• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Postur Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Pengangkutan Arang Ke Eltor dan Pengangkutan Scrap Ke Tempat Pembuangan Pada C.V. Fatih Brother’s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Postur Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Pengangkutan Arang Ke Eltor dan Pengangkutan Scrap Ke Tempat Pembuangan Pada C.V. Fatih Brother’s"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN POSTUR KERJA YANG ERGONOMIS DI STASIUN PENGANGKUTAN ARANG KE ELTOR DAN

PENGANGKUTAN SCRAP KE TEMPAT PEMBUANGAN PADA C.V. FATIH BROTHER’S

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

Abdul Manaf Jailani

NIM. 040403052

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PENENTUAN POSTUR KERJA YANG ERGONOMIS DI STASIUN PENGANGKUTAN ARANG KE ELTOR DAN

PENGANGKUTAN SCRAP KE TEMPAT PEMBUANGAN PADA C.V. FATIH BROTHER’S

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

Abdul Manaf Jailani

NIM. 040403052

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Jabbar Rambe, MEng) (Ir. Dini Wahyuni, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di C.V. Fatih Brother’s yang terletak di Lorong Perjuangan, Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini mengolah bahan baku berupa kayu dan menghasilkan produk kayu dan arang. Penelitian ini tepatnya dilakukan pada proses pengangkutan arang ke eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan.

Pada proses pengangkutan arang ke eltor dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan, operator bekerja dengan postur kerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan kelambatan dalam bekerja karena operator mudah lelah. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire

Body Assessment) untuk memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis dan

menghasilkan postur kerja yang lebih baik.

Pada penelitian ini, sikap kerja operator dalam pengangkutan arang ke eltor/bus kecil diamati, kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian dengan metode REBA terhadap postur kerja operator hasilnya diperoleh skor REBA gerakan pertama sebelah kiri adalah 8 dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketempat sebelah kiri dan kanan didapat 4, skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7. Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan sikap kerja operator diamati kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian terhadap postur kerja operator dan didapat hasilnya adalah skor REBA gerakan pertama sebelah kiri dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 4 dan kanan didapat 6, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan keempat sebelah kiri adalah 7 dan kanan diperoleh 5 dan skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Draft Tugas

Sarjana ini. Penulisan Draft Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk mengikuti Seminar Sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Draft Tugas Sarjana ini berjudul “Penentuan Postur Kerja Yang Ergonomis Di

Stasiun Pengangkutan Arang Ke Eltor dan Pengangkutan Scrap Ke Tempat Pembuangan Pada C.V. Fatih Brother’s”.

Penulisan Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

untuk mengikuti Seminar Sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Sarjana ini,

karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu penulis

harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Tugas Sarjana ini dapat memberikan

manfaat baik bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara Medan, September 2009

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Draft Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebenar-benarnya atas segala bimbingan yang diberikan, terutama

sekali kepada :

1. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng, dan Bapak Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku

Dosen Pembimbing atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam

penyelesaian Draft Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Kepala Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Sugiharto, P.MM selaku koordinator TA di Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak pimpinan C.V. Fatih Brother’s yang telah memberikan izin dan kesempatan

pada penulis dalam pengambilan data di lapangan.

5. Teristimewa dan terhormat untuk Kedua Orangtua ”Muhammad Iqbal dan Rasmi”

yang sangat berarti dalam kehidupanku yang telah banyak membantu penulis dalam

hal material dan dukungan yang luar biasa.

6. Abang tercinta “Robby Asmara” yang selalu memberi semangat kepada penulis baik

dalam hal dukungan, doa maupun kata – kata semangat.

7. Kakak tercinta ”Viviyanti, Murni dan Sonita” yang sangat berarti dalam kehidupanku.

Yang telah banyak memberikan arti hidup kepada penulis dan semangat hidup.

8. Teman-teman seperjuangan “Bang M. Gerri Hatta dan Bang Joko” yang selalu

(6)

9. Terima kasih atas bantuan, semangat dan dukungan terutama kepada :

• Rekan-rekan mahasiswa “ Armen, Maryati, Juana, Desima, Yetty, dan seluruh

rekan-rekan stambuk 04 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Medan, September 2009

(7)

DAFTAR ISI

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4. Efek Kerja Otot Statis ... III-8 3.5. Standard Nordic Body Map Questionnaire ... III-9 3.6. Muskuloskeletal ... III-12 3.7. REBA (Rapid Entire Body Assessment)... III-15

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses ... V-1

5.1.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Arang 25 kg ke

Eltor/Bus Kecil ... V-1 5.1.1.2. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada

Proses Pengangkutan Arang 25 kg ke

Eltor/Bus Kecil ... V-5 5.1.2. Kuesioner Nordic Body Map ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-10

5.2.1. Pengolahan Data Pada Proses Pengangkutan

Arang 25 kg Ke Eltor... V-10 5.2.1.1. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Mengambil Beban Dengan Posisi

Membungkuk ... V-11 5.2.1.2. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Mengangkat Beban Dari Lantai ... V-15 5.2.1.3. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Membawa Beban ... V-20 5.2.1.4. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Meletakkan Beban Ke Eltor ... V-24 5.2.1.5. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Menyusun Beban Ke Eltor Sambil

Membungkuk ... V-28 5.2.2. Pengolahan Data Pada Proses Pengangkutan Scrap

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

Mengambil Beban Dengan Posisi

Membungkuk ... V-34 5.2.2.2. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Mengangkat Beban Dari Lantai ... V-38 5.2.2.3. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Meletakkan Beban Di Pundak ... V-43 5.2.2.4. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Meletakkan Beban Ke Eltor Berjalan Menuju Tempat Pembuangan Sambil

Memikul Beban ... V-47 5.2.2.5. Penilaian Postur Kerja Saat Operator

Membuang Ke Tempat Pembuangan

Sambil Membungkuk ... V-51

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Postur Kerja yang Dapat Menimbulkan

Kelelahan ... VI-1 6.1.1. Analisis Postur Kerja Proses Pengangkutan

Arang 25 kg Ke Dalam Eltor ... VI-1 6.1.1.1. Analisis Postur Kerja Terhadap

Gerakan Mengambil Beban ... VI-1 6.1.1.2. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan

Mengangkat Beban Dari Lantai ... VI-3 6.1.1.3. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan

Membawa Beban ... VI-4 6.1.1.4. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan

Meletakkan Beban Ke Eltor ... VI-5 6.1.1.5. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan

Menyusun Beban Ke Eltor ... VI-6 6.1.2. Analisis Postur Kerja Proses Pengangkutan Scrap

(10)

Membuang Ke Tempat Pembuangan

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

Sambil Membungkuk ... VI-13 6.2. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja... VI-14

6.2.1. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja Dari

Proses Pengangkutan Arang 25 kg Ke Dalam Eltor ... VI-14 6.2.2. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja Dari Proses

Pengangkutan Scrap 20 kg Ke Tempat Pembuangan... VI-15

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Pembagian Tenaga Kerja di C.V. Fatih Brother’s ... II-4 2.2. Jadwal Jam Kerja di C.V. Fatih Brother’s ... II-5 3.1. Standard Nordic Body Map Questionnaire ... III-11 3.2. Batang Tubuh (Trunk) ... III-16 3.3. Skor Leher (Neck) ... III-16 3.4. Skor Kaki (Legs) ... III-17 3.5. Skor Beban (Load) ... III-17 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-18 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm) ... III-18 3.8. Skor Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-19 3.9. Skor Kopling (Coupling) ... III-19 3.10. Skor Aktivitas ... III-19 3.11. Nilai Level Tindakan REBA ... III-20 3.12. Tabel A REBA ... III-21 3.13. Tabel B REBA ... III-21 3.14. Tabel C REBA ... III-22 5.1. Rekapitulasi Standard Nordic Body Map Questionnaire

(12)

DAFTAR GAMBAR

3.8. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (wrist) ... III-18 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-4 4.2. Block Diagram Pengolahan Data REBA ... IV-5 5.1. Operator Saat Mengambil Beban dengan Membungkuk

(Arang) ... V-1 5.2. Operator Saat Mengangkat Beban dari Lantai (Arang) ... V-2 5.3. Operator Saat Membawa Beban (Arang) ... V-3 5.4. Operator Saat Meletakkan Beban ke Eltor (Arang) ... V-4 5.5. Operator Saat Menyusun Beban ke Eltor (Arang)... V-4 5.6. Operator Saat Mengambil Beban dengan Membungkuk

(Scrap) ... V-5 5.7. Operator Saat Mengangkat Beban (Scrap) ... V-6 5.8. Operator Saat Meletakkan Beban Di Pundak (Scrap) ... V-7 5.9. Operator Saat Berjalan Menuju ke Tempat Pembuangan

Sambil Memikul Beban ... V-8 5.10. Operator Saat Membuang Scrap ke Tempat Pembuangan

(13)

5.24. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kanan (Scrap) V-43 5.25. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kiri (Scrap) ... V-45 5.26. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kanan (Scrap) V-47

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di C.V. Fatih Brother’s yang terletak di Lorong Perjuangan, Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini mengolah bahan baku berupa kayu dan menghasilkan produk kayu dan arang. Penelitian ini tepatnya dilakukan pada proses pengangkutan arang ke eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan.

Pada proses pengangkutan arang ke eltor dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan, operator bekerja dengan postur kerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan kelambatan dalam bekerja karena operator mudah lelah. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire

Body Assessment) untuk memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis dan

menghasilkan postur kerja yang lebih baik.

Pada penelitian ini, sikap kerja operator dalam pengangkutan arang ke eltor/bus kecil diamati, kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian dengan metode REBA terhadap postur kerja operator hasilnya diperoleh skor REBA gerakan pertama sebelah kiri adalah 8 dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketempat sebelah kiri dan kanan didapat 4, skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7. Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan sikap kerja operator diamati kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian terhadap postur kerja operator dan didapat hasilnya adalah skor REBA gerakan pertama sebelah kiri dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 4 dan kanan didapat 6, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan keempat sebelah kiri adalah 7 dan kanan diperoleh 5 dan skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Permasalahan

Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di area kerja khususnya

berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakuan pekerjaanya

adalah musculoskeletal disorder. Masalah ini sering dialami oleh para pekerja yang

melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus. Studi tentang

musculoskeletal disorder pada berbagai jenis industri banyak dilakukan dan hasilnya

menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot

bagian pinggang (low back poin) dan bahu.

Setiap perusahaan dituntut untuk memperhatikan pekerjanya karena pekerja

merupakan aset perusahaan yang harus memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan.

Jika manusia bekerja dalam kondisi yang ergonomis, secara langsung akan meningkatkan

kinerjanya yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan

mengurangi biaya perusahaan. Sebaliknya jika manusia bekerja dalam kondisi yang tidak

ergonomis, akan dapat menurunkan produktivitas perusahaan.

Postur kerja yang tidak ergonomis sering diakibatkan oleh sistem kerja yang

kurang baik atau karena kelalaian manusianya sendiri. Di C.V. Fatih Brother’s, terdapat 2

(16)

dalam eltor/bus kecil yang dilakukan oleh operator yang mengambil arang (beban)

seberat 25 kg, kemudian berjalan membawa arang ke tempat penyusunan yang berada

didalam eltor/bus kecil, dan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan yang

dilakukan oleh operator yang mengambil scrap (beban) seberat 20 kg diletakkan diatas

pundak kemudian berjalan membawa scrap ke tempat pembuangan. Pada proses

pengangkutan arang ke dalam eltor/bus kecil kegiatan kerja operator mempunyai lima

elemen gerakan, yaitu :

1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk.

2. Operator mengangkat beban dari lantai.

3. Operator membawa beban.

4. Operator meletakkan beban ke eltor/bus kecil.

5. Operator menyusun beban ke eltor/bus kecil sambil membungkuk.

Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan kegiatan kerja

operator mempunyai empat elemen gerakan, yaitu :

1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk.

2. Operator mengangkat beban dari lantai.

3. Operator meletakkan beban di pundak.

4. Operator saat berjalan menuju ke tempat pembuangan sambil memikul beban.

5. Operator saat membuang scrap ke tempat pembuangan sambil membungkuk.

Postur kerja pada kedua stasiun kerja ini semuanya adalah berdiri secara terus

menerus dan posisi tulang belakang membungkuk serta membawa beban secara manual.

Karyawan bekerja selama 8 jam per hari, jam kerja yang berlaku adalah pukul

08.00 sampai 17.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pukul 12.00

(17)

Perusahaan menentukan target olahan kayu setiap bulannya. Semua olahan kayu

harus dikirim ke pabrik lagi untuk dilakukan penginspeksian, kemudian dikirim ke luar

negeri seperti Afrika dan Amerika, serta ke daerah-daerah seperti Sunggal, Batang Kuis

dan lain-lain. Dengan jam kerja dan kondisi kerja seperti ini pekerja sering melakukan

istirahat spontan diluar jam istirahat yang seharusnya untuk memulihkan kondisi

tubuhnya yang disebabkan postur kerja yang tidak alami tersebut.

Dengan melihat kondisi diatas, maka penulis membahas masalah penentuan postur

kerja yang ergonomis.

1.2.Rumusan Permasalahan

Bagaimana menentukan postur kerja yang ergonomis pada bagian operator di

pengangkutan arang dan pengangkutan scrap, sehingga produktivitas akan meningkat dan

target akan tercapai.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh postur kerja yang

ergonomis sehingga produktivitas akan meningkat dan taget akan tercapai.

Tujuan khusus penelitian adalah :

1. Menilai dan mengevaluasi postur kerja dengan metode REBA dari sikap kerja

operator pada bagian pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat

pembuangan.

2. Memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis untuk mendapatkan postur kerja

yang lebih baik.

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(18)

Melatih kemampuan dan meningkatkan pengalaman Penulis untuk dapat

menyelesaikan suatu permasalahan, khususnya postur kerja yang tidak ergonomis.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menerapkan postur kerja yang ergonomis,

sehingga operator pada proses pengangkutan arang dan proses pengangkutan scrap ke

tempat pembuangan dapat bekerja dengan postur kerja yang ergonomis.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Dalam melakukan penelitian, dilakukan beberapa batasan masalah, yakni :

1. Penelitian dilakukan terhadap operator yang bekerja pada proses pengangkutan arang

ke dalam eltor/bus kecil dengan beban 25 kg dan pengangkutan scrap ke tempat

pembuangan dengan beban 20 kg.

2. Penelitian ini difokuskan hanya untuk postur kerja yang ergonomis yang dirancang

untuk ke 2 stasiun kerja di atas.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Operator bekerja secara wajar dan dalam kondisi normal.

2. Mesin dan peralatan diasumsikan dalam kondisi baik.

3. Tidak terjadi perubahan sistem dan proses kerja selama penelitian berlangsung.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri, maka sistematika penulisan tugas akhir

(19)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang permasalahan, perumusan pokok

permasalahan, tujuan penelitian dan sasaran penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari

perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, ruang lingkup dan bidang

usaha, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi,

mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi,

serta organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang

teori ergonomi, postur kerja, efek kerja otot statis dan dinamis, efek kerja

otot statis, muskuloskeletal, Questionnaire Nordic Body Map dan

REBA.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metodologi penelitian yaitu langkah-langkah

dan metode yang digunakan untuk mendapatkan pemecahan masalah.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data Questionnaire Nordic Body Map, foto- foto kerja

operator pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat

(20)

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisikan analisis terhadap postur kerja dengan metode REBA

yang dapat menimbulkan kelelahan, postur kerja proses pengangkutan

arang ke eltor, postur kerja pada proses pengangkutan scrap ke tempat

pembuangan dan analisis gangguan fisik akibat kerja pada proses

pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat

pembuangan.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan rangkuman hasil

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

C.V. Fatih Brother’s dimiliki bapak H. Ikrom. Sebelum membangun usaha ini pak

H. Ikrom merupakan pemilik pesantren Daarul Arafah sekaligus sebagai dosen di

pesantren tersebut. Selain menjadi pemilik dan dosen di pesantren Daarul Arafah, pak H.

Ikrom mengambil studi di bidang kehutanan. Disaat melakukan studi, pak H. Ikrom

mendapat ide dan masukan dari dosen maupun teman studi untuk membuka usaha kayu.

Pada tahun 2007 tepatnya tanggal 25 Mei, pak H. Ikrom membuka usaha yang

diberi nama C.V. Fatih Brother’s. C.V. Fatih Brother’s berlokasi di Lorong Perjuangan,

Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Usaha C.V. Fatih

Brother’s awalnya merupakan usaha yang memproduksi kayu. Kayu yang diproduksi

merupakan kayu durian dan mahoni yang diperoleh dari hutan, dari masyarakat Pancur

Batu dan Namukur. Setelah beberapa bulan membuka usaha ini, timbullah benaknya

untuk memproduksi arang yang bahan bakunya dari kayu rambutan.

C.V. Fatih Brother’s memiliki luas area 14.253 m2. Luas area ini sudah termasuk

dengan tempat tinggal pekerja yang diberikan oleh Bapak H. Ikrom serta vila tempat

tinggal pak H. Ikrom.

(22)

C.V. Fatih Brother’s bergerak dalam bidang pengolahan kayu dan arang. Kayu

yang diproduksi merupakan kayu durian dan mahoni. Kayu yang diproduksi terdiri atas 2

jenis kayu yakni kayu jenis lokal dan ekspor. Kayu jenis lokal ini ditandai dengan adanya

mata (rusak/sompel) pada bagian kayu sehingga mempengaruhi kualitas kayu. Sedangkan

kayu ekspor ditandai dengan tidak adanya mata (sompel) pada bagian kayu.

Arang yang diproduksi terdiri atas 3 jenis yaitu :

a). KA, merupakan arang nomor 1 (super), yang memiliki ciri bentuk bulat yang

dipotong yang seukuran batu bata.

b). BS, merupakan arang nomor 2 (sedang), dengan ciri arang ukuran besar yang

dipecah.

c). Cong, merupakan arang nomor 3 (arang kecil), yang merupakan pecahan KA

dan BS.

Ketersediaan bahan baku C.V. Fatih Brother’s melalui kerjasama dengan beberapa

pemasok misalnya dari daerah Pancur Batu, Namukur, Tanjung Anom, dan dari

masyarakat setempat.

Hasil produksi perusahaan dijual ke luar negeri seperti Afrika, Amerika dan juga

dijual ke daerah-daerah seperti Sunggal, Padang Bulan, Titi Kuning, Tembung, Binjai dan

Batang Kuis.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan

dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi

untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis

(23)

Struktur organisasi yang digunakan pada C.V. Fatih Brother’s adalah struktur

organisasi yang berbentuk lini. Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana

kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis. Dalam bentuk organisasi seperti

ini, dimana pimpinan dipandang sebagai sumber wewenang tunggal, garis komandonya

kuat dan hanya satu, yaitu dari atas ke bawah. Dengan demikian segala keputusan

kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan.

Struktur organisasi pada C.V. Fatih Brother’s dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi C.V. Fatih Brother’s

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab tiap jabatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1. Tenaga Kerja

C.V. Fatih Brother’s memiliki 1 orang pimpinan, 1 orang sekretaris, 1 orang

mandor dan 20 orang tenaga kerja. Tenaga kerja di C. V. Fatih Brother’s terdiri dari

pekerja harian dan pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan yang di sajikan pada Tabel 2.1. di bawah ini.

Pimpinan

Sekretaris

Pekerja

Mandor

Pekerja Pekerja

(24)

Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja di C.V. Fatih Brother’s

Jenis Pekerja Stasiun

Jenis

Kelamin Jumlah

Kayu/Balo

k Harian

Penerimaan Laki-laki 4

Pemotongan Laki-laki 8

Pengangkutan scrap ke area

scrap Laki-laki 1

Arang

Harian Pemetakan Laki-laki 1

Pembakaran Arang

Boronga n

Pendinginan Laki-laki 1

Pembongkaran Laki-laki 2

Pengangkutan arang ke truk/eltor Laki-laki/Pr 3

Total 20 Orang

2.3.3.2. Jam Kerja

Di C.V. Fatih Brother’s hanya berlaku satu shift kerja. Dalam memelihara

ketertiban dan kedisplinan kerja setiap perusahaan memuat peraturan kerja yang harus

dipatuhi oleh setiap pekerja. Jam kerja C.V. Fatih Brother’s dapat dilihat pada Tabel 2.2.

di bawah ini :

Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di C.V. Fatih Brother’s

Jenis Pekerja Hari Jam Keterangan

Kayu/Balok Harian Senin-Sabtu

08.00-12.00 Bekerja

12.00-13.00 Istirahat

13.00-17.00 Bekerja

Jam kerja jenis arang untuk pekerja dibagi atas pekerja harian dan borongan.

Mereka bekerja hari Senin sampai Sabtu mulai dari pagi sampai malam. Pekerjaan

dilakukan pada stasiun pendinginan, pembongkaran, dan pengangkutan scrap ke

(25)

2.3.4. Sistem Pengupahan

Upah adalah suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk

pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan. Upah berfungsi sebagai jaminan

kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau

dinilai dalam bentuk uang yang akan ditetapkan menurut suatu persetujuan.

Sistem pengupahan di C.V. Fatih Brother’s terdiri dari dua yaitu sebagai berikut:

1. Sistem harian

Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja.

2. Sistem borongan

Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan ini

tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang dikerjakan. Setiap

pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga tertentu yang akan

dikalikan dengan banyaknya hasil yang diperoleh.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk

menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan menggunakan

sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, masin, bahan-bahan serta dana.

2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi kayu dan arang pada C.V.

Fatih Brother’s dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong dan

bahan tambahan.

(26)

Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses

produksi yang sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan yang langsung ikut dalam

proses produksi hingga ke barang jadi. Bahan baku mempunyai komposisi/persentase

yang besar pada produk akhir dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain. Dalam

pengolahan kayu dan pembuatan arang ini bahan baku yang digunakan adalah kayu.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses

pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Adapun bahan-bahan

yang digunakan yaitu :

a. Untuk Produk Kayu

Bahan tambahan yang digunakan untuk produk kayu adalah :

- Kapur Berwarna

Kapur Berwarna berfungsi untuk memberikan informasi tentang keterangan

kayu lokal maupun ekspor.

b.Untuk Produk Arang

Bahan tambahan yang digunakan untuk produk arang adalah :

- Goni

Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus arang. Satu goni berisi

20 kg arang.

- Tali

Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang

(27)

3. Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan yang digunakan ke dalam proses produksi dengan

tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini bukan bagian dari produk

akhir. Bahan-bahan yang digunakan yaitu :

a. Untuk Produk Kayu

Bahan penolong yang digunakan untuk produk kayu adalah :

- Tali

Tali digunakan untuk menggantungkan kayu besar sebagai pengganjal untuk

mengangkut kayu/balok.

- Oli

Oli digunakan untuk mengolesi mesin penggerak dan Band Saw agar tajam.

b. Untuk Produk Arang

Bahan penolong yang digunakan untuk produk arang adalah :

- Batu Bata

Batu Bata digunakan pada proses pengasapan untuk membantu proses

penyusunan kayu ke dalam tobong.

- Tanah Liat

Tanah liat berfungsi pada proses penyusunan kayu.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses produksi yang terjadi dalam pengolahan kayu dan

pembuatan arang di C.V. Fatih Brother’s adalah sebagai berikut :

a. Proses Produksi Kayu

(28)

- Proses Penerimaan

Bahan baku kayu yang dibawa ke pabrik diterima di stasiun penerimaan. Kayu

tersebut diperoleh dari hutan, dari masyarakat Pancur Batu dan Namukur. Kayu

yang diperoleh dibawa dengan menggunakan truk/eltor.

- Proses Pemotongan

Bahan baku kayu yang berada di proses penerimaan diangkut oleh 4 orang

operator dengan menggunakan kayu besar yang diikat tali. Kayu yang besar yang

diikat tali merupakan tempat dimana 4 orang operator akan mengangkut kayu

yang diletakkan pada posisi pundak operator yang nantinya akan diangkut untuk

diproses pada stasiun pemotongan. Kayu yang akan dipotong dengan

menggunakan band saw, diletakkan dan diganjal, kemudian kayu dipegang dan

diukur oleh 4 orang operator, yakni 2 orang di sisi depan dan 2 orang lagi di sisi

belakang. Setelah tepat pada ukuran yang diinginkan, maka kayu siap untuk

dipotong.

- Proses Pengangkutan Scrap ke Area Scrap

Scrap dari kayu pada bagian pemotongan dimasukkan kedalam goni oleh 1 orang

operator. Scrap yang sudah dimasukkan ke dalam goni akan diangkut ke area

scrap. 1 goni scrap berisi 25 kg. Scrap-scrap kayu banyak diambil oleh

masyarakat setempat.

b.Proses Produksi Arang

Adapun uraian proses produksi arang adalah sebagai berikut :

- Proses Pemetakan

Kayu rambutan yang dari area penerimaan diangkut dan dilakukan proses

pemotongan. Kayu dipotong dengan berukuran 60 cm kemudian dimasukkan ke

(29)

- Proses Pembakaran Arang

Setelah dilakukan proses pemetakan (kayu rambutan yang dimasukkan ke dalam

tobong) kemudian disusun rapi agar sepenuhnya terbakar, setelah itu ditutup

dengan batu bata dan tanah liat. Dalam hal ini dilakukan pengasapan yang dalam

waktu 17 hari penuh (mulai pagi, siang maupun malam) dan seluruh arang dalam

kondisi tertutup. Pengasapan ini merupakan proses untuk melakukan pembakaran

kayu di dalam tobong.

- Proses Pendinginan

Setelah dilakukan pengasapan dalam waktu 17 hari, maka diperlukan waktu 10

hari untuk proses pendinginan.

- Proses Pembongkaran

Bila arang telah dingin, maka dilakukan proses pembongkaran. Proses

pembongkaran ini dilakukan oleh 2 orang operator laki-laki yakni pekerja

borongan.

- Proses Pengangkutan Arang ke Eltor/Bus Kecil

Setelah dilakukan proses pembongkaran maka arang-arang yang besar harus

dilakukan pemecahan, sehingga dihasilkan 3 jenis arang yakni ; KA (arang yang

berukuran bulat besar), BS (arang besar yang dipecah berukuran sedang), Cong

(arang yang berukuran kecil, pecahan KA dan BS). Kemudian arang-arang yang

sudah dipisahkan jenisnya dimasukkan kedalam goni, dimana setiap 1 goni

beratnya 20 kg. Goni diangkut oleh 3 orang operator, baik operator laki-laki

maupun perempuan, diangkut ke eltor untuk dibeli oleh konsumen.

(30)

Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan untuk

mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau mengubahnya

menjadi produk jadi (hasil akhir).

2.4.3.1. Mesin

Adapun jenis dari mesin-mesin produksi yang digunakan oleh C.V. Fatih

Brother’s adalah sebagai berikut :

a. Mesin Band Saw

Tipe : 42”/Glugur/Indonesia/1985

Kapasitas Potong : 275 x 460 mm

Dimension : 520mm x 575mm

Table Tilting : 10 degree L / 45 degree R

Diameter : 500 mm

Kecepatan : 800 rpm

Motor 2 HP

Ukuran Mata Saw : 3970 mm

Jumlah : 6 unit

Kegunaan : Memotong kayu

b. Mesin Penggerak

Tipe : Mitsubishi/Jepang/1985

Dimensi : 420mm x470mm

Kecepatan : 650 rpm

Diameter : 450 mm

Jumlah : 6 unit

Kegunaan : Menggerakkan Band Saw

(31)

Peralatan yang digunakan dalam C.V. Fatih Brother’s antara lain :

a. Timbangan

Timbangan ini berguna untuk menimbang arang jenis KA, BS dan Cong.

b. Kapak

Kapak berguna untuk menghancurkan jenis arang yang besar.

c. Martil

Martil berguna untuk menghancurkan jenis arang yang sedang.

(32)

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang

berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan

sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan.1

Disiplin ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan

baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,

nyaman, aman, sehat dan efisien.

Ergonomi dapat dibagi menjadi 3 pokok pendekatan yang lebih komprehensif

yaitu :

1. Fokus utama, yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda,

prosedur kerja dan lingkungan kerja. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan

interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dari

pekerjaan sehari-hari. Penekanannya terdapat pada faktor manusia, tidak seperti

dalam ilmu-ilmu teknik yang lebih menekankan pada pertimbangan faktor-faktor

teknis.

2. Ergonomi mempunyai 2 tujuan utama, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi

dari pekerjaan dan aktivitas-aktivitas yang lain serta meningkatkan nilai-nilai

tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki keamanan,

mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan, penerimaan pengguna

yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kualitas hidup.

1

(33)

3. Pendekatan utama, yaitu aplikasi sistematik dari informasi yang relevan tentang

kemampuan, keterbatasan, karakteristik, motivasi manusia, perilaku manusia

terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat

menggunakannya.

Pada ilmu ergonomi, manusia dipandang sebagai adalah satu komponen sentral

dalam suatu sistem kerja, disamping komponen-komponen bahan, mesin, dan peralatan

kerja serta lingkungan kerjanya. Dengan demikian manusia berperan sebagai perencana,

perancang, sekaligus sebagai pengendali sistem kerja tersebut.

Pengelompokan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap mencakup seluruh

perilaku manusia dalam bekerja adalah sebagai berikut :

1. Anthropometri

Kata antropometri berasal dari 2 kata Yunani yaitu anthropus yang berarti manusia

dan metron yang berarti ukuran. Antropometri mengkaji masalah dimensi tubuh

manusia. Informasi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang suatu

sistem kerja yang ergonomis agar menunjang kemudahan, kenyamanan dan

keamanan dari suatu pekerjaan.

2. Faal Kerja

Perilaku manusia yang dibahas pada faal kerja adalah reaksi tubuh selama bekerja

khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Energi diperoleh manusia dari

makanan yang dikonsumsinya. Melalui berbagai tahap metabolisme pada sistem

pencernaan, zat-zat yang mengandung energi disimpan dalam bentuk lemak dan

glikogen. Beberapa perilaku manusia yang dibahas dalam faal kerja adalah

kelelahan kerja dan kelelahan otot.

(34)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa biomekanika kerja berhubungan dengan

kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kemampuan otot dalam berinteraksi dengan

aspek-aspek mekanik yang ditimbulkan oleh pekerja. Dalam dunia pekerjaan,

bidang-bidang biomekanika adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian

gerak anggota-anggota badan dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap

beban.

4. Penginderaan

Secara biologis, manusia dikenal memiliki 5 indera. Mata merupakan indera yang

paling banyak dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan industri, yaitu sekitar 85%,

kemudian diikuti oleh telinga. Dalam ergonomi, aspek penginderaan dikaji terutama

untuk mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan masing-masing

indera dalam menghadapi sistem kerja yang akan dibuat.

5. Psikologi Kerja

Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang dijumpai pada tempat

kerja yaitu menyangkut apa yang disebut dengan faktor-faktor diri yaitu sifat-sifat

diri seseorang. Masalah faktor diri dikaji dalam ergonomi karena pada setiap orang

terdapat faktor diri yang khas dan karenanya mempunyai sifat yang khas untuk

bekerja. Ketidakcocokan dengan pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya stres,

frustasi atau berujung pada rendahnya produktivitas, dan rendahnya mutu hasil

pekerjaan, serta tingginya tingkat kecelakaan kerja.

3.2. Postur Kerja

Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat

membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja

(35)

kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa

pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka

waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit

pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja

yang demikian, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal

sebagai berikut :

a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membungkuk

dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk

mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama sekali dengan

memperhatikan fasilitas kerjanya seperti meja, kursi dan lain-lain yang sesuai dengan

data anthropometri agar pekerja dapat menjaga postur kerjanya tetap tegak dan

normal. Ketentuan ini terutama sekali ditekankan bilamana pekerjaan dilaksanakan

dengan postur berdiri.

b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum. Pengaturan postur

kerja dalam hal ini dilakukan dalam jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi

gerakan). Disamping itu pengaturan ini bisa memberikan postur kerja yang nyaman.

Untuk hal-hal tertentu pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya

agar memperoleh postur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.

c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama

dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja miring.

d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang

lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal.

Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini

dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja

(36)

Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga

kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti.

2

Eko Nurmianto, Hal 109

Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak

10-15% dibandingkan duduk.

Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik

akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan

suatu aktivitas kerja.

Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar Demand < Capacity,

sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja

tidak melebihi fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan.

Untuk mengetahui dan mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik

manusia dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi fisiologis

melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut

jantung, pernapasan, dan lain-lain. Sedangkan biomekanika lebih melihat kepada aspek

terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya.

Ada sejumlah faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan pembebanan

fisik yakni : masalah postur kerja yang tidak normal, pekerjaan yang berulang (repetitif),

pembebanan statis pada otot, tekanan kontak fisik, getaran, dan temperatur.

Resiko-resiko diatas dapat menyebabkan terjadinya permasalahan ergonomi

secara fisik, khususnya yang terkait dengan permasalahan sistem otot-rangka

(muskuloskeletal disorder). Beberapa metode sudah banyak digunakan untuk

(37)

digunakan diantaranya : NIOSH Lifting Guide, Rapid Upper Limb Assessment, Rapid

Entire Body Assessment, Quick Expossure Checklist dan sebagainya.

3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis

Otot terdiri atas sel-sel berbentuk serat yang panjang dan lembut, bersifat dapat

mengencang (contraction) ke suatu arah.3 Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem

gerak tubuh. Otot dapat bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rhythmic). Pada otot

dinamis kontraksi dan relaksasi otot terjadi silih berganti sedangkan otot statis apabila

otot menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu.

Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam

otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot terganggu. Otot

yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari darah dan harus

menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar

akibat peredaran darah terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan

menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilangan energi yang tidak

perlu.

Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian

sesuai dengan irama tegang/kencang, tekan dan kendor seperti layaknya sebuah ”pompa”

yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan banyak sekali

menerima/membawa glukosa dan O2 saat mengencang dan selanjutnya membuang

metabolit (sisa hasil pembakaran atau metabolisme) pada saat mengendor. Karena

mekanisme mengencang dan mengendor secara bergantian maka sirkulasi aliran darah

ditambah O2 dan metabolit akan berlangsung dengan lancar.

Dengan demikian peredaran darah meningkat dan otot menerima darah 10 sampai

(38)

dan glukosa sehingga memiliki banyak tenaga, sementara sisa metabolisme segera

dibuang.

3.4. Efek Kerja Otot Statis

Kerja otot statis (postural) mencakup jenis pekerjaan yang berkepanjangan

dimana level kontraksi konstan dan tidak berubah dalam suatu periode waktu yang

bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa jam. Kerja otot statis lebih cepat

menimbulkan kelelahan. Terganggunya peredaran darah dan kurangnya oksigen

merupakan fenomena kelelahan akibat kerja otot statis. Untuk menghindari terjadinya hal

yang tidak diinginkan hendaknya diperhaikan jangka waktu kerja otot statis yang dapat

ditolelir dimana untuk jenis pekerjaan berat berkisar 10 detik, jenis pekerjaan sedang 1

menit dan jenis pekerjaan ringan kuang lebih 4 menit. Pengencangan otot dalam waktu

lama akan menyebabkan aliran darah terganggu, suplai glukosa ditambah O2 akan

terhambat dan metabolit tidak bisa segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan

rasa sakit dan lelah pada otot, suatu hal yang sangat merugikan. Berdasarkan penelitian

Monod, kerja otot statis yang menggunakan tenaga sebesar 60 % dari maksimum akan

menyebabkan peredaran darah berhenti sama sekali, pengerahan tenaga 50 % dari

maksimum dapat diterima otot untuk jangka waktu kerja selama 1 menit sedangkan pada

pengerahan tenaga 20 % kerja dapat berlangsung lebih lama.

3.5. Standard Nordic Body Map Questionnaire

Didalam penelitian ini digunakan penelitian terhadap kelelahan yang diderita

operator/pekerja dengan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan

fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan

dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui beban dari pekerjaan. Pengukuran

(39)

kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Pengukuran ini melalui Standard

Nordic Body Map Questionnaire. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian-bagian

otot yang mengalami keluhan dengan tingkatan keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS),

Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta

tubuh seperti pada Gambar 3.1. dan Standard Nordic Body Map Questionnaire seperti

pada Tabel 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang

(40)

Gambar 3.1. Tubuh Manusia

Tabel 3.1. Standard Nordic Body Map Questionnaire

NO JENIS KELUHAN

TINGKAT KELUHAN Tidak

Sakit

Agak Sakit Sakit

Sangat Sakit

0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di leher bagian bawah

2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan

4 Sakit lengan atas kiri

5 Sakit di punggung

6 Sakit lengan atas kanan

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada bokong

9 Sakit pada pantat

10 Sakit pada siku kiri

11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan

(41)

3.6. Muskuloskeletal

19 Sakit pada paha kanan

20 Sakit pada lutut kiri

21 Sakit pada lutut kanan

22 Sakit pada betis kiri

23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri

(42)

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila

otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga

kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders

(MDSs) atau keluhan pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila

pembebanan dihentikan, dan

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun

pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan

akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah sikap kerja yang

tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak disebabkan

oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh

pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Sebagai Negara berkembang, sampai

saat ini Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-negara maju,

khususnya dalam pengadaan peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan

tersebut didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat bekerja

pekerja Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah postur kerja yang

tidak alami. Sebagai contoh pengoperasian mesin-mesin produksi di suatu pabrik yang

diimpor dari Amerika dan Eropa akan menjadi masalah bagi sebagian pekerja Indonesia.

(43)

berdasarkan pada anthropometri dari populasi pekerja dari negara produsen, yang pada

kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari pekerja Indonesia. Sudah pasti bahwa

kondisi tersebut akan menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan

mesin, apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama maka akan terjadi akumulasi

keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot. (Tarwaka,

Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng, Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja

dan Produktivitas, Surakarta: Penerbit UNIBA PRESS, 2004).

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration

(OSHA), tindakan untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara,

yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan

organisasi kerja).

a. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif

sebagai berikut :

- Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa

dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk

menggunakan peralatan yang ada.

- Subtitusi, yaitu mengganti alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses

produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

- Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.

- Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya

akibat suhu udara yang terlalu panas.

b. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut :

(44)

Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan

alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam

melakukan upaya-upaya pencegahan resiko sakit akibat kerja.

- Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan

kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

- Pengawasan yang intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini

terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.7. REBA ( Rapid Entire Body Assessment )

REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko

gangguan tubuh keseluruhan. 3

Terhadap masing-masing tugas (task) dilakukan penilaian postur tubuh dengan

membagi atas 2 grup yaitu : group A terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari batang

tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs), sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh

kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm) , Iengan bawah (lower arm), dan pergelangan

tangan (wrist). 4

Pada masing-masing group diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu

pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling (kopling).

Grup A :

(45)

Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (trunk)

3

Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA

4

Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.

Tabel 3.2. Skor Batang Tubuh (trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal (tegak lurus) 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan maupun ke belakang) 2

<200 atau 20-600 3

>600 4

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;

Florida-USA.

B. Leher (neck)

Gambar 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (neck) Tabel 3.3. Skor Leher (neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok

>200-ekstensi 2

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic

(46)

C. Kaki (legs)

Gambar 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (legs) Tabel 3.4. Skor Kaki (legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2 +2 jika lutut >600

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;

Florida-USA.

D. Beban (load)

Gambar 3.5. Ukuran Beban (load) Tabel 3.5. Skor Beban (load)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5-10 kg 1

>10 kg 2

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic

Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.

Grup B :

(47)

Gambar 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (upper arm)

Tabel 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (upper arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan maupun ke belakang) 1 +1 jika bahu naik

>200 (ke belakang) atau 20-450 2 +1 jika lengan berputar/bengkok

45-900 3 -1 miring, menyangga berat dari

lengan

>900 4

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;

Florida-USA.

B. Lengan Bawah (lower arm)

Gambar 3.7. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (lower arm) Tabel 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (lower arm)

Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic

Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.

(48)

Gambar 3.8. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (wrist)

Tabel 3.8. Skor Bagian Pergelangan Tangan (wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas maupun ke bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >150 (ke atas maupun ke bawah) 2

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc

Press; 2005; Florida-USA.

D. Kopling (Coupling)

Tabel 3.9. Kopling (coupling)

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tetapi tidak ideal atau

kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik

2

Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

Tidak dapat diterima 3

Kaku, pegangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan

bagian tubuh

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;

Florida-USA.

Tabel 3.10. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam, contoh : memegang lebih dari 1 menit

Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang, contoh : mengulangi >4 kali per menit (tidak termasuk berjalan)

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;

Florida-USA.

E. Kiri dan Kanan Tubuh

Penilaian dilakukan masing-masing (secara terpisah) terhadap bagian kiri dan

(49)

Dengan melihat pada tabel penilaian untuk masing-masing postur, tabel A untuk

grup A dan tabel B digunakan untuk grup B. Skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel A

dan skor beban/kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan skor coupling untuk

masing-masing tangan. Skor C dibaca dari tabel C, dengan memasukkan skor A dan skor

B. Sehingga diperoleh skor REBA dengan jumlah dari skor C dan skor tindakan.

Sehingga akhirnya diperoleh suatu hasil berupa tingkatan level resiko.5 Seperti tertera

pada Tabel 3.11 sampai 3.14. dibawah ini.

Tabel 3.11. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc

Press; 2005; Florida-USA.

Tabel 3.12. Tabel A REBA

Trunk

1 2 3 4 5

Neck=1

Legs

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 8

Neck=2 Legs

5

(50)

1 1 3 4 5 6

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;

Crc Press; 2005; Florida-USA.

Tabel 3.13. Tabel B REBA

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and

Ergonomic Methods; Crc Press; 2005; Florida-USA.

(51)

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;

Crc Press; 2005; Florida-USA.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

(52)

Penelitian ini dilakukan terhadap operator di proses pengangkutan arang kedalam

eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan pada C.V. Fatih

Brother’s. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai bulan September 2009.

4.2. Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yakni penelitian yang berusaha

untuk memaparkan pemecahan terhadap masalah yang ada sekarang secara sistematis dan

faktual. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, pengolahan data,

serta analisis dan interpretasi yang meneliti sikap dan postur kerja operator selama

bekerja di proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor dan proses

pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan .

4.3. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 1 orang operator, yang bekerja dengan memikul

arang (beban) 25 kg, dan 1 orang operator yang bekerja memikul scrap (beban) 20 kg .

4.4. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara

langsung di lapangan. Data yang diperlukan adalah :

- Prosedur kerja saat ini.

(53)

- Data pengamatan postur kerja secara langsung berupa foto operator sewaktu

bekerja dengan menggunakan media kamera 6600.

- Data keluhan tubuh yang sakit pada operator melalui Nordic Questionnaire.

- Data kerja statis pada bagian kaki dan lengan atas dan dinamis pada lengan bawah

beserta frekuensinya.

6. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang diperoleh dari

perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, organisasi dan

manajemen perusahaan.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan adalah :

a. Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA yang terjadi pada proses

pengangkutan arang kedalam eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke

tempat pembuangan.

b. Identifikasi resiko akibat kesalahan postur kerja dan memberikan rekomendasi

tentang perlu atau tidaknya tindakan perbaikan.

4.6. Analisis dan Evaluasi

Analisis dilakukan terhadap prosedur kerja dan tata letak komponen yang

menyebabkan kesalahan postur kerja pada proses pengangkutan arang ke dalam eltor/bus

kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan di C. V. Fatih Brother’s.

Setelah adanya perbaikan terhadap tata letak komponen serta material handling maka

(54)

baru. Analisis terhadap postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode REBA untuk

memperoleh postur kerja yang baik.

4.7. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan sebelumnya

maka dapat diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti. Pada tahap ini juga,

penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin akan berguna bagi perusahaan.

4.8. Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan sistematis. Adapun

langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis untuk menyusun laporan penelitian ini dapat

(55)

Studi Pendahuluan - Studi Literatur

- Melakukan pengamatan langsung di C. V. Fatih Brother’s

Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan

Data Sekunder - Data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi - Data letak komponen - Data pengamatan secara langsung berupa foto kamera 6600

- Data kerja statis dan dinamis - Data keluhan tubuh yang sakit pada operator melalui nordic questionnaire

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

- Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA.

Kesimpulan dan Saran Analisis dan Evaluasi

- Analisis postur kerja pada proses pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat

pembuangan berdasarkan kondisi saat ini.

- Pemecahan masalah usulan rancangan konseptual postur kerja berdasarkan perbaikan tata letak komponen dan material handling.

- Usulan rancangan prosedur kerja. - Analisis dilakukan dengan metode REBA

(56)

Selain block diagram diatas, dapat dibuat block diagram pengolahan data dengan

REBA seperti Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Block Diagram Pengolahan Data REBA

Postur Kerja Grup A : - Batang Tubuh

(Trunk) - Leher (Neck) - Kaki (Legs)

Lihat Tabel B Lihat Tabel A

Skor A

Postur Kerja Grup B : - Lengan Atas (Upper

Arm)

- Lengan Bawah (Lower Arm)

- Pergelangan Tangan (Wrist)

Nilai Tabel A + Beban (Load/Force)

Nilai Tabel B + Kopling (Coupling)

Skor B

Skor C

Nilai Skor C + Aktivitas Skor (Score Activity)

(57)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator

Pada tahap pengumpulan data akan diuraikan tentang kegiatan kerja yang

dilakukan oleh operator pada proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor/bus

kecil dan proses pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan .

5.1.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Arang (Beban) 25 kg Kedalam Eltor/Bus Kecil

Untuk proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor/bus kecil, kegiatan

kerja operator dibagi atas 5 elemen gerakan dasar, yakni :

1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk, seperti yang terlihat pada

Gambar 5.1.

(58)

Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis

adalah :

a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.

b. Batang tubuh membungkuk ke depan untuk meraih beban.

c. Kedua tangan diulurkan ke depan menggapai beban.

d. Leher ditekuk untuk melihat beban.

e. Pinggang menahan gerakan membungkuk tubuh

2. Operator mengangkat beban dari lantai, seperti yang terlihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Operator Mengangkat Beban dari Lantai

Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis

adalah :

a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.

b. Pinggang menahan gerakan membungkuk tubuh.

c. Batang tubuh sedikit membungkuk ke depan.

(59)

e. Kedua tangan mengangkat beban dengan tidak seimbang.

3. Operator membawa beban, seperti yang terlihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Operator Saat Membawa Beban

Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis

adalah :

a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.

b. Pinggang menahan gerakan tubuh kembali tegak.

c. Batang tubuh sedikit membungkuk ke depan.

d. Leher kembali tegak sambil berdiri.

(60)

4. Operator meletakkan beban ke eltor/bus kecil, seperti yang terlihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Operator Saat Meletakkan Beban ke Eltor/Bus Kecil

Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis

adalah :

a. Kedua kaki berdiri tegak.

b. Leher sedikit membungkuk ke depan.

c. Batang tubuh agak miring ke depan.

d. Kedua tangan mengangkat beban setinggi pinggang.

5. Operator menyusun beban ke eltor/bus kecil sambil membungkuk, seperti yang

terlihat pada Gambar 5.5.

(61)

Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis

adalah :

a. Kaki kiri ditekuk menaiki eltor/bus kecil dengan bertumpu sebelah kaki.

b. Batang tubuh membungkuk ke depan untuk memasukkan/menyusun beban.

c. Leher ditekuk untuk melihat beban.

d. kedua tangan meletakkan beban ke dalam eltor/bus kecil

5.1.1.2. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Scrap (Beban) 20 kg ke Tempat Pembuangan

Untuk proses pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan, kegiatan

kerja operator dibagi atas 5 elemen gerakan dasar, yakni :

1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk, seperti yang terlihat pada

Gambar 5.6.

Gambar

Tabel 3.1.  Standard Nordic Body Map Questionnaire
Tabel 3.5. Skor Beban (load)
Gambar 4.2. Block Diagram Pengolahan Data REBA
Gambar 5.2. Operator Mengangkat Beban dari Lantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang terkait dalam pembelian online atau transaksi digital seperti: security, privacy, brand name,

Pada keadaan demikian berarti telah tercapai keseimbangan antara hujan, debit dan kehilangan air (infiltrasi). Pada saat hujan buatan telah dihentikan tidak berarti debit yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini sebagai

Menurut Ahmad (2006) bahwa iklim sekolah yang berkesan akan menghasilkan suatu keadaan pertama kepala sekolah melakukan komunikasi terbuka dalam pergaulan dengan

menunjukkan bahwa sebagian besar bidan memiliki perilaku yang baik sebanyak 27 orang (81.8%) dan sisanya sebanyak 6 bidan (18.2%) memiliki perilaku yang cukup dalam

Quiz diberikan dalam bentuk pilihan ganda atau esai sebelum (untuk mengetahui kesiapan mahasiswa mengikuti perkuliahan) atau sesudah perkuliahan (untuk mengetahui pemahaman

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi para akademis dan pihak-pihak yang terkait pendidikan, dan pihak yang terlibat dalam lingkup

Bab ini memberikan prosedur menentukan pengaruh lalu lintas, ditunjukkan sebagai beban ekivalen 80 KN (18.000lb) single-axle load applications (EAL), sebagai