SKRIPSI
PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN,
DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
FEBRY NAOMI
110503221
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DAPERTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Likuditas terhadap Kinerja
Keuangan dengan Leverage sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusu sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapatkan izin, dan/ atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 20 April 2015
Tanda tangan
Febry
Naomi110503
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio keuangan perusahaan tahun 2011 sampai 2013. Jumlah populasi sebanyak 130 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio kinerja keuangan dalam hal ini rasio profitabilitas. Penulis menggunakan analisis statistik berupa uji asumsi klasik, analisis jalur dan uji hipotesis untuk menguji dan menjelaskan pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 2013. (2) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2013.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of liquidity on the financial performance with leverage as intervening variables in the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.
This type of research data used in this study is the ratio of secondary data from company financial statements 2011 to 2013. Number of population of 130 firms. Study sample as many as 35 companies. The variables used in the research are current ratio, leverage ratio, the ratio of financial performance in this case the profitability ratios. The author uses statistical analysis of the assumptions of classical test and path analysis to test and explain the liquidity effect on financial performance with leverage as an intervening variable.
The results showed that (1) liquidity proxyed with Current Ratio was positif not significant effects to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA), (2) liquidity proxyed with Current Ratio was no direct effect to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA) to leverage proxyed with Debt To Asset Ratio (DAR) as an intervening variable.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan rahmat-Nya
yang tiada henti dirasakan penulis hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan
Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan
baik moril maupun materil dri berbagai pihak secara langsung dan tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Bapak
Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak., CA selaku Ketua dan Sekretaris
Departemen Akuntansi FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si,
Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak. Selaku Dosen Pembimbing
meyelesaikan skripsi ini dan Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong,
M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran
dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, Leodriano Hutasoit dan Lisbeth Pangaribuan
yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. Dan untuk
Adik penulis Christin Yosanta Hutasoit yang memberikan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman penulis, Vivian, Cinthia, Ester, Olivia, Naomi, Delwie,
serta teman-teman angkatan 2011 lainnya yang telah membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 20 April 2015
Penulis,
Febry Naomi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pernyataan ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 10
2.1.1 Likuiditas ... 10
2.1.2 Kinerja Keuangan... ... 13
2.1.3 Leverage ... .18
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4 Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.3 Defenisi Operasional ... 29
3.4 Skala Pengukuan Variabel ... 30
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
3.6 Jenis Data ... 34
3.7Metode Pengumpulan Data ... 34
3.8Teknik Analisis ... 34
3.8.1 Analisis Deskriptif... 35
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 35
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 35
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 36
3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 37
3.8.2.1 Uji Autokorelasi ... 38
3.8.3 Analisis Metode Jalur ... 38
3.8.4 Uji Hipotesis ... 39
2.8.4.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 40
2.8.4.2 Identifikasi Determinan (R2) ... 40
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 41
4.1.1 Likuiditas ... 41
4.1.2 Kinerja Keuangan ... 41
4.1.3 Leverage ... 42
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 43
4.2.1 Uji Normalitas ... 44
4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 46
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 47
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 50
4.4 Pengujian Hipotesis ... 53
4.4.1Uji Hipotesis Pertama... 53
4.4.2Uji Hipotesis Kedua ... 53
4.5 Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 58
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan penelitihan terdahulu... 22
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 32
Tabel 4.1Gambaran Umum Likuiditas ... 41
Tabel 4.2Gambaran Umum Kinerja Keuangan ... 42
Tabel 4.3 Gambaran Umum Leverage ... 43
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Persamaan 1 ... 46
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Persamaan 2 ... 46
Tabel 4.6Pengujian Autokorelasi ... 50
Tabel 4.7 Koefisien Jalur 1 ... 51
Tabel 4.8Koefisien Jalur 2 ... 51
Tabel 4.9 Analisis Jalur ... 52
Tabel 4.10 Uji Determinasi 1 ... 54
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka konseptual ... 26
Gambar 4.1 P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 1 ... 44
Gambar 4.2 P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 2 ... 45
Gambar 4.3 Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 1 ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel ... 62
Lampiran 2 Hasil Analisis SPSS Persamaan 1 ... 65
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio keuangan perusahaan tahun 2011 sampai 2013. Jumlah populasi sebanyak 130 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio kinerja keuangan dalam hal ini rasio profitabilitas. Penulis menggunakan analisis statistik berupa uji asumsi klasik, analisis jalur dan uji hipotesis untuk menguji dan menjelaskan pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 2013. (2) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2013.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of liquidity on the financial performance with leverage as intervening variables in the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.
This type of research data used in this study is the ratio of secondary data from company financial statements 2011 to 2013. Number of population of 130 firms. Study sample as many as 35 companies. The variables used in the research are current ratio, leverage ratio, the ratio of financial performance in this case the profitability ratios. The author uses statistical analysis of the assumptions of classical test and path analysis to test and explain the liquidity effect on financial performance with leverage as an intervening variable.
The results showed that (1) liquidity proxyed with Current Ratio was positif not significant effects to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA), (2) liquidity proxyed with Current Ratio was no direct effect to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA) to leverage proxyed with Debt To Asset Ratio (DAR) as an intervening variable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian yang tidak menentu, perubahan yang cepat, dan
persaingan yang semakin ketat antar perusahaan menuntut manajemen perusahaan
untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Apabila perusahaan tidak
tanggap dan cermat dalam menanggapi hal tersebut, maka kemungkinan terburuk
dapat terjadi, bukan laba yang diperoleh tetapi rugi bahkan bisa jadi kebangkrutan
perusahaan. Sehingga sangat diperlukan informasi yang tepat dan akurat sebagai
media dalam pengambilan keputusan serta analisis yang tepat untuk menanggapi
hal tersebut.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting dalam memperoleh
informasi sehubungan dengan kondisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh
perusahaan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan adalah
untuk mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaan yang
bersangkutan serta untuk menilai efisiensi dan profitabilitas operasi.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 : 4),
tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Alat ukur yang dapat digunakan dalam rangka menganalisis keadaan
keuangan perusahaan yaitu rasio keuangan. Hasil analisis historis tersebut sangat
penting bagi perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan pada masa
yang akan datang. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya
seorang manajer dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja
perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, Djarwanto
membagi rasio menjadi tiga, yaitu :
Rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya : rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, dan sebagainya.
Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya : Net Profit Margin (NPM), Profit On Sales, dan sebagainya.
Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya : Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan sebagainya. (Djarwanto P.S, 1984 : 136)
Menurut Weston dan Brigham (2001:138), rasio dapat dikategorikan
sebagai berikut :
Rasio likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dan dana pinjaman.
Rasio profitabilitas, bertujan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melakukan kegiatan penjualan.
Rasio pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
Rasio evaluasi, bertujuan mengukur performance perubahan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan digunakan metode
dan teknik analisis untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos
dalam laporan keuangan, sehingga diketahui perubahan masing-masing pos bila
diperbandingkan. Hasil dari pembandingan tersebut dapat menggambarkan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Peneliti menggunakan teknik analisis
laporan keuangan yaitu analisis rasio dan analisis regresi mencari hubungan dan
pengaruh antara rasio-rasio tersebut. Analisis rasio ini terdiri dari likuiditas,
leverage, dan profitabilitas.
Analisis rasio tersebut sangat berguna dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dimana likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek dan
jangka panjangnya. Dan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan
likuiditas. Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan
memperoleh laba yang menurun. Dalam hubungan antara likuiditas dan leverage
(solvabilitas) terdapat 4 (empat) kemungkinan yang dapat dialami perusahaan
solvabel. Ketiga, perusahaan solvabel tetapi illikuid. Keempat, perusahaan
insolvable dan illikuid.
Van Horne dan Wachowicz (dalam Nugroho, 2011) menyatakan bahwa
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur memerlukan perhatian yang lebih terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar lebih efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lancar perusahaan manufaktur biasanya lebih dari separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar yang berlebih dapat dengan mudah membuat perusahaan merealisasi pengembalian atas investasi (ROI) yang rendah. Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar.
Likuiditas sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai jaminan pemenuhan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rasio lancar. Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien
sangatlah penting bagi perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya
yang sangat berperan dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja
yang akan digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan
perusahaan.
Laba merupakan tujuan utama setiap perusahaan dalam menjalankan
usaha. Semakin besar laba yang diperoleh suatu perusahaan, semakin baik pula
kinerja perusahaan tersebut. Sebab laba perusahaan dapat mempengaruhi
perkembangan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Namun terkadang
tujuan tersebut tidak dapat terealisasi dengan baik karena perusahaan sering
menghadapi masalah dan tantangan yang menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian. Kinerja diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas
on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on Investment). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kinerja dan
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
Sawir (2001) mengatakan bahwa jika perusahaan menggunakan lebih
banyak utang (leverage) dibanding modal sendiri maka tingkat leverage itu sendiri akan meningkat karena beban bunga yang harus ditanggung juga
meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.
Perusahaan harus menjaga aktiva lancarnya agar tidak berlebih atau terlalu
sedikit karena akan berdampak terhadap operasi perusahaan. Perusahaan juga
harus memperhatikan utangnya agar tidak lebih banyak dibanding modalnya yang
akan berdampak terhadap penurunan profitabilitas yang disebabkan biaya bunga
dari pinjaman yang dilakukan perusahaan.
Dari penelitian Hernawati (2007) tentang Analisis Pengaruh Efisiensi
Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus
Pada Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Jakarta), yang menyimpulkan
bahwa Efisiensi modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROI,
berpengaruh signifikan terhadap ROI, dan secara simultan efisiensi modal kerja,
likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI.
Sedangkan Andawina (2013) yang meneliti Pengaruh Rasio Likuiditas
Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Plastik Dan Kemasan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan hasil penelitiannya
bahwa Debt to asset ratio berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROE)
pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Current ratio, dan debt to asset ratio secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (ROE) pada Perusahaan Plastik dan Kemasan
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Dari studi dari penelitian terdahulu tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan dalam hal ini profitabilitas berbeda pada tiap bentuk usaha. Dengan alasan tersebut, peneliti
tertarik untuk menguji kembali rasio-rasio tersebut dengan objek penelitian yang
berbeda dan menguji rasio likuiditas dan leverage untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja keuangan dengan memasukkan unsur leverage sebagai variabel
intervening. Variabel intervening digunakan peneliti untuk menguji apakah leverage dapat dijadikan mediasi secara tidak langsung antara likuiditas dengan
kinerja keuangan.
Peneliti memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur
secara luas mencakup banyak bentuk usaha dan produk, sehingga sampel yang
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan
Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset
(ROA) ?
2. Apakah likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset
(ROA) dengan leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio
(DAR) sebagai variabel intervening ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan penulis, yaitu:
2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dengan leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dilakukan penulis, yaitu :
1. Bagi penulis sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan dan
memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai konsep, teori,
pengaruh analisis laporan keuangan dan hubungannya dengan penilaian
kinerja perusahaan.
2. Bagi peneliti berikutnya Sebagai bahan acuan atau referensi bagi
penelitian selanjutnya yang meneliti mengenai penilaian atas kinerja
perusahaan dengan menggunakan analisis laporan keuangan pada suatu
perusahaan.
3. Bagi pembaca merupakan bahan informasi tentang pengaruh likuiditas
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas
perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas
tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi
uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Yang termasuk ke dalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
i. Current Ratio (Rasio Lancar)
Ratio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio lancar menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban-kewajiban
lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan
itu akan dapat dibayar pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari sudut
pemegang saham suatu ratio lancar yang tinggi tak selalu paling
menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah
piutang dan persediaan adalah terlalu besar.
Menurut Sawir (2009:10) current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio
yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba
perusahaan.
Riyanto (2001:28) menyatakan bahwa apabila mengukur tingkat likuiditas
dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat
likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara:
Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva
lancar. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah
utang lancar. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar.”
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
ii. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Penghitungan ratio cepat dengan mengurangkan aktiva lancar dengan
persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan
kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi
hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
iii. Cash ratio (Rasio Kas)
Menurut Sutrisno (2009:216), Cash ratio merupakan rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang
kas dengan hutang lancar.
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.
2.1.2 Kinerja Keuangan
Kinerja berasal dari kata performance, kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha
formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas
dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.
Fahmi (2006, 64) kinerja keuangan diartikan sebagai refleksi gambaran
dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Sedangkan menurut IAI
(2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengendalikan sumber daya yang dimilikinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan
adalah apa yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat
prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan
mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil
apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.
Kasmir (2006: 204) menyatakan bahwa
Adapun pengukuran kinerja keuangan yang umum digunakan adalah :
i. Return On Assets Ratio (ROA)
Menurut Kasmir (2006: 206), rasio ini merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen.
Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya
dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan
persentase. Rasio ini menunjukkan produktifitas dari seluruh dana perusahaan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini
semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan
untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Formula
untuk mencari Return On Assets dapat digunakan sebagai berikut: Return on Assets = Profit Before Income Tax / Total Assets
ii. Return On Equity (ROE)
Menurut Kasmir (2006: 206), rasio ini merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikan pula sebaliknya.
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).
iii. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added adalah salah satu alat ukur menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA mengukur perbedaan antara laba pada suatu
modal perusahaan dan biaya modal.
Menurut Iramani & Febrian (2005), EVA adalah metode manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.
Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan
manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif
(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil
harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur.
Menurut Tandelilin (2001: 196), rumus yang digunakan dalam
perhitungan EVA sebagai berikut:
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya
modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.
setelah pajak)]
Menurut Iramani & Febrian (2005), secara sederhana EVA dirumuskan
sebagai berikut:
EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)
EVA = NOPAT – COC
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC = Biaya Modal
EBIT = Laba operasi sebelum pajak
Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dati hutang dan modal
sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA= NOPAT – (WACC x TA)
Keterangan:
NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital)
TA = Total modal (Total Asset)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi sebagai
berikut:
Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur
maupun pemegang saham.
iv. Market Value Added (MVA)
MVA merupakan selisih antara nilai pasar modal sendiri (market value of equity) dengan jumlah modal yang ditanamkan (invested capital) oleh investor ke dalam perusahaan. Nilai pasar modal sendiri merupakan nilai
kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan (outstanding stock) oleh perusahaan. Jumlah modal yang ditanamkan ke dalam perusahaan merupakan
nilai buku atas modal sendiri (book value of equity).
Tujuan utama perusahaan menurut Sartono (2001: 103) adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara efesien dan memberi manfaat ekonomi. Kemakmuran pemegang saham dimaksimalkan dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini disebut Market Value Added (MVA).
MVA = Nilai Pasar dari Saham – Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham
= (saham beredar)(harga saham) – Total ekuitas saham biasa = Nilai pasar Ekuitas – Modal ekuitas yang diinvestasikan investor
2.1.3 Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
solvabilitas. Bambang Riyanto (1997) menyatakan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk
menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan
yang tersedia bagi pemegang saham.
Menurut Kasmir (2006: 188), keuntungan dengan mengetahui leverage ratio adalah : Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
Syamsuddin (2004:89) menjelaskan dampak Penggunaan leverage adalah dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah
return yang diperoleh.
Leverage Ratio antara lain :
i. Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
aktiva. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk membandingkan sumber
modal yang berasal dari hutang (hutang jangka panjang dan hutang jangka
pendek) dengan modal sendiri.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang
semakin besar berarti rasio finansial atau rasio kegagalan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman semakin tinggi.Dan sebaliknya apabila debt ratio
semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil
dan ini berarti risiko finansial perusahaan mengembalikan pinjaman juga
semakin kecil.
ii. Rasio Total Utang Terhadap Ekuitas (Total debt to equity ratio)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini
disebut juga rasio leverage.
Struktur modal menurut Riyanto (2008:22) adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang
dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan
itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang)
dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
Modal hutang Total
=
DER
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka
semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal
lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
iii. Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas (Long Term Debt To Equity Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kewajiban jangka panjang
dibandingkan dengan total modal. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara
klaim keungan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan
investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang. Rasio dapat
dihitung dengan rumus:
Long Term Debt To Equity Ratio = Kewajiban jangka panjang/ekuitas x100%
iv. Rasio Kelipatan Bunga Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)
Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum
bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio
penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh
mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan
kewajiban membayar bunga pinjaman.
Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan penelitihan terdahulu
Nama Judul Variabel yang
digunakan terhadap ROI, dan secara simultan efisiensi modal
Yang Terdaftar Di dan debt to asset ratio
secara simultan modal kerja dan ukuran perusahaan berpengaruh terdaftar di BEI pada
equity. Rasio utang berpengaruh tidak signifikan dengan return on asset dan laba atas penjualan. Rasio profitabilitas
berpengaruh signifikan dengan return on asset dan imbal hasil ekuitas.
Sumber: data yang diolah
2.3 Kerangka Konseptual
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio lancar biasanya digunanakan sebagai
alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan
petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai di manakah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya (Tunggal, 1995).
Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
pada hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2009:107). Rasio profitabilitas
terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya
dengan penjualan (profitabilitas penjualan) dan rasio yang menunjukkan
profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (profitabilitas investasi).
Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dalam penelitian ini menggunakan
rasio Return on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.
Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.
Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan memperoleh laba
yang menurun. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam
jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun
kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya
berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin
memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat
likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi
perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar
bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di
lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak
selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang
menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam
proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157).
Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak utang
dibanding modal sendiri maka tingkat leverage akan meningkat karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai
sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika
perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara
produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak
terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut
dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap
peningkatan profitabilitas perusahaan.
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
Variabel intervening digunakan peneliti untuk menguji apakah leverage
dapat dijadikan mediasi secara tidak langsung antara likuiditas dengan kinerja
keuangan.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual peneltian
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka peneliti menetapkan hipotesis atas permasalahan
yang akan diteliti yaitu :
H1:Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
H2: Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui
leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai
variabel intervening.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriptif asosiatif.
Penelitian deskriptif, menurut Sumanto (2014:14), “berkaitan dengan
pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau
gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subjek
penelitian pada saat ini.” Penelitian asosiatif menurut Sugiyono
(2011:224)merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih.”
3.2 Batasan operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Penelitian dilakukan dengan batasan-batasan pada masalah sebagai
berikut:
iv. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun terakhir yang terdiri dari tahun
2011 sampai tahun 2013.
3.3 Defenisi operasional
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas
dalam pelaksanaan penelitian, diberikan defenisi variabel-variabel yang akan
diteliti dalam penelitian yaitu:
i. Likuiditas sebagai variabel bebas. Rasio likuiditas yang digunakan peneliti
adalah current ratio, yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
ii. Kinerja keuangan sebagai variabel terikat, peneliti menggunakan rasio
profitabilitas untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang
digunakan adalah Return On Assets Ratio (ROA). Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan
sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase.
iii. Variabel intervening merupakan mediasi yang terletak antara variabel bebas dan terikat, variabel bebas tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:5). Leverage
sebagai variabel intervening. Rasio yang digunakan adalah Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini
dihitung dengan rumus:
3.4 Skala pengukuran variabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan likuiditas, kinerja
keuangan, dan leverage adalah skala rasio. Karena skala rasio memiliki nilai
dasar yang tidak dapat dirubah. Data yang dihasilkan dari skala rasio disebut data
rasio dan tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik yang sesuai (Ghozali,
2006: 5).
3.5 Populasi dan sampel penelitian
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 130
perusahaan yang terdiri dari:
ii. Miscellaneous Industry (Aneka Industri) sebanyak 37 perusahaan;
iii. Consumer Goods Industry (Industri Barang Konsumsi) sebanyak 33 perusahaan.
Menurut Sugiyono (2010:62), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam menentukan
sampel adalah:
i. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2011-2013.
ii. Perusahaan tersebut memiliki Current Ratio antara 127 sampai dengan 934 pada periode 2011-2013.
iii. Perusahaan tersebut memiliki Debt To Asset Ratio antara 14 sampai dengan 80 pada periode 2011-2013.
iv. Perusahaan tersebut memiliki Return On Asset antara 1,5 sampai dengan 41,7 pada periode 2011-2013.
Berdasarkan pertimbangan dan kriteria dalam penetapan sampel maka
diperoleh sampel sebanyak 35 perusahaan sebagai berikut:
i. Basic Industry And Chemicals (Industri Dasar dan Kimia) sebanyak 12 perusahaan;
iii. Consumer Goods Industry (Industri Barang Konsumsi) sebanyak 13
5 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
6 LION Lion Metal Works Tbk
7 LMSH
8 EKAD Ekadharma International Tbk
9 SRSN Indo Acitama Tbk
10 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
11 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
12 ALDO Alkindo Naratama Tbk
13 ASII
14 AUTO Astra Auto Part Tbk
15 BRAM Indo Kordsa Tbk
16 INDS Indospring Tbk
17 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
18 SMSM Selamat Sempurna Tbk
19 PBRX Pan Brothers Tbk
20 BATA Sepatu Bata Tbk
22 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
23 ADES Akasha Wira International Tbk
24 AISA
25 ICBP
26 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
27 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
28 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
29 GGRM Gudang Garam Tbk
30 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
31 KAEF
32 MERK Merck Tbk
33 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
34 MBTO Martina Berto Tbk
35 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
3.6 Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya yang
diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011
3.7 Metode pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Soehartono, 1999:70). Metode
ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data rasio keuangan
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh
dari media internet dengan mengunduh melalui situs www.idx.co.id.
3.8 Teknik analisis
Sebelum melakukan analisis metode jalur, perlu menggunakan uji asumsi
klasik untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan
yang signifikan dan representatif.
3.8.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara
merumuskan dan menafsirkan data sehingga memberikan gambaran yang
jelas melalui pengumpulan, penyusunan, dan analisis data, sehingga dapat
diketahui gambaran umum perusahaan yang diteliti.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan bantuan program SPSS 18. Ada
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
adalah normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali 2006:110). Deteksi
normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Menurut Ghozali (2006:112), dasar
pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis :
Ho : Data residual berdistribusi normal (p > 0,05)
3.8.2.2 Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2006: 91), “ uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen)”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai (1)
tolerance dan lawannya, dan (2) variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel bebas
(independen).
3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006: 105). Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID) di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
analisis dari uji heteroskedastis melalui grafik plot adalah sebagai
berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.8.2.4 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006 : 95), “uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya)”. Apabila terjadi korelasi maka akan
ada problem autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan
uji Durbin Watson, yaitu uji yang digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag
3.8.3 Analisis Metode Jalur
Setelah model regresi memenuhi syarat Uji Asumsi Klasik maka
selanjutnya adalah analisis metode jalur. Metode jalur (path analysis)
dilakukan dengan bantuan program SPSS 18. Koefisien jalur dihitung
dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang
menunjukkan hubungan dihipotesiskan (Ghozali, 2006:174). Persamaan
penelitian yang digunakan sebagai berikut:
Lev = β1Lik + e1...(persamaan 1)
H2
KK= β1Lik + β2Lev + e2 ...(persamaan 2)
H1 H2
Keterangan:
Lev : Leverage
Lik : Likuiditas
KK : Kinerja Keuangan
β1, β2 : Koefisien Standar
e1, e2 : Residual
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel
lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi. Hubungan tidak
langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua
variabel tadi (Ghozali 2006:175) dan hubungan ini menggunakan analisis
3.8.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 18.
Dengan melakukan beberapa uji:
3.8.4.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Dilakukan Uji t sebagai uji koefiseien jalur secara individu
untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen dan
variabel intervening secara individu terhadap variabel dependen.
Ho : β1 = 0(Tidak ada pengaruh yang signifikan dari current rasio
dan debt to asset rasio terhadap return on asset)
Hi : β1 ≠ 0(Ada pengaruh yang signifikandari current rasio dan debt
to asset rasio terhadap return on asset) Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%
H1 diterima jika t hitung>t tabel padaα= 5%
3.8.4.2 Identifikasi Determinan (R2)
Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar perananan variabel bebas dan intervening
mempengaruhi perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian 4.1.1 Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio (CR).
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio ini
merupakan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar atau dinyatakan
dengan:
Hasil perhitungan CR selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan
terangkum pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Likuiditas
Interval Frekuensi Presentase
2013 2012 2011 2013 2012 2011
120≤ CR ≤282,8 23 25 25 65,7 71,4 71,4
282,8≤ CR ≤445,6 11 9 7 31,4 25,7 20
445,6≤ CR ≤608,4 0 0 1 0 0 2,9
608,4≤ CR ≤771,2 1 0 2 2,9 0 5,7
771,2≤ CR ≤934 0 1 0 0 2,9 0
4.1.2 Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan return on asset
(ROA). ROA dihitung dengan perbandingan laba setelah pajak dengan total
aktiva.
Return on Assets = Profit Before Income Tax / Total Assets
Hasil perhitungan kinerja keuangan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 1 dan terangkum pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Gambaran Umum Kinerja Keuangan.
4.1.3 Leverage
Leverage dalam penelitian ini diukur dengan total debt to total assets ratio. Leverage ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Debt to total assets ini merupakan perbandingan total
hutang dengan total aktiva.
Interval Frekuensi Presentase
2013 2012 2011 2013 2012 2011
1,5≤ KK ≤9,54 20 12 14 57,1 34,3 40
9,54≤ KK ≤17,58 13 19 18 37,2 54,2 51,4
17,58≤ KK ≤25,62 2 3 2 5,7 8,6 5,7
25,62≤ KK ≤33,66 0 1 0 0 2,9 0
33,66≤ KK ≤41,7 0 0 1 0 0 2,9
Hasil perhitungan leverage selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
1 dan terangkum pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Gambaran Umum Leverage
4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi ganda. Dalam uji
asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokolerasi. Apabila data tidak berdistribusi normal
dan mengandung heteroskedastisitas maka perlu adanya perbaikan model regresi
dengan cara mentransformasi data dalam bentuk logaritma. Data hasil
transformasi tersebut selanjutnya dianalis kembali menggunakan analisis regresi.
Apabila data masih mengandung multikolinieritas maka salah satu variabel bebas
dihilangkan.
Interval Frekuensi Presentase
2013 2012 2011 2013 2012 2011
14≤ DER ≤27,2 12 8 9 34,3 22,8 25,7
27,2≤ DER ≤40,4 9 13 10 25,7 37,2 28,5
40,4≤ DER ≤53,6 9 10 13 25,7 28,5 37,2
53,6≤ DER ≤66,8 4 3 3 11,4 8,6 8,6
66,8≤ DER ≤80 1 1 0 2,9 2,9 0
4.2.1 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan P-P
plot. Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik
mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi
berdistribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat
pada grafik berikut.: PERSAMAAN 1 : Lev = β1Lik + e1
Gambar 4.1
P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 1
Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit di
sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara
normal.
Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik non-parametrik
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,080 yang berarti lebih besar
dari 0,05 yang menunjukan data berdistribusi normal.
PERSAMAAN 2 : KK= β1Lik + β2Lev + e
Gambar 4.2
P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 2
Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit di
sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara
normal. Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 yang berarti lebih besar
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel
bebas memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Syarat diterimanya
model regresi ganda apabila antara variabel bebas tidak mengandung korelasi
yang sempurna. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance
inflance faktor (VIF) berdasarkan hasil output SPSS. Apabila nilai VIF < 10
dan mendekati 1 dapat disimpulkan bahwa asumsi adanya multikolinieritas
ditolak. Hasil analisis multikolinieritas selengkapnya dapat dilihat pada tabel
4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas Persamaan 1 Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Likuiditas 1.000 1.000
a. Dependent Variable: leverage
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas Persamaan 2 Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Likuiditas .462 2.164
Leverage .462 2.164
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai VIF pada persamaan 1
untuk variabel likuiditas (LIK) sebesar 1,000, nilai VIF < 10 yang berarti
bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung multikolinieritas.
Begitu juga dengan persamaan 2 diperoleh nilai VIF untuk variabel likuiditas
sebesar 2,164, untuk variabel leverage sebesar 2,164. Kedua nilai VIF < 10
yang berarti bahwa model regresi persamaan 2 tidak mengandung
multikolinieritas.
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot.
Dasar pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak
membentuk pola tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa
model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 1
Terlihat dari gambar 4.3 , titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu
vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung
Gambar 4.4
Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 2
Terlihat dari gambar 4.4 , titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu
vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi maka
akan ada problem autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson.
Tabel 4.6
Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .457a .209 .160 4.77108 2.041
a. Predictors: (Constant), leverage, likuiditas
b. Dependent Variable: kinerja_keuangan
Penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 25 dan variabel bebasnya
ada 2, sehingga nilai dU adalah 1,5838 dan nilai 4-dU adalah 2,4162. Dengan
demikian Durbin Waston berada diantara nilai dU dan 4-dU, yaitu 1,5838 <
4.3 Analisis Jalur
Metode analisis jalur untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Hasil penghitungan sub-struktural 1 adalah sebagai berikut
Tabel 4.7
a. Dependent Variable: leverage
Dan Hasil penghitungan sub-struktural 2 adalah sebagai berikut
Tabel 4.8
Analisis jalur dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
Lev = - 0,733Lik + 0,68 ...(persamaan 1) KK = 0,448Lik – 0,013Lev + 0,89 ...(persamaan 2)
Tabel berikut memberikan rangkuman pengaruh Likuiditas dan Leverage
terhadap Kinerja Keuangan.
Tabel 4.9 Analisis Jalur
Variabel Koefisien
Standar
T Sig. Keterangan
H1 Lik KK 0,448 1,937 0,062 Tidak signifikan
H2a Lik Lev -0,733 -6.197 0,000 Signifikan
H2b Lev KK -0,013 -0.054 0,957 Tidak signifikan
H2 Lik Lev KK 0,009529
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat menjelaskan pengaruh langsung dan pengaruh
tidak langsung antar variabel dalam penelitian. Pengaruh langsung Likuditas
terhadap kinerja keuangan sebesar 0.448, dan pengaruh Likuiditas melalui
variabel intervening Leverage terhadap kinerja keuangan sebesar -0,733x -0.013 =
0,009529. Hasil penelitian menunjukan nilai koefiien jalur yang langsung antara
likuiditas dan kinerja lebih besar dibanding pengaruh tidak langsung. Hal ini
menunjukan hubungan yang terjadi adalah hubungan langsung, dimana variabel
likuiditas dan kinerja keuangan berpengaruh tanpa adanya mediasi variabel
4.4Pengujian Hipotesis
4.4.1 Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS
diperoleh koefisien standar sebesar 0,448, T sebesar 1,937 dengan nilai
signifikansi 0,062. Karena nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan
bahwa pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan secara tidak
signifikan. Koefisien standar yang lebih besar dari 0 menyatakan bahwa
likuiditas berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hasil dari
perhitungan ini yaitu likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2011-2013.
4.4.2 Uji Hipotesis Kedua
i. Pengaruh Likuiditas Terhadap Leverage
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program
SPSS diperoleh koefisien standar sebesar -0,733, T sebesar -6.197
dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05
dapat disimpulkan bahwa pengaruh likuiditas terhadap leverage
secara signifikan. Arah hubungan yang negatif dan signifikan
menunjukkan bahwa semakin tinggi likuiditas maka semakin turun