• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PELAKU UMKM DI KOTA PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan oleh:

EFRINA SINAGA 080523005

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Efrina Sinaga

NIM : 080523005

Konsentrasi : Perbankan

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar

Tanggal………..

Pembimbing,

Drs.A.Samad Zaino, M.S

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Sabtu

Tanggal : 3 Desember 2011

Nama : Efrina Sinaga

NIM : 080523005

Konsentrasi : Perbankan

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Drs. A. Samad Zaino, M.S

NIP. 19710503 200312 1 003 NIP. 19460810 197412 001

Penguji I Penguji II

Ilyda Sudrajat, SSi, M.Si Drs. Rachmat Sumanjaya,

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Efrina Sinaga

NIM : 080523005

Konsentrasi : Perbankan

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar

Tanggal--- Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

NIP.19710503200312 1 003

Tanggal--- Dekan

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Ananlisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan pelaku UMKM secara nyata di kota Pematangsiantar.

Data ini diperoleh dari penelitian dilapangan dan kepustakaan dan pengumpulan data dilakukan dengan dengan membagikan kuesioner. Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linear dan diolah dengan menggunakan Eviews 5.0.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Modal, Kredit KUR, Lama usaha, dan Tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pendapatan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar.

(6)

ABSTRACT

The study is titled “ Analysis of factors affecting income of Small and medium enterprices (SME) at Pematangsiantar”. This study uses respondents as many as 30 people. The purpose of this study was to see what is effect of income in small and medium enterprices at Pematangsiantar.

This data was obtained from field research and literature and data collection is done by questionnaire. This study uses linear regression analysis model and processed by using Eviews version 5.0.

Results of analysis showed that variable capital, KUR of credit, time of enterprices and labor jointly significant effect to income small and medium enterprices at Pematangsiantar.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

kasihNya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar” ditujukan sebagai

salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Program Pendidikan Strata-1

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Isi dan materi skirpsi ini didasarkan

pada penelitian kelapangan dan studi kepustakaan yang terkait dalam hal yang diteliti.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa sumbangan pemikiran, dorongan semangat dan juga sumbangan

material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yakni kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.hD selaku ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program

Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unicersitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. A. Samad Zaino, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan waktu, tenaga, saran dan kritikan selama proses penulisan skripsi

ini.

5. Ibu Ilyda Sudrajat, SSi, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs.

Rachmat Sumanjaya Hsb.,MSi selaku Dosen pembanding II yang telah banyak

memberi saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

7. Ucapan terimakasih yang begitu besar kepada seluruh keluarga tercinta, Bapak

dan Mama di Kampung, saudara-saudaraku nan jauh dimato yang terus

memberikan dukungan dan kepercayaannya padaku.

8. Saudara-saudara terkasih kelompok “Karnefale n Shalom”, adik-adik Biologi,

Seluruh anggota Paduan Suara El-Shaddai USU, saudara satu kost, dan

masyarakat lingkungan sekitar kost.

9. Buat teman-teman seperjuangan, Hotma K Sipayung, Lidia Kassoggi Simbolon,

Indra M. Sibarani, Josmon, Siska, Reni Anggraini, and the others thanks for

your attention and the spirit.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis juga tetap berharap

adanya kirtik dan saran yang bersifat membangun sehingga menjadi lebih baik lagi dan

pada akhirnya dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2011

Efrina Sinaga

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT………i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR………iii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR GAMBAR……….v

DAFTAR TABEL………..vi

DAFTAR LAMPIRAN………vii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang………1

1.2 perumusan Masalah………5

1.3 Hipotesis………5

1.4 Tujuan Penelitian………6

1.5 Manfaat Penelitian……….7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………9

2.1 UMKM………9

2.1.1 Pengertian UMKM……….9

2.1.2 Peranan UMKM dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia..12

2.1.3 Pendapatan……… 12

2.1.4 Modal………13

2.1.5 Kredit KUR………15

2.1.6 Lama Usaha………22

BAB III METODE PENELITIAN………23

(10)

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data………. …24

3.3 Metode Pengolahan data………. …24

3.4 Model Analisis data………. …24

3.5 Test of Goodness of Fit……… …26

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………...29

3.7 Defenisi Operasional………31

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN………..32

4.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar………32

4.1.1 Letak dan keadaan Geografis………33

4.1.2 Iklim………..34

4.1.3 Pemerintahan……….34

4.1.4 Penduduk dan Tenaga Kerja………...35

4.1.5 Pendidikan………36

4.1.6 Kesehatan dan Keluarga Berencana……….36

4.1.7 Tanaman Bahan Makanan………37

4.1.8 Peternakan………37

4.1.9 Industri Kecil………37

4.2 Industri besar Sedang………..38

4.3 keuangan Daerah……….38

4.4 Gambaran Umum Sampel Responden………....39

4.5 Analisa dan Interpretasi data………..41

4.6 Uji Kesesuaian……….43

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..51

5.1 Kesimpulan ………..51

5.2 Saran

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.5 Usia Responden Pelaku UMKM di kota Pematangsiantar…………... 40

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Lampiran 3 Regresi Berganda

Lampiran 4 Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 5 Uji Linearitas

Lampiran 6 Uji Normalitas

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Ananlisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan pelaku UMKM secara nyata di kota Pematangsiantar.

Data ini diperoleh dari penelitian dilapangan dan kepustakaan dan pengumpulan data dilakukan dengan dengan membagikan kuesioner. Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linear dan diolah dengan menggunakan Eviews 5.0.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Modal, Kredit KUR, Lama usaha, dan Tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pendapatan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar.

(15)

ABSTRACT

The study is titled “ Analysis of factors affecting income of Small and medium enterprices (SME) at Pematangsiantar”. This study uses respondents as many as 30 people. The purpose of this study was to see what is effect of income in small and medium enterprices at Pematangsiantar.

This data was obtained from field research and literature and data collection is done by questionnaire. This study uses linear regression analysis model and processed by using Eviews version 5.0.

Results of analysis showed that variable capital, KUR of credit, time of enterprices and labor jointly significant effect to income small and medium enterprices at Pematangsiantar.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pada saat terjadi krisis ekonomi di negara kita, hampir semua perusahaan-perusahaan

besar mengalami kerugian. Dimana banyak para pengusaha tersebut tidak dapat lagi

membayar cicilan utang akibat nilai tukar Rupiah yang terus menurun dan berfluktuasi

terhadap Dollar dan tingkat suku bunga yang sangat tinggi pula.

Berbeda halnya dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada saat itu,

dimana usaha ini dipandang telah menunjukkan kekuatan dan potensi sesungguhnya

dalam hal daya tahan menghadapi guncangan maupun dalam hal peranannya sebagai

salah satu motor penggerak ekonomi yang penting. Hal ini dapat diperkuat bahwa

banyak usaha mikro-kecil lebih terbukti tahan banting dan berkembang sehingga lebih

mampu menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat dengan jumlahnya yang sangat

besar dan sifatnya yang umumnya padat karya dan banyak menggunakan bahan baku

lokal dan juga menyerap tenaga kerja yang sangat besar pula.

Dengan itu pula keberadaan usaha mikro kecil bahkan sampai usaha menengah atau

yang sering disebut UMKM terus tumbuh dan berkembang dengan baik serta tersebar

diseluruh tanah air yang telah mampu memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja

yang sangat besar dan kontribusi terhadap peningkatan ekspor serta dalam pembentukan

(17)

sektor UMKM sangat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan

stabilisasi sistem ekonomi yang ada saat ini.

Kegiatan sektor UMKM sering disebut kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan

dimana umumnya barang-barang yang diproduksi atau dihasilkan oleh pelaku UMKM

adalah berupa kebutuhan sehari-hari yang diperlukan masyarakat banyak hampir untuk

semua jenis lapisan masyarakat dan dikarenakan pelakunya yang sangat mendominasi.

Sektor UMKM lebih memanfaatkan sumber daya alam dan padat karya seperti hasil

pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan (termasuk pedagang

kaki lima, sampai industri menengah) dan juga untuk restoran.

Melihat perkembangan pasar sampai saat ini, dimana permintaan terhadap

barang-barang yang diproduksi oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

sangat besar karena berupa barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat

banyak. Banyaknya permintaan terhadap barang yang biasa dihasilkan oleh UMKM,

banyak pula para pengusaha UMKM tidak lebih leluasa mengembangkan usaha karena

terkendala dalam permodalan. Jumlah tenaga kerja juga berpengaruh terhadap

pengembangan usaha karena dapat meningkatkan kuantitas produksi dan membantu

operasional manajemen. Disamping itu lama usaha juga mempengaruhi tingkat

pendapatan usaha tersebut. Dimana semakin lama usaha itu berdiri, pendapatan

pengusaha akan semakin meningkat. Bahkan permasalahan permodalan tersebut sudah

menjadi masalah klasik bagi para pelaku UMKM dari dulu.

Sampai dengan akhir tahun 2008, jumlah unit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah) di Indonesia mencapai 49,8 juta unit usaha. Namun demikian, yang

(18)

sejumlah 49,8 juta UMKM tersebut ternyata hampir 90 persennya adalah usaha mikro

yang berbentuk rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha lain yang

berbasis informal dimana pada skala inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja

dan mampu menopang taraf hidup masyarakat.

Banyaknya para pelaku usaha mikro yang tidak mendapatkan kredit tersebut karena

mengharuskan adanya agunan dan kelengkapan surat-surat izin usaha dan juga tingkat

suku bunga yang cukup tinggi. Padahal masih cukup banyak pelaku UMKM yang

bentuk usahanya belum memiliki izin usaha tetapi sangat produktif dan menyerap

tenaga kerja yang sangat besar. Inilah yang dapat menggambarkan betapa akses UMKM

terhadap permodalan sangat kecil, begitu juga dengan kebijakan perbankan yang masih

lebih berorientasi pada kredit konsumtif.

Dengan melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM

yang belum mendapatkan pencerahan tersebut, maka pada tanggal 5 November tahun

2007 oleh Presiden mengeluarkan kebijakan pemberlakuan Kredit Usaha Rakyat atau

yang sering disebut dengan KUR bagi para pelaku UMKM. Tujuan diluncurkannya

KUR ini adalah untuk mempercepat pengembangan sektor rill dan pemberdayaan

UMKM, untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan juga

untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

Kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM ini

diikuti dengan adanya kerjasama/Nota Kesepahaman Pemerintah dalam hal ini

Departemen Teknis dengan Perbankan dan Perusahaan penjaminan yaitu PT Asuransi

Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perum SPU (Perum Sarana Pengembangan Usaha)

(19)

hal ini lembaga perbankan yang ditunjuk oleh pemerintah adalah bank-bank nasional

seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank Syariah Mandiri, Bank BTN dan

Bank Bukopin.

Kota Pematangsiantar merupakan kota urutan ketiga terbesar setelah kota Medan dan

Deli Serdang yang memiliki pertumbuhan perdagangan dan industri yang cukup tinggi

di Sumatera Utara. Hal ini terbukti setiap tahunnya mengalami perkembangan baik

disektor jasa, perdagangan maupun industri. Namun sama halnya seperti dikota-kota

lain kalau UMKM di kota Pematangsiantar juga banyak mengalami kendala salah

satunya permodalan dan pelatihan, dimana hal inilah merupakan salah satu penyebab

UMKM tidak berkembang dengan cepat. Untuk mengawasi sekaligus mendorong

pertumbuhan perdagangan di Kota Siantar yang memiliki 2750 usaha mikro, 286 usaha

kecil, dan 195 usaha menengah, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

benar-benar menguasai manajemen. Sehingga pelatihan dan pendidikan pelaku usaha menjadi

keharusan, di samping fasilitas dan kemudahan bagi usaha tersebut.

Walaupun pada kenyataannya sudah pernah dilakukan pelatihan terhadap pelaku

UMKM untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi oleh pemerintah setempat,

para pelaku sektor UMKM juga dituntut dapat melakukan inovasi agar produknya bisa

tetap kompetitif dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak bahkan

masyarakat diluar kota Pematangsiantar dan hal ini tidak terlepas dari permodalan yang

lebih besar.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui dan mencoba

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian

dalam penelitian yang akan dilakukan sehinggga mempermudah penulisan skripsi ini

adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap pendapatan pelaku UMKM di kota

Pematangsiantar?

2. Bagaimanakah pengaruh kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang diterima

terhadap pendapatan pelaku UMKM di kota Pematangsiantar?

3. Bagaimanakah pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pelaku UMKM di

kota Pematangsiantar?

4. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan pelaku UMKM di

kota Pematangsiantar?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dihadapi dimana

kebenarannya masih harus dibuktikan sehingga dapat diterima atau ditolak.

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Modal berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan pelaku UMKM di

kota Pematangsiantar

2. Kredit KUR berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan pelaku

UMKM di kota Pematangsiantar

3. Lama usaha berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan pelaku

(21)

4. Tenaga kerja berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan pelaku

UMKM di kota Pematangsiantar.

1.4 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah.:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal yang dimiliki terhadap

peningkatan pendapatan pelaku UMKM di kota Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit KUR yang diterima terhadap

peningkatan pendapatan pelaku UMKM di kota Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lama usaha terhadap peningkatan

pendapatan pelaku UMKM di kota Pematangsiantar.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan

masyarakat pelaku UMKM di kota Pematangsiantar.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat, baik untuk pengembangan ilmu

pengetahuan ataupun pengembangan kelembagaan yakni:

1. Sebagai bahan masukan yang bermafaat bagi pihak bank didalam memperbaiki

kebijakan terhadap penyaluran KUR.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai

peranan perbankan dalam mengembangkan sektor UMKM di kota

(22)

3. Sebagai referensi, informasi dan bahan masukan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya khususnya bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara.

4. Sebagai salah satu cara untuk bersosialisasi dengan masyarakat kota

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2.1.1 Pengertian UMKM

Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung

berhubungan dengan UMKM, antara lain:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha

milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga ratus

juta rupiah)

2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(24)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang

memenuhi kriteria :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga

kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai

dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah

tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

3. Menurut Kementrian Keuangan

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni

(25)

kegiatan /usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp.

600.000.000 atau asset (aktiva ) setinggi-tingginya Rp.600.000.000 (diluar tanah dan

bangunan yang ditempati ). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam

bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin

industri rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.

Dari berbagai pendapat diatas, pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari

segi kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi

penjualan/omset pelaku UMKM.

2.1.2 Peranan UMKM Dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia

Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan kementrian

Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi berbagai jenis

kontribusi, antara lain sebagai berikut :

a. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional ; Pembentukan

Investasi Nasional menurut harga berlaku :

1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp. 461,10 triliun atau

52,99% dari total investasi nasional sebesar Rp. 870,17 triliun.

2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar Rp.

179,27 triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp. 640,38 triliun.

b. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ; PDB

(26)

1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga

berlaku tercatat sebesar Rp. 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%

2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga

berlaku tercatat sebesar Rp. 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%

c. Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional ; pada tahun

2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau

97,04% dari total penyerapan tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar

2,43%.

d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional ; pada tahun 2008

kontribusi UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non

migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28, 49%.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama

perekonomian Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya

mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif

rendah. Oleh karena itu, adalah sangat wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan

mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

2.1.3 Pendapatan

Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu

badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dan jasa atau aktifitas usaha yang

lainnya dalam suatu periode. Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau Rumah

(27)

pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang

sicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau Rumah

tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winard, 1998).

Setiap orang yang bekerja akan berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan

jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk atau

masyarakat yang bekerja sering kali tidak hanya mengerjakan satu hal atau pekerjaan

sehingga pendapatannya tidak hanya dari satu sumber saja. Pendapatan yang dimaksud

adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi

berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan,

pendapatan dari profesi yang diterima sendiri, usaha perseorangan dan pendapatan dari

kekayaan serta dari sektor subsisten yaitu untuk bertahan hidup secara wajar dan

didapatkannya suatu jaminan kebutuhan primer. Yang dimaksud dengan pendapatan

subsistem adalah pendapatan yang diterima dari usaha-usaha tambahan yang

dipasarkan untuk memenuhi keperluan hidupnya sekeluarga (Mubyarto, 1997).

Pendapatan masyarakat dapat berasal dari berbagai sumber, yakni dari sektor

formal (gaji atau upah yang diterima secara bertahap), sektor informal (sebagai

penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh dan lain sebagainya) dan di sektor

subsisten (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak, atau bahkan pemberian orang

lain).

2.1.4 Modal

Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan

proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumber bentuknya, berdasarkan

(28)

2 yakni : modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari

perusahaan sendiri. Sedangkan modal asing adalah modal yang bersumber dari luar

perusahaan. Misalnya modal yang berasal dari pinjaman bank.

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal kokret dan modal abstrak.

Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi.

Sedangkan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi

mempunyai nilai bagi perusahaan misalnya hak paten, hak merk, dan lainnya.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal

masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan

hasilnya menjadi sumber pebdapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi

yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan modal masyarakat adalah

modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam

proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum, jalan, dan sebagainya.

Kemudian, modal dibagi berdasarkan sifatnya, yakni modal tetap dan modal

lancar. Modal tetap adalah modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang.

Misalnya bangunan pabrik, mesin-mesin. Sedangkan modal lancar adalah modal yang

harus digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya bahan-bahan baku.

2.1.5 Kredit KUR

Menurut Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 Kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

(29)

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Kredit berasal dari bahasa

Latin yaitu “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit

adalah ia percaya adalah si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan

dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan

penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai

jangka waktu.

2.1.5.1 Prinsip-prinsip Perkreditan

Sebelum kredit diberikan kepada debitur maka bank harus merasa yakin bahwa

kredit tersebut benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil

penilaian kredit sebelum kredit disalurkan. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria

serta aspek penilaiannya tetap sama, begitu pula dengan ukuran-ukuran yang yang

ditetapkan sudah menjadi standard penilaian setiap bank.

Penilaian kredit yang dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang

benar-benar menguntungkan biasanya dengan analisa 5C dan 7P.

Penjelasan analisis untuk 5C adalah sebagai berikut :

1. Character

Sifat atau watak pelaku dari orang –orang yang akan diberikan kredit benar-benar

dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang pekerjaan maupun yang

bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, kondisi keluarga,

hobby, dan kehidupan sosialnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan untuk

(30)

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam hubungannya dengan bidang bisnis yang

dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga dapat diukur

dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan

pemerintah. Begitu pula kemampuannya dalam mengolah bisinis yang

dijalankannya termasuk kekuatan yang ia miliki. Yang pada akhirnya dapat

dilihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, jika dilihat dari laporan

keuangan (neraca dan laba rugi ) dengan melakukan pengukuran dari segi

likuiditas dan sovabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus

dilihat dari mana saja sumber modalnya yang ada sekarang.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi

suatu masalah maka jaminan yang dititpkan akan dapat dipergunakan secepat

mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan

kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sector masing-masing serta

akibatnya dengan prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek

bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,

sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

(31)

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya

sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga menyangkut tentang sikap,

emosi, tingkah lakudan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah

2. Party

Yakni mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu berdasarkan

modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan

pada golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari

bank

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk

jenis yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit ada

bermacam-macam, sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau untuk investasi,

konsumsi atau lain sebagainya.

4. Prospect

Untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau

tidak, atau dengan kata lain memiliki prospek atau tidak. Hal ini penting

mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek

bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

(32)

Sehingga jika salah satu usahanya merugi, maka akan dapat ditutupi oleh

sektor usaha yang lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama atau akan

semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperoleh.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau

jaminan asuransi.

2.1.5.1Syarat dan Prosedur Pemberian Kredit KUR

Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit pada umumnya sama untuk semua jenis

perbankan artinya tidak jauh berbeda. Dalam prosedur pemberian kredit ada tahap-tahap

atau langkah-langkah yang harus ditempuh, yakni:

1. KUR Mikro, yaitu kredit yang diberikan kepada pelaku UMKM untuk modal kerja dengan plafond kredit Rp 5 juta sampai dengan Rp 20 juta.

Persyaratannya adalah :

a. Calon debitur adalah individu yang melakukan usaha produktif yang layak

b. Memiliki legalitas yang lengkap :

(33)

c. Lama usaha minimal 6 bulan.

Sedangkan Prosedur atau ketentuannya adalah :

a. Plafond kredit Rp 5 juta dan maksimal Rp 20 juta

b. Suku bunga efektif maks 22% per tahun

c. Jangka waktu & jenis kredit :

 KMK : maksimal 3 tahun  KI : maksimal 5tahun

Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi

 KMK : maksimal 6 tahun (apabila dilakukan perpanjangan)  KI : maksimal 10 tahun (apabila dilakukan perpanjangan)

d. Agunan :

 Pokok : Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai cashflownya mampu

memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak)

 Tambahan : Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana.

2. KUR Ritel, yaitu kredit yang diberikan kepada pelaku UMKM untuk modal kerja dan juga investasi dengan plafond Rp 20 juta sampai dengan Rp 500 juta.

Persyaratannya adalah :.

a. Calon debitur adalah individu (perorangan / badan hukum), Kelompok, Koperasi

yang melakukan usaha produktif yang layak

b. Memiliki legalitas yang lengkap :

 Individu : KTP / SIM, & KK

 Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkait atau Surat Keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan atau Akte Notaris

(34)

c. Lama usaha minimal 6 bulan

d. Perijinan :

 Plafond kredit s/d Rp. 100 juta : SIUP, TDP & SITU arau Surat Keterangan Usaha dari Kepala Desa

 Plafond kredit > Rp. 100 juta : Minimal SIUP atau sesuai ketentuan yang berlaku

Prosedurnya adalah :

a. Plafond kredit > Rp 20 juta s/d Rp 500 juta

b. Suku bunga efektif maks 14 % per tahun

c. Jangka waktu & jenis kredit:

 KMK : maksimal 3 tahun

 KI :maksimal5tahun

Dalam hal perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi

 KMK : maksimal 6 tahun  KI : maksimal 10 tahun

d. Agunan :

 Pokok : Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai cashflownya mampu

memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak)

 Tambahan : Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana

(35)

Calon debitur adalah :

a. End user, yang tidak sedang menikmati KMK atau KI dan atau Kredit Pemerintah,

namun Kredit Konsumtif diperbolehkan

b. Lembaga Linkage, diperbolehkan sedang mendapatkan pembiayaan dari Perbankan

maupun Kredit Program Pemerintah

Sedangkan Prosedurnya adalah :

a. Plafond kredit sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel

b. Jangka waktu & jenis kredit:

 KMK : maksimal 3 tahun  KI :maksimal5tahun

Dalam hal perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi

 KMK : maksimal 6 tahun  KI : maksimal 10 tahun

c. Suku bunga : sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel

d. Agunan :

 Pokok : Piutang kepada nasabah

(36)

2.1.6 Lama Usaha

Lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu usaha Mikro, Kecil atau Menengah (UMKM)

dilakukan atau umur dari usaha tersebut semenjak usaha tersebut berdiri smapai pada saat

penulis melakukan penelitian ini. Dengan asumsi bahwa semakin lama usaha tersebut berjalan

maka akan mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang signifikan kearah yang positif atau

negatif. Perkembangan dari usaha tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan

yang terjadi didunia usaha atau pasar. Dan biasanya usaha yang lebih lama berdiri cenderung

lebih berkembang karena sudah memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan usahanya. Dan

juga usaha yang memiliki umur yangbisa dibilang mapan lebih dapat beersaing dengan

usaha/pelaku UMKM lainnya.

2.1.7 Tenaga Kerja

Biasanya disebut sebagai tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja (15 tahun keatas) atau

berumur 15-64 tahun dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk secara

potensial yang bekerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam produksi. Ditinjau

dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat beragam bagi

kebutuhan masyarakat dimana secara fisik kemampuan tenaga kerja diukur dari usia. Menurut

UU No.25 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan menyebutkan bahwa setiap

orang, laki-laki atau perempuan yang sedang mencari pekerjaan baik didalam ataupun diluar

(37)

Faktor-faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah sebagai berikut :

a. elastisitas permintaan output terhadap laju perubahan harga output. Ketika harga output

meningkat namun diikuti dengan permintaan output maka permintaan tenaga kerja akan tetap

meningkat.

b. perbandingan biaya untuk input tenaga kerja dengan total biaya. Apabila perbandingan

meningkat maka input tenaga kerja yang dipergunakan akan semakin meningkat.

c. kemampuan sustitusi oleh input lain, misalnya input modal teknologi lebih efisien dan efektif

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul yang sudah ditentukan, maka yang menjadi tempat penelitian dilakukan di

kota Pematangsiantar yang merupakan kota terbesar ke 3 setelah Medan dan Deli Serdang di

Sumatera Utara yang memiliki kawasan industri dan banyak para pelaku UMKM. Sehingga

lokasi penelitian adalah daerah-daerah yang banyak para pelaku UMKM yakni pusat pasar dan

kawasan industri.

3.1.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat pelaku UMKM yang

menerima kredit KUR dari Bank.

3.1.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, subjek atau

transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya menjadi objek penelitian.

Populasi merupakan keseluruhaan objek penelitian yang akan diteliti, dalam hal ini adalah

seluruh masyarakat pelaku UMKM yang usahanya masih produktif dan menerima kredit KUR

dari lembaga perbankan yang ada di kota Pematangsiantar.

(39)

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability

Sampling, yakni metode yang dilakukan misalnya untuk sekedar menguji reliabilitas alat

pengukur tertentu. Dengan kata lain, cara ini sering dilakukan untuk penelitian yang masih

bersifat eksplotarif. Sehingga penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu

yakni pelaku UMKM di Pematangsiantar yang sesuai dengan tujuan penelitian dan jumlah

responden sebanyak 30 orang yang sudah ada mewakili dari usaha mikro, usaha kecil dan usaha

menengah yang juga mendapatkan kredit KUR dari bank.

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan baik data kualitatif ataupun data kuantitatif yang

relevan, maka dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan atau mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan, buku-buku yang terkait, jurnal ekonomi, majalah ilmiah dan data dari bank salah satunya kantor cabang Bank BRI

Pematangsiantar dan juga data dari Badan Pusat Statistik kota Pematangsiantar.

3.3 Pengolahan Data

Dalam hal ini penulis menggunakan program Excel 2007 untuk pentabulasian data mentah dari

lapangan, dan Program Eviews 5.0 untuk analisis kuantitatif . Dimana dalam hal ini pengolahan

data dimulai dari pentabulasian data hingga mendapatkan deskripsi informasi yang dibutuhkan

(40)

3.4

Model Analisis

Data

3.4.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dengan pendeskripsian variable-variabel

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti sebagai pendukung hasil dari analisis

kuantitatif. Dari permasalahan diatas, pendeskripsian variabel-variabel tersebut adalah :

1. Modal, yaitu salah satu faktor utama didalam menjalankan usaha. Dimana semakin besar

modal yang dimiliki oleh pelaku UMKM, maka akan semakin besar kesempatan untuk

memperluas usahanya sehingga dapat menambah pendapatan mereka.

2. Kredit KUR yang diterima sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan pelaku

UMKM karena menambah permodalan dalam menjalankan usahanya.

3. Semakin lama usaha yang dijalankan, maka pengalaman yang didapat dalam berusaha

akan semakin banyak sehingga dapat melakukan perbaikan-perbaikan kedepan untuk

kemajuan usaha pelaku UMKM. Dengan perbaikan-perbaikan tersebut, akan dapat

menambah pendapatan pelaku UMKM tersebut.

4. Jumlah tenaga kerja yang semakin banyak sangat berpengaruh dalam proses produksi

barang atau jasa yang lebih besar pula sehingga dapat meningkatkan pendapatan pelaku

UMKM.

3.4.2 Analisis Kuantitatif

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variable-variabel independen yakni Modal, Kredit

(41)

yakni pendapatan, maka metode analisis yang digunakan adalah model regresi

berganda.model double Log (Log-Log). Model persamaannya adalah sebagai berikut :

LogY

=

+

1

LogX

1

+

2

LogX

2

+

3

LogX

3

+

4

LogX

4

+

Dimana:

Y = Pendapatan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar (Rp) X1 = Modal (Rp)

X2 = Kredit KUR (Rp)

X3 = Lama Usaha (Tahun)

X4 = Tenaga Kerja (Orang)

α = Intercept/konstanta β1, β2,β3 = Koefisien regresi

µ = kesalahan pengganggu/term of error

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

> 0, artinya apabila X1 ( Modal) mengalami kenaikan, maka Y (Pendapatan pelaku

UMKM) juga akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya apabila X2 (Kredit KUR) mengalami kenaikan, maka Y (Pendapatan Pelaku

UMKM) juga akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya apabila X3 (Lama Usaha) mengalami kenaikan, maka Y (Pendapatan

pelaku UMKM) tetap mengalami peningkatan, ceteris paribus

(42)

3.5

Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variable

independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variable

dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 Jika R2 semakin besar maka

dapat dikatakan bahwa variable independen mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap variabel dependen dan sebaliknya.

R

i

=

Dimana:

R = koefisien determinasi

Y = variable dependen

X฀ = variable independen

i = 1, 2, 3, ….., dst.

3.5.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing

koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan menganggap variable

lainnya konstan. Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

(43)

t* = t-hitung

bi = koefisien variable ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variable independen ke-i

Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : tidak signifikan)

Ha : = 0 (signifikan)

Kriteria Pengambilan Keputusan :

Ho : β1= β2= β3 = 0 Ho diterima (t* < t-tabel) artinya variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1 β2 β3 0 Ha diterima (t* > t-tabel) artinya variabel independen secara

simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.5.3 Uji F-statistik (Uji Simultan)

Uji F-statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variable independen secara

keseluruhan terhadap variable dependen. Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

F* =

Dimna :

F* = F-hitung

(44)

Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut :

Ho : β1= β2= β3 = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : β1 β2 β3 0 (ada pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho : β1= β2= β3 = 0 Ho diterima (F* < F-tabel) artinya variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1 β2 β3 0 Ha diterima (F* > F-tabel) artinya variabel independen secara

simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

3.6

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.6.1 Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel

independen diantara satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari nilai R-Square, F-Hitung,

t-hitung, serta standard error.

Adanya multikolineritas ditandai dengan :

1. Satndard error tidak terhingga

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, dan α = 1% dalam

model tersebut.

(45)

3.6.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas apabila nilai varian dan variabel dependen (Y) meningkat sebagai akibat

dari meningkatnya varian dari variabel independen (X), maka varian dari Y adalah tidak

sama atau variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semu observasi.

Untuk menguji ada tidaknya maslah heteroskedastisitas dalam penelitian ini, maka digunakan

metode X2 (Chi-Square), dimana kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Ho diterima (X2<X2-tabel) tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Ha diterima (X2>X2-tabel) terjadi heteroskedastisitas.

3.6.3 Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model untuk digunakan sudah

benar atau tidak.Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey

(Ramsey Reset Test).

3.6.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memastikan apakah faktor pengganggu (μ) berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan Jarcue-Berra Test.Yang perlu

diperhatikan dalam Jarcue-Berra Test adalah angka probability-nya >0,05 maka dapat

berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability-nya <0,05 maka data tidak

(46)

3.7

Defenisi Operasional

1. Pendapatan adalah seluruh uang yang diterima pelaku UMKM yang akan dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup yang dinyatakan dalam Rupiah.

2. Modal adalah biaya awal yang digunakan oleh pelaku UMKM untuk membiayai kebutuhan usahanya yang dinyatakan dalam Rupiah.

3. Kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan oleh bank kepada pelaku UMKM, baik dalam bentuk barang, uang

maupun jasa yang dihitung dalam satuan juta Rupiah.

4. Lama Usaha adalah satuan usaha pelaku UMKM itu mulai berdiri dan bertahan ditengah gejolak ekonomi yang dinyatakan dalam Tahun.

(47)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan Daerah

kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini

adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang

kekuasaan sebagai raja tahun 1906.

Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal

penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah

Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum kota

Pematangsiantar yaitu:

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang

2. Siantar bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba,

Sukadame, dan Bane.

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Toba dan Martimbang.

Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah

kekuasaan Belanda sehingga pada Tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Kontroleur

Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke

Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi

pendatang baru, Bansa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.

(48)

yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah

menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.

Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah

Proklamasi kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan

Undang-undang No.22/ 1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan

Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957.

Berdasarkan UU No.1/ 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya

Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang

No.5/ 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di dearah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat

II pematangsiantar sampai sekarang.

4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2o 53’ 20” – 3o 01’00” Lintang Utara dan 99o 1’ 00” –

99o 6’ 35” Bujur timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun.

Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km2 terletak 400-500 meter di atas

permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah

kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 Km2 atau sama dengan 28,41 persen

dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan

dapat dilihat dari tabel 1.1.2.

Secara administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 (delapan)

kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Siantar Marihat

(49)

3. Kecamatan Siantar Selatan

4. Kecamatan Siantar Barat

5. Kecamatan Siantar Utara

6. Kecamatan Siantar Timur

7. Kecamatan Siantar Martoba

8. Kecamatan Siantar Sitalasari

4.1.2. Iklim

Karena terletak garis khatulistiwa, Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan

daerah datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata-rata 30,0 oC dan suhu minimum

rata-rata 21,0 oC pada tahun 2009.

Selama tahun 2009 kelembaban udara rata-rata 84 persen. Rata-rata tertinggi pada bulan

Januari dan Maret yang mencapai 87 persen, sedangkan curah hujan rata-rata 257 mm dimana

curah hujan tertinggi terjadi pada bulkan September yang mencapai 465 mm.

4.1.3. Pemerintahan

Administrasi Pemerintahan Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 terdiri atas 8 (delapan)

kecamatan dan 43 kelurahan, dengan tipe Swasembada.

Sementara itu jumlah Pegawai Negeri Sipil untuk instansi vertikal di Kota Pematangsiantar ada

sebanyak 881 orang, yang terdiri dari Golongan I sebanyak 1 orang, Golongan II sebanyak 233

orang, Golongan III sebanyak 561 orang serta Golongan IV 86 orang.

(50)

Pada dasarnya penduduk adalah merupakan modal dasar pembangunan, oleh karena itu data

statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan perencanaan pembangunan dengan

segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan

kerja, mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 250.997 jiwa dengan

kepadatan penduduk 3.146 jiwa per km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kota

Pematangsiantar pada tahun 2009 sebesar 0,40 persen.

Pendudu perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada

tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantas yang berjenis kelaimn perempuan berjumlah

127.516 jiwa dan penduduk laki-laki 123.481 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota

Pematangsiantar sebesar 96,84.

b. Ketenagakerjaan

Pertumbuhan tenaga kerja di Kota Pematangsiantar sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Namun pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan sehingga

mengakibatkan tingginya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2009, jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota

Pematangsiantar sebanyak 1.422 orang, dimana pencari kerja terbesar dari tingkat pendidikan

S-1 sebanyak 489 atau sekitar 34 persen dari total pencari kerja.

4.1.5 Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana

fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Tabel 5.1.1 hingga tabel 5.1.18

memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah sekolah, kelas maupun guru pada tahun

(51)

pendidikan Taman kanak-kanak (TK), jumlah sekolah pada tahun 2009 ada sebanyak 23 buah

dengan jumlah guru sebanyak 162 orang dan murid sebanyak 2.574 orang.

Jumlah Sekolah Dasar (SD) ada sebanyak 159 sekolah dengan jumlah guru 1.801 orang

dan jumlah murid sebanyak 32.025 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP)

ada sebanyak 40 sekolah dengan jumlah guru 1.368 dan jumlah murid sebanyak 19.394 orang.

Pada tahun yang sama jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ada sebanyak 30 sekolah dengan

jumlah guru 1.257 orang dan murid 16.259 orang.

4.1.6 Kesehatan dan Keluarga Berencana

Ketersediaan saran kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor utama dalam menunjang

perbaikan kualitas hidup. Tbel 5.2.1 menunjukkan jumlah rumah sakit yang ada di Kota

Pematangsiantar ada sebanyak 7 buah dengan kapasitas tempat tidur 704 buah.

Puskesmas di Kota Pematangsiantar tahun 2009 berjumlah 17 unit dan Puskesmas

Pembantu 10 unit sedangkan Balai Pengobatan Umum (BPU) swasta sebanyak 19 unit dan

Posyandu ada sebanyak 241 unit.

Jumlah Praktek Dokter Umum tahun 2009 sebanyak 95 orang, dokter gigi 29 orang dan

dokter spesialis 42 orang. Sedangkan tenaga medis bidan tersedia sebanyak 195 orang, perawat

704 orang.

4.1.7 Tanaman Bahan Makanan

Perkembangan luas panen tanaman padi sawah di Kota Pematangsiantar pada tahun 2009

(52)

pada tahun 2009. Produksi padi sawah pada tahun 2009 sebesar 20.119 ton atau turun dibanding

tahun 2008 yang sebesar 23.133 ton.

Untuk ketela pohon, luas panen sebesar 350 ha dengan produksi 6.216 ton. Sedangkan

untuk kacang tanah, luas panen 555 ha dengan produksi 59 ton.

4.1.8 Peternakan

Jumlah ternak sapi di Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 ada sebanyak 269 ekor dan ternak

kebau sebanyak 166 ekor. Untuk unggas, populasi ayam kampung sebanyak 117.853 ekor, ayam

pedaging sebanyak 17.360 ekor dan itik sebanyak 8.757 ekor.

4.1.9 Industri Kecil

Jumlah industri kecil di Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 ada sebanyak 501 buah. Jika

dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah industri kecil di Kota Pematangsiantar mengalami

kenaikan sebesar 2,66 persen. Industri kecil yang terbanyak di Kota Pematangsiantar ada pada

kelompok industri makanan, minuman dan tembakau sebnayak 166 buah. Disusul kemudian

industri barang-barang dari logam, mesin dan perlengkapannya sebanyak 141 buah.

Sementara penyerapan tenaga kerja terbanyak pada kelompok industri makanan,

minuman dan tembakau sebnayak 1.615 disusul industri barang-barang dari logam, mesin dan

perlengkapannya, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 808.

4.2 Industri Besar Sedang

Jumlah perusahaan industri besar sedang pada tahun 2009 tercatat 38 perusahaan, 24

(53)

dalam perusahaan industri besar sedang tahun 2009 berjumlah 4.723 orang. Golongan industri

makanan, minuman dan tembakau merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu

sebanyak 3.772 orang.

4.3 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Secara umum PDRB Kota Pematangsiantar dalam periode 2004-2009 mengalami peningkatan

baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

yang terbentuk pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 3.746,22 miliar, mengalami pertumbuhan

sebesar 8,13 persen dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 3.464,69 miliar. Sedangkan

PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 1.926,30 miliar, mengalami

pertumbuhan sebesar 5,36 persen dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 1.828,25 miliar.

4.4 PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Realisasi penerimaan daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2008 sebesar Rp.

4.877.215.780 atau 99,27 persen dari jumlah yang ditargetkan. Sedangkan realisasi penerimaan

pajak pada tahun 2009 sebesar Rp. 426.096,88 juta yang terdiri dari pajak langsung Rp.

311.761,32 juta, pajak tak langsung sebesar Rp. 107.578,30 juta serta pajak lainnya sebesar Rp.

6.757,26 juta.

(54)

Laju inflasi di Kota Pematangsiantar untuk tahun kalender 2009 sebesar 2,72 persen, lebih

rendah dari tahun 2008 yang sebesar 10,16 persen. Untuk Nasional, inflasi tahun 2009 sebesar

2,78 persen dan untuk Kota Medan sebesar 2,69 persen.

4.6 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan,

khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara riil dapat dilihat dari angka PDRB

Atas Dasar Harga Konstan. Pertumbuhan ekonomi kota Pematangsiantar pada tahun 2009

sebesar 5,36 persen, sedangkan pada tahun sebelumnya adalah 5,72 persen atau melambat

sebesar 0,36 persen.

Tiga sektor atau lapangan usaha yang mempunyai andil dalam pembentukan PDRB adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan yakni masing-masing tumbuh sebesar 8,90 persen, 1,61 persen dan 7,12 persen.

4.7 Pendapatan Perkapita

PDRB Perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing

penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi selama satu tahun disuatu wilayah. PDRB

Perkapita ini dapat digunakan sebagai salah satu indicator tingkat keberhasilan pembangunan,

akan tetapi belum dapat digunakan langsung sebagai ukuran tingkat pendapatn masyarakat

disuatu wilayah. PDRB perkapita kota Pematangsiantar Atas Dasar Harga berlaku tahun 2009

tumbuh sebesar 7,15 persen.

(55)

Dari 30 responden yang diteliti kebanyakan melakukan kegiatan berdagang untuk kebutuhan

sehari-hari yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Ada yang membuka usahanya dirumah,

dan juga banyak para pelaku UMKM membuka usaha dipusat-pusat pasar. Hal ini sangat

tergantung dari jenis produk yang dijual oleh para pelaku UMKM, sehingga tempat sangat

berpengaruh terhadap jumlah produk yang akan didistribusikan. Dari hasil penelitian ke lapangan

juga ditemukan beberapa pelaku UMKM berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, pegawai

swasta, dimana usaha tersebut sebagai tambahan dari penghasilannya. Namun responden yang

lain lebih banyak menaruh kehidupannya pada usahanya tersebut yakni pendapatan utamanya

bersumber dari usaha UMKM tersebut.

4.8.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia responden yang merupakan sampel bervariasi antara

20 sampai 75 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pedagang /pelaku UMKM tersebut dapat

dilihat pada table berikut :

Tabel 4.1

Usia Responden Pelaku UMKM di Pematang siantar

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 20-29 4 13,3

2 30-39 9 30

3 40-49 8 26,6

4 50-59 6 20

5 60-69 2 6,6

(56)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pelaku UMKM yang menjadi responden paling banyak

berusia antara 30 tahun hingga 39 tahun. Lalu diikuti responden yang berusia 40-49 tahun.

4.8.2 Distribusi pendidikan Responden

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa distribusi pendidikan responden yang bervariasi

mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Rakyat (SR) sampai dengan lulusan sarjana

(S-I). Untik lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden/Pelaku UMKM di Pematangsiantar

No Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD/SR 3 10

2 SLTP 2 6,6

3 SLTA 20 66,6

4 D-III 2 6,6

5 S-I 3 10

(57)

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden menamatkan

pendidikannya ditingkat SLTA yaitu berjumlah 20 orang atau 66,6% dari jumlah seluruh

respoden dan yang berpendidikan Akademik/Universitas berjumlah 5 orang.

4.9 Analisa dan Interpretasi Data

No Pendapatan Usaha

(Y)

Modal

(X1)

Kredit KUR

(X2)

Lama Usaha

(X3)

Tenaga Kerja

(X4)

1 60000000 122400000 150000000 11 10

2 31000000 50000000 65000000 5 4

3 48000000 195000000 150000000 9 7

4 54000000 135700000 250000000 10 7

5 36000000 125600000 150000000 10 12

6 216000000 144300000 475000000 4 22

7 144000000 110000000 80000000 9 11

8 162000000 150000000 250000000 10 9

9 90000000 20000000 30000000 5 6

10 156000000 79300000 75000000 3 12

11 25200000 8000000 12000000 2 2

12 21600000 18000000 15000000 3 3

13 36400000 10000000 20000000 2 3

14 13200000 5000000 5000000 1 2

15 14400000 3000000 5000000 5 3

16 14000000 50000000 20000000 31 3

17 30000000 6000000 5000000 10 2

18 36000000 5000000 50000000 10 1

19 18000000 3000000 5000000 20 2

20 30000000 10000000 5000000 20 4

21 14000000 10000000 5000000 5 1

22 18000000 10000000 5000000 5 1

23 14400000 10000000 5000000 8 3

24 24000000 15000000 20000000 7 3

25 21600000 5000000 5000000 3 2

(58)

27 60000000 8000000 10000000 7 5

28 48000000 20000000 50000000 12 3

29 96000000 15000000 20000000 4 6

30 12000000 10000000 10000000 1 4

Kemudian data diatas diolah dengan menggunakan program Eviews 5.0. yaitu untuk mencari

persaman regresinya, sehingga diperoleh :

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 11/10/11 Time: 11:08 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 14.57328 1.816636 8.022122 0.0000 LX1 -0.286520 0.177275 -1.616247 0.1186 LX2 0.396147 0.147321 2.689000 0.0126 LX3 0.044931 0.121239 0.370596 0.7141 LX4 0.629171 0.191787 3.280570 0.0030 R-squared 0.692152 Mean dependent var 17.38687 Adjusted R-squared 0.642896 S.D. dependent var 0.842273 S.E. of regression 0.503327 Akaike info criterion 1.615860 Sum squared resid 6.333463 Schwarz criterion 1.849393 Log likelihood -19.23790 F-statistic 14.05220 Durbin-Watson stat 1.338845 Prob(F-statistic) 0.000004

Berdasarkan hasil regresi diatas maka diperoleh estimasi sebagai berikut :

Y = 14,57328 - 0,286520X1 + 0,396147X2 +0,044931X3 + 0,629171+ μ

a. Modal Usaha (X1)

Berdasarkan hasil estimasi pengolahan data diatas dapat diketahui bahwa variabel X1 (Modal

Usaha) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap variabel Y (Pendapatan) Pelaku UMKM di

kota Pematangsiantar sebesar -0,286520. Hal ini berarti apabila modal usaha mengalami

(59)

menurunkan pendapatan pelaku UMKM sebesar 0,286520 persen. Dengan demikian koefisien

regresi bertanda positif tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

yang positif antara modal usaha dengan pendapatan pelaku UMKM, ceteris paribus.

b. Kredit KUR (X2)

Berdasarkan hasil estimasi diatas dapat diketahui bahwa variabel X2 (Kredit KUR) memiliki

tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,396147 terhadap variabel Y (pendapatan Pelaku

UMKM). Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah kredit KUR yang diberikan semakin

meningkat sebesar 1 persen maka akan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM sebesar

0,396147 persen. Dengan demikian koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan hipotesis

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kredit KUR dengan pendapatan

pelaku UMKM, ceteris paribus.

c. Lama Usaha (X3)

Kemudian berdasarkan hasil estimasi diatas dapat juga diketahui bahwa variabel X3 (Lama

Usaha) memilki tanda koefisien yang positif sebesar 0,044931 terhadap variabel Y. Hal ini

menunjukkan bahwa apabila lama usaha yang diberikan meningkat 1 persen maka akan

menurunkan pendapatan pelaku UMKM sebesar 0,044931 persen. Dengan demikian koefisien

regresi bertanda positif sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

positif antara lama usaha dengan pendapatan pelaku UMKM.

d. Tenaga kerja (X4)

Berdasarkan hasil estimasi diatas dapat diketahui bahwa variabel X4 (Jumlah tenaga kerja)

memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,629171 terhadap variabel Y (Pendapatan

Pelaku UMKM). Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah tenaga kerja yang diberikan

meningkat 1 persen maka juga akan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM sebesar 0,629171

persen. Dengan demikian koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara jumlah tenaga kerja dengan pendapatan

(60)

4.6 Uji Kesesuaian

4.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Dari hasil analisis maka diperoleh nilai koefisien determinasi (R adalah sebesar 0,692152. Ini

berarti secara keseluruhan, variabel Modal (X1), Kredit KUR (X2), Lama Usaha (X3), dan

Tenaga Kerja (X4) dapat menjelaskan variabel pendapatan pelaku UMKM di kota

pematangsiantar sebesar 69%. Sedangkan sisanya 31% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak disertakan dalam model estimasi.

4.6.2 UJi t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

1. Variabel Modal Pelaku UMKM (X1)

a. Hipotesa : Ho : b1 = 0…….tidak signifikan

Ha : b1 ≠ 0……..signifikan

b. Df = n-k-1

= 30-5-1

= 24

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,7109

e. Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima (t* < t-tabel) dengan α = 5%

Ha diterima (t* > t-tabel) dengan α = 5% f. t* = -1,616247

g. Berdasarkan penghitungan diatas maka t*<t-tabel (-1,616247<1,7109) artinya Ho

diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Modal Pelaku UMKM

tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM (Y).

2. Variabel X2 (Kredit KUR)

a. Hipotesa : Ho : b1 = 0…….tidak signifikan

(61)

b. Df = n-k-1

Df = 24

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,7109

e. Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima (t* < t-tabel) dengan α = 5%

Ha diterima (t* > t-tabel) dengan α = 5% f. t* = 2,689

g. Berdasarkan penghitungan diatas maka t*>t-tabel (2,689>1,7109) artinya Ha

diterima dengan demikian variabel Kredit KUR (X2) berpengaruh nyata (signifikan )

terhadap pendapatan Pelaku UMKM (Y).

3. Variabel X3 (Lama Usaha)

a. Hipotesa : Ho : b1 = 0…….tidak signifikan

Ha : b1 ≠ 0……..signifikan b. Df = n-k-1

Df = 24

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,7109

e. Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima (t* < t-tabel) dengan α = 5%

Ha diterima (t* > t-tabel) de

Referensi

Dokumen terkait

Kelas PBL lebih dominan mendapatkan sumber informasi tentang konsep-konsep virus (ciri-ciri, cara reproduksi, pencegahan serta penularan dan pengobatan) dari

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang memerlukan atau memakai data primer sebagai data utama, yaitu

Bahwa variabel bebas (Modal (X1), Jumlah tenaga kerja (X2), Bahan baku (X3), Teknologi (X4), Pengalaman kerja (X5)) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Dari penyusunan hirarki kriteria didapatkan 3 kriteria utama dan 6 sub kriteria dan 4 alternatif yang digunakan untuk pemilihan media iklan, berdasarkan pengolahan

Ongkos pesan tetap untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan sebanding dengan jumlah barang yang disimpan dan harga barang/unit serta lama waktu penyimpanan 5. Tidak

[r]

TSIA (triple sugar iron agar) didapatkan hasil yang negatif pada keenam isolat karena tidak terbentuk endapan berwarna hitam pada dasar dari media yang berarti bakteri tidak

Apabila ada desainer lain yang merancang daycare, usahakan agar dapat menarik minat banyak anak karena anak- anak memiliki karakter masing-masing, ada yang malas dan