PENENTUAN POSTUR KERJA YANG ERGONOMIS DI STASIUN PENGANGKUTAN ARANG KE ELTOR DAN
PENGANGKUTAN SCRAP KE TEMPAT PEMBUANGAN PADA C.V. FATIH BROTHER’S
DRAFT TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
Abdul Manaf Jailani
NIM. 040403052
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PENENTUAN POSTUR KERJA YANG ERGONOMIS DI STASIUN PENGANGKUTAN ARANG KE ELTOR DAN
PENGANGKUTAN SCRAP KE TEMPAT PEMBUANGAN PADA C.V. FATIH BROTHER’S
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
Abdul Manaf Jailani
NIM. 040403052
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Jabbar Rambe, MEng) (Ir. Dini Wahyuni, MT)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di C.V. Fatih Brother’s yang terletak di Lorong Perjuangan, Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini mengolah bahan baku berupa kayu dan menghasilkan produk kayu dan arang. Penelitian ini tepatnya dilakukan pada proses pengangkutan arang ke eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan.
Pada proses pengangkutan arang ke eltor dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan, operator bekerja dengan postur kerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan kelambatan dalam bekerja karena operator mudah lelah. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire
Body Assessment) untuk memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis dan
menghasilkan postur kerja yang lebih baik.
Pada penelitian ini, sikap kerja operator dalam pengangkutan arang ke eltor/bus kecil diamati, kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian dengan metode REBA terhadap postur kerja operator hasilnya diperoleh skor REBA gerakan pertama sebelah kiri adalah 8 dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketempat sebelah kiri dan kanan didapat 4, skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7. Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan sikap kerja operator diamati kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian terhadap postur kerja operator dan didapat hasilnya adalah skor REBA gerakan pertama sebelah kiri dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 4 dan kanan didapat 6, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan keempat sebelah kiri adalah 7 dan kanan diperoleh 5 dan skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Draft Tugas
Sarjana ini. Penulisan Draft Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk mengikuti Seminar Sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Draft Tugas Sarjana ini berjudul “Penentuan Postur Kerja Yang Ergonomis Di
Stasiun Pengangkutan Arang Ke Eltor dan Pengangkutan Scrap Ke Tempat Pembuangan Pada C.V. Fatih Brother’s”.
Penulisan Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk mengikuti Seminar Sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Sarjana ini,
karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu penulis
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar Tugas Sarjana ini dapat memberikan
manfaat baik bagi kita semua.
Universitas Sumatera Utara Medan, September 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Draft Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebenar-benarnya atas segala bimbingan yang diberikan, terutama
sekali kepada :
1. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng, dan Bapak Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku
Dosen Pembimbing atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam
penyelesaian Draft Tugas Sarjana ini.
2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Kepala Departemen Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Sugiharto, P.MM selaku koordinator TA di Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak pimpinan C.V. Fatih Brother’s yang telah memberikan izin dan kesempatan
pada penulis dalam pengambilan data di lapangan.
5. Teristimewa dan terhormat untuk Kedua Orangtua ”Muhammad Iqbal dan Rasmi”
yang sangat berarti dalam kehidupanku yang telah banyak membantu penulis dalam
hal material dan dukungan yang luar biasa.
6. Abang tercinta “Robby Asmara” yang selalu memberi semangat kepada penulis baik
dalam hal dukungan, doa maupun kata – kata semangat.
7. Kakak tercinta ”Viviyanti, Murni dan Sonita” yang sangat berarti dalam kehidupanku.
Yang telah banyak memberikan arti hidup kepada penulis dan semangat hidup.
8. Teman-teman seperjuangan “Bang M. Gerri Hatta dan Bang Joko” yang selalu
9. Terima kasih atas bantuan, semangat dan dukungan terutama kepada :
• Rekan-rekan mahasiswa “ Armen, Maryati, Juana, Desima, Yetty, dan seluruh
rekan-rekan stambuk 04 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Medan, September 2009
DAFTAR ISI
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.4. Efek Kerja Otot Statis ... III-8 3.5. Standard Nordic Body Map Questionnaire ... III-9 3.6. Muskuloskeletal ... III-12 3.7. REBA (Rapid Entire Body Assessment)... III-15
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses ... V-1
5.1.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Arang 25 kg ke
Eltor/Bus Kecil ... V-1 5.1.1.2. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada
Proses Pengangkutan Arang 25 kg ke
Eltor/Bus Kecil ... V-5 5.1.2. Kuesioner Nordic Body Map ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-10
5.2.1. Pengolahan Data Pada Proses Pengangkutan
Arang 25 kg Ke Eltor... V-10 5.2.1.1. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Mengambil Beban Dengan Posisi
Membungkuk ... V-11 5.2.1.2. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Mengangkat Beban Dari Lantai ... V-15 5.2.1.3. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Membawa Beban ... V-20 5.2.1.4. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Meletakkan Beban Ke Eltor ... V-24 5.2.1.5. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Menyusun Beban Ke Eltor Sambil
Membungkuk ... V-28 5.2.2. Pengolahan Data Pada Proses Pengangkutan Scrap
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
Mengambil Beban Dengan Posisi
Membungkuk ... V-34 5.2.2.2. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Mengangkat Beban Dari Lantai ... V-38 5.2.2.3. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Meletakkan Beban Di Pundak ... V-43 5.2.2.4. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Meletakkan Beban Ke Eltor Berjalan Menuju Tempat Pembuangan Sambil
Memikul Beban ... V-47 5.2.2.5. Penilaian Postur Kerja Saat Operator
Membuang Ke Tempat Pembuangan
Sambil Membungkuk ... V-51
VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Postur Kerja yang Dapat Menimbulkan
Kelelahan ... VI-1 6.1.1. Analisis Postur Kerja Proses Pengangkutan
Arang 25 kg Ke Dalam Eltor ... VI-1 6.1.1.1. Analisis Postur Kerja Terhadap
Gerakan Mengambil Beban ... VI-1 6.1.1.2. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan
Mengangkat Beban Dari Lantai ... VI-3 6.1.1.3. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan
Membawa Beban ... VI-4 6.1.1.4. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan
Meletakkan Beban Ke Eltor ... VI-5 6.1.1.5. Analisis Postur Kerja Terhadap Gerakan
Menyusun Beban Ke Eltor ... VI-6 6.1.2. Analisis Postur Kerja Proses Pengangkutan Scrap
Membuang Ke Tempat Pembuangan
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
Sambil Membungkuk ... VI-13 6.2. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja... VI-14
6.2.1. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja Dari
Proses Pengangkutan Arang 25 kg Ke Dalam Eltor ... VI-14 6.2.2. Analisis Gangguan Fisik Akibat Kerja Dari Proses
Pengangkutan Scrap 20 kg Ke Tempat Pembuangan... VI-15
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Pembagian Tenaga Kerja di C.V. Fatih Brother’s ... II-4 2.2. Jadwal Jam Kerja di C.V. Fatih Brother’s ... II-5 3.1. Standard Nordic Body Map Questionnaire ... III-11 3.2. Batang Tubuh (Trunk) ... III-16 3.3. Skor Leher (Neck) ... III-16 3.4. Skor Kaki (Legs) ... III-17 3.5. Skor Beban (Load) ... III-17 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-18 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm) ... III-18 3.8. Skor Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-19 3.9. Skor Kopling (Coupling) ... III-19 3.10. Skor Aktivitas ... III-19 3.11. Nilai Level Tindakan REBA ... III-20 3.12. Tabel A REBA ... III-21 3.13. Tabel B REBA ... III-21 3.14. Tabel C REBA ... III-22 5.1. Rekapitulasi Standard Nordic Body Map Questionnaire
DAFTAR GAMBAR
3.8. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (wrist) ... III-18 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-4 4.2. Block Diagram Pengolahan Data REBA ... IV-5 5.1. Operator Saat Mengambil Beban dengan Membungkuk(Arang) ... V-1 5.2. Operator Saat Mengangkat Beban dari Lantai (Arang) ... V-2 5.3. Operator Saat Membawa Beban (Arang) ... V-3 5.4. Operator Saat Meletakkan Beban ke Eltor (Arang) ... V-4 5.5. Operator Saat Menyusun Beban ke Eltor (Arang)... V-4 5.6. Operator Saat Mengambil Beban dengan Membungkuk
(Scrap) ... V-5 5.7. Operator Saat Mengangkat Beban (Scrap) ... V-6 5.8. Operator Saat Meletakkan Beban Di Pundak (Scrap) ... V-7 5.9. Operator Saat Berjalan Menuju ke Tempat Pembuangan
Sambil Memikul Beban ... V-8 5.10. Operator Saat Membuang Scrap ke Tempat Pembuangan
5.24. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kanan (Scrap) V-43 5.25. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kiri (Scrap) ... V-45 5.26. Skor REBA untuk Bagian Tubuh Sebelah Kanan (Scrap) V-47
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di C.V. Fatih Brother’s yang terletak di Lorong Perjuangan, Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini mengolah bahan baku berupa kayu dan menghasilkan produk kayu dan arang. Penelitian ini tepatnya dilakukan pada proses pengangkutan arang ke eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan.
Pada proses pengangkutan arang ke eltor dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan, operator bekerja dengan postur kerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan kelambatan dalam bekerja karena operator mudah lelah. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire
Body Assessment) untuk memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis dan
menghasilkan postur kerja yang lebih baik.
Pada penelitian ini, sikap kerja operator dalam pengangkutan arang ke eltor/bus kecil diamati, kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian dengan metode REBA terhadap postur kerja operator hasilnya diperoleh skor REBA gerakan pertama sebelah kiri adalah 8 dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan ketempat sebelah kiri dan kanan didapat 4, skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7. Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan sikap kerja operator diamati kemudian dibagi menjadi 5 elemen gerakan yang dapat diuraikan menurut kerja otot statis dan dinamis. Kemudian dilakukan penilaian terhadap postur kerja operator dan didapat hasilnya adalah skor REBA gerakan pertama sebelah kiri dan kanan diperoleh 7, skor REBA gerakan kedua sebelah kiri adalah 4 dan kanan didapat 6, skor REBA gerakan ketiga sebelah kiri adalah 6 dan kanan didapat 5, skor REBA gerakan keempat sebelah kiri adalah 7 dan kanan diperoleh 5 dan skor REBA gerakan kelima sebelah kiri dan kanan diperoleh 7.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Permasalahan
Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di area kerja khususnya
berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakuan pekerjaanya
adalah musculoskeletal disorder. Masalah ini sering dialami oleh para pekerja yang
melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus. Studi tentang
musculoskeletal disorder pada berbagai jenis industri banyak dilakukan dan hasilnya
menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot
bagian pinggang (low back poin) dan bahu.
Setiap perusahaan dituntut untuk memperhatikan pekerjanya karena pekerja
merupakan aset perusahaan yang harus memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan.
Jika manusia bekerja dalam kondisi yang ergonomis, secara langsung akan meningkatkan
kinerjanya yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan
mengurangi biaya perusahaan. Sebaliknya jika manusia bekerja dalam kondisi yang tidak
ergonomis, akan dapat menurunkan produktivitas perusahaan.
Postur kerja yang tidak ergonomis sering diakibatkan oleh sistem kerja yang
kurang baik atau karena kelalaian manusianya sendiri. Di C.V. Fatih Brother’s, terdapat 2
dalam eltor/bus kecil yang dilakukan oleh operator yang mengambil arang (beban)
seberat 25 kg, kemudian berjalan membawa arang ke tempat penyusunan yang berada
didalam eltor/bus kecil, dan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan yang
dilakukan oleh operator yang mengambil scrap (beban) seberat 20 kg diletakkan diatas
pundak kemudian berjalan membawa scrap ke tempat pembuangan. Pada proses
pengangkutan arang ke dalam eltor/bus kecil kegiatan kerja operator mempunyai lima
elemen gerakan, yaitu :
1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk.
2. Operator mengangkat beban dari lantai.
3. Operator membawa beban.
4. Operator meletakkan beban ke eltor/bus kecil.
5. Operator menyusun beban ke eltor/bus kecil sambil membungkuk.
Sedangkan pada proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan kegiatan kerja
operator mempunyai empat elemen gerakan, yaitu :
1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk.
2. Operator mengangkat beban dari lantai.
3. Operator meletakkan beban di pundak.
4. Operator saat berjalan menuju ke tempat pembuangan sambil memikul beban.
5. Operator saat membuang scrap ke tempat pembuangan sambil membungkuk.
Postur kerja pada kedua stasiun kerja ini semuanya adalah berdiri secara terus
menerus dan posisi tulang belakang membungkuk serta membawa beban secara manual.
Karyawan bekerja selama 8 jam per hari, jam kerja yang berlaku adalah pukul
08.00 sampai 17.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pukul 12.00
Perusahaan menentukan target olahan kayu setiap bulannya. Semua olahan kayu
harus dikirim ke pabrik lagi untuk dilakukan penginspeksian, kemudian dikirim ke luar
negeri seperti Afrika dan Amerika, serta ke daerah-daerah seperti Sunggal, Batang Kuis
dan lain-lain. Dengan jam kerja dan kondisi kerja seperti ini pekerja sering melakukan
istirahat spontan diluar jam istirahat yang seharusnya untuk memulihkan kondisi
tubuhnya yang disebabkan postur kerja yang tidak alami tersebut.
Dengan melihat kondisi diatas, maka penulis membahas masalah penentuan postur
kerja yang ergonomis.
1.2.Rumusan Permasalahan
Bagaimana menentukan postur kerja yang ergonomis pada bagian operator di
pengangkutan arang dan pengangkutan scrap, sehingga produktivitas akan meningkat dan
target akan tercapai.
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh postur kerja yang
ergonomis sehingga produktivitas akan meningkat dan taget akan tercapai.
Tujuan khusus penelitian adalah :
1. Menilai dan mengevaluasi postur kerja dengan metode REBA dari sikap kerja
operator pada bagian pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat
pembuangan.
2. Memperbaiki postur kerja awal yang tidak ergonomis untuk mendapatkan postur kerja
yang lebih baik.
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Melatih kemampuan dan meningkatkan pengalaman Penulis untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan, khususnya postur kerja yang tidak ergonomis.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menerapkan postur kerja yang ergonomis,
sehingga operator pada proses pengangkutan arang dan proses pengangkutan scrap ke
tempat pembuangan dapat bekerja dengan postur kerja yang ergonomis.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Dalam melakukan penelitian, dilakukan beberapa batasan masalah, yakni :
1. Penelitian dilakukan terhadap operator yang bekerja pada proses pengangkutan arang
ke dalam eltor/bus kecil dengan beban 25 kg dan pengangkutan scrap ke tempat
pembuangan dengan beban 20 kg.
2. Penelitian ini difokuskan hanya untuk postur kerja yang ergonomis yang dirancang
untuk ke 2 stasiun kerja di atas.
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Operator bekerja secara wajar dan dalam kondisi normal.
2. Mesin dan peralatan diasumsikan dalam kondisi baik.
3. Tidak terjadi perubahan sistem dan proses kerja selama penelitian berlangsung.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri, maka sistematika penulisan tugas akhir
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang permasalahan, perumusan pokok
permasalahan, tujuan penelitian dan sasaran penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari
perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, ruang lingkup dan bidang
usaha, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi,
mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi,
serta organisasi dan manajemen perusahaan.
BAB III : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang
teori ergonomi, postur kerja, efek kerja otot statis dan dinamis, efek kerja
otot statis, muskuloskeletal, Questionnaire Nordic Body Map dan
REBA.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metodologi penelitian yaitu langkah-langkah
dan metode yang digunakan untuk mendapatkan pemecahan masalah.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data Questionnaire Nordic Body Map, foto- foto kerja
operator pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat
BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisikan analisis terhadap postur kerja dengan metode REBA
yang dapat menimbulkan kelelahan, postur kerja proses pengangkutan
arang ke eltor, postur kerja pada proses pengangkutan scrap ke tempat
pembuangan dan analisis gangguan fisik akibat kerja pada proses
pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat
pembuangan.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan rangkuman hasil
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
C.V. Fatih Brother’s dimiliki bapak H. Ikrom. Sebelum membangun usaha ini pak
H. Ikrom merupakan pemilik pesantren Daarul Arafah sekaligus sebagai dosen di
pesantren tersebut. Selain menjadi pemilik dan dosen di pesantren Daarul Arafah, pak H.
Ikrom mengambil studi di bidang kehutanan. Disaat melakukan studi, pak H. Ikrom
mendapat ide dan masukan dari dosen maupun teman studi untuk membuka usaha kayu.
Pada tahun 2007 tepatnya tanggal 25 Mei, pak H. Ikrom membuka usaha yang
diberi nama C.V. Fatih Brother’s. C.V. Fatih Brother’s berlokasi di Lorong Perjuangan,
Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Usaha C.V. Fatih
Brother’s awalnya merupakan usaha yang memproduksi kayu. Kayu yang diproduksi
merupakan kayu durian dan mahoni yang diperoleh dari hutan, dari masyarakat Pancur
Batu dan Namukur. Setelah beberapa bulan membuka usaha ini, timbullah benaknya
untuk memproduksi arang yang bahan bakunya dari kayu rambutan.
C.V. Fatih Brother’s memiliki luas area 14.253 m2. Luas area ini sudah termasuk
dengan tempat tinggal pekerja yang diberikan oleh Bapak H. Ikrom serta vila tempat
tinggal pak H. Ikrom.
C.V. Fatih Brother’s bergerak dalam bidang pengolahan kayu dan arang. Kayu
yang diproduksi merupakan kayu durian dan mahoni. Kayu yang diproduksi terdiri atas 2
jenis kayu yakni kayu jenis lokal dan ekspor. Kayu jenis lokal ini ditandai dengan adanya
mata (rusak/sompel) pada bagian kayu sehingga mempengaruhi kualitas kayu. Sedangkan
kayu ekspor ditandai dengan tidak adanya mata (sompel) pada bagian kayu.
Arang yang diproduksi terdiri atas 3 jenis yaitu :
a). KA, merupakan arang nomor 1 (super), yang memiliki ciri bentuk bulat yang
dipotong yang seukuran batu bata.
b). BS, merupakan arang nomor 2 (sedang), dengan ciri arang ukuran besar yang
dipecah.
c). Cong, merupakan arang nomor 3 (arang kecil), yang merupakan pecahan KA
dan BS.
Ketersediaan bahan baku C.V. Fatih Brother’s melalui kerjasama dengan beberapa
pemasok misalnya dari daerah Pancur Batu, Namukur, Tanjung Anom, dan dari
masyarakat setempat.
Hasil produksi perusahaan dijual ke luar negeri seperti Afrika, Amerika dan juga
dijual ke daerah-daerah seperti Sunggal, Padang Bulan, Titi Kuning, Tembung, Binjai dan
Batang Kuis.
2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan
dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis
Struktur organisasi yang digunakan pada C.V. Fatih Brother’s adalah struktur
organisasi yang berbentuk lini. Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana
kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis. Dalam bentuk organisasi seperti
ini, dimana pimpinan dipandang sebagai sumber wewenang tunggal, garis komandonya
kuat dan hanya satu, yaitu dari atas ke bawah. Dengan demikian segala keputusan
kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan.
Struktur organisasi pada C.V. Fatih Brother’s dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi C.V. Fatih Brother’s
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas dan tanggung jawab tiap jabatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1. Tenaga Kerja
C.V. Fatih Brother’s memiliki 1 orang pimpinan, 1 orang sekretaris, 1 orang
mandor dan 20 orang tenaga kerja. Tenaga kerja di C. V. Fatih Brother’s terdiri dari
pekerja harian dan pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan yang di sajikan pada Tabel 2.1. di bawah ini.
Pimpinan
Sekretaris
Pekerja
Mandor
Pekerja Pekerja
Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja di C.V. Fatih Brother’s
Jenis Pekerja Stasiun
Jenis
Kelamin Jumlah
Kayu/Balo
k Harian
Penerimaan Laki-laki 4
Pemotongan Laki-laki 8
Pengangkutan scrap ke area
scrap Laki-laki 1
Arang
Harian Pemetakan Laki-laki 1
Pembakaran Arang
Boronga n
Pendinginan Laki-laki 1
Pembongkaran Laki-laki 2
Pengangkutan arang ke truk/eltor Laki-laki/Pr 3
Total 20 Orang
2.3.3.2. Jam Kerja
Di C.V. Fatih Brother’s hanya berlaku satu shift kerja. Dalam memelihara
ketertiban dan kedisplinan kerja setiap perusahaan memuat peraturan kerja yang harus
dipatuhi oleh setiap pekerja. Jam kerja C.V. Fatih Brother’s dapat dilihat pada Tabel 2.2.
di bawah ini :
Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di C.V. Fatih Brother’s
Jenis Pekerja Hari Jam Keterangan
Kayu/Balok Harian Senin-Sabtu
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-17.00 Bekerja
Jam kerja jenis arang untuk pekerja dibagi atas pekerja harian dan borongan.
Mereka bekerja hari Senin sampai Sabtu mulai dari pagi sampai malam. Pekerjaan
dilakukan pada stasiun pendinginan, pembongkaran, dan pengangkutan scrap ke
2.3.4. Sistem Pengupahan
Upah adalah suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk
pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan. Upah berfungsi sebagai jaminan
kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang akan ditetapkan menurut suatu persetujuan.
Sistem pengupahan di C.V. Fatih Brother’s terdiri dari dua yaitu sebagai berikut:
1. Sistem harian
Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja.
2. Sistem borongan
Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan ini
tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang dikerjakan. Setiap
pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga tertentu yang akan
dikalikan dengan banyaknya hasil yang diperoleh.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan menggunakan
sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, masin, bahan-bahan serta dana.
2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi kayu dan arang pada C.V.
Fatih Brother’s dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong dan
bahan tambahan.
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses
produksi yang sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan yang langsung ikut dalam
proses produksi hingga ke barang jadi. Bahan baku mempunyai komposisi/persentase
yang besar pada produk akhir dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain. Dalam
pengolahan kayu dan pembuatan arang ini bahan baku yang digunakan adalah kayu.
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses
pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Adapun bahan-bahan
yang digunakan yaitu :
a. Untuk Produk Kayu
Bahan tambahan yang digunakan untuk produk kayu adalah :
- Kapur Berwarna
Kapur Berwarna berfungsi untuk memberikan informasi tentang keterangan
kayu lokal maupun ekspor.
b.Untuk Produk Arang
Bahan tambahan yang digunakan untuk produk arang adalah :
- Goni
Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus arang. Satu goni berisi
20 kg arang.
- Tali
Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang
3. Bahan Penolong
Bahan Penolong adalah bahan yang digunakan ke dalam proses produksi dengan
tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini bukan bagian dari produk
akhir. Bahan-bahan yang digunakan yaitu :
a. Untuk Produk Kayu
Bahan penolong yang digunakan untuk produk kayu adalah :
- Tali
Tali digunakan untuk menggantungkan kayu besar sebagai pengganjal untuk
mengangkut kayu/balok.
- Oli
Oli digunakan untuk mengolesi mesin penggerak dan Band Saw agar tajam.
b. Untuk Produk Arang
Bahan penolong yang digunakan untuk produk arang adalah :
- Batu Bata
Batu Bata digunakan pada proses pengasapan untuk membantu proses
penyusunan kayu ke dalam tobong.
- Tanah Liat
Tanah liat berfungsi pada proses penyusunan kayu.
2.4.2. Uraian Proses Produksi
Adapun uraian proses produksi yang terjadi dalam pengolahan kayu dan
pembuatan arang di C.V. Fatih Brother’s adalah sebagai berikut :
a. Proses Produksi Kayu
- Proses Penerimaan
Bahan baku kayu yang dibawa ke pabrik diterima di stasiun penerimaan. Kayu
tersebut diperoleh dari hutan, dari masyarakat Pancur Batu dan Namukur. Kayu
yang diperoleh dibawa dengan menggunakan truk/eltor.
- Proses Pemotongan
Bahan baku kayu yang berada di proses penerimaan diangkut oleh 4 orang
operator dengan menggunakan kayu besar yang diikat tali. Kayu yang besar yang
diikat tali merupakan tempat dimana 4 orang operator akan mengangkut kayu
yang diletakkan pada posisi pundak operator yang nantinya akan diangkut untuk
diproses pada stasiun pemotongan. Kayu yang akan dipotong dengan
menggunakan band saw, diletakkan dan diganjal, kemudian kayu dipegang dan
diukur oleh 4 orang operator, yakni 2 orang di sisi depan dan 2 orang lagi di sisi
belakang. Setelah tepat pada ukuran yang diinginkan, maka kayu siap untuk
dipotong.
- Proses Pengangkutan Scrap ke Area Scrap
Scrap dari kayu pada bagian pemotongan dimasukkan kedalam goni oleh 1 orang
operator. Scrap yang sudah dimasukkan ke dalam goni akan diangkut ke area
scrap. 1 goni scrap berisi 25 kg. Scrap-scrap kayu banyak diambil oleh
masyarakat setempat.
b.Proses Produksi Arang
Adapun uraian proses produksi arang adalah sebagai berikut :
- Proses Pemetakan
Kayu rambutan yang dari area penerimaan diangkut dan dilakukan proses
pemotongan. Kayu dipotong dengan berukuran 60 cm kemudian dimasukkan ke
- Proses Pembakaran Arang
Setelah dilakukan proses pemetakan (kayu rambutan yang dimasukkan ke dalam
tobong) kemudian disusun rapi agar sepenuhnya terbakar, setelah itu ditutup
dengan batu bata dan tanah liat. Dalam hal ini dilakukan pengasapan yang dalam
waktu 17 hari penuh (mulai pagi, siang maupun malam) dan seluruh arang dalam
kondisi tertutup. Pengasapan ini merupakan proses untuk melakukan pembakaran
kayu di dalam tobong.
- Proses Pendinginan
Setelah dilakukan pengasapan dalam waktu 17 hari, maka diperlukan waktu 10
hari untuk proses pendinginan.
- Proses Pembongkaran
Bila arang telah dingin, maka dilakukan proses pembongkaran. Proses
pembongkaran ini dilakukan oleh 2 orang operator laki-laki yakni pekerja
borongan.
- Proses Pengangkutan Arang ke Eltor/Bus Kecil
Setelah dilakukan proses pembongkaran maka arang-arang yang besar harus
dilakukan pemecahan, sehingga dihasilkan 3 jenis arang yakni ; KA (arang yang
berukuran bulat besar), BS (arang besar yang dipecah berukuran sedang), Cong
(arang yang berukuran kecil, pecahan KA dan BS). Kemudian arang-arang yang
sudah dipisahkan jenisnya dimasukkan kedalam goni, dimana setiap 1 goni
beratnya 20 kg. Goni diangkut oleh 3 orang operator, baik operator laki-laki
maupun perempuan, diangkut ke eltor untuk dibeli oleh konsumen.
Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan untuk
mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau mengubahnya
menjadi produk jadi (hasil akhir).
2.4.3.1. Mesin
Adapun jenis dari mesin-mesin produksi yang digunakan oleh C.V. Fatih
Brother’s adalah sebagai berikut :
a. Mesin Band Saw
Tipe : 42”/Glugur/Indonesia/1985
Kapasitas Potong : 275 x 460 mm
Dimension : 520mm x 575mm
Table Tilting : 10 degree L / 45 degree R
Diameter : 500 mm
Kecepatan : 800 rpm
Motor 2 HP
Ukuran Mata Saw : 3970 mm
Jumlah : 6 unit
Kegunaan : Memotong kayu
b. Mesin Penggerak
Tipe : Mitsubishi/Jepang/1985
Dimensi : 420mm x470mm
Kecepatan : 650 rpm
Diameter : 450 mm
Jumlah : 6 unit
Kegunaan : Menggerakkan Band Saw
Peralatan yang digunakan dalam C.V. Fatih Brother’s antara lain :
a. Timbangan
Timbangan ini berguna untuk menimbang arang jenis KA, BS dan Cong.
b. Kapak
Kapak berguna untuk menghancurkan jenis arang yang besar.
c. Martil
Martil berguna untuk menghancurkan jenis arang yang sedang.
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang
berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan
sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan.1
Disiplin ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,
nyaman, aman, sehat dan efisien.
Ergonomi dapat dibagi menjadi 3 pokok pendekatan yang lebih komprehensif
yaitu :
1. Fokus utama, yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda,
prosedur kerja dan lingkungan kerja. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dari
pekerjaan sehari-hari. Penekanannya terdapat pada faktor manusia, tidak seperti
dalam ilmu-ilmu teknik yang lebih menekankan pada pertimbangan faktor-faktor
teknis.
2. Ergonomi mempunyai 2 tujuan utama, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dari pekerjaan dan aktivitas-aktivitas yang lain serta meningkatkan nilai-nilai
tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki keamanan,
mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan, penerimaan pengguna
yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kualitas hidup.
1
3. Pendekatan utama, yaitu aplikasi sistematik dari informasi yang relevan tentang
kemampuan, keterbatasan, karakteristik, motivasi manusia, perilaku manusia
terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat
menggunakannya.
Pada ilmu ergonomi, manusia dipandang sebagai adalah satu komponen sentral
dalam suatu sistem kerja, disamping komponen-komponen bahan, mesin, dan peralatan
kerja serta lingkungan kerjanya. Dengan demikian manusia berperan sebagai perencana,
perancang, sekaligus sebagai pengendali sistem kerja tersebut.
Pengelompokan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap mencakup seluruh
perilaku manusia dalam bekerja adalah sebagai berikut :
1. Anthropometri
Kata antropometri berasal dari 2 kata Yunani yaitu anthropus yang berarti manusia
dan metron yang berarti ukuran. Antropometri mengkaji masalah dimensi tubuh
manusia. Informasi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang suatu
sistem kerja yang ergonomis agar menunjang kemudahan, kenyamanan dan
keamanan dari suatu pekerjaan.
2. Faal Kerja
Perilaku manusia yang dibahas pada faal kerja adalah reaksi tubuh selama bekerja
khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Energi diperoleh manusia dari
makanan yang dikonsumsinya. Melalui berbagai tahap metabolisme pada sistem
pencernaan, zat-zat yang mengandung energi disimpan dalam bentuk lemak dan
glikogen. Beberapa perilaku manusia yang dibahas dalam faal kerja adalah
kelelahan kerja dan kelelahan otot.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa biomekanika kerja berhubungan dengan
kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kemampuan otot dalam berinteraksi dengan
aspek-aspek mekanik yang ditimbulkan oleh pekerja. Dalam dunia pekerjaan,
bidang-bidang biomekanika adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian
gerak anggota-anggota badan dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap
beban.
4. Penginderaan
Secara biologis, manusia dikenal memiliki 5 indera. Mata merupakan indera yang
paling banyak dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan industri, yaitu sekitar 85%,
kemudian diikuti oleh telinga. Dalam ergonomi, aspek penginderaan dikaji terutama
untuk mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan masing-masing
indera dalam menghadapi sistem kerja yang akan dibuat.
5. Psikologi Kerja
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang dijumpai pada tempat
kerja yaitu menyangkut apa yang disebut dengan faktor-faktor diri yaitu sifat-sifat
diri seseorang. Masalah faktor diri dikaji dalam ergonomi karena pada setiap orang
terdapat faktor diri yang khas dan karenanya mempunyai sifat yang khas untuk
bekerja. Ketidakcocokan dengan pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya stres,
frustasi atau berujung pada rendahnya produktivitas, dan rendahnya mutu hasil
pekerjaan, serta tingginya tingkat kecelakaan kerja.
3.2. Postur Kerja
Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat
membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja
kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa
pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit
pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja
yang demikian, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membungkuk
dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk
mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama sekali dengan
memperhatikan fasilitas kerjanya seperti meja, kursi dan lain-lain yang sesuai dengan
data anthropometri agar pekerja dapat menjaga postur kerjanya tetap tegak dan
normal. Ketentuan ini terutama sekali ditekankan bilamana pekerjaan dilaksanakan
dengan postur berdiri.
b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum. Pengaturan postur
kerja dalam hal ini dilakukan dalam jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi
gerakan). Disamping itu pengaturan ini bisa memberikan postur kerja yang nyaman.
Untuk hal-hal tertentu pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya
agar memperoleh postur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.
c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama
dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja miring.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang
lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal.
Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini
dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja
Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga
kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti.
2
Eko Nurmianto, Hal 109
Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak
10-15% dibandingkan duduk.
Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik
akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan
suatu aktivitas kerja.
Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar Demand < Capacity,
sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja
tidak melebihi fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan.
Untuk mengetahui dan mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik
manusia dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi fisiologis
melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut
jantung, pernapasan, dan lain-lain. Sedangkan biomekanika lebih melihat kepada aspek
terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya.
Ada sejumlah faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan pembebanan
fisik yakni : masalah postur kerja yang tidak normal, pekerjaan yang berulang (repetitif),
pembebanan statis pada otot, tekanan kontak fisik, getaran, dan temperatur.
Resiko-resiko diatas dapat menyebabkan terjadinya permasalahan ergonomi
secara fisik, khususnya yang terkait dengan permasalahan sistem otot-rangka
(muskuloskeletal disorder). Beberapa metode sudah banyak digunakan untuk
digunakan diantaranya : NIOSH Lifting Guide, Rapid Upper Limb Assessment, Rapid
Entire Body Assessment, Quick Expossure Checklist dan sebagainya.
3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis
Otot terdiri atas sel-sel berbentuk serat yang panjang dan lembut, bersifat dapat
mengencang (contraction) ke suatu arah.3 Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem
gerak tubuh. Otot dapat bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rhythmic). Pada otot
dinamis kontraksi dan relaksasi otot terjadi silih berganti sedangkan otot statis apabila
otot menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu.
Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam
otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot terganggu. Otot
yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari darah dan harus
menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar
akibat peredaran darah terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan
menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilangan energi yang tidak
perlu.
Selama kerja dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian
sesuai dengan irama tegang/kencang, tekan dan kendor seperti layaknya sebuah ”pompa”
yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan banyak sekali
menerima/membawa glukosa dan O2 saat mengencang dan selanjutnya membuang
metabolit (sisa hasil pembakaran atau metabolisme) pada saat mengendor. Karena
mekanisme mengencang dan mengendor secara bergantian maka sirkulasi aliran darah
ditambah O2 dan metabolit akan berlangsung dengan lancar.
Dengan demikian peredaran darah meningkat dan otot menerima darah 10 sampai
dan glukosa sehingga memiliki banyak tenaga, sementara sisa metabolisme segera
dibuang.
3.4. Efek Kerja Otot Statis
Kerja otot statis (postural) mencakup jenis pekerjaan yang berkepanjangan
dimana level kontraksi konstan dan tidak berubah dalam suatu periode waktu yang
bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa jam. Kerja otot statis lebih cepat
menimbulkan kelelahan. Terganggunya peredaran darah dan kurangnya oksigen
merupakan fenomena kelelahan akibat kerja otot statis. Untuk menghindari terjadinya hal
yang tidak diinginkan hendaknya diperhaikan jangka waktu kerja otot statis yang dapat
ditolelir dimana untuk jenis pekerjaan berat berkisar 10 detik, jenis pekerjaan sedang 1
menit dan jenis pekerjaan ringan kuang lebih 4 menit. Pengencangan otot dalam waktu
lama akan menyebabkan aliran darah terganggu, suplai glukosa ditambah O2 akan
terhambat dan metabolit tidak bisa segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan
rasa sakit dan lelah pada otot, suatu hal yang sangat merugikan. Berdasarkan penelitian
Monod, kerja otot statis yang menggunakan tenaga sebesar 60 % dari maksimum akan
menyebabkan peredaran darah berhenti sama sekali, pengerahan tenaga 50 % dari
maksimum dapat diterima otot untuk jangka waktu kerja selama 1 menit sedangkan pada
pengerahan tenaga 20 % kerja dapat berlangsung lebih lama.
3.5. Standard Nordic Body Map Questionnaire
Didalam penelitian ini digunakan penelitian terhadap kelelahan yang diderita
operator/pekerja dengan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan
fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan
dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui beban dari pekerjaan. Pengukuran
kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Pengukuran ini melalui Standard
Nordic Body Map Questionnaire. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian-bagian
otot yang mengalami keluhan dengan tingkatan keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS),
Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta
tubuh seperti pada Gambar 3.1. dan Standard Nordic Body Map Questionnaire seperti
pada Tabel 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang
Gambar 3.1. Tubuh Manusia
Tabel 3.1. Standard Nordic Body Map Questionnaire
NO JENIS KELUHAN
TINGKAT KELUHAN Tidak
Sakit
Agak Sakit Sakit
Sangat Sakit
0 Sakit kaku di leher bagian atas
1 Sakit kaku di leher bagian bawah
2 Sakit di bahu kiri
3 Sakit di bahu kanan
4 Sakit lengan atas kiri
5 Sakit di punggung
6 Sakit lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada bokong
9 Sakit pada pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
3.6. Muskuloskeletal
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga
kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders
(MDSs) atau keluhan pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila
pembebanan dihentikan, dan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan
akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah sikap kerja yang
tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak disebabkan
oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh
pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Sebagai Negara berkembang, sampai
saat ini Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-negara maju,
khususnya dalam pengadaan peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan
tersebut didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat bekerja
pekerja Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah postur kerja yang
tidak alami. Sebagai contoh pengoperasian mesin-mesin produksi di suatu pabrik yang
diimpor dari Amerika dan Eropa akan menjadi masalah bagi sebagian pekerja Indonesia.
berdasarkan pada anthropometri dari populasi pekerja dari negara produsen, yang pada
kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari pekerja Indonesia. Sudah pasti bahwa
kondisi tersebut akan menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan
mesin, apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama maka akan terjadi akumulasi
keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot. (Tarwaka,
Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng, Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Produktivitas, Surakarta: Penerbit UNIBA PRESS, 2004).
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), tindakan untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara,
yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan
organisasi kerja).
a. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif
sebagai berikut :
- Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk
menggunakan peralatan yang ada.
- Subtitusi, yaitu mengganti alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses
produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
- Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.
- Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya
akibat suhu udara yang terlalu panas.
b. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut :
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan
alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan resiko sakit akibat kerja.
- Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan
kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan
yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
- Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini
terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
3.7. REBA ( Rapid Entire Body Assessment )
REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko
gangguan tubuh keseluruhan. 3
Terhadap masing-masing tugas (task) dilakukan penilaian postur tubuh dengan
membagi atas 2 grup yaitu : group A terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari batang
tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs), sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh
kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm) , Iengan bawah (lower arm), dan pergelangan
tangan (wrist). 4
Pada masing-masing group diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu
pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling (kopling).
Grup A :
Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (trunk)
3
Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA
4
Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.
Tabel 3.2. Skor Batang Tubuh (trunk)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal (tegak lurus) 1
+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan maupun ke belakang) 2
<200 atau 20-600 3
>600 4
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;
Florida-USA.
B. Leher (neck)
Gambar 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (neck) Tabel 3.3. Skor Leher (neck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok
>200-ekstensi 2
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic
C. Kaki (legs)
Gambar 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (legs) Tabel 3.4. Skor Kaki (legs)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2 +2 jika lutut >600
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;
Florida-USA.
D. Beban (load)
Gambar 3.5. Ukuran Beban (load) Tabel 3.5. Skor Beban (load)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
<5 kg 0
+1 jika kekuatan cepat
5-10 kg 1
>10 kg 2
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic
Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.
Grup B :
Gambar 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (upper arm)
Tabel 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (upper arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 (ke depan maupun ke belakang) 1 +1 jika bahu naik
>200 (ke belakang) atau 20-450 2 +1 jika lengan berputar/bengkok
45-900 3 -1 miring, menyangga berat dari
lengan
>900 4
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;
Florida-USA.
B. Lengan Bawah (lower arm)
Gambar 3.7. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (lower arm) Tabel 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (lower arm)
Pergerakan Skor
60-1000 1
<600 atau >1000 2
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic
Methods;Crc Press; 2005; Florida-USA.
Gambar 3.8. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (wrist)
Tabel 3.8. Skor Bagian Pergelangan Tangan (wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-150 (ke atas maupun ke bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >150 (ke atas maupun ke bawah) 2
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc
Press; 2005; Florida-USA.
D. Kopling (Coupling)
Tabel 3.9. Kopling (coupling)
Coupling Skor Keterangan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Sedang 1 Pegangan bagus tetapi tidak ideal atau
kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik
2
Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin
Tidak dapat diterima 3
Kaku, pegangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan
bagian tubuh
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;
Florida-USA.
Tabel 3.10. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam, contoh : memegang lebih dari 1 menit
Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang, contoh : mengulangi >4 kali per menit (tidak termasuk berjalan)
Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc Press; 2005;
Florida-USA.
E. Kiri dan Kanan Tubuh
Penilaian dilakukan masing-masing (secara terpisah) terhadap bagian kiri dan
Dengan melihat pada tabel penilaian untuk masing-masing postur, tabel A untuk
grup A dan tabel B digunakan untuk grup B. Skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel A
dan skor beban/kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan skor coupling untuk
masing-masing tangan. Skor C dibaca dari tabel C, dengan memasukkan skor A dan skor
B. Sehingga diperoleh skor REBA dengan jumlah dari skor C dan skor tindakan.
Sehingga akhirnya diperoleh suatu hasil berupa tingkatan level resiko.5 Seperti tertera
pada Tabel 3.11 sampai 3.14. dibawah ini.
Tabel 3.11. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
4-7 Sedang 2 Perlu
8-10 Tinggi 3 Segera
11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;Crc
Press; 2005; Florida-USA.
Tabel 3.12. Tabel A REBA
Trunk
1 2 3 4 5
Neck=1
Legs
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
Neck=2 Legs
5
1 1 3 4 5 6
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;
Crc Press; 2005; Florida-USA.
Tabel 3.13. Tabel B REBA
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and
Ergonomic Methods; Crc Press; 2005; Florida-USA.
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Sumber: Nevile Stanton; Handbook Of Human Factors and Ergonomic Methods;
Crc Press; 2005; Florida-USA.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap operator di proses pengangkutan arang kedalam
eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan pada C.V. Fatih
Brother’s. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai bulan September 2009.
4.2. Jenis dan Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yakni penelitian yang berusaha
untuk memaparkan pemecahan terhadap masalah yang ada sekarang secara sistematis dan
faktual. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, pengolahan data,
serta analisis dan interpretasi yang meneliti sikap dan postur kerja operator selama
bekerja di proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor dan proses
pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan .
4.3. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 1 orang operator, yang bekerja dengan memikul
arang (beban) 25 kg, dan 1 orang operator yang bekerja memikul scrap (beban) 20 kg .
4.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara
langsung di lapangan. Data yang diperlukan adalah :
- Prosedur kerja saat ini.
- Data pengamatan postur kerja secara langsung berupa foto operator sewaktu
bekerja dengan menggunakan media kamera 6600.
- Data keluhan tubuh yang sakit pada operator melalui Nordic Questionnaire.
- Data kerja statis pada bagian kaki dan lengan atas dan dinamis pada lengan bawah
beserta frekuensinya.
6. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang diperoleh dari
perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, organisasi dan
manajemen perusahaan.
4.5. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah :
a. Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA yang terjadi pada proses
pengangkutan arang kedalam eltor/bus kecil dan proses pengangkutan scrap ke
tempat pembuangan.
b. Identifikasi resiko akibat kesalahan postur kerja dan memberikan rekomendasi
tentang perlu atau tidaknya tindakan perbaikan.
4.6. Analisis dan Evaluasi
Analisis dilakukan terhadap prosedur kerja dan tata letak komponen yang
menyebabkan kesalahan postur kerja pada proses pengangkutan arang ke dalam eltor/bus
kecil dan proses pengangkutan scrap ke tempat pembuangan di C. V. Fatih Brother’s.
Setelah adanya perbaikan terhadap tata letak komponen serta material handling maka
baru. Analisis terhadap postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode REBA untuk
memperoleh postur kerja yang baik.
4.7. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti. Pada tahap ini juga,
penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin akan berguna bagi perusahaan.
4.8. Langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan sistematis. Adapun
langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis untuk menyusun laporan penelitian ini dapat
Studi Pendahuluan - Studi Literatur
- Melakukan pengamatan langsung di C. V. Fatih Brother’s
Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan
Data Sekunder - Data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi - Data letak komponen - Data pengamatan secara langsung berupa foto kamera 6600
- Data kerja statis dan dinamis - Data keluhan tubuh yang sakit pada operator melalui nordic questionnaire
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
- Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA.
Kesimpulan dan Saran Analisis dan Evaluasi
- Analisis postur kerja pada proses pengangkutan arang ke eltor dan pengangkutan scrap ke tempat
pembuangan berdasarkan kondisi saat ini.
- Pemecahan masalah usulan rancangan konseptual postur kerja berdasarkan perbaikan tata letak komponen dan material handling.
- Usulan rancangan prosedur kerja. - Analisis dilakukan dengan metode REBA
Selain block diagram diatas, dapat dibuat block diagram pengolahan data dengan
REBA seperti Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Block Diagram Pengolahan Data REBA
Postur Kerja Grup A : - Batang Tubuh
(Trunk) - Leher (Neck) - Kaki (Legs)
Lihat Tabel B Lihat Tabel A
Skor A
Postur Kerja Grup B : - Lengan Atas (Upper
Arm)
- Lengan Bawah (Lower Arm)
- Pergelangan Tangan (Wrist)
Nilai Tabel A + Beban (Load/Force)
Nilai Tabel B + Kopling (Coupling)
Skor B
Skor C
Nilai Skor C + Aktivitas Skor (Score Activity)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator
Pada tahap pengumpulan data akan diuraikan tentang kegiatan kerja yang
dilakukan oleh operator pada proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor/bus
kecil dan proses pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan .
5.1.1.1. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Arang (Beban) 25 kg Kedalam Eltor/Bus Kecil
Untuk proses pengangkutan arang (beban) 25 kg kedalam eltor/bus kecil, kegiatan
kerja operator dibagi atas 5 elemen gerakan dasar, yakni :
1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk, seperti yang terlihat pada
Gambar 5.1.
Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis
adalah :
a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.
b. Batang tubuh membungkuk ke depan untuk meraih beban.
c. Kedua tangan diulurkan ke depan menggapai beban.
d. Leher ditekuk untuk melihat beban.
e. Pinggang menahan gerakan membungkuk tubuh
2. Operator mengangkat beban dari lantai, seperti yang terlihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2. Operator Mengangkat Beban dari Lantai
Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis
adalah :
a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.
b. Pinggang menahan gerakan membungkuk tubuh.
c. Batang tubuh sedikit membungkuk ke depan.
e. Kedua tangan mengangkat beban dengan tidak seimbang.
3. Operator membawa beban, seperti yang terlihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Operator Saat Membawa Beban
Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis
adalah :
a. Kedua kaki dilebarkan sambil ditekuk menahan berat tubuh.
b. Pinggang menahan gerakan tubuh kembali tegak.
c. Batang tubuh sedikit membungkuk ke depan.
d. Leher kembali tegak sambil berdiri.
4. Operator meletakkan beban ke eltor/bus kecil, seperti yang terlihat pada Gambar 5.4.
Gambar 5.4. Operator Saat Meletakkan Beban ke Eltor/Bus Kecil
Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis
adalah :
a. Kedua kaki berdiri tegak.
b. Leher sedikit membungkuk ke depan.
c. Batang tubuh agak miring ke depan.
d. Kedua tangan mengangkat beban setinggi pinggang.
5. Operator menyusun beban ke eltor/bus kecil sambil membungkuk, seperti yang
terlihat pada Gambar 5.5.
Adapun uraian kegiatan kerja operator menurut kerja otot statis dan dinamis
adalah :
a. Kaki kiri ditekuk menaiki eltor/bus kecil dengan bertumpu sebelah kaki.
b. Batang tubuh membungkuk ke depan untuk memasukkan/menyusun beban.
c. Leher ditekuk untuk melihat beban.
d. kedua tangan meletakkan beban ke dalam eltor/bus kecil
5.1.1.2. Pembagian Kegiatan Kerja Operator Pada Proses Pengangkutan Scrap (Beban) 20 kg ke Tempat Pembuangan
Untuk proses pengangkutan scrap (beban) 20 kg ke tempat pembuangan, kegiatan
kerja operator dibagi atas 5 elemen gerakan dasar, yakni :
1. Operator mengambil beban dengan posisi membungkuk, seperti yang terlihat pada
Gambar 5.6.