obat generik yang salah. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tersebut masih tergolong sedang untuk menyebutkan contoh-contoh obat generik. Hal ini harus menjadi perhatian masyarakat agar lebih paham mengenal contoh-contoh obat generic sehingga lebih memudahkan mereka untuk memilih obat.
Bila obat generik yang dibutuhkan oleh responden maka tindakan responden seharusnya menggantinya dengan obat generik lain yang sesuai dengan penyakitnya. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu 57 orang (57%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong baik, karena banyak merek obat generik lain yang masih satu golongan dengan obat generic tersebut. Tetapi pemilihannya harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi obat tersebut.
Manfaat obat generik sama baiknya dengan obat paten karena zat yang dikandungnya sama dengan obat paten yang membedakannya hanya merek dan harganya saja. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu 45 orang (45%), sebanyak 38 orang (38%) menyatakan bahwa khasiat obat paten jauh lebih baik, dan sebanyak 17 orang (17%). Kemudian alasan yang tepat kenapa kita memilih obat generik karena harganya yang murah dan kualitasnya yang baik, 68 orang (68%) menjawab benar, Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup mengetahui dengan baik manfaat obat generik, yaitu harganya yang murah tetapi kualitas terjamin.
Pengetahuan obat generik bisa dikatakan baik jika responden mengetahui pengertian, manfaat dan mengaplikasikannya/menggunakan obat tersebut. Responden yang menjawab selalu menganjurkan keluarganya untuk menggunakan obat generik sebagai pengobatan, yaitu sebanyak 40 orang (40%) saja, 24 orang (24%) menjawab tidak pernah dan 36 orang (36%) menjawab jarang menganjurkan . Angka ini tergolong baik, akan tetapi penggunaan obat generik harus sejalan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan pengertiannnya.
Pengetahuan tentang pedoman penggunaan obat/obat generik. Sebagian besar responden 51 orang (51%) menjawab selalu menanyakannya kepada dokter, 22 orang (22%) menjawab jarang menanyakannya, sebaliknya 27 orang (27%) responden tidak pernah untuk menanyakannya. Angka ini tergolong baik, karena pedoman penggunaan obat/obat generik seperti pemakaian dosis yang tepat, waktu pemakaian obat, lamanya pemakaian obat dan cara pemakaian obat adalah informasi penting bagi pasien yang diberikan dokter untuk mengobati keluhan penyakit pasien.
generik yang sama dan sebanyak 10 orang (10%) responden menjawab membiarkan saja kondisi penyakitnya tersebut. .
Salah satu contoh efek samping obat/obat generik adalah alergi, sakit kepala, mual, 52 orang (52%) menjawab dengan benar, 27 orang (27%) menjawab tidak tahu efek samping salah satu obat generik 21 orang (21%) responden menjawab keracunan, overdosis . Mengetahui dengan baik efek samping suatu obat tertentu bisa membantu responden untuk menghindari efek samping obat yang tidak diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat generik tanpa resep dokter adalah memilih obat yang sesuai dengan kondisi penyakit dan kondisi tubuh seseorang karena tidak semua pasien bisa menggunakan obat yang sama. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu sebanyak 72 orang (72%) dan sebanyak 15 orang (15%) responden menjawab memilih obat berdasarkan yang paling banyak dipakai orang. Sedangkan sebanyak 13 orang (13%) responden menjawab tidak tahu.
Hal yang perlu dihindari mengenai penggunaan dosis obat adalah meningkatkan dosis pemakaian agar cepat sembuh. Karena pemakaian dosis yang berlebih bisa menyebabkan toksisitas (keracunan) dalam tubuh manusia, jadi meningkatkan dosis obat harus dari petunjuk dokter. Responden yang menjawab benar hanya 30 orang (30%), 44 orang (44%) menjawab memakai dosis yang sama ketika dulu berobat kedokter dan sebanyak 26 orang (26%) responden menjawab tidak tahu.
Kontraindikasi adalah obat tertentu yang tidak boleh digunakan orang yang sakit oleh karena keaadaan penyakitnya atau kondisi tubuhnya. Memperhatikan kontraindikasi obat/obat bisa memudahkan pasien dalam memilih obat dengan aman. Responden menjawab benar contoh kontraindikasinya seperti obat ini tidak bisa digunakan pada wanita hamil sebanyak 45 orang (45%). Sedangkan sebanyak 29 orang (29%) responden menjawab bahwa obat ini tidak bisa dipakai oleh orang yanga alergi obat, sebaliknya 29 orang (29%) responden menjawab tidak tahu hal-hal mengenai kontraindikasi obat tersebut.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Medan Tahun 2010 ” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan responden tentang obat generik dikategorikan sedang.
2. Pengetahuan responden tentang pengertian obat generik tergolong sedang, yaitu sebanyak 55 orang (55%).
3. Pengetahuan responden tentang informasi obat generik tergolong baik yang meliputi tempat pembelian obat generik sebanyak 73 orang (73%), indikasi obat generik 72 orang (72%), efek samping obat sebanyak 52 orang (52%), pedoman penggunaan obat sebanyak 51 orang (51%).
4. Pengetahuan responden tentang manfaat obat generik tergolong baik yang meliputi manfaat obat generik dibanding obat paten sebanyak 45 orang (45%), alasan memilih obat generik sebanyak 58 orang (58%) dan anjuran penggunaan obat generik pada keluarga sebanyak 40 orang (40%).
5. Pengetahuan responden tentang faktor penghambat (akses obat) tergolong kurang yang meliputi peresepan obat generik jika berobat kedokter |(37%), peresepan obat generik jika tidak berobat kedokter (45%). Sedangkan pengetahuan responden tentang factor penghambat untuk ketersedian obat tergolong baik, yaitu ketersediaan obat generik di apotik (57%).
6. Pengetahuan masyarakat (responden) tentang istilah nama obat masih teprgolong baik, yaitu (53%).
6.2 Saran
2. Kepada petugas kesehatan, seperti dokter, bidan dan perawat hendaknya lebih mensosialisasikan obat generik, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah
3. Kepada pemerintah agar lebih mempromosikan obat generik secara terus-menerus serta lebih meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat generik secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1984. Ilmu Farmasi. Ghalia Indonesia.
Anief, M., 1994. Farmasetika Dasar. Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C., 1981. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Chaerunissa, A.Y., 2009. Farmasetika Dasar. Widya Padjajaran, Bandung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Handayani, D.R., 2007. Analisis Faktor Pengaruh Rendahnya Penggunaan Obat
Generik. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Suryani, A., 2008. Pelaksanaan Kebijakan Obat Generik di Apotik Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Syani, A., 1987. Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung, Jakarta.
Soekanto, S., 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta.
Taneko, B.S., 1984. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, CV. Rajawali, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Henry S. Sitindaon
Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 18 Oktober 1987
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Darusalam no. 82, Medan 20121
Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Budiluhur ( 1993-1999 )
2. Sekolah Menengah Pertama Tri Sakti 1 Medan(1999-2002) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan (2002-2005)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2007 sekarang)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Nama Saya Henry S.Sitindaon., sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Babura Tahun 2010”.
Obat generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia INN ( Internasional Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Widodo, 2004).
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat generik disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor ynag menjadi penghambat obat generik yaitu rendahnya ketersediaan obat generik diberbagai daerah, harga obat yang masih mahal dan akses obat kepada masyarakat (KONAS, 2005).
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden penelitian serta menambah wawasan dan pengetahuan responden penelitian mengenai gambaran pengetahuan masyarakat terhadap obat generik. juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian.
Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri mengenai :
a. Data demografi seperti usia, status, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. b. Pengetahuan masyarakat tentang obat generik dengan komponennya yaitu pengertian obat generik dan golongannya, manfaat serta penjelasan logo obat generik.
c. Pengetahuan masyarakat tentang pemakaian resep, tempat pembelian obat, informasi pemakaian obat dan penamaan obat secara umum.
d. Penggunaan obat generik dengan komponennya yaitu mengetahui pemakaian berdasarkan indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan dosis dari contoh-contoh obat generik.
Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Ssri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :
Nama : Henry S.Sitindaon.
Alamat : Jl. Darussalam No. 82 Medan
No. HP : 081263343535
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, 2010
Peneliti
Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tempat/ Tgl. Lahir : Alamat :
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam data penelitian.
Medan, 2010 Peneliti, Yang Membuat Pernyataan
(Henry S. Sitindaon) ( )
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tempat/ Tgl. Lahir : Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa data yang diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah benar adanya. Dan saya bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2010
Tertanda
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT GENERIK DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KELURAHAN BABURA
MEDAN TAHUN 2010 .
No. Kuesioner :
Hari dan tanggal pengambilan data :
Pewawancara : Henry S. Sitindaon
A.DATA PRIBADI: 1. Nama : 2. Usia : 3. Jenis Kelamin : 4. Telepon (jika ada) : 5. Tingkat pendidikan :
a. tamat SD atau yang sederajat b. tamat SMP atau yang sederajat c. tamat SMA atau yang sederajat
d. tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat. 6. Pekerjaan :
7. Sumber informasi mengenai obat :
a. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) b. Media cetak (koran, majalah)
c. Media elektronik (televisi, radio)
d. Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan, pengajian) e. Keluarga
f. Tetangga
g. Lain-lain ………
A. Berikanlah tanda Contreng dibawah ini pada jenis obat yang pernah Anda dengar.
NAMA OBAT PERNAH TIDAK PERNAH
Obat Paten Obat Generik
Obat Nama Dagang
B.Soal no.1-20 tentang pengetahuan obat Generik pada masyarakat.
1. Di bawah ini yang benar tentang pengertian dasar obat generik adalah ? A. Obat yang disubsidi pemerintah yang harganya murah (1)
B. Obat dengan nama resmi berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya (2) C. Tidak tahu (0)
2. Di bawah ini yang benar tentang pengertian obat generik esensial adalah ? A. Obat generik yang paling banyak dibutuhkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan. (2)
B. Obat generik yang paling banyak beredar di masyarakat (1). C. Tidak tahu (0).
3. Di bawah ini pernyataan yang benar tentang logo obat generik adalah ?
A. Logo yang bertuliskan GENERIK di tengah garis-garis horizontal hijau yang membentuk lingkaran (2).
B. Logo yang bertuliskan GENERIK di dalam lingkaran berwarna hijau (1). C. Tidak tahu (0).
4. Jika Anda berobat ke dokter, apakah Anda akan meminta dokter untuk meresepkan obat generik ?
A. Jarang memintanya. (1) B. Selalu memintanya. (2) C. Tidak pernah. (0)
5. Jika Anda tidak berobat ke dokter, apakah Anda akan meminta resep obat generic di apotik ?
A.. Jarang memintanya. (1) B. Tidak pernah. (0) C. Selalu memintanya (2)
6. Di bawah ini yang merupakan salah satu contoh obat generik yang Anda ketahui adalah :
7. Di bawah ini yang merupakan tempat pembelian resmi obat generik adalah ? A. Apotik (2).
B. Toko obat bebas/berizin(1). C. Lain-lain, sebutkan………(0)
8. Dari mana Anda peroleh informasi singkat pada obat generik yang Anda beli ? A. Dari dokter (1)
B. Dari leaflet pada kemasan obat (2) C. Lain-lain, sebutkan……….(0)
9. Siapa yang berhak untuk menganjurkan peresepan obat generik dalam pengobatan Anda ?
A. Lain-lain, sebutkan……..(0) B. Bidan/ perawat(1).
C. Dokter (2)
10. Apa yang akan Anda lakukan jika obat generik yang akan Anda butuhkan tidak tersedia di apotik/toko obat?
A. Menggantinya dengan obat lain yang bukan obat generik(1).
B. Menggantinya dengan obat generik lain sesuai dengan sakit saya (2) C Lain-lain, sebutkan…….(0).
11. Bagaimana tanggapan Anda mengenai manfaat obat generik dibandingkan obat paten?
A. Khasiat pada umumnya sama saja (2). B. Tidak tahu(0)..
C. Khasiat obat paten jauh lebih baik(1)
12. Jika Anda meminta obat generik, apa alasan Anda memilih obat tersebut ? A. Karena anjuran dokter (1)
B. Harganya yang murah dan kualitas yang baik (2) C. Lain-lain, sebutkan…….(0)
13. Apakah Anda menganjurkan kepada keluarga Anda agar menggunakan obat generic sebagai pengobatan ?
A. Selalu menganjurkannya (2). B. Tidak pernah (0).
C. Jarang menganjurkannya (1)
14. Apakah Anda selalu bertanya tentang pedoman penggunaan obat generik jika dokter meresepkan obat tersebut?