• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN,

DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

FEBRY NAOMI

110503221

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DAPERTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Likuditas terhadap Kinerja

Keuangan dengan Leverage sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya

tulis saya sendiri yang disusu sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban

akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapatkan izin, dan/ atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 20 April 2015

Tanda tangan

Febry

Naomi110503

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio keuangan perusahaan tahun 2011 sampai 2013. Jumlah populasi sebanyak 130 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio kinerja keuangan dalam hal ini rasio profitabilitas. Penulis menggunakan analisis statistik berupa uji asumsi klasik, analisis jalur dan uji hipotesis untuk menguji dan menjelaskan pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 2013. (2) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2013.

(4)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of liquidity on the financial performance with leverage as intervening variables in the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This type of research data used in this study is the ratio of secondary data from company financial statements 2011 to 2013. Number of population of 130 firms. Study sample as many as 35 companies. The variables used in the research are current ratio, leverage ratio, the ratio of financial performance in this case the profitability ratios. The author uses statistical analysis of the assumptions of classical test and path analysis to test and explain the liquidity effect on financial performance with leverage as an intervening variable.

The results showed that (1) liquidity proxyed with Current Ratio was positif not significant effects to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA), (2) liquidity proxyed with Current Ratio was no direct effect to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA) to leverage proxyed with Debt To Asset Ratio (DAR) as an intervening variable.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan rahmat-Nya

yang tiada henti dirasakan penulis hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan

Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan

baik moril maupun materil dri berbagai pihak secara langsung dan tidak langsung.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Bapak

Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak., CA selaku Ketua dan Sekretaris

Departemen Akuntansi FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si,

Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak. Selaku Dosen Pembimbing

(6)

meyelesaikan skripsi ini dan Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong,

M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran

dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, Leodriano Hutasoit dan Lisbeth Pangaribuan

yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. Dan untuk

Adik penulis Christin Yosanta Hutasoit yang memberikan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman penulis, Vivian, Cinthia, Ester, Olivia, Naomi, Delwie,

serta teman-teman angkatan 2011 lainnya yang telah membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan

kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 20 April 2015

Penulis,

Febry Naomi

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pernyataan ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1 Likuiditas ... 10

2.1.2 Kinerja Keuangan... ... 13

2.1.3 Leverage ... .18

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

(8)

3.3 Defenisi Operasional ... 29

3.4 Skala Pengukuan Variabel ... 30

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.6 Jenis Data ... 34

3.7Metode Pengumpulan Data ... 34

3.8Teknik Analisis ... 34

3.8.1 Analisis Deskriptif... 35

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 35

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 36

3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 37

3.8.2.1 Uji Autokorelasi ... 38

3.8.3 Analisis Metode Jalur ... 38

3.8.4 Uji Hipotesis ... 39

2.8.4.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 40

2.8.4.2 Identifikasi Determinan (R2) ... 40

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 41

4.1.1 Likuiditas ... 41

4.1.2 Kinerja Keuangan ... 41

4.1.3 Leverage ... 42

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 43

4.2.1 Uji Normalitas ... 44

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 46

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 50

(9)

4.4 Pengujian Hipotesis ... 53

4.4.1Uji Hipotesis Pertama... 53

4.4.2Uji Hipotesis Kedua ... 53

4.5 Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

(10)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitihan terdahulu... 22

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 32

Tabel 4.1Gambaran Umum Likuiditas ... 41

Tabel 4.2Gambaran Umum Kinerja Keuangan ... 42

Tabel 4.3 Gambaran Umum Leverage ... 43

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Persamaan 1 ... 46

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Persamaan 2 ... 46

Tabel 4.6Pengujian Autokorelasi ... 50

Tabel 4.7 Koefisien Jalur 1 ... 51

Tabel 4.8Koefisien Jalur 2 ... 51

Tabel 4.9 Analisis Jalur ... 52

Tabel 4.10 Uji Determinasi 1 ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konseptual ... 26

Gambar 4.1 P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 1 ... 44

Gambar 4.2 P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 2 ... 45

Gambar 4.3 Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 1 ... 48

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Sampel ... 62

Lampiran 2 Hasil Analisis SPSS Persamaan 1 ... 65

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio keuangan perusahaan tahun 2011 sampai 2013. Jumlah populasi sebanyak 130 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio kinerja keuangan dalam hal ini rasio profitabilitas. Penulis menggunakan analisis statistik berupa uji asumsi klasik, analisis jalur dan uji hipotesis untuk menguji dan menjelaskan pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan leverage sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 2013. (2) Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2013.

(14)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of liquidity on the financial performance with leverage as intervening variables in the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This type of research data used in this study is the ratio of secondary data from company financial statements 2011 to 2013. Number of population of 130 firms. Study sample as many as 35 companies. The variables used in the research are current ratio, leverage ratio, the ratio of financial performance in this case the profitability ratios. The author uses statistical analysis of the assumptions of classical test and path analysis to test and explain the liquidity effect on financial performance with leverage as an intervening variable.

The results showed that (1) liquidity proxyed with Current Ratio was positif not significant effects to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA), (2) liquidity proxyed with Current Ratio was no direct effect to financial performance proxyed with Return On Assets (ROA) to leverage proxyed with Debt To Asset Ratio (DAR) as an intervening variable.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian yang tidak menentu, perubahan yang cepat, dan

persaingan yang semakin ketat antar perusahaan menuntut manajemen perusahaan

untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan secara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Apabila perusahaan tidak

tanggap dan cermat dalam menanggapi hal tersebut, maka kemungkinan terburuk

dapat terjadi, bukan laba yang diperoleh tetapi rugi bahkan bisa jadi kebangkrutan

perusahaan. Sehingga sangat diperlukan informasi yang tepat dan akurat sebagai

media dalam pengambilan keputusan serta analisis yang tepat untuk menanggapi

hal tersebut.

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting dalam memperoleh

informasi sehubungan dengan kondisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh

perusahaan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan adalah

untuk mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaan yang

bersangkutan serta untuk menilai efisiensi dan profitabilitas operasi.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 : 4),

tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

(16)

keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Alat ukur yang dapat digunakan dalam rangka menganalisis keadaan

keuangan perusahaan yaitu rasio keuangan. Hasil analisis historis tersebut sangat

penting bagi perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan pada masa

yang akan datang. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya

seorang manajer dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja

perusahaan.

Berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, Djarwanto

membagi rasio menjadi tiga, yaitu :

Rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya : rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, dan sebagainya.

Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya : Net Profit Margin (NPM), Profit On Sales, dan sebagainya.

Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya : Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan sebagainya. (Djarwanto P.S, 1984 : 136)

Menurut Weston dan Brigham (2001:138), rasio dapat dikategorikan

sebagai berikut :

Rasio likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dan dana pinjaman.

(17)

Rasio profitabilitas, bertujan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melakukan kegiatan penjualan.

Rasio pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.

Rasio evaluasi, bertujuan mengukur performance perubahan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.

Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan digunakan metode

dan teknik analisis untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos

dalam laporan keuangan, sehingga diketahui perubahan masing-masing pos bila

diperbandingkan. Hasil dari pembandingan tersebut dapat menggambarkan

kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Peneliti menggunakan teknik analisis

laporan keuangan yaitu analisis rasio dan analisis regresi mencari hubungan dan

pengaruh antara rasio-rasio tersebut. Analisis rasio ini terdiri dari likuiditas,

leverage, dan profitabilitas.

Analisis rasio tersebut sangat berguna dalam melakukan perencanaan dan

pengendalian kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan perusahaan. Dimana likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek dan

jangka panjangnya. Dan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan

likuiditas. Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan

memperoleh laba yang menurun. Dalam hubungan antara likuiditas dan leverage

(solvabilitas) terdapat 4 (empat) kemungkinan yang dapat dialami perusahaan

(18)

solvabel. Ketiga, perusahaan solvabel tetapi illikuid. Keempat, perusahaan

insolvable dan illikuid.

Van Horne dan Wachowicz (dalam Nugroho, 2011) menyatakan bahwa

perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur memerlukan perhatian yang lebih terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar lebih efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lancar perusahaan manufaktur biasanya lebih dari separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar yang berlebih dapat dengan mudah membuat perusahaan merealisasi pengembalian atas investasi (ROI) yang rendah. Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar.

Likuiditas sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai jaminan pemenuhan

kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah rasio lancar. Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien

sangatlah penting bagi perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya

yang sangat berperan dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja

yang akan digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan

perusahaan.

Laba merupakan tujuan utama setiap perusahaan dalam menjalankan

usaha. Semakin besar laba yang diperoleh suatu perusahaan, semakin baik pula

kinerja perusahaan tersebut. Sebab laba perusahaan dapat mempengaruhi

perkembangan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Namun terkadang

tujuan tersebut tidak dapat terealisasi dengan baik karena perusahaan sering

menghadapi masalah dan tantangan yang menyebabkan perusahaan mengalami

kerugian. Kinerja diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas

(19)

on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on Investment). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kinerja dan

efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.

Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Sawir (2001) mengatakan bahwa jika perusahaan menggunakan lebih

banyak utang (leverage) dibanding modal sendiri maka tingkat leverage itu sendiri akan meningkat karena beban bunga yang harus ditanggung juga

meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Perusahaan harus menjaga aktiva lancarnya agar tidak berlebih atau terlalu

sedikit karena akan berdampak terhadap operasi perusahaan. Perusahaan juga

harus memperhatikan utangnya agar tidak lebih banyak dibanding modalnya yang

akan berdampak terhadap penurunan profitabilitas yang disebabkan biaya bunga

dari pinjaman yang dilakukan perusahaan.

Dari penelitian Hernawati (2007) tentang Analisis Pengaruh Efisiensi

Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus

Pada Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Jakarta), yang menyimpulkan

bahwa Efisiensi modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROI,

(20)

berpengaruh signifikan terhadap ROI, dan secara simultan efisiensi modal kerja,

likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI.

Sedangkan Andawina (2013) yang meneliti Pengaruh Rasio Likuiditas

Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Plastik Dan Kemasan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan hasil penelitiannya

bahwa Debt to asset ratio berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROE)

pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Current ratio, dan debt to asset ratio secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (ROE) pada Perusahaan Plastik dan Kemasan

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Dari studi dari penelitian terdahulu tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa pengaruh likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan dalam hal ini profitabilitas berbeda pada tiap bentuk usaha. Dengan alasan tersebut, peneliti

tertarik untuk menguji kembali rasio-rasio tersebut dengan objek penelitian yang

berbeda dan menguji rasio likuiditas dan leverage untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja keuangan dengan memasukkan unsur leverage sebagai variabel

intervening. Variabel intervening digunakan peneliti untuk menguji apakah leverage dapat dijadikan mediasi secara tidak langsung antara likuiditas dengan

kinerja keuangan.

Peneliti memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur

secara luas mencakup banyak bentuk usaha dan produk, sehingga sampel yang

(21)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : “Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan

Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset

(ROA) ?

2. Apakah likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset

(ROA) dengan leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio

(DAR) sebagai variabel intervening ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan penulis, yaitu:

(22)

2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dengan leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai variabel intervening pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dilakukan penulis, yaitu :

1. Bagi penulis sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan dan

memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai konsep, teori,

pengaruh analisis laporan keuangan dan hubungannya dengan penilaian

kinerja perusahaan.

2. Bagi peneliti berikutnya Sebagai bahan acuan atau referensi bagi

penelitian selanjutnya yang meneliti mengenai penilaian atas kinerja

perusahaan dengan menggunakan analisis laporan keuangan pada suatu

perusahaan.

3. Bagi pembaca merupakan bahan informasi tentang pengaruh likuiditas

(23)

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas

perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas

tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi

juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi

uang kas.

Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang

berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

Yang termasuk ke dalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut:

i. Current Ratio (Rasio Lancar)

Ratio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban

lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio lancar menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi

kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban-kewajiban

lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

(24)

oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan

itu akan dapat dibayar pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari sudut

pemegang saham suatu ratio lancar yang tinggi tak selalu paling

menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah

piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

Menurut Sawir (2009:10) current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio

yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana

menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba

perusahaan.

Riyanto (2001:28) menyatakan bahwa apabila mengukur tingkat likuiditas

dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat

likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara:

Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva

lancar. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah

utang lancar. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan

mengurangi aktiva lancar.”

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

ii. Quick Ratio (Rasio Cepat)

(25)

Penghitungan ratio cepat dengan mengurangkan aktiva lancar dengan

persediaan.

Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang

likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan

kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi

hutang lancar.

Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

iii. Cash ratio (Rasio Kas)

Menurut Sutrisno (2009:216), Cash ratio merupakan rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang

kas dengan hutang lancar.

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat

menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban

lancar tahun yang bersangkutan.

(26)

2.1.2 Kinerja Keuangan

Kinerja berasal dari kata performance, kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan

tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha

formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas

dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.

Fahmi (2006, 64) kinerja keuangan diartikan sebagai refleksi gambaran

dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah

dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Sedangkan menurut IAI

(2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengendalikan sumber daya yang dimilikinya.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan

adalah apa yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur

keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat

prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan

mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil

apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.

Kasmir (2006: 204) menyatakan bahwa

(27)

Adapun pengukuran kinerja keuangan yang umum digunakan adalah :

i. Return On Assets Ratio (ROA)

Menurut Kasmir (2006: 206), rasio ini merupakan rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen.

Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya

dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan

persentase. Rasio ini menunjukkan produktifitas dari seluruh dana perusahaan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini

semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan

untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Formula

untuk mencari Return On Assets dapat digunakan sebagai berikut: Return on Assets = Profit Before Income Tax / Total Assets

ii. Return On Equity (ROE)

Menurut Kasmir (2006: 206), rasio ini merupakan rasio untuk mengukur

laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan

efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikan pula sebaliknya.

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri

atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).

(28)

iii. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added adalah salah satu alat ukur menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA mengukur perbedaan antara laba pada suatu

modal perusahaan dan biaya modal.

Menurut Iramani & Febrian (2005), EVA adalah metode manajemen

keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang

menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan

mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.

Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan

manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif

(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada

peningkatan harga saham perusahaan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk

menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil

harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur.

Menurut Tandelilin (2001: 196), rumus yang digunakan dalam

perhitungan EVA sebagai berikut:

EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya

modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.

(29)

setelah pajak)]

Menurut Iramani & Febrian (2005), secara sederhana EVA dirumuskan

sebagai berikut:

EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)

EVA = NOPAT – COC

Keterangan:

NOPAT = EBIT – Beban Pajak

COC = Biaya Modal

EBIT = Laba operasi sebelum pajak

Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dati hutang dan modal

sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:

EVA= NOPAT – (WACC x TA)

Keterangan:

NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak

WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of

Capital)

TA = Total modal (Total Asset)

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi sebagai

berikut:

Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

(30)

Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur

maupun pemegang saham.

iv. Market Value Added (MVA)

MVA merupakan selisih antara nilai pasar modal sendiri (market value of equity) dengan jumlah modal yang ditanamkan (invested capital) oleh investor ke dalam perusahaan. Nilai pasar modal sendiri merupakan nilai

kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan (outstanding stock) oleh perusahaan. Jumlah modal yang ditanamkan ke dalam perusahaan merupakan

nilai buku atas modal sendiri (book value of equity).

Tujuan utama perusahaan menurut Sartono (2001: 103) adalah

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara efesien dan memberi manfaat ekonomi. Kemakmuran pemegang saham dimaksimalkan dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini disebut Market Value Added (MVA).

MVA = Nilai Pasar dari Saham – Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham

= (saham beredar)(harga saham) – Total ekuitas saham biasa = Nilai pasar Ekuitas – Modal ekuitas yang diinvestasikan investor

2.1.3 Leverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

(31)

solvabilitas. Bambang Riyanto (1997) menyatakan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap.

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih

besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang

tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk

menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan

yang tersedia bagi pemegang saham.

Menurut Kasmir (2006: 188), keuntungan dengan mengetahui leverage ratio adalah : Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva

tetap dengan modal.

Syamsuddin (2004:89) menjelaskan dampak Penggunaan leverage adalah dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah

return yang diperoleh.

Leverage Ratio antara lain :

i. Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

(32)

aktiva. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk membandingkan sumber

modal yang berasal dari hutang (hutang jangka panjang dan hutang jangka

pendek) dengan modal sendiri.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang

semakin besar berarti rasio finansial atau rasio kegagalan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman semakin tinggi.Dan sebaliknya apabila debt ratio

semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil

dan ini berarti risiko finansial perusahaan mengembalikan pinjaman juga

semakin kecil.

ii. Rasio Total Utang Terhadap Ekuitas (Total debt to equity ratio)

Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik

dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang

mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini

disebut juga rasio leverage.

Struktur modal menurut Riyanto (2008:22) adalah pembelanjaan

permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang

dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan

itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau

(33)

Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang)

dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

Modal hutang Total

=

DER

Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka

semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal

lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

iii. Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas (Long Term Debt To Equity Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kewajiban jangka panjang

dibandingkan dengan total modal. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara

klaim keungan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan

investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang. Rasio dapat

dihitung dengan rumus:

Long Term Debt To Equity Ratio = Kewajiban jangka panjang/ekuitas x100%

iv. Rasio Kelipatan Bunga Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)

Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum

bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang

mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang

(34)

Sawir (2008:14) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio

penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh

mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan

kewajiban membayar bunga pinjaman.

Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan penelitihan terdahulu

Nama Judul Variabel yang

digunakan terhadap ROI, dan secara simultan efisiensi modal

(35)

Yang Terdaftar Di dan debt to asset ratio

secara simultan modal kerja dan ukuran perusahaan berpengaruh terdaftar di BEI pada

(36)

equity. Rasio utang berpengaruh tidak signifikan dengan return on asset dan laba atas penjualan. Rasio profitabilitas

berpengaruh signifikan dengan return on asset dan imbal hasil ekuitas.

Sumber: data yang diolah

2.3 Kerangka Konseptual

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio lancar biasanya digunanakan sebagai

alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan

petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai di manakah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya (Tunggal, 1995).

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang

pada hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2009:107). Rasio profitabilitas

terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya

dengan penjualan (profitabilitas penjualan) dan rasio yang menunjukkan

profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (profitabilitas investasi).

Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dalam penelitian ini menggunakan

rasio Return on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on

(37)

mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan

kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.

Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.

Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan memperoleh laba

yang menurun. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam

jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun

kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya

berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin

memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat

likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi

perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar

bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di

lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak

selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang

menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam

proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157).

Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah

penentuan sumber dana. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak utang

dibanding modal sendiri maka tingkat leverage akan meningkat karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap

(38)

Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai

sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika

perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara

produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak

terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut

dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,

hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap

peningkatan profitabilitas perusahaan.

Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Variabel intervening digunakan peneliti untuk menguji apakah leverage

dapat dijadikan mediasi secara tidak langsung antara likuiditas dengan kinerja

keuangan.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan

penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual peneltian

(39)

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka peneliti menetapkan hipotesis atas permasalahan

yang akan diteliti yaitu :

H1:Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).

H2: Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) melalui

leverage yang diproksikan dengan Debt To Asset Ratio (DAR) sebagai

variabel intervening.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriptif asosiatif.

Penelitian deskriptif, menurut Sumanto (2014:14), “berkaitan dengan

pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau

gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subjek

penelitian pada saat ini.” Penelitian asosiatif menurut Sugiyono

(2011:224)merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel atau lebih.”

3.2 Batasan operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan

peneliti. Penelitian dilakukan dengan batasan-batasan pada masalah sebagai

berikut:

(41)

iv. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun terakhir yang terdiri dari tahun

2011 sampai tahun 2013.

3.3 Defenisi operasional

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas

dalam pelaksanaan penelitian, diberikan defenisi variabel-variabel yang akan

diteliti dalam penelitian yaitu:

i. Likuiditas sebagai variabel bebas. Rasio likuiditas yang digunakan peneliti

adalah current ratio, yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum

digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

ii. Kinerja keuangan sebagai variabel terikat, peneliti menggunakan rasio

profitabilitas untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang

digunakan adalah Return On Assets Ratio (ROA). Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan

sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase.

(42)

iii. Variabel intervening merupakan mediasi yang terletak antara variabel bebas dan terikat, variabel bebas tidak langsung mempengaruhi

berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:5). Leverage

sebagai variabel intervening. Rasio yang digunakan adalah Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt To Total Assets Ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini

dihitung dengan rumus:

3.4 Skala pengukuran variabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan likuiditas, kinerja

keuangan, dan leverage adalah skala rasio. Karena skala rasio memiliki nilai

dasar yang tidak dapat dirubah. Data yang dihasilkan dari skala rasio disebut data

rasio dan tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik yang sesuai (Ghozali,

2006: 5).

3.5 Populasi dan sampel penelitian

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 130

perusahaan yang terdiri dari:

(43)

ii. Miscellaneous Industry (Aneka Industri) sebanyak 37 perusahaan;

iii. Consumer Goods Industry (Industri Barang Konsumsi) sebanyak 33 perusahaan.

Menurut Sugiyono (2010:62), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam menentukan

sampel adalah:

i. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2011-2013.

ii. Perusahaan tersebut memiliki Current Ratio antara 127 sampai dengan 934 pada periode 2011-2013.

iii. Perusahaan tersebut memiliki Debt To Asset Ratio antara 14 sampai dengan 80 pada periode 2011-2013.

iv. Perusahaan tersebut memiliki Return On Asset antara 1,5 sampai dengan 41,7 pada periode 2011-2013.

Berdasarkan pertimbangan dan kriteria dalam penetapan sampel maka

diperoleh sampel sebanyak 35 perusahaan sebagai berikut:

i. Basic Industry And Chemicals (Industri Dasar dan Kimia) sebanyak 12 perusahaan;

(44)

iii. Consumer Goods Industry (Industri Barang Konsumsi) sebanyak 13

5 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk

6 LION Lion Metal Works Tbk

7 LMSH

8 EKAD Ekadharma International Tbk

9 SRSN Indo Acitama Tbk

10 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk

11 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk

12 ALDO Alkindo Naratama Tbk

13 ASII

14 AUTO Astra Auto Part Tbk

15 BRAM Indo Kordsa Tbk

16 INDS Indospring Tbk

17 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk

18 SMSM Selamat Sempurna Tbk

19 PBRX Pan Brothers Tbk

20 BATA Sepatu Bata Tbk

(45)

22 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk

23 ADES Akasha Wira International Tbk

24 AISA

25 ICBP

26 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

27 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk

28 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

29 GGRM Gudang Garam Tbk

30 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk

31 KAEF

32 MERK Merck Tbk

33 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk

34 MBTO Martina Berto Tbk

35 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk

3.6 Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya yang

diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan tahunan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011

(46)

3.7 Metode pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Soehartono, 1999:70). Metode

ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data rasio keuangan

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh

dari media internet dengan mengunduh melalui situs www.idx.co.id.

3.8 Teknik analisis

Sebelum melakukan analisis metode jalur, perlu menggunakan uji asumsi

klasik untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan

yang signifikan dan representatif.

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara

merumuskan dan menafsirkan data sehingga memberikan gambaran yang

jelas melalui pengumpulan, penyusunan, dan analisis data, sehingga dapat

diketahui gambaran umum perusahaan yang diteliti.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dengan bantuan program SPSS 18. Ada

(47)

3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data

akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Jika distribusi data

adalah normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali 2006:110). Deteksi

normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik. Menurut Ghozali (2006:112), dasar

pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik

non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan

membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal (p > 0,05)

(48)

3.8.2.2 Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2006: 91), “ uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen)”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai (1)

tolerance dan lawannya, dan (2) variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel bebas

(independen).

3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas

(Ghozali, 2006: 105). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID) di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

(49)

analisis dari uji heteroskedastis melalui grafik plot adalah sebagai

berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.8.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006 : 95), “uji autokorelasi bertujuan

menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya)”. Apabila terjadi korelasi maka akan

ada problem autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan

uji Durbin Watson, yaitu uji yang digunakan untuk autokorelasi

tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya

intercept (konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag

(50)

3.8.3 Analisis Metode Jalur

Setelah model regresi memenuhi syarat Uji Asumsi Klasik maka

selanjutnya adalah analisis metode jalur. Metode jalur (path analysis)

dilakukan dengan bantuan program SPSS 18. Koefisien jalur dihitung

dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang

menunjukkan hubungan dihipotesiskan (Ghozali, 2006:174). Persamaan

penelitian yang digunakan sebagai berikut:

Lev = β1Lik + e1...(persamaan 1)

H2

KK= β1Lik + β2Lev + e2 ...(persamaan 2)

H1 H2

Keterangan:

Lev : Leverage

Lik : Likuiditas

KK : Kinerja Keuangan

β1, β2 : Koefisien Standar

e1, e2 : Residual

Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel

lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi. Hubungan tidak

langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua

variabel tadi (Ghozali 2006:175) dan hubungan ini menggunakan analisis

(51)

3.8.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 18.

Dengan melakukan beberapa uji:

3.8.4.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Dilakukan Uji t sebagai uji koefiseien jalur secara individu

untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen dan

variabel intervening secara individu terhadap variabel dependen.

Ho : β1 = 0(Tidak ada pengaruh yang signifikan dari current rasio

dan debt to asset rasio terhadap return on asset)

Hi : β1 ≠ 0(Ada pengaruh yang signifikandari current rasio dan debt

to asset rasio terhadap return on asset) Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%

H1 diterima jika t hitung>t tabel padaα= 5%

3.8.4.2 Identifikasi Determinan (R2)

Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar perananan variabel bebas dan intervening

mempengaruhi perubahan yang terjadi pada variabel terikat.

Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

(52)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian 4.1.1 Likuiditas

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio (CR).

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio ini

merupakan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar atau dinyatakan

dengan:

Hasil perhitungan CR selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan

terangkum pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Likuiditas

Interval Frekuensi Presentase

2013 2012 2011 2013 2012 2011

120≤ CR ≤282,8 23 25 25 65,7 71,4 71,4

282,8≤ CR ≤445,6 11 9 7 31,4 25,7 20

445,6≤ CR ≤608,4 0 0 1 0 0 2,9

608,4≤ CR ≤771,2 1 0 2 2,9 0 5,7

771,2≤ CR ≤934 0 1 0 0 2,9 0

(53)

4.1.2 Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan return on asset

(ROA). ROA dihitung dengan perbandingan laba setelah pajak dengan total

aktiva.

Return on Assets = Profit Before Income Tax / Total Assets

Hasil perhitungan kinerja keuangan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 1 dan terangkum pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Gambaran Umum Kinerja Keuangan.

4.1.3 Leverage

Leverage dalam penelitian ini diukur dengan total debt to total assets ratio. Leverage ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Debt to total assets ini merupakan perbandingan total

hutang dengan total aktiva.

Interval Frekuensi Presentase

2013 2012 2011 2013 2012 2011

1,5≤ KK ≤9,54 20 12 14 57,1 34,3 40

9,54≤ KK ≤17,58 13 19 18 37,2 54,2 51,4

17,58≤ KK ≤25,62 2 3 2 5,7 8,6 5,7

25,62≤ KK ≤33,66 0 1 0 0 2,9 0

33,66≤ KK ≤41,7 0 0 1 0 0 2,9

(54)

Hasil perhitungan leverage selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

1 dan terangkum pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Gambaran Umum Leverage

4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi ganda. Dalam uji

asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokolerasi. Apabila data tidak berdistribusi normal

dan mengandung heteroskedastisitas maka perlu adanya perbaikan model regresi

dengan cara mentransformasi data dalam bentuk logaritma. Data hasil

transformasi tersebut selanjutnya dianalis kembali menggunakan analisis regresi.

Apabila data masih mengandung multikolinieritas maka salah satu variabel bebas

dihilangkan.

Interval Frekuensi Presentase

2013 2012 2011 2013 2012 2011

14≤ DER ≤27,2 12 8 9 34,3 22,8 25,7

27,2≤ DER ≤40,4 9 13 10 25,7 37,2 28,5

40,4≤ DER ≤53,6 9 10 13 25,7 28,5 37,2

53,6≤ DER ≤66,8 4 3 3 11,4 8,6 8,6

66,8≤ DER ≤80 1 1 0 2,9 2,9 0

(55)

4.2.1 Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan P-P

plot. Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik

mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi

berdistribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat

pada grafik berikut.: PERSAMAAN 1 : Lev = β1Lik + e1

Gambar 4.1

P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 1

Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit di

sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara

normal.

Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik non-parametrik

(56)

nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,080 yang berarti lebih besar

dari 0,05 yang menunjukan data berdistribusi normal.

PERSAMAAN 2 : KK= β1Lik + β2Lev + e

Gambar 4.2

P-P Plot pengujian normalitas model Regresi 2

Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit di

sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara

normal. Uji normalitas juga dapat dilihat dari uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 yang berarti lebih besar

(57)

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel

bebas memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Syarat diterimanya

model regresi ganda apabila antara variabel bebas tidak mengandung korelasi

yang sempurna. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance

inflance faktor (VIF) berdasarkan hasil output SPSS. Apabila nilai VIF < 10

dan mendekati 1 dapat disimpulkan bahwa asumsi adanya multikolinieritas

ditolak. Hasil analisis multikolinieritas selengkapnya dapat dilihat pada tabel

4.4 dan tabel 4.5.

Tabel 4.4

Uji Multikolinearitas Persamaan 1 Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Likuiditas 1.000 1.000

a. Dependent Variable: leverage

Tabel 4.5

Uji Multikolinearitas Persamaan 2 Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Likuiditas .462 2.164

Leverage .462 2.164

(58)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai VIF pada persamaan 1

untuk variabel likuiditas (LIK) sebesar 1,000, nilai VIF < 10 yang berarti

bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung multikolinieritas.

Begitu juga dengan persamaan 2 diperoleh nilai VIF untuk variabel likuiditas

sebesar 2,164, untuk variabel leverage sebesar 2,164. Kedua nilai VIF < 10

yang berarti bahwa model regresi persamaan 2 tidak mengandung

multikolinieritas.

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot.

Dasar pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak

membentuk pola tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa

model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.

(59)

Gambar 4.3

Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 1

Terlihat dari gambar 4.3 , titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu

vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung

(60)

Gambar 4.4

Pengujian heteroskedastisitas model Regresi 2

Terlihat dari gambar 4.4 , titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu

vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1 tidak mengandung

(61)

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi maka

akan ada problem autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi

ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson.

Tabel 4.6

Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .457a .209 .160 4.77108 2.041

a. Predictors: (Constant), leverage, likuiditas

b. Dependent Variable: kinerja_keuangan

Penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 25 dan variabel bebasnya

ada 2, sehingga nilai dU adalah 1,5838 dan nilai 4-dU adalah 2,4162. Dengan

demikian Durbin Waston berada diantara nilai dU dan 4-dU, yaitu 1,5838 <

(62)

4.3 Analisis Jalur

Metode analisis jalur untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Hasil penghitungan sub-struktural 1 adalah sebagai berikut

Tabel 4.7

a. Dependent Variable: leverage

Dan Hasil penghitungan sub-struktural 2 adalah sebagai berikut

Tabel 4.8

(63)

Analisis jalur dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:

Lev = - 0,733Lik + 0,68 ...(persamaan 1) KK = 0,448Lik – 0,013Lev + 0,89 ...(persamaan 2)

Tabel berikut memberikan rangkuman pengaruh Likuiditas dan Leverage

terhadap Kinerja Keuangan.

Tabel 4.9 Analisis Jalur

Variabel Koefisien

Standar

T Sig. Keterangan

H1 Lik  KK 0,448 1,937 0,062 Tidak signifikan

H2a Lik  Lev -0,733 -6.197 0,000 Signifikan

H2b Lev  KK -0,013 -0.054 0,957 Tidak signifikan

H2 Lik  Lev  KK 0,009529

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat menjelaskan pengaruh langsung dan pengaruh

tidak langsung antar variabel dalam penelitian. Pengaruh langsung Likuditas

terhadap kinerja keuangan sebesar 0.448, dan pengaruh Likuiditas melalui

variabel intervening Leverage terhadap kinerja keuangan sebesar -0,733x -0.013 =

0,009529. Hasil penelitian menunjukan nilai koefiien jalur yang langsung antara

likuiditas dan kinerja lebih besar dibanding pengaruh tidak langsung. Hal ini

menunjukan hubungan yang terjadi adalah hubungan langsung, dimana variabel

likuiditas dan kinerja keuangan berpengaruh tanpa adanya mediasi variabel

(64)

4.4Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS

diperoleh koefisien standar sebesar 0,448, T sebesar 1,937 dengan nilai

signifikansi 0,062. Karena nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan

bahwa pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan secara tidak

signifikan. Koefisien standar yang lebih besar dari 0 menyatakan bahwa

likuiditas berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hasil dari

perhitungan ini yaitu likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2011-2013.

4.4.2 Uji Hipotesis Kedua

i. Pengaruh Likuiditas Terhadap Leverage

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program

SPSS diperoleh koefisien standar sebesar -0,733, T sebesar -6.197

dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05

dapat disimpulkan bahwa pengaruh likuiditas terhadap leverage

secara signifikan. Arah hubungan yang negatif dan signifikan

menunjukkan bahwa semakin tinggi likuiditas maka semakin turun

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Gambaran Umum Leverage
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran

(2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas IV SDS Subsidi Pahauman dalam pembelajaran

Microarray memiliki dimensi data yang sangat besar oleh karena itu, untuk meningkatkan akurasi diagnosis kanker tersebut maka dibandingkan dengan teknik

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Spons Jenis Petrosia nigricans dan Aaptos aaptos yang Ditransplantasikan di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta [tesis]..

Membaca : Surat permohonan tanggal 28 APRIL 2012 dari Bengkel Las “JAYA ABADI LAS” dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Teguh Widiyanto tinggal/berkedudukan di

Dalam analisis yang lebih terperinci, kesemua item dalam 4 konstruk soal selidik elemen 4C PAK21 masih mempunyai ruang untuk ditambah baik. Contohnya dalam

Dari banyaknya permasalahan yang terjadi di jalan raya, para ahli jalan raya berusaha untuk mencari penyebab permasalahan tersebut khususnya kecelakaan lalu lintas karena dalam hal

Pada gambar Gambar 1 pada model penelitian ini akan dirancang sebuah alat pengukur suhu tubuh berbasis iot yang menngunakan sensor IR MLX90614, Saat sensor membaca objek sensor